Anda di halaman 1dari 18

A.

Pendahuluan
Lebih dari 98% air yang ada di daratan tersembunyi di bawah
permukaan tanah yang lazim disebut air tanah, dan 2% sisanya berupa air
permukaan seperti sungai, danau dan reservoir. Setengah dari 2% air
permukaan tersimpan dalam reservoir buatan.
Air bawah tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan
pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang
muncul di permukaan tanah. Air tanah tersimpan dalam suatu wadah (akuifer),
yaitu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk
menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis.
Ditinjau dari sistemnya, akuifer terdiri atas akuifer tidak tertekan atau
populer di masyarakat sebagai air tanah dangkal (soil water) dan akuifer
tertekan atau dikenal sebagai air tanah dalam (ground water). Air tanah
dangkal umumnya berada pada kedalaman kurang dari 40 m dari permukaan
tanah. Air tanah dangkal sangat mudah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
setempat, karena antara air tanah dangkal dan air yang ada di permukaan tanah
tidak dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Jika terjadi hujan, air yang
meresap ke dalam tanah akan langsung menambah air tanah ini.
Disebut air tanah dalam karena keberadaannya cukup dalam di bawah
permukaan tanah, sehingga untuk memanfaatkannya harus menggunakan bor.
Air tanah dalam berada pada kedalaman 40-150 m atau lebih. Akuifer ini tidak
dipengaruhi oleh kondisi air permukaan setempat, karena antara air tanah
dalam dan air yang ada di permukaan tanah dipisahkan oleh lapisan batuan
yang kedap. Air tanah dalam berasal dari daerah resapan yang bertopografi
tinggi. Intensitas pengambilan air tanah yang cukup tinggi dan melampaui
jumlah rata-rata imbuhannya akan menurunkan muka air tanah dan mengurangi
potensi air tanah di dalam akuifer. Bila ini terjadi maka berbagai dampak
negatif akan muncul, seperti intrusi air laut, penurunan kualitas air tanah, dan
terjadinya tanah ambles.
Eksploitasi air tanah harus dilakukan dengan hati-hati serta mem
pertimbangkan keseimbangan antara discharge area (daerah lepasan) dan
recharge area (daerah imbuhan/ pengisian) agar tidak menimbulkan dampak

1
negatif bagi lingkungan. Sebelum melakukan eksplorasi dan eksploitasi air
tanah perlu dilakukan deteksi untuk mengetahui tempat keberadaan air tanah,
potensi airnya, dan debitnya. Lalu bagaimana mendeteksi potensi dan
keberadaan air tanah secara cepat dan tepat tanpa mengebornya? Caranya
adalah dengan menggunakan metode geofisika. Metode Geofisika adalah
metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui keadaan bawah
permukaan bumi, seperti penyelidikan air tanah dan keberadaan suhu reservoar
batuan-batuan dalam tanah.

B. Metode Geofisika
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi dengan
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga
meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika
umum bermanfaat untuk mendapatkan gambaran geologi, bisa dalam arti yang
luas ataupun dalam arti yang khusus. Untuk mengetahui kondisi di bawah
permukaan bumi penelitian geofisika melibatkan pengukuran di atas
permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di
dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan
kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.
Metoda geofisika yang dipakai luas dalam eksplorasi yaitu seismik,
gravitasi, kemagnitan dan metode elektrik. Beberapa metoda yang masih jarang
digunakan di Indonesia yaitu radioaktivitas dan pengukuran aliran panas.
Metode yang umum dipakai dalam pencarian cebakan hidrokarbon serta
mineral padat antara lain metoda seismik dan gravitasi yang banyak digunakan
dalam eksplorasi minyak, metoda elektrik yang sering dipakai untuk pencarian
cebakan bijih dan pelacakan air tanah sedangkan metoda magnetik dapat
digunakan untuk kepentingan kedua hal itu. Berikut ini di bahas secara singkat
metoda-metoda tersebut :
a. Metoda Gaya Berat (Gravitasi)
Metoda ini untuk mengukur adanya perbedaan kecil medan gaya
berat batuan. Perbedaan ini disebabkan karena adanya distribusi massa
yang tidak merata di kerak bumi sehingga menimbulkan tidak meratanya

