BAB I
1
PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan
pemerintah di seluruh dunia.Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta
orang meninggal karena masalah akibat kerja.Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami
kecelakaan fatal.Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami
kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja.Biaya yang harus
dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian
yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja
setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto
(GDP).
Pada dasawarsa 1990-an, Indonesia, melewati suatu periode yang ditandai dengan
pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga tahun 1997, walaupun periode sesudah itu didera
oleh krisis keuangan.Selama tahap pertumbuhan tersebut, ternyata jumlah kecelakaan kerja
cenderung mengalami kenaikan.Tetapi selama resesi, jumlah biaya yang dialokasikan untuk
keselamatan dan kesehatan kerja justru termasuk salah satu yang mengalami pemangkasan.
Sehubungan dengan hal ini, ILO berpendapat bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu
negara, keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang
bagaimanapun juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tersebut sedangmengalami
pertumbuhan ekonomi maupun ketika sedang dilanda resesi. Tingkat kecelakaan-
kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-
negara industri. Kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang
pertanian, perikanan, perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang
2
tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja
mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan pemakaian
zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak terungkap
termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke.
Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea
menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang kerja,
yang seharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja
yang bersangkutan tidak mengalami kecelakaan dan kerugian laba sebesar 340 milyar
rupiah. Bulan Januari 2003 menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja yang tercatat di
Indonesia telah meningkat dari 98,902 kasus pada tahun 2000 menjadi 104,774 kasus pada
tahun 2001. Dan 11 selama paruh pertama tahun 2002 saja, telah tercatat 57,972 kecelakaan
kerja.Meskipun tingginya angka kecelakaan kerja ini cukup memprihatinkan, hal ini
menyiratkan adanya perbaikan yang nyata dalam pelaporan dan penyebaran informasi
tentang kecelakaan kerja pada masyarakat.
Untuk itu pemerintah telah mengaturnya dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: Per05./MEN/1996 tentang berbagai aspek Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang
perlu mendapatkan perhatian, perlindungan tenaga kerja mendapatkan prioritas yang cukup
tinggi dalam suatu industri, khususnya industri yang rawan cedera, pencemaran dan
penyakit akibat kerja.
Tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan terutama di sektor industri mempunyai peranan
dan kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, maka sudah seharusnya
mendapatkan perlindungan yang memadai sesuai dengan standar- standar yang berlaku agar
mereka dapat bekerja dengan tenang dan nyaman sehingga akan dapat meningkaatkan produktifitas
pekerja. Pelaksanaan perlindungan terhadap pekerja memerlukan kerja sama antara pengusaha,
3
tenaga kerja, dan pemerintah yang ditunjang oleh peraturan perundang- undangan dalam bidang
kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Hal ini ditunjang oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per. 04/Men/ 1987 tentang
pembentukan Panitia Penyelenggara Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) dan pengangkatan
ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Dalam pekerjaan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja, diantaranya faktor biologis, fisika dan kimia, penulis akan memfokuskan kepada
faktor kimia dan sanitasi lingkungan kerja yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.
K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat
dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran
lingkungan yang bertujuan agar produktivitas meningkat sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan
korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu
proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada
masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi
risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal.
Higiene perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang
dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif
dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk
dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan
masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
4
1.2 Waktu dan Tempat Observasi
Nama Perusahaan : PT. Multi Sarana Utama Propertindo
Hotel Vio Pasteur
Tempat : Jl. Dr. Djunjunan Pasteur No. 154, Bandung
Jumlah Tenaga Kerja : 35 Tenaga Kerja
Waktu Observasi : Kamis, 6 Desember 2018
5
N
o Departemen Jumlah Karyawan tetap Karyawan kontrak Harian
1 DIR.OPERASIONAL 3 1 2 0
2 FRONT OFFICE 13 3 10 0
3 HOUSEKEEPING 38 22 6 10
4 FB.PRODUCT 13 2 8 3
5 FB.SERVICE 11 1 2 8
7 ACCOUNTING OPERASIONAL 18 2 16 0
8 ENGINEERING 12 7 3 2
9 HRD 3 0 3 0
10 HEALTH CENTER 1 0 1 0
11 SECURITY 20 10 10 0
12 CAFÉ 11 5 6 0
Total 157 57 77 23
R
p
c
e
ti
n
o lK
istH
uG
r
(diantar ke kamar)
6
Setiap perusahaan selalu memiliki proses produksi untuk menjalankan dan mengembangkan
suatu usaha. Oleh karena itu semua perusahaan yang baik pasti memiliki alur produksi yang
baik. Berikut adalah alur produksi Hotel Vio Pasteur:
1. Setiap tamu yang datang akan diarahkan ke bagian resepsionis.
2. Petugas Resepsionis dapat memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh tamu
(fasilitas – fasilitas hotel, tipe kamar, tarif kamar, dll) dan lalu tamu memesan kamar. Petugas
resepsionis diharuskan melayani dengan sopan, senyuman, dan ramah.
3. Petugas resepsionis memastikan ketersediaan dan kelayakan kamar.
4. Kemudian tamu memilih dan menentukan tipe kamar yang diinginkan, lalu dilakukan
transaksi antara tamu dengan petugas resepsionis. Tamu dapat check in pada jam 2 siang.
5. Setelah melakukan transaksi, tamu diantarkan ke kamar oleh House Keeper.
6. Tamu dapat check out sampai jam 12 siang setelah menginap sesuai lama hari yang
ditentukan. Tamu juga dapat memperpanjang penginapannya pada petugas resepsionis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang
dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif & kuantitatif
dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk
dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan
masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan,
kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang menjadi ruang lingkup hygiene
industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah
8
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit (steadt state,
narrow band noise). Misalnya gergaji sekuler, katup gas, dll.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas pesawat
terbang.
d. Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya: pukulan,
tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perushaan.
2) Akibat paparan kebisingan.
Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40 jam seminggu
maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi pendengaran yang dapat
terjadi secara sementara atau permanen.
3) Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level
meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi dari 20-
20.000Hz.
b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek yang dikerjakan
dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas cahaya dapat diukur
dengan Luxmeter.
Sifat-sifat pencahayaan
1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis
pekerjaan.
2. Pencegahan kesilauan.arah sinar
3. Warna
4. Panas cahaya.
9
c. Iklim dan suhu.
Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas. Saridewi
(2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada
tenaga kerja seblum atau sesudah terpapar panas yang memperburuk kondisi tenaga
kerja. Sistem termoregulasi pada hipotalamus akan merespon dengan beberapa
mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi dengan tujuan
untuk mempertahankan suhu tbuh sekitara 36-37 derajat celcius. Namun apabila
paparan dibiarkan terus menrus akan menyebabkan kelelahan dan akan menyebabkan
timbulnya efek “heat stress’ (ErwinD 2004).
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk lingkungan fisik
tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim kerja dengan
menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari Wet Bulb Globe
Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat kerja adalah sbb:
Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja ringan dalam 8
jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang 26,7 derajat celsius dan berat 25
derajat celsius.
Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja ringan dalam 8
jam sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang 29,4 derajat celsius dan berat
27,9 derajat celsius.
Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja ringan dalam 8
jam sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang 31,1 derajat celsius dan berat 30
derajat celsius.
d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran lengan/tangan
( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa melalui kaki ( tempat
berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi biasa pada alat pengangkut
eperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-tangan adalah getaran yang terjadi
melalui lengan dan tangan, misalnya pada gerinda, bor tangan, dan gergaji listrik.
10
Tiga aspek penting pada getaran :
Level(m/dr2)
Frekuensi (Hz)
Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan white
finger serta kelainan otot rangka.
Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat dalam sehingga
dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan gangg.penglihatan
Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran :
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration acceleration
meter.
e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.
2. Faktor Kimia
Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang digunakan, diolah dan dihasilkan dalam industry,
sehingga diperlukan upaya :
11
Survey, untung mengenal dan mengidentifikasi berbagai bahan kimia yang terdapat di
industry supaya dapat direncanakan evaluasi dan assesmen selanjutnya
Mengenal proses produksi
Mempelajari Material Safety Data Sheet dari tiap bahan kimia yang digunakan dalam
proses produksi
12
kadar bahan di udara lingkungan kerja bahwa tenaga kerja masih dapat bekerja tanpa terganggu
kesehatannya.
