Nim : 2062201032
Kelas : Akuntansi 5 Shift 1
Matkul : AIKA V
5. Jelaskan integrasi islam dan ilmu pengetahuan interkoneksitas dalam memahami ayat
Qouliyah dan Kauliyah ?
*. Jawaban
Dalam Islam, proses pembentukan ilmu pengetahuan dirumuskan berdasarkan pengetahuan yang
dihasilkan oleh pengalaman empiris diyakini sebagai kebenaran alami yang merupakan
ketentuan Allah atau sunnatullah (ayat kauniyah) yang dipadukan dengan kebenaran yang
berasal dari informasi wahyu yang dianggap sebagai bukti kebenaran yang diturunkan Allah
kepada para Rasul-Nya dalam bentuk wahyu (ayat qauliyah). Di antara tokoh ilmuwan dan
ulama Islam yang menganjurkan perpaduan antara empirisisme ilmiah dan wahyu adalah Ibn
Taymiyah dan al-Biruni. Karena dengan cara itulah kebenaran temuan-temuan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itulah Muhammad
Iqbal mengatakan bahwa hakekatnya kemajuan ilmu pengetahuan mada masa sekarang ini
adalah kelanjutan dari langsung dari kemajuan ilmu pengetahuan Islam mada masa lampau.
Proses terbentuknya ilmu pengetahuan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa dalam Islam
tidak dikenal istilah dikotomi ilmu pengetahuan, tidak dikenal adanya pemisahkan dan
pembedakan antara ilmu keIslaman dan ilmu keduniawian. Oleh karena itu ilmu pengetahuan
Islam, sebagaimana juga keseluruhan peradaban Islam, adalah ilmu pengetahuan dan peradaban
yang dilandaskan kepada iman, kepada ajaran-ajaran Allah, dan dikembangkan dengan
mengambil keseluruhan warisan kemanusiaan setelah dipisahkan mana yang benar dan mana
yang salah, yang baik dan yang buruk. Hasilnya adalah suatu ilmu pengetahuan dan peradaban
yang kosmopolit dan universal, yang menjadi milik seluruh umat manusia dan dimanfaatkan
untuk seluruh umat manusia pula. Meskipun kebenaran yang terdapat dalam ilmu pengetahuan
berupa kebenaran ilmiah, tetapi karena sebenarnya
seluruh kebenaran berasal dari Allah, maka dapat dipastikan bahwa antara ilmu pengetahuan dan
wahyu tidak mungkin berlawanan, bahkan akan senantiasa sejalang dengan berbagai penemuan-
penemuan ilmiah modern dan yang akan datang.
Sebagai contoh, pada tahun 1896, seorang purbakalawan menemukan jenazah dalam bentuk
mumi di Wadi al-Muluk (lembah para raja) di daerah Thaba, di seberang Sungai Nil, Mesir.
Kemudian pada 8 Juli 1907, Elliot Smith membuka pembalut mumi tersebut dan ternyata badan
mumi tersebut masih dalam keadaan utuh. Selanjutnya pada Juni 1975 seorang ahli bedah
Perancis bernama Maurice Bucaille, mendapatkan izin untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang mumi tersebut dan menyimpulkan bahwa itu adalah mayat Fir’aun yang meninggal di
laut. Hal ini dibuktikan dari bekas-bekas garam yang membalut sekujur tubuhnya, dan penyebab
kematiannya – menurut pakar tersebut – disebabkan oleh shock.
