Anda di halaman 1dari 18

1

KOMANDO DAERAH MILITER VI/MULAWARMAN


PEMBINAAN MENTAL DAN SEJARAH

KAJIAN RENCANA NAMA KODAM DI IKN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Nama Satuan Kodam di IKN memiliki makna yang positif bagi upaya
menanamkan sifat Patriotisme prajurit dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya, sehingga nama satuan Kodam sebagai cerminan tekad untuk
mewujudkan Dharma Bhakti prajurit memiliki arti yang penting.

b. Nama Satuan Kodam di IKN dalam perkembangannya dapat digunakan


secara efektif dan menjadi identitas satuan yang selama ini sangat dijunjung
tinggi oleh segenap prajurit dan masyarakat. Penggunaan nama satuan Kodam
dihadapkan dengan perkembangan budaya dan nilai strategisnya
memungkinkan untuk dimaknai dengan lebih mendalam dan aktual sehingga
nilai-nilai kejuangan yang ada di dalamnya dapat di aplikasikan dalam
kehidupan prajurit secara nyata.

c. Dengan memaknai makna nama satuan Kodam yang bernilai strategis


bagi keberadaan satuan Kotama di IKN, maka perlu di buat suatu kajian untuk
mendapatkan makna dari lambang satuan sehingga berdaya guna bagi satuan
Kodam.

2. Maksud dan Tujuan. Maksud dan Tujuan kajian ini adalah sebagai berikut :

a. Maksud. Memberikan gambaran kepada pimpinan tentang lambang


Nama Kodam di IKN dalam bentuk kajian historis.

b. Tujuan. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan di dalam


menentukan kebijakan dalam penggunaan Nama satuan Kodam di IKN.

3. Ruang lingkup dan Tata urut.

a. Pendahuluan
b. Latar belakang pemikiran
c. Data dan Fakta
d. Analisa
e. Penutup

4. Metode dan Pendekatan.

a. Metode : Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah historis


b. Pendekatan : Pendekatan yang digunakan adalah induktif.
2

5. Dasar. Surat Telegram Pangdam VI/Mlw nomor ST/1623/2022 tanggal


4 Nopember 2022 tentang Kabintaljarahdam VI/Mlw menyiapkan dan merencanakan
nama Kodam di IKN untuk bahan Pangdam VI/Mlw sebagai Narasumber pada
pelaksanaan FGD kajian strategis Sahli Kasad.

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum.

Dalam upaya memperoleh pemahaman yang memadai tentang Nama


Kodam di IKN, maka perlu dijelaskan sejarah historis yang berada di wilayah
Kalimantan dan perkembangannya sampai saat ini.

7. Landasan Visional

a. Semangat untuk memindahkan Ibukota Negara Indonsia dari Jakarta


sudah dimulai dari Preseiden Pertama Ir. Sorkarno pada 17 April 1957.
Soekarno mempunyai visi bahwa sebaiknya ibu kota baru berada di luar
Jawa, khususnya di Indonesia bagian timur. Palangkaraya, Kalimantan
Tengah, menjadi salah satu kota yang diincar Soekarno. Pada 17 April 1957,
Soekarno meletakkan batu pertama di kota tersebut sebagai “sister city”
Jakarta. Beberapa kontraktor dari Rusia bahkan sudah datang ke
Palangkaraya dan membangun jalan besar menuju Kotawaringin. Namun
demikian, Soekarno sejatinya tak berencana secara langsung memindahkan
ibu kota. Peran Palangkaraya hanya berbagi beban terhadap kebutuhan daya
tampung Jakarta.

b. Presiden ke 2 Soeharto juga mempunyai gagasan untuk memindahkan


ibu kota negara dari Jakarta ke Jonggol, sebuah daerah di Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Soeharto bahkan sempat menerbitkan Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 1 Tahun 1997. Keppres tentang Koordinasi Pengembangan
Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri itu disebut-sebut sebagai landasan
hukum awal rencana pemindahan ibu kota.

c. Presiden ke-7 Ir Jokowi Widodo. Gagasan pemindahan ibu kota


negara kembali diusung Presiden Jokowi. Jokowi mengatakan, kajian soal
pemindahan ibu kota negara sudah dilakukan sejak lama. Namun, perlu
keberanian untuk mengeksekusinya. "Kalau tidak kita eksekusi kajian-kajian
yang ada ini, ya sampai kapan pun tidak akan terjadi. Memang butuh
keberanian, ada risikonya dari situ, tapi kita tahu kita ingin pemerataan bukan
Jawa-sentris tapi Indonesia-sentris,"

8. Referensi 15 Nama Kodam di Indonesia

a. Kodam I/Bukit Barisan


3

Nama Bukit Barisan diambil dari jajaran gunung yang melintas sepanjang
pulau Sumatera, dari ujung paling selatan Lampung sampai paling ujung utara
Aceh Jajaran gunung tersebut dinamakan Bukit Barisan karena bukit dalam
terminologi bahasa Melayu memiliki arti yang sama dengan gunung dalam bahasa
Jawa.

b. Kodam II/Sriwijaya

Nama Sriwijawa diambil dari nama Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya


lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapuntah
yang Sri Jayanasa. Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang
ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka.

c. Kodam III/Siliwangi

Nama Siliwangi diambil dari nama Prabu Siliwangi


Prabu Siliwangi yang juga dikenal sebagai Prabu Dewataprana Sri Baduga
Maharaja merupakan sosok yang memimpin Kerajaan Pajajaran. Prabu
Siliwangi memimpin Kerajaan Pajajaran yang bercorak Hindu pada rentang
tahun 1482-1521 M.

d. Kodam IV/Diponegoro

Nama Diponegoro diambil dari nama Pangeran Diponegoro


Pangeran Diponegoro adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir 11 November 1785 di Yogyakarta,
dengan nama asli Raden Mas Ontowiryo. Putra dari Sri Sultan Hamengku
Buwono III

e. Kodam V/ Brawijaya

Nama Brawijaya diambil dari nama Raja Brawijaya V.


Kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berawal tahun 1293 hingga runtuhnya
pada 1527 Masehi ini punya sederet pemimpin terkenal dalam riwayat silsilah
raja-rajanya, dari Raden Wijaya, Hayam Wuruk, hingga Brawijaya V. Pendiri
Majapahit adalah Raden Wijaya (1293-1309) yang sebelumnya merupakan
panglima perang Kerajaan Singasari sekaligus menantu kesayangan raja
terakhirnya yakni Kertanegara.

f. Kodam VI/Mulawarman.

Nama Mulawarman diambil dari nama Raja Kutai yang membawa kejayaan
Kerajaan Kutai yang didirikan oleh Kudungga yang juga merupakan
kakeknya. Mulawarman adalah putra dari Asmawarman, raja kedua Kerajaan
Kutai, yang mewarisi takhta pada sekitar abad ke-4.

g. Kodam XIV/Hasanuddin

Nama Hasanuddin di ambil dari nama Pahlawan Nasional.


Sejarah dan Perjuangan Sultan Hasanuddin Melawan Belanda Sultan
Hasanuddin dikenal sebagai Ayam Jantan dari Timur. Sebutan nama karena
4

perjuangan Sultan Hasanuddin melawan VOC. Sultan Hasanuddin lahir 12


Januari 1631 di Makassar, Sulawesi. Ia meninggal dunia di usia 39 tahun,
pada 12 Juni 1670.

h. Kodam IX/Udayana
Nama Udayana diambil dari nama Raja UdayanaRaja Udayana (atau
Dharma Udayana Warmadewa; Sri Dharmodayana Warmadewa Udayana)
adalah seorang penguasa di masa kejayaan Bali Dwipa yang memerintah
sekitar tahun 983 - 1011 M.

i. Kodam XII/Tanjungpura
Nama Tanjungpura diambil dari nama Kerajaan Kalbar. Kerajaan
Tanjungpura atau Tanjompura atau Kerajaan Matan merupakan kerajaan
tertua di Kalimantan Barat yang wujud sejak abad ke-8. Tanjungpura pernah
menjadi provinsi Kerajaan Singasari sebagai Bakulapura. Nama bakula
berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tumbuhan tanjung (Mimusops
elengi), sehingga setelah dimelayukan menjadi Tanjungpura.

j. Kodam XVI/Patimura

Nama Patimura diambil dari nama Pahlawan Nasional


Patimura adalah pahlawan yang berjuang untuk Maluku melawan VOC
Belanda. Sebelumnya Pattimura adalah mantan sersan di militer Inggris. pada
tahun 1816 Inggris bertekuk lutut kepda belanda. Kedatangan kembali
kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal
ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan
kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya
bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura.

k. Kodam XVII/Cendrawasih

Nama Cendrawasih diambil dari Nama Legenda Burung Cenderawasih.


Kisah ini menceritakan tentang seorang perempuan tua yang tinggal di
pegunungan Bumberi di Fak-Fak yang masih dikarunia anak laki-laki
Bernama Kweiya yang hidup bersama dengan anjing betinanya. Dan pada
kemudian hari ibu dan anak berubah menjadi burung yang indah.

l. Kodam Jaya/Jayakarta

Nama Jayakarta di ambil dari nama Kerajaan Jayakarta yang dulu bernama
Sunda Kelapa. Jayakarta adalah nama lama dari Jakarta pada perubahan
dari nama sebelumnya yaitu Sunda Kelapa, sebelum menjadi Jakarta. Nama
ini diberikan oleh Syarif Hidayatullah yang bersama dengan menantunya
yakni Fatahillah.

m. Iskandar Muda dari Aceh

Nama Iskandar Muda di ambil darai nama Sultan Iskandar Muda


Sultan Iskandar Muda (Lahir di Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh,
1590 atau 1593[1] – wafat di Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh, 27
5

Desember 1636) merupakan sultan yang paling besar dalam masa


Kesultanan Aceh.

n. Kodam XIII/Merdeka
Nama Merdeka diambil dari nama operasi Sapta Marga pada tanggal 16 Juni
1958 di Manado yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat. semua
pasukan Operasi Sapta Marga IV mendarat di Kema dan mulai menjalankan
tugas hingga Kema berhasil ditaklukkan.
Dengan mendaratnya semua pasukan di Kema, operasi di daratan Sulawesi
Utara diubah namanya menjadi Operasi Merdeka.

o. Komando Daerah Mliter XVIII/Kasuari


Nama Kasuari diambil dari nama Burung di Papua
Kasuari adalah salah satu dari dua genus (marga/kelompok) burung di dalam
suku Casuariidae. Genus ini terdiri dari tiga spesies kasuari yang berukuran
sangat besar dan tidak dapat terbang.

