Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS BUTIR SOAL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

EVALUASI / ASESMEN DI SD

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Imam Ikhasnul Jati (201014286206230)


2. Natasya Nabilla (201014286206235)

Dosen Pengampu :

Dr. Apdoludin, S.Pd.I M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO

TA. 2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
memberikan rahmat-Nya shingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah yang akan kami bahas berjudul “Analisis Butir Soal”.

Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah
“Evaluasi/asesmen Di SD”. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dr.
Apdoludin, S.Pd.I M.Pd.I selaku Dosen yang telah memberikan ilmunya.

Kami dapat menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun, sehingga makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata kami
mengharapkan makalah ini dapat  bermanfaat bagi pembaca.

Bungo, 05 November 2022

  

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Perlunya Analisis Butir Soal ................................................................ 3
B. Karakteristik Butir Soal ....................................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti


bahwa evaluasi merupakan pekerjaan yang terencana dan dilakukan
dengan cara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan
kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan
merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program
berlangsung, serta pada akhir program ketika program itu dianggap
selesai.
Memang tidak banyak orang mengetahui bahwa setiap tindakan
kita memerlukan evaluasi. Hal ini berguna untuk menentukan kinerja yang
tepat dalam melakukan berbagai pekerjaan. Tidak menutup kemungkinan 
pula didalam proses belajar mengajar, evaluasi sangatlah penting
diperlukan untuk meningkatkan kualitas siswa dalam menempuh
pendidikan.
Didalam evaluasi membutuhkan berbagai teknik untuk membantu
pemaksimalan proses peng-evaluasi-an, dalam hal ini perlu diketahui
bahwa dalam pembuatan item soal untuk evaluasi harus diketahui tingkat
kesukaran item soal tersebut, maka dari itu pemakalah akan mencoba
untuk menjelaskan dan menyampaikan tentang teknik analisa tingkat
kesukaran soal.
Item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat
diketahui tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Sebab tingkat
kesukaran item itu memiliki korelasi dengan daya pembeda. Bilamana
item memiliki tingkat kesukaran maksimal, maka daya pembedanya akan
rendah, demikian pula bila item itu terlalu mudah juga tidak akan memiliki
daya pembeda.
Oleh karena itu sebaiknya tingkat kesukaran soal itu dipertahankan
dalam batas yang mampu memberikan daya pembeda. Namun demikian

1
bilamana terdapat tujuan khusus penyusunan tes dapat pula pertimbangan
tersebut dikesampingkan, seperti tingkat kesukaran item untuk tes sumatif
berbeda dengan tingkat kesukaran pada tes diagnostic.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat pemakalah berikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Mengapa Perlunya Analisis Butir Soal ?
2. Bagaiamana Karakteristik Butir Soal (Tingkat Kesukaran, Daya Beda,
Dan Keberfungsian Pengecoh) ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat pemakalah berikan tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Dapat Mengetahui Perlunya Analisis Butir Soal
2. Dapat Mengetahui Karakteristik Butir Soal (Tingkat Kesukaran, Daya
Beda, Dan Keberfungsian Pengecoh)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERLUNYA ANALISIS BUTIR SOAL


Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang
harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis.
Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan
penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan
tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan adalah
untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang
bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir soal
juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang
soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada
siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan
(Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan
informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat
menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi
yang diajarkan guru.

Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat


menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan
kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina,
1997: 172) atau prosedur peningkatan secara judgment dan prosedur
peningkatan secara empirik (Popham, 1995: 195). Analisis kualitatif
mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis
kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal
yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.

Jadi, ada dua cara yang dapat digunakan dalam penelaahan butir
soal yaitu penelaahan soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik
ini masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu

3
teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan). Kedua
cara ini diuraikan secara rinci dalam buku ini.

a. Manfaat Soal yang Telah Ditelaah


Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru
adalah untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau
dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan
tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat,
di antaranya adalah:
1) Dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes
yang digunakan
2) Sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal
seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas
3) Mendukung penulisan butir soal yang efektif
4) Secara materi dapat memperbaiki tes di kelas
5) Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (anastasi and
urbina, 1997:172).

