Anda di halaman 1dari 16

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB VII. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAAN

A. Konsep Peruangan
1. Kelompok Kegiatan
Kegiatan yang akan diwadahi dalam objek rancang bangun taman budaya dibagi
menjadi tiga, yaitu: kelompok kegiatan utama, penunjang, dan servis. Berikut
konsep dari masing- masing kelompok kegiatan tersebut.
a. Kelompok Kegiatan Utama
Aktivitas kelompok kegiatan utama yaitu berkaitan dengan aktivitas utama
dari taman budaya, yakni kegiatan pertunjukan dan pameran kesenian. Dalam
kelompok kegiatan ini terdapat dua bangunan, yaitu teater pertunjukan dan
museum. Teater pertunjukan memiliki fungsi sebagai wadah kegiatan
pelatihan dan pertunjukan kesenian, sementara museum berfungsi sebagai
wadah informasi, perawatan dan pameran benda bersejarah.
b. Kelompok Kegiatan Penunjang
Aktivitas kelompok kegiatan penunjang berfungsi sebagai pelengkap dan
pendukung kelompok kegiatan utama dalam taman budaya. Keberadaan area
penunjang dapat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan taman
budaya. Kelompok kegiatan penunjang mewadahi aktivitas seperti
pengelolaan, seminar/penyuluhan, workshop, belanja, istirahat, makan,
minum, ibadah, dsb. Area penunjang dalam taman budaya, yaitu: ruang
pengelola, aula, ruang workshop, pasar seni, restoran, wisma seni, mushola,
ATM Centre, dan open space.
1) Kantor pengelola
Pada area ini berisi ruang- ruang untuk kepentingan kegiatan operasional
taman budaya. Pada perencanaan taman budaya umumnya kantor
pengelola berisi ruang- ruang ketua, wakil, kasubag, dan staff.
2) Aula
Aula berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para seniman untuk
melakukan kegiatan penyuluhan maupun seminar.
3) Ruang workshop
Ruang workshop dalam taman budaya berfungi sebagai tempat
commit
berkumpul para pelaku senito untuk
user memecahkan suatu permasalahan
tertentu dengan berdiskusi ataupun saling memberikan pendapat, selain

181
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

itu juga dapat berfungsi untuk mengikuti kegiatan produksi atau


pelatihan pembuatan barang seni budaya khas daerah.
4) Pasar seni
Pasar seni berfungsi sebagai tempat memberdayakan dan
memperdagangkan karya seni dan cinderamata.
5) Restoran
Restoran berfungsi untuk memfasilitasi pengunjung maupun pengelola
untuk melakukan kegiatan istirahat, makan, dan minum.
6) Wisma seni
Wisma seni berfungsi untuk mengakomodasi seniman yang datang dari
luar daerah serta membutuhkan tempat untuk menginap.
7) Mushola
Mushola berfungsi untuk memfasilitasi pengunjung dalam
melaksanakan ibadah sholat.
8) ATM Centre
ATM Centre berfungsi untuk memfasilitasi pengunjung untuk
melakukan bermacam- macam transaksi keuangan, seperti: debet,
transfer, atau hanya sekedar mengecek saldo rekening tabungan.
9) Open space
Open space berfungsi sebagai ruang terbuka yang terletak diluar massa
bangunan yang dapat digunakan untuk melakukan bermacam- macam
kegiatan.
c. Kelompok Kegiatan Servis
Aktivitas utama kelompok kegiatan servis yaitu berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan pelayanan, perawatan dan pemeliharaan suatu bangunan atau
kawasan. Area servis yang dibutuhkan dalam taman budaya, yaitu: pos
keamanan, area parkir, loading dock, lavatory, janitor, ruang- ruang ME, dan
gudang.
2. Pelaku Kegiatan
Kelompok pelaku kegiatan dalam objek rancang bangun taman budaya dibagi
menjadi lima, yaitu: pengelola taman budaya, pengelola restoran, penjual,
penyelenggara, dan pengunjung.
commit to user
a. Pengelola Taman Budaya

