SKRIPSI
Skripsi
Oleh :
YUDIA PANGESTI NINGRUM
1113096000025
LEMBAGA MANAPUN.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim
3. Dr. Sri Yadial Chalid, M.Si selaku penguji I dan Dr. Hendrawati, M.Si
4. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
5. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas
skripsi ini.
dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi bangsa Indonesia.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ viii
ABSTRAK.............................................................................................................. ix
ABSTRACT.............................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
i
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................23
3.2.1 Alat................................................................................................................23
3.2.2 Bahan.............................................................................................................23
BAB V PENUTUP.................................................................................................42
5.1 Simpulan..........................................................................................................42
5.2 Saran.................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 43
LAMPIRAN...........................................................................................................50
i
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 28. Hasil analisis SAA nanopartikel silika NaOH 1,5 N dan waktu aging
18 jam................................................................................................58
Gambar 29. Hasil analisis SAA nanopartikel silika NaOH 0,375 N dan waktu
aging 18 jam......................................................................................59
Gambar 30. Hasil analisis FTIR silika geothermal..............................................60
Gambar 31. Hasil analisis FTIR nanopartikel silika............................................61
Gambar 32. Hasil analisis FTIR nanopartikel silika fluorescent..........................62
Gambar 33. FWHM nanopartikel silika...............................................................63
Gambar 34. Hasil analisis XRD nanopartikel silika.............................................65
Gambar 35. Hasil analisis XRD nanopartikel silika fluorescent..........................67
Gambar 36. Hasil threshold imageJ mikrograf silika geothermal.......................68
Gambar 37. Hasil threshold imageJ mikrograf nanopartikel silika.....................69
Gambar 38. Hasil threshold imageJ mikrograf nanopartikel silika fluorescent...70
v
DAFTAR LAMPIRAN
v
YUDIA PANGESTI NINGRUM. Sintesis dan Karakteristik Nanopartikel Silika
(SiO2) dari Limbah Geothermal Sebagai Flourescent Fingerprint Powder
dibimbing oleh NANDA SARIDEWI dan SITI NURUL AISYIYAH JENIE
ABSTRAK
i
YUDIA PANGESTI NINGRUM. Synthesis and Characteristic of Silica
Nanoparticles (SiO2) from Geothermal Waste as Flourescent Fingerprint Powder.
Supervised by NANDA SARIDEWI and SITI NURUL AISYIYAH JENIE
ABSTRACT
x
BAB I
PENDAHULUAN
Energi panas bumi merupakan energi panas yang tersimpan dalam batuan
dan fluida yang terkandung di bawah permukaan bumi. Hal tersebut telah
Baitul Makmur (Ka'bah), dan demi surga langit yang ditinggikan, dan demi laut,
Ayat diatas menjelaskan bahwa di bawah laut terdapat api. Panas dari api
ini bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti sumber energi alternatif yang
dapat digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Panas
bumi dalam bentuk uap air dapat dijadikan sumber energi terbarukan yang dapat
memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, karena dilewati oleh cincin api
(ring of fire). Sekitar 40% atau 29.000 MegaWatt total panas bumi berada di
dalam bentuk padat (sludge) dan cair (brine). Sludge berasal dari endapan pada
proses pengolahan brine dan kerak silika dari pipa-pipa instalasi PLTP. Endapan
lumpur yang dihasilkan pada kolom pengendapan di PLTP Dieng setiap bulannya
1
mencapai sekitar 165 ton. Limbah padat mengandung silika yang tinggi
nanopartikel silika.
yang besar (Gandhi et al., 2010). Luas permukaan menentukan ukuran, struktur,
dan ukuran agregasi partikel (Park et al., 2007). Nanopartikel silika memiliki
baik, kekuatan mekanik yang tinggi. Nanopartikel silika juga dapat dipilih sebagai
serbuk yang banyak digunakan adalah serbuk sidik jari yang berwarna hitam
serbuk luar negeri (Elishian et al., 2011). Salah satu jenis serbuk sidik jari adalah
serbuk sidik jari fluorescent. Serbuk sidik jari fluorescent memiliki kelebihan
kimia, dan aglomerasi fasa gas (Dutta et al., 2005). Metode yang paling umum
dilakukan adalah metode sol-gel, karena metode ini sederhana dan mudah dalam
2
nanokomposit silika dari limbah geothermal dengan metode sol-gel, dengan
modifikasi kitosan, gelatin dan pektin. Ramadhan et al. (2014) telah melakukan
sintesis serbuk silika dioksida (SiO2) berbahan dasar pasir bacar dengan metode
SiO2 amorf. Elishian et al. (2011) telah mengembangkan material powder silika
nanosilika dan karbon hitam untuk mendapatkan serbuk pengidentifikasi sidik jari
yang berkualitas.
(SNP) dari limbah geothermal dengan metode sol-gel. Silika powder hasil
ekstraksi silika dari limbah geothermal dicuci dengan air, disaring dan
dikeringkan. Silika powder yang sudah dicuci direaksikan dengan NaOH dengan
variasi konsentrasi 0.375, 0.75, 1,5 dan 3 N pada suhu 90 ℃. Larutan natrium
silikat hasil reaksi diteteskan dengan HCl 2 N sampai membentuk gel. Gel yang
terbentuk dilakukan proses pematangan (aging) dengan variasi waktu 18, 48 dan
72 jam. Penentuan konsentrasi NaOH dan waktu aging terbaik dipilih luas
permukaan yang besar berdasarkan hasil pengujian SAA (Surface Area Analyzer).
dengan NaOH konsentrasi 1,5 N dan waktu aging 18 jam. Nanopartikel silika dan
mengetahui gugus fungsi, XRD untuk mengetahui fasa yang terbentuk dan TEM
fingerprint powder.
3
1.2 Rumusan Masalah
sphericle dan berukuran nano berdasarkan analisis FTIR, XRD dan TEM.
fingerprint powder.