Di samping itu, manfaat lainnya adalah :

1) Menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan


yang diharapkan
2) Memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan
sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas
3) Memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa
4) Memberi masukan pada aspek tertentu untuk
pengembangan kurikulum
5) Merevisi materi yang dinilai atau diukur
6) Meningkatkan keterampilan penulisan soal (nitko, 1996:
308-309).

Linn dan Gronlund (1995: 315) juga menambahkan tentang


pelaksanaan kegiatan analisis butir soal yang biasanya didesain untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

4
1) Apakah fungsi soal sudah tepat?
2) Apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran yang tepat?
3) Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan?
4) Apakah pilihan jawabannya efektif?
Lebih lanjut Linn dan Gronlund (1995: 3 16-318) menyatakan bahwa
kegunaan analisis butir soal bukan hanya terbatas untuk peningkatkan
butir soal, tetapi ada beberapa hal, yaitu bahwa data analisis butir soal
bermanfaat sebagai dasar :
1) Diskusi kelas efisien tentang hasil tes
2) Untuk kerja remedial
3) Untuk peningkatan secara umum pembelajaran di kelas
4) Untuk peningkatan keterampilan pada konstruksi tes.

Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal adalah :

1) Untuk menentukan soal-soal yang cacat atau tidak


berfungsi penggunaannya
2) Untuk meningkatkan butir soal melalui tiga komponen
analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
pengecoh soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui
ambiguitas soal dan keterampilan tertentu yang
menyebabkan peserta didik sulit. Di samping itu, butir soal
yang telah dianalisis dapat memberikan informasi kepada
peserta didik dan guru.
b. Alasan perlunya analisis butir soal
1) Analisis Soal bagian dari tugas Administratif Guru.
Banyak yang terlupakan atau mungkin lupa jika sebagian guru
tidak membuat soal. Padahal jika alasannya disengaja dan
menganggap tidak penting, sungguh sedih mendengarnya.
Karena analisis soal adalah bagian dari administrasi guru yang
harus dilaksanakan. Jadi tugas administrasi guru bukan hanya
membuat soal kemudian menilai hasil pekerjaan anak dan
memindahkannya ke daftar nilai. Akan tetapi penting juga

5
untuk melaksanakan sebuah analisis soal. Dan dilaksanakannya
sebelum soal itu dibagikan.
2) Analisis Soal memudahkan seorang Guru mengevaluasi soal
dengan kategori sukar, sedang, dan mudah.
Dengan membuat analisis soal tentu seorang guru akan
merasakan manfaatnya. Contohnya melalui analisis soal,
seorang guru akan membaca sejumlah soal dengan tiga kategori
yang saya sebutkan diatas. Meski didalam kisi-kisi sudah
dibuat atau ada tanda beberapa soal dengan kategori sukar,
sedang, dan mudah. Tetap saja di lapangan berbeda dengan
teoritis dan bisa jadi melenceng dari prediksi. Karena
kemampuan anak dalam mengerjakan tugas setiap waktu selalu
berubah demikian juga dengan si pembuat soal, guru.
3) Analisis Soal merupakan nilai lebih seorang Guru Professional
Bisa diperkirakan sebagian besar guru di hampir setiap sekolah
sangat berat untuk menunaikan tugas yang satu ini. Alasannya
beragam mulai dari tidak terlalu manfaat sampai buang-buang
waktu saja, dan sebagainya. Padahal dengan guru membuat
analisis soal tentu akan berdampak bagi dirinya sendiri.
Adapun dampak yang terasa yakni sikap serius melayani
peserta didik dalam belajar. Juga nilai lain yang tak kalah
pentingnya yakni bagian dari ciri guru profesional. Karena
tidak cukup bagi seorang guru profesional sesuai dengan
bidangnya ketika berbagi ilmu di sekolah. Juga melakukan
tugas yang satu ini adalah salah satunya.
4) Analisis Soal menambah pengetahuan seorang Guru.
Bukan berarti dengan tidak melaksanakan tugas yang satu ini,
seorang guru tidak akan maju dalam mengembangkan
pendidikan di sekolah. Contoh kecilnya saja, jika seorang anak
mampu menjawab beberapa pertanyaan dari seorang guru dan
bahkan mampu membuat pertanyaan yang hampir sama dengan
guru. Kemudian di lain hari soal tanya jawab yang sifatnya

