Anda di halaman 1dari 17

PRANATA

H
U
K
U
M
JURNAL ILMU HUKUM

BAMBANG Analisis Keadilan Restoratif (restorative Justice) Dalam 86-98


HARTONO Konteks Ultimum Remedium Sebagai Penyelesaian
Permasalahan Tindak Pidana Anak

RIFANDY RITONGA Pembubaran Partai Politik Terhadap Sistem Demokrasi 99-108


di Indonesia

YULI ERNITASARI Analisis Pj. Kepala Daerah Yang Memutasi Pegawai 109-122
Negeri Sipil Tidak Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Kenaikan Pangkat Pns
Dalam Jabatan Struktural Dan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pns Di Lampung

LINTJE ANNA Analisis Yuridis Normatif Perbandingan Prosedur 123-134


MARPAUNG Pemberhentian Presiden Dalam Masa Jabatannya
Antara Indonesia Dengan Amerika Serikat Dan Korea
Selatan

ISHARYANTO Keterbatasan Pengadilan Untuk Melakukan Pengujian 135-144


Konstitusional (constitutional Review): Pengalaman
Jepang

BENNY KARYA Analisis Tugas Dan Fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil 145-157
LIMANTARA (PPNS) Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung
Terhadap Tindak Pidana Satwa Liar Yang Di Lindungi

DWI NURAHMAN Kebijakan Rekonstruksi Pengaturan Hakim Pemeriksa 158-180


Pendahuluan Dalam Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana Tahun 2015

INTAN NURINA Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku 181-193


SEFTINIARA Penipuan Perempuan Yang Dijadikan Pekerja Seks
Komersial

Jurnal Ilmu Hukum PRANATA HUKUM


Program Studi Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana, Universitas Bandar Lampung
Volume 10 Nomor 2 Juli 2015
ISSN 1907-560X
Benny Karya Simantar, S.H., M.H.
Rifandi Ritonga, S,H., M.H.
Recca Ayu Hapsari, SH., M.H.
Melisa Safitri, SH., M.H.
ANALISIS KEADILAN RESTORATIF (RESTORATIVE JUSTICE) DALAM
KONTEKS ULTIMUM REMEDIUM SEBAGAI PENYELESAIAN
PERMASALAHAN TINDAK PIDANA ANAK
BAMBANG HARTONO
Dosen Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung Jl. ZA Pagar Alam No 26 Labuhan Ratu Bandar Lampung

ABSTRACT

In Indonesia ,The meaning of Restorative Justice is a fair thing Completion


Operations involving Performers , Victims , their family and other party who related the
Crime. The Problems on Research Implementation What is Restorative Justice in the
Context of ultimum Remedium As abuse child and what is the detention factor of
Restorative Justice Implementation of abuse child. Based on the research is that
implementation of Justice in the Context ultimum Remedium as settlement of abuse
child is the protection of the children's rights had dealed with law. The detention
factor of Restorative Jusice implementation have not legitimation in law and be based
on take decision of investigation process.

I. PENDAHULUAN Ada sebuah teori yang menjelaskan hal


Dunia hukum dalam beberapa tersebut, yakni teori yang dikemukakan
tahun ini telah mengalami reformasi cara oleh Carl von Savigny, dimana
pandang dalam penanganan anak yang menurutnya “Das recht wird nicht
melakukan kenakalan dan perbuatan gemacht, est ist und wird mit dem volke”
melanggar hukum. Banyak negara yang atau terjemahannya bahwa hukum itu
mulai meninggalkan mekanisme tidak dibuat melainkan tumbuh dan
peradilan anak yang bersifat represif berkembang bersama masyarakat (Darji
dikarenakan kegagalan sistem tersebut Darmodiharjo dan Shidarta, Jakarta :
untuk memperbaiki tingkah laku dan 2008).
mengurangi tingkat kriminalitas yang Indonesia telah membuat peraturan-
dilakukan oleh anak. Para pakar hukum peraturan yang pada dasarnya sangat
dan pembuat kebijakan mulai menjunjung tinggi dan memperhatikan
memikirkan alternatif solusi yang lebih hak-hak dari anak yaitu diratifikasinya
tepat dalam penanganan anak dengan Konvensi Hak Anak (KHA) dengan
memberikan perhatian lebih untuk keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
melibatkan mereka secara langsung 1990. Peraturan perundangan lain yang
(reintegrasi dan rehabilitasi) dalam telah dibuat oleh pemerintah Indonesia
penyelesaian masalah, berbeda dengan antara lain, Undang-Undang Nomor 3
cara penanganan orang dewasa. Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
Berbicara mengenai hukum, maka Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
harus juga membicarakan tentang tentang Perlindungan Anak, dan Undang-
masyarakat, karena tidak mungkin Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
hukum tersebut terlepas dari masyarakat. Sistem Peradilan Pidana Anak.

