Anda di halaman 1dari 16

JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)

ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705


| Vol. 4 | No. 2 | 2020

Pemetaan Distribusi Kerentanan Penyakit Demam


Berdarah di Kota Baubau Menggunakan Algoritma
Machine Learning
Rahmat Azul Mizan1, Prima Widayani2, Nur Mohammad Farda3.
1
Program Studi Magister Penginderaan Jauh, Departemen Sains Informasi Geografi,
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
2
Program Studi Magister Penginderaan Jauh, Departemen Sains Informasi Geografi,
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
3
Program Studi Magister Penginderaan Jauh, Departemen Sains Informasi Geografi,
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

e-mail: azul_mizan@yahoo.co.id1, primawidayani@ugm.ac.id2, farda@ugm.ac.id3.

Abstrak: Sejak tahun 2013 hingga tahun 2017 serangan penyakit demam berdarah (DBD) di Kota
Baubau terus mengalami peningkatan jumlah angka kesakitan. Laporan Dinas Kesehatan Propinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2018 menunjukan fakta bahwa Baubau merupakan kota dengan angka
kejadian DBD tertinggi ketiga dari 17 kabupaten/kota lainnya. Pemetaan distribusi tingkat kerentanan
wilayah terhadap penyakit DBD merupakan langkah penting dalam mendukung penyusunan strategi
penanganan penyakit DBD. Penelitian ini bertujuan memetakan dan mendeskripsikan distribusi
tingkat kerentanan lokasi penelitian. Kota Baubau sebagai lokasi penelitian dengan mengambil
populasi sebanyak 129 kasus kejadian sepanjang tahun 2015 hingga Februari 2016. Dalam penelitian
ini, kami mensimulasikan distribusi kerentanan wilayah terhadap penyakit demam berdarah pada
resolusi spasial 30x30 meter. Model dibuat menggunakan dua algoritma machine learning yang cukup
kuat dan umum digunakan mencakup support vector machine (SVM) dan random forest (RF) dengan
melibatkan sejumlah variabel seperti penggunaan/tutupan lahan, NDVI, BLFEI, LST, curah hujan dan
kelembapan tahunan yang diturunkan dari citra Landsat 8 OLI/TIRS dan data iklim BMKG serta
BWS. Kemampuan model dinilai menggunakan kurva area under curve-receiver operating
characteristic (AUC-ROC). Hasil penelitian menunjukan Kecamatan Batupuaro dan Murhum
merupakan kecamatan yang wilayah administrasinya didominasi oleh zona rentan sebesar 92,54% dan
41, 74% dari luas total wilayah masing-masing.

Kata Kunci: Machine Learning, Kerentanan, Demam Berdarah, Citra Landsat 8

Abstract: Incident cases of dengue fever in Baubau City has increased from 2013 until 2017.
According to the report of Health Office Southeast Sulawesi, from the 17 other cities/districts, Baubau
is the third highest city with dengue case. Simulation the distribution of the disease vulnerability is of
great importance in formulating public health planning and disease control strategies. This study aims
to mapping and describing the distribution of dengue vulnerability. Baubau city as the research
location with 129 dengue case as population from 2015 to February 2016. In this study, we simulated
the distribution of vulnerability at a 30 x 30 meters spatial resolution. The model was created using
two relatively popular and robust machine learning algorithms, including support vector machines
(SVM) and random forest (RF) with a number of variables such as land use/land cover, NDVI, BLFEI,
LST, rainfall and humidity derived from Landsat 8 OLI/TIRS imagery and climate data from BMKG
and BWS. Models performance is assessed using AUC-ROC area curve. The results showed that area
of Batupuaro and Murhum were dominated by vulnerable zones of 92,54% and 41,74% of the total
area, respectively.

