Anda di halaman 1dari 10

LEADERSHIP GENERASI Y

FRIESA ERGO M
ergofriesa@gmail.com

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Narotama

ABSTRAK

Tujuan dari studi ini adalah mengetahui perbedaan leadership antara generasi Y belum bekerja
dengan sudah bekerja dan mengetahui teori kepemimpinan manakah yang cenderung dimiliki
oleh generasi Y. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif, dalam penelitian
kualitatif, peneliti sekaligus berfungsi sebagai instrument utama yang terjun kelapangan serta
berusaha sendiri mengumpulkan data melalui observasi maupun wawancara dan interview.
Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-
hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode
induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori
yang ada. Leadership pada generasi Y cenderung pada gaya kepemimpinan visioner, karena
karakeristik generasi Y yang berambisi dan memiliki pengamatan yang baik dalam menentukan
visi dan misi.

Kata Kunci : Leadership, Gaya Kepemimpinan Tranformasional, Gaya Kepemimpinan Visioner,


Gaya Kepemimpinan Kharismatik dan Generasi Y.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya jumlah millennial (Generasi Y) yang masuk ke dalam dunia kerja dengan
keistimewaan yang cenderung berbeda dengan generasi – generasi sebelumnya menjadi salah
satu tantangan baru bagi dunia kerja. Millennial sering disebut – sebut sebagai generasi yang
menyukai kebebasan dan fleksibilitas seperti kebebasan bekerja, belajar maupun berbisnis.
Generasi Millenial, yang juga punya nama lain Generasi Y, adalah kelompok manusia yang lahir
di atas tahun 1980-an hingga 1997. Mereka disebut millennial karena satu – satunya generasi
yang pernah melewati millennium kedua sejak teori generasi ini dihembuskan pertama kali oleh
Karl Mannheim pada 1923.

Saat ini, lapangan pekerjaan di Indonesia didominasi oleh generasi X dan Y. Dari data
karir.com tahun 2015 (dalam swa.co.id, 2015) menunjukkan bahwa Gen X yang memiliki gelar
S1 sebanyak 64% dan tersebar dalam proporsi jabatan sebagai Department Manager (23%),
Senior Staff (18%) dan Supervisor (17%). Sedangkan generasi Y, 62% di antaranya mengantongi
gelar S1, dan meski 51% di antara total jumlah pengguna fitur karir.com masih berada pada entry
level, dimana untuk posisi Senior Staff mencapai 22% dan pada tingkat Supervisor 13%. Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan karir generasi Y lebih progresif dibandingkan
dengan generasi X.

Di era globalisasi ini, semakin banyak tantangan dalam setiap sisi. Baik dalam dunia kerja,
kehidupan sehari – hari ataupun dunia pendidikan. Keberadaan seorang pemimpin dalam
organisasi ataupun individu sangat dibutuhkan untuk membawa organisasi atau individu kepada
tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai gaya kepepimpinan akan mewarnai perilaku seorang
pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Karakteristik generasi Y mendorong tren dimana anak
muda sekarang lebih selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai, dan hal ini tidak lepas dari
sikap kepemimpinan yang mereka miliki. Tahun 2020 hingga tahun 2030 diprediksi bahwa
Indonesia akan mencapai puncak populasi usia produktif sebesar 70% dari total penduduk
Indonesia (Sebastian, Amran dan Youth Lab, 2016). Hal ini bisa menjadi keuntungan untuk
perekonomian dan kemajuan Indonesia apabila generasi millenial sebagai generasi dengan
jumlah yang besar dapat dikelola dengan baik. Terlebih mereka memiliki leadership yang baik
sehingga mampu mengelola individu mereka sendiri ataupun sekala perusahaan atau organisasi.
Penelitian ini ingin mengetahui tentang bagaimana leadership dari generasi Y di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat perbedaan leadership yang jelas antara generasi Y belum bekerja
dengan sudah bekerja ?
2. Jika terdapat perbedaan, teori kepemimpinan manakah yang cenderung dimiliki oleh
generasi Y ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan leadership antara generasi Y belum bekerja dengan


sudah bekerja,
2. Untuk mengetahui teori kepemimpinan manakah yang cenderung dimiliki oleh
generasi Y.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Generasi X dan Y

Definisi generasi menurut Kupperschmidt adalah suatu identitas kelompok dengan tahun
kelahiran, masa (era) dan peristiwa bersejarah yang sama sebagai tahap kritis perkembangannya
(Dries, Pepermans, De Kerpel, 2008).

