Anda di halaman 1dari 61

ZONA SUBDUKSI

OUTLINE

 Pendahuluan
 Zona Subduksi
 Subduksi Model Thermal
- Model Analitik Thermal Sederhana
- Model Numerik
 Gempa bumi pada slab subduksi
 Kesimpulan
Pendahuluan

 Pergeseran lempeng tektonik yang saling mendekat


akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari
lempeng (lempeng samudera) akan menunjam ke
bawah lempeng (lempeng benua) yang lain. Proses
penunjaman ini disebut Subduksi.
 Tempat penunjaman lempeng membentuk suatu
palung (trench) yang dalam.
 Di belakang jalur penunjaman akan terbentuk
rangkaian kegiatan magmatik (gunung api), berbagai
cekungan (basin), dan busur kepulauan (islands arc).
Contoh busur kepulauan adalah kepulauan Indonesia.
 Zona subduksi merupakan zona tektonik aktif yang
ditandai dengan antara lain dengan adanya aktivitas
gempa dan gunung api.
 Aktif dalam artian bahwa pada zona subduksi selalu
ditandai dengan adanya pergerakan relatif antara dua
lempeng yang berinteraksi. Kecepatan penunjaman
berkisar antara 1 sampai 10 cm/tahun.
 Bencana gempa besar, letusan gunung api dan
tsunami banyak dijumpai di zona subduksi. Contohnya
adalah: zona subduksi Sunda, Banda, Filipina, Jepang,
Tongga, Selandia Baru, dll.
 Disamping pergerakan saling mendekat, gerak
lempeng tektonik juga ada yang:
 saling menjauh, dan
 berpapasan/bersinggungan.
 Pergerakan saling menjauh akan menyebabkan
penipisan dan peregangan kerak bumi
 Terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk
jalur magmatik atau gunung api
 Pergerakan saling berpapasan/bersinggungan
dicirikan oleh adanya sesar mendatar, seperti sesar
San Andreas di Amerika dan sesar Sumatera.
Penampang Zona Subduksi

Magmatik, busur kepulauan


Cekungan
Palung, tempat penghancuran materi

Material
Konveksi mantel magmatik Konveksi mantel
naik ke
permukaan
Zona Subduksi
Bukit Barisan

Samudra Indonesia Back-arc basin


Island arc
Fore-arc basin Cekungan Sumatera

Cekungan Bengkulu
Parit

Lempeng Samudra
Lempeng Benua

Mantel Mantel

Model zona subduksi di Sumatera. Perhatikan ada dua cekungan:


(a)Fore-arc basin (cekungan di muka busur), dan (b) Back-arc basin
(cekungan di belakang busur).
Architecture of subduction zones
Trench
Magmatic arc
Back arc Fore arc

Benioff
zone
Slab
Keterdapatan Mineral pada T & P tertentu
yang berhubungan dengan Kedalaman
PROSES PEMBENTUKAN MAGMA PADA ZONA
SUBDUKSI (SISTIM BUSUR KEPULAUAN)
SEDIMEN LAUT
KERAK SAMUDRA

MENGALAMI UBAHAN
HIDROTHERMAL
KANTONG-2
PEMUSATAN

SEDIMEN
YANG MENYUSUP
ASIMILASI-PENGHABLURAN-
PENCAMPURAN OLEH
SEDIMEN-2 YANG TERCAKUP
DALAM KERAK

LELEHAN PARSIAL

PELEBURAN \ DEHIDRASI
KERAK-SAMUDRA
Lokasi endapan mineral kaitannya dengan struktur lempeng
tektonik
PEMBENTUKAN ZONA
SUBDUKSI

 Lempeng Samudra akan


mensubduksi hingga
terhalangi (jammed) oleh
Lempeng Benua.
 Apa yang dapat dijadikan
bukti telah terjadi
subduksi?
 Mountain belts
 Arc rocks
 Ophiolites
Struktur Seismik
Gempa bumi di Zona
Subduksi disebabkan
oleh aliran turun
(downwelling) sistem
konveksi dari mantel
yang menyebabkan
lempeng samudra
menunjam mantel

Kedalaman Gempa Bumi :


Dangkal (< 70 km)
Menengah (70-300 km)
Dalam (> 300 km)

Gempa bumi kedalaman


sedang dan dalam
membentuk Wadati-
Benioff
Bathymetric and TOBI and DTS-1 sidescan sonar
coverage at the Middle American continental margin .

