Universitas Nasional
Sastra Indonesia
Chairil Anwar merupakan sosok sastrawan penyair yang melegenda namanya hingga
saat ini, walau terbilang memiliki hidup yang singkat namun semangat perjuangan dan
nasionalisme yang Chairil tuangkan dalam puisi-puisinya tetap membekas pada penikmat
karya puisi. Chairil Anwar dikenal dalam dunia kesusastraan saat umurnya beranjak 20 tahun
ketika karya tulisannya termuat dalam Majalah Nisan di tahun 1942. Sajak-sajak hasil
pemikiran Chairil dipengaruhi pula oleh seniman dan sastrawan luar dari Belanda yakni Du
Perron, Marsman, Ter Braak. Chairil Anwar termasuk juga tokoh yang tidak kurang
kekhilafannya dari segi ukuran manusia, namun juga memiliki keistimewaan lebih dari
sebagian penyair dan pengarang puisi asing ke dalam Indonesia.
Hingga kini Chairil terkenal atas sajaknya yang bersifat individualistis dan berat
dalam eksistensialisme, meskipun begitu Chairil selalu dikutip atas nilai perjuangan pada
sajak-sajaknya yang dipandang monumental dan sering menjadi bahan apresiasi di dunia
pembelajaran. Beberapa karya puisi Chairil yang bertemakan perjuangan dan nasionalisme
antara lain adalah Puisi Dipenegoro, Krawang-Bekasi dan Persetujuan dengan Bung Karno,
ketiga puisi ini memiliki aspek kobaran semangat perjuangan dan juga nasionalisme cinta
negara, seperti yang dapat dilihat pada puisi berikut:
1
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
inasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
Puisi ini sangatlah menggambarkan semangat cinta negara, terlihat pada setiap
baitnya bahwa puisi ini merupakan arahan untuk maju dan berjuang demi negara, atas sajak-
sajak perjuangannya yang menggoreskan pengaruhnya dalam persajakan modern pada saat
itu membuat H.B. Jassin kritikus ternama dalam dunia sastra memberi gelar dan
menasbihkkan Chairil Anwar laksana pelopor angkatan 45.
2
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
3
Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu
Dari mulai 17 Agustus 1945
Dalam Puisi persetujuan dengan Bung Karno, Chairil menuangkan makna perjuangan yang
tidak bisa dilakukan sendiri melainkan harus dijalankan bersama-sama. Puisi ini juga
menyiratkan kekaguman kepada Bung Karno dan juga adannya elemen penghormatan. Dapat
ditelaah bahwa pesan yang disampaikan Chairil dalam puisi Persetujuan Dengan Bung Karno
diatas adalah mengenai semangat mendampingi pemimpin negeri.