BAB III
DATA DAN FAKTA

9. Umum. Sejak tercetusnya gagasan pembentukan IKN oleh bapak presiden


Joko Widodo, maka perlu dibentuknya Satuan Kodam yang berlokasi di IKN. Dalam
pembahasan ini akan dimulai dari aspek historis, yuridis, sosiologis, dan psikologis.
Dengan kajian tersebut diharapkan dapat dirumuskan nama Kodam XIX yang dapat
mewadahi seluruh tugas, peran dan fungsi TNI AD serta disesuaikan dengan aturan
dan ketentuan yang berlaku. Mereferensikan penamaan calon Kodam di IKN
sebagai berikut :

a. Kodam Lambung Mangkurat


b. Kodam Kudungga
c. Kodam Nusantara

10. Kodam Lambung Mangkurat

a. Aspek Sejarah.

1) Kerajaan Negara Dipa : Candi Agung merupakan salah satu


peninggalan dari Kerajaan Negara Dipa merupakan sebuah kerajaan
yang pernah berdiri di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan pada sekitar
tahun 1380. Sebelum berdiri, Negara Dipa merupakan sebuah wilayah
di bawah kekuasaan Kerajaan Kuripan. Kerajaan Negara Dipa didirikan
oleh Ampu Jatmika yang merupakan anak kesayangan dari raja terakhir
Kerajaan Kuripan. Lambung Mangkurat merupakan raja yang populer
saat memerintah Kerajaan Negara Dipa. Baca juga: Cerita Rakyat
Legenda Kerajaan Cahlang Sejarah berdirinya Kerajaan Negara Dipa
Sebelum berdiri, Kerajaan Negara Dipa berada di bawah kekuasaan
6

Kerajaan Kuripan yang terletak di kecamatan Danau Panggang, Hulu


Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Saat itu, Raja Kerajaan Kuripan
sangat sayang kepada Ampu Jatmika dan menganggapnya seperti
anaknya sendiri. Ampu Jatmika merupakan seorang saudagar asal
Keling, Kediri, yang dikirim Raja Majapahit, Hayam Wuruk, ke
Kalimantan pada 1355. Ia ditugaskan untuk menyerang Kerajaan Dayak
Ma'anyan Nan Sarunai. Setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Dayak
Ma'anyan Nan Sarunai, Ampu Jatmika kemudian mendirikan Kerajaan
Negara Dipa pada 1380. Saat itu, Kerajaan Negara Dipa berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Kuripan yang sudah eksis terlebih dahulu.
Setelah sang raja Kerajaan Kuripan meninggal dunia, takhta
dilimpahkan kepada Ampu Jatmika. Ampu Jatmika kemudian mengganti
nama Kerajaan Kuripan menjadi Negara Dipa pada 1380. Saat itu, ibu
kota Kerajaan Negara Dipa berada di Candi Agung yang terletak di
sekitar hulu sungai Bahan. Kerajaan Nusantara: Sejarah Kerajaan
Sekala Brak Perkembangan Kerajaan Setelah Ampu Jatmika turun
takhta, Negara Dipa kemudian dipimpin oleh Lambung Mangkurat dari
1380 hingga 1387. Saat itu, Negara Dipa berhasil memperluas wilayah
yang terbentang dari Tanjung Silat sampai Tanjung Puting. Selain itu,
Kerajaan Negara Dipa juga memiliki daerah-daerah bawahan yang
disebut wilayah Sakai. Wilayah Sakai ini masing-masing dipimpin oleh
seorang Mantri Sakai. Adapun wilayah Sakai yang ditaklukan oleh
Lambung Mangkurat tercatat dalam Hikayat Banjar. Lambung
Mangkurat memiliki seorang putri bernama Junjung Buih yang
dipersiapkan untuk meneruskan kepemimpinan Kerajaan Negara Dipa.
Junjung Buih kemudian menikah dengan seorang bangsawan Majapahit
yang kemudian secara bersama-sama memerintah Negara Dipa.
Setelah menikah, suami Junjung Buih bergelar Maharaja Surya Nata.
Kerajaan Negara Dipa berakhir dengan berubah nama menjadi
Kerajaan Daha. Raja-raja Kerajaan Negara Dipa Ampu Jatmika
Lambung Mangkurat Raden Galuh Ciptasari Raden Aria Gegombak
Aria Dewangsa Raden Sekar Sungsang Lambung Mangkurat.

2) Lambung Mangkurat, merupakan pengucapan orang Banjar


kepada Lambu Mangkurat merupakan raja atau pemangku Kerajaan
Negara Dipa (cikal bakal Kesultanan Banjar). Lambung Mangkurat
menggantikan ayahandanya Ampu Jatmaka atau Empu Jatmika yang
juga bergelar Maharaja di Candi, seorang saudagar kaya raya
pendatang dari negeri Keling yang merupakan pendiri kerajaan Negara
Dipa lebih kurang tahun 1387. Ampu Jatmaka dengan pengikutnya
yang terdiri orang-orang Keling dan Gujarat menaklukan secara damai
penduduk pribumi yang merebut cabang-cabang Sungai Bahan yang
berada di Hulu Sungai dan yang belakang sekali membangun kerajaan
Negara Dipa mula-mula berpusat di negeri Candi Laras (Distrik
Margasari), yang belakang sekali dipindahkan ke hulu pada negeri
Candi Luhur (Distrik Amuntai). Digambarkan dalam Hikayat Banjar,
7