Contoh batimetri di sekitar palung


Contoh mekanisme
gempa-gempa di
zona subduksi

Contohnya gempa
Aceh 2004 dengan
tiped dominan
Sesar Naik
TEKTONIK SUMATERA

SS

Lempeng
SM
Eurasia

2 cm/th
PJS

6 cm/th

Lempeng
Indo-Australia
6 cm/th
SEBARAN PUSAT GEMPA
HIPOSENTER DI BAGIAN UTARA

Aceh 2004
Mw = 9.0

Kedalaman maksimum pusat gempa < 200 km


HIPOSENTER DI BAGIAN TENGAH

Sumbar 1861
Mw = 8.5

Kedalaman maksimum pusat gempa < 250 km


HIPOSENTER DI BAGIAN SELATAN

Bengkulu 1933
Mw = 8.7

Kedalaman maksimum pusat gempa < 300 km


Beberapa tipe gempa pada zona subduksi
Gempa kecil Bending earthquakes
-Jarang, kecil

Great thrust earthquakes Gempa sesar normal


-Sering, tapi tidak selalu - Jarang, besar
-Chile 1960, Alaska 1964 - di Sanriku terjadi th 1933
- di Rat Island terjadi th 1965
Gempa sedang
- di Indonesia terjadi th 1977
-near slab top
-primerily down-dip tension
Zona seismik dalam
-Salah satu sisi atau keduanya
-Primarily down-dip compression
-Dip may vary considerably
-Depth may vary considerably
Subduksi Model Thermal
model analitik thermal sederhana
 T 
C p   vT   .(kT )  
 t 

.(kT ) =konduksi panas


vT =transfer panas oleh perpindahan material

Asumsikan bahwa T / t= 0 dan  = 0


, Cp , k tetap terhadap perubahan posisi

Mempunyai solusi deret bentuk pertama


sebagai berikut:

T ( x, y)  Tm (1  (2 /  ) exp(  2 x /( 2RL)) sin(  y / L))

T0 ( x0 , L / 2)  Tm (1  (2 /  ) exp(  2 x0 /( 2 RL ))
mencapai suatu jarak down-dip maksimum

x0  vL2 /( 2 ) ln(  (Tm  T0 ) /( 2Tm ))


Kedalaman maksimum gempa bumi untuk zona subduksi
yang berbeda-beda sebagai sebuahfungsi parameter
thermal
 kedalaman maksimum isotermal
Parameter thermal vs kedalaman gempa maks   v dan L2,
 subduksi lebih cepat atau
lempeng penunjam lebih tebal
memungkinkan material
menunju ke tempat yang lebih
dalam sebelum panas naik
 asumsikan L2  t
 asumsikan kedalaman
maksimum gempa dikendalikan
oleh temperatur, sehingga
gempa bumi akan berhenti
ketika material mencapai
Parameter thermal, (km) temperatur yang sangat tinggi

  tv sin 
Rasio temperatur lempeng subduksi dengan mantel
sebagai fungsi dari waktu subduksi
Dihitung menggunakan model analitik thermal
Porsi paling dingin sekitar
setengah temperatur mantel dalam
waktu 10 juta th, yaitu waktu yang
diperlukan oleh slub subduksi
mencapai kedalaman 660 km
Slab equilibrium
Tidak ada alasan untuk lempeng
subduksi untuk tidak menembus
mantel lebih bawah

Apabila lempeng subduksi turun


ke dalam mantel yang lebih bawah
dengan laju yang sama akan ditahan
suatu anomali thermal yang
signifikan pada perbatasan inti-
mantel, konsisten dengan model
pada daerah tersebut

Faktanya, laju akan menurun


sehubungan dengan semakin
Time since subduction (Myr) besarnya viskositas pada mantel
yang lebih bawah
Hubungan kedalaman dengan tekanan dan temperatur
Cp 
Perubahan temperatur diimbangi dS  dT  dP  0
T 
perubahan tekanan
 dT  
Gradien temperatur adiabatik    T,
 dP s  C p
Tekanan bertambah terhadap
dP
kedalaman  g
dz
Temperatur meningkat  dT  g
   T,
terhadap kedalaman  dz s C p

Temperatur mutlak pada T K ( z)  ToK exp[(g / C p )( z  zo )]


kedalaman z
 Gesekan menaikan panas Model Numerik
 Viskositas berkurang secara
eksponensial terhadap Temp
Panas pada tiap titik slab
Densitas pada setiap posisi
0 1800

Model Numerik 1500


-200

(atas) subduksi
1200
 -400
lebih muda, 900

lebih lambat, -600 600

lebih panas
300

 (bawah) 0 200 400 600


Jarak (km)
800 1000

subduksi lebih 0 1800

tua, lebih -200 1500

cepat, lebih 1200

dingin -400
900

600
-600
300

0
0 200 400 600 800 1000
Jarak (km)
Panas dari mantel secara perlahan-lahan memanasi slab
Kecepatan lithosfer umur 50 juta tahun sekitar 70 mm/tahun
dan umur 140 juta tahun sekitar 140 mm/tahun
Model Struktur Termal
pada Zona Subduksi
Konvergen pada 6 cm2/tahun
Citra tomografi