182
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kelompok pelaku kegiatan pengelola taman budaya terdiri dari pimpinan dan
karyawan/staff yang berkerja dan bertanggungjawab dalam jalannya
pengelolaan taman budaya. Kelompok kegiatan pengelola ini dibedakan
menjadi dua, yaitu pengelola kantor dan pengelola servis. Pengelola kantor
terdiri dari kepala, wakil kepala, kepala seksi (pertunjukan dan pameran seni,
pelestarian seni, dan bagian tata usaha), dan staff- staffnya. Pengelola servis
terdiri dari divisi serta tim pengelola bagian utilitas dan cleaning service.
b. Pengelola Restoran
Kelompok pelaku kegiatan pengelola restoran dalam taman budaya terdiri
dari orang atau kelompok yang mengelola kegiatan pada restoran.
c. Penjual
Kelompok pelaku kegiatan penjual dalam taman budaya terdiri dari orang
atau kelompok yang mengelola kegiatan jual-beli pada area pasar seni.
d. Penyelenggara
Kelompok pelaku kegiatan penyelenggara merupakan orang atau kelompok
orang yang memiliki gagasan untuk melaksanakan pelestarian maupun
pagelaran seni dan budaya. Penyelenggara yang dimaksud dalam kelompok
kegiatan ini bisa berasal dari seniman dan kelompok masyarakat/instansi
e. Pengunjung
Kelompok pelaku kegiatan pengunjung merupakan orang atau kelompok
orang baik masyarakat lokal maupun internasioal yang berminat datang ke
taman budaya untuk menyaksikan pagelaran seni budaya ataupun kegiatan
lainnya.
3. Kebutuhan Ruang
Konsep kebutuhan ruang pada objek rancang bangun taman budaya diperoleh dari
beberapa pertimbangan, yaitu: jenis kegiatan, kebutuhan ruang, kapasitas ruang,
perhitungan standar melalui literatur, kebutuhan ruang gerak, dan perhitungan
asumsi pribadi berdasarkan studi preseden. Berikut tabel kebutuhan ruang pada
objek rancang bangun taman budaya.
Tabel 7.A Tabel Konsep Kebutuhan Ruang
Kebutuhan Ruang Jumlah Luas
Kelompok Ruang Utama
Teater Pertunjukan Panggung pertunjukan 1 unit/50 orang 100m2
commit to user
Ruang penonton 1 unit/200 156m2
orang

183
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ruang latihan 1 unit/30 orang 129,6 m2


Ruang persediaan teknik 1 unit/5 orang 19,5m2
Lobby 50 orang 30m2
Ruang penjualan tiket dan 1 unit/3 orang 8,4m2
penitipan barang
Ruang rias dan ganti pakaian 1 unit/20 orang 44,8m2
Lavatory Toilet pria 5 unit 20m2
Area wastafel pria 2 unit 4,8m2
Area urinoir 3 unit 7,2m2
Toilet wanita 5 unit 20m2
Area wastafel 5 unit 12m2
wanita
Toilet disabilitas 2 unit 24m2
Area wastafel 2 unit 8m2
disabilitas
Janitor 1 unit 4m2
Gudang 1 unit 30m2
Museum Ruang pameran tetap 3 unit/100 620m2
orang
Ruang pameran temporer 1 unit/100 260m2
orang
Ruang penyimpanan koleksi 1 unit 50m2
Ruang transit koleksi 1 unit 30m2
Bengkel kerja reparasi 1 unit/5 orang 19,5m2
Lobby 50 orang 30m2
Ruang penjualan tiket dan 1 unit/3 orang 8,4m2
penitipan barang
Lavatory Toilet pria 5 unit 20m2
Area wastafel pria 2 unit 4,8m2
Area urinoir 3 unit 7,2m2
Toilet wanita 5 unit 20m2
Area wastafel 5 unit 12m2
wanita
Toilet disabilitas 2 unit 24m2
Area wastafel 2 unit 8m2
disabilitas
Janitor 1 unit 4m2
Loading dock 1 unit 3m2
Jumlah Luasan 1739,2
Sirkulasi 30% 521,76m2
Total 2260,96m2
Kelompok Ruang Penunjang
Kantor Pengelola Ruang Kepala 1 unit/1 orang 3m2
Ruang Wakil Kepala 1 unit/1 orang 3m2
Ruang Kepala Sub Bagian 1 unit/1 orang 3m2
Tata Usaha
Ruang Kepala Seksi 1 unit/1 orang 3m2
commit todan
Pertunjukan user Pameran
Seni

