Anda di halaman 1dari 10

JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666

Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720

PERAN UNIT PPA DALAM MENERAPKAN TEORI RESTORATIVE


JUSTICE PADA TINDAK PIDANA PENCURIAN TERHADAP
PELAKU ANAK DI KOTA GORONTALO
Nopiana Mozin*1, dan Yasmirah Mandasari Saragih2
1
Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia
2
Fakultas Sosial Sains Program Studi Ilmu Hukum Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB)
Medan, Indonesia

Kata Kunci Abstrak


Kata kunci: Peran Unit Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah peran unit
PPA, Restorative Justice, pelayanan perempuan dan anak dalam penerapan prinsip restorative justice pada tindak
Tindak Pidana, Dan pidana anak sebagai pelaku serta factor factor apa yang menjadi kendala bagi unit
Pelayanan perempuan dan anak dalam penerapan prinsip restorative justice pada tindak
Pelaku Anak
pidana sebagi pelaku. Penelitian ini bersifat empiris untuk mencapai tujuan tersebut
penulis menggunakkan teknik pengumpulan data berupa wawancara serta meminta data-
data kepada pihak Unit Pelayanan dan perempuan dan anak di polres kota gorontalo. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa peran unit PPA adalah melakukan proses mediasi korban
dengan pelaku/pelanggar, dan factor yang menjadi kendala bagi Unit pelayanan
perempusan dan anak dalam penerapan restorative justice pada tindak pidana anak
sebagai pelaku yaitu Pertama, Substansi hukum yang belum mengkoordinir pelaksanaan
keadailan restorative secara lengkap. Kedua, Penegak hukum yang belum melaksanakan
secara optimal peraturan yang sudah ada dan masih bersikap kaku dan kurtul
hukum/parsitifasi masyarakat yang belum maksima. Ketiga, belum adanya pembuatan
regulasi yang mengkoordinir semua ketentuan anak melalui pendekatan keadilan
restorative, sosialisasi ke semua aparat, penegak hukum, dan masyarakat.

Keywords Abstract
Keywords: Role of This study aims to find out and analyze how the role of the women’s and children’s
UPPA, Implementation of service units in the application of the principle of restorative justice in criminal acts of
Restorative Justice, children as perpetrators and what factors are obstacles to women’s and children’s service
units in the application of the principle of restorative justice in criminal acts of children
CAhildren
as this research is empirical to achieve this goal the authors use data collection techniques
in the form of unterviews and ask for data from the women’s and children’s services Unit
in Gorontalo City Police The Results of the study show that the role of the PPA unit is to
carry out a mediation process in accordance with the custom of deliberation.
In applaying the principle of Restorative Justice in Gorontalo City carried out by the
police that is done through activities such as mediation of victims with
perpetratos/violators,and family group deliberations, which are of a recovery nature for
both victims and perpetrators. Factors which become obstacles for the Womens and
Children’s Services Unit in applying the principle of restorative justice in child crime as
a perpetrator,namely when inviting the victimand his family which at that time were still
not received with the existence of a criminal offense committed by the pretrator as well
as finding the address of the victim and suspects where if providing incomplete address,
making it difficult for the police in solving problems that occur between victims and
perpetrators.
* Nopiana Mozin, 1Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia
Email: nopianamozin@ung.ac.id

132
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720

PENDAHULUAN pada keadaan semula, dan bukan pembalasan dalam


Latar Belakang hukum pidana disebut dengan restorative justice.
Anak merupakan bagian yang tak terpisahkan Sedangkan diversi juga merupakan upaya untuk
dari keberlangsungan hidup sebuh Bangsa dan mewujudkan keadilan restorative.
Negara. Dengan peran anak yang penting ini, hak Restorative justice pada prinsipnya
anak telah secara tegas dinyatakan dalam konstitusi, merupakan suatu falsafah (pedoman dasar) dalam
bahwa negara menjamin setiap anak berhak atas proses perdamaian di luar peradilan dengan
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta menggunakkan cara mediasi atau musyawarah dalam
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan mencapai suatu keadilan yang diharapkan oleh para
diskriminasi. Kepentingan terbaik bagi pihak yang terlibat dalam hukum pidana tersebut
kelangsungan hidup manusia. yaitu pelaku tindak pidana (keluarganya) dan korban
Anak berdasarkan definisi dalam pasal 1 tindak pidana (keluarganya) untuk mencari solusi
angka 1 undang-undang No.35 Tahun 2014 tentang terbaik yang disetujui dan disepakati para pihak.
