Anda di halaman 1dari 14

69

PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PERKEMBANGAN


BUDHI PEKERTI

Lilik1 & Juniarthi2


1,2
Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangkaraya
bawiayahfda@gmail.com

Riwayat Jurnal
Artikel diterima :-
Artikel direvisi :-
Artikel disetujui :-

Abstrak
Pembangunan nasional baik yang telah, sedang, dan yang akan dilaksanakan tidak
terlepas dari nilai-nilai keagamaan yang dijunjung tinggi dalam ajaran agama Hindu. Dalam
pembangunan nasional pemerintah Indonesia melaksanakan penataan kehidupan beragama
dan juga kepercayaan terhadap Tuhan Yang maha Esa yang lebih harmonis, hal ini
tercermin dalam makin meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
maha Esa makin meningkatnya kerukunan kehidupan umat beragama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan makin meningkatnya peran serta umat
dalam pembangunan melalui pendidikan baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan
sekolah.Sebagai warga negara yang beragama Hindu dan hidup dalam negara Pancasila,
dalam mengamalkan dan meyakinisuatu agama tidak boleh berpandangan sempit umat
Hindu senantiasa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang majemuk yang memeluk berbagai agama, oleh karena
itu dalam mengamalkan ajaran agama yang baik pasti menghormati pula umat beragama
yang lain. Umat Hindu harus berpandangan luas sehingga tidak menimbulkan fanatisme
agama yang sempit, harus benar-benar konsekuen.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Hindu, Budhi Pekerti

I. PENDAHULUAN Sistem Pendidikan Nasional yang


Pendidikan pada dasarnya menyatakan bahwa:
merupakan usaha untuk membantu dan Pendidikan adalah usaha sadar
mengarahkan manusia agar berkembang dan terencana untuk mewujudkan
sampai pada titik maksimal. Hal ini suasana belajar dan proses
sesuai dengan tujuan pendidikan yang pembelajaran agar peserta didik
dicita-citakan seperti yang tercantum secara aktif mengembangkan
dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang potensi dirinya untuk memiliki

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


70

kekuatan spiritual keagamaan, memperkuat landasan spritual, moral dan


pengendalian diri, kepribadian, etika bagi pembangunan nasional yang
kecerdasan, ahlak mulia serta tercermin dalam suasana kehidupan yang
keterampilan yang diperlukan harmonis serta dalam kukuhnya persatuan
dirinya, masyarakat bangsa dan dan kesatuan bangsa selaras dengan
Negara ( Tim, 2003: 4). penghayatan dan pengamalan Pancasila.
Berdasarkan kutipan tersebut jelas Fungsi ini biasa tampak melalui
bahwa titik sentral segala aktivitas perilaku dan perbuatan seluruh umat
pendidikan yakni bertujuan untuk Hindu bersama lembaganya dalam proses
meningkatkan kualitas sumber daya pembangunan. Peran yang bisa dimainkan
manusia, agar oleh tumbuhnya generasi ini tergantung sejauh mana umat Hindu
bangsa yang terampil, maju, cerdas, memiliki kedalaman tentang agama yang
tangguh, berdisiplin, beretos kerja, dianut hubungannya denga konsep
profesional, mandiri, serta bertaqwa pembangunan yang dilaksanakan dengan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam pengetahuan diperoleh gambaran tentang
kondisi sehat jasmani dan rohani. potensi umat akan bisa dikembangkan
Tujuan pendidikan nasional agar fungsi agama benar-benar bisa
tersebut selaras dengan tujuan pendidikan terkemuka dalam pembangunan.
agama Hindu. Pendidikan Agama Hindu Pembinaan umat Hindu melalui
bertujuan: pendidikan formal maupun non formal, di
1) Menumbuh kembangkan serta jalur formal diusahakan adanya guru-guru
meningkatkan kualitas sraddha agama dan dosen agama sesuai
dan bhakti melalui pemberian, kebutuhan, buku pendidikan, pelayanan
pemupukan, penghayatan dan pendidikan, agama melalui sekolah dan
pengamalan Agama; koordinasi dalam pengelolaan Perguruan
2) Membangun insan Hindu yang Tinggi Agama Hindu, pendidikan agama
dapat mewujudkan nilai-nilai non formal perlu ditingkatkan.
MoksarthamJagathita Ya Ca Iti Adapun upaya peningkatan budhi
Dharma dalam kehidupannya pekerti dapat dilaksanakan melalui usaha
(Tim Penyusun, 2007: 1-2). maningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan
Dalam Pembangunan dibidang Yang Maha Esa, menumbuhkan
Agama sasaran yang ingin dicapai adalah kesadaran berbangsa dan bernegara,
tercapainya suasana kehidupan beragama mempertebal idealisme dan harga diri
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang serta semangat patriotisme,
Maha Esa, yang penuh keimanan dan memperkokoh kepribadian dan disiplin,
ketaqwaan, penuh kerukunan yang mempertinggi budi pekerti memupuk
dinamis antar dan antara umat beragama kesegaran jasmani dan rohani serta dapat
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang mendorong partisipasi dalam kehidupan
Maha Esa secara bersama-sama makin berbangsa dan bernegara.