Keywords: Machine Learning, Vulnerability, Dengue, Landsat 8 Imagery


Oktober --- 45
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No.2 | 2020
1. PENDAHULUAN Berbagai upaya kontrol dan pencegahan
Isu perubahan iklim menjadi masalah demam berdarah terus dilakukan,
yang paling diperhatikan menurut salahsatunya melalui pemodelan spasial
responden pada global shapers survey kerentanan wilayah yang melibatkan
(World Economic Forum, 2017). Berbagai teknologi penginderaan jauh dan sistem
penelitian seperti (Lee et al., 2018; Naish et informasi geografis dalam rangka
al., 2014) membuktikan bahwa perubahan mendukung penyusunan dan pengambilan
iklim mampu meningkatkan penyebaran kebijakan bagi seluruh stakeholder.
penyakit menular yang disebabkan oleh Pemodelan spasial umumnya digunakan
virus dan ditransmisikan melalui spesis dalam mengidentifikasi daerah-daerah
nyamuk salah satu adalah penyakit demam rentan terhadap demam berdarah dengan
berdarah. melibatkan sejumlah variabel baik yang
Secara sederhana, demam berdarah bentuknya berupa variabel fisik lingkungan
merupakan penyakit yang disebabkan oleh (Ding et al., 2018; Pineda-Cortel et al.,
virus dengue yang ditransmisikan melalui 2019) maupun sosial ekonomi (Khormi &
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Kumar, 2011) atau gabungan dari keduanya
albopictus dengan gejala klinis demam (Adzan & Danoedoro, 2012; Widayani,
mendadak selama 2-7 hari serta diikuti sakit 2010).
kepala, mual dan manifestasi pendarahan Pesatnya perkembangan pemodelan
lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2017). spasial dalam berbagai bidang termasuk
Saat ini demam berdarah telah dijadikan dalam dunia kesehatan disebabkan oleh
perhatian utama dalam dunia kesehatan kemampuan teknologi penginderaan jauh
khususnya bidang penyakit menular karena dalam mengatasi permasalahan yang umum
telah menyebabkan lebih dari setengah dijumpai dalam pemodelan fisik
penduduk dunia menjalani rawat inap dan konvensional yaitu ketersedian data
bertanggung jawab terhadap kematian. variabel pemodelan. Teknologi
Lebih jauh, organisasi kesehatan dunia penginderaan jauh mampuh memangkas
(WHO, 2018) menjadikan demam berdarah aspek waktu, tenaga dan biaya yang
sebagai arbovirus utama didunia karena dibutuhkan dalam mengumpulkan data
peningkatanya mencapai tiga kali lipat variabel pemodelan yang umumnya sulit
dalam lima dekade terakhir dengan Asia dilakukan melalui pengukuran langusung
Tenggara dan Pasifik Barat sebagai daerah dilapangan. Kemampuan ini berimplikasi
dengan kasus terparah. Indonesia pada ketersediaan data berupa kontinuitas
merupakan salahsatu wilayah endemis dan otamatisasi. Salahsatu produk
dengan kasus kejadian terbesar ketiga dari penginderaan jauh yang telah banyak
30 wilayah endemis lainnya di Asia digunakan dalam berbagai bidang seperti
Tenggara (Kementerian Kesehatan RI, pertanian, kehutanan, sumberdaya air
2018). bahkan dalam bidang kesehatan (NASA,
Kenyataan bahwa belum adanya vaksin 2019).
dan upaya kontrol yang tepat dalam Dalam bidang spasial, seiring dengan
membasmi spesis nyamuk Aedes (Bhatt et peningkatan kemampuan alat dan sensor
al., 2013) yang berperan sebagai vektor dalam pengumpulan informasi telah
dalam proses transmisi menjadikan angka memunculkan istilah big data geospastial
kejadian demam berdarah dilaporkan oleh yang merupakan cikal bakal terbentuknya
(WHO, 2019) terus meningkat dalam bidang geospatial artificial intelligent
beberapa tahun terakhir. Kondisi ini (geoAI). Secara singkat geoAI merupakan
diperparah oleh belum maksimalnya bidang sains yang terbentuk dari gabungan
penerapan international health regulation bidang sains spasial dan artificial
atau standar strategi perencanaan intelligent khususnya machine learning dan
penanggulan demam berdarah. data mining untuk mengungkap informasi
46 --- Oktober
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No. 2 | 2020
yang lebih bermakna dari big data Tenggara (Dinkes Provinsi Sulawesi
geospatial. Tenggara, 2018). Penelitian ini bertujuan
Metode macine learning sendiri telah memetakan dan mendeskripsikan distribusi
digunakan dalam berbagai macam bidang kerentanan demam berdarah. Hasil
pemodelan spasial seperti tanah longsor penelitian ini diharapkan mampuh
(Motevalli et al., 2018), kebakaran hutan mendukung penyusunan kebijakan mitigasi
(Bui et al., 2016), dan bahkan pemodelan demam berdarah yang efektif dan efisien di
distribusi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Kota Baubau.
albopictus sebagai vektor demam berdarah
(Ding et al., 2018). Hasil penelitian 2. METODE PENELITIAN
berbagai peneliti tersebut memberikan 2.1 Lokasi Penelitian
kesimpulan yang seragam yaitu Lokasi penelitian (Gambar 1) dilakukan
penggunaan metode machine learning di Kota Baubau Propinsi Sulawesi
memberikan hasil yang maksimal baik pada Tenggara. Secara geografis Kota Baubau
tingkat akurasi model, efektivitas terletak antara 5,210-5,330 LS dan diantara
perhitungan maupun efisiensi waktu. 122,300-122,470 BT dan terdiri atas delapan
Dengan pertimbangan ini perlu kecamatan mencakup Kecamatan
pemodelan kerentanan demam berdarah di Sorawolio, Bungi, Lea-Lea, Wolio,
Kota Baubau sebagai wilayah dengan Betoambari, Kokalukuna, Murhum dan
angka kejadian tertinggi ketiga dari 17 Kecamatan Batupuaro (BPS, 2018).
kabupaten/kota lainnya di Sulawesi

Gambar 1. Peta Administrasi Lokasi Penelitian


2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk menjalan penelitian ini dijabarkan pada Tabel 1 dan
2 berikut:
Tabel 1 Alat Penelitian
No. Alat Kegunaan
Marking lokasi penderita DBD dan pengambilan lokasi sampel untuk
1. GPS
klasifikasi penutup/penggunaan lahan.
Software Sistem Alat analisis spasial untuk menghasilkan variabel penelitian dan
2. Informasi visualisasi model dalam bentuk peta digital
Geografis
3. Software ENVI Alat pengolah citra digital untuk menghasilkan variabel penelitian
Alat untuk melakukan proses klasifikasi menggunakan algoritma machine
4. Software R
learning

Tabel 2 Bahan Penelitian


No. Data dan Bahan Sumber Fungsi
1. Data Curah Hujan BMKG Stasiun III Sebagai bahan pembuatan peta curah hujan
Oktober --- 47
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No.2 | 2020
No. Data dan Bahan Sumber Fungsi
dan Kelembapan Betoambari dan BWS yang digunakan sebagai variabel penelitian
Tahun 2015 Sulawesi IV
Data penderita DBD Dinas Kesehatan dan Sebagai bahan pembuatan data training dan
2.
tahun 2015 Puskemas Kota Baubau validasi model
BMKG Stasiun III
Data lokasi stasiun Sebagai bahan pembuatan data titik acuan
3. Betoambari dan BWS
pengamatan iklim interpolasi data curah hujan
Sulawesi IV
Sebagai bahan pembuatan peta indeks
Citra Landsat 8
kerapatan vegetasi (NDVI), indeks kerapatan
4. OLI/TIRS Tahun USGS Earthexplorer
bangunan (BLFI), suhu permukaan (LST),
2015
dan tutupan lahan

