id
A. Konsep Peruangan
1. Kelompok Kegiatan
Kegiatan yang akan diwadahi dalam objek rancang bangun taman budaya dibagi
menjadi tiga, yaitu: kelompok kegiatan utama, penunjang, dan servis. Berikut
konsep dari masing- masing kelompok kegiatan tersebut.
a. Kelompok Kegiatan Utama
Aktivitas kelompok kegiatan utama yaitu berkaitan dengan aktivitas utama
dari taman budaya, yakni kegiatan pertunjukan dan pameran kesenian. Dalam
kelompok kegiatan ini terdapat dua bangunan, yaitu teater pertunjukan dan
museum. Teater pertunjukan memiliki fungsi sebagai wadah kegiatan
pelatihan dan pertunjukan kesenian, sementara museum berfungsi sebagai
wadah informasi, perawatan dan pameran benda bersejarah.
b. Kelompok Kegiatan Penunjang
Aktivitas kelompok kegiatan penunjang berfungsi sebagai pelengkap dan
pendukung kelompok kegiatan utama dalam taman budaya. Keberadaan area
penunjang dapat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan taman
budaya. Kelompok kegiatan penunjang mewadahi aktivitas seperti
pengelolaan, seminar/penyuluhan, workshop, belanja, istirahat, makan,
minum, ibadah, dsb. Area penunjang dalam taman budaya, yaitu: ruang
pengelola, aula, ruang workshop, pasar seni, restoran, wisma seni, mushola,
ATM Centre, dan open space.
1) Kantor pengelola
Pada area ini berisi ruang- ruang untuk kepentingan kegiatan operasional
taman budaya. Pada perencanaan taman budaya umumnya kantor
pengelola berisi ruang- ruang ketua, wakil, kasubag, dan staff.
2) Aula
Aula berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para seniman untuk
melakukan kegiatan penyuluhan maupun seminar.
3) Ruang workshop
Ruang workshop dalam taman budaya berfungi sebagai tempat
commit
berkumpul para pelaku senito untuk
user memecahkan suatu permasalahan
tertentu dengan berdiskusi ataupun saling memberikan pendapat, selain
181
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
182
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kelompok pelaku kegiatan pengelola taman budaya terdiri dari pimpinan dan
karyawan/staff yang berkerja dan bertanggungjawab dalam jalannya
pengelolaan taman budaya. Kelompok kegiatan pengelola ini dibedakan
menjadi dua, yaitu pengelola kantor dan pengelola servis. Pengelola kantor
terdiri dari kepala, wakil kepala, kepala seksi (pertunjukan dan pameran seni,
pelestarian seni, dan bagian tata usaha), dan staff- staffnya. Pengelola servis
terdiri dari divisi serta tim pengelola bagian utilitas dan cleaning service.
b. Pengelola Restoran
Kelompok pelaku kegiatan pengelola restoran dalam taman budaya terdiri
dari orang atau kelompok yang mengelola kegiatan pada restoran.
c. Penjual
Kelompok pelaku kegiatan penjual dalam taman budaya terdiri dari orang
atau kelompok yang mengelola kegiatan jual-beli pada area pasar seni.
d. Penyelenggara
Kelompok pelaku kegiatan penyelenggara merupakan orang atau kelompok
orang yang memiliki gagasan untuk melaksanakan pelestarian maupun
pagelaran seni dan budaya. Penyelenggara yang dimaksud dalam kelompok
kegiatan ini bisa berasal dari seniman dan kelompok masyarakat/instansi
e. Pengunjung
Kelompok pelaku kegiatan pengunjung merupakan orang atau kelompok
orang baik masyarakat lokal maupun internasioal yang berminat datang ke
taman budaya untuk menyaksikan pagelaran seni budaya ataupun kegiatan
lainnya.
3. Kebutuhan Ruang
Konsep kebutuhan ruang pada objek rancang bangun taman budaya diperoleh dari
beberapa pertimbangan, yaitu: jenis kegiatan, kebutuhan ruang, kapasitas ruang,
perhitungan standar melalui literatur, kebutuhan ruang gerak, dan perhitungan
asumsi pribadi berdasarkan studi preseden. Berikut tabel kebutuhan ruang pada
objek rancang bangun taman budaya.
Tabel 7.A Tabel Konsep Kebutuhan Ruang
Kebutuhan Ruang Jumlah Luas
Kelompok Ruang Utama
Teater Pertunjukan Panggung pertunjukan 1 unit/50 orang 100m2
commit to user
Ruang penonton 1 unit/200 156m2
orang
183
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
184
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Hubungan Ruang
Konsep hubungan ruang pada objek rancang bangun taman budaya diperoleh dari
beberapa pertimbangan, yaitu: pelaku kegiatan, jenis kegiatan, keterkaitan antar
ruang berdasarkan fungsi, dan keterkaitan antar ruang berdasarkan pola
pencapaian. Pola hubungan ruang akan menjadi dasar penataan ruang pada taman
budaya. Berikut konsep hubungan ruang objek rancang bangun taman budaya.
