Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR KEGIATAN SISWA

NO. 08 (Bagian I)

Mata Pelajaran : Geografi


Kelas/Prog : X.MIPA/IPS
Semester : II
Kompetensi : 3.5 Menganalisis dinamika litosfer dan dampaknya terhadap
Dasar kehidupan
4.5 Menyajikan proses dinamika litosfer dengan menggunakan
peta, bagan, gambar, tabel, grafik, video, dan/atau animasi
Pertemuan : 1 (2 X 45')

MATERI PEMBELAJARAN :
Seisme/Earthquake/Gempa Bumi dan pengaruhnya terhadap kehidupan :
1. Teori Gempa
2. Faktor-faktor Penyebab/Macam-macam gempa berdasarkan penyebabnya
3. Gelombang Gempa
4. Istilah-istilah dalam Gempa Bumi
5. Hukum Laska
6. Daerah Gempa

PETA KONSEP

TENAGA ENDOGEN

TEKTONISME

SEISME

TEORI TEORI
ELASTISITAS SESAR

GEMPA GEMPA GEMPA


TEKTONIK VULKANIK RUNTUHAN

DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN

1
LITERASI DAN PENGAMATAN

Baca Uraian Materi Berikut Dengan Seksama dan Amati Gambar/Tabel dan Grafik.

BAGAIMANA GEMPA BISA TERJADI?

Gempa Bumi bisa terjadi karena adanya peristiwa Tektonisme yang menyebabkan terjadinya
gerak lempeng tektonik. Berikut ringkasannya.

1. Tabrakan antara Lempeng Samudra dengan Lempeng Samudra. Salah satu dari
Lempeng Samudra yang usianya lebih muda dan lebih lemah akan mengalami
subduction (menunjam) masuk kedalam lapisan Astenosfer. Lempeng Samudra yang
menunjam itu berusaha untuk melawan tekanan dari Lempeng Samudra yang lebih tua,
lebih keras dan lebih dingin, dari sinilah terjadi getaran pada lempeng samudra yang
menunjam dan getaran itu dirambatkan ke segala penjuru hingga mencapai ke
permukaan bumi, dan terjadilah gempa bumi.

2. Tabrakan antara Lempeng Samudra dengan Lempeng Benua. Pada peristiwa tabrakan
ini jelas Lempeng Benua yang menang, karena Lempeng Benua lebih keras, lebih kuat
dan lebih dingin, maka Lempeng Samudra yang usianya lebih muda dan lebih lemah
akan mengalami tekanan dan mengalami peristiwa subduction (menunjam) masuk
kedalam lapisan Astenosfer. Lempeng Samudra yang menunjam itu berusaha untuk
melawan tekanan dari Lempeng Samudra yang lebih tua, lebih keras dan lebih dingin,
dari sinilah terjadi getaran pada lempeng samudra yang menunjam dan getaran itu
dirambatkan ke segala penjuru hingga mencapai ke permukaan bumi, dan terjadilah
gempa bumi.

3. Tabrakan antara Lempeng Benua dengan Lempeng Benua. Pada peristiwa tabrakan ini
Lempeng Benua yang lebih tua, lebih dingin, lebih keras, lebih kuat akan menekan
lempeng benua yang lebih muda, dan lebih lemah. Lempeng benua yang lebih kuat
terus mendorong dan naik di atas lempeng benua yang lemah. Peristiwa ini disebut
obduction. Peristiwa obduction ini menyebabkan getaran yang luarbiasa dahsyatnya
hingga menggetarkan lapisan litosfer dan terjadilah gempa bumi yang sangat keras.
Peristiwa tabrakan antara lempeng benua dengan lempeng benua menghasilkan
peristiwa diastrophisma yang menyebabkan terjadinya epirogenesa dan orogenesa.

4. Adanya gerak lempeng tektonik, menyebabkan pula terjadinya gerak transform pada
lempeng tektonik yang bergeser secara horizontal. Gerak transform lempeng tektonik
juga menyebabkan terjadinya gempa.

5. Selain keempat gerak di atas, gempa bumi juga bisa terjadi karena adanya retakan dan
patahan sehingga salah satu bagian lempeng yang retak itu bergerak turun atau
terdorong naik keatas.