Antara zat kimia satu dan zat kimia lainnya dapa tmenimbulkan interaksi satu sama lain, efek
yang terjadi dapat dibedakan dalam:
Efek aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua zat kimia atau
lebih. Pengaruh racun yang terjadi merupakan penjumlahan dan efek masing-masing zat
kimia.
Efek sinergi yaitu suatu keadaan bahwa pengaruh gabungan dari dua zat kimia atau lebih
jauh lebih besar daripada jumlah masing-masing efek bahan kimia.
Efek antagonis yaitu apabila gabungan dua zat kimia atua lebih efeknya jauh lebih kecil
daripada jumlah efek masing-masing.
Pemajanan terhadap bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan biologic atau fungsi
tubuh yang manifestasinya berupa keluhan, gejala, dan tanda gangguan kesehatan. Kerusakan
jaringan atau sel tubuh terutama terjadi pada organ target yakni bagian yang terserang zat kimia,
tergantung organ target bahan kimia dapat berupa neurotoksik, hepatotoksik, nefrotoksik, sistemik,
dsb.
Berdasarkan gejala yang ditimbulkannya, bahan kimia dapat bersifat asfiksian, iritan, alergi.
Selanjutnya ditinjau dari lama atau waktu timbulnya gejala, efek bahan kimia bias terjadi akut dan
kronis.
Tanda atau gejala terjadi akibat keracunan bahan kimia bisa bervariasi dari tanda dan gejala
spesifik sampai non spesifik misalnya lemas, pusing, mual, muntah, gemetar, nafsu makan
berkurang.Gejala yang spesifik misalnya kelumpuhan, gangguan penglihatan, diare yang menetap,
pendarahan, dll.
Berikut contoh bahan kimia dan pengaruhnya terhadap kesehatan :
ASFIKSIAN (bahan yang menimbulkan anoksia – kekurangan oksigen) yaitu bahan yang
dapat mengurangi oksigen atau meningkatkan karbon dioksida dalam darah atau jaringan.
Berdasarkan mekanisme terjadinya, anoksia dibagi 3 :
Anoksia anoksik, yaitu kekurangan oksigen dalam udara pernafasan dan darah,
disebabkan penggantian atau pengenceran oksigen dalam atmosfir. Zat-zat yang
dapat menimbulkan anoksia anoksik adalah etana, helium, hydrogen sulfide,
nitrogen oksida.
13
Anoksia anemik : kekurangan oksigen yang dapat diangkut oleh hemoglobin (Hb)
dalam sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gas CO, aniline,
toluidine, yang mempunyai daya ikat (afinitas) terhadap Hb lebih kuat, sehingga Hb
tidak mampu lagi mengikat oksigen.
Anoksia histotoksik : disebabkan kerusakan pada sel, sehingga tidak mampu
mengambil oksigen dan darah; misalnya akubat asam sianida, nitrit.
IRRITANT (perangsang) : bahan yang menimbulkan peradangan dari selaput lender atau
kulit pada tempat kontak, factor konsentrasi mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan
waktu pemaparan. Contoh zat irritant :
14
Karbon Antimon Amen
tetraklorida Tetrakloroetilena Fosfor kuning
Dimetil Trikloroetilena Selenium
nitrosamine Aflatoksin Toluene diamin
Etil alkohol Vinilklorida Notribenzena
Trinitro toluene
ZAT KIMIA NEFROTOKSIK: bahan kimia yang dapat meracuni ginjal. Contoh:
Arsen
Aniline
Organoklorin
Cadmium
Toluene
Kloroform
Karbon tetraklorida
Etilen glikol
Fosfor kuning
Methanol
Timah hitam
Fenol
Merkuri
ZAT KIMIA HEMATOTOKSIK: bahan kimia yang dapat meracuni darah. Contoh :
a. Bahan-bahan kimia:
Fume (asap) :
15
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas yang
biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.
Gas :
Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri, melainkan
mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.
Uap:
Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk zat padat atau
zat lain yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud semula.
Kabut
Debu
c. Pengukuran.
Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor yang
prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-bahan kimia di
udara, dan kemudian bereraksi dengan reagen yang sudah tesedria di dalam
tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai kualitas dan kuantitas.
Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi,
presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut imprengen,
prinsipa kerjanya adalah debu dihisap dan mengalami imprengemen dan
sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.
16
d. Nilai ambang batas.
NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997
tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja.
Kategori nilai ambang batas:
1. NAB rata-rata selama jam kerja.
2. NAB pemaparan singkat.
3. NAB tertinggi
3. Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan oleh adanya
mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
Infeksi akut dan kronis
Parasit
Produk toksik.
Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
Irritan.
17
C. PENGENDALIAN
Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang: nama
bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek paparan, cara
penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
Memiliki SDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang dibuat oleh
seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi, sifat fisik dan kmia,
cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek terhadap
kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat dan nomer
telepon pabrik pembuat atau distributor.
Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban , melakukan
identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman, penganggulangan keadaan
darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di bidang kimia.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya adalah keputusan
menteri tenaga kerja RI, No.KEP 187/Men/1999.
18
Sanitasi Industri
19
Syarat wastafel, dan ruang ganti yang ideal
Yang perlu diperhatikan adanya tempat cuci tangan, mandi dan ruang ganti,
pembuangan sampah dan tempat terpisah antara pekerja pria dan wanita. Tempat
cuci harus tersedia 1 tempat cuci 25 orang tenaga kerja dan satu untuk tiap
tambahan 15 orang tenaga kerja kalau jumlah tenaga kerjanya lebih dar 100
orang.
Ruang makan harus cukup luas, tenaga kerja dapat makan secara sekaligus
atau secara bergilir. Tenaga kerja dilarang makan, minum, dan merokok di tempat
kerja terutama di tempat kerja yang banyak bahan berbahayanya.
Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan bagi pekerja di perusahaan perlu diperhatikan. Jika
sanitasinya kurang baik maka dapat menyebabkan keracunan makanan.
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh bakteri pathogen, parasit yang
terdapat pada makanan ataupun akibat kontaminasi makanan dengan bahan kimia
seperti Arsen (As), Cadmium (Cd), Lead (Pb), dan sebagainya.
Upaya pencegahan keracunan makanan dapat dilakukan dengan cara
menuediakan tuang makan khusus yang terpisah jauh dari tempat kerja dan bebas
kontaminasi bahan bahan kimia beracun, pengontrolan bahan makanan yang akan
diolah, menggunakan air yang memenuhi syarat standar kesehatan dan memasak
makanan sebelum dikonsumsi, pengelola makanan mengerti tentang sanitasi
makanan dan gizi kerja.
20
3. Pengawasan mulai dari dihasilkan sampai dibuang/ditimbunnya
limbah B3
4. Pengolahan dan penimbunan limbah B3 diusahakan dilakukan
sedekat mungkin dengan sumbernya.
5. Semua limbah B3 harus diberlakukan sama di dalam pengolahan dan
penanganannya.
6. Pembangunan berkelanjutan
B. BENTUK LIMBAH
1. Limbah cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula
bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya
air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian
dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan
sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian
diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini
mengakibatkan buangan air.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu
penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi
industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi
pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,
namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun
demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan
limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan
untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam
memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi
pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun
harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan
21
kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai
teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya
telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik
pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisik
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode
pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau
secara kombinasi. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau
kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair
dapat digolongkan berdasarkan pada :
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat. Keasaman sebagai salah satu
contoh sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan
metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda
SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N)
dengan metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand
(BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan
metoda Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-
IDA-SSA
2. Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.
Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah
tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan,
22
pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat:
kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca,
organik, bakteri, kulit telur, dll. Limbah padat adalah hasil buangan
industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses
pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil,
potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai
ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat
ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu
tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.
3. Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa
partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga),
hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut
fotokimiawi), karbon monoksida dan timah. Udara adalah media
pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi
pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-
lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami
akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua
bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih
mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap,
kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat
dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat
langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon
dan lain-lain.
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Menurut PP RI No. 18/1999 tentang pengolahan limbah bahan
berbahaya dan beracun adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung
bahan berrbahaya dan beracun, yang karena sifat dan atau
23
konsentrasinya, baik secara langsung maupun tak langsung merusak
lingkungan hidup, kesehatan maupun manusia. Limbah B3 dapat
diklasifikasikan sebagai zat bahan yang mengandung satu atau lebih
senyawa:
Mudah meledak (explosive)
Pengoksidasi (oxidizing)
Amat sangat mudah terbakar (extremely flammable)
Sangat mudah terbakar (highly flammable)
Mudah terbakar (flammable)
Amat sangat beracun (extremely toxic)
Sangat beracun (highly toxic)
Beracun (moderately toxic)
Berbahaya (harmful)
Korosif (corrosive)
Bersifat mengiritasi (irritant)
Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
Karsinogenik/dapat menyebabkan kanker (carcinogenic)
Teratogenik/dapat menyebabkan kecacatan janin (teratogenic)
Mutagenik/dapat menyebabkan mutasi (mutagenic)
24
pada titik nyala tidak lebih dari 400C (1400F) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan
api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg.
Limbah bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan
tekanan standar (250C, 760mmHg) dapat mudah
menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan
uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang
terus menerus.
Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah
terbakar.
Merupakan limbah pengoksidasi.
Limbah yang bersifat reaktif, yaitu limbah yang
mempunyai salah satu sifat berikut:
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan
dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
Limbah yang apabila bercsmpur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap, atau
asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
Merupakan limbah sianida, sulfida, atau amonia yang
pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan
gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan.
Limbah yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu
dan tekanan standar (250C, 760mmHg).
25
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas
atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida
yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun, yaitu limbah yang mengandung pencemar
yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam
tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut. Limbah yang
menyebabkan infeksi, yaitu limbah kedokteran, limbah dari
laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
yang dapat menular. Limbah bersifat korosif, yaitu limbah yang
mempunyai salah satu sifat berikut:
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja .
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat
asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk bersifat basa.
26
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA
A. Faktor Fisik
27
lama berada di tempat tersebut. tidak berada terlalu
- Terdapat suara bising yang mendadak di lama di dalam ruangan.
ruang pompa air yang bisa membuat - Perawatan dan
petugas terkejut. perbaikan pendingin
ruangan bila sudah
menimbulkan suara
bising.
- Perawatan berkala
mesin pompa air.
28
No. Hasil Pengamatan Faktor yang Saran
Berperan
1. Di bagian dapur terdapat bahan -Kimia Menyediakan
kimia untuk pembersih alat makan -Biologi informasi bahan
yang terbuat dari keramik, petugas -Kebersihan (MSDS)
sudah mengenakan APD (sarung
dan penjepit). Sebaiknya
pembuangan sampah
Sampah di dapur diangkut setiap dilakukan secara
penuh, dan tidak ada batas waktu rutin setiap
tertentu. pergantian shift,
meskipun belum
Alat makan yang sudah dicuci penuh.
tidak ditempatkan pada tempat
yang tertutup. Alat makan yang
sudah dicuci
Pest control dilakukan 2 kali diletakkan di tempat
seminggu, dan general cleaning 1 tertutup supaya tidak
bulan sekali. terkena kontaminasi
debu dan serangga.
29
2. Pada ruangan panel terlihat kurang -biologi Sebaiknya ruangan
tertata dengan rapi, banyak kabel -kimia panel dirapikan dan
yang tidak teratur, ruangan -kebersihan ditata dengan lebih
berdebu. baik, kebersihan.
30
Belum terdapat pembagian Diberikan
pembuangan sampah basah, pembuangan sampah
kering, dan B3. yang terpisah untuk
sampah basah, dan
kering, dan B3.
31
6. Ruang makan karyawan memiliki -biologi Sebaiknya dibuat
ventilasi yang kurang memadai -kebersihan ventilasi tambahan
sehingga ventilasi udara terganggu -petugas higien agar lebih baik.
sehingga ruangan menjadi lembab industri
yang memungkinkan jamur
berkembang biak.