5. Wujud Ruang
Wujud atau bentuk ruang digunakan untuk menciptakan suasana maupun kesan
yang terbangun dari sebuah ruang. Konsep wujud ruang yang digunakan dalam
objek rancang bangun taman budaya adalah bentuk lingkaran, bujur sangkar dan
segitiga. Wujud atau bentuk ruang tersebut dapat digunakan sebagai dasar bentuk
ruang maupun elemen ruang pada objek rancang bangun taman budaya dengan
pertimbangan fungsi tanpa mengubah sebagian besar pendekatan arsitektur jawa.
6. Kriteria Ruang
a. Teater Pertunjukan
Teater pertunjukan pada objek rancang bangun taman budaya mengadaptasi
bentuk pendapa sehingga bentuk ruang menjadi semi terbuka. Bentuk
panggung pada teater pertunjukan adalah panggung proscenium. Penempatan
tempat duduk penonton yaitu pada area longitudinal dengan sudut sebesar
commit 135°.
45° dan lingkar sudut sebesar to userSementara jarak pandang maksimal
187
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Konsep Tapak
1. Tapak Terpilih
Tapak terpilih terletak di di Eks Distrik Maospati, Jalan Raya Solo, Kecamatan
Maospati, Kabupaten Magetan yang memiliki luas sebesar ±21.000 m 2. Lokasi ini
telah ditunjuk oleh Disparbud Magetan sebagai lokasi perencanaan dan
perancangan Taman Budaya di Kabupaten Magetan, karena banyak peninggalan
sejarah di kawasan ini. Lokasi tapak termasuk kawasan yang strategis, yaitu
terletak di jalan provinsi dan dekat dengan sarana transportasi, yaitu terminal bus
dan lapangan udara.
commit to user
188
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Batas- batas tapak adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan rumah
penduduk, sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk, sebelah selatan
berbatasan dengan rumah penduduk, KUA Maospati, dan SDN 3 Maospati,
sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk.
Peraturan mengenai tata cara mendirikan bangunan pada lokasi tapak yaitu
memiliki nilai KDB maksimal 50%, KLB maksimal 1,2 dan KDH minimal 10%
dari luas persil.
2. Konsep Tapak
Konsep tapak pada objek rancang bangun taman budaya terdapat enam, yaitu:
konsep orientasi tapak, konsep pencapaian, konsep kebisingan, konsep matahari
dan angin, dan konsep view. Berikut beberapa konsep tapak pada taman budaya.
a. Dengan mempertimbangkan teori pajupat limo pancer dan letak jalan utama,
maka konsep orientasi tapak pada taman budaya menghadap kearah selatan.
b. ME terletak pada sisi selatan tapak dan akan dibuat sebagai jalan masuk dan
keluar, pada ME diberi regol.
c. SE terletak pada sisi barat tapak untuk jalan masuk dan sisi timur tapak untuk
jalan keluarnya.
d. Vegetasi peredam kebisingan diletakkan mengelilingi tapak dan disekitar
bangunan, khususnya bangunan teater pertunjukan. Vegetasi yang digunakan
adalah tamanan perdu tinggi seperti angsana dan tanjung.
e. Vegetasi pemecah angin difokuskan pada sisi utara dan selatan tapak.
Vegetasi yang digunakan adalah tamanan perdu tinggi seperti angsana dan
tanjung.
f. Konsep view dibagi menjadi dua, yaitu view ke dalam tapak dan view keluar
tapak. View ke dalam commit to user
tapak berorientasi dari arah selatan tapak yang
merupakan akses utama (ME) pada tapak, pada ME ini diberi sebuah regol
189
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau gapura jawa. Sementara view ke luar tapak berorientasi dari arah utara
dalam tapak menuju selatan.
Berikut ilustrasi konsep tapak pada objek rancang bangun taman budaya.
C. Konsep Massa
Konsep pendetakan arsitektur jawa dalam objek rancang bangun taman budaya dapat
dicapai dengan pengaplikasian konsep tata massa yang mengikuti hirarki tata ruang
jawa. Berikut konsep tata massa pada objek rancang bangun taman budaya.
190
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
filosofis yang diaplikasikan dengan material dan ragam hias jawa. Berikut konsep
bentuk dan tampilan objek rancang bangun taman budaya.
a. Pondasi terletak pada bagian bawah bangunan (tidak diekspos).
b. Umpak terbuat dari material cor beton dan diberi ragam hias padma dan kaligrafi.
c. Material lantai menggunakan ubin di hampir seluruh bangunan, kecuali pada
teater pertunjukan yang menggunakan material karpet.
d. Tiang/saka menggunakan material kayu yang diekspos dan diberi ragam hias
berupa saton, wajikan, mirong, praba, dan atau kaligrafi.
e. Balok/blandar menggunakan material kayu yang diekspos dan diberi ragam hias
berupa lung- lungan, saton, nanasan, tlancapan, kebenan, patron, dan atau banyu
tetes.
f. Material dinding dari papan kayu, bambu, dinding batu bata plester/ekspos
digunakan untuk hampir semua bangunan. Sementara bangunan yang mempunyai
kelembaban tinggi dan memerlukan keamanan ruang lebih seperti museum dan
lavatory menggunakan material dinding batu bata plester/ ekspos.
g. Pintu, jendela, dan ventilasi digunakan sebagai sirkulasi dan elemen dekoratif.