2
distribusi massa jenis batuan. Batu beku atau malihan yang umumnya
mempunyai massa jenis lebih besar dari batu sedimen dapat dibedakan
dengan metoda ini. Demikian juga batuan dasar (basement) dengan batuan
sedimen diatasnya. Oleh karenanya metoda ini sering dipergunakan untuk
penelitian bentuk permukaan batuan dasar.

b. Metode Pengukuran Kemagnitan

Peta yang dihasilkan dari pengukuran kemagnitan akan


menunjukkan variasi medan magnit bumi. Variasi tersebut disebabkan
oleh adanya perubahan struktur ataupun litologi yang berbeda dengan
harga kerentanan magnetik (magnetic susceptibility) yang berbeda.

Batuan sedimen pada umumnya mempunyai harga kerentanan


magnetik yang lebih kecil bila dibandingkan dengan batuan beku ataupun
batuan metamorf (relatif lebih banyak mengandung mineral magnetit)
sehingga pengukuran kemagnitan lebih ditujukkan pada pelacakan
struktur dasar cekungan sedimen ataupun pencarian zona cebakan mineral
magnetit secara langsung. Metode magnetik pada awal mulanya digunakan
dalam eksplorasi minyak dimana daerah-daerah yang menunjukkan
struktur geologi dari formasi lapisan minyak banyak terkontrol oleh
keadaan topografi, patahan ataupun punggungan pada batuan dasarnya.

c. Metode Elektrik

Pemakaian metoda elektrik dalam geofisika eksplorasi sering pula


disebut sebagai metoda geolistrik atau resistivity sounding dan mempunyai
berbagai metoda yang satu sama lain agak berbeda dalam teknik
operasionalnya. Metoda elektrik ini dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi tentang lapisan batuan berdasarkan perbedaan harga tahanan
jenis (resitivity) lapisan batuan. Metoda ini telah cukup lama digunakan
untuk pemetaan batas lapisan. Pada cara ini kita alirkan suatu arus listrik
ke dalam lapisan batuan kemudian mencatat perbedaan potensial yang
timbul dari dua elektrode yang berbeda letaknya.

3
Dalam bidang teknik sipil, metoda ini dipakai untuk menentukan
kedalaman batuan dasar yang dipandang kuat untuk peletakan fondasi
bangunan yang diinginkan. Untuk keperluan penelitian airtanah, metoda
geolistrik digunakan untuk mendeteksi posisi penyebaran akuifer serta
dapat digunakan untuk mencari lapisan-lapisan berair asin. Dalam bidang
penelitian panasbumi, metoda ini digunakan untuk melokalisir daerah
pengumpulan panas yang berada di dekat permukaan.

d. Metoda Seismik

Metode seismik ini dibagi lagi menjadi 2 metode, antara lain:

a. Metoda Seismik Bias

Dalam penggunaan seismik bias maka alat perekam sinyal


seismik diletakkan relatif jauh dari titik peledakan dinamit sehingga
jarak itu lebih besar dibandingkan kedalaman horison lapisan batuan
yang akan dideteksi. Gelombang getaran hasil ledakan sebagian besar
akan menjalar secara horisontal di dalam lapisan tanah, dan waktu
yang diperlukan untuk perjalanan itu, untuk berbagai jarak dari sumber
ke penerima, akan memberi informasi tentang kecepatan dan
kedalaman horison bawah permukaan. Meskipun metoda seismik bias
tidak akan memberikan banyak informasi atau gambaran struktural
yang tepat sebagaimana pada seismik pantul, tetapi akan memberikan
informasi kecepatan gelombang pada lapisan pembias dan akan
berguna bagi ahli geofisika untuk mengetahui jenis litologinya. Cara
ini umumnya lebih cepat untuk meliput suatu wilayah yang sama luas
dibandingkan seismik pantul sehingga menguntungkan secara
ekonomis.

