Anda di halaman 1dari 21

MATRIK LSK3

Untuk :
OPTIMALISASI SPAM KEC. BATANGAN KAB. PATI (NUWSP)
KABUPATEN PATI

TAHUN ANGGARAN 2022 – 2023


URAIAN KEGIATAN PEKERJAAN

1. Informasi Pengguna Jasa.


Nama Satuan kerja : Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah
Jawa Tengah.
Alamat : Jl. Gajah Mungkur Selatan No. 14-16 Semarang.
Telp : (024)8442050
2. Informasi Penyedia Jasa.
Nama Perusahaan : PT. RAJA MUDA INDONESIA
Alamat : Jl. Salak 8 Magetan Jawa Timur
Telp : (0351)895368
3. Uraian Kegiatan.
Nama Pekerjaan : OPTIMALISASI SPAM KEC. BATANGAN KAB. PATI
(NUWSP)
Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Pati
Tahun Anggaran : 2022 - 2023

Pekerjaan ini secara garis besar meliputi :


Pengadaan dan Pemasangan Pipa.
 Pekerjaan ini adalah pemasangan jaringan baru dengan menggunakan pipa HDPE (Dn.
10 Inch. Pekerjaannya meliputi pengadaan, langsiran, galian tanah, buangan tanah,
pemasangan pipa, urugan tanah kembali dipadatkan, test tekanan dan pencucian pipa,
selain itu juga pekerjaan boring dan pekerjaan HDD.
 Pekerjaan Reservoir Kapasitas 250 m3.
Pekerjaan ini adalah pembangunan reservoir baru dengan kapasitas 1000 m3 dari bahan
beton bertulang.
DAMPAK LINGKUNGAN, SOSIAL DAN K3 YANG MUNGKIN TERJADI DAN
LANGKAH-LANGKAH MITIGASI

Dampak yang diperkirakan akan terjadi akibat pekerjaan Optimalisasi SPAM Kec. Batangan
Kab. Pati (NUWSP) adalah sebagai berikut:

1. Mobilisasi dan demobilisasi Peralatan, Bahan, dan personil selama kegiatan pekerjaan.
Dengan adanya kegiatan mobilisasi dan demobilisasi maka diperkirakan akan
menimbulkan dampak :
a. Peningkatan konsentrasi debu (TSP) di udara sehingga menimbulkan kualitas udara
menurun yang akhirnya berdampak pada sistem pernapasan manusia. Langkah-
langkah mitigasi :
 Mengembangkan dan melaksanakan rencana manajemen transportasi
yang mencakup penggunaan penutup material selama transportasi material.
 Melakukan kontrol debu dengan menyemprotkan air di jalanan ketika
mobilisasi dilakukan selama hari tertentu (musim kemarau) dua kali sehari
(siang dan sore).
b. Gangguan lalu lintas sementara karena kegiatan transportasi.
Langkah-langkah mitigasi :
 Mengembangkan dan melaksanakan rencana manajemen lalu lintas untuk
memastikan gangguan lalu lintas seminimal mungkin. Misal : memasang
rambu- rambu peringatan, menugaskan orang untuk mengatur lalu lintas.

2. Kegiatan perekrutan tenaga kerja.


Suatu proyek pekerjaan sipil seringkali membutuhkan tenaga kerja dan barang serta
jasa terkait yang tidak dapat sepenuhnya dipasok secara lokal karena beberapa alasan,
di antaranya tidak tersedianya pekerja dan kurangnya keterampilan dan kapasitas
teknis. Dalam kasus seperti itu, angkatan kerja (total atau sebagian) perlu didatangkan
dari luar area proyek. Dalam banyak kasus, masuknya ini diperparah oleh masuknya
orang lain ("pengikut") yang mengikuti tenaga kerja yang masuk dengan tujuan menjual
barang dan jasa, atau dalam mengejar pekerjaan atau peluang bisnis. Migrasi cepat ke
dan penyelesaian pekerja dan pengikut di wilayah proyek disebut masuknya tenaga
kerja, dan dalam kondisi tertentu, itu dapat mempengaruhi area proyek secara negatif
dalam hal infrastruktur publik, utilitas, perumahan, pengelolaan sumber daya
berkelanjutan dan dinamika sosial. Panduan ini mencakup masuknya tenaga kerja
sementara, berbeda dengan migrasi pekerja jangka panjang atau permanen.

Masuknya pekerja dan pengikut dapat menyebabkan dampak sosial dan lingkungan
yang merugikan pada komunitas lokal, terutama jika komunitas itu pedesaan, terpencil
atau kecil. Dampak negatif tersebut dapat mencakup peningkatan permintaan dan
persaingan untuk layanan sosial dan kesehatan setempat, serta untuk barang dan jasa,
yang dapat menyebabkan kenaikan harga dan berkerumunnya konsumen lokal,
peningkatan volume lalu lintas dan risiko kecelakaan yang lebih tinggi, peningkatan
permintaan akan ekosistem dan sumber daya alam, konflik sosial di dalam dan di antara
masyarakat, peningkatan risiko penyebaran penyakit menular, dan meningkatnya
tingkat perilaku terlarang dan kejahatan. Dampak buruk semacam itu biasanya
diperkuat oleh kapasitas rendah di tingkat lokal untuk mengelola dan menyerap tenaga
kerja yang masuk, dan khususnya ketika pekerjaan sipil dilakukan di, atau dekat,
masyarakat rentan dan dalam situasi berisiko tinggi lainnya. Sementara banyak dari
dampak potensial ini dapat diidentifikasi dalam Analisis Dampak Lingkungan dan
Sosial proyek, dampak tersebut hanya diketahui sepenuhnya setelah kontraktor ditunjuk
dan memutuskan untuk mencari sumber tenaga kerja yang diperlukan. Ini berarti bahwa
tidak semua risiko dan dampak spesifik dapat sepenuhnya dinilai sebelum pelaksanaan
proyek, dan yang lainnya dapat muncul saat proyek berlangsung. Dengan demikian,
langkah-langkah yang ditetapkan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial
proyek untuk mengatasi masalah seperti itu kadang- kadang mungkin tidak cukup. Oleh
karena itu penting untuk mengembangkan langkah- langkah spesifik lokasi sebelum
kontraktor mulai bekerja dan memperbaruinya seperlunya untuk mencerminkan
perkembangan proyek. Secara keseluruhan, pemantauan yang memadai dan
manajemen adaptif dari dampak potensial dari masuknya tenaga kerja adalah kunci
untuk mengatasinya dengan benar dan mengurangi risiko.