4
1,5 Manfaat Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Silika
dioxside). Silika dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis. Silika
mineral adalah senyawa yang berupa mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan
Silika nabati adalah silika yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti pada
sekam padi, tongkol jagung, dan daun bambu (Monalisa, 2013). Silika memiliki
6
Struktur silika tetrahedral (SiO4) pada Gambar 1 adalah unit yang
dengan empat atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom
pusat yaitu atom silika Silika terbentuk melalui ikatan kovalen. Pada silika murni
tidak terdapat ion logam dan setiap atom oksigen merupakan atom penghubung
yang dapat dilihat pada Tabel 2. Pembakaran silika pada suhu < 570 °C terbentuk
kristal low quartz. Pembakaran dengan suhu 570-870 °C membentuk high quartz
Pembakaran dengan suhu 870-1470 °C terbentuk high crystobalite, dan pada suhu
ukuran tergantung aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam industri ban, karet,
gelas, semen, beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film, pasta
7
(Mohanraj et al.,
8
2006). Nanopartikel mempunyai karakter fisik, kimia, elektrik, mekanik,
material besar. Karakter fisik ini, diantaranya luas permukaan atom yang besar
(Gandhi et al., 2010). Luas permukaan menentukan ukuran, struktur, dan ukuran
berukuran nano berbeda dengan partikel dalam ukuran besar (bulk) yaitu:
luas permukaan dan volume yang lebih besar jika dibandingkan dengan
2. Ketika ukuran partikel menuju orde nanometer, maka hukum fisika yang
Nanopartikel silika merupakan silika yang dibuat dalam skala nano yang
saat ini penggunaannya pada bidang industri semakin meningkat. Kondisi ukuran
partikel bahan baku yang diperkecil membuat produk memiliki sifat berbeda
baik, bersifat biokompatibel yang mampu bekerja selaras dengan sistem kerja
tubuh, dan membentuk sperik tunggal (Fernandez, 2012). Nanopartikel silika telah
Resonance Imaging
9
(MRI) dan ultrasound, dan alat terapi pada sistem pelepasan obat atau enzim
fingerprint powder untuk identifikasi sidik jari. Silika merupakan salah satu
polimer resin yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada deposit lemak
Sintesis nanopartikel dapat dilakukan dalam fasa padat, cair, maupun gas.
Secara garis besar, sintesis nanopartikel silika akan masuk dalam dua kelompok
besar, yaitu top-down (fisika) dan bottom-up (kimia). Top-down adalah memecah
sejumlah material awal dengan pereaksian kimia sehingga dihasilkan material lain
menggunakan teknik sol-gel, presipitasi kimia, dan aglomerasi fasa gas (Dutta et
al., 2005).
reaksi kimia dalam larutan pada suhu rendah. Terjadi perubahan fasa dari sol
menjadi gel dalam proses sol-gel. Sol adalah suspensi koloid yang fasa
(gelation) adalah jaringan partikel atau molekul, baik padatan dan cairan, dimana
polimer yang terjadi di dalam larutan digunakan sebagai tempat pertumbuhan zat
dengan kemurnian silika yang lebih tinggi (Rahman et al., 2012). Metode sol-gel
banyak
1
dimanfaatkan untuk proses sintesis material, terutama memperlihatkan
1. Hidrolisis
natrium silikat. Reaksi yang terjadi pada pembentukan natrium silikat adalah
2. Basa kuat seperti NaOH dalam kondisi panas secara perlahan dapat mengubah
silika menjadi natrium silikat yang larut dalam air (Bokau, 2014). NaOH dalam
air
1
terdisosiasi sempurna membentuk ion natrium (Na+) dan ion hidroksida (OH-).
terjadi dehidrogenasi dan ion hidroksil yang kedua akan berikatan dengan
hidrogen membentuk molekul air. Dua ion Na+ akan menyeimbangkan muatan
2-
negatif yang terbentuk dan berinteraksi dengan ion SiO 3 sehingga terbentuk
2. Kondensasi
Tahapan kondensasi terjadi proses transisi dari sol menjadi gel. Reaksi
silikat ditambahkan dengan HCl untuk membentuk gel. Penambahan asam pada
terbentuknya gel. Asam silikat dalam air membentuk dispersi asam silikat yang
sampai akhirnya membentuk polimer asam silikat seperti pada Gambar 4. Reaksi
yang terjadi pada pembentukan gel silika sebagai berikut (Prastiyanto et al., 2008)
3. Pematangan (Aging)
Pembentukan jaringan gel yang lebih kuat, kaku dan menyusut dalam
1
4. Pengeringan (Dryer)
pengeringan adalah penguapan larutan dan cairan yang tidak diinginkan untuk
berbeda-beda bergantung prekursor dan bentuk produk akhir, baik itu berupa
powder, film, aerogel, atau serat. Struktur dan sifat fisik gel sangat bergantung
NaOH pada SiO2 untuk membentuk sol natrium silikat yang selanjutnya
ditambahkan HCl hingga pH optimal 7 agar terbentuk gel. Silika gel akan lebih
matang dengan pendiaman gel pada waktu optimum 18 jam (Affandi et al., 2009).
Limbah padat dari pembangkit listrik panas bumi berupa endapan lumpur
yang terbentuk karena pengendapan air limbah (Kurniati, 2009). Endapan lumpur
yang dihasilkan dari produksi PLTP Dieng setiap bulannya mencapai 165 ton.
Limbah padat dari industri ini, mengandung berbagai logam, salah satunya silika
dengan kadar yang tinggi (Suprapto, 2009). Kandungan yang terdapat dalam
1
No. Parameter Kadar (%)
1 SiO2 77.7748
2 Na2O 1.2300
3 K2O 0.4878
4 Fe2O3 0.1743
Sumber: Syakur et al (2008)
PLTP berupa padatan dengan ukuran yang tidak seragam dan berwarna putih
perubahan ukuran terlebih dahulu. Proses produksi silika powder dari limbah
geothermal melalui berbagai tahapan proses seperti pencucian dengan air, asam
klorida dan asam sulfat. Dilakukan proses penyaringan untuk memisahkan residu
(silika) dan air. Residu dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan kadar air.
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari, baik sengaja diambil
atau bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah terpegang atau tersentuh
(Gumilang, 1991).