Analisis Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Konteks .......(Bambang Hartono) 86


Sistem pemidanaan yang sampai Keadilan Restoratif (Restorative
sekarang terkadang masih Justice) adalah alternatif yang populer di
memperlakukan anak-anak yang terlibat berbagai belahan dunia untuk
sebagai pelaku tindak pidana itu seperti penanganan anak yang bermasalah
pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh dengan hukum karena menawarkan solusi
orang dewasa. Anak ditempatkan dalam yang komprehensif dan efektif.
posisi sebagai seorang pelaku kejahatan Restorative Justice bertujuan untuk
yang patut untuk mendapatkan hukuman memberdayakan para korban, pelaku,
yang sama dengan orang dewasa dan keluarga dan masyarakat untuk
berlaku di Indonesia. Padahal memperbaiki suatu perbuatan melawan
pemidanaan itu sendiri lebih berorientasi hukum, dengan menggunakan kesadaran
kepada individu pelaku atau biasa disebut dan keinsyafan sebagai landasan untuk
dengan pertanggungjawaban individual / memperbaiki kehidupan bermasyarakat
personal (Individual responsibility) dan menjelaskan bahwa konsep
dimana pelaku dipandang sebagai Restorative Justice pada dasarnya
individu yang mampu untuk bertanggung sederhana. Di Indonesia, yang dimaksud
jawab penuh terhadap perbuatan yang Keadilan Restoratif (Restorative Justice)
dilakukannya. Sedangkan anak adalah suatu penyelesaian secara adil
merupakan individu yang belum dapat yang melibatkan pelaku, korban, keluarga
menyadari secara penuh atas tindakan/ mereka dan pihak lain yang terkait dalam
perbuatan yang dilakukannya, hal ini suatu tindak pidana secara bersama-sama
disebabkan karena anak merupakan mencari penyelesaian terhadap tindak
individu yang belum matang dalam pidana tersebut dan implikasinya dengan
berpikir. menekankan pemulihan kembali pada
Tanpa disadari hal tersebut tentu keadaan semula sebagaimana diatur
saja dapat menimbulkan dampak dalam Surat Keputusan Bersama antara
psikologis yang hebat bagi anak yang Ketua Mahkamah Agung RI, Jaksa
pada akhirnya mempengaruhi Agung Republik Indonesia, Kepala
perkembangan mental dan jiwa dari si Kepolisian Negara Republik Indonesia,
anak tersebut. Oleh sebab itu, dengan Menteri Hukum Dan Ham Republik
memperlakukan anak itu sama dengan Indonesia, Menteri Sosial Republik
orang dewasa maka dikhawatirkan si Indonesia dan Menteri Pemberdayaan
anak akan dengan cepat meniru Perempuan dan Perlindungan Anak
perlakuan dari orang-orang yang ada di Republik Indonesia.
dekatnya. Atas dasar itu, Restorative justice adalah konsep
diperkenalkanlah sebuah konsep pemidanaan, tetapi sebagai konsep
penegakan hukum yang dinamakan pemidanaan tidak hanya terbatas pada
dengan Restorative Justice System. Yang ketentuan hukum pidana (formal dan
menjadi perhatian utama dari konsep materil). Restorative Justice harus juga
tersebut adalah kepentingan pelaku, diamati dari segi kriminologi dan sistem
korban dan masyarakat (Rudi Rizky, pemasyarakatan (Bagir Manan, Jakarta :
Jakarta : 2008). 2008). Berdasarkan kenyataan yang ada,

87 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 2 Juli 2016


sistem pemidanaan yang berlaku belum anak dalam masyarakat (Dian Sasmita,
sepenuhnya menjamin keadilan terpadu Jakarta : 2009).
(integrated justice), yaitu keadilan bagi Berdasarkan uraian latar belakang
pelaku, keadilan bagi korban, dan diatas, maka yang menjadi permasalahan
keadilan bagi masyarakat. Hal inilah adalah Bagaimanakah Pelaksanaan
yang mendorong kedepan konsep Restorative Justice Dalam Konteks
”restorative justice”. Ultimum Remedium Sebagai
Kemudian Bagir Manan, dalam Penyelesaian Terhadap Tindak Pidana
tulisannya juga, menguraikan tentang Anak dan Apakah faktor penghambat
substansi ”restorative justice” berisi pelaksanaan “Restorative Justice”
prinsip-prinsip, antara lain: ”Membangun Terhadap Tindak Pidana Yang Dilakukan
partisipasi bersama antara pelaku, Anak.
korban, dan kelompok masyarakat
menyelesaikan suatu peristiwa atau II. PEMBAHASAN
tindak pidana. Menempatkan pelaku,
Pelaksanaan Restorative Justice Dalam
korban, dan masyarakat sebagai
Konteks Ultimum Remedium Sebagai
”stakeholders” yang bekerja bersama
Penyelesaian Terhadap Tindak Pidana
dan langsung berusaha menemukan
Anak
penyelesaian yang dipandang adil bagi
semua pihak (win-win solutions)”. (Bagir Berdasarkan hasil penelitian
Manan, Jakarta : 2008). Polresta Bandar Lampung, menurut NRP
Di Indonesia sendiri dikenal Briptu Haja Paukia pelaksanaan
beberapa istilah untuk penyelesaikan Restorative Justice dalam konteks
persoalan-persoalan komunitas, seperti Ultimum Remedium penyelesaian tindak
Islah, Rekonsiliasi dan Musyarawah. pidana anak adalah dalam upaya
Beberapa pendekatan tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap
dikembangkan menjadi media restorative kepentingan dan hak-hak anak yang
justice. Penerapan restorative justice berhadapan dengan hukum sesuai dengan
menekankan pada kemauan murni dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
pelaku untuk memperbaiki kerugian yang yang menggantikan Undang-Undang
telah ditimbulkannya sebagai bentuk rasa Nomor 3 Tahun 1997 dan Undang-
tanggung jawab. Perbaikan kerugian Undang 23 Tahun 2002. Fungsi sistem
harus proporsional dengan peradilan pidana untuk menanggulangi
memperhatikan hak dan kebutuhan kejahatan sangat diperlukan dalam
korban. Untuk menghasilkan kesepakatan penegakan hukum. Akan tetapi sistem
para pihak tersebut, perlu dilakukan yang ada sekarang belum berfungsi
dialog-dialog informal seperti mediasi secara optimal. Hal itu dikarenakan
dan musyawarah. Keterlibatan anggota banyak hal-hal yang belum sesuai dengan
komunitas yang relevan dan berminat kondisi masyarakat. Kondisi masyarakat
secara aktif sangat penting dalam bagian yang terus berkembang memaksa hukum
ini sebagai upaya penerimaan kembali si untuk terus berkembang pula,
menyesuaikan dengan keinginan