Masuknya tenaga kerja untuk pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan berbagai risiko
dan dampak sosial dan lingkungan yang merugikan. Daftar di bawah ini memberikan
ringkasan tentang dampak sosial dan lingkungan yang merugikan tetapi tidak lengkap.
Sementara banyak dari dampak ini mungkin sudah ada atau mungkin terjadi terlepas
dari masuknya tenaga kerja, mereka cenderung diperburuk olehnya. Jenis dan tingkat
dampak aktual sangat bervariasi tergantung pada karakteristik proyek, masyarakat dan
tenaga kerja yang masuk. Ini termasuk dampak dari kamp pekerja. Mungkin sulit untuk
memisahkan beberapa dampak dari faktor-faktor yang tidak terkait dengan proyek,
khususnya jika area proyek mengalami perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang
lebih luas selama periode proyek, yang mungkin sulit untuk dinilai atau diprediksi
sebagai bagian dari Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial proyek. Daftar di bawah
ini menunjukkan kategori umum risiko sosial yang terkait dengan masuknya tenaga
kerja:

a. Risiko konflik sosial.


Konflik dapat timbul antara komunitas lokal dan pekerja konstruksi, yang mungkin
terkait dengan perbedaan agama, budaya atau etnis, atau berdasarkan persaingan
untuk sumber daya lokal. Ketegangan juga dapat muncul antara kelompok-
kelompok yang berbeda dalam angkatan kerja, dan konflik yang sudah ada
sebelumnya di masyarakat setempat dapat diperburuk. Konflik etnis dan regional
dapat diperburuk jika pekerja dari satu kelompok pindah ke wilayah yang lain.

b. Meningkatnya risiko perilaku terlarang dan kejahatan.


Masuknya pekerja ke masyarakat dapat meningkatkan tingkat kejahatan dan/atau
persepsi ketidakamanan oleh masyarakat setempat. Tingkah laku atau kejahatan
ilegal tersebut dapat termasuk pencurian, penyerangan fisik, penyalahgunaan obat-
obatan, pelacuran dan perdagangan manusia. Penegakan hukum lokal mungkin
tidak dilengkapi dengan cukup untuk menghadapi peningkatan sementara populasi
tersebut.

c. Meningkatnya beban dan persaingan untuk penyediaan layanan publik.


Kehadiran pekerja konstruksi dan penyedia layanan (dan dalam beberapa kasus
anggota keluarga dari salah satu atau keduanya) dapat menghasilkan permintaan
tambahan untuk penyediaan layanan publik, seperti air, listrik, layanan medis,
transportasi, pendidikan dan layanan sosial. Ini khususnya terjadi ketika masuknya
pekerja tidak diakomodasi oleh sistem pasokan tambahan atau terpisah.

d. Meningkatnya risiko penyakit menular dan beban pada layanan kesehatan local.
Masuknya orang dapat membawa penyakit menular ke wilayah proyek, termasuk
penyakit menular seksual (PMS), atau pekerja yang masuk dapat terpapar penyakit
yang memiliki resistensi rendah. Ini dapat mengakibatkan beban tambahan pada
sumber daya kesehatan lokal. Pekerja dengan masalah kesehatan yang berkaitan
dengan penyalahgunaan zat, masalah mental atau IMS mungkin tidak ingin
mengunjungi fasilitas medis proyek.

e. Kekerasan berbasis gender.


Pekerja konstruksi didominasi oleh laki-laki yang lebih muda. Mereka yang jauh
dari rumah untuk pekerjaan konstruksi biasanya terpisah dari keluarga mereka dan
bertindak di luar lingkup kontrol sosial mereka yang normal. Hal ini dapat
menyebabkan perilaku yang tidak pantas dan kriminal, seperti pelecehan seksual
terhadap perempuan dan anak perempuan, hubungan seksual yang eksploitatif, dan
hubungan seksual terlarang dengan anak di bawah umur dari komunitas lokal.
Gelombang besar pekerja laki-laki juga dapat menyebabkan peningkatan hubungan
seksual yang eksploitatif dan perdagangan manusia di mana perempuan dan anak
perempuan dipaksa masuk ke dalam pekerjaan seks.

f. Tempat pembuangan limbah dan tempat pembuangan limbah ilegal yang tidak
memadai.
Populasi pekerja yang besar menghasilkan peningkatan jumlah limbah, yang tidak
ada kapasitas pengelolaan limbah lokal yang memadai, yang kemungkinan akan
mengarah pada praktik pembuangan yang tidak tepat.

g. Kecemburuan sosial antara pekerja migran dengan pekerja lokal.


Kecemburuan bisa karena prosentase tenaga kerja lokal lebih kecil dan
pendatang/migran, upah tenaga kerja yang berbeda antara pekerja lokal dan
pendatang/migran.

h. Dampak Ekonomi (positif).


Dengan dilibatkannya masyarakat sebagai pekerja diharapkan adanya peningkatan
pendapatan dari masyarakat tersebut.