Selain dari peristiwa tektonisme seperti terurai di atas, gempa bumi bisa juga terjadi karena
peristiwa vulkanisme, dan peristiwa runtuhan/terban. Untuk lebih jelas mari simak uraian
berikut. Anda juga bisa menyimak melalui video pada channel Bambang Susanto Geografi di
youtube tentang proses tektonisme.

SEISME/GEMPA BUMI/EARTHQUAKE

Seisme adalah getaran atau yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari
dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan
oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi).
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.

2
Pergeseran lempeng bumi dapat mengakibatkan gempa bumi karena dalam peristiwa tersebut
disertai dengan pelepasan sejumlah energi yang besar. Selain pergeseran lempeng bumi,
gerak lempeng bumi yang saling menjauh dan saling mendekat satu sama lain juga dapat
mengakibatkan gempa bumi. Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempeng-lempeng
tektonik.

TEORI MENGENAI GEMPA BUMI :


1. Teori Elastisitas
Teori elastisitas atau sering disebut sebagai teori kekenyalan adalah teori yang
menjelaskan tentang proses energi yang menyebar pada saat terjadinya gempa bumi.
Harry Fielding Reid seorang ahli geofisika asal Amerika telah melakukan observasi
tentang peristiwa gempa yang terjadi di beberapa tempat. Ia menyatakan bahwa
terjadinya guncangan gempa diakibatkan karena kekenyalan elastis dari energi yang
sebelumnya terkumpul dari batuan sehingga akan terdeformasi secara elastis. Adapun
akumulasi tegangan yang terjadi akan mengakibatkan terjadinya pelepasan energi dari
bebatuan.

2. Teori Sesar
Sesar adalah suatu celah yang terdapat pada kerak bumi yang berada di perbatasan
antara dua lempeng tektonik. Menurut teori sesar, gempa bumi terjadi karena
dipengaruhi oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar bumi ini. Apabila batuan
yang tertumpu jatuh ke bawah karena batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling
menjauh, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar normal (normal fault).
Apabila batuan yang tertumpu terangkat ke atas karena batuan penumpu di kedua
sisinya bergerak saling mendorong, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar terbalik
(reverse fault). Lalu apabila kedua batuan pada sesar bergerak saling berjatuhan, maka
sesar ini dinamakan sebagai sesar geseran-jurus (strike-slip fault). Pada sesar normal
dan sesar terbalik, keduanya akan menghasilkan perpindahan vertikal (vertical
displacement), sedangkan pada sesar geseran-jurus akan menghasilkan perpindahan
horizontal (horizontal displacement).

BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA SEISME DIBEDAKAN MENJADI :


1. Gempa Tektonik
2. Gempa Vulkanik
3. Gempa Runtuhan

Gempa Tektonik

Gempa Bumi tektonik adalah jenis gempa Bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempeng/plat
tektonik (Konvergen, divergen dan transform). Gempa ini terjadi karena besarnya tenaga yang
dihasilkan akibat adanya tekanan antar lempeng batuan dalam perut Bumi. Gempa Bumi ini
adalah jenis gempa yang paling sering dirasakan, terutama di Indonesia.

3
Gempa Vulkanik

Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api
meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan
yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di
sekitar gunung api tersebut.

Pusat getaran ada pada


dinding diaterma akibat
erupsi magma

Gempa Runtuhan

Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. Contoh, sebuah gunung api yang meletus
hingga menyebabkan dapur magma terkuras habis sehingga menyisakan rongga yang besar
dan kosong, karena beban berat dari gunung api tersebut kemudian runtuh. Runtuhnya gunung
api tersebut menyebabkan gempa. Hal seperti ini sering terjadi di daerah Kars/Kapur, dimana
daerah itu banyak terdapat rongga-rongga besar di bawah batu kapur dan akhirnya runtuh.

Lubang ini akibat di bagian bawah


terdapat rongga, karena beban yang
terlalu be rat, terjadilah runtuh.

Runtuhnya tanah tersebut


menyebabkan gempa di sekitar
runtuhan.

Gejala di daerah
Kars/Kapur. Seringkali
terjadi rongga akibat
batuan kapur larut oleh air.
Karena tidak ada penahan
bisa runtuh. Bisa
menimbulkan gempa
disekitar gua kapur.