Seismik pantul cukup baik untuk daerah berstruktur dengan


permukaan berkecepatan tinggi semisal dasar atau bagian atas dari
lapisan batugamping. Jika hal itu merupakan target geologinya. Bila
untuk mengetahui bentuk dan kedalaman cekungan sedimen dengan
pemetaan permukaan dasar cekungan sedimen dengan pemetaan

4
permukaan dasar cekungan, metoda seismik bias cukup efektif dan
ekonomis untuk kebutuhan tersebut. Karena kecepatan gelombang
pada batuan di sekitarnya, maka metoda ini cukup baik pula untuk
mendeteksi struktur diapirif semacam kubah garam. Dalam keadaan
yang favorabel, metoda ini dapat dipakai untuk mendeteksi dan
menentukan sesar tegak zona patahan pada formasi-formasi
berkecepatan tinggi, seperti batu gamping masip atau batuan dasar
cekungan. Seismik bias jarang digunakan dalam eksplorasi minyak,
umumnya dipakai untuk kepentingan pekerjaan teknik sipil.

b. Metoda Seismik Pantul

Dengan metoda seismik pantul, keadaan struktur lapisan


batuan di bawah permukaan dapat diketahui dengan baik. Cara ini
berdasarkan atas perekaman pulsa seismik di permukaan yang
disebabkan oleh sumber getar buatan, yaitu peletusan dinamit di dekat
permukaan tanah (ditanam pada kedalaman dangkal) ataupun dengan
cara mekanis semisal pemukulan palu. Gelombang getaran yang terjadi
akan merambat melalui media lapisan batuan, dan sebagian gelombang
tersebut akan dipantulkan oleh bidang batas antar lapisan sehingga
bergerak kembali ke permukaan tanah. Gelombang pantul direkam
oleh peralatan tertentu (disebut geofon) yang cukup peka terhadap
getaran di permukaan tanah. Alat-alat perekam diletakkan pada jarak-
jarak tertentu terhadap titik sumbernya.

Variasi waktu datang gelombang pantul tersebut akan


mencerminkan adanya kondisi struktural tertentu dari lapisan di bawah
permukaan. Kedalaman bidang antar lapisan dapat dihitung jika kita
ketahui waktu datang gelombang pantul serta data kecepatan
gelombang di dalam lapisan batuan. Untuk mengetahui kecepatan
gelombang maka dilakukan uji coba pada lobang pemboran. Pada
perkembangan terakhir ini, data seisimik pantul telah dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis liltologi terutama berdasar kecepatan dan
karakteristik getaran. Sedangkan untuk mengetahui adanya

5
hidrokarbon didasarkan atas data amplitudo pantulan dan indikator
seismik lainnya.

Metoda seismik merupakan teknik prospeksi yang baik untuk


mengetahui keadaan struktur bawah permukaan. Hasil rekaman dari
penampang seismik sangat mirip dengan hasil rekonstruksi struktur
yang dilakukan oleh ahli geologi, tetapi ahli geologi perlu bersikap
hati-hati untuk menginterpretasi data seismik tersebut agar mendapat
hasil interpretasi yang tepat, kecuali bila data rekaman seismik betul-
betul berkualitas tinggi. Pada kondisi yang ideal, relief struktural dapat
ditentukan dengan ketelitian sekitar 3 - 6 meter.

C. Metode Geofisika Untuk Menentukan Air Tanah


Hal yang pertama kali dilakukan dalam mendeteksi potensi dan
keberadaan air tanah adalah menyelidiki semua petunjuk-petunjuk di
permukaan. Setelah memperkirakan kondisi geologi di bawah permukaan dari
petunjuk-petunjuk geologi yang ditemukan di permukaan maka selanjutnya
melakukan interpretasi. Hal ini tidaklah cukup, diperlukan suatu pengukuran
untuk lebih memastikan keadaan geologi dibawah permukaan tersebut. Tentu
saja cara yang paling baik untuk mengobservasi dan melihat kondisi di bawah
permukaan adalah dengan melihatnya secara langsung, namun hal ini sangat
sulit dilakukan dan hampir mustahil.
Metode geofisika memberikan cara untuk mendapatkan data kondisi di
bawah permukaan tanpa harus melihatnya ataupun menggalinya. Cara ini
merupakan cara tidak langsung dengan mengukur sifat-sifat geologi yang
berhubungan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia. Selanjutnya
dengan data geofisika yang didapatkan digabungkan dengan data geologi yang
tersedia sehingga akan menghasilkan model geologi yang lebih meyakinkan
sehingga kita dapat mendeteksi potensi dan keberadaan air tanah secara cepat
dan tepat tanpa mengebornya. Berikut metode-metode geofisika yang
digunakan dalam menentukan air tanah.
a. Metode Geofisika