6
lisan dituangkan dalam bentuk lembaran kertas. Dan hasilnya
jauh berbeda. Di situ bisa di analisis, ada apa gerangan dengan
semua ini. Apakah
5) Analisis Soal membantu menilai kualitas si pembuat soal.
Dengan menganalisis soal yang telah dibuat dan dikerjakan
peserta didik, akan terlihat kualitas soal. Dan ketika berbicara
soal, sorot mata kita akan tertuju ke si pembuat soal, guru.
Disinilah letak pentingnya membuat analisis soal. Dan tidak
dijadikan alasan kalau seorang guru sudah cukup membuat
kisi-kisi soal saja. Karena antara kisi-kisi soal, soal yang
diujikan dan analisis soal adalah tiga tahapan yang tak
terpisahkan.
6) Analisis Soal memperlihatkan keseimbangan antara Soal
dengan Kisi-kisi Soal
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, antara
kisi-kisi soal, soal dan analisis soal adalah satu paket yang tak
terpisahkan. Jadi jika ada yang tak seimbang, perlu disikapi
dengan serius. Kenapa bisa terjadi demikian? Atau jangan-
jangan salah perhitungan.

B. KARAKTERISTIK BUTIR SOAL (TINGKAT KESUKARAN,


DAYA PEMBEDA, DAN KEBERFUNGSIAN PENGECOH)
Penilaian terhadap butir soal pada dasarnya merupakan analisis
butir soal, dan selama ini pada umumnya para ahli pengukuran
mengatakan bahwa analisis butir soal maksudnya adalah penilaian
terhadap soal. Telah diketahui bersama bahwa penyusunan tes sangat
mempengaruhi kualitas butir soal. Analisis butir soal mencakup telaah soal
atau analisis kualitatif dan analisis terhadap data empirik hasil ujicoba atau
analisis kuantitatif. Analisis Karakteristik Soal adalah analisis tentang
karakteristik yang terdiri atas aspek tingkat kesukaran (P) dan aspek daya
beda soal (DB).

7
Analisis butir soal secara kualitatif menekankan penilaian dari
ketiga segi yaitu materi, konstruksi, dan bahasa. Namun demikian dalam
pembahasan ini dikhususkan untuk menjelaskan analisis butir soal secara
kuantitatif. Analisis ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh secara
empiris melalui ujicoba dari suatu perangkat tes. Analisis kuantitatif sering
disebut dengan analisis item yang menghasilkan karakteristik atau
parameter butir dan tes, yaitu: tingkat kesukaran, daya beda dan distribusi
jawaban dan kunci setiap butir, serta reliabilitas dan kesalahan pengukuran
(SEM) dalam tes.