perlindungan anak, adalah seorang yang berusia 18 Restorative justice dikatakan sebagai falsafah
tahun dan bahkan masih dalam kandungan. Dalam (pedoman dasar) dalam mencapai keadilan yang
undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang sistem dilakukan oleh para pihak di luar peradilan karena
peradilan pidana anak, anak adalah yang telah merupakan dasar proses perdamaian dari pelaku
berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun tindak pidana (keluarganya) dan korban
yang diduga melakukan tindak pidana. (keluarganya) akibat timbulnyakorban/kerugian dari
Pembicaraan tentang anak dan perbuatan pidana tersebut. Dengan demikian dapat
perlindungannya tidak akan pernah berhenti dikatakan bahwa restorative justice mengandung
sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah prinsip-prinsip dasar meliputi :
generasi penerus bangsa dan penerus 1. Mengupayakan perdamaian diluar pengadilan
pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan oleh pelaku tindak pidana (keluarganya)
sebagai subyek pelaksana pembangunan yang terhadap korban tindak pidana (keluargannya)
berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan 2. Memberikan kesempatan kepada pelaku tindak
suatu negara, tidak terkecuali indonesia seutuhnya, pidana (keluargannya) untuk bertanggung jawab
menuju masyarakat yang adil dan makmur, materil menebus kesalahannya dengan cara mengganti
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. kerugian akibat tindak pidana yang
Upaya-upaya perlindungan anak harus telah dilakukannya
dimulai sendiri mungkin, agar kelak dapat 3. Menyelesaikkan permasalahan hukum pidana
berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan yang terjadi diantara pelaku tindak pidana dan
bangsa dan bernegara. Dalam pasal 2 ayat (3) dan korban tindak pidana tersebut apabila tercapai
(4) undang-undang Republik indonesia Nomor 4 persetujuan dan kesepakatan diantara para
tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, ditentukan pihak.
bahwa: Anak berhak atas pemeliharaan dan Penyelidikkan dalam perkara anak nakal
perlindungan anak baik semasa kandungan maupun menurut ketentuan undang-undang yang berlaku.
sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan Dalam KUHP dikenal ada dua macam penyidik,yaitu
lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau pejabat polisi Negara Republik Indonesia (penyidik
menghambat pertumbuhan dan perkembangan polri) dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
dengan wajar. Kedua ayat tersebut memberikan diberi wewenang khusus oleh undang-undang
dasar pemikiran bahwa perlindungan anak (penyidik PNS). Perkara pidana yang dilakukan oleh
bermaksud untuk mengupayakan perlakuan yang anak-anak pada umumnya ketentuan yang dilanggar
benar dan adil,untuk mencapai kesejahteraan anak. adalah peraturan pidana di KUHP, maka
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 penyidikannya dilakukan oleh penyidik umum dalam
tentang sistem peradilan pidana anak, wajib hal ini polri.Sejalan dengan hal tersebut dengan
mengutamakan pendekatan keadilan restoratif atau diberlakunnya undang-undang pengadilan anak telah
diversi. Keadilan restoratif adalah penyelesaian dipertegas, bahwa penyelidikan terhadap perkara
perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku anak nakal dilakukan oleh penyidik polri. Dasar
korban,keluarga pelaku/korban dan pihak lain yang hukumnya adalah pasal 41 ayat (1) undang-undang
terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian bersangkutan yang menyebutkan: penyidik terhadap
yang adil dengan menekankan pemulihan kembali anak nakal, dilakukan oleh penyidik yang ditetapkan
133
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720
berdasarkan surat keputusan kepala kepolisian b. Manfaat praktis
repoblik indonesia atau pejabat lainnya yang Penelitian ini dapat mengembangakan kempuan
ditunjuk oleh kepala kepolisian repoblik indonesia. penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh serta
Meskipun penyidiknya polri.Akan tetapi tidak dapat menjadi masukan bagi aparat penegak hukum,
semua penyidik polri dapat melakukan penyidikan khususnya dalam hal ini penyidik anak yaitu unit
terhadap perkara anak nakal.Dalam undang-undang PPA (pelayanan perempuan dan anak) di kota
gorontalo dalam rangka peran polisi dalam
pengadilan anak dikenal adanya penyidik anak.
penerapan prinsip restorative justice supaya sesuai
Salah satu perlindungan khusus terhadap anak dengan UU No 11 Tahun 2012 tentang sistim
sebagai pelaku tindak pidana yaitu dengan peradilan anak dan peraturan lain.
membentuk unit pelayanan perempuan dan anak
(PPA), yang dibentuk berdasarkan peraturan TINJAUAN PUSTAKA
kapolri Nomor 10 Tahun 2007 tentang organisasi
Pengertian Peran
dan struktur. Menurut Soekanto, Soerjono (2012).
Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: Rajawali
Rumusan Masalah Pers.hlm.212-216. Peranan merupakaan aspek dinamis
Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan kedudukan (status) ketika seseorang melaksanakan
dalam penelitian ini adalah : hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
1. Bagaimana peran unit PPA (pelayanan maka orang btersebut telah menjalankan suatu
perempuan dan anak) dalam penerapan prinsip peranan. Peranan dan kedudukan saling tergantung
restorative justice pada tindak pidana dengan satu sama lain. Tidak ada peranan tampa kedudukan,
pelaku anak di Kota Gorontalo? demikian pula tidak ada kedudukan tanpa peranan.