184
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ruang Kepala Seksi 1 unit/1 orang 3m2


Pelestarian Seni
Staff Sub Bagian Tata Usaha 1 unit/6 orang 16,8m2
Staff Seksi Pertunjukan dan 1 unit/6 orang 16,8m2
Pameran Seni
Staff Seksi Pelestarian Seni 1 unit/6 orang 16,8m2
Ruang Rapat 1 unit/20 orang 64m2
Ruang Arsip 1 unit 16m2
Ruang Tunggu 1 unit/5 orang 14m2
Pantry 1 unit/3 orang 9,6m2
Toilet pria 3 unit 12m2
Area wastafel pria 2 unit 4,8m2
Area urinoir 3 unit 7,2m2
Lavatory
Toilet wanita 3 unit 12m2
Area wastafel 3 unit 7,2m2
wanita
Janitor 11 unit 4m2
Aula Aula 1 unit/200 520m2
orang
Ruang operator 2 unit/3 orang 18m2
Ruang persiapan 2 unit/10 orang 48m2
Toilet pria 5 unit 20m2
Area wastafel pria 2 unit 4,8m2
Area urinoir 3 unit 7,2m2
Lavatory
Toilet wanita 5 unit 20m2
Area wastafel 5 unit 12m2
wanita
Janitor 1 unit 4m2
Ruang Workshop Workspace A 3 unit/10 orang 270m2
Workspace B 3 unit/10 orang 270m2
Toilet pria 5 unit 20m2
Area wastafel pria 2 unit 4,8m2
Area urinoir 3 unit 7,2m2
Lavatory
Toilet wanita 5 unit 20m2
Area wastafel 5 unit 12m2
wanita
Janitor 1 unit 4m2
Gudang 1 unit 16m2
Pasar Seni Kios 6 unit 180m2
Gudang 6 unit 36m2
Loading dock 1 unit 9m2
Restoran Area tempat makan 100 orang 400m2
Dapur 1 unit/5 orang 16m2
Kasir 1 unit/1 orang 2m2
Ruang manager 1 unit/1 orang 3m2
Ruang karyawan 1 unit/10 orang 30m2
commit to user
Lavatory Toilet pria 5 unit 20m2
Area wastafel 2 unit 4,8m2
pria
185
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Area urinoir 3 unit 7,2m2


Toilet wanita 5 unit 20m2
Area wastafel 5 unit 12m2
wanita
Toilet 2 unit 24m2
disabilitas
Area wastafel 2 unit 8m2
disabilitas
Janitor 1 unit 4m2
Loading dock 1 unit 3m2
Wisma seni Kamar kelas ekonomi 5 unit 120m2
Kamar kelas VIP 3 unit 96m2
Kamar kelas VVIP 2 unit 96m2
Mushola Mushola 1 unit/50 orang 100m2
Tempat Tempat 1 unit/5 orang 10m2
wudhu wudhu pria
Tempat 1 unit/5 orang 10m2
wudhu wanita
Lavatory Toilet Pria 3 unit 12m2
Toilet wanita 3 unit 12m2
Janitor 1 unit 4m2
ATM Centre Ruang ATM 3 unit 9m2
Tempat tunggu 10 orang 12m2
Jumlah Luasan 2754,2m2
Sirkulasi 30% 826,26m2
Total 3580,46m2
Kelompok Ruang Servis
Pos Keamanan Ruang Satpam 1 unit/2 orang 3m2
Parkir Parkir Parkir mobil 50 1200m2
pengunjung Parkir motor 200 512m2
Parkir bus 10 672m2
Parkir Parkir mobil 20 480m2
pengelola Parkir motor 40 102,4m2
Ruang MEP Ruang genset 1 unit 9m2
Ruang AHU 1 unit 9m2
Ruang chiller 1 unit 9m2
Ruang trafo 1 unit 9m2
Ruang CCTV 1 unit 9m2
Ruang PABX 1 unit 9m2
Ruang STP 1 unit 9m2
Jumlah Luasan 3032,4m2
Sirkulasi 30% 909,72m2
Total 3943,12m2
JUMLAH TOTAL LUASAN 9784,54
m2
Sumber: Print Mukti Aisyah, 2020.

