Anda di halaman 1dari 35

i

PERAN WIRID KHUSUS NAHDLATUL WATHAN


DALAM PEMBINAAN KARAKTER SANTRI
DAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN
HIKMATUSYSYARIEF NWDI SALUT
TAHUN PELAJARAN
2022/2023

PROPOSAL

Oleh

MUSLEHUDIN
NIM. 2019.113.01.0741

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


AL-AZIZIYAH KAPEK GUNUNGSARI LOMBOK BARAT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Nusa Tenggara Barat dikenal sebagai daerah yang memiliki basis
Islam yang kuat. Nusa Tenggara Barat meliputi dua pulau utama yaitu
Lombok dan Sumbawa. Sejak zaman dahulu di banyak berdatangan para
penyebar agama Islam, sehingga Islam merupakan agama yang dianut oleh
sebagian besar penduduk di Nusa Tenggara Barat. Untuk melahirkan
generasi Islam yang berpendidikan dan berakhlak, sejak zaman pra-
kemerdekaan sampai jaman pasca-kemerdekaan, di Lombok berdiri banyak
pondok pesantren besar diantaranya Pondok Pesantren Nurul Haramain
yang bercirikan pendalaman bahasa asing seperti bahasa Arab dan Inggris
serta mengajarkan kewirausahaan, Pondok Pesantren Al-Aziziyah di
Gunungsari yang bercirikan Tahfiz Al-Qur’an, Pondok Pesantren Nurul
Hakim dan Islahuddin di Kediri Lombok Barat yang bercirikan kitab
kuning, Pondok Pesantren Qamarul Huda Bagu yang bercirikan Nahdlatul
Ulama (NU) dan kitab kuning, Pondok Pesantren Abu Hurairah di
Mataram yang bermanhaj Salaf.
Di Lombok Timur di Pancor dan Anjani memiliki Pondok
Pesantren Darunnahdlatain dan Syeikh Zainuddin yang bercirikan pesantren
modern yang didirikan oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Beliau juga mendirikan organisasi yaitu Nahdlatul Wathan. Nahdlatul
Wathan menjadi organaisasi terbesar yang bergerak di bidang dakwah,
pendidikan sosial dan kemasyarakatan. Organaisasi Nahdlatul Wathan
berlandaskan iman dan taqwa dengan Tarekat Hizib dan Hizib Nahdlatul
Wathan dan Wirid Khusus1.

Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial (Yogyakarta: Genta


Press, 2007.), h.112.

1
2

Wirid atau Tarekat yang dikembangkan oleh Nahdlatul Wathan


adalah Tarekat modern tetapi masih memiliki ajaran prinsip-prinsip
Tasawuf. Pada aspek spritual wirid khusus merupakan tolak ukur ketahanan
akhlaki seseorang dalam berprilaku dalam kehidupan ini, maka tepat sekali
pendapat Mukti Ali yang menyatakan: agama memberi petunjuk bagaimana
moral (etika, akhlak) itu dijalankan. serta agamalah yang memberikan
hukum-hukum moral dan karenanya maka agamalah juga memberikan
sangsi yang terakhir dari semua tindakan-tindakan moral sementara itu pula,
Islam mengajarkan seperangkat latihan-latihan peribadatan (berdoa/wirid
dan dzikir) yang dimaksudkan untuk membina dan mengantarkan manusia
ketingkat pencapaian kualitas moral yang luhur dan mulia.2
Dalam organisasi Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ada beberapa tradisi zikir atau wirid
yang bisa dipetakan menjadi empat kategori yaitu: Zikir / Wirid Sirr/Khofi
atau (tanpa suara), Zikir Jahar (nyaring bersuara), Zikir Fardy (zikir
sendirian) dan Zikir Jama’i atau zikir berjamaah atau bersama-sama.
Masing- masing kategori tersebut dapat diterapkan sesuai dengan kondisi
dan situasi pewirid-pengawal yang diajarkan oleh Maulanassyaikh kepada
murid-muridnya. Tradisi Maulanassyaikh dalam wirid harian beliau adalah
selesai sholat lima waktu.3 Di dalam Al-Qur’an zikir dan wirid sangat
dianjurkan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Rad 13:28
yang berbunyi:
٢٨﴿ ُ‫َط َمِئ ُّن ْٱلقُلُوب‬
ْ ‫م بِ ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ َأالَ بِ ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ ت‬Tُْ‫َط َمِئ ُّن قُلُوبُه‬ ْ ُ‫﴾ٱلَّ ِذينَ آ َمن‬
ْ ‫وا َوت‬

Artinya: yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah dengan mengingat Allah hati

menjadi tenteram (QS.Al-Rad 13:284)

Ismail, Faisal, Pijar-pijar Islam : Pergumulan Kultur dan Struktur, (Yogyakarta : Lesfi
Yogya,2004), h.258.
3
Hizkom Putra Azma, Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan,
(Cendekia Press, 2019),h.112.
4
KEMENAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2006)
3

Oleh karena itu Wirid Khusus Nahdlatul Wathan diharapkan dapat


membentuk karakter. Karena karakter adalah jawaban mutlak untuk
menciptakan kehidupan yang lebih baik di dalam masyarakat. dunia barat
secara khusus dan seluruh dunia pendidikan secara umum, bahwa
pendidikan karakter adalah sebuah keharusan, karakter merupakan nilai-
nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Salah satu cara untuk membentuk karakter siswa dan siswi di
Pondok pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut adalah sesuai dengan
pesan dan pemikiran Kyai Hamzanwadi, dengan pesan tematiknya yaitu :
(1) berjuanglah kamu dengan hartamu dan jiwamu di jalan Allah seraya
melafalkan bunyi ayat:“Wajaahidu bi amwaalikum wa anfusikum fi
sabiilillah”, (2) jadilah kalian suritauladan yang baik, (3) pertahankanlah
Iman dan Taqwamu dalam jiwamu, (4) Nahdlatul Wathan adalah kenang-
kenangan bagimu, anak cucumu dan umat Islam seluruhnya5
Oleh karena itu diharapkan santri dan santriwati dalam aspek
sprituanya juga harus diperkuat, karena dalam aturan UUD No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 dijelaskan bahwa tujuan
pendidikan adalah usaha menciptakan suasana belajar agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial serta
keterampilan yang diperlukan .6 Ini baru amanat Undang-undang belum lagi
Amanat Rasulullah SAW. yang merupakan rasul Allah SWT. dalam
Hadits Shohihnya,
) ‫إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق (رواه الحاكم‬

Muslim, Muslihun, Kiprah dan Pemikiran Nahdlatul Wathan Dari T.G.K.H.


Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid ke Dr.T.G.K.H. Muhammad Zainul Majdi,( Surabaya:
Cerdas Pustaka, 2012), h. 137-138.
6
Baharuddin, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Menuju Pengelolaan
Profesional dan Kompetetif, (Malang : UIN- Maliki Press, Angita Ikapi, 2011) h. 1.
4

Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang


mulia”.
Maka Pondok Pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut, Selat, di
Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, yang terletak ditengah-
tengah sebelah barat Taman Narmada, sebelah selatan Pura Lingsar, dan
Sebelah Timur Taman Suranadi dan Kawasan Taman Sesaot dan Aik Nyet,
punya tugas yang sangat penting didalam mendidik siswa dan siswi anak
bangsa yang berkualitas, baik IPTEK maupun utamanya IMTAQ dari tahun
1990 mulainya pondok pesantren ini,terus-menerus (istiqomah)menjalankan
sistem pembinaan, sholat jamaah dan wirid khusus NW, yang wirid Khusus
ini masuk kedalam Thorikat Hizib NW yang di buat oleh Sang Guru Mulia
Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zaenuddin Abdul
Madjid sebagaimana wasiat Maulana Syaikh:
“Thariqat Hizib thariqat terakhir
Dengan bisyarah “al- Basyirinnadzir
Kepada Bermi al-faqir al-Haqir
Dan dinukilkan oleh al- Khidir
Banyak sekali bisyarah nan nyata
Untuk jama’ah thariqat kita
Dari anbiya’ dan aulia’
Menjadi bukti dan menjadi Fakta
Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan
Disambut luas didesa dan dasan
Semua asyik mendoakan ikhwan
Mengadahkan tangan kepada Tuhan”

Berdasarkan survey awal peneliti yang diperoleh dari hasil


wawancara dengan sekertaris yayasan Pondok Pesantren Hikmatusysyarief
NWDI Salut, Zulkifli, S.Pd.I7 sebagai penanggung jawab yayasan dan
penanggung jawab Pembina putra dan putri Pondok Pesantren
Hikmatusysyarief NWDI Salut mengatakan bahwa Wirid Khusus dan Hizib
Nahdlatul Wathan disusun pada tahun 1360 H/ 1943 M. Wirid khusus
Nahdlatul Wathan bermula dari kumpulan do’a-do’a dan Wirid yang

Wawancara dengan Sekretaris Yayasan, Ustadz Zulkifli, S.Pd.I jam 10.00 WITA pada
tanggal 15 Oktober 2022
5

disusun oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang ditulis


dalam lembaran-lembaran atau diktat yang dibagikan kepada santri untuk
menjadi wirid atau amalan-amalan rutin. Selajutnya para santri yang
istiqomah dalam mengamalkan Wirid Khusus yang berada dalam lembaran-
lembaran atau diktat tersebut menghadap ke TKGH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid untuk memohon untuk diijazahkan agar sah dan resmi serta
lebih berkah dalam mengamalkannya.
Ustadz Zulkifli, S.Pd.I juga menuturkan siswa dan siswi yang ada
dan sedang dibina di pondok pesantren berjumlah 750 lebih, dengan pola
yang sederhana yaitu melakukan sholat Jamaah lalu membaca wirid khusus
NW ternyata cukup efektif dan cukup berperan dalam membentuk karakter
(Religius, jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, kerja sama,
dll.) bagi siswa dan siswi di Hikmatusysyarief NWDI Salut demi
terlaksananya perintah undang-undang No 20 tahun 2003 yang merupakan
cita-cita Agama, Nusa, dan Bangsa Indonesia yang berkarakter/berakhlak
baik secara individual maupun sosial.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “Peran Wirid Khusus
Nahdlatul Wathan dalam Pembinaan Karakter Santri dan Santriwati di
Pondok Pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut”.

B. Fokus Penelitian
Permasalahaan pokok penelitian ini sebagaimana yang telah
diuraikan dalam konteks penelitian di atas, dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengamalan wirid khusus NW di pondok pesantren
Hikmatusysyarief NWDI Salut?
2. Bagaimana karakter santri dan santriwati pondok pesantren
Hikmatusysyarief NWDI Salut?
3. Bagaimana peran wirid khusus NW dalam pembinaan karaktrer siswa
dan siswi di pondok pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut ?
6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana pengamalan Wirid Khusus NW di Pondok
Pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut.
b. Untuk mengetahui karakter santri dan santriwati pondok pesantren
Hikmatusysyarief NWDI Salut
c. Untuk mengetahui bagaimana peran wirid khusus NW dalam
pembinaan karakter siswa dan siswi di Pondok Pesantren
Hikmatusysyarief NWDI Salut.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis


Hasil penelitian ini adalah langkah awal yang bisa dijadikan
sebagai bahan informasi, motivasi dan konsentrasi bagi peneliti lain
yang ingin mengkaji lebih mendalam lagi tentang Peran Wirid Khusus
NW dalam pendidikan karakter dan yang menyangkut masalah
akhlak/karakter.
2. Manfaat Secara Praktis
Hasil Penelitian ini memuat informasi yang terkait dengan
kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan cara/ sistem Pembinaan
karakter melalui wirid khusus NW dipondok Pesantren
Hikmatusysyarief NWDI Salut, baik secara praktis berupa cara
pembinaan yang dilaksanakan secara sistematis sehingga wirid khusus
NW ini dapat menjadi ajuan dan untuk pemerintah supaya lebih
menjaga dan melestarikannya dan memotivasi guru PAI diseluruh
Indonesia dan khususnya di kabupaten Lombok Barat, untuk bisa
mengembangkan diri dalam hal metode mendidik anak didik.
7

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian


1. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan penelitian adalah
tentang: Peran Wirid Khusus Nahdlatul Wathan dalam pembinaan
karakter santri dan santriwati di Pondok Pesantren Hikmatusysyarief
NWDI Salut; yaitu mengenai pengamalan Wirid Khusus NW di Pondok
Pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut, karakter santri dan santriwati
di pondok pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut, dan peran wirid
khusus NW dalam pembinaan karakter siswa dan siswi di Pondok
Pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut.
Untuk menghindari terjadinya penafsiran ganda terhadap
peristilahan yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis akan
memberikan beberapa penegasan istilah-istilah yang berkaitan dengan
judul penelitian ini, yaitu:
a. Wirid Khusus Nahdlatul Wathan
Wirid khusus Nahdlatul Wathan adalah merupakan amalan-
amalan yang disusun oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid yang dikhususkan untuk jama’ah organisasi Nahdlatul
Wathan. Wirid khusus Nahdlatul Wathan. Pengijazahan Wirid
Khusus Nahdlatul Wathan dilakukan langsung oleh
Maulanassyaikh kepada kalangan masyarakata. Tetapi setelah
beliau meninggal dunia maka pengijazahan dilakukan oleh TGH.
Muksin Maqbul. Setelah TGH.Muhsin Maqbul meninggal dunia
maka pengijazahan Wirid Khusus Nahdlatul Wathan tidak
dilakukan lagi dengan persetujuan dari organisasi Nahdlatul
Wathan.
b. Pembinaan Karakter
Menurut B.Simanjutak, beliau memaparkan tentang
hakikat pembinaan karakter yang pada dasarnya adalah upaya
pendidikan, baik formal maupun nonformal yang dilaksanakan
secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab
8

dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan membimbing,


dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang,
utuh dan selaras antara pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat, kecenderungan, dan keinginan serta kemampuan-
kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakasa
sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya,
sesamanya maupun lingkungannya kearah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan

pribadi yang mandiri8.


2. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MA Hikmatusysyarief NWDI
Salut. Penempatan penelitian ini karena beberapa faktor sehingga
peneliti memilih tempat penelitian tersebut. dari segi efektifitas dan
efisiensi waktu, tenaga dan sumber daya peneliti didasarkan pada letak
lokasi sekolah yang dekat dengan tempat tinggal peneliti untuk
mengakses informasi dan data yang diperlukan.
Penentuan lokasi dengan pertimbangan efektif dan efisiensi waktu,
tenaga dan sumber daya peneliti didasarkan pada letak geografis pondok
pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut Narmada dekat dengan tempat
tinggal peneliti sehingga memudahkan bagi peneliti untuk mengakses
informasi.

E. Telaah Pustaka

Telah pustaka merupakan salah satu cara penyadaran terhadap


studi-studi atau karya terdahulu yang terkait, untuk menghindari
duplikasi, plagiasi, replikasi, serta menjamin kaslian dan keabsahan
penelitian yang dilakukan. Penelaahan pustaka dilakukan untuk
menjelaskan posisi penelitian yang sedang dilaksanakan (state of affairs)
di antara hasil-hasil penelitian dan/atau buku-buku terdahulu yang
8

I.L.Pasaribu dan Simanjutak, Membina dan Mengembangkan Generasi Muda


(Bandung : Tarsito, 1990), h. 2
9

bertopik senada (prior research on the topic). Tujuannya adalah untuk


menegaskan kebaruan, orisinalitas, dan urgensi penelitian bagi
pengembangan keilmuan terkait.9 Suatu karya ilmiah dipandang baik dan
benar apabila hasil kajian atau penelitia tersebut relevan dengan apa yang
terjadi atau berkembang dalam suatu wilayah.
Berkenaan dengan studi tarekat dalam pembinaan karakter atau
tema-tema senada dengan judul tersebut, ada beberapa penelitian yang
telah dilakukan.
1. Mahdi Kavin Abdah dalam penelitiannya yang berjudul
“Pendidikan Karakter Salik Tarekat Naqsyabandiyah
Mujaddadiyah Khalidiyah, dalam penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter Salik Tarekat
Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Khalidiyah”. Dalam hal
kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan peneliti
adalah sama-sama menggunakan metode qualitatif deskriptif dan
membahas tentang pendidikan karakter. Sedangkan perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
tempat penelitian dan jenis tarekat. Peneliti akan melakukan
penelitian dengan membahas Wirid Khusus Nahdlatul Wathan10.
Sedangkan peneliti sebelumnya meneliti tentang Salik Tarekat
Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung
Purwosari Pasuruan, Jawa Timur.
2. Liswidar dalam penelitian yang sudah dilakukan yang berjudul
“Peran Majelis Tarekat Naqsyabandiyah dalam pembinaan
akhlak jamaahnya”. Dalam penelitian tersebut, peneliti
sebelumnya membahas tentang peran Tarekat Naqsyabandiyah,
dan peneliti juga akan membahas tentang tarekat Wirid Khusus
Nahdlatul Wathan, inilah yang menjadi kesamaannya. Sedangkan
9

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (Mataram, IAIN Mataram Press, 2009), h.
11.
10
Mahdi Kavin Abdah, “Pendidikan Karakter Salik Tarekat Naqsyabandiyah
Mujaddadiyah Khalidiyah, Skripsi Universitas Yudharta Pasuruan 2018.
10

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti


adalah kalau peneliti akan membahas mengenai pembinaan
karakter sedangkan peneliti sebelumnya membahas tentang
pembinaan akhlak11. Disamping itu juga perbedaannya dengan
penelitian yang akana dilakukan oleh peneliti adalah dari jenis
penelitiannya. Dimana peneliti akan menggunakan penelitian
deskriptif qualitatif sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan
metode penelitian lapangan.
3. Khairul Hafizin dalam penelitiannya yang berjudul “Kelompok
Hiziban Muslimat Nahdlatul Wathan sebagai wadah untuk
membangun interaksi sosial keagamaan di masyarakat desa Aik
Bukak, Kecamatan Batukliang Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat”, membahas mengenai Hiziban atau Hizib Nahdlatul
Wathan sebagai wadah membangun interaksi sosial. Sedangkan
peneliti akan membahas mengenai Wirid Khusus Nahdlatul
Wathan. Kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah sama-sama membahas tentang tarekat dalam
organisasi Nahdlatul Wathan. Sedangkan perbedaannya adalah
kalau penelitin sebelumnya melakukan penelitian di masyarakat,
sedangkan peneliti akan melakukan penelitian di sekolah12.
4. Syarif Hidayatullah dalam penelitiannya yang berjudul” Peran
Tareqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dalam pembentukan
akhlak penganutnya di Kelurahan Pagutan Timur Kota Mataram”
membahas atau mengkaji mengenai eksistensi tarekat Qadiriyah.
Peneliti sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti memiliki persamaan yaitu membahas mengenai tarekat.
Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

11

Liswidar, “Peran Majelis Tarekat Naqsyabandiyah dalam pembinaan akhlak


jamaahnya” Skripsi UIN AR-Raniry 2019.
12
Khairul Hafizin, “Kelompok Hiziban Muslimat Nahdlatul Wathan sebagai wadah
untuk membangun interaksi sosial keagamaan di masyarakat desa Aik Bukak, Kecamatan
Batukliang Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Skripsi UIN Mataram 2021
11

peneliti nanti adalah lokasi penelitian. Peneliti sebelumnya


melakukan penelitian di masyarakat sedangkan peneliti yang akan
datang melakukan penelitian di pondok pesantren.13
5. Rahmat Hidayat dalam penelitiannya yang berjudul “Mursyid
Tarekat Naqsyabandiyah dalam pembinaan nilai-nilai
keagamaan terhadap jama’ah di Pondok Pesantren Darussalam
Saran Kabun Kabupaten Rokan Hulu”. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya membahas mengenai Mursyid
Tarekat Naqsyabandiah, sedangkan peneliti akan membahas
mengenai Tarekat Wirid Khusus Nahdlatul Wathan. Sedangkan
persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah sama-sama melakukan penelitian di Pondok Pesantren.14

F. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Wirid
a. Wirid menurut bahasa dan Istilah
KH. A.Aziz Mashuri dalam bukunya “Ensiklopedi 22 Aliran
Tarekat Dalam Tasawwup” mengatakan,Wirid adalah suatu amalan
yang hampir dilaksanakan secara terus menerus (istiqomah) pada
waktu-waktu tertentu dan dengan jumlah bilangan tertentu
juga,seperti setiap selesai mengerjakan sholat lima waktu,atau waktu-
waktu tertentu lainnya,wirid ini biasanya berupa potongan-potongan
ayat, atau shalawat atau nama-nama indah Tuhan (Al-asma’al-
Husna)15.
Wirid secara umum adalah merupakan kumpulan do’a-do’a
yang dipanjatkan kepada Allah SWT baik setelah melaksanakan