2. Bagaimana hambatan Unit PPA (Pelayanan Setiap orang mempunyai macam-macam peranan
sesuai dengan pola pergaulan hidupnya. Hal ini bahwa
perempuan dan anak) dalam penerapan prinsip
peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi
restorative justice di Kota Gorontalo? masyarakat dan serta kesempatan apa yang diberikan
oleh masyarkat. Peranan menjadi sangat penting
Tujuan Penelitian karena megatur perilaku seseorang.Peranan dapat
Berdasarkan tujuan masalah di atas maka membuat seseorang menyesuaikan perilaku sendiri
tujuan yang hendak dicapai dalam peneltian ini dengan perilaku orang-orang dikelempoknya.
adalah : Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam
1. Untuk mengetahui bagaimana peran unit PPA amsyarakat. Peranan dapat mencakup tiga hal yaitu:
(Pelayanan perempuan dan anak) dalam Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
penerapan prinsip restorative justice pada dengan posisi atau tempat seseorang dalam
tindak pidana dengan pelaku anak di kota masyarakat.
gorontalo. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa
yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
2. Untuk mengetahiu apa saja hambatan dan
sebagi organisasi.
kendala yang di alami oleh pihak penyidik
Peranan juga dapat dikatakan sebagai pelaku individu
kepolisian yaitu unti PPA (Pelayanan yang penting bagi struktur social masyarakat.
perempuan dan anak) dalam penerapan prinsip Didalam peranan biasanya terdapat pasilitas untuk
restorative justice pada tindak pidana yang di individu menjalani perannya.Dan pasilitas tersebut
lakuakan oleh anak. biasnya disediakan oleh masyarakat.Lembaga-
lembaga kemasyarakatan merupakan bagian
Manfaat Penelitian masyarakat yang paling banyak menyediakan peluang
Berdasarakan permasalah yang di atas, maka dalam melaksanakan peranan.Perubahan struktur suatu
manfaat yang di capai dalam penelitian ini adalah golongan kemasyarakatan meyebabkan pasilitas-
sebagain berikut: pasilitas peranan bertambah.Biasanya dalam suatu
a. Manfaat teoritis Negara terdapat kecenderugan untuk lebih
mementingkan kedudukan dari pada peranan.Hal ini
1. Memberikan sumbanagan pemikiran
disebabkan adanya kecenderungan untuk lebih
bagaimana peran polisi dalam penerapan
memntingkan materialism dari pada
prinsip restorative justice pada tindak pidana spiritulaisme.Nilai materialism kebanyakan diukur
dengan pelaku anak di kota gorontalo. dengan atribut-atribut atau cirri-ciri tertentu yang
2. Dapat menambah pengetahuan, pemahaman bersifat lahiria dan cenderung konsuntif tinggi
tentang apa yang diteliti penulis. rendahnya prestiseseseorang dinilai dari atribut lahiria
134
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720
sepertin kenderaan, rumah mewah, gelar, pakaian, manusia menjabarkan pengertian tentang anak ialah
dan lain sebaginya. setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun dan
Didalam interaksi social terkadang kurang menyadari belum menikah termaksud anak yang masih dalam
bahwa yang paling penting adalah melaksanakan kandungan apabila hal tersebut demi kepentinggannya.
peranan. Namum tidak jarang didalam proses Sedangakan dalam undang-undang No 11 tahun 2012
interaksi tersebut, kedudukan lebih dipentingkan tentang sistim peradilan pidana anak, pengertian anak
sehingga terjadi hubungan yang timpang dan yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya yang
seharusnya tidak terjadi. Hubungan yang timpang disebut anak adalah anak yang telah berusia 12 tahun
tersebut lebih cenderung mementingkan bahwa suatu tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan
pihak hanya mempunyai hak, sedangkan pihak lain tindak pidana.
hanya mempunyai kewajiban semata.
Unit PPA (pelayanan perempuan dan anak) Restorative justice
Secara umum dikatakan anak adalah \ Restorative justice adalah bentuk yang paling
seoarang yang dilahirkan dari perkawinan anatar disarankan dalam melakukan dipersi terhadap anak
seoarang perempuan dengan seorang laki-laki dengan yang berhadapan dengan hukum hal ini dikarenakan
tidak menyangkut bahwa seorang yang dilahirkan konsep restorative justice melibatkan berbagai pihak
oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang terkait
penikahan tetap dikatakan anak. Anak adlah seorang dengan tindak pidana yang dilakukan oleh anak.
lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum Seorang ahli kriminologi berkebangsaan
mengalami masa pubertasi. inggris Tony F. Marshall dalam tulisannya “restorative
Dalam hukum positif indonesia anak justice on overview” mengatakan: “restotarive justice
diartikan sebagai orrang yang belum dewasa is a proces wherby all the parties with a stake in a
(minderjarig/person munder age) atau disebut juga particular offence come togther to resolve colecctively
orang yang dalam pengawasan wali. Pengertian itu how to deal with the of the offence an its implication
sendiri jika kita tinjau lebih lanjut dari segi usia, for the future” (restorative justice adalah sebuah proses
kronologis menurut hukum dapat berbeda-beda dimana pihak yang berkepentingan dalam pelanggaran
tergantung tempat, waktu dan untuk keperluan apa. tertentu bertemu bersama untuk menyelesaikan
Hal ini juga akan mempengaruhi batasan yang persoalan secara bersama-sama bagaimana
digunakan untuk menentukan umur anak meneyelesaikan akibat pelanggaran demi kepentingan
perberbedaan pengertian anak disebut dapat kita masa depan)
liahat dalam tiap aturan perundang-undanagan. Yang Prinsip restorative tersebut menurut penulis
ada saat ini. Misalnya pengertian anak menurut sangat baik digunakan untuk perkara anak,
undang-undang No 4 Tahun 1979 tenteng dikarenakan itu sanagat melindungu anak dari jeretan
kesejahteraan anak adalah seseorang yang belum hukum. Karena sikap anak cenderung miru pelaku
manjapai umur 21 tahun dan belum pernah akwin. seseorang yang berada disekitar lingkungan mereka,
Yang dimaksud dengan anak mereka yang belum sehingga mereka perlu dilindungi dan diarahkan
dewasa dan yang menjadi dewasa karena peraturan kejalan yang lebih baik. Kemudian jika seorang anak
tertentu mental, fisik masi belum dewasa. dijerat hukum dan dimasukan penjara maka secara
Unit PPA menurut peraturan kepala tidak langsung psikis mereka akan terganggu dan jika
kepolisian Negara Republik Indonesia No 10 Tahun seoarang anak diluar dari penjara maka ia akan
2007 tentang organisasi dan tata kerja unit pelayanan melakukan perbuatan yang lebih jahat itulah mengapa
perempuan dan anak (Unit PPA) “Pasal 1 unit PPA perlu dilakukan prinsip restotative justice.