2.3 Populasi dan Sampel NIR dan RED adalah band inframerah
Sejumlah 129 kasus kejadian demam dekat (band 5) dan band merah (band 4)
berdarah yang terjadi sepanjang tahun 2015 dari citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan
hingga Februari 2016 digunakan untuk panjang gelombang 0,851 – 0,879µm dan
membangun dan memvalidasi model yang 0,636 – 0,673µm secara berurutan.
dihasilkan. Kasus kejadian dikelompokan c. BLFEI
kedalam dua bagian utama sebagai data Kenampakan lahan terbangun dan
latih (training) dan validasi model lahan terbuka serta tubuh air dihitung
(validation) dengan proporsi ±70% dan menggunakan persamaan indeks kerapatan
±30% secara berturut-turut (Ding et al., bangunan yang diajukan oleh
2018; Motevalli et al., 2018) (Bouhennache et al., 2018).
𝑂𝐿𝐼3 + 𝑂𝐿𝐼4 + 𝑂𝐿𝐼7
2.4 Ekstraksi Variabel Pemodelan − 𝑂𝐿𝐼6
𝐵𝐿𝐹𝐸𝐼 = 3
𝑂𝐿𝐼3 + 𝑂𝐿𝐼4 + 𝑂𝐿𝐼7 .............(2)
a. Tutupan/Penggunaan Lahan + 𝑂𝐿𝐼7
3
Ekstraksi variabel
tutupan/penggunaan lahan menggunakan Dengan 𝑂𝐿𝐼3, 𝑂𝐿𝐼4, 𝑂𝐿𝐼6, dan 𝑂𝐿𝐼7
pendekatan klasifikasi multi spektral. adalah band 3= 0,533 – 0,590µm, band 4 =
Parameter klasifikasi mengacu pada 0,636 – 0,673µm, band 6 =1,566 – 1,651µm,
(Danoedoro, 2012) mencakup skema dan band 7= 2,107 – 2,294µm citra Landsat 8
klasifikasi, algoritma klasifikasi dan jumlah OLI.
serta distribusi training sample. Skema d. Land Surface Temperature
klasifikasi yang digunakan adalah SNI Suhu permukaan dihitung mengacu
7645-1: 2014 tentang klasifikasi penutup pada persamaan yang dikeluarkan dalam
lahan-bagian 1: skala kecil dan menengah. handbook Landsat 8 (USGS, 2019).
𝐾2
Maximum likelihood dipilih sebagai 𝑇𝑟𝑎𝑑 =
𝐾1
− 273,15
..... (3)
algoritma klasifikasi karena lebih mapan 𝑙𝑛 ( + 1)
𝐿𝜆
dibandingkan dengan algoritma lainnya Dimana 𝐾1 dan 𝐾2 adalah konstanta
sementara itu sampel klasifikasi tersebar kalibrasi radian spektral dan konstanta
merata pada cakupan citra dengan syarat kalibrasi suhu absolut band 10, 𝐿𝜆 adalah
luasan area minimal 10-40 piksel setiap TOA spectral radians atau nilai radian
training sampel. spektral terkoreksi dalam satuan
b. NDVI (Watts/(m2*srad*µm)) yang dihitung
Perhitungan indeks kerapatan vegetasi menggunakan persamaan (4) oleh (Coll et
menggunakan persamaan (1) yang al., 2010) dalam (Fawzi, 2014).
digunakan oleh (Ganie & Nusrath, 2016) 𝐿𝜆 − 𝐿↑𝑎𝑡𝑚 1 −𝜀𝜆 ↓
berikut: 𝐿𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟, 𝜆 = − 𝐿 ..........(4)
𝜏𝜆 𝜀𝜆 𝑎𝑡𝑚
(𝑁𝐼𝑅 − 𝑅𝐸𝐷)
𝑁𝐷𝑉𝐼 = ..........................(1)
(𝑁𝐼𝑅 + 𝑅𝐸𝐷)
48 --- Oktober
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No. 2 | 2020
1
Dimana 𝐿𝜆 , 𝜀𝜆, 𝐿↓𝑎𝑡𝑚 , 𝐿↑𝑎𝑡𝑚, 𝜏𝜆 secara ∑𝑠𝑖=1 𝑍𝑖 𝑘
𝑑 𝑖
𝑍0 = 1 .........................................(8)
berturut-turut adalah radian spektral band ∑𝑠𝑖=1 𝑘
𝑑𝑖
10, nilai emisivitas objek, nilai Dimana 𝑍0 merupakan perkiraan nilai
downwelling radiasi atmosfer (W/m2.sr. pada titik 0; 𝑍𝑖 adalah nilai z pada titik
µm), nilai upwelling radiansi atmosfer kontrol i; 𝑑𝑖 adalah jarak antara titik i dan
(W/m2.sr. µm), dan nilai tranmistansi
titik 0 dan 𝑘 adalah pengaruh titik tetangga
atmosfer. Nilai downwelling dan upwelling
serta 𝑠 merupakan jumlah titik stasiun yang
diperoleh melalui laman
digunaka
http://atmcorr.gsfc.nasa.gov/. Sementara
f. Teknik Analis Data
itu nilai radian spektral (𝐿𝜆 ) perlu dihitung
Klasifikasi tingkat kerentanan demam
terlebih dahulu menggunakan persamaan
berdarah menggunakan algoritma machine
(5)
learning dijalankan menggunakan software
𝐿𝜆 = 𝑀𝐿 𝑄𝑐𝑎𝑙 + 𝐴𝐿 … … … … … … … … … …(5)
RStudio 3.3.1 64-bit dengan tambahan
𝑀𝐿 dan 𝐴𝐿 adalah konstanta
package caret, kernlab, randomForest guna
rescalling dan konstanta penambah pada
menjalankan aloritma machine learning
meta data serta 𝑄𝑐𝑎𝑙 merupakan nilai piksel
mencakup SVM dan RF.
band 10. Persamaan (4) juga memerlukan
nilai emisivitas objek (𝜀𝜆 ) yang dihitung
2.5. Support Vector Machine (SVM)
tersendiri berdasarkan persamaan yang
Model SVM pertamakali
dikemukakan oleh (Valor & Caselles, 1996)
diperkenalkan oleh (Vapnik, 1955 dalam
dalam (Fawzi, 2014).
Motevalli et al., 2018) yang berbasis pada
𝜀 = 𝜀𝑣 𝑃𝑣 + 𝜀𝑠 (1 − 𝑃𝑣 ) + 0,06𝑃𝑣 (1 − 𝑃𝑣 ) … … … …(6)
teori pembelajaran statistik. Dalam
𝜀𝑣 , 𝜀𝑠 merupakan emisivitas vegetasi
perkembangannya SVM telah luas
dan emisitas tanah secara berurutan,
digunakan pada berbagai bidang
sementara 𝑃𝑣 adalah fraksi vegetasi dimana
kelingkungan dan kajian bencana alam
perhitungannya didasarkan pada nilai
seperti (Motevalli et al., 2018; Nguyen et
NDVI yang telah dihitung lebih dahulu
al., 2018) bahkan kajian kesehatan
pada sub bahasan (2.4.2)
khususnya yang berhubungan dengan
𝑁𝐷𝑉𝐼−𝑁𝐷𝑉𝐼𝑠 2
𝑃𝑣 = [ ] … … … … … … … … … … … ..(7) lingkungan (Ding et al., 2018). Keunggulan
𝑁𝐷𝑉𝐼𝑣 −𝑁𝐷𝑉𝐼𝑠
𝑁𝐷𝑉𝐼𝑠 dan 𝑁𝐷𝑉𝐼𝑣 adalah nilai NDVI metode SVM pada pemodelan spasial
untuk tanah kosong dan nilai NDVI dengan adalah kemampuannya yang baik dalam
fraksi 100%. Nilai 𝑁𝐷𝑉𝐼𝑠 mengacu pada melakukan klasifikasi meskipun dengan
(Fawzi, 2014) adalah 0,15 dan 𝑁𝐷𝑉𝐼𝑣 data pelatihan yang terbatas (Mountrakis et
menggunakan nilai maksimal statistik citra al., 2011). Data latih (training dataset)
NDVI yakni 0.867622. 𝑇𝐷 = (𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )𝑖 = 1𝑁 dengan 𝑥𝑖 ∈ 𝑅 𝑛
e. Curah Hujan dan Kelembapan adalah input variabel mencakup
Tahunan tutupan/penggunaan lahan, NDVI, BLFEI,
Variabel curah hujan dan kelembapan LST, curah hujan dan kelembapan tahunan.
tahunan diperoleh melalui metode yang 𝑁 adalah jumlah sampel dari data latih, 𝑛
sama yaitu interpolasi data iklim adalah dimensi dari data latih, 𝑦𝑖 ∈
menggunakan metode inverst distance {−1, +1} menggambarkan kelas label.
weight (IDW). Tidak ada satu metode Tujuan dari SVM adalah menemukan
interpolasi yang sesuai untuk semua fungsi keputusan terbaik pada persamaan
wilayah (Tveito, 2007 dalam Sluiter, 2008), (9).
maka metode IDW dipilih berdasarkan dua 𝑓(𝑥) = 𝑠𝑖𝑔𝑛 [∑ 𝑦𝑖 𝛼𝑖 𝐾(𝑥𝑖 , 𝑥𝑗 ) + 𝑏] … … … … … .. (9)
pertimbangan yaitu kondisi topografi Dimana 𝑏 adalah nilai offset; 𝛼𝑖
wilayah dan jumlah stasiun. Formula IDW merupakan lagrange; dan 𝐾(𝑥𝑖 , 𝑥𝑗 ) adalah
yang digunakan mengacu pada (Kurniadi et fungsi kernel. Kemampuan model SVM
al., 2018), sebagai berikut:
Oktober --- 49
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No.2 | 2020
bergantung pada fungsi kernel, dalam Kemampaun model kerentanan demam
penelitian ini radial basis function (RBF). berdarah yang dihasilkan dari kedua
algoritma di nilai menggunakan kurva
a. Random Forest (RF) ROC-AUC (area under curve-receiver
RF merupakan sebuah teknik machine operating characteristic). Dimana
learning yang luas digunakan untuk hubungan kualitatif antara ROC-AUC dan
klasifikasi dan regresi yang diajukan oleh kemampuan model adalah 0,9 - 1
(Breiman, 2001). Dalam bidang (sempurna), 0,8 – 0,9 (sangat baik), 0,7 –
penginderaan jauh RF mendapat perhatian 0,8 (baik), 0,6 – 0,7 (sedang), dan 0,5 – 0,6
yang lebih karena memberikan hasil yang (buruk) (Swets, 1998 dalam Motevalli et
maksimal dalam hal tingkat akurasi dan al., 2018).
kecepatan komputasi (Yu et al., 2017).
Secara sederhana RF adalah sebuah sebuah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan pembelajaran dimana 3.1 Ekstraksi Variabel Pemodelan
sekumpulan pohon keputusan
pengklasifikasian dibangun untuk membuat Tutupan/Penggunaan Lahan
sebuah prediksi. Untuk itu kemampuan RF Berdasarkan hasil klasifikasi dengan
dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu mengacu pada skema klasifikasi, algoritma
jumlah pohon keputusan (N-Tree) dan dan aturan pengambilan training sample
jumlah variabel pemodelan (N-fact) yang maka diperoleh 16 tutupan/penggunaan
harus dipilih secara tepat. Dalam hal ini lahan yang tersaji pada Gambar 2 dan 9a.
penelitian ini sebanyak enam variabel Ke-16 penggunaan lahan ini dikelompkan
pemodelan dilibatkan dan 500 dipilih dalam empat bagian utama mencakup
sebagai angka N-Tree berdasarkan tutupan lahan bangunan, lahan terbuka
penelitian sebelumnya. diusahakan,
b. Penilaian Kemampuan Model
25000.00 70.00
20000.00 60.00
50.00
15000.00 40.00
10000.00 30.00
5000.00 20.00
10.00
0.00 0.00
Hutan dan
Lahan Bervegetasi Lahan
Vegetasi
Bangunan Terbuka Budidaya Terbuka
Alami/Semi
Diusahakan Menetep Alami
Alami
Luas (Ha) 1252.80 493.47 20091.69 7723.53 2183.67
Persentasi 3.95 1.55 63.29 24.33 6.88