6
Berbagai metode geofisika tersedia, mulai dari yang rumit dan mahal
hingga yang relatif sederhana dan murah. Dalam melakukan eksplorasi air
tanah, metode geolistrik tahanan jenis atau resistivitas masih menjadi
pilihan yang umum. Diantara kelebihannya adalah relatif sederhana, murah
dan mudah dilakukan dilapangan, serta mampu memberikan data yang bisa
diyakini. Metode resistivitas ini bisa digunakan dalam eksplorasi air tanah
karena sifat resistivitas batuan yang sangat dipengaruhi oleh kandungan
airnya, dan resistivitas kandungan air ini berhubungan dengan kandungan
ion-ionnya (Alile, 2011). Metode resistivitas dalam eksplorasi geofisika di
daerah dengan batuan sedimen telah terbukti memberikan hasil yang dapat
dipercaya (Emenike, 2001 dalam Alile dkk., 2010).
Secara garis besar metode ini dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu: mapping dan sounding. Mapping digunakan untuk
melihat variasi ke arah lateral sedangkan sounding
digunakan untuk melihat variasi reristivitas ke arah vertikal.
a. Vertical electric sounding adalah merupakan ide yang digunakan untuk
menentukan perubahan tahanan di dalam batuan yang berada di bawah
suatu titik acuan dipermukaan dan mengkorelasikan dengan data geologi
agar diketahui struktur bawah permukaan bumi. Prosedur ini didasarkan
pada kenyataan bahwa di bagian arus listrik yang dimasukkan ke bumi
menembus kedalaman tertentu bertambah besar dengan makin jauh
antara elektroda arus.

a
n=1
M A O B N
2
n=2 a
M A O B N
3
n= a
3 M A O B N

GAMBAR 1

7
KEDUDUKAN ELEKTRODA PADA VES
Walaupun demikian arus listrik yang menembus di lapisan
homogen ini tidak dapat digunakan sebagai pegangan yang berlaku untuk
bumi yang tidak homogen atau berlapis-lapis. Untuk bumi atau media
heterogen dimana arus yang menembus sampai kedalaman tertentu
tergantung pada geometri susunan lapisan bumi.
b. Penerapan metode wenner merupakan kegiatan kombinasi antara
kegiatan lapangan dengan analisa laboratorium, hal yang terpenting
adalah teknik pengambilan data yang benar dan kemampuan interpreter
yang menginterpretasi data dari lapangan. Dengan mendapatkan data
yang valid maka tingkat kesalahan yang terjadi dapat diminimalkan
sehingga akan didapatkan hasil pengukuran yang mendekati nilai
aslinya.
Kegunaan survey elektrik adalah untuk menentukan resistivitas di
bawah permukaan dengan melakukan pengukuran di permukaan. Dari
pengukuran ini, resistivitas sebenarnya pada bawah permukaan dapat
diperkirakan. Resistivitas bumi dipengaruhi oleh berbagai parameter
geologi, kandungan mineral dan fluida, porositas batuan, dan tingkat
kejenuhan air di dalam batuan. Pada banyak studi kasus, keadaan geologi
bawah permukaan sebenarnya sangat kompleks dan resistivitas dapat
berubah dengan signfikan bahkan dalam jarak yang dekat (Keller dan
Frischknecht 1966; Daniels and Alberty 1966; dalam Srinivasamoorthy
dkk., 2009) Arus listrik dapat dihantarkan di bumi melalui kandungan air
pada batuan maupun melalui pertukaran kation pada mineral, biasanya
mineral lempung. Resistivitas ini dinyatakan dalam satuan ohm-m.
Pengukuran resistivitas biasanya dilakukan dengan menginjeksikan
arus ke tanah melalui dua elektroda arus, dan mengukur perbedaan voltase
yang dihasilkan melalui dua elektroda potensial. Berdasarkan nilai arus (I)
dan voltase (V) maka nilai resistivitas semu dapat dihitung (ρa):
ρa = k.V/I
Karena bumi bersifat tidak homogen dan isotrop, maka resistivitas
yang terukur bukanlah resistivitas yang sebenarnya melainkan disebut