1. Tingkat Kesukaran (Difficulty level)


Menurut Asmawi Zainul, dkk (1997) tingkat kesukaran
butir soal adalah proporsi peserta tes menjawab benar terhadap
butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal biasanya
dilambangkan dengan p. Makin besar nilai p yang berarti makin
besar proporsi yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut,
makin rendah tingkat kesukaran butir soal itu. Hal ini mengandung
arti bahwa soal itu makin mudah, demikian pula sebaliknya.
Pada analisis butir soal secara klasikal, seperti yang
dijelaskan oleh Depdikbud (1997) tingkat kesukaran dapat
diperoleh dengan beberapa cara antara lain : a). skala kesukaran
linier; b). skala bivariat; c). indeks davis; d). proporsi menjawab
benar.
Cara yang paling umum digunakan adalah proporsi
menjawab benar atau proportion correct, yaitu jumlah peserta tes
yang menjawab benar pada soal yang dianalisis dibandingkan
dengan peserta tes seluruhnya. Dalam analisis item ini digunakan
proportion correct (p), untuk menilai tingkat kesukaran butir soal.
Besarnya tingkat kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00.
Untuk sederhananya, tingkat kesukaran butir dan perangkat soal
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu mudah, sedang dan
sukar. Sebagai patokan menurut dapat digunakan tabel sebagai
berikut:

8
Tingkat Kesukaran Rentang Nilai
Sukar 0,00 – 0,25
Sedang 0,26 – 0,75
Mudah 0,76 – 1,00

Untuk menyusun suatu naskah ujian sebaiknya digunakan


butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran berimbang, yaitu :
soal berkategori sukar sebanyak 25%, kategori sedang 50% dan
kategori mudah 25%.

Dalam penggunaan butir soal dengan komposisi seperti di


atas, maka dapat diterapkan penilaian berdasar acuan norma atau
acuan patokan. Bila komposisi butir soal dalam suatu naskah ujian
tidak berimbang, maka penggunaan penilaian acuan norma tidaklah
tepat, karena informasi kemampuan yang dihasilkan tidaklah akan
berdistribusi normal.

Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal


yang dianggap baik adalah soal-soal yang sedang, yaitu soal-soal
yang mempunyai indeks kesukaran berkisar antara 0,26 – 0,75.
Berbagai kriteria tersebut mempunyai kecenderungan bahwa butir
soal yang memiliki indeks kesukaran kurang dari 0,25 dan lebih
dari 0,75 sebaiknya dihindari atau tidak digunakan, karena butir
soal yang demikian terlalu sukar atau terlalu mudah, sehingga
kurang mencerminkan alat ukur yang baik.

Rumus Tingkat Kesukaran :

Tingkat kesukaran (P) = Jumlah Peserta test yang menjawab benar


Jumlah peserta test

Berikut ini contoh analisis tingkat kesukaran soal dari hasil


ulangan siswa yang berjumlah 20 orang siswa dengan jumlah soal
10 butir soal

9
Dengan demikian soal tersebut masuk kategori
Tingkat Kesukaran Sukar

2. Daya Beda

Daya beda butir soal ialah indeks yang menunjukkan tingkat


kemampuan butir soal membedakan kelompok yang berprestasi
tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang berprstasi rendah
(kelompok bawah) diantara para peserta tes (Asmawi Zainul, dkk :
1997). Suryabrata (1999) menyatakan tujuan pokok mencari daya
beda adalah untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki
kemampuan membedakan kelompok dalam aspek yang diukur,
sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok itu.

Daya beda butir soal yang sering digunakan dalam tes hasil
belajar adalah dengan menggunakan indeks korelasi antara skor butir
dengan skor totalnya. Daya beda dengan cara ini sering disebut
validitas internal, karena nilai korelasi diperoleh dari dalam tes itu
sendiri. Daya beda dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi
biserial maupun koefesien korelasi point biserial.

Dalam analisis ini digunakan nilai koefisien korelasi biserial


untuk menentukan daya beda butir soal. Koefisien korelasi biserial

10
menunjukkan hubungan antara dua skor, yaitu skor butir soal dan
skor keseluruhan dari peserta tes yang sama.

Koefisien daya beda berkisar antara –1,00 sampai dengan


+1,00. Daya beda +1,00 berarti bahwa semua anggota kelompok atas
menjawab benar terhadap butir soal itu, sedangkan kelompok bawah
seluruhnya menjawab salah terhadap butir soal itu. Sebaliknya daya
beda –1,00 berarti bahwa semua anggota kelompok atas menjawab
salah butir soal itu, sedangkan kelompok bawah seluruhnya
menjawab benar terhadap soal itu.