Analisis Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Konteks .......(Bambang Hartono) 88


masyarakat agar tetap dapat menjaga rasa yang di luar ketentuan terhadap anak
keadilan dan kepastian hukum yang yang berhadapan dengan hukum tersebut
selama ini diinginkan. , dapat dikatakan bahwa cara tersebut
Dalam sistem peradilan pidana sebenarnya sudah menghukum anak
anak, komponen-komponen yang dimiliki sebelum adanya vonis hakim.
pun sama dengan sistem peradilan pidana Selanjutnya berdasarkan hasil
biasa. Hanya saja yang membedakan wawancara bersama Supriyanti, selaku
adalah penerapan prinsip-prinsip dalam Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar
sistem peradilan pidananya, yaitu adanya Lampung menyatakan bahwa
pengistimewaan perlakuan atau pelaksanaan Restorative Justice dalam
perbedaan perlakuan terhadap pelakunya. remedium penyelesaian tindak pidana
Pada prinsipnya, perlakuan-perlakuan anak adalah dalam upaya memberikan
khusus yang seharusnya dilakukan oleh perlindungan terhadap kepentingan dan
aparat penegak hukum telah diatur di hak-hak anak yang berhadapan dengan
dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun hukum Saat ini keadilan hukum yang
1997 tentang Pengadilan Anak. Namun terjadi di Indonesia merupakan sebuah
faktanya, masih banyak terjadi keadilan yang retributif yaitu sebuah
pelanggaran-pelanggaran terhadap hak- keadilan yang hanya memfokuskan pada
hak anak yang berhadapan dengan pertahanan hukum dan Negara. Selain itu
hukum oleh aparat penegak hukum. keadilan yang diberikan hanya pemberian
Seperti yang terjadi di Terminal Bandara dan penghukuman kepada pelakunya saja
Cengkareng, dimana petugas yang dan pertanggungjawaban kepada
berwenang dengan arogan menangkap korbannya itu belum ada. Sehubungan
dan menahan anak yang diduga sedang dengan adanya Undang – Undang nomor
berjudi, atau ada kasus di Yogyakarta 13 tahun 2006 tentang Perlindungan
yaitu terjadi kekerasan yang dilakukan Saksi dan Korban menyatakan bahwa
terhadap anak yang sedang menjalani seorang korban mendapat perlindungan
penyidikan dan mereka ditahan bersama melalui sebuah lembaga yang dinamakan
dengan orang dewasa. Padahal dalam hal Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
penyidikan dan penahanan sebisa (LPSK), yang memiliki tugas dan
mungkin tidak bercampur dengan orang wewenang yaitu : untuk memberikan
dewasa agar tidak menimbulkan trauma, perlindungan dan hak – hak lain kepada
merusak moral dan membahayakan saksi dan/ atau korban sebagaimana
mental si anak. Juga dalam kasus Raju diatur di dalam undang – undang itu.
dari Sumatera, hakim yang memeriksa Perlindungan yang diberikan oleh
dalam persidangan memakai toga, Lembaga Saksi dan Korban (LPSK) pada
padahal dalam Undang-Undang tentang korban berupa :
Pengadilan Anak, hakim tidak 1. Penghargaan atas harkat dan martabat
diperbolehkan memakai toga. Hal-hal manusia
seperti inilah yang seharusnya tidak 2. Rasa aman
boleh dilakukan oleh aparat penegak 3. Keadilan
hukum. Dengan melihat penanganan 4. Tidak diskriminatif