commit to user

186
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Hubungan Ruang
Konsep hubungan ruang pada objek rancang bangun taman budaya diperoleh dari
beberapa pertimbangan, yaitu: pelaku kegiatan, jenis kegiatan, keterkaitan antar
ruang berdasarkan fungsi, dan keterkaitan antar ruang berdasarkan pola
pencapaian. Pola hubungan ruang akan menjadi dasar penataan ruang pada taman
budaya. Berikut konsep hubungan ruang objek rancang bangun taman budaya.

Gambar 7.1 Konsep Hubungan Ruang


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

5. Wujud Ruang
Wujud atau bentuk ruang digunakan untuk menciptakan suasana maupun kesan
yang terbangun dari sebuah ruang. Konsep wujud ruang yang digunakan dalam
objek rancang bangun taman budaya adalah bentuk lingkaran, bujur sangkar dan
segitiga. Wujud atau bentuk ruang tersebut dapat digunakan sebagai dasar bentuk
ruang maupun elemen ruang pada objek rancang bangun taman budaya dengan
pertimbangan fungsi tanpa mengubah sebagian besar pendekatan arsitektur jawa.
6. Kriteria Ruang
a. Teater Pertunjukan
Teater pertunjukan pada objek rancang bangun taman budaya mengadaptasi
bentuk pendapa sehingga bentuk ruang menjadi semi terbuka. Bentuk
panggung pada teater pertunjukan adalah panggung proscenium. Penempatan
tempat duduk penonton yaitu pada area longitudinal dengan sudut sebesar
commit 135°.
45° dan lingkar sudut sebesar to userSementara jarak pandang maksimal

penonton adalah 40m dari panggung penyaji. Untuk menghindari cacat

187
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

akustik pada teater pertunjukan, pada area panggung didesain memiliki


pemantul ruang yang bisa dipasang saat pementasan, menggunakan bentuk
ruang segiempat (rectangular shape), membuat permukaan yang tidak
teratur, penonjolan elemen bangunan, dekorasi pada permukaan dinding yang
dipahat, dsb., serta penggunaan jenis bahan berpori dan panel penyerap
(panel absorber), penggunaan karpet saat pertunjukan untuk menyerap
bunyi, pengadaan vegetasi peredam bunyi disekitarnya.
b. Museum
Desain museum dalam objek rancang bangun taman budaya adalah: ruang
pamer dengan pencahayaan dari samping, tinggi gantungan adalah 30° dan
60°, dengan tinggi ruang 6,7 meter dan tinggi ambang 2,13 meter untuk
lukisan 3,4-3,65 meter untuk meletakkan patung. Sedangkan luasan yang
dibutuhkan untuk beberapa macam koleksi, antara lain: lukisan 3-5m2 luas
dinding, patung 6-10m2 luas dinding dan 1m2 ruang lemari kabinet untuk
koleksi. Selain itu, hal yang penting pada penataan museum adalah
pemberian label keterangan pada setiap benda yang ditampilkan.
Sistem pencahayaan pada museum menggunakan sistem pencahayaan alami
yang bisa didapat dari bukaan pada atap dan pencahayaan buatan bisa didapat
dari lampu yang dipasang merata maupun lampu sorot. Sistem sirkulasi pada
museum menggunakan sirkulasi langsung dan memutar.

B. Konsep Tapak
1. Tapak Terpilih
Tapak terpilih terletak di di Eks Distrik Maospati, Jalan Raya Solo, Kecamatan
Maospati, Kabupaten Magetan yang memiliki luas sebesar ±21.000 m 2. Lokasi ini
telah ditunjuk oleh Disparbud Magetan sebagai lokasi perencanaan dan
perancangan Taman Budaya di Kabupaten Magetan, karena banyak peninggalan
sejarah di kawasan ini. Lokasi tapak termasuk kawasan yang strategis, yaitu
terletak di jalan provinsi dan dekat dengan sarana transportasi, yaitu terminal bus
dan lapangan udara.

commit to user

188
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 7.2 Peta Lokasi Taman Budaya