Material yang akan digunakan adalah material kayu dengan ragam hias lung-
lungan, kemamang, peksi garuda, kepetan, panah, dan mega mendung.
h. Bentuk atap:
1) Bentuk rumah joglo: teater pertunjukan, dan museum.
Teater pertunjukan menggunakan atap joglo tanpa tajuk 3 lapis. Sementara
museum menggunakan atap joglo tanpa tajuk 2 lapis.
2) Bentuk rumah limasan: kantor pengelola, aula, ruang workshop, restoran dan
wisma seni.
3) Bentuk rumah kampung: ATM Centre. pos keamanan, dan ruang- ruang
MEP.
4) Bentuk rumah masjid atau tarub: mushola.
5) Bentuk rumah panggang-pe: pasar seni.
i. Ornamen atap menggunakan rete- rete, krepyak, dan ragam hias (mahkuta, ular
naga, dan ayam jago), dan material yang digunakan adalah material atap dari
tanah liat.
commit to user
191
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Konsep Sirkulasi
Pendekatan arsitektur jawa berikutnya dihadirkan dalam konsep sirkulasi objek
rancang bangun taman budaya. Selain itu, konsep pola tata massa menurut hirarki
arsitektur jawa juga dapat memengaruhi pola sirkulasi di dalam tapak taman budaya,
berikut pola sirkulasi pada objek rancang bangun taman budaya.
a. Desain pintu masuk kawasan yang menggunakan regol jawa dan pintu masuk
bangunan yang menggunakan pintu omah jawa dengan beragam motif hiasnya.
Pendekatan arsitektur jawa juga diaplikasikan pada ruang sirkulasi, yaitu dengan
penggunaan material kayu, penambahan ragam hias dan ornamen jawa. Selain
kedua hal tersebut, konsep tatanan massa pada arsitektur jawa juga
memengaruhi pencapaian bangunan yang berbentuk spiral, konfigurasi jalur
yang berbentuk spiral dan jaringan, serta hubungan antar ruang yang melewati
ruang.
b. Untuk menciptakan integrasi antar ruang pada taman budaya dapat diwujudkan
dengan pengaplikasian pencapaian berbentuk spiral, konfigurasi jalur berbentuk
radial dan jaringan, serta hubungan jalur ruang yang melewati ruang.
F. Konsep Struktur
1. Konsep Sub Struktur
Konsep sub struktur pada objek rancang bangun dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
pondasi dan umpak. Sistem pondasi yang digunakan adalah pondasi lajur untuk
bangunan berlantai satu, sementara untuk bangunan berlantai dua menggunakan
pondasi lajur dan pondasi setempat/footplate.
Umpak yang digunakan adalah umpak beton cor berwarna hitam dengan ukuran
menyesuaikan besar tiang.
2. Konsep Super Struktur
Konsep sistem super struktur pada taman budaya menggunakan sistem struktur
rigid frame dan bearing wall. Sistem struktur rangka (rigid frame) pada rumah
jawa menggunakan sambungan kayu, dimana balok/blandar dan tiang/saka
sebagai penahan dan penyalur beban bangunan. Struktur antara tiang dan balok
akan disambung dengan sistem sambungan kayu. Sementara sistem bearing wall
dapat digunakan pada bangunan- bangunan tertentu yang membutuhkan variasi
bentuk pada dindingnya. commit to user
192
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. Konsep Utilitas
1. Konsep Sistem Pencahayaan
Konsep sistem pencahayaan menggunakan sistem pencahayaan merata, sistem
pencahayaan setempat dan sistem pencahayaan gabungan. Sistem pencahayaan
merata diaplikasikan pada sebagian besar bangunan dan ruangan, sementara
sistem pencahayaan gabungan (merata dan setempat) diaplikasikan pada ruangan-
ruangan yang cukup luas, seperti teater pertunjukan, museum, aula, ruang
workshop, restoran, pasar seni, dsb. Selain itu diperlukan juga pencahayaan yang
menggunakan lampu sorot pada panggung pertunjukan, museum, dan pasar seni
untuk menyorot benda atau barang memerlukan perhatian khusus.
2. Konsep Sistem Instalasi Air Bersih
Konsep sistem instalasi air bersih menggunakan sistem distribusi langsung.
193
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Grey water yang mengandung busa dan detergen dapat ditampung dahulu atau
dilewatkan pada bak control untuk selanjutnya dibuang ke riol kota, saluran air,
maupun sumur resapan. Sementara air hujan yang jatuh ke tanah dibuatkan
resapan (hidropori) agar mudah meresap ke tanah.
commit to user
Gambar 7.9 Sistem Distribusi Jaringan Listrik
Sumber: Print Mukti Aisyah, 2010
194
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196