Daya beda yang dianggap masih memadahi untuk sebutir soal


ialah apabila sama atau lebih besar dari +0,30. Bila lebih kecil dari
itu, maka butir soal tersebut dianggap kurang mampu membedakan
peserta tes yang mempersiapkan diri dalam menghadapi tes dari
peserta yang tidak mempersiapkan diri. Bahkan bila daya beda itu
menjadi negatif, maka butir soal itu sama sekali tidak dapat dipakai
sebagai alat ukur prestasi belajar. Oleh karena itu butir soal tersebut
harus dikeluarkan dari perangkat soal. Makin tinggi daya beda suatu
butir soal, maka makin baik butir soal tersebut, dan sebaliknya makin
rendah daya bedanya, maka butir soal itu dianggap tidak baik
(Asmawi Zainul, dkk : 1997).

Menurut Dali S Naga (1992) kriteria besarnya koefesien daya


beda diklasifikasikan menjadi empat kategori. Secara lebih rinci
dijelaskan dalam tabel di bawah ini

Kategori Daya Beda Koofesien Korelasi


Baik 0,40 – 1,00
Sedang (Tidak perl revisi) 0,30 – 0,39
Perlu revisi 0,20 – 0,29
Tidak baik -1,00 – 0,19

11
Contoh Analisis Daya Beda :

Rumus : Daya Beda (DB) = (KA – KB)/0.5 x J

Keterangan :

 DB:Daya Beda
 KA: jumlah peserta dalam kelompok atas
 KB: jumlah peserta dalam kelompok bawah
 J: jumlah seluruh peserta

Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang
dilapisi dengan?.....
a. Kain
b. Seng
c. Keramik
d. Tembaga *
Keterangan : * Kunci Jawaban
Kelompok pilihan A B C D Jumlah
Kelompok Atas (KA) 1 4 0 5 10
Kelompok Bawah 6 2 2 0 10
(KB)
Jumlah (J) 7 6 2 5 20
P=(KA+KB : E J 0,35 0,30 0,10 0,25 1,00
DB = (KA+KB) : -0,50 0,20 -0,20 0,50 0,00
0,5.EJ

3. Keberfungsian Pengecoh

Untuk memudahkan kita gunakan daya beda pengecoh A


dengan singkatan DBA, daya beda pengecoh B dengan singtan DBB,
dan untuk pengecoh C dengan DBC. Untuk mengetahui
keberfungsian pengecoh kita perlu menghitng daya beda setiap
pengecoh.

DBA = (KA-KB) / 0,5 x J

12
= (1 – 6) / 0,5 x 20

= 5/10 = -0,50

DBB = (KA – KB) / 0,5 x J

= (4 – 2) / 0,5 x 20

= 2/10 = 0,20

DBC = (KA-KB) / 0,5 x J

= (0 – 2) /0,5 x 20

= 2/10 = 0,20

Dari nilai DBA = -0.50, dapat disimpulkan bahwa tanda


negatif di depan angka 0.50 berarti lebih banyak siswa pandai yang
terkecoh. Angka 0.50 menunjukkan kinerja pengecoh belum cukup
baik karena masih agak jauh dari nilai minimun untuk kategori DB
yang baik atau dapat diterima yaitu 0,25.

DBB = 0.20, dapat kita simpulkan bahwa siswa yang kurang


belajar (kelompok bawah) lebih banyak yang terkecoh. Angka 0.20
menunjukkan pengecoh berfungsi dengan cukup efektif (karena
dekat dengan angka 0.25, yaitu DB minimum yang dapat diterima
atau dikatakan sebagai baik).

Dari nilai DBC = -0.20, kita bisa menyimpulkan bahwa justru


banyak siswa pandai yang terkecoh yang ditunjukkan dari tanda
negatif. Angka 0.20 mendekati angka minimum untuk
mengkategorikan DB yang dapat diterima. Oleh karena ada tanda
negatif, sekalipun angkanya 0,20 pilihan jawaban ini harus
dipertimbangkan untuk direvisi.