89 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 2 Juli 2016


5. Kepastian hukum diperhatikan dan diperjuangkan
Keadaan yang terjadi saat ini, pelaksanaannya.
bahwa walaupun ada sebuah lembaga 1. Sebelum persidangan :
yang menangani mengenai korban, akan 1) Hak diperlakukan sebagai yang
tetapi di dalam fakta yang terjadi seorang belum terbukti bersalah;
korban dari tindak pidana tersebut tidak 2) Hak untuk mendapatkan
mendapatkan perlindungan yang sesuai perlindungan terhadap tindakan-
dengan peraturan perundang – undangan tindakan yang merugikan,
yang telah diatur. menimbulkan penderitaan mental,
Menurut Hj. Ida Ratnawati, selaku fisik, sosial dari siapa saja;
Hakim Pengadilan Negeri Kelas 1A 3) Hak untuk mendapatkan
Tanjung Karang, mengatakan bahwa pendamping, penasihat dalam
Banyak hal yang harus diperhatikan rangka mempersiapkan diri dalam
dalam hal menegakkan hukum dalam persidangan yang akan datang
sistem peradilan pidana anak. Anak yang dengan prodeo;
diduga melakukan tindak pidana harus 4) Hak untuk mendapatkan fasilitas
selalu didampingi oleh pengacara dan ikut serta memperlancar pemeriksaan
psikolog anak, mulai dari proses terhadap dirinya.
penyidikan sampai proses persidangan. 2. Selama persidangan :
Adanya penahanan, harus a) Hak mendapatkan penjelasan
dipertimbangkan sematang-matangnya mengenai tata cara persidangan dan
karena langkah itu adalah upaya terakhir. kasusnya;
Sedangkan proses persidangan harus b) Hak mendapatkan pendamping,
dilakukan secara tertutup kecuali pada penasihat selama persidangan;
saat pembacaan putusan. Sanksi yang c) Hak untuk mendapatkan fasilitas ikut
dijatuhkan terhadap pelaku ini bisa serta memperlancar persidangan
berupa tindakan mengembalikan si anak mengenai dirinya;
kepada orang tua, menyerahkan kepada d) Hak untuk mendapatkan
negara untuk mengikuti pendidikan, perlindungan terhadap tindakan-
pembinaan dan latihan kerja, serta tindakan yang merugikan,
menyerahkan ke Departemen Sosial menimbulkan penderitaan mental,
untuk mengikuti pembinaan. fisik, sosial;
Beberapa hak-hak anak dalam e) Hak untuk menyatakan pendapat;
proses peradilan pidana perlu diberi f) Hak untuk memohon ganti rugi atas
perhatian khusus, demi peningkatan perlakuan yang menimbulkan
pengembangan perlakuan adil dan penderitaan, karena ditangkap,
kesejahteraan yang bersangkutan. Proses ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa
peradilan pidana ini meliputi proses alasan yang berdasarkan undang-
sebelum sidang peradilan, selama sidang undang atau karena kekeliruan
peradilan, dan setelah sidang peradilan. mengenai orangnya atau hukum yang
Sehubungan dengan ini maka ada diterapkan menurut cara yang
beberapa hak-hak anak yang perlu diatur dalam KUHAP Pasal 1 ayat 22;

Analisis Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Konteks .......(Bambang Hartono) 90


g) Hak untuk mendapatkan perlakuan Sistem atau penyelenggaraan
pembinaan atau penghukuman yang hukum di Indonesia dewasa ini dalam
positif, yang masih mengembangkan suasana keambrukan. Hal yang paling
dirinya sebagai manusia yang sering disoroti adalah kinerja pengadilan
seutuhnya; atau sistem peradilan kita yang jauh dari
h) Hak akan persidangan tertutup demi memuaskan. Tetapi sebetulnya, fokus
kepentingannya. keambrukan itu lebih luas daripada hanya
3. Setelah persidangan : di pengadilan. Berdasarkan pengalaman
a. Hak untuk mendapatkan pembinaan di negara lain, fokus perhatian ingin
atau penghukuman yang manusiawi diarahkan pada konsep kita tentang
sesuai dengan Pancasila, UUD keadilan dan apa yang perlu diperbaiki.
Negara Republik Indonesia Tahun Sistem peradilan pidana yang diharapkan
1945 dan ide mengenai dapat berperan dalam penataan keadilan
pemasyarakatan; dan sebagai sarana pengendalian sosial,
b. Hak untuk mendapatkan justru mengakibatkan ketergantungan
perlindungan terhadap tindakan- pada kekuasaan politik dominan dan
tindakan yang merugikan, mengakibatkan kecenderungan
menimbulkan penderitaan mental, mempertahankan tata tertib sosial serta
fisik, sosial dari siapa saja; melegitimasi pola-pola subordinasi
c. Hak untuk tetap dapat berhubungan sosial. Sistem peradilan pidana yang
dengan orang tua dan keluarganya diharapkan dapat mewujudkan keinginan
Hak-hak atas anak yang sedang masyarakat untuk memperoleh keadilan,
berhadapan dengan hukum juga telah justru bergantung terhadap penguasa
diatur dalam Undang-undang tentang sehingga seolah-oleh hukum hanya milik
Pengadilan anak yang berperspektif penguasa, bukan milik masyarakat.
perlindungan terhadap anak itu sendiri. Dari kondisi yang digambarkan di
Para penegak hukum yang telah atas, maka perlu dilakukan reformasi
memperlakukan anak dengan semena- terhadap sistem penegakan hukum
mena seperti yang disebut sebelumnya, dengan melakukan pembaruan dan
tidak mengimplementasikan norma perombakan secara tidak tanggung-
tersebut di dalam proses peradilan. tanggung. Pembaruan yang tidak
Sehingga, anak pun tidak mendapatkan setengah-setengah ini adalah dengan
keadilan yang sepantasnya didapatkan. melakukan konseptualisasi tentang
Dari sekitar 7.000 kasus anak yang keadilan yang pada gilirannya akan
berhadapan dengan hukum setiap menggerakkan seluruh sistem hukum
tahunnya, sekitar 90 persen diproses kita. Semua itu dilakukan dalam
pengadilan dan berakhir dengan vonis kerangka mewujudkan suatu pembaruan
pidana. Hanya 10 persen yang tidak. Ini lebih besar menuju penegakan hukum
menunjukkan betapa mengkhawatirkan atau penyelenggaraan hukum yang
penanganan dan perlindungan terhadap progresif.
anak yang berhadapan dengan hukum Selanjutnya menurut Hj. Ida
atau anak sebagai pelaku tindak pidana. Ratnawati merumuskan konsep keadilan