Langkah-langkah mitigasi :
 Mengurangi masuknya tenaga kerja dari luar dengan memanfaatkan tenaga
kerja lokal. Langkah mitigasi yang paling efektif terhadap masuknya tenaga
kerja adalah dengan menghindari atau menguranginya. Tergantung pada
ukuran dan tingkat keterampilan tenaga kerja lokal.Sistem pengupahan yang
sama antara pekerja lokal dan pendatang (dalam jabatan pekerjaan yang
sama), akan berbeda jika jabatan berbeda.
 Menilai dan mengelola risiko masuknya tenaga kerja berdasarkan instrumen
yang tepat. Termasuk juga pembatasan usia pekerja akan dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku (baik maksimal dan minimal).
 Memasukkan langkah-langkah mitigasi sosial dan lingkungan ke dalam
kontrak pekerjaan sipil.
 Bekerjasama dengan aparat desa dan aparat keamanan setempat.
 Menyediakan tangki septik dan tempat pengumpulan sampah sementara,
tidak diizinkan untuk membakar sampah, dan menerapkan metodologi 3R
(reduce, reuse, recycle).
3. Pelaksanaan pekerjaan.

Kecelakaan Kerja.
Untuk menghindari kecelakaan kerja maka didalam pelaksanaan pekerjaan penerapan
K3 sangat penting. Diaharapkan dalam proyek pekerjaan ini tidak ada kecelakaan kerja
(zero accident).

Dampak-dampak dari kecelakaan kerja :


a. Pelaksanaan pekerjaan akan terganggu, estimasi penyelesaian pekerjaan bisa
molor.
b. Kerusakan pada alat yang berakibat kerugian secara finansial.
c. Cedera pada pekerja, bisa menyebabkan cedera permanen bahkan kematian.

Langkah-langkah mitigasi :
 Pemakaian APD kepada semua pekerja dan orang yang berada di lokasi
pekerjaan.
 Pemasangan rambu-rambu peringatan K3.
 Memberikan penjelasan keselamatan kerja sebelum memulai pekerjaan.
 Sedapat mungkin tidak melakukan kerja lembur, bila ada kerja lembur maka
akan disediakan lampu penerangan yang memadai.
 Mengasuransikan tenaga kerja.
 Mengoperasionalkan peralatan kerja sesuai prosedur;
 Pemeliharaan peralatan secara baik dan berkala.
 Penempatan material pada tempat yang tidak mengganggu pekerjaan lain dan
lalu lintas.

Bagi masyarakat
Dampak yang terjadi dengan adanya pelaksanaan pekerjaan adalah terganggunya
aktifitas masyarakat. Langkah-langkah mitigasi :
 Bersosialisasi dengan masyarakat terutama kepada masyarakat yang terkena
jalur pipa.
 Mengembalikan bangunan ke kondisi semula. Artinya bila ada kerusakan
pada bangunan masyarakat maka kontraktor akan memperbaiki.
 Menempatkan orang yang benar-benar kompeten untuk melakukan
pengawasan pekerjaan.
 Memasang rambu-rambu peringatan (khususnya untuk pekerjaan pemasangan
pipa).

Fasilitas umum.
Hal ini bisa terjadi jika selama pelaksanaan pekerjaan kontraktor tidak melakukan
prosedur yang baik dan benar. Dampak yang terjadi adalah rusaknya fasilitas umum
(seperti jalan, gorong-gorong/saluran, jembatan, dll) terutama dalam pelaksanaan
pekerjaan pemasangan pipa.

Langkah-langkah mitigasi :
 Berkoordinasi dengan dinas pemerintahan setempat yang bersinggungan
dengan pekerjaan.
 Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang benar.
 Menempatkan orang yang benar-benar kompeten untuk melakukan
pengawasan pekerjaan.
 Mengembalikan bangunan ke kondisi semula. Artinya bila ada kerusakan pada
jalan, saluran, jembatan maka kontraktor akan memperbaiki.

KEKERASAN BERBASIS GENDER


Kekerasan Berbasis Gender (KBG atau Gender-based violence -GBV) adalah “sebuah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan berbagai macam bentuk tindakan kekerasan yang
membahayakan atau mengakibatkan penderitaan pada seseorang, yang dilakukan berdasarkan
perbedaan sosial termasuk gender laki-laki dan perempuan, yang dapat mengakibatkan
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran termasuk berupa ancaman,
paksaan dan berbagai bentuk lainnya yang merampas kebebasan seseorang, baik di ruang
publik/ umum maupun dalam lingkungan kehidupan pribadi” (IASC, 2015).
Kekerasan Berbasis Gender adalah pelanggaran hak asasi serius yang harus ditangani dan
dicegah. Oleh karena itu PT. RAJA MUDA INDONESIA dalam pekerjaan Optimalisasi
SPAM Kec. Batangan Kab. Pati (NUWSP) berkomitmen untuk melakukan pengawasan dan
upaya terkait Kekerasan Berbasis Gender.

BENTUK-BENTUK KEKERASAN BERBASIS GENDER

Berikut ini bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender yang mungkin terjadi didalam
pelaksanaan proyek, antara lain :

a. Perkosaan/Percobaan perkosaan adalah hubungan seksual yang tidak disetujui bersama.