Gambar 2. Luas Tutupan/Penggunaan Lahan. Sumber: Pengolahan Data, 2020.


hutan dan vegetasi alami/semi alami, 0,668187 sampai dengan 0,867622 dengan
bervegetasi budidaya menetap dan lahan nilai 0,751389-0,813417 merupakan nilai
terbuka alami dengan tutupan hutan dan dengan jumlah piksel terbanyak (Gambar 3
vegetasi alami/semi alami sebagai tutupan dan 9b).
lahan terluas sebesar 63,29% atau seluas
20091,69 ha. Sementara itu lahan terbuka
diusahakan sebagai tutupan tutupan lahan
terkecil sebesar 1,55% dari luas total
wilayah.
a. NDVI
Berdasarkan hasil perhitungan
Gambar 3 Histogram NDVI. Sumber:
menggunakan persamaan (1) diperoleh nilai
Pengolahan Citra, 2020.
NDVI lokasi penelitian berkisar antara -
50 --- Oktober
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No. 2 | 2020
Nilai NDVI 0,7-0,8 merupakan nilai dan nilai fraksi vegetasi yang mengacu
dengan piksel terbanyak disebabkan karena pada penelitian (Fawzi, 2014). Hasil
tutupan lahan lokasi penelitian didominasi perhitungan LST seperti yang ditunjukan
oleh tutupan lahan hutan dan vegetasi pada Gambar 6 dan 9d memperlihatkan
alami/semi alami serta tutupan lahan rentang nilai 14,64 0C hingga 40,43 0C
bervegetasi budidaya menetap sebesar dengan nilai suhu paling banyak ditemukan
87,62% dari luas total wilayah (Gambar 2). pada kisaran suhu 24 0C hingga 32 0C.
b. BLFEI
Perhitungan indeks lahan terbangun
menggunakan persamaan (2) diperoleh nilai
-1,05086 sampai dengan 0,844381 (Gambar
4 dan 9c).