13

Syarif Hidayatullah,”Peran Tareqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dalam


pembentukan akhlak penganutnya di Kelurahan Pagutan Timur Kota Mataram” Skripsi
UIN Mataram 2019.
14
Rahmat Hidayat, “Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah dalam pembinaan nilai-nilai
keagamaan terhadap jama’ah di Pondok Pesantren Darussalam Saran Kabun Kabupaten
Rokan Hulu” Skripsi UIN Syarif Kasim RIAU 2020
15
KH. A.Aziz Mashuri, “Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawwup”h. 60
12

sholat ataupun pada waktu-waktu tertentu. Pengamalan wirid yang


dilakukan oleh umat Islam memiliki maksud sebagai wasilah kepada
sang pencipta agar segala keinginannya dikabulkan oleh Allah yang
maha kuasa. Di Indonesia biasanya wirid diijazahkan oleh para kiyai,
alim ulama dan sebagainya kepada pada pengitunya.
Kata wirid dalam Al-Qur’an dikenal dengan istilah “zikr”
(zikir). Secara etimologis kata zikir berasal dari fi’il tsulasi al-
mujarrad yakni ‫را‬TT‫ ذك‬-‫ذكر‬TT‫ ي‬-‫ر‬TT‫ ذك‬yang berarti mengingat atau
menyebut. Sedangkan menurut istilah terminologi zikir (wirid) adalah
puji-pujian kepada Allah SWT yang diucapkan secara berulang-
ulang. Zikir (wirid) disebut juga “Hisn Al-Mu’min” atau benteng
orang-orang yang beriman. Membaca wirid adalah merupakan bentuk
praktik ajaran tasawuf. Tradisi ini biasanya dilakukan secara
bersama-sama di kalangan komunitas tasawuf yang biasa disebut
dengan tarekat. Bagi kelompok tarekat biasanya memiliki amalan-
amalan tertentu yang diwajibkan (Wazifah), baik bersifat harian,
mingguan, maupun bulanan16.
Berbagai macam bentuk wirid biasanya berbeda, tetapi dalam
pengamalannya seseorang tidak sembarangan melakukan amalan
wirid. Kebanyakan amalan wirid itu diturunkan atau diijazahkan dari
ulama’-ulama yang memiliki karamah. Wirid juga merupakan salah
satu usaha manausia dalam membentuk karakter spiritualis Islam
dalam diri mereka, itulah sebabnya mengapa orang yang melaakukan
amalan wirid secara konsisten adalah merupakan ahli tasawuf. Wirid
dalam hal ini mencakup beberapa bentuk zikir dan doa yang berisikan
ajakan untuk menciptakan nuansa harmoni dalam kehidupan,
mendoakan keselamatan dan kesejahteraan bagi sesama umat
manusia tanpa memandang agama atau mazhab keagamaan.

16

Abdul Fadhil, Nilai-Nilai Spiritualitas dan Harmoni Beragama dalam Wirid Harian
Kitab Al-Aurad Al-Nuraniyah. Hayula: Indonesia Journal of Multidisiplinary Islamic Studies,
Vol 2 no 2 (Juli 2018), h.131.
13

b. Sumber Hukum Wirid


Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang menjadi
sumber hukum wirid, salah satunya dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’
4:103 yang berbunyi:
‫صالَةَ ِإ َّن‬ ْ ‫ٱط َمْأنَنتُ ْم فََأقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ْ ‫ُوا ٱهَّلل َ قِيَاما ً َوقُعُوداً َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ُك ْم فَِإ َذا‬
ْ ‫صالَةَ فَ ْٱذ ُكر‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ٱل‬
َ َ‫فَِإ َذا ق‬

١٠٣﴿ً‫َت َعلَى ْٱل ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابا ً َّموْ قُوتا‬


ْ ‫صالَةَ َكان‬
َّ ‫﴾ٱل‬

Artinya: “ maka apabila kamu telah menyelesaikan sholatmu,

ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu

berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, dirikanlah

sholat sebagaimana biasa. Sesungguhnya sholat itu adalah ibadah

yang telah ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman.

(Q.S An-Nisa’4:103)17

Dalam hal ini menjelaskan bahwa praktik melatih kebiasaan

wirid dapat dimulai dengan hal-hal yang kecil dan sederhana seperti

membaca istigfar sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah

SAW.

2. Wirid Khusus Nahdlatul Wathan (NW)


a) Sejarah Wirid Khusus Nahdlatul Watahan
Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan dan Wirid Khusus Nahdlatul
Wathan, sebagai salah satu warisan ilmu bathin Maulanassyeikh
terbentuk pada tahun 1964 melalui serangkaian proses panjang18.
Disebutkan ketika beliau menunaikan ibadah Haji, teaptnya saat
beliau sedang beribadah di Masjidil Nabawi Madinah,
Maulanasyeikh didatangi oleh seorang yang kemudian diyakini
sebagai Nabi Khidir AS dan menyuruhnya untuk membentuk
17

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kementerian Agama Republik Indonesia , 2012


18
Muslim, Muslihun, Kiprah dan Pemikiran Nahdlatul Wathan Dari T.G.K.H.
Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid ke Dr. T.G.K.H. Muhammad Zainul Majdi ( Surabaya,
Cerdas Pustaka Publiser, 2012.
14

sebuah Tarekat. Tarekat yang kemudian diberi nama dengan


Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan, karena keterkaitan erat
hubungannya dengan Hizib Nahdlatul Wathan yang telah beliau
susun semenjak zaman penjajahan Jepang.
Sebagai seorang yang memahami seluk beluk Tarekat,
Maulanassyeikh cukup memahami kendala-kendala yang dihadapi
oleh orang-orang yang mengamalkan Tarekat. Beratnya persyaratan
yang harus dipenuhi serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengamalkan Tarekat, menyebabkan orang-orang yang berminat
mendalami Tarekat mengurungkan niatnya. Apabila ditambah
dengan kewajiban Uzlah (mengasingkan diri) dari hiruk pikuk
kehidupan dunia pada waktu tertentu. Sadar dengan kendala-
kendala di atas, Maulanassyeikh menyusun tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan secara ringkas, praktis, tanpa mengesampingkan makna
bathinnya19.
Di sisi lain terdapat sisi-sisi kesamaan antara Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan dengan konsepsi Tasawuf Modern yang
dipelopori oleh Ibnu Taimiyah. DR. Nurcholish Majid, Tawawuf
modern adalah sebuah penghayatan keagamaan bathini yang
menghendaki hidup aktif dan terlibat dalam masalah-masalah
kemasyarakatan. Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan dimaksudkan
agar senantiasa dapat melibatkan diri dalam berbagai tugas
kemasyarakatan. Sedangkan tidak adanya perintah atau larangan
beruzlah dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan menandakan
kebolehan untuk dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Ini
berarti bahwa Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan, walaupun perlu
ditelusuri lebih jauh lagi, bisa dipandang sebagai Tarekat Modern20.
19