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

Batas- batas tapak adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan rumah
penduduk, sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk, sebelah selatan
berbatasan dengan rumah penduduk, KUA Maospati, dan SDN 3 Maospati,
sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk.
Peraturan mengenai tata cara mendirikan bangunan pada lokasi tapak yaitu
memiliki nilai KDB maksimal 50%, KLB maksimal 1,2 dan KDH minimal 10%
dari luas persil.
2. Konsep Tapak
Konsep tapak pada objek rancang bangun taman budaya terdapat enam, yaitu:
konsep orientasi tapak, konsep pencapaian, konsep kebisingan, konsep matahari
dan angin, dan konsep view. Berikut beberapa konsep tapak pada taman budaya.
a. Dengan mempertimbangkan teori pajupat limo pancer dan letak jalan utama,
maka konsep orientasi tapak pada taman budaya menghadap kearah selatan.
b. ME terletak pada sisi selatan tapak dan akan dibuat sebagai jalan masuk dan
keluar, pada ME diberi regol.
c. SE terletak pada sisi barat tapak untuk jalan masuk dan sisi timur tapak untuk
jalan keluarnya.
d. Vegetasi peredam kebisingan diletakkan mengelilingi tapak dan disekitar
bangunan, khususnya bangunan teater pertunjukan. Vegetasi yang digunakan
adalah tamanan perdu tinggi seperti angsana dan tanjung.
e. Vegetasi pemecah angin difokuskan pada sisi utara dan selatan tapak.
Vegetasi yang digunakan adalah tamanan perdu tinggi seperti angsana dan
tanjung.
f. Konsep view dibagi menjadi dua, yaitu view ke dalam tapak dan view keluar
tapak. View ke dalam commit to user
tapak berorientasi dari arah selatan tapak yang
merupakan akses utama (ME) pada tapak, pada ME ini diberi sebuah regol

189
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

atau gapura jawa. Sementara view ke luar tapak berorientasi dari arah utara
dalam tapak menuju selatan.
Berikut ilustrasi konsep tapak pada objek rancang bangun taman budaya.

Gambar 7.3 Konsep Tapak


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

C. Konsep Massa
Konsep pendetakan arsitektur jawa dalam objek rancang bangun taman budaya dapat
dicapai dengan pengaplikasian konsep tata massa yang mengikuti hirarki tata ruang
jawa. Berikut konsep tata massa pada objek rancang bangun taman budaya.

Gambar 7.4 Konsep Tata Letak Massa


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

D. Konsep Bentuk dan Tampilan


Pendekatan arsitektur jawa juga dihadirkan dalam konsep bentuk dan tampilan
bangunan. Bentuk dan tampilan commit to user
pada taman budaya menggunakan elemen- elemen

190
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

filosofis yang diaplikasikan dengan material dan ragam hias jawa. Berikut konsep
bentuk dan tampilan objek rancang bangun taman budaya.
a. Pondasi terletak pada bagian bawah bangunan (tidak diekspos).
b. Umpak terbuat dari material cor beton dan diberi ragam hias padma dan kaligrafi.
c. Material lantai menggunakan ubin di hampir seluruh bangunan, kecuali pada
teater pertunjukan yang menggunakan material karpet.
d. Tiang/saka menggunakan material kayu yang diekspos dan diberi ragam hias
berupa saton, wajikan, mirong, praba, dan atau kaligrafi.
e. Balok/blandar menggunakan material kayu yang diekspos dan diberi ragam hias
berupa lung- lungan, saton, nanasan, tlancapan, kebenan, patron, dan atau banyu
tetes.
f. Material dinding dari papan kayu, bambu, dinding batu bata plester/ekspos
digunakan untuk hampir semua bangunan. Sementara bangunan yang mempunyai
kelembaban tinggi dan memerlukan keamanan ruang lebih seperti museum dan
lavatory menggunakan material dinding batu bata plester/ ekspos.
g. Pintu, jendela, dan ventilasi digunakan sebagai sirkulasi dan elemen dekoratif.
Material yang akan digunakan adalah material kayu dengan ragam hias lung-
lungan, kemamang, peksi garuda, kepetan, panah, dan mega mendung.
h. Bentuk atap:
1) Bentuk rumah joglo: teater pertunjukan, dan museum.
Teater pertunjukan menggunakan atap joglo tanpa tajuk 3 lapis. Sementara
museum menggunakan atap joglo tanpa tajuk 2 lapis.
2) Bentuk rumah limasan: kantor pengelola, aula, ruang workshop, restoran dan
wisma seni.
3) Bentuk rumah kampung: ATM Centre. pos keamanan, dan ruang- ruang
MEP.
4) Bentuk rumah masjid atau tarub: mushola.
5) Bentuk rumah panggang-pe: pasar seni.
i. Ornamen atap menggunakan rete- rete, krepyak, dan ragam hias (mahkuta, ular
naga, dan ayam jago), dan material yang digunakan adalah material atap dari
tanah liat.