Gambar 6. Histogram Suhu Permukaan.


Sumber: Pengolahan Citra, 2020.

3.3 Curah Hujan Tahunan


Gambar 4. Histogram BLFEI. Sumber: Rata-rata curah hujan tahunan
Pengolahan Citra, 2020. dihimpun dari empat stasiun pengamatan
Dari histogram tersebut juga mencakup stasiun betoambari, kaisabu,
diketahui jumlah frekuensi piksel terbanyak ngkari-ngkari dan pos hujan pada dengan
berkisar pada nilai antara -0,9 sampai nilai secara berturut-turut adalah 140.66,
dengan -0,6. Jika mengacu pada histogram 151,84, 111,39 dan 122,02 mm/tahun. Hasil
yang dihasilkan oleh (Bouhennache et al., interpolasi keempat nilai ini menunjukan
2018) dapat ditarik sebuah kesimpulan range curah hujan lokasi penelitian sebesar
bahwa tutupan lahan lokasi penelitian 111,39 mm/tahun sapai 151,84 mm/tahun
didominasi oleh vegetasi. Untuk nilai piksel (Gambar 7 dan 9e).
lahan terbangun berkisar pada nilai -0,6
sampai -0,2 (Gambar 5).

Gambar 7. Histogram Curah Hujan.


Sumber: Pengolahan Data Iklim
Gambar 5. Histogram Lahan Terbangun. Menggunakan RStudio. 2020.
Sumber: Pengolahan Citra, 2020. Berdasarkan Gambar 7 diatas
3.2 LST diketahui kelompok nilai curah hujan
LST yang diturunkan dari band 10 terbanyak yaitu 114-116 diikuti 134-136
menggunakan persamaan (3) masih mm/tahun. Sementara itu kelompok piksel
memerlukan nilai emisivitas objek untuk 110 sampai 112 mm/tahun merupakan
mengoreksi nilai suhu permukaan agar kelompok nilai curah hujan terkecil.
menjadi nila LST aktual objek. Proses
perhitungan emisivitas objek memerlukan 3.4 Kelembapan Tahunan
beberapa nilai lain seperti parameter Senada dengan curah hujan,
atmosfer yang mengacu pada laman NASA kelembapan tahunan juga diperoleh dari
Oktober --- 51
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No.2 | 2020
interpolasi nilai tiga stasiun mencakup Gambar 8 Histogram Kelembapan
stasiun betoambari, kaisabu dan ngkari- Tahunan. Sumber: Pengolahan Data
ngkari dengan nilai secara berturut-turut Menggunakan RStudio. 2020.
adalah 76,50, 96,75 dan 98,93 mm/tahun. histogram diatas diketahui jumlah
Karena IDW dipilih sebagai metode piksel dengan kelompok nilai 95,14
interpolasi, maka sebagai konsekuensinya mm/tahun – 98,92 mm/tahun merupakan
nilai kelembapan hasil interpolasi akan nilai piksel dengan frekuensi paling banyak
berkisar pada 76,5 mm/tahun sampai 98,93 dan berada di wilayah Kecamatan
mm/tahun seperti yang tersaji pada Gambar Sorawolio, sementara itu Kecamatan
8 dan 9f berikut: Batupuaro merupakan wilayah dengan
frekuensi jumlah piksel terkecil dengan
nilai piksel berada pada kelompok nilai
76,50 mm/tahun hingga 81,42 mm/tahun.

52 --- Oktober
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No. 2 | 2020

Gambar 9. Variabel Pemodelan Demam Berdarah. (a) Penggunaan Lahan. (b) Indeks
Kerapatan Vegetasi (NDVI). (c) Indeks Kerapatan Bangunan (BLFEI). (d) Suhu Permukaan
(LST). (e) Curah Hujan Tahunan. (f) Kelembapan Tahunan. Sumber: Pengolahan Citra
Landsat 8 OLI/TIRS dan Data Iklim, 2020.

3.5 Pemodelan Kerentanan secara berturut-turut adalah 0,06 dan 16


Proses klasifikasi kerentanan untuk lebar kernel dan regularisasi. Hasil
menggunakan algoritma SVM dan RF klasifikasi kerentanan menggunakan
dilakukan menggunakan software R dengan algoritma SVM divisualisasikan pada
menerapkan beberapa package tambahan Gambar 10.
berupa kernlab untuk menjalankan Berdasarkan Gambar 10 diketahui
algoritma SVM dan RandomForest untuk hasil klalsifikasi kerentanan demam
menjalankan RF. Karena software R berdarah menggunakan algoritma SVM
merupakan aplikasi berbasis pada bahasa berkisar pada rentang nilai -0,490001
pemrograman maka serangkaian sintaks sampai 1,63386. Berdasarkan penilaian
diperlukan untuk menjalankan kedua kemampuan menggunakan metode AUC-
algoritma tersebut. ROC diketahui nilai lebar kernel 0,06 dan
a. Support Vector Machine (SVM) regularisasi 16 memberikan hasil
Kemampuan klasifikasi SVM kemampuan model yang maksimal dimana
dipengaruhi oleh penggunaan fugnsi kernel, nilai AUC sebesar 1 dengan korelasi
dalam penelitian ini radial basis function sebesar 0,9637316 yang dapat dilihat pada
(RBF) dipilih sebagai fungsi kernel karena Gambar 11. Nilai AUC sebesar 1
kemampuannya yang lebih baik dalam menunjukan bahwa model yang dihasilkan
melakukan klasifikasi (Ding et al., 2018; termasuk dalam kelas excellent dalam
Motevalli et al., 2018; Nguyen et al., 2018). memodelkan demam berdarah.
Sejak RBF dipilih sebagai fungsi kernel
maka dua nilai parameter yang harus dipilih
dengan tepat untuk memberikan
kemampuan yang maksimal bagi SVM
adalah parameter regularisasi (C) dan lebar
kernel (γ). Nilai keduanya diperoleh dari
metode try and error dan dari rujukan
penelitian sebelumnya. Nilai yang
digunakan untuk kedua parameter tersebut