Habib, Muslihan, dan Mursyidin H., Hizib dan Thariqat Hizib NW Alternatif
Tasawwuf Modern Masterpiece Al’ Alim Al,Allamah Maulana Syaikh TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid Dalam Bidang Tasawwuf ( Cakung , Jakarta Timur, 2012).
20
Muslim, Muslihun, Kiprah dan Pemikiran Nahdlatul Wathan Dari T.G.K.H.
Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid ke Dr. T.G.K.H. Muhammad Zainul Majdi ( Surabaya,
Cerdas Pustaka Publiser, 2012)
15

b). Pengamalan Wirid Khusus Nahdlatul Wathan


Tarekat Wirid Khusus Nahdlatul Wathan dapat diamalkan
pada waktu-waktu tertentu, sambil berjalan, bercocok tanam,
berjalan, atau melakukan pekerjaan keseharian lainnya. Karena
praktisnya Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan disebut juga dengan
“Tarekat Akhir Zaman”, artinya tarekat yang cocok diamalkan bagi
mereka yang selalu sibuk sebagaimana kondisi manusia saat ini.
Maulanassyeikh juga merupakan tarekat penutup dan tidak ada lagi
tarekat setelahnya.
Wirid khusus Nahdlatul Wathan adalah kumpulan do’a-
do’a yang disusun oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Majid selama masa hidup beliau. Bentuk Wirid Khusus (Thariqat
Hizib Nahdlatul Wathan), dalam proses Pengamalannya dimulai
dengan Pembacaan Surat al-fatihah sebanyak tiga kali, yang
bunyinya:
a. Fatihah Untuk Nabi Muhammad SAW. Seluruh para Nabi dan
Rasul, keluarga dan sahabatnya.
b. Fatihah untuk Penyusun Thariqat Hizib NW, Maulana Syaikh
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid,
keluarga dan pendukungnya.
c. Fatihah untuk Para Ulama dan Auliya Allah, kedua orang tua,
para guru dan semua warga Nahdaltul Wathan serta kaum
muslimin dan Muslimat yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal dunia. Baru selanjutnya melanjutkan macam-macam
pengamalan dalam Thariqat Hizib NW ini yaitu:
Wadzifah Al-Rawatib yang bunyinya,
‫‪16‬‬

‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم بسم هللا الرحمن الرحيم ‪.‬محمد رسول هللا والذين معه‬

‫أشداء على الكفار رحماء بينهم تراهم ركعا سجدا يبتغون فضال من هللا ورضوانا‬

‫‪.............‬‬

‫‪Wirdu al-Rabithah yang bunyinya,‬‬


‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم بسم هللا الرحمن الرحيم ‪.‬قل اللهم مالك امللك تؤ تى‬

‫‪ ...‬امللك من تشاء‬

‫‪Wadzifah al-Yaumiyyah yang bunyinya,‬‬


‫‪ ...........‬بسم هللا الرحمن الرحيم وبه نستعين وبه الحول والقوة رب سهل ويسر‬

‫‪Wadzifah al-Usbu’iyyah yang bunyinya,‬‬


‫بسم هللا الرحمن الرحيم اللهم أنت ربى الاله اال أنت خلقتنى وأنا عبدك وأنا على عهدك‬

‫‪.......‬ووعدك‬

‫‪Bentuk susunan Wirid Khusus NW secara umum sebagai berikut:‬‬


‫‪1.‬‬ ‫‪Thariqatu Hizbi Nahdatul Wathan (diamalkan setelah sembahyang lima‬‬
‫‪waktu).‬‬
‫‪2.‬‬ ‫)‪Benteng Umur dengan Kaifiatnya (diamalkan waktu mandi‬‬
‫‪.‬بسم هللا الرحمن الرحيم تبت يداأبي لهب‪a.3x‬‬
‫نفس ذائقة الموت كل‪b. 3x‬‬
‫‪3.‬‬ ‫)‪Wirid Sumber rizqi (diamalkan setelah sembahyang Subuh‬‬
‫‪x‬الفاتحة ‪a.1‬‬
‫‪x‬نشرح الخ ‪..‬الم ‪b3‬‬
‫‪c.11x.‬‬ ‫‪.‬انا أنزلناه في ليلة القد ر الخ‬
‫اللهم يا من يكفي عن خلقه جميعا وال يكتفى ‪d. Lalu dilanjutkan dengan do’nya,‬‬
‫عنه احد من خلقه يا أحد من ال أحد له انقطع الرجاء اال من‪TT‬ك وخ‪TT‬ا بت االم‪TT‬ال اال في‪TT‬ك وس‪TT‬دت‬
‫الطر ق اال اليك يا غيا ث المستغيثين‪– T‬أغثني‬
17

4. Pusaka Hamzan wadi (diamalkan setelah sholat Isya’) dengan


kaifiatnya dibaca 3 x ., ‫ك‬TT‫د ومن‬TT‫ال حول وال قوة اال با هلل العلي العظيم اللهم لك الحم‬
‫الفرج واليك المشتكى وبك المستعان وال حول وال قوة اال با هلل العلي العظيم‬
5. Kantong Ulama’(diamalkan setelah Magrib) seratus kali, ‫بحا ن هللا‬TT‫س‬
‫ وبحمده سبحان هللا العظيم وبحمده أستغفر هللا العظيم‬.
6. Musalsal birru’yah.
7. Hizib Nahdlatul Wathan.

3. Pembinaan Karakter
1) Arti Pembinaan Karakter
Secara etimologi kata karakter diambil dari bahasa Yunani

yaitu charassein artinya mengukir. Dani Setiawan dalam Agus


Wibowo akar kata karakter ini berasal dari kata dalam bahasa latin,
yaitu kharakter, kharassein, dan kharax yang bermakna “tools for
marking” (alat untuk menandai), to engrave (mengukir) dan pointed
stake (petunjuk). Kata ini telah banyak digunakan dalam bahasa

Perancis sebagai “caractere” pada abad ke-14. 21


Secara terminologis,
makna karakter sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Lickona : A
relialble inner disposition to respond to situation in a morally good
way.” Selanjutnya dia menambahkan, “ Character so conceived has
three interrelated parts: moral knowing, moral feeling , and moral
behavior”. Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (good
character ) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan
komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar- benar
melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada

21

Agus Wibowo, Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi membangun


Karakter Ideal Mahasiswa di Perguran Tinggi (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),
h. 34.
18

serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attides ), dan motivasi


(motivations ), serta perilaku (behaviors ) dan keterampilan (skills).

Karakter bisa diartikan sebagai tabiat, perbuatan atau perangai


yang selalu dilakukan (kebiasaan). Karakter juga diartikan watak atau
sifat bathin manusia yang mempengaruhi segenap fikiran dan tingkah
laku. Perlu disiimak UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pada pasal tiga, yang menyebutkan: “Pendidikan nasiona
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa,”Ungkapan “character” misalnya dalam “character
building” mengandung multi tafsir, sebab ketika ungkapan itu
diucapkan Bung Karno, maksudnya adalah watak bangsa harus
dibangun, tetapi ketika diucapkan oleh Ki Hajar Dewantara,
ungkapan bermakna pendidikan watak untuk para peserta didik,

yang meliputi cipta, rasa dan karsa. 22

Thomas Lickona menyatakan bahwa seseorang akan memiliki


karakter yang utuh jika orang tua (pihak keluarga) atau instansi
pendidikan (pihak sekolah) memperhatikan tiga komponen erat yang
kemudian saling berhubungan dalam menciptakan a good character
(karakter yang baik). Tiga komponen yang dimaksud adalah moral
knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan

moral), dan moral action (perilaku moral). Menurut Thomas Lickona,


pendidikan karakter berupaya mengikis dan menjauhkan peserta didik
dari sifat-sifat buruk. Titik tekan pendidikan budi pekerti ini harus
melibatkan aspek pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing)
melalui sumber belajar dan narasumber, keinginan atau kecintaan
terhadap kebaikan (moral feeling) dapat dilakukan melalui pola saling

22

M. Mahbubi, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012), h. 39.


19

membelajarkan di antara peserta didik, dan mampu berbuat


kebaikan (moral action).