Menurut Gumilang (1991) sidik jari terbagi jadi beberapa macam, yaitu:
Sidik jari laten adalah sidik jari yang ditinggalkan pada suatu permukaan
1
Sidik jari paten adalah sidik jari yang dapat dilihat secara langsung.
Sidik plastik adalah sidik jari yang tertinggal pada benda yang lunak,
seperti lilin, sabun , dan coklat. Sidik jari ini mudah untuk dilihat.
Gambar 3. Pola sidik jari a) whorl b) arch c) loop (Sumber: Sodhi, 1999)
Secara umum, pola sidik jari dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang
2. Plain arch, yaitu suatu pola di mana pola masuk dari satu sisi jari, naik ke
tengah membentuk sebuah busur, dan kemudian keluar dari sisi lain jari.
3. Radial loop, yaitu pola dimana kerutan masuk dari satu sisi jari, berbentuk
kurva, dan cenderung untuk keluar dari sisi yang sama ketika masuk.
dusting. Metode dusting yaitu metode identifikasi sidik jari dengan menggunakan
1. Biasa (Regular)
1
Serbuk sidik jari biasa ini direkomendasikan untuk digunakan pada
2. Metalik
3. Fluorescent
Serbuk ini menggunakan zat dasar yang bersifat fluorescent saat terkena
sinar ultra violet atau sumber cahaya alternatif seperti cahaya biru. Partikel
hitam, merah muda, merah, oranye, hijau dan kuning. Komponen dari
bersinar di bawah panjang gelombang cahaya tertentu, seperti sinar UV. Alternate
dari atom pada suatu molekul. Spektrumnya diperoleh dari sinar radiasi
inframerah
1
yang diserap oleh sampel pada energi tertentu. Frekuensi inframerah biasanya
sebagai banyaknya gelombang per sentimeter (Carey, 2000). Prinsip kerja FTIR
adalah mengenali gugus fungsi suatu senyawa dari absorbansi inframerah yang
dilakukan terhadap senyawa tersebut. Pola absorbansi yang diserap oleh tiap-tiap
Spektrum yang dihasilkan FTIR menunjukkan gugus fungsi silanol dan siloksan.
dari sumber sinar akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah oleh pemecah
sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini kemudian
dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak. Sinar hasil
pantulan kedua
1
cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecah sinar untuk saling berinteraksi.
Dari pemecah sinar, sebagian sinar akan diarahkan menuju cuplikan dan sebagian
menuju sumber. Gerakan cermin yang maju mundur akan menyebabkan sinar
yang sampai pada detector akan berfluktuasi. Sinar akan saling menguatkan ketika
kedua cermin memiliki jarak yang sama terhadap detector, dan akan akan saling
melemahkan jika kedua cermin memiliki jarak yang berbeda. Fluktuasi sinar yang
sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal pada detektor yang disebut
1
Berikut tabel Bilangan Gelombang Spektrofotometer FTIR
(Sastrohamidjojo, 2013).
1
2.5 SAA (Surface Area Analyzer)
Surface Area Analyzer (SAA) merupakan salah satu alat yang berfungsi
untuk menentukan luas permukaan material, distribusi pori dari material dan
isotherm adsorpsi suatu gas pada suatu material. SAA pada dasarnya hanya
mengukur jumlah gas yang dapat diserap oleh suatu permukaan padatan pada
Emmett- Teller). BET pada prinsipnya adalah mengukur luas permukaan padatan
yang dilakukan dengan cara adsorpsi fisik (physisorption) gas yaitu menentukan
jumlah molekul gas yang dibutuhkan untuk menutupi permukaan padatan dengan
mannifold. Tekanan
2
kesetimbangan diukur oleh transduser yang dipilih sesuai dengan rentang tekanan
Data eksperimen yang didapat adalah tekanan kesetimbangan dan jumlah gas
yang teradsorpsi untuk setiap langkah. Penyerapan gas dihitung langsung dari
Anawati et al. (2012) menganalisis luas permukaan zeolit dari abu sekam
18,0953 m2 /g.
Tem adalah alat untuk mengamati bentuk, struktur serta distribusi pori
padatan. Prinsip kerja TEM sama seperti proyektor slide dimana elektron
berbentuk sphericle.
Mekanisme kerja TEM yang dapat dilihat pada Gambar 6 yaitu, pistol
(100- 300 kv) ditransmisikan pada sampel yang tipis, pistol akan memancarkan
sebuah lensa magnetik dengan kekuatan fokus variabel yang baik. Selain itu,
2
defleksi yang berlawanan arah dengan intermediate gap akan membentuk arah
elektron yang menuju lensa yang selanjutnya dapat diamati melalui layar
kristal dan ukuran kristal dari suatu bahan padat. Bahan yang mengandung kristal
yang spesifik. Sedangkan kelemahan alat ini adalah tidak dapat mengkarakterisasi
bahan yang bersifat amorf. Terdapat tiga komponen dasar XRD, yaitu sumber
sinar-
2
X, material yang diuji (specimen), dan detektor sinar-X (X-Ray detector) (Sartono,
2006). Kim et al. (2016) melakukan analisis fasa silika nanopartikel dengan XRD.
Hasil analisis menunjukkan puncak yang melebar pada kisaran 2θ= 20- 25⁰ sesuai
dengan JCPDS (47-0715) yang menegaskan daerah puncak yang melekat pada
Skema kerja XRD (Gambar 7) yaitu jika seberkas sinar-X dijatuhkan pada
sampel kristal, maka bidang kristal akan membiaskan sinar-X yang memiliki
panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar
sebuah puncak difraksi (Smallman, 2000). Semakin banyak bidang kristal yang
Setiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang
2
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2018 hingga Juni 2018 di
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Pusat Penelitian Fisika LIPI,
3.2.1 Alat
gelas, pipet tetes, timbangan analitik, hotplate stirrer, magnetic stirrer, kertas
saring whatman nomor 42, indikator universal, FTIR Spectrum One Perkin Elmer,
BET Micromeritics ASAP 2420, TEM Tecnai G2 20 S-Twin dan XRD Rigaku tipe
SmartLab.