Anomali kecepatan
seismik (Model thermal)

Inversi
Model thermal tomografi

Kecepatan perturbasi
Hit count dalam 10log
(gangguan), + cepat
Citra Tomografi

Japan (Hasegawa, 1978)


Citra Tomografi

 Cross section under


North America
 Blue represents fast
seismic velocities,
which we interpret as
slabs
Seismogram dari gempa bumi dalam

Stasiun VUN Stasiun NIU


Gel menjalar Gel menjalar
pada mantel pada slab
Pelemahan Pelemahan
tinggi rendah
Q rendah Q tinggi
Distribusi seismik pada berbagai kedalaman

Disebabkan Disebabkan
down-dip tension down-dip compression
Mekanisme gempa pada zona subduksi.
Sumbu P dan T dirotasi hingga arah down-dip di pusat lingkaran dan distribusinya
berupa kontur.
(Atas) gempa di bawah 300 km didominasi oleh down-dip compression.
(Bawah) gempa antara 70-300 km didominasi oleh down-dip tension
Gaya penggerak slab
 Gaya apung negatif
 Perbedaan kontras densitas
antara slab dan material F F
yang lebih panas dan R R
kurang rapat pada R
kedalaman yang sama F
 Gaya gravitasi
 Lempeng dingin yang turun Gaya apung negatif
mengikuti pola aliran
R
konveksi
L
 Material yang dipindahkan F    g[  ( x, y)   m ]dxdy
menimbulkan gaya yang o 0
besarnya tergantung kepada 
viskositas dan laju subduksi  ( x, y )   m  [T ( x, y )  Tm ]   m   ' ( x, y )
T
(hidrostatik)
 Slab pull  ' ( x, y )  m [Tm  T ( x, y )]
 Gesekan pada sisi lempeng
dengan material mantel gmTm vL3
F
 Gaya resistansi antar muka 24
lempeng
Gaya-Gaya pada Zone Subduksi
 Dikendalikan oleh gaya apung
negatif slab
 Tidak selalu akibat kompresi
pada Trench
SLAB SUBDUKSI

R
Low strength
Increasing strength

High strength

Muda Tua
Down-dip Tension Down-dip Compression
Kecepatan absolut lempeng lithosfer bertambah terhadap fraksi dari batas
lempeng yang dibentuk oleh slab subduksi, menunjukkan bahwa slab
merupakan gaya pengendali utama untuk gerak lempeng
GELANG-GELANG
JALUR SUBDUKSI YANG
BERKEMBANG SEMAKIN
MUDA KEARAH BARAT
DAYA-SELATAN DAN
KEARAH UTARA

( KATILI )

SEJAK JAMAN PERM,


TERJADI INTERAKSI
KONVERGEN
DARI ARAH SELATAN
(LEMPENG HINDIA-AUSTRALIA),
DAN DARI UTARA KE SELATAN
(LEMPENG LAUT CHINASELATAN),

MEMBENTUK JALUR-2
SUBDUKSI DAN
MAGMATIK YANG
BERKELANJUTAN
DAN SEMAKIN
MUDA KEARAH SELATAN
DAN UTARA (GAMBAR)
Zona Subduksi yang Terdapat di Sumatra

Jalur Subduksi berkembang semakin


muda ke arah baratdaya-selatan dan
arah utara (Katili).
Analogi untuk tekanan dan regangan
(compression & Tension)

Tz ( L)  gL
 zz ( z )
  g Material berdiri di atas
z permukaan bumi, di bawah
 zz ( z)  gz  C tekanan dari semua arah

 zz ( z)  g (L / 2  z)
Dengan analogi, apabila
downgoing slab ada
dalam kedaan regang,
 zz ( z)  g (L / 2  z) gaya apung negatif harus
melampaui gaya resistif
pada zona subduksi dan
Material tergantung di slab akan di “tarik” dan
bawah beratnya sendiri disangga oleh sisa
lempeng di luar zona
subduksi

Gempa “dalam” menunjukkan down-dip compression, sedangkan gempa “sedang” menunjuk-


kan down-dip tension. Situasi ini seperti kolom yang ditunjang pada kedua ujungnya
SLAB SUBDUKSI

R
Low strength
Increasing strength

High strength

Muda Tua
Down-dip tension Down-dip compression
Kecepatan absolut lempeng lithosfer bertambah terhadap fraksi dari batas
lempeng yang dibentuk oleh slab subduksi, menunjukkan bahwa slab
merupakan gaya pengendali utama untuk gerak lempeng
Diagram fase transisi dari olivine terhadap
peningkatan kedalaman. Batas fase sebagai fungsi
dari temperatur dan tekanan dikenal dengan kurva
Clapeyron
dP H
  
dT TV

dz 

dT g

660 km olivine ( fase )