91 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 2 Juli 2016


progresif dapat dimulai dari mengenali badan pengadilan, ia memiliki kekuasaan
sisi kebalikannya, yaitu keadilan yang untuk mendorong pengadilan dan hakim
tidak progresif. Sebagai akibat dari di negeri ini untuk mewujudkan keadilan
hukum modern yang memberikan yang progresif tersebut.
perhatian besar terhadap aspek prosedur, Sekarang, di tengah-tengah usaha
kita dihadapkan pada pilihan besar antara untuk memulihkan citra hukum di
pengadilan yang menekankan pada Indonesia, terbuka peluang besar
prosedur atau pada substansi. Antara bagi Mahkamah Agung (MA) untuk
keadilan retributif atau keadilan memelopori pengadilan yang berjalan
restoratif. Perdebatan tentang keadilan progresif. Dalam kaitan itu, Mahkamah
dalam pemidanaan yang tepat Agung (MA) perlu mendorong dan
menggambarkan perbedaan antara membersarkan hati para hakim yang
perspektif keadilan retributif dan berani mewujudkan keadilan yang
perspektif keadilan restoratif, baik progresif tersebut.
keadilan prosedural maupun keadilan Pengadilan dan sistem pengadilan
substantif. di Indonesia sebaiknya memanfaatkan
Keadilan restoratif adalah bukan berbagai kelebihannya, karena tidak
keadilan yang menekankan pada prosedur menggunakan adversary system, dimana
(keadilan prosedural), melainkan hakim berperan aktif sehingga dapat
keadilan substantif. Kita menginginkan menghindari berbagai kelemahan hakim
keadilan substantif menjadi dasar dari yang frustasi karena kehilangan kendali
negara hukum kita, karena itu prospek tersebut di atas. Apabila oleh para
yang sangat baik untuk membahagiakan pengkritiknya dikatakan bahwa hukum di
bangsa kita. Negara hukum Indonesia Amerika Serikat mengalami frustasi
hendaknya menjadi negara yang karena kehilangan kendali dalam
membahagiakan rakyatnya dan untuk itu mewujudkan keadilan, di Indonesia
di sini dipilih konsep keadilan yang hakim justru berperan kuat. Maka
restoratif, yang tidak lain adalah keadilan progresivitas pengadilan di negeri ini
substantif tersebut. Keadilan restoratif untuk sebagian, penting ditentukan oleh
merupakan konsep keadilan yang sangat apa yang dilakukan para hakimnya.
berbeda dengan apa yang dikenal dalam Hakim menjadi faktor penting
sistem peradilan pidana di Indonesia saat dalam menentukan, bahwa pengadilan di
ini yang bersifat retributif. Keadilan Indonesia bukanlah suatu permainan
restoratif merupakan sebuah pendekatan untuk mencari menang, melainkan
untuk membuat pemindahan dan mencari kebenaran dan keadilan. Kita
pelembagaan menjadi sesuai dengan akan menjadi semakin jauh dari cita-cita
keadilan. “pengadilan yang cepat, sederhana, dan
Dalam rangka menjadikan keadilan biaya ringan” apabila membiarkan
substantif sebagai inti pengadilan yang pengadilan didominasi oleh “permainan”
dijalankan di Indonesia, Mahkamah prosedur.
Agung (MA) memegang peranan yang Dalam hal proses peradilan pidana
sangat penting. Sebagai puncak dari anak, seringkali anak-anak tidak

Analisis Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Konteks .......(Bambang Hartono) 92


seringkali tidak diperhatikan hak-haknya Keadilan restoratif itu memiliki
sehingga perlu mendapat bantuan dan penerapan yang dilakukan dengan cara
perlindungan dalam pelaksanaan hak dan melakukan musyawarah, pendekatan
kewajibannya. Jadi perlindungan anak kekeluargaan antara pelaku, korban, dan
antara lain meliputi pula perlindungan masyarakat sehingga sedapat mungkin
terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban menghindarkan anak dari lembaga
anak secara seimbang dan manusiawi. peradilan. Serta para penegak hukum
Proses peradilan anak harus pula diamati memiliki peran lain yaitu sebagai
dan dipahami menurut proporsi yang penengah dalam suatu keadilan restoratif
sebenarnya secara dimensional (sesuai tersebut. Korban harus didukung dan
dengan hakikat), oleh karena dapat dilibatkan secara langsung dalam
permasalahan ini adalah suatu hasil proses penentuan kebutuhan dan hasil
interaksi karena adanya interrelasi antara akhir dari kasus tindak pidana yang
fenomena yang ada dan saling dialaminya. Pelaku tindak pidana harus
mempengaruhi. Semua pihak harus direhabilitasi dan direintegrasikan dalam
dilibatkan sesuai dengan kemampuan masyarakat, sehingga terjadi pertukaran
masing-masing, dimana masing-masing informasi dan kesepakatan yang saling
mempunyai hubungan fungsional bahkan menguntungkan di antara kedua pihak
mempunyai tanggung jawab fungsional yang bersangkutan sebagai hasil dari
dalam hal-hal tertentu. penyelesaian tindak pidana yang terjadi.
Kondisi sistem peradilan di Perspektif restoratif memandang
Indonesia saat ini sudah tidak sesuai kejahatan, meskipun kejahatan dilakukan
dengan asal usul tugas dan fungsi dari juga melanggar hukum pidana, aspek
sebuah peradilan itu sendiri. Oleh karena yang lebih penting bukan perbuatan
itu merupakan sebuah lembaga yang pelanggarannya tetapi proses penimbulan
menjadi andalan dari sebuah masyarakat kerugian kepada korban kejahatan,
dan menjadi sebuah tumpuan dan masyarkat dan sebenarnya juga
harapan terakhir bagi mereka yang melanggar kepentingan pelanggar itu
mencari keadilan dan kepastian hukum. sendiri. Bagian-bagian yang penting ini
Menurut Dede Suhendri selaku sebagian besar telah dilupakan oleh
Direktur Eksekutif LADA, mengatakan sistem peradilan pidana menurut
bahwah bahwa keadilan retributif atau perspektif retributif.
keadilan yang terjadi dan diterapkan di Selanjutnya berdasarkan hasil
Negara Indonesia ini kurang tepat. Oleh wawancara dengan Elvi Suryaningsih,
karena itu perlunya penerapan keadilan selaku Ka Subsie BKA pada pembimbing
restoratif agar keadilan dan kepastian kemasyarakatan Kementrian Hukum Dan
hukum yang ada bisa tercipta dan sesuai Ham Wilayah Lampung dalam Proses
dengan keadilan di masyarakat. keadilan restoratif pada dasarnya
Sebuah keadilan restoratif merupakan upaya pengalihan dari proses
seharusnya dapat diterapkan agar lebih peradilan pidana menuju penyelesaian
melindungi korban dengan meminta secara musyawarah, yang pada dasarnya
pertanggungjawaban oleh pelaku. merupakan jiwa dari bangsa Indonesia,