3.2.2 Bahan
hasil ektraksi silika dari limbah geothermal yang diperoleh dari PLTP Dieng
(Lampiran 1), natrium hidroksida (NaOH) Merck, asam klorida (HCl) Merck,
23
3.3 Diagram Alir
Serbuk silika
Silika geothermal
Nanopartikel silika
SAA
Optimum
FTIR XRD
Gambar 8. Diagram alir sintesis nanopartikel silika TEM
2
Silika geothermal
Nanopartikel silika
fluorescent
dengan air. Perbandingan volume air dan serbuk silika sebesar 1:4. Pencucian
yang telah dicuci kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu
100 ℃ selama 1 hari.Silika yang sudah dicuci diberi kode sampel silika
geothermal.
2
menggunakan magnetic stirrer dengan pemanasan dijaga konstan pada suhu
larutan natrium silikat dengan serbuk silika. Larutan natrium silikat diteteskan
didiamkan (aging) selama 18 jam. Gel yang telah kaku dilakukan pencucian
dengan suhu 100 ºC selama 3 hari. Nanopartikel silika yang sudah kering
dihaluskan dan diberi kode sampel SNP. Proses sintesis SNP dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Variasi konsentrasi NaOH 0,375; 0,75; 1,5 dan 3 N dengan kondisi suhu
reaksi 90 ℃ dan waktu aging 18 jam. Variasi waktu aging 18 jam, 24 jam dan
natrium silikat dengan serbuk silika dari limbah geothermal. Larutan natrium
2
selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu 80 ºC. Nanopartikel
silika fluorescent yang terbentuk dihaluskan dan diberi kode sampel FSNP.
homogen dalam press holder. Kemudian dimasukkan ke dalam plat dan dianalisis
dilakukan dengan gas nitrogen pada suhu 200 °C selama 2 jam. Selesai proses
dalam kondisi suhu nitrogen cair serta dialirkan gas N2 dan H2.
ditempelkan pada plat. Plat kemudian dimasukkan ke dalam alat TEM dan
500.000 kali.
2
3.4.3.4. Analisis Kristalinitas dengan XRD (ASTM C968-92)
menjadi lebih padat, kemudian holder diletakkan pada alat XRD dan diradiasi
dengan sinar X.
3.4.4 Uji Fluorescent Fingerprint Powder untuk Identifikasi Sidik Jari Laten
(Saif, 2015)
Tangan panelis dicuci dengan sabun, air dan dikeringkan. Jemari yang
pada sidik jari dengan hati-hati. Serbuk yang berlebih dibersihkan dengan brush.
2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam larutan suhu rendah, dimana dalam proses terjadi perubahan fasa dari
suspensi koloid (sol) membentuk fasa cair (gel) (Fernandez, 2011). Sintesis
meningkat jumlah silika yang larut. Penambahan basa pekat berupa NaOH disertai
NaOH dan waktu aging terhadap luas permukaan. Hasil analisis SAA dapat
29
Konsentrasi NaOH 1,5 N menghasilkan luas permukaan yang besar, yaitu
sebesar 289,23 m2/g. Konsentrasi optimum yang didapatkan tidak jauh berbeda
dengan Ayu et al. (2013). Konsentrasi NaOH optimum dalam sintesis xerogel
berbahan dasar pasir kuarsa yaitu 1 M. Terjadi penukaran ion yang hampir
setimbang antara ion Na2SiO3 dengan HCl pada konsentrasi NaOH 1,5 N dan HCl
hanya berupa NaCl (Ubaid et al. 2016). Pencucian gel dilakukan untuk
mempengaruhi seberapa banyak silika yang ada dalam proses sintesis (Iman et al.,
terbentuknya garam NaCl yang semakin banyak pada pembentukan gel. Garam-
garam tersebut dapat mempengaruhi luas permukaan silika (Asy'hari et al,. 2011).
Basa kuat NaOH terdisosiasi sempurna dalam air membentuk ion Na+ dan
[SiO2OH]- yang tidak stabil. Proses selanjut terjadi dehidrogenasi dan ion
hidroksil yang kedua akan berikatan dengan hidrogen membentuk molekul air.
Dua ion Na+ akan menyeimbangkan muatan negatif yang terbentuk dan
3
membentuk NaCl sehingga terbentuk suatu padatan berbentuk gel SiO2 seperti
Berbentuk gel
Proses aging dilakukan untuk mendapatkan gel yang menysut dalam larutan dan
kaku (Dewi, 2005). Variasi waktu aging yang dilakukan yaitu; 18, 48, 72 jam
Tabel 6. Pengaruh waktu aging terhadap luas permukaan dengan konsentrasi NaOH
optimal
yang besar yaitu 289,23 m2/g. Waktu optimum aging yang didapatkan sama
Waktu aging yang semakin lama akan menyebabkan semua silika yang
disintesis akan menutupi kerangka atau template dan membentuk material yang
besar sehingga mengurangi luas permukaan (Alaba et al., 2015). Waktu aging
yang terlalu lama akan menyebabkan kekuatan ikatan jaringan gel semakin kuat
sehinga dapat menyebabkan pengerutan rongga pori semakin kecil. Rongga pori
semakin kecil, luas permukaan yang dihasilkan juga semakin kecil (Asy'hari et al,.
2011).
3
4.2 Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR
terdapat pada silika geothermal, SNP dan FSNP. Silika geothermal, SNP, dan
FSNP dianalisis pada rentang bilangan gelombang 400-4000 cm-1. Spektrum FTIR
silika geothermal, SNP dan FSNP dapat dilihat pada Gambar 10 (Lampiran 3).