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


71

Dalam pelaksanaan pembangunan berbudhi pekerti seorang guru


nasional hal ini berarti ilmu pengetahuan mempunyai peranan yang utama di
dan ketrampilan tidak cukup, tapi lebih sekolah dalam menanamkan budhi pekerti
penting adalah agar generasi muda anak didik, seorang guru terlebih dahulu
dibekali dengan norma dan etika dalam harus menanamkan keyakinan beragama
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan sebagai landasan dasar awal
bernegara yang bersumber dari Pancasila terlaksananya ajaran budhi pekerti.
dan menanamkan nilai agama diharapkan Dalam pergaulan hidup ini,
dapat mengembangkan kepribadian yang biasanya ada norma-norma yang harus
baik. mereka ikuti karena tanpa mengikuti
Pendidikan agama Hindu sangat norma-norma ini, lebih-lebih dalam
penting bagi kehidupan manusia, agama eraglobalisasi ini pengaruh-pengaruh dari
menuntut semangat hidup memberi luar negeri yang tidak pantas atau kurang
motivasi hidup terhadap manusia. sesuai dengan kepribadian bangsa
Memberi rambu-rambu kehidupan Indonesia dapat merusa anak didik yang
menuju kehidupan yang lebih baik dan merupakan pewaris bangsa, untuk inilah
mengajarkan kepada manusia untuk pentingnya peran pendidikan agama
meyakini adanya wahyu Tuhan. Agama khususnya agama Hindu perlu diberikan
memberi petunjuk tentang hubungan kepada anak didik agar mereka
manusia dengan manusia, hubungan mempunyai budhi pekerti yang luhur.
manusia dengan alam, manusia dengan
Tuhan sehingga terjadi kesadaran, II. PEMBAHASAN
keserasian dan keharmonisan. Budhi pekerti adalah sama dengan
Kebenaran agama adalah mutlak, prilaku, dimana seorang siswa perlu
kekal dan abadi yang merupakan ditanamkan tentang budhi pekerti yang
kebenaran Tuhan yang bersifat gaib tidak baik. Penanaman budhi pekerti bisa
terpikirkan oleh akal, secara konseptual dilakukan oleh orang tua, juga bisa
kebenaran agama terletak pada suatu melalui seorang guru agama Hindu yang
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha mengajarkan mata pelajaran agama
Esa, maka oleh sebab itu kebenaran dan Hindu. Sebelum ditanamkan pada siswa
kepercayaan terhadap kebenaran agama didik seorang guru harus menanamkan
disebut orang beriman, iman (sradha) budhi pekertinya pada diri sendiri yaitu
adalah suatu kepercayaan dan keyakinan dengan melalui sikap prilaku seorang
yang berkenaan dengan agama. guru sendiri diantaranya berpakaian yang
Semua pendidikan yang diberikan rapi, bahasa yang sopan dan bertingkah
di sekolah bertujuan membentuk manusia laku yang baik, sesuai dengan norma-
yang cakap, pandai dan berbudhi pekerti norma seorang guru.
yang luhur serta memperkuat keyakinan Menurut I Made Titib, (2003:1)
beragama. Untuk membentuk anak yang bahwa budhi pekerti berasal dari bahasa