4
Runtuhnya
langit-langit
doline akibat
rongga yang
terlalu besar
namun tidak ada
penahan,
sehingga runtuh.
Dapat
menimbulkan
gempa di sekitar
doline.

BERDASARKAN KEDALAMANNYA, SEISME DAPAT DIBEDAKAN MENJADI :

1. Gempa dalam
2. Gempa menengah
3. Gempa dangkal

Berikut penjelasannya:

1. Gempa dalam :
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km
di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya
tidak terlalu berbahaya.

2. Gempa menengah :
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km
sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

3. Gempa dangkal :
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari
60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang
besar.

GELOMBANG GEMPA
Gelombang gempa merupakan gelombang getaran yang dirambatkan melalui kulit bumi.
Gelombang gempa dibedakan menjadi :

1. Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungituudinal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7–14 km/detik. Getaran ini berasal
dari hiposentrum.

2. Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4–
7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

5
ISTILAH-ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN SEISME

1. Hyposentrum
Merupakan tempat asal mula/sumber getaran gempa, terdapat di bawah permukaan
bumi (hypo = dalam, sentrum= pusat). Biasanya kedalaman hyposentrum antara 10 –
50 km. Perhatikan gambar berikut!

Hiposentrum dan episentrum


2. Episentrum
Tempat pada permukaan bumi yang terdekat pada hyposentrum.

3. Seismograf
Alat pencatat getaran gempa. Hasil catatan gempa oleh seismograf disebut seismogram
Ada 2 jenis seismograf, yaitu seismograf vertikal dan seismograf horizontal.

6
4. Homoseista
Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang pada saat yang sama mengalami
gempa.

5. Isoseita
Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama keras getaran gempanya.

6. Pleistoseista
Daerah sekitar episentrum yang paling parah dirusak gempa.

7. Mikroseisma
Getaran kulit bumi yang sangat halus hingga tidak dapat dirasakan, hanya diketahui
oleh alat pencatat gempa.

8. Makroseista
Daerah yang getaran gempanya dapat dirakasan oleh manusia.

7
HUKUM LASKA
Hukum yang digunakan untuk menentukan (memperkirakan) jarak antara episentrum dengan
seismograf (alat pencatata gempa). Adapun rumus hukum laska sebagai berikut :

Δ = [(S – P) -1] X 1 megameter

Keterangan :

Δ = Jarak episentrum dari seismograf


S = Saat tibanya gelombang sekunder (transversal) pada Seismograf
P = Saat tibanya gelombang primer (longitudinal) pada seismograf
1 = 1 menit
1 megameter = 1.000.000 meter / 1.000 km

Contoh
Berapakah jarak episentrum dari sebuah seismograf, jika pada seismograf tercatat bahwa
gelombang P tiba pada pukul 10.46’.32” sedangkan gelombang S tiba pada pukul 10.48’.56”

Jawab :
S tiba pada pukul = 10.48.56
Ptiba pada pukul = 10.46.32
------------------------------------
24 2
Selisih waktu = 2’.24” = 2 = 2
60 5
2
Δ=(2 -1) X 1.000 km
5
2
Δ=(1 ) X 1.000 km
5

Δ = 1.400 km
Jarak episentrum dengan seismograf = 1.400 km

DAERAH GEMPA

1. Ring Of Fire / Cincin Api Pasifik

Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah
yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi
cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah
sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.

Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di
sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5-6% dari seluruh gempa dan 17% dari
gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke
Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge.

Beberapa daratan dan lautan yang membentuk Lingkaran Api Pasifik :

Selandia Baru Palung Filipina Palung Kurile California


Palung Kermadec Palung Yap Palung Aleutia Meksiko
Palung Tonga Palung Mariana American cordillera Palung Amerika Tengah
Palung Bougainville Palung Izu Bonin Alaska Guatemala
Indonesia Palung Ryukyu Pacific Coast Range Nikaragua
Kepulauan Melayu Jepang British Columbia
Palung Sunda Gunung Fuji Barisan Pegunungan Cascade
Filipina Palung Jepang Gunung St. Helens