adalah unit yang bertugas memberikan pelayanan,
dalam bentuk perlindungan terhadap perlindungan Pengertian Tindak Pidana
dan anak yang menjadi korban kejahatan penegak Menurut Prof. Moeljatno S.H. tindak pidana (strafbar
hukum terhadap pelakunnya” “Pasal 3 unit PPA feit).Adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
bertugas memeberikan pelayan, dalam bentuk hukum, larangan mana disertai ancaman (sangsi) yang
perlindungan terhadap perlindungan dan anak yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum melangar aturan tersebut. Terdapat tiga hal yang perlu
terhadap pelakunya” “Pasal 4 dalam melaksanakan diperhatikan:
tugas sebagaiman dimaksud dalam pasal 2 unit PPA Perbutan pidana adalah perbutan oleh suatau
meyelenggrakan fungsi: a) peyelenggaraan pelayanan aturan hukum dilarang dan diancam pidana
dan perlindungan hukum, b) peyelidikan dan Larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu
penyidikan tindak pidana, c) meyelenggarakaan kerja keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan
sama koordinasi dengan instansi terkait”. orang), sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada
Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang hak asasi orang yang menimbulkan kejadian itu.
135
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720
Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan akan membentuk kehendaknya mengambil sesuatu itu
yang erat, oleh karena antara kejadian dan orang yang sedang diketahuinya bahwa yang akan diambil itu
menimbulkan kejadian itu ada hubungan erat pula. tiada nilai ekonomisnya. Status barang itu “sebagian
Kejadian tidak dapat dilarang jika yang menimbulkan atau seluruhnya menjadi milik orang lain” Barang
bukan orang, dan orang tidak dapat diancam pidana yang dicuri itu sebagian atau seluruhnya harus milik
jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya. orang lain misalnya dua orang memiliki barang
Selanjutnya Moeljatno membedakan dengan tegas bersama sebuah sepeda itu, dengan maksud untuk
dapat dipidananya perbuatan (diestrafbaarheit fan hed dimiliki sendiri. Walaupun sebagian barang itu
feit) dan dapat dipidananya orang (strafbaarheid fan miliknya sendiri, namun ia dapat dituntut juga dengan
den person).Sejalan dengan itu memisahkan pasal ini. Tujuan perbuatan itu dengan maksud
pengertian perbutan pidana (criminal act) dan memiliki barang itu dengan melawan hukum
pertanggungjawaban pidana (criminal (melawan hukum). Maksudnya ialah melakukan
responsibilliti).Pandangan ini di sebut padangan perbuatan apa saja terhadap barang itu seperti halnya
dualistis yang sering dihadapkan dengan pandangan pemilik, apakah itu akan dijual, dirubah bentuknya,
monistis yang tidak membedakan keduanya. diberikan sebagai hadiah kepada orang lain, semata-
Pengertian Pencurian mata bergantung kepada kemauannya.
Dalam hukum criminal, pencurian adalah
pengambilan property milik orang lain secara tidak Pencurian dengan pemberatan
sah tampa seizing pemilik. Kata ini juga digunakan Dinamakan juga pencurian dikualifikasikan
sebagai sebutan informal untuk sejumlah kejahatan dengan ancaman hukuman yang lebih berat jika
terhadap proferti orang lain, seperti perampokan dibandingkan dengan pencurian biasa sesuai dengan
rumah, pengelapan, lerseni, penjarahan, perampokan, pasal 363 KUHP maka bunyinya sebagai berikut:
pencurian toko, penipuan dan kadang pertukaran “dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
criminal. Dalam Yurisdiksi tertentu, pencurian tujuh tahun”
diangap sama dengan larseni; sementara yang lain Pencurian ternak
meyebutkan pencurian telah megantikan larseni. Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan,
Seseorang yang mengunakan atau berkarir dalam banjir, gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung
pencurian disebut pencuri, dan tindakannya disebut berapi, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan
mencuri. Pencurian ini terbagi menjadi dua bagian kereta api, hura-hura, pemberontakan atau bahaya
yaitu: perang.