commit to user

191
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Konsep Sirkulasi
Pendekatan arsitektur jawa berikutnya dihadirkan dalam konsep sirkulasi objek
rancang bangun taman budaya. Selain itu, konsep pola tata massa menurut hirarki
arsitektur jawa juga dapat memengaruhi pola sirkulasi di dalam tapak taman budaya,
berikut pola sirkulasi pada objek rancang bangun taman budaya.
a. Desain pintu masuk kawasan yang menggunakan regol jawa dan pintu masuk
bangunan yang menggunakan pintu omah jawa dengan beragam motif hiasnya.
Pendekatan arsitektur jawa juga diaplikasikan pada ruang sirkulasi, yaitu dengan
penggunaan material kayu, penambahan ragam hias dan ornamen jawa. Selain
kedua hal tersebut, konsep tatanan massa pada arsitektur jawa juga
memengaruhi pencapaian bangunan yang berbentuk spiral, konfigurasi jalur
yang berbentuk spiral dan jaringan, serta hubungan antar ruang yang melewati
ruang.
b. Untuk menciptakan integrasi antar ruang pada taman budaya dapat diwujudkan
dengan pengaplikasian pencapaian berbentuk spiral, konfigurasi jalur berbentuk
radial dan jaringan, serta hubungan jalur ruang yang melewati ruang.

F. Konsep Struktur
1. Konsep Sub Struktur
Konsep sub struktur pada objek rancang bangun dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
pondasi dan umpak. Sistem pondasi yang digunakan adalah pondasi lajur untuk
bangunan berlantai satu, sementara untuk bangunan berlantai dua menggunakan
pondasi lajur dan pondasi setempat/footplate.
Umpak yang digunakan adalah umpak beton cor berwarna hitam dengan ukuran
menyesuaikan besar tiang.
2. Konsep Super Struktur
Konsep sistem super struktur pada taman budaya menggunakan sistem struktur
rigid frame dan bearing wall. Sistem struktur rangka (rigid frame) pada rumah
jawa menggunakan sambungan kayu, dimana balok/blandar dan tiang/saka
sebagai penahan dan penyalur beban bangunan. Struktur antara tiang dan balok
akan disambung dengan sistem sambungan kayu. Sementara sistem bearing wall
dapat digunakan pada bangunan- bangunan tertentu yang membutuhkan variasi
bentuk pada dindingnya. commit to user

192
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Konsep Upper Struktur


Sistem upper struktur yang digunakan untuk taman budaya adalah konstruksi
kayu. Material yang digunakan adalah material atap tanah liat.

G. Konsep Utilitas
1. Konsep Sistem Pencahayaan
Konsep sistem pencahayaan menggunakan sistem pencahayaan merata, sistem
pencahayaan setempat dan sistem pencahayaan gabungan. Sistem pencahayaan
merata diaplikasikan pada sebagian besar bangunan dan ruangan, sementara
sistem pencahayaan gabungan (merata dan setempat) diaplikasikan pada ruangan-
ruangan yang cukup luas, seperti teater pertunjukan, museum, aula, ruang
workshop, restoran, pasar seni, dsb. Selain itu diperlukan juga pencahayaan yang
menggunakan lampu sorot pada panggung pertunjukan, museum, dan pasar seni
untuk menyorot benda atau barang memerlukan perhatian khusus.
2. Konsep Sistem Instalasi Air Bersih
Konsep sistem instalasi air bersih menggunakan sistem distribusi langsung.