FSNP
SNP
Silika Geothermal
beberapa gugus fungsi pada bilangan gelombang (cm-1) tertentu yang dapat dilihat
pada Tabel 7. Hasil analisis gugus fungsi silika geothermal, SNP, dan FSNP sama
3
trimetilamonium klorida (TMACl) sebagai pencetak pori. Spektrum yang
bilangan gelombang 3700-3200 cm-1 (vibrasi ulur –OH dari Si-OH) dan pita
serapan daerah 1800-1600 cm-1 (vibrasi tekuk –OH dari Si-OH). Gugus siloksan
(vibrasi tekuk Si-O dari ≡Si-O-Si≡), 1100-1000 cm -1 (vibrasi ulur asimetris Si-O
dari ≡Si-O-Si≡), 850-650 (vibrasi ulur simetris Si-O dari ≡Si-O-Si≡) dan 500-400
Vibrasi ulur dari Si-O dari siloksan yang ditunjukkan oleh semua sampel
menunjukkan bahwa telah terbentuk kerangka silika yang stabil. Pita serapan yang
melebar dari spektrum semua sampel pada daerah bilangan gelombang 1100-1000
cm-1 dari vibrasi ulur asimetri internal dan ekternal tetrahedral Si-O dari siloksan
yang menunjukkan gugus silanol, yaitu pada 3448,72; 1624; 1056 dan 802 cm-1.
Perubahan intensitas dikarenakan molekul air atau gugus silanol berkurang karena
3
Tabel 7. Bilangan gelombang dan gugus fungsi silika geothermal, SNP, dan FSNP
Bilangan
Frekuensi Gugus Fungsi Gelombang Sumber
Silika
Geothermal SNP FSNP
Vibrasi tekuk
500-400 dari gugus Juni et al.,
470.63 470.63 462.92
siloksan (≡Si-O- 2012
Si≡)
Vibrasi Ulur
680-850 simetris dari Si- Juni et al.,
O pada siloksan 802.39 802.39 794.67 2012
(≡Si-O-Si≡)
1000- Vibrasi Ulur Si-
Silverstein
900 O pada Silanol - 972.12 964.41 , 2005
(≡Si-OH)
Vibrasi Ulur
1100-
Asimetris Si-O Adam et
1000 1111 1103.28 1087.85 al., 2006
dari siloksan
(≡Si-O-Si≡)
1800- Vibrasi Tekuk - 1627.92 1636.64 Silverstein
1600 OH dari silanol 1643.35 , 2005
(≡Si-OH) 1851.66 1874.81
fasa nanopartikel yang dianalisis berupa pola difraksi sesuai dengan tingkat
kristalinitasnya. Pola difraksi silika geothermal, SNP, dan FSNP ditampilkan pada
Gambar 11.
3
Gambar 11. Pola difraksi XRD silika geothermal, SNP, dan FSNP
Spektra silika geothermal memiliki puncak yang melebar pada kisaran 2θ=
22⁰, hal ini mengindikasikan bahwa silika geothermal berfasa amorf. Menurut
Kim et al. (2017) puncak yang melebar pada kisaran 2θ= 20- 25⁰ sesuai dengan
JCPDS (47-0715) yang menegaskan daerah puncak yang melekat pada partikel
difraksi nanopartikel silika terdiri dari puncak difraksi SiO2 dan NaCl. Puncak
SiO2 ditemukan pada 2θ= 45.82⁰; 66.69⁰ dan 74⁰ (Rozi et al,. 2016). Spektra
yang dihasilkan FSNP memiliki puncak yang melebar pada 2θ= 20⁰ - 30⁰. Spektra
tersebut memiliki korespodensi dengan SiO2 berkeadaan amorf (Ren et al., 2007).
3
Secara umum, full width at half maximum (FWHM) dari spektrum XRD
juga menunjukkan tentang kualitas dan ukuran kristal SiO2 yang dihasilkan.
intensitas paling tinggi (Astuti et al. 2015). Berdasarkan hasil perhitungan ukuran
geothermal, SNP dan FSNP. Mikrograf silika geothermal, SNP dan FSNP dapat
sphericle, dimana bentuk morfologi ini sama dengan penelitian Sumanthi et al.
yang heteregon. Silika geothermal terlihat terdiri dari partikel silika yang kecil
3
Gambar 13. Mikrograf SNP
silika, hal ini terlihat dari ukuran partikel lebih kecil dan homogen dibandingkan
dengan silika geothermal. Perhitungan luas rata-rata dan diameter rata-rata dapat
dilakukan dari mikrograf hasil analisis TEM dengan aplikasi imageJ (Lampiran
5). SNP memiliki luas rata-rata dan diameter rata-rata masing-masing sebesar
38,908 nm2 dan 7.04 nm. Partikel yang lebih kecil terjadi karena peningkatan
rata partikel dan diameter rata-rata menjadi 27,223 nm2 dan 5.58 nm.
3
Gambar 14. Mikrograf FSNP
sidik jari laten. Metode analisis sidik jari laten dengan bubuk dalam pengusutan
kasus kriminal memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, yaitu sebesar 67%
(Reinaldo, 2017). Metode pengembangan sidik jari laten yang digunakan POLRI
saat ini adalah metode bubuk dan metode kimia (SOP DIRSESE Kriminal
Khusus, 2013).
3
Penambahan rhodamine 6g dalam sintesis SNPF untuk memberikan efek
cahaya oleh suatu materi setelah tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi.
Emisi cahaya terjadi karena proses absorbsi cahaya oleh atom yang
digunakan untuk menyinari sidik jari laten dan SNPF. SNPF akan mengeluarkan
acrylic, stainless steel dan silicon. Penggunaan substrat yang berbeda bertujuan
untuk mengetahui daya lekat powder pada permukaan substrat dalam deteksi sidik
jari laten.
a) b)
Gambar 15. a) Sidik jari laten pada kaca b) Sidik jari laten pada kaca dibawah uv light.
Pola Sidik jari laten di permukaan kaca yang telah dibubuhi SNPF tanpa
diterangi UV Light (Gambar 15a). Sidik jari laten yang telah dibubuhi SNPF
dibawah UV Light pada Gambar 15b terlihat jelas. Sidik jari laten pada Gambar
3
a) b)
Gambar 16. a) Sidik jari laten pada acrylic b) Sidik jari laten pada acrylic dibawah uv
light.