Perkosaan/percobaan perkosaan termasuk:
 Perkosaan terhadap perempuan dewasa,
 Perkosaan terhadap anak-anak (perempuan atau laki-laki), termasuk juga
hubungan sedarah (incest),
 Perkosaan yang dilakukan oleh lebih dari satu pelaku,
 Perkosaan terhadap laki-laki, atau dikenal sebagai sodomi.
b. Penganiayaan seksual adalah bentuk nyata atau ancaman fisik secara seksual, baik
dengan menggunakan kekerasan atau di bawah ketidaksetaraan atau kondisi
pemaksaan.
c. Penggunaan bahasa atau perilaku yang tidak pantas, melecehkan, kasar, pornoaksi,
provokatif, merendahkan atau tidak pantas, khususnya terhadap wanita dan anak-anak.
d. Kekerasan seksual “tindakan seksual apapun, percobaan untuk melakukan kegiatan
seksual, kata-kata atau cumbuan seksual yang tidak diinginkan, atau perdagangan
seksualitas seseorang, menggunakan paksaan, ancaman fisik, oleh siapapun apapun
hubungannya dengan si korban, dimana pun, tidak hanya di rumah atau di tempat
kerja”. Kekerasan seksual terjadi dalam banyak bentuk, termasuk perkosaan,
perbudakan seks, dan/atau perdagangan, kehamilan yang dipaksakan, pelecehan
seksual, eksploitasi seksual dan/atau penganiayaan, dan pengguguran kandungan yang
dipaksakan.
e. Kekerasan fisik mengacu pada tindakan yang menyakiti tubuh.
f. Kekerasan psikologis mengacu pada tindakan atau peniadaan yang menyebabkan atau
dapat menyebabkan penderitaan mental atau emosional, seperti intimidasi, pelecehan,
penguntitan, pengerusakan properti/barang, dipermalukan, kekerasan verbal, dan
perselingkuhan.
DAMPAK KEKERASAN BERBASIS GENDER

KBG memiliki dampak yang sangat signifikan pada korbannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang yang berupa dampak pada aspek fisik, psikologis, dan sosial. Dampak ini tidak
terjadi secara tunggal dan terpisah akan tetapi saling berkaitan yang dapat menambah peliknya
masalah yang dialami korban dan keluarganya. Misalnya dampak fisik juga akan berakibat
pada penderitaan psikologis korban. Secara umum dampak KBG yang dialami
korban/penyintas adalah:

DAMPAK FISIK
Jangka Pendek/Langsung Jangka Menengah dan Panjang
 Luka-luka fisik dari yang ringan hingga berat,  Kehamilan yang tidak diinginkan dan
sampai dengan kehilangan anggota tubuh umumnya berakhir dengan aborsi yang tidak
bahkan kematian. aman.
 Kehamilan yang tidak diinginkan, tertular  Melanjutkan kehamilan yang tidak
penyakit menular seksual, mengalami risiko diinginkan dengan keluhan fisik yang lebih
lebih besar untuk tertular HIV/AIDS, serta meningkat karena secara psikologis menolak
rusaknya organ reproduksi. kehamilan tersebut.
 Pemaksaan fisik memang seringkali  Kondisi kesehatan yang menurun akibat luka
digunakan dalam perkosaan akan tetapi tidak permanen atau tekanan psikis yang
selalu demikian, sehingga korban tidak selalu ditimbulkan karena kejadian kekerasan
mengalami luka-luka pada tubuh, apalagi bila seksual, cacat tubuh, penyakit infeksi seksual
pelaku sudah paham strategi agar korban kronis, mengidap HIV/AIDS, tidak
tidak sampai terluka secara fisik. mendapat keturunan, kematian.
 Cacat permanen.

DAMPAK PSIKOLOGIS/MENTAL
Jangka Pendek/Langsung Jangka Menengah dan Panjang
 Mengalami kebingungan, rasa tidak percaya,  Dampak jangka pendek masih dapat terus
hampa, marah, sedih, tidak berdaya, malu, dialami.
menjadi agresif, menyalahkan diri sendiri.  Mengalami gangguan psikologis lebih berat
 Menyesali keadaan dalam arti memiliki misalnya depresi, gangguan identitas
pikiran-pikiran “seandainya aku ...”, dll. terpecah.
 Mempertanyakan atau menyalahkan  Bunuh diri atau keinginan untuk bunuh diri.
Tuhan.  Mengalami gangguan stres pasca trauma.
 Menghindari tempat kejadian atau tempat  Mengalami gangguan makan, gangguan
yang serupa dengan tempat kejadian. tidur.
 Rasa takut atau muak pada pelaku atau orang  Memiliki masalah personal dengan lawan
yang menyerupai pelaku. jenis, hasrat seksual menurun, menjadi
 Mengalami mimpi buruk, sulit tidur. tidak tertarik pada lawan jenis.
 Menarik diri, sulit berkonsentrasi,  Perilaku seks berisiko yang tertampil dalam
kehilangan nafsu makan. bentuk berganti-ganti pasangan.
 Merasa diri kotor atau tidak berharga,  Ketergantungan pada rokok atau
kehilangan kepercayaan diri, merasa jijik NAPZA.
pada diri sendiri dan pada segala sesuatu yang  Perilaku yang melanggar aturan dan hukum
mengingatkan korban pada pelaku atau seperti mencuri atau membolos.
kejadian.
 Memiliki pikiran yang berulang-ulang
tentang kejadian.
 Tidak ingat dengan hal-hal detil,
kehilangan orientasi diri, waktu dan tempat.
DAMPAK SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI
Jangka Pendek/Langsung Jangka Menengah dan Panjang
 Dipersalahkan atas kejadian yang  Dampak jangka pendek masih bisa terus
menimpa dirinya. terjadi.
 Dipertanyakan moralitas dan kesucian  Mendapatkan stigma negatif karena terus
dirinya. melekat.
 Dipertanyakan niat dan motivasinya.  Masa depan suram karena kehilangan
 Diadili oleh masyarakat, dinikahkan dengan pekerjaan.
pelaku atau dengan siapa saja atas keputusan  Ketergantungan ekonomi, pengangguran.
keluarga karena dianggap sudah ‘rusak’.  Kembali menjadi korban karena sistem
 Dikucilkan oleh keluarga, lingkungan, teman hukum dan adat, penegak hukum,
kerja. konselor, pemuka agama, petugas kesehatan,
 Kehilangan pekerjaan atau peran dalam pemuka adat dan komunitas, dll.
keluarga dan komunitas.  Rentan menjadi korban perdagangan
 Harus bertanggungjawab untuk perbaiki orang dan pekerja seks komersil.
nama baik keluarga bahkan komunitas.  Terpaksa menjadi orang tua tunggal dengan
 Dikeluarkan dari komunitas. anak yang tidak diinginkan korban, dipaksa
 Mendapatkan kekerasan seksual lagi sebagai menyerahkan anak untuk diserahkan pada
bentuk hukuman atau intervensi kuratif orang lain/adopsi.
terutama dalam kasus homoseksual.  Bila kemudian menikah, korban
 Dipaksa atau dibujuk untuk bungkam agar direndahkan karena dianggap ‘bekas’, tidak
tidak melapor, dipaksa atau dibujuk untuk dianggap sebagai manusia seutuhnya,
berdamai dengan pelaku. menjadi tunawisma
 Diteror oleh pelaku, difitnah (fakta
diputarbalikkan untuk melemahkan korban).
 Dibunuh, ditekan untuk bunuh diri,
ditekan untuk minta ganti rugi kepada pelaku.
 Dipaksa untuk aborsi atau sterilisasi.
 Dibatasi ruang geraknya