93 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 2 Juli 2016


untuk menyelesaikan permasalahan yang dilakukan anak), penyelesaian
dengan cara kekeluargaan untuk sengketa diselesaikan di komunitas adat
mencapai mufakat. Keadilan restoratif secara internal tanpa melibatkan aparat
merupakan langkah pengembangan negara di dalamnya. Ukuran keadilan
upaya non-penahanan dan langkah bukan berdasarkan keadilan retributif
berbasis masyarakat bagi anak yang berupa balas dendam atau hukuman
berhadapan dengan hukum. Keadilan penjara, namun berdasarkan keinsyafan
restoratif dapat menggali nilai-nilai dan dan pemaafan.
praktek-praktek positif yang ada di Dalam penanganan Anak yang
masyarakat yang sejalan dengan berhadapan dengan Hukum (ABH),
penegakan hak asasi manusia. konsep pendekatan keadilan restoratif
Pendekatan keadilan restoratif menjadi sangat penting karena
dalam penanganan tindak pidana juga menghormati dan tidak melanggar hak
bertujuan untuk menghindarkan anak. Keadilan restoratif setidak-tidaknya
pelakunya dari proses pemidanaan yang bertujuan untuk
terkadang dirasakan belum dapat memperbaiki/memulihkan (to restore)
mencerminkan nilai-nilai keadilan. perbuatan kriminal yang dilakukan anak
Dalam upaya penegakan hukum pidana, dengan tindakan yang bermanfaat bagi
semestinya bukan hanya akibat tindak anak, korban dan lingkungannya. Anak
pidana itu yang menjadi fokus perhatian, yang melakukan tindak pidana
tetapi satu hal penting yang tidak boleh dihindarkan dari proses hukum formal
diabaikan adalah faktor yang karena dianggap belum matang secara
menyebabkan seseorang melakukan fisik dan psikis, serta belum mampu
tindak pidana. mempertanggungjawabkan perbuatannya
Sasaran dari proses peradilan di depan hukum. Keadilan
pidana menurut perspektif keadilan restoratif adalah konsep pemidanaan,
restoratif adalah menuntut tetapi sebagai konsep pemidanaan tidak
pertanggungjawaban pelanggar terhadap hanya terbatas pada ketentuan hukum
perbuatan dan akibat-akibatnya, yakni pidana (formal dan materil). Keadilan
bagaimana merestorasi penderitaan orang restoratifharus juga diamati dari segi
yang terlanggar haknya (korban) seperti kriminologi dan sistem pemasyarakatan.
pada posisi sebelum pelanggaran Pelaksanaan mediasi penal sebagai
dilakukan atau kerugian terjadi, baik instrumen hukum keadilan restoratif
aspek materiil maupun aspek immateriil. adalah diskursus baru dalam sistem
Konsep keadilan restoratif hukum Indonesia yang menawarkan
sebenarnya telah lama dipraktekkan solusi yang komprehensif dan efektif
masyarakat adat Indonesia, seperti di dalam menangani permasalahan ABH,
Papua, Bali, Toraja, Minangkabau dan walaupun mediasi sebenarnya bukanlah
komunitas tradisional lain yang masih metode penyelesaian sengketa yang baru
kuat memegang kebudayaannya. Apabila dalam sistem hukum Indonesia. Hukum
terjadi suatu tindak pidana oleh seseorang acara perdata kita sudah mengenal
(termasuk perbuatan melawan hukum adanya suatu Lembaga Damai untuk

Analisis Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Konteks .......(Bambang Hartono) 94