8
2. Zona gempa di Indonesi /

1. Di kawasan timur Indonesia Samudera Pasifik bergerak dengan kecepatan rata-rata 8


cm/tahun (Sudrajat, 1997) membentur Lempeng Eurasia dan arah timur, sehingga
merobekkan kerak bumi di Sulawesi dengan terbentuknya patahan-patahan geser:
patahan Pulokoro, patahan Matano, dan patahan Sorong dll. Fragmen-fragmen benua
mikro yang banyak dijumpai di kawasan Timur Indonesia yang selama ruang dan waktu
geologi yang lama telah bergeser sejauh ratusan kilometer meninggalkan tempatnya
seperti fragmen kepulauan Banggai Sula yang telah lepas dari induknya. Sementara itu
dari Selat Lempeng Australia bergerak ke utara yang bergerak ke barat-barat laut,
pembenturan ini mengakibatkan terbentuknya pegunungan-pegunungan lipatan
(pegunungan Jaya Wijaya) seperti "highland fold thrust belt", "Lengguru Fols Thrust
Belt," dan patahan-patahan geser dan naik: patahan Terera-Aiduna, patahan Mamoa,
patahan Sungkup Membramo "Membramo Thrush Belt" (PTFI, 1997).

Gambar : Sesar Sorong

9
Gambar : Sesar Palu Koro

2. Laut Maluku merupakan tempat perbenturan antara lempeng-lempeng Eurasia-Pasifik-


Philipina. Benturan ini menyebabkan terbentuknya penunjaman/penukikan ganda. Busur
Sangihe menukik ke barat mencapai kedalaman 650 km, dan busur Halmahera menukik
ke timur mencapai kedalaman 300 km. Kedua busur dipisahkan oleh suatu pematang
yang dikenal sebagai Pematang Mayu.

10
Gambar : Pematang Mayu/Mayu Ridge

3. Di kawasan barat Indonesia keteraturan garis-garis tektonik jelas terlihat. Kecepatan


penukikan lempeng benua Hindia-Australia rata-rata 7,7 cm/tahun, menukik relatif
serong di belahan Sumatera. Penukikan serong ini menghasilkan palung-palung laut
dalam dan di darat menghasilkan pegunungan Bukit Barisan dan gerak "Shear/geser "
membentuk segmen-segmen patahan geser Sumatera. Kecepatan gerak tiap segmen
memperlihatkan kecepatan yang berbeda-beda: segmen Andaman bergerak sekitar 40
mm/tahun, Segmen Krueng Aceh sekitar 14,5 mm/tahun, Segmen Toba sekitar 23
mm/tahun, Segmen Singkarak sekitar 18 mm/tahun, Segmen Ranau sekitar 9
mm/tahun, dan Segmen Selat Sunda sekitar 10 mm/tahun dan segmen ini menimbulkan
gempa dengan besaran sekitar 7,3 Mw (Sebrier, M. Promumijoyo, Olievier Bellier, 1989,
dan Puslitbang Geologi, 2000). Sementara itu penukikan tegak lurus dengan kecepatan
sekitar 7 cm/tahun terjadi mulai dari Jawa sampai ke Nusa Tenggara. Di daerah ini
terjadi penukikan balik dengan terjadinya garis tektonik yang dikenal sebagai patahan
naik Busur Belakang Flores. Kedalaman penukikan mencapai kedalaman 650 km. Selat
Sunda merupakan zona transisi antara kedua daerah tersebut, dengan kedalaman
penukikan mencapai 250 km.

11
Gerak kemampuan lempeng-lempeng aktif tersebut di atas membebaskan sejumlah
energi yang telah tersimpan/terkumpul sekian lama secara tiba-tiba. Proses ini
merupakan suatu peristiwa penyebab gempa bumi di Indonesia. Kawasan-kawasan
yang menyimpan potensi gempa bumi, (jalur tunjangan, tubrukan, fragmen-fragmen
benua mikro dan patahan-patahan aktif) dinamakan sebagai daerah-daerah atau zona
sumber gempa bumi. Secara umum sumber gempa Indonesia dibagi menjadi:
1. Zona sumber gempa bumi subduksi,
2. Zona sumber gempa bumi patahan "shallow crustal faults/patahan kerak dangkal",
dan
3. Zona sumber gempa bumi tersebar "disfuse/menyebar".