Pola sidik jari laten tanpa diterangi UV Light (Gambar 16a) belum terlihat
jelas. Gambar 16 b merupakan sidik jari laten yang telah dibubuhi SNPF dengan
diterangi UV Light. Sidik jari laten yang diterangi dengan UV Light (Gambar 16
b) terlihat lebih jelas dibandingkan dengan sidik jari laten yang tidak diterangi
dengan UV Light (Gambar 16a). Pola sidik jari laten pada Gambar 16
menunjukkan pola sidik jari berbentuk whorls (Sodhi, 1999). Identifikasi sidik jari
laten menggunakan SNPF pada acrylic kurang terlihat jelas, hal ini diduga karena
Gambar 17a merupakan sidik jari laten dipermukaan stainless steal yang
telah dibubuhi SNPF. Gambar 17 b merupakan sidik jari laten pada permukaan
stainless steel dibawah UV Light. Sidik jari laten terlihat lebih jelas pada stainless
steal yang diterangi dengan UV Light. Gambar 17 menunjukkan pola sidik jari
4
a) b)
Gambar 17. a) Sidik jari laten pada stainless steel b) Sidik jari laten pada stainless steel
dibawah uv light.
a) b)
Gambar 18. a) Sidik jari laten pada silicon b) Sidik jari laten pada silicon dibawah uv light.
Pola sidik jari laten pada Gambar 18 a belum terlihat jelas. Sidik jari laten
yang diterangi dengan UV Light (Gambar 18b) terlihat jelas. Sidik jari laten pada
4
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
fingerprint powder.
5.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
4
Bokau, Nova, S. (2014). Sintesis Membran Kitosan termodifikasi Silika Abu
Sekam Padi Untuk Proses Dekolorisasi. [Skripsi]. Semarang (ID):
Universitas Negeri Semarang
Bragman, C. P. & Goncalves, M. R. F. (2006). Thermal Insulators Made with
Rice Husk Ashes: Production and Correlation Betwen Properties and
Microstructure. Construction and Building Materials. 21: 2059-2065
Carey, F.A. (2000). Organic Chemistry Fourth Edition. New York (USA) :
McGraw-Hill Higher Companies, Inc.
Champod, C., Lennard, C., Margot, P., & Stonilovic, M. (2004). Fingerprints and
Other Ridge Skin Impressions. Boca Raton (FL): CRC Press
Daluz, Hillary, Moses. (2015). Fundamental of Fingerprint Analysis. Boca Raton
(FL): CRC Press
Dewi, L. (2005). Termodinamika Adsorpsi Zn(II) dan Cd(III) pada Adsorben
Hibrida Amino-Silika Hasil Pengolahan dari Abu Sekam Padi. [Skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada
Dipowardani, B. T., Sriatun., & Taslinah. (2008). Sintesis Silika Kristalin
Menggunakan Surfaktan Cetiltrimetilamonium Bromida (CTAB) dan
Trimetilamonium Klorida (TMACl) sebagai Pencetak Pori. Jurnal Sains
dan Aplikasi. 11(1): 20-28
4
Hosokawa, M., Nishino, K., & Yokoyama, T. (2007). Nanoparticle Technology
Handbook. Elsevier B.V (UK) :Oxford
Ibrahim, Ismail, A. M., Zikry, A. A. F., & Sharaf, Mohamed, A. (2010).
Preparation of Spherical Silica Nanoparticles: Stober Silica. Journal Of
American Science. 6:985-989
Iler, R. K. (1979). Silica gels and powders. In: The Chemistry of Silica. New York
(USA): John Wiley and Sons
Iman, Teguh., Ameli., & Suseno, Ahmad. (2013). Pengaruh Konsentrasi NaOH
Pada Pengambilan Silika dari Abu Sekam Padi untuk Sintesis Zeolit dan
Aplikasi Sebagai Builder Deterjen. Chem Info. 1(1):275-282
Jacobs, R. (2008). Basic Operating Principles of Sorptomatic 1990. University of
Oxford. [Diakses pada tanggal 30 Juli 2018]. Tersedia pada:
http://saf.chem.ox.ac.uk/operating-principles-3.aspx
Juni, E. W., Arneli, & Sriatun. (2012). Pemanfaatan Surfaktan Kationik Hasil
Sublasi sebagai Molekul Pengarah pada Pembuatan Material Berpori dari
Sekam Padi. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi.15(1): 24 – 28
Kalapathy, U., Proctor, A., & Shultz, J. (2000). A simple method for production
of pure silica from rice hull ash. Journal of Bioresource Technology.
23:257- 262
Kalapathy, U., Proctor, A., & Shultz, J. (2000). Silica Xerogel from rice hull ash:
structure, density, and mechanical strength as affected by gelation pH and
silica concentration. Journal of Bioresource Technology. 75(6):464-468
Kamath, S., & Proctor, A. (1998). Silica Gel from Rice Hull Ash: Preparation and
Characterization. Journal of Cereal Chemistry. 75(4):484-487
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Direktorat Reserse Kriminal Khusus.
(2013). Standar Operasi dan Prosedur (SOP) Olah TKP. Balikpapan (ID)
Kim, Gyun, Tae., An, Gye, Seok., Han, Jin, Soon., Hur, Jae, Uk., Park, Bong,
Geun., & Choi, Sung, Chori. (2017). Synthesis of Size Controlled Spherical
Silica Nanoparticles via Sol-Gel Process within Hydrophilic Solvent.
Journal of the Korean Ceramic Society. 54(1): 49-54.
Kurniati, Eli. (2009). Ekstraksi Silica White Powder Dari Limbah Padat
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Dieng. Surabaya(ID): UPN Press.