Pencurian biasa (pasal 362 KUHP) Pencurian pada malam hari dalam sebuah
Pencurian biasa ini terdapat didalam undang-undang rumah atau di pekarangan tertutup yang ada rumahnya
pidana yang dirumuskan dalam pasal 362 KUHP dilakukan oleh orang yang adalah disitu setahunya atau
yang berbunyi: “barang siapa yang mengambil tiada kemauannya yang berhak.
barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih
orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu bersama-sama.
dengan melawan hukum, di pidana karena mencuri Pencurian yang dilakukan untuk dapat masuk
dengan pidana selama-lamannya lima tahun atau di tempat kejahatan atau untuk dapat mengambil
dengan denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu barang yang akan dicuri itu dengan jalan membongkar,
rupiah.” memecah, memanjat, atau memakian anak kunci palsu,
Dari pengertian pasal 362 KUHP, maka unsur perintah palsu atau pakaian-pakaian palsu.
pencurian:
Tindakan yang dilakukan adalah ”mengambil” Pengertian Anak
“R Soesilo (1988:249) mengartikan sebagai berikut: Anak adalah seorang lelaki atau perempuan
mengambil untuk dikuasainya maksudnnya untuk yang belum dewasa atau belum mengalami masa
penelitian mengambil barang itu dan dalam arti pubertas. Anak juga merupakan keturunan
sempit terbatas pada pergerakan tangan dan jari- kedua,dimana kata anak merujuk pada lawan dari
jarinnya, memegang barangnnya dan orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
mengalihkannya ke lain tempat, maka orang itu Menurut pisikologi anak adalah periode
belum dapat dikatakan mencuri akan tetapi ia baru perkembangan yang merentang dari masa bayi sengga
mencoba mencuri”. usia 5 atau 6 tahun, periode ini biasa disebut dengan
Sesuatu yang diambil adalah “barang” periode prasekolah, kemudian berkembang setara
Barang pada detik ini pada dasarnya setiap benda dengan tahun-tahun sekolah dasar.
bergerak yang mempunyai nilai ekonomis. Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam
Pengertian ini adalah wajar, karena jika tidak ada nilai UU Nomor 3 tahun 1997 tercantun dalam pasal 1 ayat
ekonomisnya sukar diterima akal bahwa seseorang (2) yang berbunyi: “Anak adalah orang dalam perkara
136
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720
anak nakal yang telahn mencapai umur 8 tahun tetapi Teknik Pengumpulan Data
belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah Adapun jenis dan sumber data dalam
menikah penelitian ini adalah, sebagai berikut :
Walaupun begitu istilah ini juga sering sering
Sumber Penelitian lapangan (field Reseach), yaitu
merujuk pada perkembangan mental seseorang,
walaupun usianya secara biologis dan kronologi dengan cara mengadakan observasi, wawancara secara
seseorang sudah termaksud dewasa namun apabila langsung serta mengumpulkan data dari pihak yang
perkembangan mentalnya ataukah urutan umurnya dianggap dapat memberikan keterangan yang
maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan diperlukan sehubungan dengan penelitian ini.
istilah “anak. Sumber penelitian penelitian kepustakaan (library
Research), sumber data yang diperoleh dari hasil
METODE PENELITIAN penelahaan beberapa literature dan sumber bacaan
Jenis Penelitian
lainnya yang dapat mendukung penulisan laporan ini.
Tipe penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian digunakkan dalam
Analisis Data
penelitian ini adalah penelitian empiris, yaitu dengan
Data yang yang diperoleh baik data primer dan
menggunakan aturan perundang-undangan serta
data sekunder akan diolah dan di analisis berdasarkan
penerapannya pada peristiwa hukum yang berkaitan
rumusan masalah yang telah diterapkan sehingga
langsung dengan objek penelitian.
diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas.
Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah
Lokasi Penelitian
analisis data yang berupaya memberikan gambaran
Lokasi penelitian ini dilakukan di Polres kota
secara jelas dan konkrit terhadap objek yang dibahas
Gorontalo
secara kualitatif dan selanjutnya data tersebut disajikan
secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikkan dan
Jenis Dan Sumber Data
menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang
Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini
erat kaitannya dengan penelitian ini.
adalah, sebagai berikut:
a. Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilapangan dengan cara mengadakan wawancara
dan pengumpulan data dari pihak Polres Kota Peran unit PPA (pelayanan perempuan dan
anak) dalam penerapan prinsiprestorative
Gorontalo
justice pada tindak pidana dengan pelaku anak
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
di Kota Gorontalo.