1. Zona sumber gempa bumi subduksi. Sebagian dari gempa-gempa sundiksi atau
berasosiasi dengan lempeng menukik di bawah lempeng lain mempunyai kedalaman
antara +/- 30 km sampai 650-700 km. Gempa bumi dangkal yang berhubungan
dengan jenis gempa ini sebagian besar terletak di laut dan beberapa di antaranya
diikuti dengan "tsunami". Contoh dari gempa-gempa demikian ialah: gempa bumi
Manado (1932, 1939, 1983), gempa bumi Gorontalo, 1992), gempa bumi Tanggolobi
(1998), dan gempa bumi Banyuwangi (1999), Aceh-Sumut (2004).

2. Zona sumber gempa bumi patahan "Shallow crustal fault". Gempa bumi tektonik yang
berasosiasi dengan pergeseran antara dua lempeng besar dan patahan lainnya,
biasanya pusat gempa dangkal sehingga pada umumnya lebih berbahaya.
Contohnya gempa-gempa Padang Panjang (1926), gempa bumi Singkarak (1943),
Liwa (1933 dan 1997).

3. Zona sumber gempa bumi tersebar "diffuse". Gempa bumi tektonik dari jelas
berhubungan dengan gerak-gerak fragmen-fragmen benua dan zona ini umumnya
tersebar di bagian timur Indonesia seperti gempa bumi terjadi di sekitar laut Banda,
P. Obi, Memuju, Banggai (gempa bumi Banggai, 1999).

12
Wilayah Indonesia dibagi ke dalam enam wilayah kegempaan berdasarkan potensi daerah
tersebut mengalami bahaya gempa yaitu:

1. Wilayah 1, berarti daerah tersebut mempunyai potensi sangat rendah untuk mengalami
gempa, meliputi sebagian besar pulau Kalimantan, kecuali Kalimantan Timur dan sebagian
Kalimantan Tengah.

2. Wilayah 2, berarti daerah itu mempunyai potensi rendah untuk mengalami gempa, meliputi
bagian timur P. Kalimantan dan Sulawesi bagian selatan, pantai timur Sumatera, pantai
utara Jawa Timur dan Madura.

3. Wilayah 3, berarti daerah itu mempunyai potensi sedang untuk mengalami gempa, meliputi
pantai utara pulau Jawa, pantai timur pulau Sumatera, Sulawesi Tenggara, bagian timur
Halmahera.

4. Wilayah 4, berarti daerah itu mempunyai potensi tinggi untuk mengalami gempa, meliputi
bagian selatan Pulau Jawa dan Maluku.

5. Wilayah 5, berarti daerah itu mempunyai potensi sangat tinggi untuk mengalami gempa,
meliputi Bali, NTB, sebagian Sumatera dan Irian.

6. Wilayah 6, berarti daerah itu mempunyai potensi paling tinggi untuk mengalami gempa,
meliputi bagian barat P. Sumatera, NTT, Ambon dan Irian bagian tengah. Semakin besar
risiko kegempaan, maka semakin rawan daerah tersebut terhadap bahaya gempa.

KEGIATAN PESERTA DIDIK

1. Setelah membaca uraian materi dan mengamati gambar, tabel yang ada, diskusikan
permasalahan sebagai berikut :
a. Faktor apa yang memicu terjadinya gempa tektonik?
b. Mengapa di Indonesia terjadi gempa bumi?
c. Berapakah jarak episentrum dari sebuah seismograf, jika pada seismograf tercatat
bahwa gelombang P tiba pada pukul 05.45’.30” sedangkan gelombang S tiba pada
pukul 05.50’.40”

2. Presentasikan hasil pembahasan permasalahan

13
UJI KOMPETNSI
1. Apa yang dimaksud dengan Seisme?
2. Teori elastisitas menjelaskan tentang apa?
3. Bagaiamana gempa bumi terjadi menurut teori sesar?
4. Bagaimana gempa tektonik terjadi?
5. Bagaimana gempa vulkanik terjadi?
6. Bagaimana gempa runtuhan terjadi?
7. Berdasarkan kedalamannya, gempa dapat dibedakan menjadi 3 macam, uraikan!
8. Apa yang dimaksud dengan :
a. Hyposentrum
b. Episentrum
c. Homoseista
d. Isoseista
e. Pleistoseista
f. Mikroseisma
g. Makroseista
9. 81% dari 90% terjadi di wilayah mana?
10. Ada 3 zona sumber gempa, sebutkan!

14

Anda mungkin juga menyukai