Kusumastuti, Yuni., Petrus, Himawan, Tri, Bayu, Murti., Yohana, Fiska, Buwono,
Agung, Tri., Zaqina, Radinda, Bian. (2016). Synthesis and Characterization
of Biocomposites Based on Chitosan and Geothermal Silica. International
Conference on Chemistry, Chemical Process and Engineering (IC3PE)
2017. AIP Conf. Proc. 1823, 020127-1–020127-6
4
Laugier, J., & Bochu, B. (1999). Basic Demonstration of Celref Unit-Cell
Refinement Software on a Multiphase System. http://www.ccp14.ac.uk/
tutorial/lmgp/celref.htm. Diakses pada 10 Juni 2017
Liu, Q. Q., Zhang, J. E., Mark & I., Noda. (2009). A Novel Biodegradable
Nanocomposite Based On Poly (3-Hydroxybutyrate-co-3
Hydroxyhexanoate) and Silylated Kaolinite/Silica Core–Shell
Nanoparticles. Elsevier. Applied Clay Science. 46:51 – 56
Mohanraj, U. J. & Chen, Y. (2006) . Nanoparticles – A Review. Tropical Journal
of Pharmaceutical Research. 5 (1): 561-573
Monalisa, Y., Djamas, D., & Ratnawulan. (2013). Pengaruh Suhu Variasi
Annealing Terhadap Struktur dan Ukuran Butir Silika dari Abu Tongkol
Jagung Menggunakan X-Ray Diffractometer. Pillar of Physics. 1: 102-110
Mujiyanti, R. D., Nuryono, & Kunarti, E. S. (2010). Sintesis dan Karakterisasi
Silika Gel dari Abu Sekam Padi Yang Dimobilisasi dengan 3-(Trimetoksil)-
1-Propanol. Sains dan Terapan Kimia. 4(2):150-167
Munasir., Surahmat, H., Triwikantoro., Zainuri, M., & Darminto. (2013).
Pengaruh Molaritas NaOH pada Sintesis Nanosilika berbasi Pasir Bancar
Tuban. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JAPFA). 3(2)
Nuryono & Narsito. (2004). Effect of Acid Concentration on Characterers of
Silica Gel Syntesized from Sodium Silicate. Indonesian Journal
Chemistery.5(1):25-30
Pang, Suh, Cem., Kho, Yun, Sze., & Chin, Suk, Fun. (2012). Fabrication of
Magnetite/Silica/Titania Core-Shell Nanoparticles. Journal of
Nanomaterials. 2012. https://doi.org/10.1155/2012/427310
Park, K., Yeo, Y., & Swarbrick, J. (2007). Microencapsulation Technology in:
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. New York (USA): Informa
Healthcare
Paveena, L. A., Vittaya, S., Supapan & M., Santi. (2010). Characterization and
Magnetic Propetis of Nanocrystalline CuFe2O4, NiFe2O4, ZnFe2O4 Powders
Prepared by Aloe Vera Extract Solution. Current Applied Physics. 11: 101-
108.
Pokropivny, V., Lohmus, R., Hussainova, I., Pokropivny, A., & Vlassov, S.
(2007). Introduction in Nanomaterial and Nanotechnology. Tartu (EST):
Tartu University Press
Prastiyanto, A., Azmiyawati, C., & Darmawan, A. (2008). Pengaruh Penambahan
Merkaptobenzotiazol (MBT) terhadap Kemampuan Adsorpsi Gel Silika dari
Kaca pada Ion Logam Kadmium. Semarang (ID): Laporan Penelitian
Universitas Diponegoro Semarang.
4
Rahman, I. A., & V., Padavettan. (2012). Synthesis of Silica Nanoparticles by
Sol- gel: Size-Dependent Properties, Surface Modification, And
Applications In Silica-Polymer Nanocomposites In Review. Journal of
Nanomaterials. 2012:1-15
Ramadhan, Nanda, I., Munasir, & Triwikantoro. (2014). Sintesis dan
Karakterisasi Serbuk SiO2 dengan Variasi pH dan Molaritas Berbahan Dasar
Pasir Bancar, Tuban. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 3: 16
Saptadji, N. (2008). Sekilas Tentang Panas Bumi. Bandung (ID): Diktat Kuliah
Teknik Panas Bumi ITB
Sartono, A. A. (2006) . Difraksi sinar –X (XRD). Tugas Akhir Matakuliah Proyek
Laboratorium. Departemen Fisika Fakultas Mate-matika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. [Diakses pada tanggal 09 Juni
2017]. Tersedia pada: http://www.doitpoms.ac.uk/tlpitb/xraydiffracion/
single crvstl . php.
Sastrohamidjojo,H. (2013). Dasar – Dasar Spektrokopi. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press
Silverstein, R. M. (2005). Spectrometric Identification Of Organic Compounds.
Seventh edition. New York (USA): State University of New York
Smallman, R. E., & Bishop, R. J. (2000). Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material. Jakarta (ID): Erlangga
4
Sodhi, G. S., Kaur, J., & Garg, R. K. (2004). Fingerprint powder formulations
based on organic, fluorescent dyes. Journal Forenic Identify. 54 (1):4-8
Sulistyawati, E. N. (2012). Prinsip Kerja Instrumen Spektroskopi. [Diakses pada
tanggal 09 Juni 2017]. Tersedia pada:
http://ekandaris.blogspot.com/2012/09/prinsip-kerja-
instrumenspektroskopi.html
Sumanthi, R., & Thenmozhi, R. (2016). Preparation of Spherical Silica
Nanoparticles by Sol-Gel Method. International Conference on Systems,
Science, Control, Communication, Engineering and Technology 2016
[ICSSCCET 2016]
Suprapto, S. J. (2009). Panas Bumi Sebagai Sumber Energi dan Penghasil Emas.
Warta Geologi. 4(2)
Surdia, T. & Saito, S. (2000). Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta (ID): Pradanya
Pramita
Suseno, J. E., & Firdausi, K. S. 2008. Rancang Bangun Spektroskopi FTIR
(Fourier Transform Infrared) untuk Penentuan Kualitas Susu Sapi. Berkala
Fisika.11(1): 23-28
Syakur, A., Tumiran, Berahim, H., & Rochmadi. 2011. Pengujian Karakteristik
Limbah Pasir PLTP Dieng Sebagai Bahan Pengisi Isolator Resin Epoksi
Silane. Jurnal Rekayasa Elektrika. 9(4): 177-182
Tahid. (1994). Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier Nomor II Tahun
VIII. Bandung (ID): Warta Kimia Analitis
Trivana, L. Sugiarti, S. & Rohaeti, E. (2015). Sintesis dan Karakterisasi Natrium
Silikat dari Sekam Padi. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. 7(2): 66-
75
Ubaid, A. & Munasir. (2016). Pengaruh Variasi Aging terhadap Porositas
Nanosilika sebagai Adsorben Gas Nitrogen. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia
(IFI). 5(01):1-6
Van, Vlack. & Lawrench, H. (1992). Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan
Non Logam). Jakarta (ID): Erlangga
Wahyuni, Nurseffi, Dwi. (2012). Indonesia Bakal Jadi Penghasil Listrik
Panasbumi Terbesar di Dunia. Artikel. [Diakses tanggal 21 Juni 2017].