penduduk pribumi senang dengan beradanya pembentukan Negara


Dipa, karena habis mereka memiliki keteraturan kelola pemerintahan.
Asimilasi penduduk pendatang dengan penduduk asli di Kerajaan
Negara Dipa inilah yang dijadikan cikal bakal Proto Suku Banjar. Seperti
dilukiskan dalam Hikayat banjar, Kerajaan Dipa menyatakan diri kepada
kerajaan pribumi Kalimantan ketika berhadapan dengan pihak
luar/asing misalnya terhadap penguasa Kerajaan Majapahit di Pulau
Jawa. Sehingga tidak mengherankan bila Lambung Mangkurat sudah
dianggap tokoh pribumi/Dayak.

3) Legenda suku Maanyan mempercayai bahwa Lambung


Mangkurat, merupakan pengucapan lidah orang Melayu Banjar kepada
menyebut nama Dambung Mangkurap, salah seorang dari tiga
pimpinan penduduk Dayak Maanyan yaitu penduduk norma budaya
Pangunraun Jatuh. Sedangkan menurut Babad Lombok, Dilembu
Mangku Rat merupakan utusan Sunan Ratu Giri, penguasa Giri
Kedaton kepada mengislamkan wilayah Kalimantan. Menurut Tutur
Candi, tokoh yang mula-mula membawa Islam dari Giri merupakan
Maharaja Sari Kaburungan, raja kerajaan Negara Daha. Tokoh ini yang
identik dengan Dilembu Mangku Rat dalam babad Lombok.

4) Lambung Mangkurat yang bergelar Ratu Kuripan ini merupakan


putra kedua dari Maharaja di Candi Putra sulung Empu Jatmika
merupakan Ampu Mandastana atau Lambung Jaya Wanagiri. Maharaja
di Candi merupakan gelar dari Ampu Jatmaka/Empu Jatmika yang
merupakan seorang perantau saudagar kaya raya dari negeri Keling
(Koromandel) yang datang ke pulau Hujung Tanah/Kalimantan dengan
armada Prabayaksa. Menurut Veerbek (1889:10) Keling, provinsi
Majapahit di barat daya Kediri. Namun naskah Hikayat Banjar versi
Tutur Candi, menyatakan bahwa negeri Keling itu merupakan suatu
tempat (di India) yang ditempuh dalam perjalanan laut selama dua
bulan. Sementara Kisah Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin
menjelaskan bahwa pelabuhan Majapahit hanya dicapai dengan
perjalanan laut selama empat hari dari Negara Dipa.

5) Ampu Jatmaka membangun sebuah kerajaan dengan nama


Negara Dipa, namun kepada rajanya, Empu Jatmika menciptakan
patung yang khusus dibuat oleh ahli-ahli dari Cina. Ampu Jatmaka tidak
menobatkan dirinya kepada raja, karena merasa bukan keturunan raja-
raja. Hal ini juga dipesankan kepada Lambu Mangkurat (Lambung
Mangkurat) dan Ampu Mandastana (Lambung Jaya Wanagiri), bahwa
keduannya juga tidak boleh dijadikan raja.

6) Ketika Ampu Jatmaka mangkat, Lambu Mangkurat dan Ampu


Mandastana melaksanakan pesan orang tua mereka, yaitu mencari raja
kepada Negara Dipa. Lambung Mangkurat melaksanakan pertapaan di
pinggir sungai luhur, sedangkan Empu Mandastana bertapa di
pegunungan Meratus.

7) Di kesudahan pertapaannya, Lambu Mangkurat menemukan


sebuah buih luhur yang didalamnya terdengar suara yang berkeinginan
8

Lambu Mangkurat kepada menyediakan kain sarung yang ditenun oleh


40 orang gadis dan perahu indah kepada membawa gadis jelita
tersebut ke Istana. Perintah itu dimainkan Lambu Mangkurat dan
dibawalah menuju Istana dengan sambutan meriah dan gadis itu
mengenalkan dirinya kepada Puteri Junjung Buih, yang belakang sekali
dinobatkan kepada Ratu Tunjung Buih di Kerajaan Negara Dipa dan
Lambu Mangkurat dijadikan mangkubumi kerajaan. Pada ketika itu
Lambung Mangkurat merupakan seorang pemuda yang belum beristeri.
Puteri Junjung Buih yang belakang sekali menikah dengan Raden Putra
yang kelak bergelar Maharaja Suryanata berasal dari Majapahit.
Hubungan pasangan suami isteri ini merupakan besannya Lambung
Mangkurat, karena puteri dari Lambung Mangkurat menikah dengan
putera dari Puteri Junjung Buih. Lambung Mangkurat mencapai usia
yang panjang dan menjabat mangkubumi/patih bagi beberapa generasi
raja Negara Dipa.

Raja-raja Kerajaan Negara Dipa


Ampu Jatmika
Lambung Mangkurat
Raden Galuh Ciptasari
Raden Aria Gegombak
Aria Dewangsa
Raden Sekar Sungsang

b. Aspek Sosiologi

1) Merupakan nama dari seorang patih putra asli Kalimantan yang


terkenal dalam kisah nagari kerajaan Dipa yang terletak di Kalimantan
Selatan yang dicintai oleh rakyatnya.

