Anda di halaman 1dari 4

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN

AL ADABU FAUQOL ILMI KEPADA ANAK


Adab lebih tinggi derajatnya daripada Ilmu (‫)االدب فوق العلم‬
AL- ADAB FAUQOL ILMI
TANCAPKAN PADA HATIMU RASA HORMAT PADA MEREKA YANG SUDAH TUA
UMURNYA APAPUN STATUS MEREKA
Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Sayyidina Ali KW sedang tergesa-gesa
berjalan menuju masjid untuk melakukan jamaah shubuh. Akan tetapi dalam
perjalanan - di depan beliau - ada seorang kakek tua yang berjalan dengan
tenang. Kemudian Sayyidina Ali memperlambat langkah kaki tidak
mendahuluinya karena memuliakan dan menghormati kakek tua tersebut.
Hingga hampir mendekati waktu terbit matahari barulah beliau sampai dekat
pintu masjid. Dan ternyata kakek tua tersebut berjalan terus tidak masuk ke
dalam masjid, yang kemudian Sayyidina Ali KW akhirnya mengetahui bahwa
kakek tua tersebut adalah seorang Nasrani. Pada saat Sayyidina Ali KW masuk
ke dalam masjid beliau melihat Rasulullah SAW beserta jamaah sedang dalam
keadaan ruku'. (Sebagaimana diketahui bahwa ikut serta ruku' bersama
dengan imam berarti masih mendapatkan satu rakaat). Rasulullah SAW waktu
itu memanjangkan waktu ruku'nya hingga kira- kira dua ruku'. Kemudian
Sayyidina Ali KW ber- takbiratul ihram dan langsung ikut serta ruku'. Setelah
selesai shalat para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah
tidak biasanya engkau ruku' selama ini, ada apakah gerangan? Beliau
menjawab: Pada waktu aku telah selesai ruku' dan hendak bangkit dari ruku'
tiba-tiba datang malaikat Jibril AS meletakkan sayapnya di atas punggungku,
sehingga aku tidak bisa bangkit dari ruku'. Para sahabatpun bertanya:
Mengapa terjadi demikian? Beliau menjawab: Aku sendiri pun tidak tahu.
Kemudian datanglah malaikat Jibril AS dan berkata: Wahai Muhammad,
sesungguhnya Ali waktu itu sedang bergegas menuju masjid untuk jama'ah
shubuh, dan di perjalanan ada seorang kakek tua Nasrani berjalan di depannya,
Ali pun tidak mengetahui kakek tua itu beragama Nasrani. Ali tidak mau
mendahuluinya karena dia sangat menghormati dan memuliakan kakek tua
tersebut. Kemudian aku diperintah oleh Allah SWT untuk menahanmu saat
ruku' sampai Ali datang dan tidak terlambat mengikuti jama'ah shubuh. Selain
itu Allah SWT juga memerintah malaikat Mikail untuk menahan matahari
menggunakan sayapnya hingga matahari tidak bersinar sampai jama'ah selesai
Doa orang tua adalah doa mustajab
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫وم‬ ْ ‫سافِ ِر َودَع َْوة ُ ْال َم‬


ِ ُ ‫ظل‬ َ ‫ت ُم ْست َ َجا َباتٌ الَ ش ََّك فِي ِه َّن دَع َْوة ُ ْال َوا ِل ِد َودَع َْوة ُ ْال ُم‬
ٍ ‫ع َوا‬ ُ َ‫ثَال‬
َ َ‫ث د‬
“Tiga doa mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa kedua orang tua, doa orang yang
bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi” (HR. Abu Daud, hasan).

Doa orang tua, baik bapak atau ibunya adalah doa yang mustajab, baik itu berisi doa
kebaikan maupun keburukan. Di antara manfaat seringnya mendoakan kebaikan
untuk anak adalah:

Pertama, doa kedua orang tua untuk anak adalah termasuk doa yang mustajab dan
akan dikabulkan oleh Allah berdasarkan keterangan dalam hadis Nabi.

Kedua, mendoakan anak akan menambah semangat dan motivasi dalam mendidik
anak.

Ketiga, mendoakan anak akan memperkuat rasa kasih sayang dan kedekatan hati
dari kedua orang tua.

Keempat, hal ini merupakan sunah para nabi dan rasul, karena mereka selalu
mendoakan kebaikan untuk anak dan juga keturunannya di masa yang akan datang
sebagaimana banyak disebutkan dalam Alqur’an.

Berbagai doa untuk kebaikan anak di dalam Alqur’an


Di antara sebaik-baik doa adalah doa yang diajarkan oleh Allah di dalam Alqur’an.
Doa untuk kebaikan anak yang Allah sebutkan dalam Alqur’an antara lain:

Pertama, doa para ‘Ibadurrahman dalam Al Qur’an

‫اجنَا َوذُ ِريَّا ِتنَا قُ َّرة َ أ َ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنَا ِل ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬
ِ ‫َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أ َ ْز َو‬
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (jiwa) kami, dan jadikanlah kami teladan bagi orang-orang yang
bertakwa” (QS. Al-Furqan: 74).