Dengan Rumus kita peroleh hasil

DBD =(KA-KB) : 0,5 x J

DBD = (5-0) : 0,5 x 20

13
DBD = 0,5

DB ideal adalah 0,25 sampai 1,00. Jadi Hasil yang diperoleh (


0,50) sudah masuk ideal.

Menganalisis fungsi pengecoh (distractor) dikenal dengan


istilah menganalisis pola penyebaran jawaban butir soal pada soal
bentuk pilihan ganda. Pola tersebut diperoleh dengan menghitung
banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban butir soal atau yang
tidak memilih pilihan manapun (blank). Dari pola penyebaran
jawaban butir soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi
dengan baik atau tidak. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi
dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perlunya analisis butir Soal
a. Analisis Soal bagian dari tugas Administratif Guru.
b. Analisis Soal memudahkan seorang Guru mengevaluasi soal
dengan kategori sukar, sedang, dan mudah.
c. Analisis Soal merupakan nilai lebih seorang Guru
Professional
d. Analisis Soal menambah pengetahuan seorang Guru.
e. Analisis Soal membantu menilai kualitas si pembuat soal.
f. Analisis Soal memperlihatkan keseimbangan antara Soal
dengan Kisi-kisi Soal
2. Karakteristik Butir Soal (tingkat kesukaran, daya beda, dan
keberfungsian pengecoh)
a. Tingkat Kesukaran (Difficulty level)
Untuk menyusun suatu naskah ujian sebaiknya digunakan butir
soal yang mempunyai tingkat kesukaran berimbang, yaitu : soal
berkategori sukar sebanyak 25%, kategori sedang 50% dan
kategori mudah 25%.
b. Daya pembeda
Dalam analisis ini digunakan nilai koefisien korelasi biserial
untuk menentukan daya beda butir soal. Koefisien korelasi
biserial menunjukkan hubungan antara dua skor, yaitu skor
butir soal dan skor keseluruhan dari peserta tes yang sama.
c. Keberfungsian pengecoh
Menganalisis fungsi pengecoh (distractor) dikenal dengan
istilah menganalisis pola penyebaran jawaban butir soal pada
soal bentuk pilihan ganda. Pola tersebut diperoleh dengan
menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban
butir soal atau yang tidak memilih pilihan manapun (blank).

15
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kelompok kami berharap semoga dapat
bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk
masyarakat. Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu dan
pengetahuan bagi kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Kami
selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang
membanggun agar tercapai kesempurnaan untuk tugas kami diwaktu
yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Annysovia. (2019). Tingkat Kesukaran Soal dan Daya Pembeda . Retrieved from
Anny (wordpress.com):
https://annymath.wordpress.com/2019/06/13/tingkat-kesukaran-soal-
dan-daya-pembeda/

Asri, A. F., & Burhan, A. (2014). Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda
Dan Fungsi Distraktor Soal Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran
Produktif Di Smk Negeri 1 Indralaya Utara Tahun Pelajaran 2012/2013.
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 1(2), 102–103.

editor Edi Elisa / kategori Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran / tanggal


diterbitkan 12 Juni 2021 / https://educhannel.id/blog/artikel/analisis-
butir-soal.

Drs.Agusrizal st.sati, M.Pd http://apsijbi2013.blogspot.com/2013/04/pentingnya-


analisis-soal. (Diakses pada Sabtu 05 November 2022)

Fathurrohman, M. (2012). Tujuan analisis soal. Retrieved from wordpress.com:


https://muhfathurrohman.wordpress.com/tag/tujuan-analisis-butir-soal/

Laela Umi Fatimah, K. A. (n.d.). ANALISIS KESUKARAN SOAL, DAYA


PEMBEDA DAN FUNGSI DISTRAKTOR. 8, 634.

17

Anda mungkin juga menyukai