2) Pendekatan dalam Pembinaan Karakter

Pembinaan merupakan terjemahan dari kata training yang


berarti latihan pendidikan atau pembinaan. Pembinaan menekankan
pada pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan. Unsur dari
pembinaan adalah mendapatkan sikap (attitude), dan kecakapan

(skill).23 Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang


dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang
lebih baik Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang
mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai
dengan yang diharapkan.24 Menurut Mangunhardjana, untuk
melakukan pembinaan ada beberapa pendekatan yang harus
diperhatikan oleh seorang pembina yaitu;

a. Pendekatan informatif (informative approach), yaitu cara


menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada
peserta didik. Di mana dalam pendekatan ini peserta didik
dianggap belum tahu dan tidak punya pengalaman.
b. Pendekatan partisipatif (partisipative approach), pada
pendekatan ini peserta didik sebagai sumber utama, pengalaman
dan pengetahuan dari peserta didik dimanfaatkan, sehingga
lebih kesituasi belajar bersama.
c. Pendekatan eksperiensial (experienciel approach), dalam
pendekatan ini menempatkan bahwa peserta didik langsung
terlibat di dalam pembinaan Pembinaan ini disebut sebagai

23
A. Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, 2006),
h. 17.
24

Pupuh Fathurrahman dkk, Pengembangan Pendidikan Karakter (Bandung: Refika


Aditama,2013), h. 17.
20

belajar yang sejati, karena pengalaman pribadi dan langsung


terlibat dalam situasi tersebut.25 Kata pembinaaan mempunyai
arti pembaharuan atau penyempurnaan dan usaha, Tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Hidayat Soetopo dan Westy
Soemanto dalam I.L. Pasaribu dan Simanjutak, menegaskan
bahwa pembinaan adalah menunjuk kepada suatu kegiatan yang

mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada. 26

Sejalan dengan pengertian pembinaan tersebut di atas,


menurut B. Simanjutak, beliau memaparkan tentang hakikat
pembinaan karakter yang pada dasarnya adalah upaya
pendidikan, baik formal maupun nonformal yang dilaksanakan
secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab
dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan membimbing,
dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang,
utuh dan selaras antara pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat, kecenderungan, dan keinginan serta kemampuan-
kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakasa
sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya,
sesamanya maupun lingkungannya kearah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan

pribadi yang mandiri.

3) Karakter dalam Tinjauan Islam

Dalam terminologi Islam kata karakter tidak akan ditemukan,


sebab ia kata serapan dari bahasa latin yaitu charrasein yang berarti to
engrave yang dapat diterjemahkan dengan mengukir, melukis,

25
A. Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya, h. 18.
26
I.L. Pasaribu dan Simanjutak, Membina dan Mengembangkan Generasi Muda
(Bandung : Tarsito, 1990), h. 2
21

memahatkan, atau menggoreskan.27 Numun meski demikian dalam


Islam terdapat pengertian yang sama dengannya yaitu akhlak. Dalam
bahasa Arab akhlak merupakan jama’ dari kata al-khulqu. al-khulqu
adalah al-tabi’ah, al-muru’ah, al-‘adatu dan al-syajiyah yang artinya
tabiat, pembawaan, karakter.28 Secara etimologi dapat dilihat
beberapa pendapat pakar antara lain: Mubarak dalam Abdul Majid
menjelaskan bahwa akhlak adalah gambaran keadaan batin dan titik
tolak sebuah tindakan dengan untung rugi tidak lagi menjadi patokan.

Pendapat serupa disampaikan Muhammad Yaumi ketika


mengutip pendapat Akramullah Syed, bahwa karakter dalam bahasa
agama disebut dengan akhlak. Akhlak merupakan istilah dalam
bahasa Arab yang merujuk pada praktik-praktik kebaikan, moralitas,
dan perilaku yang baik. Istilah akhlak sering dierjemahkan dengan
perilaku islami (ilsamic behavior), sifat atau watak (disposition),
perilaku baik (good conduct), kodrat atau sifat dasar (nature),

perangai (temper), etika atau tata susila (etics), moral dan karakter.
Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan paling tidak
terdapat tiga poin pokok tentang pengertian akhlak yaitu pertama
bahwa akhlak adalah sebuah sifat yang sudah tertanam dan menjadi
karakter seseorang. Kedua akhlak adalah perbuat yang berdasarkan
keinginan tanpa ada paksaan. Adapun yang ketiga akhlak adalah
perbuatan yang sangat sederhana tanpa harus memikirkannya. Dari sini
terlihat persamaan karakter dan akhlak dalam terminologi Islam.

4). Tujuan Pembinaan Karakter

Tujuan pembinaan karakter dalam undang-undang


pendidikan nasional terlihat banyak tujuan pendidikan, salah satunya

27

Marzuki, Pendidikan Karakter Islam (Jakarta: Amzah, 2015), h. 19.


28
Luis Ma‟luf, al-Munjid Fi al-Lughah wa al-„alam (Bairut: Darul Masy rik. 2011), h.
194.
22

adalah membina karakter. Dengan demikian membina karakter dari


pengertian di atas adalah salah satu dari sekian banyak tujuan pendidikan.
Bahkan Anas Salahuddin memandang bahwa membina karakter

merupakan salah satu tujuan inti dari sebuah pendidikan.29 Anas

Salahuddin mengungkapkan tujuan pembinaan karakter adalah untuk


mengembangkan kemampuan peserta didik sehingga ia dapat memberikan
keputusan baik buruk terhadap permasalahan yang dihadapinya, selain itu
ia dapat memelihara kebaikan, membantu untuk mewujudkan dan
menebarkan kebaikan dalam kehidupan dan lingkungan sehari-hari dengan
sepenuh hati.

Thomas Lickona menyebutkan tujuh unsur-unsur karakter


esensial dan utama yang harus ditanamkan kepada peserta didik yang
meliputi: 1. Ketulusan hati atau kejujuran 2. Belas kasih 3. Kegagah
beranian 4. Kasih sayang 5. Kontrol diri 6. Kerja sama 7. Kerja keras.
Tujuh Karakter inti inilah, Menurut Thomas Lickona, yang paling penting
dan mendasar untuk dikembangkan pada peserta didik, disamping sekian
banyak unsur-unsur karakter lainnya. Selain itu, tujuh unsur karakter yang
menjadi karakter inti tersebut, para pegiat pendidikan karakter mencoba
melukiskan pilar-pilar penting karakter dalam gambar dengan
menunjukkan hubungan sinergis antara keluarga ( home), sekolah
( school) masyarakat dan dunia usaha. Adapun sembilan unsur karakter
tersebut meliput unsur-unsur karakter inti sebagai berikut :
1. Responsibility (tanggung jawab), 2. Respect (rasa hormat) 3.
Fairness (keadilan ), 4.Caurage (keberanian), 5.Honesty (belas kasih) 6.
Citizenship (kewarga negaraan ) 7.Self-descipline (disiplin diri ) 8.
Caring (peduli) 9. Perseverance (ketekunan).