beberapa literature, dokumen resmi,peraturan
Berdasarkan data kasus tahun 2014 bahan
perundang-undangan, dan sumber-sumber penyelesaian kasus secara restorative justice di
kepustakaan lainnya. polres gorontalo sebanyak 72 kasus dengan usia
anak 10-13 tahun sebanyak 12%,usia anak 14-15
Sampel/Populasi tahun sebanyak 42% dan usia anak 16-18 tahun
Menurut Sugiono (2011: 297) Sampel adalah sebanyak 46%untuk data kasus tahun 2015 bahwa
sebagian dari populasi itu. Bila populasi besar dan penyelesaian kasus secara restorative justice di
penelitian tidak memungkinkan mempelajari semua polres gorontalo sebanyak 90% kasus dengan usia
yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, anak 10-13 tahun sebanyak 15 %anak 14-15 tahun
tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakkan sebanyak 37%, dan usia anak 16-18 tahun
sampel yang diambil dari polasi itu. Jadi jumlah data sebanayak 48% . untuk data kasus tahun 2016
yang masuk ialah 8 kasus. bahwa penyelesaian kasus secara restorative
Arikunto (2002:108) populasi adalah justice di polres gorontalo sebanyak 117 kasus
sekumpulan data yang mempunyai karekteristik yang dengan usia anak 10-13 tahun sebanyak 16%usia
sama dan menjadi objek referensi. Ada beberapa data
anak 14-15 tahun sebanya 375 dan usia anak 16-
18 tahun sebanyak 47%. Sesuai data kasus yang di
kasus Tindak Pidana Pencurian Di Wilayah Kota
jelaskan di atas bahwa jika anak melakukan
Gorontalo yang dilakukan oleh ABH Tahun 2018 S/D
pencurian maka akan diberi hukuman, yang sesuai
2019.
apa yang di curinya
137
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720
Menurut Fatahillah A.Syukur (2011). hak anak yang tertuang dalam undang-undang
Mediasi Penal. Dalam prinsip restorative justice pengadilan pengadilan anak sehingga hak-hak
(unit PPA) ialah anak sebagai pelaku tindak anak pelaku tindak pidana dapat dilindungi dan
pidana awalnya di lakukan proses penyelesaian ditegakkan.
tindakan pelanggaran hukum yang terjadi di
lakukan oleh anak dengan membawa korban dan Hambatan Unit PPA (Pelayanan perempuan
pelaku (tersangaka) bersama-sama duduk dalam dan anak) dalam penerapan prinsip restorative
satu pertemuan untuk bersama-sama justice di Kota Gorontalo
berbicara.dalam pertemuan tersebut pihak Menurut Soeltjono mengatakan bahwa
kepolisian yakni polwan pada unit PPA sebagai Hambatan yang dialami penyidik dalam
mediator memberikan kesempatan pada pihak menerapkan prinsip restorative justice khususnya
pelaku untuk memberikan gambaran yang pada perkara tindak pidana yang dilakukan adalah
sejelas-jelasnya. sebagai berikut: pertama, adanya anak yang
Menurut Bapak Deni Muhtamar berkebutuhan khusus, dalam menangani perkara
S,Sos,mengungkapakan bahwa KA subnit satu anak yang berkebutuhan khusus pihak Unit PPA
unit VI reskrim (unit PPA) polres gorontalo harus lebih jeli lagi mengungkap fakta-fakta dan
bahwa dalam penerapan model keadilan bagaimana menggali informasi yang sebenarnya.
restorative justice dalam penanganan kasus Kedua, sulitnya menghadirkan para pihak dalam
perkara anak polisi melakukan pertimbangan penerapan prinsip restorative justice. Ketiga,
yang matang untuk menahan seorang anak yang munculnya rasa ketakutan dari masyarakat dan
menuru pada tahap penyidikan awal sebagai sebagian aparat penegak hukum atau kepolisian
tersangka pelaku tindak pidana jadi pada kasus khususnya Unit PPA terkait efek jera bagi anak
anak dengan penerapan restorative justice peran yang proses penyelesainnya melalui pendekatan
pihak kepolisian sangat dominan, peran polisi restorative justice.
sebagai mediator pasilitator, dan pengawas. Hal inipun dibenarkan oleh Bapak Deni
Proses suatu perkara pidana di ambil Muhtamar S,Sos. S.H. mengungkapan bahwa
dengan tindakan penangkapan terhadap seseorng selama mereka menjalani tugas mereka
yang di duga melakukan tindak pidana. mengalami hambatan yakni sebagai berikut :
Penangkapan tersebut untuk kepentingan Pertama, ketidaktahuan masyarakat mengenai
penyidikan atau untuk kepentingan penyidikan keadilan restorative. Kedua, pandangan dari
(pasal 16 KUHAP). Berdasarkan undang-undang masyarakat mengenai penerapan prinsip
No 11 tahun 2012 pasal 30 tentang sisitim restorative justice ini ialah, tidak ada efek jera dari
peradilan pidana anak bahwa penangkapan di pelaku tindak pidana. Ketiga, ketika melakukan
lakukan untuk kepentingan penyidikan dalam proses restorative justice ini sering di jadikan
jangka waktu tidak lebih dari 24 jam, dan harus anjang tawar menawar, bukan bagaimana untuk
ada ruang pelayanan khusus anak. Penyidik menyelesaikkan dan memberikan sanksi yang
mendapatkan penagkapan yang berlaksanakan tepat dan kemudian bagaimana solusi yang terbaik
kemanusiaan dan mempertimbangkan apakah antara korban/keluarga korban dan tersangka, tapi
dengan usia tertentu si anak perlu di tangkap atau malah sebaga anjang tawar menawar ganti
tidak. Dalam masalah penangkapan anak adalah kerugian yang diminta oleh keluarga korban yang
kapan dan bila mana penagkap itu di mungkinkan kurang relevan dan tidak masuk akal yaitu terlalu
menurut undang-undang dalam hal ini terdapat tinggi dan juga tidak memikirkan kemampuan dari
dua hal yaitu : (a) dalam hal tertangkap tangan, keluarga pelaku. Keempat belum banyak peran
(b) dalam hal bukan tentang tangan. dari masyarakat dalam penyelesaian tindak pidana
Mediasi dalam perkara anak perlu dengan prinsip restorative justice yaitu ketika
disosialisasikan kepada masyarakat luas. menetukan sanksi apa yang di berikan kemudian
Diperlukan peningkatan sumber daya manusia siapa yang akan bertangung jawab dan ketika
aparat penegak hukum yang terlibat dalam proses restorative justice ini selesai mereka
penangan ABH melalui sosialisasi, pendidikan cenderung tidak memikirskan bagaimana
dan pelatihan khusus agar mereka dapat pemulihan untuk kedepan untuk kedua belah
memahami wujud dari peradilan anak dan hak- pihak. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa jika

138
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720
mereka mengalami hambatan pada anak, maka dan masyarakat.