Kedua, doa Nabi Zakariya ‘Alaihis salam

‫ضيًّا‬ ِ ‫وب َواجْ َع ْلهُ َر‬


ِ ‫ب َر‬ ُ ‫) يَ ِرثُنِي َويَ ِر‬5( ‫فَ َهبْ ِلي ِم ْن لَدُ ْنكَ َو ِليًّا‬
َ ُ‫ث ِم ْن آ َ ِل يَ ْعق‬
“Anugerahilah kepadaku dari sisi-Mu seorang putera, yang akan mewarisi aku dan
mewarisi (ilmu dan kenabian) dari sebagian keluarga Ya’qub. Dan jadikanlah dia, ya
Rabbku, seorang yang diridhai di sisi-Mu” (QS. Maryam: 5-6).
Beliau ‘Alaihis salam juga berdoa,
‫اء‬
ِ ‫ع‬ َ َ‫ط ِيبَةً ِإنَّك‬
َ ُّ‫س ِمي ُع الد‬ َ ً‫ب هَبْ ِلي ِم ْن لَدُ ْنكَ ذُ ِريَّة‬
ِ ‫َر‬
“Ya Tuhanku, anugerahilah kepadaku dari sisi-Mu seorang anak yang shalih.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengabulkan doa” (QS. Ali-‘Imran: 38).

Ketiga, doa Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘Alaihimas salam

َ‫َربَّنَا َواجْ َع ْلنَا ُم ْس ِل َمي ِْن لَكَ َو ِم ْن ذُ ِريَّتِنَا أ ُ َّمةً ُم ْس ِل َمةً لَك‬
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu dan
(jadikanlah) di antara anak keturunan kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu” (QS.
Al-Baqarah: 128).
Keempat, doa khalilullah Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam

َ‫صا ِل ِحين‬
َّ ‫ب هَبْ ِلي ِمنَ ال‬
ِ ‫َر‬
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
shalih” (QS. Ash-Shaffat: 100).
Demikian pula doa beliau yang lain,

‫اء‬
ِ ‫ع‬َ ُ‫ص َالةِ َو ِم ْن ذُ ِريَّتِي َربَّنَا َوتَقَب َّْل د‬ َ ‫ب اجْ عَ ْلنِي ُم ِق‬
َّ ‫يم ال‬ ِ ‫َر‬
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan dari anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat. Ya Tuhan kami, kabulkanlah doaku” (QS. Ibrahim: 40).
Beliau juga berdoa,

‫َام‬
َ ‫صن‬ْ َ ‫ي أ َ ْن نَ ْعبُدَ ْاْل‬
َّ ِ‫َواجْ نُ ْبنِي َوبَن‬
“Jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala” (QS. Ibrahim: 35).
Perhatikan pula doa Nabi Ibrahim tatakala telah mencapai usia matang yaitu usia 40
tahun,

ْ َ ‫ضاهُ َوأ‬
‫صلِحْ ِلي‬ َ ‫ي َوأ َ ْن أ َ ْع َم َل‬
َ ‫صا ِل ًحا ت َْر‬ َّ َ‫علَى َوا ِلد‬ َ َ‫ب أ َ ْو ِز ْعنِي أ َ ْن أ َ ْش ُك َر نِ ْع َمتَكَ الَّتِي أ َ ْنعَ ْمت‬
َّ َ‫عل‬
َ ‫ي َو‬ ِ ‫َر‬
ُ
‫فِي ذ ِريَّتِي‬
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau
ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak
cucuku” (QS. Al-Ahqaf: 15).

Jangan doakan keburukan untuk anak


Tidak selayaknya orang tua mendoakan keburukan untuk anaknya. Doa keburukan
akan menimbulkan bahaya dan merusak anak. Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam melarang mendoakan keburukan bagi anak, karena ini bertentangan
dengan akhlak Islam dan menyelisihi cara pendidikan yang diajarkan para nabi.
Bahkan ini jauh dari metode nubuwah dalam mengajak manusia kepada Islam.
Sampai-sampai Nabi ketika berdakwah di Thaif dan mendapat perlakuan buruk,
beliau tidak mendoakan keburukan bagi mereka dan keturunan mereka. Beliau
bahkan berharap kepada Allah seraya bersabda,
َّ ‫أرجو أن ي ُْخ ِر َج‬
َّ ُ‫َّللاُ ِمن أصال ِب ِهم َمن يعبد‬
َ‫َّللا‬
“Aku berharap kepada Allah semoga akan lahir dari tulang sulbi mereka keturunan yang
senantiasa menyembah hanya kepada Allah.”
Dan Allah pun merealisasikan harapan baginda Nabi.

Oleh karena itu, Nabi pun melarang untuk mendoakan keburukan bagi anak melalui
sabda beliau,

ً ‫عة‬
َ ‫سا‬ ِ َ‫ َال ت ُ َوا ِفقُوا ِمن‬،‫علَى أ َ ْم َوا ِل ُك ْم‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫ َو َال ت َ ْد‬،‫علَى أ َ ْو َال ِد ُك ْم‬
َ ‫عوا‬ ُ ‫ َو َال ت َ ْد‬،‫علَى أ َ ْنفُ ِس ُك ْم‬
َ ‫عوا‬ ُ ‫َال ت َ ْد‬
َ ‫عوا‬
‫يب لَ ُك ْم‬ َ ‫ع‬
ُ ‫ فَيَ ْست َِج‬،‫طا ٌء‬ َ ‫يُسْأ َ ُل فِي َها‬
“Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, dan juga untuk anak-anak
kalian, atau harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu yang pada waktu
itu Allah Subhanahu wa Ta’ala diminta sesuatu lantas Dia kabulkan doa kalian
tersebut” (HR. Muslim).
Demikian, semoga bermanfaat dan menjadi pengingat serta motivasi bagi kita untuk
terus senantiasa mendoakan dan mengulang-ulang doa kebaikan untuk anak-anak
kita

Anda mungkin juga menyukai