Oktober --- 53
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No.2 | 2020
penelitian ini nilai parameter N-tree
dan N-fact yang digunakan secara berturut-
turut adalah 500 dan 6, dimana N-fact
mengikuti jumlah dari variabel input
pemodelan. Sejak N-fact ditetapkan
sebanyak 6, parameter lain yang juga perlu
ditentukan adalah mtry. Parameter mtry
adalah nilai yang dugunakan untuk
mengontrol jumlah dari variabel yang
secara acak disampel sebagai kandidat pada
setiap pemisahan pohon klasifikasi. Nilai
mtry yang digunakan adalah 1 yang
diperoleh dari metode try and error nilai-
nilai yang telah diajukan oleh peneliti-
peneliti sebelumnya seperti (Ding et al.,
Gambar 10. Peta Klasifikasi Kerentanan 2018; Ngoc Thach et al., 2018).
DBD Menggunakan Algoritma SVM. Hasil klasifikasi kerentanan
Sumber: Analisis Data Menggunakan menggunakan algoritma RF dengan
Software R, 2020. mengacu pada nilai-nilai parameter yang
telah ditentukan sebelumnya dapat dilihat
pada Gambar 12 berikut:

Gambar 11. Kurva AUC-ROC Hasil


Klasifikasi Kerentanan DBD Menggunakan
SVM. Sumber: Analisis Data, 2020.

3.6 Random Forest


Sejalan dengan SVM, kemampuan Gambar 12. Peta Klasifikasi Kerentanan
algoritma random forest dalam melakukan DBD Menggunakan Algoritma RF.
klasifikasi sangat dipengaruhi nilai Sumber: Analisis Data Menggunakan
parameter jumlah pohon keputusan (N- Software R, 2020.
Tree) dan jumlah variabel input (N-fact) Berdasarkan Gambar 12 diatas
sebagaimana dikemukakan oleh (Breiman diketahui bahwa nilai klasifikasi kerentanan
dan Cutler, 2007 dalam Ding et al., 2018). demam berdarah menggunakan algoritma
Untuk itu pemilihan nilai kedua parameter RF berkisar pada nilai 0 sampai 0,99938.
tersebut harus dipilih secara tepat agar RF Selanjutnya penilaian kemampuan
memberikan kemampuan yang maksimal menggunakan metode AUC-ROC
saat melakukan klasifikasi. menunjukan bahwa nilai parameter N-tree
= 500, N-Fact = 6 dan mtry = 1 memberikan
54 --- Oktober
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No. 2 | 2020
hasil yang maksimal dimana nilai AUC mengelompokan nilai piksel hasil
yang diperoleh sebesar 0,9973702 dengan klasifikasi kedalam kelas tertentu dalam
korelasi 0,9427095 seperti yang tersaji pada interval nilai yang sama. Dalam penelitian
Gambar 13 berikut: ini tingkat kerentanan wilayah terhadap
demam beradarah dikelompokan dalam
lima kelas mencakup tidak rentan,
potensial, menengah, cukup rentan dan
rentan.
Informasi atribut hasil analisis zonasi
menggunakan metode natural break
disajikan pada Tabel 3 dan divisualisasikan
dalam bentuk peta seperti yang terlihat pada
Gambar 14.
Tabel 3. Luasan Wilayah Berdasarkan Status
Kerentanan Wilayah Terhadap
Gambar 13. Kurva AUC-ROC Hasil Demam Berdarah.
Klasifikasi Kerentanan DBD Menggunakan Status Luas (Ha) Persentasi
Algoritma RF. Sumber: Analisis Data, Potensial 18.307,26 57,70
2020. Tidak Rentan 8.822,79 27,81
Menurut (Motevalli et al., 2018) nilai Menengah 2.192,49 6,91
AUC 0,9 sampai 1 menunjukan bahwa Cukup Rentan 856,35 2,70
model yang dihasilkan termasuk dalam Rentan 1.551,69 4,89
kelas sangat baik dalam memodelkan
31.730,58 100
demam berdarah di Kota Baubau.
Sumber: Analisis Data, 2020.
3.7 Pembuatan Peta Tingkat Kerentanan Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat
Wilayah Terhadap Demam Berdarah disimpulkan bahwa distribusi kerentanan
Di Kota Baubau. demam berdarah di Kota Baubau secara
Meskipun kedua algoritma spasial di dominasi oleh zona potensial
memberikan kemampuan yang maksimal seluas 18.307,26 hektar atau sebesar
dalam memodelkan demam berdarah, 57,70% dari luas total wilayah. Zona
namun karena algoritma SVM memberikan potensial merupakan kelas dengan urutan
nilai AUC yang lebih baik dari algoritma tingkat kerentanan kedua setelah zona tidak
RF maka pembuatan peta tingat kerentanan rentan dengan persentasi luas wilayah
demam berdarah mengacu pada model yang terluas kedua yaitu sebesar 27, 81%.
dihasilkan melalui algoritma SVM. Sementara itu kelas cukup rentan
Zonasi tingkat kerentanan dilakuakan merupakan zona dengan persentasi luasan
menggunakan metode natural break pada terkecil atau hanya sebesar 2,70% dengan
software sistem informasi geografis melalui cakupan luas wilayah sebesar 856,35
tools reclassify dengan terlebih dahulu hektar. Kelas rentan sebagai zona yang
mengkonversi hasil klasifisikasi dari dianggap paling tinggi tinggi kerentanannya
software R menjadi data berformat raster. terhadap demam berdarah hanya memiliki
Metode natural break bekerja dengan cara luas 1.551,69 hektar atau 4,89%.
membagi zona tingkat kerentanan dengan

Oktober --- 55
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No.2 | 2020

Gambar 14. Peta Tingkat Kerentanan


Demam Berdarah Berdasarkan
Algoritma SVM dan Dikelaskan
Menggunakan Metode Natural Break.
Sumber: Analisis Data, 2020.