8
sebagai resistivitas semua yaitu rata-rata nilai resistivitas sebenarnya dari
suatu bagian penampang yang diukur.
Nilai k adalah faktor geometri yang bergantung kepada konfigurasi
penyusunan keempat elektroda. Untuk mendapatkan informasi perlapisan
bawah permukaan yang berupa harga resistivitas dan kedalamannya
dilakukan metode Geolistrik Sounding. Untuk keperluan
pengambilan data sounding digunakan konfigurasi
Schlumberger. Pertimbangannya adalah untuk menghindari
efek lateral yang mungkin muncul saat pengambilan data
resistivitas sounding. Dengan konfigurasi ini, elektroda di susun secara
simetris pada satu garis dengan elektroda arus pada bagian tepi (disebut
elektroda A dan B), dan elektroda potensial pada bagian dalam (disebut
elektroda M dan N). Selanjutnya elektroda arus akan digeser jaraknya
semakin melebar secara logaritmik untuk menambah kedalaman pengukuran
resistivitas. Konfigurasi Schlumberger dipilih karena kemudahannya karena
sebenarnya hanya perlu melakukan perpindahan terhadap elektroda A dan B
saja. Namun pada prakteknya jika jarak antara elektoda arus dan elektroda
potensial terlalu besar, maka nilai pengukuran yang didapatkan menjadi
kurang dapat dipercaya. Untuk itu elektroda potensial perlu juga diperlebar
namun dengan frekuensi yang lebih rendah, umpamanya setelah tiga kali
perpindahan elektroda arus.

GAMBAR 2
KONFIGURASI SCHLUMBERGER

9
Salah satu cara untuk menginterpretasi data hasil pengukuran
geolistrik adalah dengan metode apa yang dikenal sebagai “curve matching”
atau pencocokan kurva. Grafik ini didapatkan dengan mengeplot nilai
resistivitas semu dalam sumbu y dengan jarak elektroda AB dibagi 2 (meter)
pada sumbu x memakai skala logaritmik.

GAMBAR 3
CONTOH KURVA DATA GEOLISTRIK
Langkah pertama dalam menginterpretasinya adalah dengan
melakukan klasifikasi terhadap kurva resistivitas semu menjadi beberapa
tipe. Klasifikasi ini didasarkan kepada bentuk dari kurva tersebut, namun
sebenarnya bentuk kurva ini juga berkaitan dengan kondisi geologi dibawah
permukaan lokasi pengukuran. Dari data ini, dapat diperkirakan paramerter-
parameter interpretasi yang selanjutnya akan digunakan oleh komputer
untuk melakukan proses iterasi. Dalam proses iterasi ini, data lapangan akan
dibandingkan dengan data model yang didapatkan dari hasil pencocokan
kurva sebelumnya. Proses diulang terus hingga didapatkan kesesuaian
antara data dari model dengan data dari lapangan. Sehingga akhirnya
parameter-parameter, data lapangan, data hasil kalkulasi, dan juga kurva

10
teoritis menghasilkan penampang geolistrik yang dapat digunakan untuk
sebagai penunjuk penampang geologi.
Penampang geologi yang dihasilkan, berisi lapisan-lapisan dengan
ketebalan tertentu yang memiliki nilai resistivitas tertentu. Untuk
mengetahui litologinya, nilai resistivitas ini dapat dicocokkan dengan
rentang nilai resistivitas untuk batuan yang sudah diketahui dari berbagai
penelitian. Teknik mencocokkan seperti ini sangat rentan terhadap
kesalahan karena nilai resistivitas batuan sangat bervariasi tergantung
kondisinya. Hal lainnya adalah beberapa batuan memiliki rentang nilai
resistivitas yang saling tumpang tindih sehinggga agak menyulitkan dalam
menentukan jenis batuannya ketika proses interpretasi.