2) Dengan di ajukan nama Kodam Lambung Mangkurat di wilayah


IKN diharapkan Prajurit Kodam Lambung Mangkurat dapat bersama-
sama mengawal Pembangunan IKN dan dicintai oleh rakyat.
9

c. Aspek Psikologi

Merupakan Patih putra asli Kalimantan Selatan yang sangat dekat dan
dicintai rakyatnya.

11. Kodam Kudungga

a. Aspek Sejarah

1) Nama Maharaja Kundungga dimaknai sebagai nama asli orang


Indonesia yang belum dipengaruhi oleh budaya India.[5] Pada awalnya
kedudukan Kundungga adalah sebagai kepala suku, setelah masuk
pengaruh Hindu ke Indonesia kemudian ia mengubah struktur menjadi
kerajaan dan dirinya menjadi raja, dan dilakukan secara turun
temurun.[8] Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah
ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh
dengan nama budaya India.

2) Terbentuknya kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai Martapura adalah


kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua
berupa prasasti Yupa dan berdiri sekitar abad ke-4, Pusat kerajaan ini
terletak di Muara Kaman,yang saat ini adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Nama Kutai
diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat
ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.
Informasi nama Martadipura diperoleh dari kitab Salasilah Raja dalam
Negeri Kutai Kertanegara yang menceritakan pasukan Kerajaan Kutai
Kertanegara dari Kutai Lama menyerang ibu kota kerajaan.

3) Raja pertama Kutai, berasal dari bahasa asli indonesia yg tdk


terpengaruh Hindu, sedikit literasi yang memuat tentang sejarah
KUNDUNGGA, "kudung", yang artinya keinginan untuk mendapatkan
keuntungan. Pada 1879, empat tiang batu ditemukan di Muara Kaman.
Pada tiap batu tertoreh tulisan kuno yang sangat asing bagi penduduk.
Kalangan juru tulis Kesultanan Kutai Kertanegara juga tidak bisa
membaca teks di monumen tersebut. Misteri mulai terpecahkan ketika
seorang profesor di Belanda bernama Hendrik Kern meneliti salinan
tulisan yang dikirimkan kepadanya. Kern menjadi orang pertama yang
mampu membaca kata-kata yang terukir di monumen alias inskripsi
tersebut. Ahli epigrafi itu mengungkapkan, huruf yang ditulis di batu
andesit itu adalah aksara Pallawa. Ragam aksara ini berasal dari selatan
India dan dipakai pada abad kelima Masehi. Bahasa yang digunakan
adalah Sanskerta, suatu bahasa khusus dalam religiositas Hindu. Nama
batu bertulis atau prasasti itu adalah yupa. Kalimat di prasasti yupa
pertama pada baris kesatu dan kedua berbunyi, “Ҫrῑmataḥ çrῑ-
narendrasya, kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ”. Pada mulanya, Kern
membuat alih aksara kuṇḍuṅgasya dengan kuṇḍaṅgasya. Seorang
pakar yang lain bernama J Ph Vogel, pada 1918, mengoreksi
transliterasi itu. Koreksi Vogel muncul setelah Kern meninggal dunia.
Vogel sendiri ditugaskan langsung oleh Kern untuk mengkaji yupa lebih
10

dalam. Kajian Vogel termuat dalam makalah berjudul The Yupa


Inscription of King Mulawarman. Baik Kern maupun Vogel, tidak berbeda
dalam menyebut suku kata kun dan bukan ku. Vogel menerjemahkan
kalimat tersebut sebagai The illustrious lord-of-men, the great Kuṇḍuṅga
(1918: 212). Tujuh belas tahun setelah penelitian Vogel, terbit buku De
Kroniek van Koetai Tekstuitgave Met Toelichting. Buku dari disertasi ini
ditulis Constantinus Alting Mees, seorang ahli sejarah dan sastra
Melayu. Pada bagian awal bukunya, Mees menyadur riset Kern tentang
prasasti yupa. “Het treft ons dat zoon en kleinzoon duidelik Sanskrit
namen hebben, terwijl de grootvader Kuṇḍungga een naam van twij-
felachtige afkomst draagt.” Kutipan dari buku Mees ini secara jelas
menuliskan Kundungga (1935: 8). Penulisan Kundungga kemudian
konsisten dipakai dalam karya-karya ilmiah di kemudian hari, baik oleh
penulis asing maupun Indonesia. Para sejarawan dengan penelitian
yang mendalam akan merujuk cara penulisan versi Kern atau Vogel.
Solco Walle Tromp, asisten residen Borneo Timur di Samarinda, adalah
satu di antaranya. Ia menulis Kundungga dalam bukunya berjudul Uit de
Salasila van Koetei (1888: 83). Buku ini terbit delapan tahun setelah
hasil penelitian Kern terhadap yupa. Penulisan yang selaras ditemukan
pula dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid II Zaman Kuno. Buku
babon ini disusun Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia dan
diterbitkan Balai Pustaka pada 1975. Pada dua kalimat awal prasasti
yupa yang pertama diterjemahkan dengan, "Sang Maharaja Kundungga
yang amat mulia”.

