Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI

JANTUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SPO.C.01-001 00 1/6

Tanggal terbit Ditetapkan :


STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
4 Januari 2021 dr. Ni Nyoman Mulyani, M.M
Direktur RSU Garba Med

PENGERTIAN Penanganan henti nafas dan henti jantung adalah suatu tindakan disaat
pasien tiba-tiba tidak bernafas oleh karena kehilangan suplai O 2 dijaringan
otak, jantung dan organ lainnya dan ditandai dengan tidak terabanya nadi
besar (carotis dan femoralis) yang disebabkan tidak adanya ventilasi
fungsional dan tidak adanya curah jantung yang efektif.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk penanganan henti nafas
dan henti jantung dengan cepat.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum GarbaMed Kerobokan


No.071.A/SK/RSIAGF/IV/2017 tentang Pedoman Pelayanan Keperawatan
di Rumah Sakit Umum GarbaMed Kerobokan.
PROSEDUR 1. Persiapan alat:
a Laryngoscope lengkap dengan handle dan bladenya
b Pipa endotrakeal dengan ukuran: perempuan: 7, 7, 5, 8. Laki-laki: 8,
8, 5
c Forceps (cunam) magill ( untuk mengambil benda asing di mulut)
d Benzokain atau tetrakain anestesi lokal semprot
e Spuit 10 cc atau 20 cc
f Stetoskop, ambubag, dan masker oksigen
g Alat penghisap lender
h Plester, gunting, jelly
i Stilet
j Sarung tangan bersih
k Masker
2. Persiapan pasien dan lingkungan:
a. Perawat/ Bidan memberikan salam
b. Perawat/ Bidan memperkenalkan diri
c. Melakukan identifikasi Pasien dengan meminta pasien
menyebutkan nama dan Perawat melihat gelang Pasien.
d. Menjelaskan kepada Pasien/ Keluarga tentang tindakan dan tujuan
yang akan dilakukan
e. Menyiapkan lingkungan dengan menutup tirai/ pintu/ jendela
(privacy Pasien)
f. Mengatur ketinggian tempat tidur Pasien dan posisi yang nyaman
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SPO.C.01-001 00 2/6

Tanggal terbit Ditetapkan :


STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
4 Januari 2021 dr. Ni Nyoman Mulyani, M.M
Direktur RSU Garba Med

3. Pelaksanaan:
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan bersih dan masker
c. Beritahukan pada penderita atau keluarga mengenai prosedur
tindakan yang akan dilakukan, indikasi dan komplikasinya, dan
mintalah persetujuan dari penderita atau keluarga ( informed consent)
d. Cek alat yang diperlukan, pastikan semua berfungsi dengan baik dan
pilih pipa endotrakeal (ET) yang sesuai ukuran
e. Masukkan stilet ke dalam pipa ET. Jangan sampai ada penonjolan
keluar pada ujung balon, buat lengkungan pada pipa dan stilet dan
cek fungsi balon dengan mengembangkan dengan udara 10 ml. Jika
fungsi baik, kempeskan balon. Beri pelumas pada ujung pipa ET
sampai daerah cuff
f. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring dan
berikan semprotan bensokain atau tetrakain jika pasien sadar atau
tidak dalam keadaan anestesi dalam
g. Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik melalui bag masker dengan
Fi O2 100 %
h. Buka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri memegang
laringoskop
i. Masukkan bilah laringoskop dengan lembut menelusuri mulut
sebelah kanan, sisihkan lidah ke kiri.
j. Masukkan bilah sedikit demi sedikit sampai ujung laringoskop
mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit di
antara bilah dan gigi pasien
k. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30
sampai 400 sejajar aksis pengangan. Jangan sampai menggunakan
gigi sebagai titik tumpu
l. Bila pita suara sudah terlihat, tahan tarikan/ posisi laringoskop
dengan menggunakan kekuatan siku dan pergelangan tangan.
Masukkan pipa ET dari sebelah kanan mulut ke faring sampai bagian
proksimal dari cuff ET melewati pita suara ± 1–2 cm atau pada orang
dewasa atau kedalaman pipa ET ±19 - 23 cm
m. Angkat laringoskop dan stilet pipa ET dan isi balon dengan udara 5 -
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SPO.C.01-001 00 3/6

Tanggal terbit Ditetapkan :


STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
4 Januari 2021 dr. Ni Nyoman Mulyani, M.M
Direktur RSU Garba Med