kasusnya akan di serahkan kepada pengadilan PPA harus lebih mengkoordinir keadilan
anak. restorative secara lengkap dan mampu
Restorative justice sebagai salah satu mengkoordinasi antara aparat penegak hukum dan
usaha mencari penyelesaian konflik secara damai mengubah paradigma aparat penegak hukum dari
di luar pengadilan masih sulit di pendekatan restorative dan restinative justice
terapkan.Penyebabnya, pihak yang terlibat dalam menjadi restorative justice belum sepenuhnya
konflik tersebut tidak dilibatkan dalam dapat tercapai.
penyelesaian konflik tersebut tidak dilibatkan
dalam penyelesaian konflik. Korban tetap saja KESIMPULAN DAN SARAN
menjadi korban, pelaku yang di penjara juga KESIMPULAN
memunculkan persoalan baru bagi keluarga dan 1. Berdasarkan pada hasil penelitian dan
sebagainnya. pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa
Konsep restorative justice di harapkan Peran Unit PPA (pelayanan perempuan dan
dapat menyentu beberapa aspek bagi anak yang anak) dalam penerapan prinsip restorative
berhadapan dengan hukum yaitu pencegahan, justice pada tindak pidana dengan pelaku anak
penanganan, rahabilitas dan reintegrasi. Namun di Kota Gorontalo sudah berjalan sesuai
ternyata tidak semua pihak dapat melaksanakan peraturan yang ada.
keempat aspek tersebut dengan pertimbangan 2. Adapun factor-faktor penghambat Peran unit
bahwa semakin banyak yang terlibat dalam PPA antara lain : (1) Substansi hukum yang
penanganan langsung terhadap anak yang belum mengkoordinir pelaksanaan keadailan
berhadapan dengan hukum dapat memberikan restorative secara lengkap, (2) Penegak hukum
inbas dan hambatan secara teknis. Akibatnya yang belum melaksanakan secara optimal
dalam proses rehabilitas dan reintergrasi hanya peraturan yang sudah ada dan masih bersikap
membutuhkan komponen inti dan komponen lain kaku dan kurtul hukum/parsitifasi masyarakat
sebagai pendukung dan tahap pencegahan. yang belum maksimal, (3) Belum adanya
Oleh karena itu, perlunya di upayakan pembuatan regulasi yang mengkoordinir semua
agar aparat penegak hukum yang terlibat dalam ketentuan anak melalui pendekatan keadilan
penaganan tindak pidana dengan pelaku anak restorative, sosialisasi ke semua aparat,penegak
agar tidak hanya mengacuh pada undang-undang hukum, dan masyarakat.
nomor 3 tahun 2002 tentang perlindugan anak, SARAN
tetapi juga mengacuh pada instrument nasional Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis akan
dan internasional serta surat keputusan bersama. memberikkan beberapa saran antara lain :
Kepala aparat penegak yang menagani masalah 1. Pemerintah harus mensosialisasikan undang-
anak hendaknya mengutamakan perdamaian dari undang perlindungan anak baik di lingkungan
pada proses hukum pormal. birokarasi pemerintahan itu sendiri, aparat
Factor-faktor yang menghambat hukum maupun masyarakat yang luas pada
terlaksananya pnerapan restorative justice umumnya dan yang terpenting di lembaga-
adalah: lembaga kemsyarakatan,organisasi agama yang
1. Substansi hukum yang belum mengkoordinir ada di dalam masyarakat serta institusi-institusi
pelaksanaan keadailan restorative secara pendidikan yang ada.