Distribusi tingkat kerentanan wilayah administrasinya yang


berdasarkan wilayah administrasi kecamatan divisualisasikan pada Gambar 15.
dapat dilihat dengan menggunakan teknik Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa
analisis overlay/tumpang susun. Teknik secara keseluruhan wilayah administrasi
overlay sendiri merupakan cara kecamatan di Kota Baubau didominasi oleh
penggabungan beberapa layer data spasial zona potensial dan diikuti oleh zona tidak
berikut dengan informasi atributnya. Overlay rentan selain Kecamatan Batupuaro dan
akan menggabungkan informasi layer Kecamatan Murhum yang wilayah
wilayah administrasi dan layer tingkat administrasinya didominasi oleh zona rentan
kerentanan secara bersamaan sehingga dapat terhadap penyakit demam berdarah.
dilihat distribusi kerentanannya berdasarkan
PERSENTASI
92.54

100.00
90.00
70.31
67.69

80.00
57.05

70.00
45.82

60.00
43.22
42.02
41.95

41.74
38.21

50.00
29.04
25.28

40.00
22.84

20.60
19.22
14.85

30.00
12.56
11.85

11.04
10.80

9.62

9.00
8.82
8.76

7.51
7.05

6.66

20.00
5.55
5.46

2.98
2.23
1.88

1.72
1.22
0.93

0.86
0.69
0.41

10.00
0.00
Potensial

Potensial

Potensial

Potensial

Potensial

Potensial

Potensial
Menengah

Rentan

Menengah

Rentan

Menengah

Rentan

Menengah

Rentan

Menengah

Rentan

Menengah

Rentan

Menengah

Rentan

Menengah

Rentan
Tidak Rentan

Tidak Rentan

Tidak Rentan

Tidak Rentan

Tidak Rentan

Tidak Rentan

Tidak Rentan
Cukup Rentan

Cukup Rentan

Cukup Rentan

Cukup Rentan

Cukup Rentan

Cukup Rentan

Cukup Rentan

Cukup Rentan

BatupoaroBetoambari Bungi Kokalukuna Lea-Lea Murhum Sorawolio Wolio

Gambar 15. Persentasi Luas Tingkat Kerentanan Berdasarkan Wilayah Administrasi


Kecamatan di Kota Baubau. Sumber: Analisis Data, 2020.
56 --- Oktober
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No. 2 | 2020
Pada Kecamatan Batupuaro, 92,54% dipandang sangat terdampak oleh demam
wilayah administrasinya didominasi oleh berdarah karena wilayahnya didominasi
zona rentan yang diikuti oleh kelas cukup oleh kelas rentan dan cukup rentan. Kedua
rentan sebesar 7,05%, sementara itu hanya Kecamatan tersebut adalah Kecamatan
0,41% dari wilayahnya berstatus Batupuaro dan Murhum dengan persentasi
menengah. Untuk itu berdasarkan wilayah sebesar 92,54% dan 7,05% serta
pemodelan ini diketahui bahwa wilayah 41,74% dan 9,62%. Selain dari dua
yang sangat terdampak oleh demam kecamatan tersebut masih didominasi oleh
berdarah adalah Kecamatan Batupuaro. kelas potensial dan tidak rentan terhadap
Sejalan dengan itu, Kecamatan Murhum demam berdarah.
juga merupakan kecamatan yang
wilayahnya didominasi oleh kelas rentan
sebesar 41, 74%. Meskipun demikian DAFTAR PUSTAKA
distribusi tingkat kerentanan di Kecamatan Adzan, G., & Danoedoro, P. 2012.
Murhum masih ditemukan kelas tidak Penggunaan Logika Fuzzy dalam
rentan dan potensial sebesar 45,82 dan Pemodelan Spasial Kerentanan DBD
43,22 secara berurutan. Informasi ini di Kota Yogyakarta. Jurnal Bumi
sejalan dengan data (Dinas Kesehatan Kota Indonesia, Vol.1, No.3.
Baubau, 2017) dimana kedua kecamatan ini Bhatt, S., Gething, P. W., Brady, O. J.,
menyumbangkan angka kejadian demam Messina, J. P., Farlow, A. W., Moyes,
berdarah tertinggi pertama dan ketiga. C. L., Drake, J. M., Brownstein, J. S.,
Selain kedua kecamatan yang telah Hoen, A. G., Sankoh, O., Myers, M.
dijelaskan diatas kecamatan lainnya masih F., George, D. B., Jaenisch, T.,
didominasi oleh kelas potensial dan tidak William Wint, G. R., Simmons, C. P.,
rentan mencakup Kecamatan Betoambari, Scott, T. W., Farrar, J. J., & Hay, S. I.
Bungi, Kokalukuna, Lea-Lea, Sorawolio 2013. The global distribution and
dan Wolio dengan persentasi yang yaitu burden of dengue. Nature, 496
41,95% dan 22,84%, 57,05% dan 25,08%, (7446), 504–507.
42,02% dan 38,21%, 43,22% dan 45,82%, https://doi.org/10.1038/nature12060
67,09%, dan 29,04% serta 70,31% dan Bouhennache, R., Bouden, T., Taleb-
11,04%. Persentasi luas wilayah kedua Ahmed, A., & Cheddad, A. 2018. A
kelas ini cukup luas jika dibandingkan New Spectral Index for the Extraction
dengan kelas rentan dan cukup rentan di of Built-Up Land Features From
setiap wilayah. Landsat 8 Satellite Imagery. Geocarto
International, 1–21.
4. KESIMPULAN BPS. 2018. Kota Baubau dalam Angka
Penelitian ini memberikan dua 2018 (2018 ed.). BPS Kota Baubau.
kesimpulan utama mencakup pemetaan Breiman, L. 2001. Random Forest (R. E.
tingkat kerentanan wilayah terhadap Schapire (ed.); hal. 5–32). Kluwer
penyakit demam berdarah di Kota Baubau Academic.
serta distribusinya berdasarkan wilayah Bui, D. T., Le, K. T. T., Nguyen, V. C., Le,
administrasi kecamatan. Pertama, secara H. D., & Revhaug, I. 2016. Tropical
spasial wilayah Kota Baubau masih Forest Fire Susceptibility Mapping at
didominasi oleh kelas potensial dan tidak the Cat Ba National Park Area, Hai
rentan terhadap demam berdarah dengan Phong City, Vietnam, using GIS-
persentasi sebesar 57,70% dan 27,81% based Kernel Logistic Regression.
secara berurutan. Kedua, distribusi spasial Remote Sensing, Vol.8, No. 4, p.1–15.
keretanan demam berdarah berdasarkan Coll, C., Galve, J. M., Sanchez, J. M., &
wilayah administrasi kecamatan diketahui Caselles, V. (2010). Validation of