32
8. Prosedur pembersihan kamar Sudah baik, namun
sudah dilakukan dengan baik, perlu adanya
pekerja menggunakan masker informasi mengenai
ketika menata tempat tidur. kandungan dan
Prosedur pembersihan kamar komposisi, sifat fisik
mandi sudah dilakukan dengan dan kimia,
baik, pekerja mengenakan APD bagaimana cara
(masker, sarung tangan yang pengangkutan dan
sesuai, sepatu). penyimpanan,
informasi APD, dan
efek terhadap
kesehatan.
33
9. Pengolahan limbah air sudah -kimia Adanya informasi
dilakukan namun belum ada -kebersihan dan dokumentasi
informasi dan dokumentasi yang -biologis yang lengkap terkait
lengkap terkait baku mutu -limbah baku mutu
lingkungan. -petugas lingkungan.
hygiene
industri
34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Secara umum penatalaksanaan Higiene di Hotel Vio Pasteur dari
penilaian sudah berjalan cukup baik. Akan tetapi ada beberapa hal yang
perlu di evaluasi lebih lanjut; seperti kurangnya penerangan di beberapa
ruangan, yang menyebabkan pencahayaan di bagian penerimaan tamu,
sebagian lorong dan kamar hotel masih kurang terang. Kebisingan pada
bagian genset dan pompa air, meski hanya dalam waktu singkat namun
perlu juga diperhatikan. Selain itu jadwal pengambilan sampah dapur
diambil saat sudah penuh, dan ini akan menimbun sampah jika belum
penuh. Lebih lanjut di bagian dapur, ditemui penyimpanan alat makan
belum ditempatkan dalam tempat yang terlindungi. Aspek kerapihan
ruangan panel pun perlu diperhatikan agar terhindar dari faktor biologi
dan kimia, selain itu agar bisa terlihat faktor risiko bahaya dari alat panel.
Belum ditemukan pembagian sampah menjadi sampah organik dan non
organik. Diperlukan perbaikan di beberapa tempat seperti ventilasi, dan
plafon yang pada beberapa tempat kurang baik. Baku mutu lingkungan
pengolahan limbah yang masih belum terdokumentasi.
B. SARAN
Perlu adanya pengujian yang objektif untuk penerangan minimal yang
dibutuhkan dan perbaikan penerangan yang lebih baik di beberapa
ruangan hotel.
Diperlukan pemeriksaan tingkat kebisingan dengan menggunakan alat
uji supaya tingkat kebisingan terkontrol. Petugas diharapkan tidak
berada terlalu lama di dalam ruangan. Perawatan dan perbaikan
pendingin ruangan bila sudah menimbulkan suara bising. Perawatan
berkala mesin pompa air.
35
Perlu adanya perbaikan pada ventilasi sehingga sirkulasi udara yang
rusak, dan penambahan ventilasi di beberapa ruangan yang terasa
panas untuk pekerja. Bagi pekerja di lapangan bisa disediakan pakaian
yang sesuai untuk bekerja. Agar suhu dan ventilasi tempat kerja
menjadi lebih baik dan meningkatkan kenyamanan bagi tenaga kerja.
Selain memperbanyak ventilasi, exhaust fan juga perlu selalu
dinyalakan ataupun secara berkala, untuk sirkulasi udara yang baik.
Perlu pemeriksaan berkala K3 dengan standar yang terdokumentasi,
agar kondisi lingkungan kerja terkontrol dengan baik.
Alat makan perlu selalu ditempatkan pada tempatnya agar terhindar
dari kontaminasi dan terlindungi.
Petugas harus selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas
kerja yang perlu higienitas baik dan menggunakan sarung tangan serta
penggunaan cap untuk petugas masak.
Kerapihan ruangan panel tetap perlu dijaga, diberikan label, dan
simbol untuk dapat menentukan risiko, efek, serta pertolongan
pertama bila terjadi sesuatu.
Perlu perbaikan pada tempat sampah dan pemisahan sampah organik
maupun non-organik.
Perlu edukasi dan pengawasan kepada petugas kebersihan agar
menggunakan alat pelindung diri.
Perlu adanya standar baku mutu lingkungan yang terdokumentasi
dengan baik untuk pengolahan limbah di lingkungan pekerjaan.
36
BAB V
PENUTUP
37