Empat generasi yakni Tradisionalis, Baby Boomers, Generasi X dan Generasi Y


merupakan isu menarik dari tahun ke tahun dalam berbagai studi, di antaranya psikologi,
manajemen, dan sumber daya manusia. Tabel berikut merangkum karakter masing – masing
generasi dari beberapa studi.

Generasi Generasi Baby


Deskripsi Generasi X Generasi Y
Tradisionalis Boomers
Tahun 1928 – 1945 1946 – 1964 1965 – 1979 (Casey 1980 – 2000 (Casey &
Kelahiran (Sprague, (Sprague, & Denton, 2006, Sprague,
2008) 2008) Denton, 2006) 1964 2008, Cennamo &
– 1981 (Schofield Gardner 2008)
& Honore, 2008) 1982 – ke atas (Schofield
1965 – 1979 & Honore, 2008)
(Sprague, 2008) 1979 – 1994 (Macleod,
1960 – 1978 2008)
(Macleod, 2008) 1981 – 2001 (Dries,
1965 – 1980 (Dries, pepermans & De Kerpel,
Pepermans & De 2008)
Kerpel, 2008) 1962
– 1979 (Cennamo
& Gardner, 2008)
Karakter Menghormati -Kurang Mengandalkan diri -Mendengarkan
otoritas, mempercayai & afiliasi keluarga orangtua, menghormati
menghargai otoritas (Sprague, 2008) otoritas, lebih suka
nilai dibandingkan dibim-bing oleh Baby
finansial dan generasi Boomers dari pada rekan
kemapanan sebelumnya seusia, orang tua sebagai
(Sprague, sbg dampak dr panutan (Sprague, 2008)
2008) peristiwa -Perkembangan
Watergate teknologi pesat
- Mewujudkan - Ambisius, percaya diri,
komitmen utk optimis, kerja tim
dunia yang (Strauss & Howe dalam
lebih baik Wilson &
(Sprague, Gerber, 2008)
2008)
Menulusuri pembahasan Generasi X dan Y di publikasi Indonesia menjadi tantangan
tersendiri. Publikasi hampir selalu merujuk pada studi luar negeri yang memang telah
berkembang. Artikel di Kompas.com menyatakan bahwa Generasi Y cenderung bersikap
mandiri, sangat visual dna tidak sabaran terhadap hal – hal yang tidak sesuai dengan selera dan
kepribadian mereka yang unik.

2.2 Gaya kepemimpinan Transformasional

Bass (Dalam Yukl 1989 : 211) mendefinisikan bahwa kepemimpinan transformasional


sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara – cara
tertentu. Adanya penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya,
dihargai, loyal dan respek kepada pemimpinnya. Pada akhirnya bawahan akan termotivasi untuk
melakukan lebih dari yang diharapkan.

2.3 Gaya Kharismatis

Teori atribusi dikembangkan oleh Kelley (1967), kemudian Green serta Mitchell (1979).
Mereka berpandangan bahwa perilaku kepemimpinan disebabkan oleh atribut penyebab. Jadi
teori kepemimpinan atribut menjelaskan mengapa perilaku kepemimpinan terjadi. Teori atribusi
dikembangkan dengan beberapa pendapat salah satunya, adalah teori kepemimpinan karismatik.
Para pengikut membuat atribut pada pemimpin yang heroik atau yang memiliki kemampuan
yang luar biasa yang mereka amati dan dapati.

Gaya kepemimpinan kharismatis yang memicu para pengikutnya dengan memperlihatkan


kemampuan heroic atau luar biasa ketika mereka mengamati perilaku tertentu pemimpin mereka
(Robbins, 2006).