GAMBAR 4
RENTANG RESISTIVITAS BERBAGAI BATUAN
Berdasarkan nilai tahanan jenis sebenarnya, dapat diinterpretasi
jenis batuan, kedalaman, ketebalan, dan kemungkinan kandungan air bawah
tanahnya. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran daerah-daerah yang
berpotensi mengandung air tanah serta dapat ditentukan titik-titik pemboran.
Untuk membatasi zona yang berpotensi mengandung air tanah, dilakukan
analisis spasial dengan memadukan peta ketebalan akuifer dan overburden,

11
peta kemiringan lereng (slope), peta kelurusan (lineament), dan peta
drainase sehingga menghasilkan peta potensi air tanah.
Dari hasil pengukuran geolistrik yang dilakukan, didapatkan
pengetahuan kondisi geologi di bawah permukaan daerah penelitian.
Pengetahuan bawah permukaan ini digunakan bersama dengan pengetahuan
geologi permukaan dalam proses interpretasi. Akhirnya dihasilkan model
geologi dan sistem air tanah di daerah penelitian yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan

b. Metode Seismik Bias


Metode seismik sering digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon,
batubara, pencarian air tanah (ground water), kedalaman serta karakterisasi
permukaan batuan dasar (characterization bedrock surface), pemetaan
patahan dan stratigrafi lainnya dibawah permukaan dan aplikasi geoteknik.
Metode seismik bias merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu
metode untuk memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat
menunjang penelitian lainnya. Metode ini mencoba menentukan kecepatan
gelombang seismik yang menjalar di bawah permukaan. Metode seismik
refraksi didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami
refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila dalam perambatannya,
gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan suatu lapisan
dengan lapisan yang di bawahnya yang mempunyai kecepatan gelombang
lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba
gelombang pada masing-masing geophone.
Keterbatasan metode ini adalah tidak dapat dipergunakan pada
daerah dengan kondisi geologi yang terlalu kompleks. Metode ini telah
dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal dan hasilnya cukup
memuaskan. Menurut Sismanto (1999), asumsi dasar yang harus dipenuhi
untuk penelitian perlapisan dangkal adalah:

12
1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan
gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.
4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga
mematuhi hukum – hukum dasar lintasan sinar.
5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan dibawahnya.
6. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode seismik refraksi
untuk menghitung kecepatan rambat gelombang seismik dan kedalaman
masing–masing lapisan yang diturunkan dari kurva travel time sehingga
akan didapatkan model struktur bawah permukaan.
Secara umum metode interpretasi seismik refraksi dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu intercept time, delay
time method dan wave front
method (Taib, 1984). Metode interpretasi yang paling mendasar dalam
analisis data seismik refraksi adalah intercept time (Tjetjep, 1995).

GAMBAR 5
METODE PENGAMBILAN DATA DENGAN TEMBAKAN MAJU
Hasil dari perhitungan gelombang seismik menggunakan metode
Intercept Time akan didapatkan nilai kedalaman lapisan pertama pada dua
lintasan survei tersebut. Kecepatan gelombang seismik pada lapisan pertama
dan kecepatan gelombang seismik pada lapisan kedua serta didapatkan dari
kurva travel time. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode
Intercept Time sehingga dapat dimodelkan penampang bawah permukaan
untuk setiap lintasan.

13
GAMBAR 6

DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN DATA

Dengan permodelan penampang bawah permukaan maka akan


didapat perbedaan kecepatan gelombang pada lapisan pertama (V1),
kecepatan gelombang pada lapisan kedua (V2) serta kedalaman pada setiap
lintasan. Dan menunjukkan model penampang bawah permukaan beserta
perbedaan kecepatan gelombang pada setiap lapisan pada lintasan pertama.
Dari penampang seismik yang telah dibuat terlihat adanya struktur bawah
permukaan dengan berberapa lapisan. Lapisan-lapisan ini dapat terbentuk
karena adanya nilai variasi kecepatan yang berbeda dari tiap lapisan. Dari
nilai variasi kecepatan yang berbeda ini menunjukan adanya jenis batuan
penyusun dari tiap lapisan yang berbeda, sehingga dari analisis tiap
lapisannya memperlihatkan kedalaman serta ketebalan tiap lapisannya, yang
digunakan untuk menganalisis letak lapisan akuifer, geometri akuifer
dangkal.