menyelesaikan sengketa perdata lebih bagi pelaku tindak pidana serta
dari seratus tahun lalu. Sifat dasar dari korbannya sendiri. Mekanisme tata acara
mediasi juga sama dengan mekanisme dan peradilan pidana yang berfokus pada
musyawarah. Karena itu penggunaan pemidanaan diubah menjadi proses
mediasi penal diharapkan bisa diterima dialog dan mediasi untuk menciptakan
kalangan professional hukum dan kesepakatan atas penyelesaian perkara
masyarakat umum dengan baik dan pidana yang lebih adil dan seimbang bagi
berjalan secara efektif. pihak korban dan pelaku. faktor
Dengan pendekatan keadilan penghambat pelaksanaan Restorative
restoratif, banyak pihak yang akan Justice terhadap tindak pidana yang
memperoleh manfaatnya, adapun manfaat dilakukan anak yaitu:
langsung yang dapat diperoleh pelaku 1. Kekhawatiran atau ketakutan penyidik
tindak pidana adalah terkait dengan akan dipersalahkan oleh pimpinan atau
pemenuhan dan perlindungan atas hak- atasan penyidik dan dipermasalahkan
haknya dan mendidiknya untuk menjadi pada pengawasan danpemeriksaan
orang yang bertanggungjawab atas oleh institusi pengawas dan pemeriksa
kerusakan yang telah dibuat-nya. internal Polri yang menggunakan
Selanjutnya terhadap korban, dapat parameter formal prosedural.
memperoleh ganti kerugian untuk 2. Tidak adanya payung hukum yang
memperbaiki semua kerusakan atau mengatur dan menjadi landasan
kerugian yang dideritanya akibat legitimasi dalam mengambil
perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. keputusan pada prose penyidikan
Manfaat yang lebih besar lagi adalah bagi apakah berdasarkan konsep keadilan
masyarakat sendiri, karena masyarakat restoratif atau konsep/pendekatan lain
akan lebih terlindungi dari kemungkinan yang bersesuaian dengan aliran
terjadinya tindak pidana aksi kerusuhan Sociological Jurisprudence.
pada masa akan datang atau paling tidak 3. Selain tidak adanya payung hukum
intensitas terjadinya tindak pidana dapat diatas, kendala dalam
berkurang. mengimplementasikan konsep
keadilan restoratif atau
Faktor Penghambat Pelaksanaan konsep/pendekatan lain yang
Restorative Justice Terhadap Tindak berkesesuaian dengan aliran
Pidana Yang Di Lakukan Oleh Anak Sociological Jurisprudence adalah
Berdasarkan hasil penelitian tidak adanya prosedur atau mekanisme
Polresta Bandar Lampung, menurut NRP yang formal-prosedural untuk
Britu Haja Paukia faktor penghambat mengimplementasikannya.
pelaksanaan Restorative Justice terhadap Selanjutnya berdasarkan hasil
tindak pidana yang dilakukan oleh anak wawancara bersama Supriyanti, selaku
adalah Konsep pendekatan Restorative jaksa pada kejaksaan Negeri Bandar
Justice merupakan suatu pendekatan Lampung menyatakan bahwa faktor yang
yang lebih menitik-beratkan pada kondisi menjadi penghambat penerapan
terciptanya keadilan dan keseimbangan Restorative Justice terhadap tindak

95 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 2 Juli 2016


pidana anak seperti diketahui doktrin oleh pimpinan atau atasan penyidik dan
masyarakat yang menganggap setiap dipermasalahkan pada pengawasan
anak yang melakukan pelanggaran danpemeriksaan oleh institusi pengawas
hukum harus dipenjara. Kedua, kultur dan pemeriksa internal POLRI yang
aparat penegak hukum yang lebih sering menggunakan parameter formal
memilih jalan pemidanaan daripada prosedural. Kemudia belum adanya
alternatif hukuman seperti keadilan payung hukum yang mengatur dan
Restorative maupun Diversi. Ketiga, ada menjadi landasan legitimasi dalam
undang-undang yang semestinya mengambil keputusan pada prose
melindungi anak tetapi malah penyidikan apakah berdasarkan konsep
mengkriminalisasi anak, yaitu Undang- keadilan restoratif atau
Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang konsep/pendekatan lain yang
Pengadilan Anak. Maka jangan heran bersesuaiandengan aliran Sociological
kalau setiap harinya jumlah anak yang Jurisprudence.
dikriminalisasi oleh undang-undang Selanjutnya berdasarkan hasil
Pengadilan Anak bukan semakin wawancara dengan Elvi Suryaningsih,
berkurang tetapi malah semakin selaku Ka Subsie BKA pada pembimbing
bertambah banyak, sehingga kapasitas kemasyarakatan Berdasarkan uraian
penjara akan mengalami over capacity diatas dapat di simpilkan bahwa faktor
bagi penghuninya. penghambat dalam pelaksanaan
Menurut Hj. Ida Ratnawati, selaku Restorative Jusice terhadap tindak pidana
Hakim Pengadilan Negeri Kelas 1A anak belum adanya payung hukum yang
Tanjung Karang, mengatakan bahwa mengatur dan menjadi landasan
faktor penghambat dari pelaksanaan legitimasi dalam mengambil keputusan
Restorative Justice terhadap tindak pada prose penyidikan apakah
pidana yang dilakukan anak belum berdasarkan konsep keadilan restoratif
adanya payung hukum yang mengatur atau konsep/pendekatan lain yang
dan menjadi landasan legitimasi dalam bersesuaiandengan aliran Sociological
mengambil keputusan pada prose Jurisprudence, Selain tidak adanya
penyidikan apakah berdasarkan konsep payung hukum diatas, kendala dalam
Keadilan Restoratif atau mengimplementasikan konsep Keadilan
konsep/pendekatan lain yang bersesuaian Restoratif atau konsep/pendekatan lain
dengan aliran Sociological Jurisprudence yang berkesesuaian dengan aliran
sehingga dalam proses Restorative Sociological Jurisprudence adalah tidak
Justice belum bisa dilaksanakan adanya prosedur atau mekanisme yang
sepenuhnya dikarnakan belum ada nya formal-prosedural untuk mengimplemen-
payung hukum. tasikannya.
Menurut Dede Suhendri selaku
Direktur Eksekutif LaDa, mengatakan
bahwah faktor penghambat dari aparat
penegak hukum bahwa kekhawatiran atau
ketakutan penyidik akan dipersalahkan