2.4 Gaya Visioner

Menurut Robbins (2006) gaya kepemimpinan visioner merupakan gaya kepemimpinan


yang mampu mecinptakan dan mengatrikulasikan visi yang realistis, kredibel dan menarik
mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan membaik
disbanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai
kekuatan besar sehingga bisa mengakibatkan ketrampilan, bakat dan sumber daya untuk
mewujudkannya.
METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif yaitu untuk mencari kebenaran secara ilmiah dan memandang obyek secara
keseluruhan, interpretasi berdasarkan atas fenomena alamiah dan akan digunakan sebagai dasar
untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan menyajikan analisis hasil penelitian. Pemilihan
instrument penelitian yaitu junlah sampel digunakan sebagai tambahan informasi.

Adapun pengertian penelitian secara kualitatif menurut Lexy J Moleong (2006:4) yang
mengutip pendapat Kirk dan Miller mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
dalam peristilahannya”.

Menurut Anselm Strauss dan Juliet Corbin terjemahan Muhammad Shodiq dan Imam
Muttaqien (2003:4), penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain. Metode kualitatif dapat digunakan
untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena, dan dapat juga digunakan untuk
mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui.

3.2.Populasi dan Sampel

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal, atau orang
yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian peneliti, karenanya dipandang
sebagai semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa-mashasiswi kelas B yang ada di Universitas Narotama Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Prodi Manajemen. Sampel merupakan subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota
populasi (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling
(pengambilan sampel sesuai dengan kebutuhan). Dasar sampel yang digunakan yaitu mahasiswa
– mahasiswi kelas B yang sudah bekerja dan masa kerja lebih dari 6 bulan.

3.3.Sumber data

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini berupa (Priyatno, 2008):

a. Data Primer

Menurut (Algifari, 2000) data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, dan kuesioner (Ferdinand, 2006). Kemudian dalam pengumpulan data
primer ini, peneliti mengkombinasikan ketiganya yang ditujukan kepada para responden.
b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, mengacu pada informasi
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada diluar responden (Sekaran, 2006). Berikut data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini:

a) Melalui pustaka teori, yakni dari buku-buku yang ada kaitannya dengan variabel
penelitian, dan masalah yang diteliti.
b) Melalui pustaka hasil penemuan, yaitu dari skripsi, tesis, artikel jurnal, internet, publikasi
pemerintah, koran, serta dokumentasi.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

Yaitu cara pengumpulan data dengan jalan melakukan komunikasi dan tatap muka
langsung melalui proses tanya jawab secara lisan kepada responden yang terpilih sebagai sampel
(Mas’ud, 004).

2. Angket (Kuesioner)

Merupakan cara pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan yang teratur dan
sistematis, serta dapat dilakukan lewat telepon, surat, atau bertatap muka secara langsung dengan
responden yang terpilih sebagai sampel (Ferdinand, 2006).

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan
penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang
lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Guba dan Lincoln (dalam Basrowi, dkk, 2008)
mendefinisikan dokumen dan record adalah sebagai berikut: record adalah setiap pernyataan
tertulis yang disusun oleh sesorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
menyajikan akunting, dan dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.
PEMBAHASAN

1. Perbedaan leadership antara generasi Y belum bekerja dengan sudah bekerja

Gaya kepemimpinan antara generasi Y belum bekerja dan dengan sudah bekerja
sangatlah berbeda, responden yang sudah bekerja cenderung memiliki sikap lebih bertanggung
jawab dan respect terhadap lingkungan di tempat kerja dan sekolah. Pemimpin yang banyak
dijumpai pada generasi Y adalah pemimpin yang memiliki jiwa idealis dan ambisi yang tinggi
namun semua itu ditunjang dengan intelektual yang mumpuni dalam memimpin sebuah
organisasi atau perusahaan. Sementara Gen Y, mereka sangat tertarik dengan kepedulian,
kebermanfaatan dan fleksibilitas. Maka jangan heran apabila ada Gen Y yang berpindah kerja
dari perusahaan yang bergaji besar ke perusahaan kecil tetapi memperjuangkan sesuatu, tidak
hanya sekadar untung rugi. Anak-anak Millennials ini sangat mengharapkan pemimpinnya
menjadi mentor bukan mandor.