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


72

Sansekerta yang terdiri dari dua kata Uras mahapan hadat basara ije
yakni “budhi dan pekerti. Budhi yang bahalap.
artinya mengetahui kemudian berubah Artinya:
menjadi kata benda budhi yang berarti Setelah itu Bawi Ayah menasehati
pengetahuan atau kecerdasan”. Mangajar anak turunan Raja
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Bunu,
Indonesia (1991:150) “budhi berarti alat Mulai dari tata cara berbicara,
batin yang merupakan paduan akal dan tingkah
perasaan untuk menimbang baik dan Laku, sopan santun, tata cara
buruk”. bertamu
Pekerti berasal dari kata prakerti Ketempat keluarga, semuanya
atau pravrti yang berarti prilaku. Dalam harus
kosa kata bahasa Indonesia kata budhi Memakai tingkah laku yang baik.
dan pekerti disatukan dan memiliki satu (Majelis Besar Alim Ulama
pengertian yang tidak terpisahkan, yakni Kaharingan Indonesia, 1996:197)
sebagai prilaku yang baik. Pendidikan Selanjutnya dalam buku Kandayu
budhi pekerti, mengandung makna usaha Basarah (penuntun persembahyangan)
atau kegiatan yang mengantarkan dari Kandayu Parawei Ayat 6 yang
seseorang anak menjadi dewasa dengan berbunyi :
memiliki etika dan moralitas yang luhur, Peteh mandehen Ranying Hatalla
serta memiliki akhlak yang mulia. Umba kalunen ije I nampa
Selanjutnya Sedyawati (dalam Nyuang petak nguntep dunia
Winata Putra, 2003:6) mengatakan bahwa Ela mangawi taluh je papa.
budhi pekerti diterjemahkan dalam Artinya:
pengertian moralitas yang mengandung Ranying Hatalla berfirman
beberapa pengertian, antara lain adat Dengan umat manusia yang
istiadat, sopan santun dan prilaku. diciptakannya
Selanjutnya di dalam kitab suci Panaturan Bagi manusia yang hidup di dunia
pasal 41 ayat 40 yang mengatakan ini
tentang ajaran budhi pekerti adalah yang Hendaknya jangan melakukan
berbunyi sebagai berikut perbuatan yang tidak baik.
Tuntang tinai Bawi Ayah (Majelis Besar Agama Hindu
maningak Kaharingan, 2001:17)
Majar panakan utus Raja Bunu, Dari kutipan di atas bahwa
bara pendidikan budhi pekerti yang dimaksud
Ampin kare kutak pander, hadat adalah titik pijak, orientasi atau sudut
basa, pandang yang dijadikan acuan dalam
Budi basara, maja marusik kulae menumbuh kembangkan pendidikan
bitie, budhi pekerti sesuai ajaran agama Hindu.

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


73

Dengan demikian seorang anak membina pertumbuhan jiwa raga


diantarkan menuju tingkat kedewasaan anak didik sesuai ajaran agama
dengan prilakunya yang luhur sesuai Hindu.
2. Membentuk manusia yang
nilai-nilai moralitas agama Hindu. Dalam
Pancasilais yang astiti bhakti
pengertian yang lebih sederhana bahwa (taqwa) kepada Tuhan Yang
pendidikan budhi pekerti yang dimaksud Maha Esa/Sang Hyang Widhi
adalah mengantarkan manusia menuju ke Wasa, dan membentuk moral
tingkat manusia yang memancarkan etika dan spritual yang sesuai
prilaku kedewasaan, arif bijaksana, lemah dengan ajaran Hindu
lembut, ramah dan manis tutur katanya. 3. Didaktik dan metodik,
pendidikan agama Hindu di
Dalam pengertian yang luas
sekolah disesuaikan dengan
bahwa pendidika meliputi usaha orang- tingkat perkembangan jiwa anak
orang yang sudah dewasa, untuk didik :
mengalihkan pengetahuannya, a.Pendidikan agama Hindu
pengalamannya maupun kecakapannya dikorelasikan dengan bidang
dan ketrampilannya kepada generasi pendidikan lainnya.
muda, sebagai usaha untuk menyiapkan b. Memberikan contoh-contoh
agar dapat memenuhi fungsi hidupnya kehidupan beragama yang baik
baik jasmani maupun rohani. Dengan (Ngurah, 1989:24).
demikian, pendidikan bukan saja hanya Demikian pula halnya dalam
berlangsung secara formal di sekolah agama Hindu, masalah pendidikan
saja, melainkan pada semua lingkungan mendapat perhatian yang khusus, karena
sosialnya. melalui pendidikan agama nantinya akan
Tujuan pendidikan menurut dapat membentuk pribadi manusia yang
agama Hindu juga tidak terlepas dari berbudhi pekerti yang luhur, dapat
tujuan umum pendidikan nasional. Pada mengendalikan diri di tengah-tengah arus
hakekatnya tujuan yang ingin dicapai oleh modernisasi dewasa ini, serta ilmu yang
agama Hindu adalah hal-hal yang bersifat diperolehnya dapat dimanfaatkan sesuai
lahiriah dan bathiniah, yaitu lebih lanjut dengan ajaran agama yang dipahami..
didalam penuntun belajar agama Hindu I Kata wiweka berasal dari bahasa
(1994:9) dikatakan tujuan agama adalah Sansekerta yang mengandung arti sikap
“Moksartham Jagathita ya Ca Iti sangat hati-hati dalam
Dharma”. mempertimbangkan sesuatu edan
Dalam hal tersebut di atas jelas memecahkan suatu masalah. Dalam hal
bahwa tujuan pendidikan budhi pekerti ini ketetapan sikap perlu dimiliki guna
menurut agama Hindu di sekolah pada memilih mana yang baik dan mana yang
hakekatnya adalah sebagai berikut : buruk atau mana yang benar dan mana
1. Pendidikan budhi pekerti Hindu yang salah. Kata Sad Ripu terdiri dari dua
di sekolah suatu upaya untuk kata yaitu Sad dan Ripu, Sad artinya 6