Dampak yang muncul pada setiap korban kekerasan bervariasi tergantung pada karakteristik
traumatis tersebut dan penghayatan korban sendiri yang tergantung pada kepribadian, usia,
gender, latar belakang korban (pola asuh, pengalaman traumatis sebelumnya, tingkat sosial
ekonomi, budaya) serta ada tidaknya dukungan dari keluarga atau sosial. Karena adanya
dampak-dampak yang khas ini, maka proses pemulihan, penyelidikan, dan proses pengadilan
harus mempertimbangkan reaksi-reaksi tersebut.
PENGAWASAN DAN UPAYA TERKAIT KEKERASAN BERBASIS GENDER

Sebagai bentuk konkret didalam melakukan pengawasan dan upaya terkait KBG maka PT.
RAJA MUDA INDONESIA akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Membuat kebijakan tertulis tentang KBG yang menunjukkan filosofi /nilai dan
komitmen perusahaan untuk mencegah dan menghapus pelecehan seksual guna
menciptakan lingkungan kerja yang positif dan kondusif.
b. Memberikan tindakan/sanksi tegas kepada pihak manajeman dan pekerja jika terjadi
KBG.
c. Melakukan sosialisasi tentang pentingnya kesadaran dan pemahaman KBG kepada
semua pihak yang bekerja di proyek.
d. Memberi kesempatan yang sama kepada masyarakat (baik itu laki-laki atau perempuan)
untuk turut bekerja sama sebagai tenaga kerja sesuai dengan keahlian dan kebutuhan
pekerjaan.
e. Tidak mempekerjakan anak dibawah umur.
f. Melarang penggunaan bahasa atau perilaku yang tidak pantas, melecehkan, kasar,
pornoaksi, provokatif, merendahkan atau tidak pantas, khususnya terhadap wanita dan
anak-anak.
g. Melarang perbuatan pelecehan, menodai, atau perilaku menyimpang terhadap anak-
anak, membatasi interaksi dengan anak-anak, dan memastikan keselamatan anak-anak
disekitar lokasi kerja.
h. Melarang segala bentuk kegiatan seks komersial di dalam proyek.
i. Memisahkan fasilitas umum untuk laki-laki dan perempuan (misal : toilet).
j. Menempatkan pekerja perempuan pada lokasi dan pekerjaan yang mudah
pengawasannya.
k. Membentuk tim khusus/karyawan khusus untuk melakukan pengawasan sekaligus
sebagai tempat informasi dan aduan terkait KBG.
l. Membuat prosedur penanganan aduan terkait KBG.

PROSEDUR PENANGANAN ADUAN

Prosedur perlindungan dan penanganan kekerasan berbasis gender merupakan sistem rujukan
yang dikembangkan penyedia jasa/kontraktor, yang mengatur darimana dan harus kemana
seseorang yang mengalami kekerasan berbasis gender untuk meminta perlindungan dan
penanganan kasusnya. Pada dasarnya, rujukan dimungkinkan bersifat :
a. rujukan internal adalah rujukan perlindungan dan penanganan kekerasan berbasis
gender di dalam proyek;
b. rujukan eksternal adalah rujukan perlindungan dan penanganan kasus yang melibatkan
relasi antar penyedia jasa/kontraktor dengan pihak-pihak lain. Rujukan eksternal bisa
dilakukan jika pengaduan atau penanganan kasus tidak dapat diselesaikan secara
internal di tempat kerja/proyek.

Berikut bagan prosedur penanganan aduan (rujukan internal) yang akan diterapkan dalam
proyek Optimalisasi SPAM Kec. Batangan Kab. Pati (NUWSP) :
PENGADUAN FORMAL
PENANGAN ADUAN
KASUS KEKERASAN Oleh koban atau orang lain
BERBASIS GENDER

KORBAN LANGSUNG PENYELIDIKAN


MENEGUR PELAKU Wawancara korban,
tersangka,pelaku dan saksi

KORBAN DIAM SAJA LAPORAN DAN REKOMENDASI

KEPUTUSAN

ADUAN TIDAK DAPAT


ADUAN DI TERIMA ADUAN DITOLAK
DITANGANI

Solusi tindakan : Solusi Tertulis : Solusi Tertulis :


SANKSI Rujukan Eksternal Rujukan Eksternal

PENANGANAN PASCA ADUAN :


PEMULIHAN
1. Tahap Pengaduan Formal.
Apabila seorang pekerja mendapati atau mengalami kekerasan berbasis gender, maka
hal itu dapat diadukan. Prinsip melakukan pengaduan adalah membuat pernyataan
aduan secara tertulis (formal) dan menyebutkan dengan jelas kepada tim khusus
penanganan. Pembuat aduan harus mengikuti prosedur sesuai aturan/kebijakan tertulis
untuk menentukan keabsahan aduan dan prosedur penanganannya.
a. Aduan bisa bersifat subyek. Sebab itu, dasar aduan terpenting adalah
adanya sikap/pernyataan/perlakuan yang tidak dikehendaki/mengganggu/tidak
menyenangkan, bahkan merendahkan ‘korban’, serta akibat yang ditimbulkan
dari tindakan kekerasan berbasis gender tersebut. Untuk dapat menentukan
apakah kekerasan berbasis gender di tempat kerja terjadi atau tidak, pelaku harus
merupakan orang yang dikenali oleh korban di tempat/lingkungan kerjanya.
b. Dalam mengajukan aduan kekerasan berbasis gender secara resmi/formal,
seorang pekerja/korban bisa melakukannya melalui perwakilannya (kontak
person atau perwakilan pekerja).