Gambar 7.5 Sistem Distribusi Air Bersih


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

3. Konsep Sistem Instalasi Air Kotor


Konsep sistem instalasi air kotor dalam objek rancang bangun taman budaya
dibagi menjadi tiga, yaitu: black water, grey water, dan air hujan. Sistem
pengelolaan black water menggunakan bak pengolahan limbah yang tempatnya
disebut dengan STP (Sewage Treatment Plant). Dalam sistem ini, limbah yang
terkumpul akan diolah secara mekanis dengan diberi udara agar bakteri pengurai
dapat hidup dengan baik. Selanjutnya, hasil pengolahan limbah dapat digunakan
untuk menyiram tanaman atau diresapkan ke tanah. STP dapat diletakkan di luar
commit
atau lantai terbawah yang letaknya to user
lebih bawah dari toilet.

193
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Grey water yang mengandung busa dan detergen dapat ditampung dahulu atau
dilewatkan pada bak control untuk selanjutnya dibuang ke riol kota, saluran air,
maupun sumur resapan. Sementara air hujan yang jatuh ke tanah dibuatkan
resapan (hidropori) agar mudah meresap ke tanah.

Gambar 7.6 Sistem Distribusi Black Water


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

Gambar 7.7 Sistem Distribusi Grey Water


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

Gambar 7.8 Sistem Distribusi Air Hujan


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

4. Konsep Sistem Penghawaan


Konsep sistem penghawaan pada bangunan taman budaya adalah menggunakan
sistem penghawaan alami dan buatan. Sistem penghawaan alami menggunakan
bukaan- bukaan, sementara penghawaan buatan menggunakan AC dengan sistem
non sentral untuk menghemat penggunaan listrik.
5. Konsep Sistem Jaringan Listrik/Sistem Elektrikal
Konsep sistem jaringan listrik/sistem elektrikal menggunakan distribusi jaringan
listrik yang dengan sistem tertutup, yaitu pipa yang disembunyikan di dalam
dinding, plafon, atau partisi

commit to user
Gambar 7.9 Sistem Distribusi Jaringan Listrik
Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

194
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Konsep Sistem Transportasi Vertikal


Konsep sistem transportasi vertikal adalah dengan penggunaan tangga dan ramp.
Material yang digunakan pada anak tangga dan railing adalah material kayu.
7. Konsep Sistem Jaringan Telekomunikasi
Jenis jaringan telekomunikasi yang dibutuhkan pada bangunan taman budaya
adalah PABX telepon, wifi, serta sound system/loudspeaker. Sistem kabel
jaringan telekomunikasi menggunakan sistem tertutup, yaitu pipa yang
disembunyikan di dalam dinding, plafon, atau partisi

Gambar 7.10 Sistem Distribusi Jaringan Telekomunikasi


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

8. Konsep Sistem Pemadam Kebakaran


Konsep sistem pemadam kebakaran pada objek rancang bangun taman budaya
adalah sebagai berikut.
a. Memiliki sign atau tanda untuk jalur evakuasi agar jelas dan mudah
dimengerti pengguna.
b. Jalur evakuasi mudah dijangkau.
c. Memiliki penerangan darurat pada setiap jalur evakuasi.
d. Terdapat sprinkle dan APAR di setiap lantai dengan jarak tertentu, dan
terdapat hydrant diluar bangunan.
e. Pintu evakuasi memiliki lebar minimal 1 meter dan tangga darurat memiliki
lebar minimal 1,25 meter.

commit to user

195
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9. Konsep Penangkal Petir


Konsep sistem penangkal petir pada objek rancang bangun taman budaya adalah
sistem penangkal petir Faraday, yaitu menggunakan tiang- tiang penangkal kecil
yang ditelakkan di tepi atap dengan jarak antar terminal 5-20 meter.

Gambar 7.11 Sistem Penangkal Petir Faraday


Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010

10. Konsep Sistem Keamanan


Sistem keamanan yang dibutuhkan pada bangunan taman budaya adalah
pengadaan pos keamanan dan CCTV. CCTV digunakan pada ruangan- ruangan
yang memiliki aset penting dan memerlukan perhatian khusus, terutama seperti
pada museum dan kantor pengelola.

commit to user

196

Anda mungkin juga menyukai