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


74

(enam), sedangkan Ripu berarti musuh. Anabhidhyam parswesu


Jadi kata Sad Ripu berarti 6 (enam) Sarwasatwesu Carusam
musuh atau dengan kata lain berarti 6 Karmanam phalamastiti
(enam) jenis musuh yang berada pada Triwidham manasa caret
setiap diri manusia. Kata Sad Atayayi Prawrttyaning manah rumuhan
terdiri dari kata Sad dan Atayayi, Sad ajarakena
artinya 6 (enam) dan Atayayi artinya Telu kwehnya pratyekanya, si tan
kejam atau pembunuhan, jadi maksud Sad engin
Atayayi adalah 6 (enam) macam Dengkya ri drebyaning len sitan
pembunuhan yang kejam yang tidak patut krodha
dilaksanakan oleh manusia, karena hal ini Ring sarwa sattwa, si mamituhwa
sangat bertentangan dengan tujuan ri hananing karmaphala, nahan
agama. Sedangkan Sapta Timira adalah Tang tiga ulahing manah,
tujuh macam kegelapan atau kemabukan Kartaning indriya ika.
yang gelap atau mabuk rupa Artinya :
tampan/cantik, kekayaan, kepandaian, Sifat hakekatnya pikiran (manah)
keturunan/kebangsawan, keremajaan, yang pertama-tama akan diajarkan
minuman keras dan mabuk karena tiga banyaknya, perinciannya :
keberanian. tidak menginginkan dan dengki
Sumber terjadinya perbuatan baik terhadap milik orang lain, tidak
dan buruk adalah dari Tri Kaya parisudha marah kepada sesama makhluk,
yakni : mana, wakya, kaya, yaitu pikiran, percaya akan kebenaran ajaran
perkataan dan perbuatan. Perbuatan atau karma phala, itulah ketiga bentuk
karma baik dan karma buruk disebut sifat pikiran sebagai pengendali
dengan istilah Subha dan Asubha karma. terhadap Panca indria itu. (Kajeng,
Subha karma (perbuatan baik) menjadi 1997:64)
sumber timbulnya kebahagiaan. 2. Yang tidak patut timbul dari wak
Sebaliknya Asubha karma (perbuatan (perkataan)
buruk) menjadi sumber timbulnya Menurut perkatan Saracamuscaya
penderitaan atau kesengsaraan dan Sloka 75 disebutkan demikian :
sejenisnya. Perbuatan baik bersumber dari Asatpralapan parusyam anartam
Tri Kaya Parisudha yaitu tiga jenis tatha,
perbuatan suci, yaitu : Manacika Catur wari waca rajendra na
Parisudha, Wacika Parisudha dan Kayika jalpenanucintayet.
Parisudha. Nihan tanpa prawrttyaning wak,
1. Yang timbul dari manah atau pikiran pat kwehnya,
dalam kitab suci Saracamuscaya Pratyekanya, ujarahala, ujar
sloka 74 bunyinya demikian : aprgas, ujar pisuna,

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


75

Ujar mitya, nahan tang pat dalam keadaan dirundung malang,


singgahaning wak, bahkan dalam keadaan mimpipun
Tan ujarkena, tan angen-angen hendaknya supaya dihindari
kojaranya. ketiganya. (Kajeng, 1997:66)
Artinya : Berdasarkan ketiga sloka tersebut
Inilah yang tidak patut timbul dari di atas dapatlah disimpulkan bahwa kita
perkataan (wak), empat hendaknya selalu waspada dan selalu
banyaknya, masing-masingnya : mengendalikan diri agar menjadi orang
perkataan jahat, perkataan kasar, yang baik, hidup tenang, damai tentram,
perkataan yang memfitnah dan bahagia dan mansyur di dunia.
perkataan yang bohong, itulah Lebih lanjut dapat kita lihat
keempatnya supaya dijauhkan dari kegiatan pendidikan di dalam agama
kata-kata itu, jangan Hindu, dikenal dengan istilah “aguron-
diucapkanpun juga tidak aguron. Pengertian pendidikan dalam
terpikirkan untuk diucapkan. agama Hindu, tidak akan lepas dari
(Kajeng, 1997:65). kedudukan kitab Veda sebagai
3. Yang tidak patut timbul dari kaya sumbernya. Oleh karena itu kitab Veda
(perbuatan) berdasarkan kitab dan susastra Hindu lainnya berfungsi
Saracamuscaya Sloka 76 disebutkan sebagai pedoman yang menuntun
demikian : manusia dalam menjalankan kegiatan
Pranatupatamstaiyam ca sehari-hari, termasuk dalam kegiatan
Paradaranathapi wa, pendidikan. Seperti yang dikutipkan
Trini papani kayena sarwatah dalam Sarascamuscaya Sloka 159-160
Pariwarjawet yang berbunyi :
Nihan yang tan ulahkena, Cilena hi tryo cakya jetum na
syamatimati sancayah,
Manghalahala, si para dara, Na hi kincidasadhyam vai loke
nahan tang telu cilena niccitah
Tan ulaha kena ring asing ring Artinya :
parihasa ring apatkala Sebab tri loka inipun pasti akan
Ri pangipyan tuwi singgahana kalah dan dikuasai oleh orang
jugeka yang berketetapan hati
Artinya : melaksanakan kesusilaan, karena
Inilah yang tidak patut kita tidak ada sesuatu yang tidak
lakukan membunuh, mencuri, tercapai oleh orang yang
berzina, ketiganya itu jangan berprilaku susila. (Kajeng,
hendaknya engkau lakukan 1997:127).
terhadap siapapun, baik secara
berolok-olok, bersenda gurau,