2. Tahap Penanganan Aduan.


Dalam upaya penanganan kasus secara prosedural atau kelembagaan, maka sebaiknya
ada tim khusus/karyawan khusus yang bertugas menerima aduan dan melakukan
penanganan. Prinsip kerja penanganan pengaduan adalah sebagai berikut :
a. Semua aduan harus ditangani dengan segera, serius, simpatik, prosedural, serta
adil.
b. Prosedur penanganan perlu dijelaskan kepada pemberi aduan sehingga mereka
bisa memilih apakah bersedia mengikuti proses penanganan kasus atau tidak.
c. Ketika aduan mengenai kekerasan berbasis gender dibuat, penyelidikan oleh
penyedia jasa/kontraktor harus bersifat adil. Prinsip adil ini penting guna
memberikan kesempatan bagi pekerja maupun tersangka pelaku untuk
menyatakan kesaksian mereka.
d. Berkenaan dengan tindakan penanganan kekerasan berbasis gender (baik kasus
besar ataupun kecil) dapat didiskusikan dengan dengan kontak person atau
perwakilan pekerja, dengan menjujung tinggi prinsip kerahasiaan dan
perlindungan pada pembuat aduan dan atau korban.
e. Pekerja yang mengadukan (pengadu) tindak kekerasan berbasis gender tidak
boleh didiskriminasikan, dan atau bahkan mengalami intimidasi.

3. Tahap Penyelidikan Aduan.


Penyelidik aduan haruslah orang yang mengerti dan berpengalaman dalam menangani
kasus kekerasan berbasis gender, meskipun seringkali tidak mudah menemukan
orangnya. Meskipun demikian, siapapun yang melakukan penyelidikan harus orang
yang dianggap adil, berintegritas dan independen, serta tidak punya hubungan dengan
pihak-pihak yang terkait dengan aduan. Apabila pembuat aduan adalah perempuan dan
penyelidiknya laki - laki, maka penyelidik harus diperbolehkan untuk mendapatkan
bantuan perempuan apabila membutuhkannya. Penyelidik akan melakukan :
a. Wawancara dengan pembuat aduan dan atau korban;
b. Memberitahu tersangka pelaku;
c. Mewawancara tersangka pelaku;
d. Wawancara saksi-saksi;
e. Wawancara dan penyelidikan lanjutan.
Penyelidikan atau penanganan aduan perlu dilakukan secara prosedural adil, yakni :
 Kedua belah pihak harus memiliki kesempatan yang sama dalam
menyuarakan pendapat mereka, menjawab tuduhan dan mempertanyakan
semua hal yang diajukan pihak lain.
 Mereka yang menangani aduan haruslah orang yang independen/netral dari
kedua belah pihak dan mampu bertindak secara adil. Jika mungkin, seseorang
yang ditunjuk secara khusus memiliki pengalaman dalam melakukan
penyelidikan semacam ini.
 Penyelidikan awal harus dilakukan sesegera mungkin setelah aduan dilaporkan.
 Pernyataan saksi harus datang dari kedua belah pihak.
 Bukti atau catatan mengenai tuduhan, belaan dan sangkaan harus disimpan dan
kedua belah pihak harus diberikan kesempatan untuk membuat perbaikan yang
dibutuhkan. Perbaikan ini harus ditandatangani dan semua pernyataan saksi
harus dicatat.
 Jika ada beberapa pendapat yang beragam/berbeda, siapapun yang melakukan
penyelidikan awal harus mencatat berikut alasannya, jika lebih condong
memilih satu versi tertentu dibanding yang lain.

Penyelidik harus mencatat proses dan hasil penyelidikan. Catatan ini sebagai
dasar wawancara maupun penyelidikan lanjutan.

4. Tahap Pembuatan Laporan dan Rekomendasi.


Setelah penyelidikan, tahap selanjutnya adalah pembuatan laporan dan rekomendasi,
yang akan diserahkan kepada pengambil keputusan (Project Manager atau Direktur).
Isi laporan berfokus pada :
a. tuduhan yang diadukan;
b. menunjukkan terjadi/tidaknya kekerasan berbasis gender, c. rekomendasi
mengenai keputusan atas kasus yang terjadi.

5. Tahap Mengambil Keputusan.


Sebelum keputusan (sanksi) diberikan pada pelaku, sebaiknya pengambil keputusan
melakukan konsultasi pada pihak-pihak terkait. Dalam membuat keputusan,
pertimbangkan hal-hal berikut ini:
 bukti terbaik;
 aduan sejenis/sama yang terjadi sebelumnya;
 bukti fakta serupa;
 bukti kondisi akal/emosi pembuat aduan (korban);
 kredibilitas pembuat aduan maupun tersangka pelaku.