14
Selain dengan metode geolistrik dan seismik untuk mendeteksi
jebakan air dapat menggunakan metode penyelidikan permukaan tanah
lainnya yakni metode gravitasi dan metode magnit. Dari metode-metode
tersebut, metode geolistrik merupakan metode yang banyak sekali
digunakan dan hasilnya cukup baik.

D. Batasan Metode Geofisika


Bagaimanapun, metode geofisika tetap mempunyai kelemahan dan
batasan-batasan. Kelemahan pertama adalah apabila tidak terdapat suatu
perbedaan yang cukup signifikan diantara sifat-sifat dari batuan-batuan yang
diukur. Akibatnya, perbedaan batuan ataupun perbedaan karakternya yang
ingin kita ketahui menjadi tidak terdeteksi.
Kelemahan lainnya adalah dari segi metodologi yang digunakan.
Faktanya, hampir semua penyelesaian geofisika ditentukan dari proses yang
dinamakan “inverse modeling”. Inverse modeling adalah proses dengan
melihat suatu “akibat” yang ditimbulkan terlebih dahulu dan dari sana baru
menentukan “penyebabnya”. Contohnya dalam geofisika seperti mendapatkan
data resistivitas terlebih dahulu dan dari sana barulah menentukan jenis
batuannya. Hal ini sangat unik dikarenakan suatu “akibat” dapat muncul karena
berbagai macam “penyebab”. Oleh karena itu sangat penting untuk
mendapatkan berbagai informasi dan mengikutsertakannya dalam interpretasi
agar didapatkan “penyebab” yang paling mungkin.
Kelemahan selanjutnya adalah masalah resolusi. Resolusi dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk memisahkan mendeteksi diantara sifat-
sifat yang berdekatan dan mirip. Resolusi yang diinginkan mungkin tidak dapat
dicapai dengan metode geofisika tertentu atau bisa akan terlalu mahal untuk
mendapatkan data dengan resolusi yang diinginkan.
Kelemahan terakhir adalah apa yang disebut dengan noise. Noise dapat
diartikan sebagai signal yang tidak diinginkan atau sebuah gangguan yang
sama sekali tidak merepresentasikan data. Noise ini apabila terlalu banyak
dapat menutupi data sebenarnya sehingga mengganggu dalam proses

15
interpretasi. Noise ini dapat muncul dari alat yang digunakan, atau dari kondisi
lingkungan ketika melakukan pengukuran.

KESIMPULAN DAN SARAN

16
A. Kesimpulan

1. Metode geofisika adalah metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengetahui keadaan bawah permukaan bumi tanpa harus melihatnya
ataupun menggalinya seperti penyelidikan air tanah dan keberadaan suhu
reservoar batuan-batuan dalam tanah.
2. Dalam melakukan eksplorasi air tanah, metode geolistrik tahanan jenis atau
resistivitas masih menjadi pilihan yang umum.
3. Secara garis besar metode ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
mapping dan sounding. Mapping digunakan untuk melihat
variasi ke arah lateral sedangkan sounding digunakan untuk
melihat variasi reristivitas ke arah vertikal.
4. Metode seismik bias merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu
metode untuk memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat
menunjang penelitian lainnya.
5. Metode geofisika mempunyai kelemahan dan batasan-batasan antara lain
metodologi, resolusi, noise, dan apabila tidak terdapat suatu perbedaan yang
cukup signifikan diantara sifat-sifat dari batuan-batuan yang diukur
akibatnya perbedaan batuan ataupun perbedaan karakternya yang ingin kita
ketahui menjadi tidak terdeteksi.

B. Saran
1. Dalam pemilihan metode geofisika untuk menentukan air tanah sebaiknya
memilih metode geolistrik karena relatif sederhana, murah dan mudah
dilakukan dilapangan serta mampu memberikan data yang bisa diyakini.
2. Sebelum melakukan eksplorasi dan eksploitasi air tanah perlu dilakukan
deteksi untuk mengetahui tempat keberadaan air tanah, potensi airnya, dan
debitnya.
DAFTAR PUSTAKA

17
Eddy Ibrahim, (2009), Materi Kursus Geolistrik, indralaya.

Prof. Deny Juanda Puradimaja. (2007). Slide power point eksplorasi dan
pemetaan geologi: Bandung. ITB.

18

Anda mungkin juga menyukai