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


76

Cilam pradhanam puruse yang benar, l) kedamaian dan kesabaran.


tadyasyeha pranacyati, (Titib, 2003 :102)
na tasya jivitenartho duhcilam Memahami uraian di ataas dapat
kinprayojanam. dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
Cila ktikang pradhana ring dadi budhi pekerti Hindu adalah membentuk
wwang, hana prawrttining manusia yang susila, bertanggung jawab
Dadi wwang duccila, aparan ta serta taat melaksanakan ajaran agama,
prayojananika ring hurip, yang dibantu oleh guru agama Hindu dan
Kabeh, yan tan hana cilayukti. ditunjang oleh pendidikan lainnya. Nilai-
Artinya : nilai kesusilaan mendapat tempat yang
Susila itu adalah yang paling paling penting dibandingkan dengan
utama (dasar mutlak) pada titisan nilai-nilai yang lainnya. Oleh karena itu
sebagai manusia. Jika ada prilaku maka tujuan tujuan pendidika agama
(tindakan) titisan sebagai manusia Hindu tetap berlandaskan atas
tidak susila, apakah maksud orang pembentukan kepribadian yang luhur dan
itu dengan hidupnya, dengan budhi pekerti yang tinggi. Sehingga
kekuasaan, dengan manusia mendapatkan kebahagiaan lahir
kebijaksanaannya, sebab sia-sia maupun bathin. Wujud kebahagiaan lahir
itu semua (hidup, kekuasaan, dan adalah terjaminnya kesejahteraan hidup di
kebijaksanaan) jika tidak ada dunia ini berupa ketentraman, keamanan
penerapan kesusilaan atau budhi serta kedamaian hidup Jagathita.
pekerti yang luhur. (Kajeng, Menjadi aspek moralitas dari
1997:127). ajaran agama Hindu sebagai sumber
Adapun pendidikan budhi pekerti pendidikan budhi pekerti. Pendidikan
yang perlu ditanamkan untuk anak didik agama hendaknya dipancarkan dalam
antara lain : a) menanamkan sradha budhi pekerti anak didik, baik didalam
(keimanan) dan religiositas. b) berbhakti keluarga, sekolah maupun dalam
kepada kedua orang tua, c) mencintai dan masyarakat. Menjadikan pendidikan
menghormati guru, d) mencintai dan agama, khisusnya pendidikan moralitas
menghormati saudara, kakak dan adik- dalam agama sebagai bagian yang
adik, e) mencintai dan menghormati terintegrasi dalam kurikulum pendidikan.
sahabat dan teman-teman, f) mencintai Hal ini berarti pendidikan agama tidak
tanah air dan bangsanya, g) bersikap hanya disampaikan oleh para guru agama
ramah dan berbicara manis, h) Hindu di sekolah, tetapi juga semua
mengembangkan kebajikan, i) pengajar dalam disiplin ilmunya masing-
mengembangkan kesucian hati, j) taat masing menunjang pendidikan budhi
sembahyang dan rajin belajar, k) pekerti.
kebenaran, pengorbanan dan kegiatan Upaya meningkatkan nilai-nilai
budhi pekerti pada siswa dapat dilakukan