G. Metode Penelitian

29

Anas Slahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, Pendidikan


Berbasis Agama dan Budaya (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 42.
23

1. Pendekatan Penelitian

Melihat masalah yang akan diteliti,dapat diketahui bahwa metode


penelitian yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatatif deskriptif. Sebagai mana menurut Bogdan
dan Taylor dalam Moleong, metode penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan yang terdapat dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 30
sedangkan Nana Syaodih mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok.31
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyjek penelitian misalnya perilaku, motivasi,
tindakan dan lain-lain, yang menghasilkan data secara deskriptif dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan yang terdapat dari orang-orang atau
perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini menggunakan paradigm (ex
post facto). Data dikumpulkan dengan latar alami (natural setting) sebagi
sumber data langsung. Dalam pengertian sederhana penelitian ini disebut
sebagai “dari apa dikerjakan setelah pernyataan, penelitian ini disebut
sebagai penelitian sesudah kejadian. Penelitian ini juga sering disebut
after the fact atau sesudah fakta dan ada pula peneliti yang menyebutnya
sebagai studi penelusuran kembali. 32 Jadi penelitian ex post facto
merupakan penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti
tidak melakukan kontrol kepada variabel-variabel bebas karena
peristiwanya sudah terjadi dan akan terjadi sehingga penelitian ini dapat

30

Lexi J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta : Rake Yasin,2000)


h.4.
31

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung : Remaja


Rosdakarya, 2010), hal.4.
32
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan,( Jakrta : Bumi Aksara,2012) hal.163.
24

mendeskripsikan dan menemukan secara menyeluruh dan utuh mengenai


proses, nilai-nilai dan pembentukan karakter dalam wirid khusus
Nahdlatul Wathan. Adapun alasan peneliti menggunakan metode kualitatif
ini karena peneliti ingin memahami secara mendalam masalah yang diteliti
dan bukan menjelaskan hubungan sebab akibat sebagai mana dlam
penelitian kuantitatif. Unit of analysis dari penelitian ini adalah individu –
individu dan kelompok yang terlibat dalam proses pelaksanaan Wirid
Khusus.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan menggunakan


pendekatan kualitatif deskriptif sebagaimana diterangkan dikarenakan
orientasi penelitian yang dilakukan berdasarkan pada apa yang akan
diteliti yaitu mengkaji mengenai fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian.
2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci


(key instrument) sehingga peneliti harus hadir di lapangan. Karena
sebagai instrumen kunci,peneliti dalam penelitian kualitatif berperan
sangat kompleks. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada
akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitian yang dilakukan di
Pondok Pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut Narmada. Sebagai
instrumen kunci (key instrument), peneliti akan melakukan adaptasi
dengan tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren Hikmatusysyarief
NWDI Salut agar peneliti diterima atau dapat melaksanakan penelitian di
madrasah tersebut. Kemudian peneliti harus menyampaikan surat izin
yang diperlukan kepada pihak-pihak terkait dengan lokasi penelitian
tempat meneliti agar tercipta hubungan baik antara peneliti dan subjek
penelitian baik sebelum, selama maupun sesudah memasuki lapangan.
Penelitian direncanakan akan berlangsung selama tiga bulan karena
banyak hal-hal yang perlu untuk dilakukan dalam proses penelitian.
25

3. Sumber Data
Arikunto menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber data
adalah subyek dari mana data itu diperoleh.33 Sedangkan menurut Lofland
yang dikutip oleh Moleong “sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.34 Berdasarkan pendapat diatas, yang akan menjadi
sumber data utama dalam penelitian ini adalah para stake holder yang
berkaitan dengan pelaksanaan Wirid Khusus Nahdlatul Wathan di Pondok
Pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut seperti pembina, pengurus
Yayasan, Kepala Madrasah. Selain itu juga peneliti menggali informasi
sebanyak banyaknya dari informan yaitu guru dan karyawan/staf serta
siswa/santri di lingkungan Pondok Pesantren Hikmatusysyarief NWDI
Salut Narmada.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa kata-kata,
maka sumber data penelitian berasal dari subyek yang diwawancarai, yaitu
para informan yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil wawancara
tersebut peneliti jadikan sebagai sumber data utama yang dimasukkan
dalam cacatan tertulis untuk kemudian disajikan dalam penelitian ini
sebagai hasil usaha gabungan dari aktifitas melihat, mendengar, bertanya
dan mencatat. Untuk memperkaya data, penelitian juga menggunakan
sumber data tertulis dan dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini ada dua yakni data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini, yakni data yang berkaitan
peran Wirid Khusus Nahdlatul Wathan dalam pembinaan karakter di
Pondok Pesantren Hikmatusysyarief NWDI Salut. Sedangkan data
sekunder penelitian ini data yang memberikan informasi tambahan berupa
gambaran umum Pondok Pesantren Hikmatusysyarief.

33

Arikunto Suhaimi, Dasar-dasar penelitian kualitattif, hal.114.


34
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, hal.157.
26

Untuk memperoleh data-data tersebut peneliti, menggunakan alat


bantu (instrument) pengumpulan data berupa pedoman observasi, pedoman
wawancara. Pedoman observasi, dan pedoman wawancara digunakan
peneliti sebagai acuan peneliti untuk memperolah data-data primer (Wirid
Khusus Nahdlatul Wathan dalam pembinaan karakter santri dan santriwati)
dan data sekunder yang meliputi letak geografis, organisasi dan
kelembagaan, sarana dan prasarana, dan lingkungan.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode mempunyai kedudukan penting dalam sebuah penelitian,
sebab metode pengumpulan data merupakan suatu metode yang
dipergunakan untuk mrngumpulkan data yang sebaik- baiknya. Sehingga
berhasil atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada pengumpulan data
yang digunakan, dengan demikian metode pengumpulan data dimaksud
adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah” alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejal-gejala
yang diselidiki.” Adapun Syaodih dalam Djam’an Satori mengatakn
bahwa “Obsevasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung.
Dalam penelitian ini, observasi penelitian yang akan dipakai
oleh peneliti adalah observasi partisipan karena peniliti juga berperan
sebagai anggota dalam kehidupan bermasyarakat sesuai topik
penelitian yang diteliti sehingga peneliti memiliki dua peran yaitu
Observasen dan pengumpul data dalam penelitian ini.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung
melalui percakapan atau tanya jawab.35 Estebreg dalam Sugiono