4) Penemuan yang paling diandalkan sebagai sumber yang


menyatakan bahwa Kutai Martadipura adalah Kerajaan tertua
di nusantara adalah yupa. Jumlah yupa yang ditemukan di Muara
Kaman adalah sebanyak 7 buah yupa. Menurut hasil kajian yang
dilakukan oleh J.G. de Casparis (1949), yupa-yupa di kawasan Muara
Kaman yang diduga kuat sebagai peninggalan peradaban Kutai
Martapura yang ditemukan berturut-turut pada tahun 1879 dan 1940.
Dalam yupa-yupa tersebut, ditemukan juga prasasti, antara lain berupa
tulisan dengan aksara Pallawa yang ditulis dalam bahasa Sansekerta.
Huruf yang dipahatkan pada yupa diduga berasal dari akhir abad ke-4
atau awal abad ke-5 M. Semua tugu batu tersebut dikeluarkan atas titah
seorang pemimpin yang diketahui bernama
Maharaja Mulawarman Naladewa. Mulawarman diduga kuat adalah
orang Indonesia karena nama kakeknya, yakni Kudungga (ada juga
yang menyebut Kudungga atau Kundungga) adalah nama asli
nusantara. Kundungga inilah yang diyakini cikal-bakal pemimpin
pertama Kerajaan Kutai Martapura, sementara Mulawarman adalah
penerus Aswawarman (anak Kundungga) yang membawa Kerajaan
Kutai Martapura pada masa-masa puncak kejayaannya.
11

5) Peninggalan kerajaan Kutai yang utama adalah tujuh prasasti


yang dipahat di sebuah tiang batu andesit (monolit) menggunakan huruf
atau aksara pallawa. Ciri khas dari aksara pallawa adalah penggunaan
box head pada bagian atas aksara. Prasasti ini berbentuk tiang batu
atau tugu yang ditanam di atas tanah dengan ukuran sekitar 1 meter.
Yupa memiliki tiga fungsi utama, antara lain:

a) Sebagai prasasti
b) Sebagai tiang pengikat hewan untuk upacara keagamaan
c) Sebagai lambang kebesaran raja

6) Prasasti Yupa I Prasasti ini berbentuk tiang batu. Aksara ditulis


di sisi depan dengan bahasa sanskerta Pallawa dengan 12 baris
tulisan.

Isi Tulisan:

Prasasti ini memberitahu mengenai silsilah keluarga Raja


Mualawarman dengan menyebut Sri Maharaja Kudungga memiliki
putra bernama Raja Asmawarman dengan ketiga anaknya.

Raja Mulawarman adalah raja yang kuat dan berkuasa. Dituliskan


bahwa raja Mulawarman pernah mengadakan upacara
bahusuwamnakam (upacara emas) sebagai upacara syukur.

7) Prasasti Yupa II (D.2b)


12

Prasasti ini masih berbentuk sama di tiang batu dan tulisan dipahat di
sisi depan. Namun, hanya memiliki 8 baris tulisan.

Isi Tulisan:

Prasasti ini menceritakan bahwa Sri Mulawarman adalah raja yang


mulia dan terkemuka, serta dermawan dengan memberikan sedekah
sebanyak 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.

8) Prasasti Yupa III (D.2c)

Prasasti ini berbentuk sama, yaitu tiang batu dan memiliki 8 baris
tulisan yang menggunakan aksara palawa dan bahasa sanskerta.

Isi Tulisan:

Menceritakan tentang kebesaran dan kebaikan Raja Mulawarman yang


dibuktikan dengan sedekah sapi, sehingga para Brahmana mendirikan
Yupa ini sebagai peringatan.

9) Prasasti Yupa IV

Prasasti ini memiliki tulisan yang kurang jelas dan tidak diketahui
sebagian isinya, karena sudah terhapus.

Bagian yang masih terlihat adalah hanya bentuk pahatan segiempat


kecil sebagai “kepala aksara” atau box head.

10) Prasasti Yupa V

Prasasti ini dipahat di bagian sisi depan dan hanya terdapat 4 baris
tulisan.

Isi Tulisan:

Yupa ini menceritakan sebuah kebaikan Raja Mulawarman atas dua


sedekah yang telah diberikan, yaitu berupa minyak dan lampu dengan
malai bunga.

11) Prasasti Yupa VI

Prasasti ini dipahatkan pada bagian depan dengan memuat 8 baris


tulisan beraksara Pallawa dalam bahasa Sanskerta.

Namun, bagian atas dan sisi kiri prasasti telah rusak (pecah) dan
beberapa kata pada akhir baris terputus.

Isi Tulisan:

Prasasti ini berisikan seruan selamat kepada Sri Maharaja


Mulawarman yang termashur, yang telah memberikan hadiah kepada
13

kaum Brahmana berupa air, keju (ghrta), dan minyak wijen serta
sebelas ekor sapi jantan.

12) Prasasti Yupa VII

Masih sama dengan ketujuh prasasti yang ditemukan di tempat itu,


prasasti ini memuat 8 baris aksara Pallawa dalam bahasa Sanskerta.
Namun, terdapat beberapa baris yang telah hilang aksaranya.

Isi Tulisan:

Berisikan bahwa Sri Maharaja Mulawarman yang terkenal telah


menaklukkan raja-raja lain. Disebutkan pula bahwa terdapat banyak
penyelenggaraan upacara-upacara lainnya. Tugu tersebut dibangun
oleh para Brahmana yang datang dari daerah lain.

b. Aspek Sosiologi

1) Asal nama kudungga yang merupakan nama asli orang


Indonesia dan berasal dari Bahasa asli Indonesia yang selaras dengan
penamaan Nusantara sebagai Ibu Kota baru NKRI, sebelum
terpengaruh dengan Bahasa Hindu/India.