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


77

dengan mengadakan pembinaan terhadap kasih, sayang, jujur, hormat kepada orang
Umat Hindu dititikberatkan pada tua dan guru, menghindari diri dari segala
kegiatan-kegiatan yang menyentuh. perbuatan tercela, tekun melakukan
Adapun kegiatan yang dimaksu terdiri sembahyang dan rajin berdoa.
dari : Sembahyang adalah suatu
1. Melakukan Doa dan Sembahyang usaha/cara yang akan dilakukan untuk
Berbagai bentuk dan aktivitas mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
keagamaan adalah merupakan Maha Esa, menyerahkan diri, pengabdian,
pengamatan ajaran Agama dalam rangka dan melakukan kerja tanpa apapun secara
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas ikhlas serta memberikan kebahagiaan
spritual umat manusia. Salah satu usaha tersendiri.
yang perlu dilaksanakan. 2. Mengadakan Kelompok Belajar
Doa adalah suatu usaha yang amat Kelompok belajar adalah kegiatan
sederhana dan bila dilaksanakan secara belajar dan mengajar dilaksanakan dalam
sungguh-sungguh akan memberikan jangka waktu tertentu tergantung pada
pahala yang besar. Tentang pahala dari warga belajar. Program belajar dapat
doa yang khusuk sebagai salah satu berupa paket-paket dan disusun bersama
wujud bhakti dalam Bhagawad Gita IX dan diatur antara warga belajar dan
Sloka 22 : sumber belajar. Sumber belajar dapat
Ananyas cintayo mam berperan sebagai pembina dan pendidik
Je janah paryupasate dalam kegiatan kelompok belajar.
Tesam niyabhiyuktanam Sebagaimana dalam kitab canakya
Yogasekmamvatamy aham. Nitisastra Bab II Sloka 13 (1994:14) yang
Artinya : berbunyi :
Sebaliknya mereka yang tidak Slokena va tadardhena
mengerti makna kehidupan dalam tadaddharddaksarenava
dirinya tidak bersemi rasa bhakti, avandhyam divasam kuryad
tidak mensyukuri arti penjelmaan danadhyayana karmabhih.
ini tidak ikhlas menghadapi Artinya :
persoalan hidup dan mencari Isilah waktu setiap hari dengan
sesuatu tidak berdasarkan dharma menghapalkan satu sloka 1 ayat
malas hanyut oleh emosi, ambisi atau setengah sloka atau
dan nafsu. seperempat sloka atau satu huruf
Dari sloka di atas dijelaskan bahwa dari sloka tersebut. Atau istilah
untuk menghindari dari berbagai cobaan hari-hari anda dengan
dan ujian hidup seseorang harus bersedekah, belajar kitab suci
berpegang, memahami, dan dan kegiatan bermanfaat
mempedomani serta mengamalkan ajaran lainnya.
agama dengan baik, mengembangkan 3. Mengadakan Kerja Bhakti

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


78

Kerja bhakti adalah umat Hindu krama-Nya phahalaning


melaksanakan kegiatan gotong royong tirthayatra katemu denika dlaha
untuk membersihkan tempat suci, saling tirthyatra ngaraning mahas
tolong menolong bila umat Hindu agelem atirtha.
melaksanakan upacara yajna tanpa Artinya :
mengharapkan imbalan/pamrih. Adalah orang yang seperti ini
Seperti dalam kitab Bhagawad Gita perilakunya, tidak kerasukan
Bab III Sloka 19 (1997:172) yang marah tapi mencintai kebenaran
berbunyi : tetap teguh pada brata, kasih
Tasmad asaktah satatam sayang terhadap segala makhluk
karyam karena tidak berbeda dengan
Karma samacara makhluk lain pada perasaannya,
Asakto hy acaran karman orang yang demikian
param perilakunya pahala tirthayatra
Apnoti purusah. diperolehnya kemudian.
Artinya : 5. Latihan Membaca Kitab Suci
Oleh karena itu laksanakanlah Dalam rangka menciptakan tiga
segala kerja sebagai kewajiban kondisi ideal yaitu peningkatan sradha,
tanpa terikat sebab kerja yang pemahaman isi kitab suci dan juga
bebas dari keterikatan, bila memelihara kerukunan hidup beragama
melakukan pekerjaan orang itu maka sangat tepat sekali bila di
akan mencapai tujuan lingkungan siswa diadakan latihan
yangtertinggi. membaca kitab suci, sebagaimana dalam
4. Mengunjung Tempat-tempat Suci Bab IV Sloka 1 Canakya Nitisastra (1992
Dalam rangka peningkatan : 91) yang berbunyi :
keimanan dalam Agama maka umat Sruta dharmam vi janati sruta
Hindu melakukan kunjungan ke tempat tyajati darmatim sruta
suci tempat bersejarah Agama Hindu jnanamavapnoti sruta moksa
serta mempererat dan menjalin tali mavapnuyat.
persaudaraan dengan saling kunjung Artinya :
sesama umat Hindu. Hal ini sejalan Setelah membaca dan
dengan sloka 277 Kitab Sarasamuccaya mendengar Weda orang biasa
(1994 :217) yang berbunyi sebagai mengerti dharma, dengan
berikut : mendengarkan Weda pikiran-
Hana ya Wang mangke pikiran buruk bisa dihilangkan,
kramanya, tan kataman krodha dengan mendengarkan Weda
satya ta ya, apageh ta ya ring orang bisa betul-betul dapat
brata. Masih rin sarwa sattwa ri memperoleh ilmu pengetahuan,
hidepnya, ikang wang mangkana hanya dengan mendengarkan