Penemuan Maurice Bucaille tersebut kemudian diketahui telah disebutkan di dalam kitabullah,
yaitu dalam surat Yunus (10): 92 yang berbunyi:
“Hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Pada akhirnya Bucaille berkesimpulan bahwa “Alangkah agungnya contoh-contoh yang
diberikan oleh ayat-ayat al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang sekarang berada di ruang mumi
museum di Mesir. Penyelidikan dan penemuan modern telah menunjukkan kebenaran al-
Qur’an.” Pada tempat yang lain Bucaille menyatakan “Sisi-sisi ilmiah yang disentuh oleh al-
Qur’an telah membangkitkan kekagumanku yang mendalam sejak semula. Aku tidak pernah
menyangka terjadinya sejumlah penemuan besar tentang kasus-kasus khusus dengan tema-tema
yang bermacam-macam dan ternyata sesuai dengan penemuan-penemuan sains modern. Dan itu
ditemukan dalam sebuah teks wahyu yang ditulis sejak belasan abad yang lalu.”
Selain penemuan mayat Fir’aun di atas, penulis hendak mengungkapkan satu contoh lagi tentang
penemuan ilmiah yang telah dikhabarkan oleh al-Qur’an jauh sebelum penemuan tersebut terjadi,
yaitu tentang gunung es dari langit yang berjatuhan di muka bumi.
Para ilmuwan antariksa mengatakan bahwa pada masa planet bumi sedang berkembang, ternyata
bumi mengalami benturan bertubi-tubi oleh komet yang berisi kandungan kristal-kristal es.
Perstiwa tersebut terjadi sejak milyaran tahun lalu dan berlanjut hingga saat ini. Hingga hari ini
air kiriman tersebut masih menetap di planet bumi karena adanya gravitasi bumi yang sangat
kuat. Peristiwa ini oleh para ilmuwan dikatakan sebagai awal mula kehidupan di muka bumi.
Pada saat itulah lautan di berbagai belahan bumi mulai terbentuk.
Pembentukan lautan di planet bumi telah menjadi misteri yang sangat menarik selama bertahun-
tahun. Seorang pakar ilmu bumi, William Walden Rubey pada tahun 1951 pernah mencatat
cadangan volume air di planet bumi dan ia kebingungan dengan air dalam jumlah yang luar biasa
- yaitu dalam jumlah ratusan juta ton – yang tidak diketahui asalnya. Meskipun ia telah
menyatakan bahwa air-air tersebut kemungkinan berasal dari benda-benda dari luar angkasa,
namun para ilmuwan astronomi ketika itu menanggapinya secara negatif.
Masalah tersebut akhirnya menjadi jelas setelah pada tahun 1986, seorang ahli fisika bernama
Louis A Frank dan J.B. Sigwarth dari Lowa University Amerika Serikat, melakukan penelitian
tentang data-data dari Viking Spacecraft. Pesawat ruang angkasa tersebut memotret bumi dengan
menggunakan film ultraviolet. Dan dari poto-poto tersebut didapati atmosfer bumi berlubang di
sana sini. Hasil penelitian tersebut dipertaruhkan bagi karir akademisnya, meskipun mendapat
bantahan keras dari peneliti lainnya yang mengatakan bahwa jejak lubang di foto tersebut karena
kerusakan film, dan bukan jejak komet sebagaimana yang diyakini oleh kedua peneliti tersebut.
Namun tiga belas tahun kemudia penelitiannya akhirnya diakui setelah melewati forum
perdebatan sains yang ketat. Setelah dilakukan analisis secara mendalam, maka disimpulkan
bahwa jejak berupa lubang-lubang tersebut hanya dapat terjadi akibat tumbukan gunung-gunung
es yang jatuh dari luar angkasa yang menembus atmosfer bumi. Berat setiap komet diperkirakan
mencapai 100 ton dan kulitnya berlapis hidrokarbon hitam. Garis tengahnya kurang lebih 10
meter, kristal-kristal es tersebut menghujani bumi dalam jumlah besar, yaitu sekitar 10 juta
bongkahan dalam setahun, atau sekitar 19 bongkahan dalam setiap menitnya, atau sebanyak 20-
40 ton perdetik. Hujan bongkahan es tersebut terjadi teris menerus selama kurang lebih 1 milyar
tahun. Adapun air lautan di muka bumi berasal dari hujan es tersebut.