2) Dengan diaajukan nama Kodam Kundungga di wilayah IKN


dengan harapan Prajurit Kodam Kundungga mempunyai
Kemauan/Semangat/Cita-cita (Kundung) sebagai pengawal perintis
pembangunan IKN menuju peradaban yang modern dan maju.

c. Aspek Psikologi

Kudungga merupakan orang tua dari Raja-raja Kutai yakni


Aswawarman yang kelak memiliki putra Mulawarman dan merupakan Raja
yang membawa Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaan

12. Kodam Nusantara

a. Aspek Sejarah

1) Nama Nusantara tidak terlepas dengan Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah salah satu kerajaan yang ada di Pulau Jawa.


Sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit, Kerajaan Singhasari
merupakan kerajaan yang terkuat di Jawa Pada masa itu, Kerajaan
Mongol mengirim utusan untuk meminta upeti dari Singhasari dan
ditolak. Kerajaan mempermalukan utusan dari Mongol itu, dan membuat
Raja Mongol Kubilai Khan marah besar.

Raja Mongol memutuskan untuk melakukan pelayaran ke Pulau


Jawa. Mereka tidak tahu bahwa Kerajaan Singhasari telah diserang
terlebih dahulu oleh Kerajaan Kediri yang dipimpin Jayakatwang. Raden
14

Wijaya yang merupakan menantu dari Raja Singhasari berhasil


melarikan diri. Setelah berhasil melarikan diri, Raden Wijaya dibantu
oleh Aria Wiraraja untuk menyerang Kerajaan Kediri.

Bersamaan itu, tentara Mongol telah tiba di Pulau Jawa. Tidak


menyadari keadaan yang terjadi di Jawa, tentara Mongol berhasil
dibujuk oleh Raden Wijaya untuk menyerang Kediri. Berhasil
memenangkan perang, Raden Wijaya pamit untuk mengambil upeti
dengan pengawalan prajurit Mongol. Prajurit yang mengawal Raden
Wijaya lalu dibunuh dalam perjalanan. Selain itu pasukan Raden Wijaya
juga menyerang sisa tentara Mongol yang sedang berpesta merayakan
kemenangannya.

Setelah menang dari peperangan, Raden Wijayapun


memindahkan Ibukota ke Trowulan dan mendirikan Kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya kemudian naik tahta dan menjadi raja pertama Kerajaan
Majapahit.

2) Puncak Kejayaan Majapahit

Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan


Raja Hayam Wuruk, yang didampingi patih Gajah Mada. Dikatakan
dalam kitab Nagarakertagama, luas wilayah Majapahit meliputi wilayah
Nusantara saat ini dan bahkan lebih luas lagi hingga Semenanjung
Malaya serta Singapura. Kebesaran Kerajaan Majapahit juga tidak
terlepas dari peran patih Gajah Mada, panglima tentara perang yang
terkenal dengan sumpah amukti palapa miliknya.

Berkat gagasan menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan


Majapahit, membawa Kerajaan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Raja Hayam Wuruk juga sering melakukan perjalanan ke daerah-
daerah kekuasaanya. Hal itu dilakukan agar daerah tersebut tetap setia
pada pemerintahan pusat. Kunjungan tersebut juga membuat daerah-
daerah tersebut merasa diperhatikan oleh Raja Hayam Wuruk

3) Merujuk pada istilah Nusantara ialah sebuah istilah yang berasal


dari perkataan dalam bahasa Kawi (sebuah bentuk bahasa Jawa
Kuno yang banyak dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta),
yaitu (nusa) terj. har. "pulau" (antara) terj. har. "luar". Di Indonesia, istilah
"Nusantara" secara spesifik merujuk kepada Indonesia (kepulauan
Indonesia), kata ini tercatat pertama kali dalam
kitab Negarakertagama untuk menggambarkan konsep kenegaraan
yang dianut Majapahit; yang kawasannya mencakup sebagian besar
Asia Tenggara, terutama pada wilayah kepulauan. Di luar Indonesia,
istilah Nusantara digunakan untuk merujuk kepada Kepulauan
Melayu (Malay Archipelago), yang terletak di antara daratan utama
Indochina⁠—Indochina terdiri
15

atas Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, dan Malaysia⁠—dan


daratan Australia.

4) Konsep mengenai Nusantara sebagai sebuah daerah yang


dipersatukan pada awalnya bukan berasal dari Gajah Mada, melainkan
oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari⁠—disebut juga Singasari
atau Singosari⁠—dalam Prasasti Mula Malurung yang diterbitkan oleh
Kertanegara pada tahun 1255 atas perintah
ayahnya, Wisnuwardhana (berkuasa pada tahun 1248-1268), selaku
raja Singhasari. Selain itu, pada 1275, istilah Cakravala Mandala
Dvipantara digunakan oleh Kertanegara untuk menggambarkan aspirasi
mengenai Kepulauan Asia Tenggara yang bersatu di bawah kekuasaan
Singhasari dan ditandai sebagai permulaan atas usahanya dalam
mewujudkan aspirasi tersebut. Dvipantara merupakan sebuah kata
dalam Bahasa Sansekerta yang berarti "pulau-pulau yang berada di
tengah-tengah" sebagai sinonim terhadap kata Nusantara karena
baik dvipa maupun nusa sama-sama berarti "pulau".