10 ml. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik


n. Hubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan ventilasi sambil
melakukan auskultasi (asisten), pertama pada lambung, kemudian
pada paru kanan dan kiri sambil memperhatikan pengembangan
dada. Bila terdengar gurgling pada lambung dan dada tidak
mengembang, berarti pipa ET masuk ke esofagus dan pemasangan
pipa harus diulangi setelah melakukan hiperventilasi ulang selama 30
detik. Berkurangnya bunyi nafas di atas dada kiri biasanya
mengindikasikan pergeseran pipa ke dalam bronkus utama kanan dan
memerlukan tarikan beberapa cm dari pipa ET
o. Setelah bunyi nafas optimal dicapai, kembangkan balon cuff dengan
menggunakan spuit 10 cc
p. Lakukan fiksasi pipa dengan plester agar tak terdorong atau tercabut
q. Pasang Guedel untuk mencegah pasien menggigit pipa ETT jika
mulai sadar
r. Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100 % ( aliran 10 sampai 12
liter per menit)
s. Dilakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP) yang mencakup :
1) Pengendalian jalan nafas (Air Way Support) :
i. Nilai tingkat kesadaran dengan memanggilnya
ii. Respon (-) lakukan tindakan “kode” ABC bersama teman
iii. Amati tanda-tanda nafas spontan, buka mulut pasien
dengan posisi menyilang (Cross Finger) dan pastikan
tidak ada sumbatan benda asing
iv. Berikan posisi hirup (Sruffing Position) tekniknya :
v. Manuver tengadah kepala / topang dagu dengan jalan
nafas terbuka
vi. Manuver mendorong mandibula kedepan dengan cara
memegang sudut-sudut rahang bawah penderita lalu
diangkat dengan kedua tangan keatas
vii. Pastikan ada nafas spontan dengan cara mendekatkan
telinga pada mulut dan hidung pasien untuk melihat :
viii. Suara nafas pasien
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SPO.C.01-001 00 4/6

Tanggal terbit Ditetapkan :


STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
4 Januari 2021 dr. Ni Nyoman Mulyani, M.M
Direktur RSU Garba Med

ix. Aliran udara dirasakan dipipi


x. Gerakan turun-naiknya rongga dada
xi. Nafas spontan (-) maka lakukan tindakan Breathing
Support
xii. ETT / Alat gudel dipakai untuk mengendalikan jalan
nafas
xiii. Penilaian nafas spontan atau tidak hanya dibutuhkan
waktu 3–5 detik
2) Pemberian nafas buatan (Breathing Support)
Bila nafas spontan (-) segera beri ventilasi awal kali dengan laju
inspirasi yang lambat (1 ½ - 2 detik)
Teknik pemberian nafas buatan :
i. Mulut ke mulut atau mulut ke hidung (Pc O 2 yang masuk
ke pasien hanya 16-17 %)
ii. Ambubag ke mulut atau hidung atau ETT dengan volume
bagi 800-1200 CC (Pc O2 100 %)
iii. Frekwensi 12 kali / menit (1 kali tiap 5 detik)
3) Pemberian sirkulasi buatan (Circulation Support)
i. Setelah ventilasi awal 2 kali, langsung nilai sirkulasi darah
dengan cara meraba arteri carotis (5 – 10 detik)
ii. Jika tidak teraba langsung berikan massage jantung luar
agar efektif dalam kompressi jantung dan pasien dalam
posisi datar dengan alas yang keras (pakai papan resusitasi)
iii. Tekniknya :
a) Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong
menelusuri tulang iga kanan / kiri sehingga bertemu
dengan tulang dada (sternum).
b) Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur
kurang lebih dua atau tiga jari keatas dari procesus
xiphoideus. Daerah tersebut merupakan tempat untuk
meletakkan tangan penolong dalam memberikan
bantuan sirkulasi.
c) Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SPO.C.01-001 00 5/6

Tanggal terbit Ditetapkan :


STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
4 Januari 2021 dr. Ni Nyoman Mulyani, M.M
Direktur RSU Garba Med

menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan


lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding
dada korban atau pasien, jari-jari tangan dapat
diluruskan atau menyilang.
d) Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan
dinding dada korban dengan tenaga dari berat
badannya secara teratur sebanyak lima belas kali
dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1,5 – 2
inci.
e) Tekanan dada harus dilepaskan keseluruhannya dan
dada dibiarkan kembali mengembang ke posisi semula
setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu
yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus
sama dengan pada saat melakukan kompresi
f) Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan
atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan
kompresi
g) Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 15
: 2 dilakukan baik oleh satu atau dua penolong.
h) Frekwensi 100 x / menit
i) Gerakan kompresi / massage harus beraturan, berirama
dan bukan disentak atau mendadak
j) Fase kompresi dan relaksasi harus mempunyai jangka
waktu yang sama, ini bertujuan untuk menimbulkan
pengisian dan pengosongan jantung secara optimal
k) Meraba denyut arteri carotis setelah menit pertama
RJP (4 siklus kompresi ventilasi)
l) Kompresi dada luar menghasilkan aliran darah arteri
carotis
t. Rapihkan alat yang sudah digunakan
u. Lepaskan sarung tangan dan masker
v. Cuci tangan
w. Lakukan pendokumentasian.
PENANGANAN HENTI NAFAS DAN HENTI
JANTUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SPO.C.01-001 00 6/6

Tanggal terbit Ditetapkan :


STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
4 Januari 2021 dr. Ni Nyoman Mulyani, M.M
Direktur RSU Garba Med

HCU
Kamar Bersalin
UNIT TERKAIT Ruang Perawatan Lanti 2
Ruang Perawatan Lantai 3

Anda mungkin juga menyukai