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


79

Weda orang bisa mendapatkan bhakti kepada-Nya. Rasa bhakti ini


pembebasan. diwujudkan dalam bentuk persembahan
6. Dharma Wacana sesajen yang diiringi doa-doa itu
Dharma wacana adalah metode mengandung dua hal yaitu :
penerangan Agama Hindu ceramah- 1). Unsur pujian yang berarti
ceramah yang disampaikan secara umum memuja, memuji untuk
pada umat Hindu untuk meningkatkan mengungkapkan kebesaran
pengetahuan dan pengamalan serta Tuhan Yang Maha Esa atas
penghayatan ke dalam rohani umat serta segalanya.
mutu amal bhaktinya kepada agama 2). Unsur permohonan yaitu
dalam usaha meningkatkan dharma memohon diberikan umur
agama. Hal ini sangat tepat dilakukan panjang, keselamatan,
sesuai dengan Kitab Yajur Weda XXVI. 2 kesejahteraan, dijauhkan dari
: marabahaya.
Yathenam vacam kalyanim Dalam rangka peningkatan sradha
Awadanijanebhayah, brahma, keagamaan anak maka sangatlah tepat
rajanyabhyam bila perayaan hari raya keagamaan
Sudraya caryaya ca svaya dilaksanakan yang tentunya melibatkan
caranaya ca. generasi muda baik dalam
Artinya : mempersiapkan sarana prasarana upacara
Hendaknya disampaikan sabda maupun pada saat pelaksanaan upacara
suci ini kepada seluruh umat yang sedang berlangsung.
manusia, cendikiawan, 8. Mengadakan Pendalaman Weda
rohaniawan, raja, Pendalaman Weda adalah suatu
pemerintah/masyarakat, para usaha mempelajari Kitab Suci Weda.
pedagang, dan petani serta Usaha ini akan berhasil bila menguasai
nelayan para buruh, kepada ilmu pengetahuan, seseorang yang telah
orang-Ku dan orang asing membaca Weda tidak mengerti makna
sekalipun. yang terkandung dalam matram-matram
Dari sloka di atas dijelaskan bahwa Weda, tidak memperoleh dan
Agama Hindu itu merupakan agama misi mendapatkan penerangan rohani seperti
yang harus disebarluaskan karena batang kayu bakar disiram minyak tanah,
keluhuran ajaran Hindu. Orang-orang tidak pernah terbakar bila tidak terdapat
merasa tertarik untuk mendalami dan api. Demikian orang yang hanya
mengikutinya. membaca tanpa mengetahui arti/makna
7. Merayakan Hari Raya Agama matram Weda tidak memperoleh cahaya
Hari raya adalah hari yang dianggap pengetahuan sejati. Hal ini diungkapkan
suci, hari raya merupakan tonggak dalam Sarasacamucaya Sloka 39
penyucian diri, merupakan ungkapan rasa (1995:120) dikatakan : ”penguasaan

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


80

ajaran Kitab Suci Weda akan menjadi Bhagavad-Gita (Pancama Weda), sebagai
sempurna bila melalui Itihasa da Purana, berikut:
Sebab Weda merasa takut kepada yang Samniyamye ‘ndriyagramam
sedikit ilmunya, sabda-Nya kamu jangan sarwatra samabuddhayah,
mendekati Aku, sabda-Nya demikian te parapnuwanti mam ewa
karena rasa takut. Dengan demikian sarwabhutahite ratah (Bhagavad-
mendalami ajaran Weda akan Gita, XII.4).
mengantarkan seseorang untuk mencapai Artinya:
tujuan tertinggi, kesejahteraan dan Dengan mengendalikan panca
kebahagiaan hidup. indra,
9. Menyediakan Buku-buku Agama Menganggap sama dalam segala
Hindu pengertian,
Buku-buku Agama Hindu juga turut Berusaha guna kesejahteraan
menunjang dalam upaya meningkatkan semua insani,
iman generasi muda karena dengan Mereka sampai kepada-KU.
tersedianya buku-buku Agama Hindu (Pudja, 2003: 285)
maka semangat mempelajari hal-hal
keagamaan akan selalu berkobar. Bila III. PENUTUP
seseorang telah tertarik, dengan Dalam perkembangan budhi
sendirinya akan percaya bahwa Agama pekerti siswa ada beberapa faktor yang
Hindu adalah penuntun hidup yang benar mempengaruhi seperti faktor keluarga,
dan dapat memberikan kedamaian lingkungan masyarakat, dan pendidikan.
jasmani dan rohani. Dewasa ini tantangan kehidupan
10. Mengadakan Latihan Memimpin beragama dirasakan semakin besar.
Sembahyang Berbagai informasi, terutama yang
Sembahyang sangat perlu bagi umat bersifat duniawi langsung dan tidak kita
Hindu tiap mengadakan sembahyang sadari telah berproses dalam diri sebagai
selalu membutuhkan seseorang pemimpin masyarakat kita. Kehidupan spritual
sembahyang. Selama ini untuk menjadi mulai dirasakan kurang bermanfaat dan
pemimpin dalam sembahyang adalah akibatnya adalah moral dan etika semakin
pendeta atau mendangkal, dampaknya adalah
pedanda/pemangku/sulinggih. Agar kita terjadinya penyalahgunaan miras,
tidak kehilangan generasi muda perlu ada pencurian dan kekerasan, serta berbagai
tuntunan moral agar selalu aktif penyakit sosial lainnya.
sembahyang karena dia merasa bahwa Untuk itu ada beberapa faktor
dirinya adalah calon pemimpin. untuk mengembangkan budhi pekerti
Hal tersebut sesuai dengan siswa diantaranya :
pendapat G. Pudja dalam isi kitab 1. Pada keluarga pendidikan budhi
pekerti seperti halnya pendidikan