5) Peninggalan Kerajaan Majapahit. Runtuhnya Kerajaan


Majapahit tidak lantas membuat kejayaannya benar-benar hilang dari
Nusantara. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Majapahit menjadi bukti
kejayaan kerajaan besar tersebut pernah ada di Nusantara.
Peninggalan-peninggalan tersebut mencerminkan bahwa budaya yang
dimiliki masyarakat kala itu juga sudah tinggi. Melalui peninggalan
tersebut dapat diketahui kehidupan masyarakat pada masa itu.

6) Candi-candi peninggalan Kerajaan Maja Pahit

Candi Sukuh Candi Jabung


16

Gapura Bajang Ratu Candi Pari

b. Aspek Sosiologi

1) Merupakan istilah yang dipilih untuk Ibu Kota yang diletakkan di


wilayah IKN. Dari aspek sosiologis menggambarkan keberagaman
Suku, Agama, etnis maupun kebudayaan dan konsep persatuan yang
menggabungkan banyak wilayah terpisah menjadi satu.

2) Dengan diaajukan nama Kodam Nusantara di wilayah IKN


dengan harapan Prajurit Kodam Nusantara mempunyai semangat
besar, jiwa patriotisme untuk menyatukan bumi Nusantara seperti yang
telah dicontohkan oleh kejayaan Kerajaan Majapahit dengan raja
Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada.

c. Aspek Psikologi

Merupakan istilah yang dipilih untuk Ibu Kota yang diletakkan di


wilayah IKN. Dari aspek psikologis bersifat heterogen dan jauh dari istilah
kedaerahan.

BAB IV
ANALISA

13. Umum. Dalam kajian terhadap penamaan Kodam IKN ini akan mengacu
kepada aspek sejarah, sosiologi dan psikologi. Sehingga perlu dikaji dan dianalisa
secara mendalam agar dalam merumuskan nama Kodam ini dapat mewadahi dari
rangkaian perkembangan pembentukan dan pengabdian TNI dari sejak berdiri
sampai dimasa yang akan datang.

14. Dalam menganalisa nama Kodam di IKN perlu diperhatikan beberapa hal
antara lain :

a. Ditinjau dari Aspek Sejarah.


17

Kodam IKN merupakan Kodam yang akan memiliki nilai sejarah


tersendiri, dan merupakan Kodam yang akan menghadapi tantangan
berbeda. Dilihat dari sisi sejarah, maka keempat nama tersebut memiliki arti
sejarah yang cukup berbeda apabila dilihat dari sisi historis Tugas dan peran
Kodam IKN kedepan.

b. Ditinjau dari Aspek Sosiologi.

Kodam IKN akan menjadi pemersatu dari berbagai Suku, etnis, budaya
yang berada dilingkungan Kalimantan Timur.

c. Ditinjau dari Aspek Psikologi.

1) Sejarah suatu satuan yang diwarnai dengan berbagai dinamika


dan perubahan tentu akan membawa dampak psikologis kepada para
anggotanya. Pasang surutnya perjalanan sejarah suatu satuan menjadi
cerita yang akan mempengaruhi sifat dan karakter Prajurit dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa tercinta ini. Pemberian nama
diadakan dengan maksud dan tujuan untuk memberikan motivasi dan
dorongan semangat juang anggota TNI dalam membela dan
menegakkan kedaulatan bangsa dan Negara. Hal ini secara psikologis
akan berpengaruh kepada motivasi dan semangat anggota satuannya,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dalam mencapai
tujuan organisasi atau satuan.

2) Jika pemberian nama bisa dengan tepat ditentukan tentunya


secara psikologis akan berdampak kepada seluruh Prajurit dan Satuan
yang ada saat ini. Karena dengan pemberian nama yang bersifat
universal dan akan mewadahi dari seluruh perkembangan satuan
dibawah Komando Kodam IKN.

BAB V
PENUTUP

15. Kesimpulan.

a. Dari tinjauan analisa dan uraian sejarah/history, psikologis, dan


sosilologis maka pemberian nama kami sarankan sebagai berikut :

1) Pemberian nama berdasarkan Tugas dan peran Kodam


nantinya, dihadapkan dengan faktor Geostrategis dan keadaan wilayah
yang dihadapi.

2) Pemberian nama dari alternatif yang tidak sama (berbeda)


dangan nama yang telah ada pada daerah sekitar, agar tidak
menimbulkan kebingungan /kerancuan dalam penyebutan dan arti
dalam Bahasa.
18

b. Saran.

1) Pemberian nama bisa disesuaikan denga adat lokal setempat ,


untuk meningkatkan semangat juang dalam kolaborasi TNI Manunggal
dengan rakyat.

2) Pemberian nama lebih universal supaya bisa mewadahi dari


seluruh kodam yang ada di Indonesia (Nusantara)

3) Pemberian nama tidak sama dengan nama daerah setempat,


supaya tidak menimbulkan salah arti dan kerancuan dalam
pemanggilan.

Balikpapan, November 2022

Kepala Bintaljarahdam VI/Mlw,

Azif Rizal
Letnan Kolonel Inf NRP 11940016140171

Anda mungkin juga menyukai