Pahami ciri khas masing-masing generasi dan penuhi harapan mereka, setelah itu,
berdayakan mereka dalam satu tim yang saling melengkapi. Ingat, tugas pemimpin bukanlah
menyenangkan semua orang yang dipimpinnya tetapi memberdayakan mereka. Sungguh sangat
elok apabila seorang pemimpin mampu memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya dengan
cara yang menyenangkan. Salah satu cara yang menyenangkan, kembangkan mereka sesuai ciri
khas dan harapan mereka.

2. Gaya kepemimpinan yang cenderung dimiliki oleh generasi Y.

Gaya kepemimpinan visioner sangatlah diperlukan bila suatu birokrasi ingin menciptakan
adanya perubahan yang lebih optimal karena baik buruknya kinerja suatu perusahaan dapat
ditentukan oleh adanya pengaruh dari kepemimpinan. Selain itu pengelolaan sumber daya
manusia sendiri juga sangat diperlukan. Pemimpin visioner adalah pemimpin yang mempunyai
suatu pandangan visi misi yang jelas dalam organisasi, pemimpin visioner sangatlah cerdas
dalam mengamati suatu kejadian di masa depan dan dapat menggambarkan visi misinya dengan
jelas.

KESIMPULAN

Generasi Y adalah kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997.
Generasi Y memiliki sifat idealis dan ambisius, sehingga dalam menggapai karir atau cita –
citanya mereke cenderung bersungguh – sungguh untuk meraihnya. Dalam dunia pekerjaan tidak
heran jika ada Gen Y yang berpindah kerja dari perusahaan yang bergaji besar ke perusahaan
kecil tetapi memperjuangkan sesuatu, tidak hanya sekadar untung rugi. Anak-anak Millennials
ini sangat mengharapkan pemimpinnya menjadi mentor yang dapat membimbing. Sehingga bisa
menjadi contoh atau panutan agar memimpin lebih baik.
Generasi Y cenderung memiliki gaya kepemimpinan visioner, sehingga banyak contoh di
Indonesia yang telah menerapkan gaya tersebut. Salah satunya CEO Gojek, CEO Bukalapak dan
CEO Lazada. Pemimpin yang dapat merencanakan visi dan misi dalam suatu organisasi atau
perusahaan dengan benar adalah pemimpin yang baik. Meminimalkan resiko dan dapat mencapai
visi dan misi merupakan tujuan dari pemimpin. Mengembangkan dan mengoptimalkan sumber
daya manusia pada organisai yang kita pimpin merupakan ciri dari pimpinan yang baik. Banyak
dari kita yang bisa memimpin suatu organsisasi namun tidak bisa mengayomi atau membuat
anak buahnya maju. Sehingga gaya kepemimpinan seperti itu tidak bisa terwujud dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Alimudin, A., & Sukoco, A. (2017). The Leadership Style Model That Builds Work Behavior
Through Organizational Culture. JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan
Teknologi, 3(2), 362-375.

Alimudin, A., Septian, D., Sasono, A. D., & Wulandari, A. (2017). Effect of Spiritual Leadership
to Organizational Culture and Employee’s Loyalty. Jurnal Terapan Manajemen Dan Bisnis, 3(2),
76-86.

Kurniawan, H., & Alimudin, A. (2015). Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja dan
Kedisiplinan Terhadap Kinerja Karyawan PT. Garam (Persero). Ilmu Manajemen Magistra, 1(2).

Komariah. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Bumi Aksara, Jakarta.

Indriyana, F., 2017. WORK VALUES GENERASI Y.

Pio, E. A., 2015. PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN VISIONER, KOMPENSASI TIDAK


LANGSUNG DAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Volume 3, pp. 1140-
1150.

Anda mungkin juga menyukai