35
27

mengemukakan bahwa terdapat beberapa macam wawancara dalam


penelitian kualitatif, yaitu wawancara tersetruktur, dan tidak
terstruktur.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan sistem
wawancara terstruktur yaitu pada saat melakukan wawancara
menetapkan terlebih dahulu masalah-masalah yang akan
dipertanyakan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memfokuskan
dan membuat data yang dibutuhkan terarah. Selain itu juga untuk
mengefisienkan waktu yang terbatas, agar data yang menyangkut
fokus penelitian dapat diambil dan ditemukan secara menyeluruh.
Disamping itu juga peneliti akan menggunakan cara
wawancara tidak terstruktur untuk menyegarkan suasana dialog
supaya tidak terkekang, dan untuk pengembangan pertanyaan-
pertanyaan sesuai kebutuhan peneliti, walaupun demikian tetap
berfokus pada masalah yang diangkat dalam penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengmpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen. Baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Metode ini merupakan
metode pendukung yang akan digunakan untuk mengumpulkan data
dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berbicara tentang
Wirid Khusus NW dan sumber-sumber terkait lainnya.
Dalam penelitian ini, dokumen tersebut berupa photo, rekaman
suara, tulisan, dan dokumen berupa tulisan yang merupakan hasil dari
wawancara, baik dari nara sumber yang primer maupun sekunder
dan data-data pendukung lainnya.
6. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema yang dapat

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif R& D,(Bandung : Alfabeta,2009)


hal.233.
28

ditemukan hipotesis-hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.36


Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses menganalisis data yaitu
mencari data sebanyak banyaknya. Kemudian mengelompokkan dan
juga mengurutkan data-data yang sudah didapatkan di lapangan untuk
mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan data.
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti akan menggunakan data
kualitatif, yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif
analisis, yaitu apa yang telah dinyatakan oleh responden secara tertulis
atau lisan dan perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu
yang utuh.
7. Keabsahan Data dan Temuan
Agar data yang diperoleh dari lokasi penelitian lapangan bisa
memperoleh keabsahan, maka usaha yang akan dilakukan peneliti
adalah:
1. Perpanjangan keikutsertaan
Peneliti merupakan instrument pengumpul data utama
dalam penelitian kualitatif. Untuk itu “keikutsertaan peneliti
sangat menentukan dalam pengumpulan data, sehingga
diperlukan perpanjangan peneliti pada latar penelitian”. 37 Peneliti
dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Untuk itu
keikut sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Agar data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan keikut
sertaan tersebut tidak dapat hanya dilakukan dengan waktu
singkat, tetapi perlu diperpanjang.
2. Trianggulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

36

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2008), h. 15.


37

Sugiyono, Metode Penelitian, h. 162.


29

itu.38 Untuk mendapatkan validitas data, peneliti menggunakan


teknik pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi sumber
dan triangulasi teknik. Pemeriksaan dengan triangulasi sumber
dan triangulasi teknik digunakan oleh peneliti dengan tujuan
untuk mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh dari lapangan melalui waktu dan alat yang
berbeda.
3. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses
analisis yang konstan atau tentatif”. Dalam melakukan
penelitian ini, penulis akan mencari data dengan teliti dan
seksama, artinya penulis tidak setengah-tengah dalam proses
pengumpulan data. Ketekunan ini juga penulis lakukan dengan
cara membaca berbagai referensi buku maupun dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan penelitian.

H. Jadwal Kegiatan Penelitian

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, maka peneliti akan


terlebih dahulu membuat jadwal kegiatan penelitian untuk membuat
perencanaan kegiatan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Untuk lebih detail mengenai proses penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti selama melakukan kegiatan penelitian akan digambarkan
melalui tabel berikut ini.

Tabel 1.1. Rancangan Jadwal Penelitian

Tahun 2022/2023
NO
Kegiatan
No Bulan Okt Nov Des Jan Feb Mar

Minggu

38
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012) hal, 125.
30

Tahap Persiapan

a. Studi Literatur
b. Observasi

1. c. Mengurus
Perizinan
(Pra)Penelitian
d. Penulisan
Proposal Usulan
Penelitian
e. Pengajuan Judul
Usulan
Penelitian
f. Pengesahan
Judul Usulan
Penelitian
g. Bimbingan
Tahap Penelitian

a.Observasi

2. b. Wawancara
c.Pengolahan
Data
d. Analisa
Data
e.Penyusunan
Laporan
Tahap Pengujian

a.Seminar Usulan
Penelitian
b. Revisi usulan
Penelitian
3.
c.Sidang Skripsi
d. Revisi
Skripsi
31

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin , Risalatul Muawanah wal Muzoharoh Lirroogibiin Fi Sulukil


Thariqil Al-Akhirah ( Indonesia , Da’ru Ihyai Al- Kutubil Arabiyah .
Ali, Muhammad : Pengembangan Buku Tim Pengembang Ilmu
Pendidikan Dan Aplikasi Pendidikan , (INPERIAL BHAKTI UTAMA,
2007 )
Aly,Noer, Hery dan S, Munzier, H, Watak Pendidikan Islam, ( Jakarta
Utara, friska Agung Insani;2008.)
Anees, Bambang Q- & Adang Hambali, Pendidkan Karakter Berbasi
Alqur’an, ( Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2013)
Asmani, Jamal Ma’mur Buku Panduan Internalisasi Pendidikan
Karakter di Sekolah, ( Jogjakarta: Diva Press, 2013)
32

Baharuddin, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Menuju


Pengelolaan Profesional dan Kompetetif, ( Malang, UIN- Maliki
PRESS (Angita IKAPI, 2011)
Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial (Yogyakarta:
Genta Press, 2007.)
Bajuri (Hasyiyah Bajuri ), ( Indonesia, Toha Putra Semarang )
Chapling, J.P Kamus Lengkap Psikologi, ( Jakarta Grafindo Persada,
2005)
E, Priyono , S.H. Prof. DR. Azyumardi Azra , MA , Enslikopedi Tematis
Dunia Islam Dinamika Masa Kini, ( Jakarta ICHTIAR BARU VAN
HOEVE, jilid 6, 2004)
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan kuantitatif dan Kualitatif
( Jakarta, RajaGrafindo; 2015.)
Freiri Paulo, Politik Pendidikan Kebudayaan Kekuasaan dan
Pembebasan ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ofset)
Habib, Muslihan, dan Mursyidin H., HIZIB dan THARIQAT HIZIB
NAHDLATUL WATHAN ALTERNATIF TASAWWUF MODERN
Masterpiece Al’ Alim Al,Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Dalam Bidang Tasawwuf
( Cakung , Jakarta Timur, 2012).
Hamka, Tasawuf Modern,( Jakarta, Panji Mas, 1990.)
Imran Abu Umar, Di Sekitar Masalah Thariqat Naqsyabandiyah,
( Kudus; Menara Kudus, 1980)
Ismail, Faisal, Pijar-pijar Islam : Pergumulan Kultur dan Struktur
( Yogyakarta : LESFI Yogya,2004)
Mujib,A. Rumadi. Zada, Khamami. Dkk, Intelektualisme Pesantren
Potret tokoh dan Cakrawala pemikiran di Era Keemasan Pesantren,
(Jakarta, Diva Pustaka ; 2003.)
Muslim, Muslihun, Kiprah dan Pemikiran Nahdlatul Wathan Dari
T.G.K.H. Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid ke Dr. T.G.K.H.
Muhammad Zainul Majdi ( Surabaya, Cerdas Pustaka Publiser, 2012)
33

Mustari, Mohamad Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan Karakter,


(Surabaya : Laks Bang PRESSindo, 2011 )
Muslich, Masnun Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, ( Jakarta : Bumi Aksara , 2011 )

Anda mungkin juga menyukai