Analisis Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Konteks .......(Bambang Hartono) 96


III. PENUTUP ketentuan hukum pidana (formal dan
materil).
Berdasarkan hasil penelitian dan
2. Faktor penghambat dalam
pembahasan yang dilakukan penulis,
pelaksanaan Restorative Jusice
maka dapat di ambil kesimpulan sebagai
terhadap tindak pidana anak belum
berikut :
adanya payung hukum yang mengatur
1. Pelaksanaan Restorative Justice
dan menjadi landasan legitimasi
Dalam Konteks Ultimum Remedium
dalam mengambil keputusan pada
Sebagai Penyelesaian Terhadap
prose penyidikan apakah berdasarkan
Tindak Pidana Anak yaitu dalam
konsep keadilan restoratif atau
upaya memberikan perlindungan
konsep/pendekatan lain yang
terhadap kepentingan dan hak-hak
bersesuaiandengan aliran
anak yang berhadapan dengan hukum
Sociological Jurisprudence, Selain
keadilan restoratif seharusnya dapat
tidak adanya payung hukum diatas,
diterapkan agar lebih melindungi
kendala dalam mengimplementasikan
korban dengan meminta
konsep keadilan restoratif atau
pertanggungjawaban oleh pelaku.
konsep/pendekatan lain yang
Keadilan Restoratif memiliki
berkesesuaian dengan aliran
penerapan yang dilakukan dengan
Sociological Jurisprudence adalah
cara melakukan musyawarah,
tidak adanya prosedur atau
pendekatan kekeluargaan antara
mekanisme yang formal prosedural
pelaku, korban, dan masyarakat
untuk mengimplementasikannya.
sehingga sedapat mungkin
menghindarkan anak dari lembaga DAFTAR PUSTAKA
peradilan. Serta para penegak hukum A.BUKU
memiliki peran lain yaitu sebagai Bagir Manan, Retorative Justice (Suatu
penengah dalam suatu Keadilan Perkenalan),dalam Refleksi
Restoratif tersebut. Korban harus Dinamika Hukum Rangkaian
didukung dan dapat dilibatkan secara Pemikiran dalam dekade
langsung dalam proses penentuan Terakhir, Perum Percetakan
kebutuhan dan hasil akhir dari kasus Negara RI, Jakarta ,2008
tindak pidana yang dialaminya. Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-
Pelaku tindak pidana harus Pokok Filsafat Hukum: Apa dan
direhabilitasi dan direintegrasikan Bagaimana Filsafat Hukum
dalam masyarakat, sehingga terjadi Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
pertukaran informasi dan kesepakatan Utama, Jakarta 2008.
yang saling menguntungkan di antara Dian Sasmita, artikel, Anak-anak Dibalik
kedua pihak yang bersangkutan Terali Besi, Jakarta, 2009.
sebagai hasil dari penyelesaian tindak Rudi Rizky (ed), refleksi Dinamika
pidana yang terjadi. Hukum Rangkaian Pemikiran
Keadilan restoratif adalah konsep dalam Dekade Terakhir, Perum
pemidanaan, tetapi sebagai konsep Percetakan Negara Indonesia,
pemidanaan tidak hanya terbatas pada Jakarta ,2008.

97 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 2 Juli 2016


B. PERATURAN PERUNDANG- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
UNDANGAN jo. Undang-Undang Nomor 48
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Kehakiman Republik Indonesia.
tentang Kitab Undang-Undang Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
Hukum Pidana (KUHP). tentang Kejaksaan Republik
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Indonesia..
tentang Hukum Acara Pidana Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
(KUHAP). 1983 tentang Pedoman
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pelaksanaan Kitab Undang-
tentang Permasyarakatan. Undang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 (KUHAP).
tentang Pengadilan Anak Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 1988 tentang Kesejahteraan
tentang Kepolisian RI. Sosial Bagi Anak Yang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Mempunyai Masalah.
tentang Perlindungan Anak. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tahun 1987 tentang Tata Tertib
tentang Sistem Peradilan Pidana Sidang Anak.
Anak.

Pembubaran Partai Politik Terhadap Sistem Demokrasi Di Indonesia .......(Rifandy Ritonga) 98


Jurnal PRANATA HUHUM dimaksudkan sebagai
media komunikasi, edukasi dan informasi ilmiah bidang ilmu
hukum. Sajian dan kemasan diupayakan komunikatif melalui
bahasa ilmiah.

Redaksi mengundang semua elemen masyarakat, baik


civitas akademika, praktis lembaga masyarakat,
maupun perorangan yang berminat terhadap bidang
hukum untuk berpartisipasi mengembangkan gagasan,
wawasan dan pengetahuan melalui tulisan untuk dimuat
dalam jurnal ini.

Melalui PRANATA HUKUM diharapkan tejadi proses


pembangunan dan pengembangan bidang hukum
sebagai bagian penting dari rangkaian panjang
proses memajukan masyarakat bangsa.

Alamat Redaksi
PRANATA HUKUM
Kampus B Universitas Bandar Lampung
Jl.zainal Abidin Pagar Alam No.86 Gedongmeneng
Bandar Lampung
Telp: 0721-789825 Fax : 0721-770261
Email: pranatahukum@yahoo.com dan
tami_rusli@yahoo.co.id

ISSN 1907-560X

Anda mungkin juga menyukai