bahwa terdapat dua kecamatan yang Landsat-7/ETM+ Thermal-Band
Oktober --- 57
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No.2 | 2020
Calibration and Atmospheric Vol. 409, No.22, p.4713–4719.
Correction With Ground-Based Kurniadi, H., Aprilia, E., Utomo, J. B.,
Measurements. IEEE Transactions on Kurniawan, A., & Safril, A. 2018.
Geoscience and Remote Sensing, Perbandingan Metode IDW Dan
Vol.48, No.1, p.547–555. Spline dalam Interpolasi Data Curah
Danoedoro, P. 2012. Pengantar Hujan ( Studi Kasus Curah Hujan
Penginderaan Jauh Digital (B. R. W Bulanan Di Jawa Timur Periode
(ed.); 1 ed.). Jakarta: C.V ANDI 2012-2016 ). Prosiding Seminar
OFFSET Nasiional GEOTIK 2018, 215.
Dinas Kesehatan Kota Baubau. 2017. Profil Lee, H., Kim, J. E., Lee, S., & Lee, C. H.
Kesehatan Kota Baubau Tahun 2017. 2018. Potential Effects of Climate
Baubau: Dinas Kesehatan KOta Change on Dengue Transmission
Baubau Dynamics in Korea. PLoS ONE, Vol.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi 13, No. 28, p.1–23.
Tenggara. 2018. Profil Kesehatan Motevalli, A., Pourghasemi, H. R., &
Provinsi Sulawesi Tenggara.Kendari. Zabihi, M. 2018. Assessment of GIS-
Ding, F., Fu, J., Jiang, D., Hao, M., & Lin, Based Machine Learning Algorithms
G. (2018). Mapping the Spatial for Spatial Modeling of Landslide
Distribution of Aedes aegypti and Susceptibility : Case Study in Iran.
Aedes albopictus. Acta Tropica, Comprehensive Geographic
178(August 2017), p.155–162. Information Systems, 266–268.
Farinelli, E. C., Baquero, O. S., Stephan, Mountrakis, G., Im, J., & Ogole, C. (2011).
C., & Chiaravalloti-Neto, F. (2018). Support vector machines in remote
Low socioeconomic condition and the sensing: A review. ISPRS Journal of
risk of dengue fever: A direct Photogrammetry and Remote
relationship. Acta Tropica, 180 Sensing, Vol.66, No.3, p.247–259.
(January), p. 47–57. Naish, S., Dale, P., Mackenzie, J. S.,
Fawzi, N. I. 2014. Pemetaan Emisivitas McBride, J., Mengersen, K., & Tong,
Menggunakan Indeks Vegetasi S. 2014. Climate Change and
(Surface Emissivity Mapping Using Dengue: A Critical and Systematic
Vegetation Indices). Majalah Ilmiah Review of Quantitative Modelling
Globë, Vol.16, No.2, p.133–139. Approaches. BMC Infectious
Ganie, M. A., & Nusrath, A. (2016). Diseases, Vol.14, No,1, p.1–14.
Determining the Vegetation Indices NASA. 2019. Landsat Science Education.
(NDVI) from Landsat 8 Satellite http://landsat.gsfc.nasa.gov/?p=5186.
Data. International Journal of (Diakses, 29 September 2020).
Advanced Research, Vol.4, No.8, Ngoc Thach, N., Bao-Toan Ngo, D., Xuan-
p.1459–1463. Canh, P., Hong-Thi, N., Hang Thi, B.,
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Demam Nhat-Duc, H., & Dieu, T. B. (2018).
Berdarah Dengue (DBD). Jakarta: Spatial pattern assessment of tropical
Kementerian Kesehatan RI. forest fire danger at Thuan Chau area
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Situasi (Vietnam) using GIS-based advanced
Penyakit Demam Berdarah di machine learning algorithms: A
Indonesia Tahun 2017. Jakarta. comparative study. Ecological
Khormi, H. M., & Kumar, L. 2011). Informatics, 46(May), 74–85.
Modeling Dengue Fever Risk Based Nguyen, N. T., Dang, B.-T. N., Pham, X.-
on Socioeconomic Parameters, C., Nguyen, H.-T., Bui, H. T., Hoang,
Nationality and Age Groups: GIS and N.-D., & Bui, D. T. (2018). Spatial
Remote Sensing Based Case Study. Pattern Assessment of Tropical Forest
Science of the Total Environment, Fire Danger at Thuan Chau Area
58 --- Oktober
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No. 2 | 2020
(Vietnam) using GIS-based Advanced
Machine Learning Algorithms : A WHO. 2018. Dengue and Severe Dengue.
Comparative Study. Ecological WHO. 2019. Neglected tropical diseases.
Informatics, 46(March), 74–85. https://www.who.int/neglected_diseas
Pineda-Cortel, M. R. B., Clemente, B. M., es/en/(Diakses, 24 Agustus 2020)
& Nga, P. T. T. (2019). Modeling and Widayani, P. 2010. Pemodelan Spasial
Predicting Dengue Fever Cases in Epidemiologi Demam Berdarah
Key Regions of the Philippines using Dengue Menggunakan Sistem
Remote Sensing Data. Asian Pacific Informasi Geografi Di Kecamatan
Journal of Tropica Medicine, Vol.12, Depok Kabupaten Sleman
No.2, p.60–66. Yogyakarta. Jurnal Geografi Gea,
Sluiter, R. 2008. Interpolation Methods for Vol.10, No.2.
Climate Data literature review. World Economic Forum. 2017. Global
USGS. 2019. USGS EROS Archive - Shapers Survey. In World Economic
Landsat Archives - Landsat 8 OLI Forum.
(Operational Land Imager) and TIRS http://www.shaperssurvey2017.org
(Thermal Infrared Sensor). (Diakses (Diakses, 24 Agustus 2020)
24 Agustus 2020) Yu, P. S., Yang, T. C., Chen, S. Y., Kuo, C.
Valor, E., & Caselles, V. (1996). Mapping M., & Tseng, H. W. (2017).
Land Surface Emissivity from NDVI: Comparison of Random Forests and
Application to European, African, and Support Vector Machine for Real-
South American Areas. Remote Time Radar-Derived Rainfall
Sensing of Environment, Vol.57, Forecasting. Journal of Hydrology,
No.3, p.167–184. 552, p.92–104.

Oktober --- 59
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol. 4 | No.2 | 2020

60 --- Oktober

Anda mungkin juga menyukai