Pada dasarnya, keputusan atas aduan ada 3 (tiga) kemungkinan, yakni:


a. Aduan diterima.
Aduan diterima artinya tindakan kekerasan berbasis gender terbukti terjadi. Jika
aduan itu diterima, maka langkah yang perlu dilakukan adalah:
 Komunikasikan pada kedua belah pihak mengenai keputusan tsb.
Sampaikan dengan cara tatap muka. Tunjukkan atau berikan keputusan
tertulisnya, beserta alasannya. Sampaikan pada pelaku konsekuensi atas
tindakannya.
 Jika tidak ada tindakan pencegahan, putuskan langkah-langkah yang
tepat agar kasus/ perlakuan yang sama tidak terulang lagi. Jelaskan hal
ini pada semua pekerja.
 Identifikasi apakah ada upaya/tindakan pencegahan khususnya dari
pelaku.
 Catat aduan dan solusinya dalam berkas/dokumen pribadi pelaku
dan beri kesempatan bagi pelaku untuk menambahkan komentarnya.
 Pantau/awasi secara seksama sikap/perilaku pelaku, dan jalannya
keputusan/solusi yang dihasilkan.
 Tanyakan pada si pembuat aduan apakah setelah pengaduannya apakah
ada kejadian/hal yang memojokkan/mengancam dirinya.
 Diskusikan dengan pembuat aduan mengenai kerugian yang
dideritanya dan bagaimana upaya mengembalikan nama baiknya akibat
kekerasan berbasis gender tersebut.

Alternatif Keputusan/Solusi : Alternatif tindakan disipliner :


 permintaan maaf secara tertulis.  penurunan status pekerjaan
 permintaan maaf secara lisan. dan tanggungjawab.
 pemberian cuti sakit atau cuti  dipindahkan ke posisi lain
lain sebagai akibat dari tidakan tanpa adanya manfaat apapun.
kekerasan berbasis gender.  penahanan bonus atau
 Mutasi/pemindahan tanpa pembayaran lainnya.
kerugian dari lingkungan/unit  peringatan dan konseling
kerjanya . mengenai perilaku yang salah.
 kompensasi finansial.  pemecatan.

b. Aduan tidak dapat ditangani.


Jika tidak dapat ditentukan apakah aduan itu benar atau salah, alasan untuk
sampai pada keputusan ini – kurangnya bukti untuk mendukung tuduhan yang
dibuat, adanya alibi yang tepat, misalnya – harus diberikan secara tertulis untuk
kedua pihak. Pembuat aduan harus diingatkan mengenai hak mereka untuk
mengajukan aduan kepada proses mediasi yang diatur oleh hokum dan
pengadilan.

c. Aduan ditolak.
Ketika aduan ditolak, jelaskan alasannya pada kedua belah pihak. Mungkin
buktinya tidak mencukupi, atau bisa jadi tindakan yang dikeluhkan bukanlah
tidakan kekerasan berbasis gender. Sekali lagi, jika peraturan memberikan
kemungkinan bagi aduan ini untuk dibawa ke proses mediasi yang diatur hukum
atau pengadilan, ingatkan lagi kepada pembuat aduan mengenai hal itu.

6. Tahap Pasca Penanganan


Satu hal yang perlu dicermati oleh penyedia jasa/kontraktor adalah situasi dan kondisi
pasca pengaduan dan penanganannya, baik yang dialami pekerja yang melakukan
pengaduan maupun juga pelaku (pihak yang diadukan). Oleh sebab itu, pengaduan,
penanganan termasuk penyelidikan perlu dilakukan secara adil prosedural, sehingga
penyedia jasa/kontraktor juga tidak mengalami pengikisan kepercayaan. Artinya, sejak
awal perlu disampaikan secara jelas prosedur, prinsip dan konsekuensi dari penanganan
kasus kekerasan berbasis gender baik pada pembuat aduan maupun tersangka/pelaku.
Hal ini untuk menghindari :
 Pekerja yang melakukan pengaduan -- sebagai konsekuensi atas tindakannya --
terkadang mengalami ‘penolakan’ dari lingkungan kerjanya, misalnya:
diperlakukan secara kasar, dikucilkan oleh rekan-rekan tersangka/pelaku. Sebab
itu, perlu upaya pendampingan.
 Korban kekerasan berbasis gender perlu didampingi, juga perlu dilihat
perkembangannya secara berkala, termasuk kerugian/dampak yang dialaminya
baik psikis, sosial, maupun ekonomi.
 Pembuat aduan dan atau korban harus dilindungi dari upaya intimidasi pelaku
tindak pelecehan atau pihak-pihak lain. Intimidasi ini dilakukan sebagai wujud
ketidakpuasaan atas mekanisme penanganan kasusnya. Oleh sebab itu perlu
disampaikan bahwa pelaku/ pihak-pihak terkait dapat mengajukan aduan
terutama tentang jalannya penyelidikan.

Dikeluarkan : Magetan
Pada Tanggal : 07 Juli 2022

Ir. M. LUQMAN HAKIM


Direktur Utama
LAMPIRAN - LAMPIRAN
PT. RAJA MUDA INDONESIA No Dok : P/FRM/K3/007
Terbit : 01 Februari 2022
DAFTAR HADIR PERTEMUAN/RAPAT P2K3 No Rev :0
Tgl Rev :-
Hal : 1/1

Sifat :  Rutin  Non-rutin


Tempat :
Hari/Tanggal : Jam : s.d
Pimpinan Rapat :
No Nama NIK Jabatan Bagian Paraf

Catatan :

Sekretaris P2K3 Ketua P2K3 Direktur

Nama : Nama : Nama :


Tanggal : Tanggal : Tanggal :
*Dokumen terkendali jika disimpan di tempat penyimpanan dokumen yang ditentukan dan divalidasi oleh Sekretaris P2K3.
PT. RAJA MUDA INDONESIA No Dok : P/FRM/K3/007
Terbit : 01 Februari 2022
DAFTAR HADIR TOOL BOX MEETING No Rev :0
Tgl Rev :-
Hal : 1/1

Sifat :  Rutin  Non-rutin


Tempat :
Hari/Tanggal : Jam : s.d
Pimpinan Rapat :
No Nama NIK Jabatan Bagian Paraf