410 km spinel ( fase)

spinel ( fase)

pv+mw= perovskite plus magnesiowustite


Seimbang Metastabil Prediksi batas fase
0
Litosfer mineral dan gaya apung
200
Mantel
atas Metastabil situasi dimana fase
(kiri)
mineraltanpa metastable olivine
bertahan
Olivine yang di luar medan
wedge
keseimbangan
terjebak di stabilitasnya
400
bagian
Zona dalam
(kanan) ruang tekanan-
dengan metastable
transisi
Metastabil tengah slab yang
temperatur.
olivine wedge
600
paling dingin berada
Mantel bawah
Keadaan metastabil
pada keadaan
Diasumsikan bertahan,
keseimbangan
karena temperatur
mineralogi
metastabil relatif lebih
slab dingin
0 dingin pada slab
mempunyai gayaharus
apung termal
menahan lajukm)
negatif (410 reaksi.
dan
200
Buoyancy positif (660 km)
Menjelaskan mengapa intan,
yang beradawedge
Metastable pada keadaan tidak
memberikan
Negatif
400
stabil pada gaya
komposisi tekanan
apungrendah
positif
permukaan bumi, bertahan
Netral Gaya apungdaripada
negatif
metastabil
600
menyokong subduksi,
bertransformasi menjadi grafit.
Positif sedangkan gaya apung positif
melawannya.
0 200 400 600 0 200 400 600
Jarak (km) Jarak (km)
Perubahan fase terjadi oleh suatu proses dimana butir-butir dari
nucleate pada fase bertekanan tinggi berada pada batas antara fase
butir-butir bertekanan lebih rendah dan tumbuh bersama
berjalannya waktu
down-
Model numerik medan aliran mantel menunjukkan
dip tension pada bagian atas slab dan down-dip
compression pada bagian bawah slab

Medan aliran
mantel meng-
hasilkan te-
kanan pada
downgoing slab

viskositas
lebih besar di
bawah 670 km

Model numerik medan aliran mantel


Model numerik tekanan

(atas) menunjukkan
orientasi tekanan

(bawah) besar tekanan,


dibandingkan dengan
distribusi seismik

(kiri) mengasumsikan
distribusi densitas
berhubungan dengan
keseimbangan mineralogi

(kanan) dengan olivine


metastabil
Penampang zona subduksi Northwest Pacific

Gempa paling besar terjadi pada tepi utara dari seismisitas


Izu-Bonin. Tempat ini merepleksikan sobekan pada lithosfer
yang turun pada batas antara lengkungan, dimana material
mantel panas menembus slab
Penampang zona subduksi Fiji. Simbol bergaris
menunjukkan sumbu P, yang sering dibedakan
dari zona Wadati-Benioff

Gempa bumi yang tidak


Beberapa
biasa dapatgempa
terjadibumi
pada
dalam,
fragmenterjadi pada
slab dimana
lokasi yang
terdapat tidak biasa,
olivine
metastabil,
diluar dan disitu
perpanjangan
mempunyai
down-dip mekanisme
dan
yang berkaitan dengan
mempunyai
tegangan lokalmekanisme
lebih
yang berbeda
daripada yang
diperkirakan untuk
perpanjangan slab
Mekanisme Zona seismik ganda Tohoku,
- bidang bagian atas ada Jepang
dalam down-dip Menunjukkan bahwa zona
compression dan bagian Wadati-Benioff dibentuk
bawah ada dalam down-dip oleh dua bidang yang
extension terpisah 30-40 km
- bidang ganda dihasilkan
oleh “pembelokan” slab-
pelepasan tegangan
pembelokan dihasilkan ketika
slab mulai menunjam

-slab “terkulai” di bawah gaya


beratnya sendiri, karena pada
kedalaman, slab berjalan ke
dalam suatu mesosfer yang lebih
kental, sementara pada
kedalaman sedang slab menemui
astenosfer kurang kental
Model skema gempa bumi kedalaman sedang.

Gempa diasumsikan
terjadi pada kerak
subduksi dan berasosiasi
dengan dehidrasi fase
mineral dan transisi
gabro ke eclogite
Penampang citra tomografi zona subduksi Pacific dengan gempa
bumi dalam. Garis horizontal pada kedalaman 410 dan 660 km.
Titik-titik putih adalah hiposenter gempa.
Zona seismik Wadati-Benioff umumnya bertepatan dengan anomali
kecepatan tinggi (warna gelap)
Slab didefleksi pada dasar zona transisi sebelum menembus mantel bawah
Slab subduksi pada zona transisi sebagai sebuah reaktor kimia.

Anda mungkin juga menyukai