Tersedia pada: http://bisnis.liputan6.com/read/461333/indonesia-bakal-jadi-
penghasillistrik-panas-bumi-terbesar-di-dunia.
Wang, Meng., Li, Ming., Yu, Aoyang., Zhu, Ye., Yang, Mingying. & Mao,
Chuanbin. (2017). Fluorescent Nanomaterials for the Development of Latent
Fingerprints in Forensic Sciences. Advanced Fuctional Material Journal. 27
(14): 1-16.
4
Yuan, H., Gao, F., Zhang, Z., Miao, L., Yu, R., Zhao, H., & Lan, M. (2010).
Study of Controllable Preparation of Silica Nanoparticles with Multi-sized
anf Their Size-dependent Cytotoxicity in Pheochromocytoma Cells and
Human Embryonic Kidney Cell. Journal of Health Science. 56(6):632-640
Zawrah, M., El-Kheshen, A. A., Abd-El-Aal, H. M. (2009). Facile and Economic
Synthesis of Silica Nanopareticles. Journal of Ovonic Research. 5(5): 129-
133
4
LAMPIRAN
5
3. Hidrolisis silika geothermal dan NaOH pada suhu 90 ℃
5
5. Proses aging gel silika
5
7. Sampel nanopartikel silika fluorescent
𝑛𝑥𝑎
𝑁
= 𝑉
𝑔
𝑥𝑎
𝑀𝑟
𝑁= 𝑉
Keterangan:
N: Normalitas (N)
n: Mol zat terlarut
a: Jumlah ion OH-
g: Berat zat (g)
Mr: Massa molekul
relative V: Volume zat (L)
𝑔
𝑥𝑎
𝑀𝑟
𝑁=
𝑉
𝑔
𝑥1
0,375 = 40
1
𝑔 = 15
5
Konsentrasi NaOH 0,75 N
𝑔
𝑥𝑎
𝑁 = 𝑀𝑟
𝑉
𝑔
𝑥1
0,75 = 40
1
𝑔 = 30
𝑔
𝑥𝑎
𝑁=
𝑀𝑟
𝑉
𝑔
1,5 = 40 𝑥
1
𝑔 = 45
Konsentrasi NaOH 3 N
𝑔
𝑥𝑎
= 𝑀𝑟
𝑉
𝑔
40 𝑥1
3= 1
𝑔 = 60
2. Perhitungan pembuatan larutan HCl 2N
V1. N1 = V2. N2
Keterangan
N: Normalitas (Normal)
BJ: Berat Jenis (g/ml)
BM: Berat Molekul (g/mol)
V1: Volume zat terlarut
V2: Volume zat pelarut
5
Pembuatan Larutan HCl 2 N
Diketahui:
Berat Jenis: 1,19 g/ml
%HCl: 37%
Valensi: 1
Berat Molekul: 36,5 g/mol
𝑁 = 12,06
5
Lampiran 3. Hasil analisis SAA
1. Nanopartikel silika NaOH 3 N dan waktu aging 18 jam.
Gambar 26. Hasil analisis BET nanopartikel silika NaOH 3 N dan waktu aging 18 jam
5
2. Nanopartikel silika NaOH 1,5 N dan waktu aging 18 jam.
Gambar 27. Hasil analisis SAA nanopartikel silika NaOH 1,5 N dan waktu aging 18 jam
5
3. Nanopartikel silika NaOH 0,75 N dan waktu aging 18 jam.
Gambar 28. Hasil analisis SAA nanopartikel silika NaOH 1,5 N dan waktu aging 18 jam
5
4. Nanopartikel silika NaOH 0,375 N dan waktu aging 18 jam
Gambar 29. Hasil analisis SAA nanopartikel silika NaOH 0,375 N dan waktu aging 18
jam
5
Lampiran 4. Hasil analisis FTIR
1. Silika Geothermal
6
2. Nanopartikel Silika
6
3. Nanopartikel silika fluorescent
6
Lampiran 5. Hasil analisis XRD
1. Perhitungan Ukuran Kristal
Ukuran kristal SiO2 dihitung menggunakan persamaan Scehrerrer sebagai
berikut :
𝑲λ
D = 𝜷 𝑪𝒐𝒔 𝜽
Dimana :
D = Ukuran kristal
λ = Panjang gelombang radiasi
(1,5496) ß = Full Width at Half
Maximum (rad) θ = Sudut Bragg (ᶿ)
Diketahui besar nilai k yaitu konstanta 0,9 dan 𝜆 sebesar 1,5406
Sedangkan untuk FWHM didapatkan dengan menggunakan origin.
2θ = 45,82
θ = 22,91
𝐾. 𝜆
D = 𝛽 .cos 𝜃
0,9 . 1,5406
= 0.0340182125 . cos(22,91)
1,38654
= 0.031334
= 44,25 Å
= 4,425 nm
6
2. Nanopartikel Silika
6
Gambar 34. Hasil analisis XRD nanopartikel silika
6
3. Nanopartikel silika fluorescent
6
Gambar 35. Hasil analisis XRD nanopartikel silika fluorescent
6
Lampiran 6. Hasil analisis TEM
1. Silika geothermal
6
2. Nanopartikel silika
6
3. Nanopartikel silika fluorescent
7
Tabel 8. Hasil analisis imageJ
keterangan:
d: Diameter
A: Total area
ℼ: 3,14
Nanopartikel silika
𝐴
d=2. √
𝜋
38,908
d=2. √
3,14
d = 2 . 3,521
d= 7,04 nm
d = 2 . 2,94
d= 5,58 nm
7
7
BIODATA MAHASISWA
IDENTITAS PRIBADI
NIM : 1113096000025
Telp./HP. : 085715637062
Email : Yudiapangesti@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
7
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Gema Drum Band Islamic Village Jabatan Horn Line (Tahun 2004
s.d. 2007)
SEMINAR/LOKAKARYA