Catatan :

Sekretaris P2K3 Ketua P2K3 Direktur

Nama : Nama : Nama :


Tanggal : Tanggal : Tanggal :
*Dokumen terkendali jika disimpan di tempat penyimpanan dokumen yang ditentukan dan divalidasi oleh Sekretaris P2K3.
PT. RAJA MUDA INDONESIA No Dok : P/FRM/K3/001
Terbit : 01 Februari 2022
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO K3 No Rev :0
Tgl Rev :-
Hal : 1/1

Penilaian Resiko
No Area/Aktivitas Potensi Bahaya Resiko Pengendalian Resiko Jadwal Wewenang Dokumentasi Awal Keterangan
Frekuensi Keparahan Kategori

1 Operasional Genset Kebisingan Ekstrim Penyakit Akibat Kerja : Sangat Sedang Sedang Perancangan : Dinding Kedap Februari P2K3, Ahli K3 [ Gambar/Foto -
Berkurangnya Intensitas Jarang (Peredam) Suara 2013 Umum dan Kepala Dokumentasi]
Pendengaran Administrasi : Pemasangan Rambu Bagian Operasional
Bahaya Kebisingan Tinggi dan
Prosedur Memasuki ruang Genset
Diesel
APD : Penyediaan Penutup/Sumbat
Telinga
2 Operasional Excavator Kebisingan Ekstrim Penyakit Akibat Kerja : Sangat Sedang Sedang Perancangan : Dinding Kedap Februari P2K3, Ahli K3 [ Gambar/Foto
Berkurangnya Intensitas Jarang (Peredam) Suara 2013 Umum dan Kepala Dokumentasi]
Pendengaran Administrasi : Pemasangan Rambu Bagian Operasional
Bahaya Kebisingan Tinggi dan
Prosedur Memasuki ruang Genset
Diesel
APD : Penyediaan Penutup/Sumbat
Telinga

3 Opertor Alat Las Tersetrum Penyakit Akibat Kerja : Sangat Sedang Sedang Perancangan : Dinding Kedap Februari P2K3, Ahli K3 [ Gambar/Foto
Berkurangnya Intensitas Jarang (Peredam) Suara 2013 Umum dan Kepala Dokumentasi]
Penglihatan Administrasi : Pemasangan Rambu Bagian Operasional
Bahaya Kebisingan Tinggi dan
Prosedur Memasuki ruang Genset
Diesel
APD : Penyediaan Penutup/Sumbat
Telinga

Catatan : Disusun Mengetahui Disetujui


Sekretaris P2K3 Ketua P2K3 Direktur

Nama : Nama : Nama :


Tanggal : Tanggal : Tanggal :

*Dokumen terkendali jika disimpan di tempat penyimpanan dokumen yang ditentukan dan divalidasi oleh Sekretaris P2K3.
PT. RAJA MUDA INDONESIA No Dok : P/FRM/K3/006
Terbit : 01 Februari 2013
PARTISIPASI DAN KONSULTASI K3 No Rev :0
Tgl Rev :-
Hal : 1/1

Jenis Pesan :  Partisipasi K3  Konsultasi K3


No (diisi petugas) : Tanggal :
Nama : Jabatan :
NIK : Bagian :
Perusahaan/Instansi/Alamat (jika berasal di luar Perusahaan) :

Judul/Subyek

Uraian Masalah

Usulan/Masukan

Catatan (diisi petugas) :

Disusun Diterima Diperiksa Persetujuan Perusahaan


Peserta Sekretaris P2K3 Ketua P2K3 (S | TS | Dipertimbangkan)

Nama : Nama : Nama : Nama :


Tanggal : Tanggal : Tanggal : Tanggal :
*Dokumen terkendali jika disimpan di tempat penyimpanan dokumen yang ditentukan dan divalidasi oleh Sekretaris P2K3.
PT. RAJA MUDA INDONESIA No Dok : P/FRM/K3/004
Terbit : 01 Februari 2022
IDENTIFIKASI PELATIHAN K3 No Rev :0
Tgl Rev :-
Hal : 1/1

Organisasi Perusahaan
Gudang Produksi Teknik & Perawatan Pendukung

Unit Tanggap Darurat

Pengolah Sampah
Pengolah Limbah
Bahan Pelengkap

Boiler & Genset


Accounting

Pengiriman
Marketing

Produk Cacat
Bahan Baku

Produk Jadi
Finance

Kendaraan
Workshop

Bangunan
Sparepart

Produksi

Mekanik
P2K3

HRD

Elektrik
No Judul Pelatihan Jadwal Realisasi Penyelenggara Keterangan

GA

PPIC

QA
QC

IT
1. Sistem Manajemen √ √ √ 01/07/2021 01/07/2021 P2K3
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
2. Dasar-Dasar K3 dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 01/07/2021 01/07/2021 Sekretaris P2K3 Perwakilan
Penerapannya – – bertahap
01/08/2021 01/08/2021
3. Pertolongan Pertama Pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 01/07/2021 Sekretaris P2K3 Perwakilan
Kecelakaan & HRD bertahap
4. Penanggulangan Keadaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 01/07/2021 P2K3 & Unit Perwakilan
Darurat Tanggap bertahap
Darurat
5. Kompetensi Operator Mesin √ 01/07/2015 Disnakertrans
Bor HDD Setempat
6. Kompetensi Operator Alat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 01/07/2015 Disnakertrans
Berat (Excavator, Crane, dsj) Setempat

Catatan : Disusun Diperiksa Mengetahui


Sekretaris P2K3 Ketua P2K3 Pimpinan Perusahaan

Nama : Nama : Nama :


Tanggal : Tanggal : Tanggal :

*Dokumen terkendali jika disimpan di tempat penyimpanan dokumen yang ditentukan dan divalidasi oleh Sekretaris P2K3.

Anda mungkin juga menyukai