lengkap. 2. Dukungan serta kerja sama antar lembaga dalam
2. Penegak hukum yang belum melaksanakan menangani kasus anak yang berhadapan dengan
secara optimal peraturan yang sudah ada dan hukum harus lebih profesioanal, dalam tiap-tiap
masih bersikap kaku dan kurtul lembaga maupun para penegak harus
hukum/parsitifasi masyarakat yang belum menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung
maksimal. dalam undang-undang Nomor 23 tahun 2002
3. Belum adanya pembuatan regulasi yang dimana dalam pasal 4 dinyatakan secara tegas
mengkoordinir semua ketentuan anak bahwa setiap anak berhak untuk hidup,tumbuh
melalui pendekatan keadilan restorative, ,berkembang dan berpartisipasi secara wajar
sosialisasi ke semua aparat, penegak hukum, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
139
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720
diskriminasi. John Braithwaite, 2002. Restorative Justice and
Responsive Regulation., Ofxord : Oxford
DAFTAR PUSTAKA University Press
Allen, Michael. 2005. Teksbook On Criminal Law. Lilik Mulyadi, 2005. Pengadilan Anak Di Indonesia,
Oxford University Press, Oxford Teori, Praktek dan Permasalahannya.,
Agung Wahyono dan Siti Rahayu, , 1983. Tinjauan Bandung : Mandar Maju
Peradilan Anak di Indonesia., Jakarta: Sinar Maidin Gultom, 2008. Perlindungan Hukum Terhadap
Grafika. Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di
A. Hanafi, 1994. Asas-asas Hukum Pidana., Jakarta Indonesia., Bandung: PT. Refika Aditama
: PT. Rineka Cipta. Marliana,2009, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia
Andi Hamzah, 1990, Pengantar Hukum Acara Pidana Pengembangan Konsep Diversi Dan
Indonesia., Jakarta : Ghalia Indonesia Restorative Justice. Bandung :Refika Aditama
Arif Gosita,2004. Masalah Perlindungan Anak Nandang Sambas, 2010. Pembaharuan Sistem
(Kumpulan Karangan)., Jakarta : BIP Pemidanaan Anak di Indonesia., Yogyakarta:
Kelompok Gramedia Graha Ilmu, 2010.
Arifin, 2007. Pendidikan Anak Berkonflik Hukum; Nashriana, 2011. Perlindungan Hukum Pidana Bagi
Model Konvergensi Antara Fungsionalis dan Anak Di Indonesia., Jakarta: Raja Grafindo
Religiu., Bandung : CV.Alfabeta. Shanty Delyan, 1998, Wanita Dan Anak Di Mata
A. Zainal Abidin Farid, 1995. Hukum Pidana I., Hukum, Yogyakarta: Liberty.
Jakarta : Sinar Grafika Soerjono Soekanto, 2008. Faktor-Faktor Yang
A. Gumilang, 1991. Kriminalistik Pengetahuan Mempengaruhi Penegakan Hukum., Jakarta:
Tentang Teknik Dan Taktik Penyidikan., Raja Grafindo Persada
Bandung Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006. Penelitian
A. Qiram Syansudin Meliala dan E. Sumaryono, Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.,
1989. Kejahatan Anak., Yogyakarta : Liberty Jakarta : Raja Grafindo Persada
Bambang Poemomo,1994. Asas-asas Hukum Soetdjo,Wagiati,2006, Hukum Pidana Anak, Bandung
Pidana., Jakarta : Graha Indonesia : PT,Refika Aditama
------------------------, 1999. Kebijakan Non-Penal Waluyadi, 2009. Hukum Perlindungan Anak., Jakarta
dalam Menanggulangai Kejahatan Korupsi., : CV. Mandar Maju
Yogyakarta : Fak. Hukum UGM Undang-Undang
Barda Nawawi Arif, 1997. Masalah Perlindungan UUD 1945 Amandemen ke I sampai dengan ke IV.
Hukum Bagi Anak, Peradilan Anak Di Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Indonesia., Bandung : Mandar Jaya Kekuasaan Kehakiman.
Bismar Siregar dkk,1998. Hukum dan Hak-hak Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab
Anak., Jakarta : Rajawali Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Drs. Abintoro Prakoso, SH.,MS, 2013. Pembaruan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Sistem Peradilan Pidana Anak., Surabaya: Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Erlangga Pengadilan Anak.
Endang Sumiami, 2003. Perlindungan Hukum Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Terhadap Anak Dalam Hukum Pidana., Azasi Manusia.
Yogyakarta: Universitas Atmajaya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Yogyakarta Sistem Peradilan Pidana Anak.
Erdianto Efendi,2011. Hukum Pidana Indonesia Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Suatu Pengantar. PT Refika Aditama: Perlindungan Anak.
Bandung Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Fatahillah A.Syukur.2011. Mediasi Penal: Penerapan Kesejahteraan Anak.
Restorative justice di Pengadilan Anak Peraturan Pelaksana Nomor 65 Tahun 2015 Tentang
Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Diversi dan
Griew, Edward. Theft Acts 1968&1978, Penanganan Anak yang Belum Berumur 12
Sweet&Maxwell. ISBN 0-421-19960-1 (dua belas) Tahun.
Hadi Supeno, 2010. Kriminalisasi Anak: Tawaran Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 4 Tahun 2014
Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam
Pemidanaan., Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Sistem Peradilan Pidana Anak
Utama Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP)

140
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 7 Nomor 2 Desember 2021 (PP. 132-141) e-ISSN: 2461-0720
INTERNET
http://rechtslaw.blogspot.com
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt
4e25360a422c2/pendekatan-
irestorativejustice-i-dalam-sistem-pidana-
indonesia-broleh--jecky-tengens--sh-
http://srsg.violenceagainstchildren.org/sites/
default/files/consultations/restorative_justice
/p
resentations/dyah_dewi/Diversi%20dalam%
20SPPA%20Indonesia-rev.pdf
https://ferli1982.wordpress.com/2013/03/05/
diversi-dalam-sistem-peradilan-pidana-
anakdi-indonesia/
http://repository.unmuhjember.ac.id/304/1/JURNAL
%20HUKUM.pdf.

141

Anda mungkin juga menyukai