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


81

agama pada keluarga rupanya maka sulit sekali untuk tegaknya


perlu mendapat perhatian karena norma dan moralitas masyarakat.
terjadinya pergeseran pola Hal ini didukung oleh media masa
kehidupan masyarakat dari yang kadang-kadang mengabaikan
masyarakat agraris ke industri. moralitas masyarakat seperti film
Pendidikan budhi pekerti dalam barat yang nampak jauh dengan
keluarga cenderung terabaikan rasa budaya masyarakat.
karena kehidupan beragama Menjadi aspek moralitas dari
tekanannya pada ritual belum ajaran agama Hindu sebagai sumber
mampu mengubah prilaku pendidikan budhi pekerti. Pendidikan
masyarakatnya ke arah yang agama hendaknya dipancarkan dalam
agamais. budhi pekerti anak didik, baik didalam
2. Pada sekolah umum dan keluarga, sekolah maupun dalam
perguruan tinggi. Selama ini masyarakat. Menjadikan pendidikan
pendidikan budhi pekerti agama, khisusnya pendidikan moralitas
diberikan oleh guru agama, dalam agama sebagai bagian yang
sebaliknya guru agama belum terintegrasi dalam kurikulum pendidikan.
mendapat pendidikan atau Hal ini berarti pendidikan agama tidak
metodologi khusus untuk hanya disampaikan oleh para guru agama
menyampaikan pendidikan budhi Hindu di sekolah, tetapi juga semua
pekerti yang bersumber pada pengajar dalam disiplin ilmunya masing-
ajaran agama. Disamping itu masing menunjang pendidikan budhi
pendidikan budhi pekerti tidak pekerti.
terintegrasi dengan mata pelajaran
diluar agama di sekolah. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
mengakibatkan pendidikan budhi Bahridjamarah, Saiful dan Aswan Zain.
pekerti kurang mendapat 2002. Strategi Belajar
perhatian. Mengajar. Jakarta: Rineka
3. Lembaga pendidikan non formal. Cipta.
Sangat terbatasnya pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
agama Hindu non formal misalnya 1991. Kamus Besar Bahasa
pasraman, pasantrian dan Indonesia, Edisi kedua, Balai
kelompok pengkajian dan lainnya. Pustaka.
4. Pada lingkungan masyarakat. Kajeng, I Nyoman, dkk. 1997.
Pendidikan budhi pekerti pada Sarasamuccaya. Surabaya:
masyarakat terkait dengan Paramita.
tegaknya norma dan moralitas Mantra, I Bagus, 2003. Bhagawadgita
masyarakat. Bila masyarakat Alih bahasa dan Penjelasan,
heterogen dan cenderung permisif, Proyek Peningkatan

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018


82

Koordinasi Terhadap Umat


Hindu di Luar Daerah,
Denpasar
Majelis Besar Alim Ulama Kaharingan
Indonesia, 1996, Panaturan,
Palangka Raya
Ngurah, I Gusti Made, 1989. Pedoman
Guru Pendidikan Agama
Hindu, Widya Dharma,
Denpasar
Pudja,G. 2003. Bhagawad-Gita
(Pancama Weda). Jakarta:
Pustaka Mitra.
Riduwan, 2004. Statistika untuk Lembaga
dan Instansi
Pemerintah/Swasta. Bandung:
Alpabet
Titib, I Made, 2003,
Menumbuhkembangkan
Pendidikan Budhi pekerti
pada Anak,PHDI Pusat,
Jakarta.
Winata Putra, H. Udin S, dkk, 2003.
Pedoman Umum Pendidikan
Budhi Pekerti Pada Jenjang
Sekolah Dasar dan Menengah,
Ditjen Diknasmen, Jakarta

Jurnal Bawi Ayah. Volume 9. Nomor 2. Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai