Anda di halaman 1dari 2

REFORMA AGRARIA SEBAGAI UTOPIA

GTRA SUMMIT 2022 DI WAKATOBI

Menurut Michael Lipton, reforma agraria atau disebut juga dengan land reform (dalam
beberapa hal istilah ini sering identik) adalah suatu kegiatan legislasi yang diniatkan dan
benar-benar diperuntukkan meredistribusi kepemilikan, (mewujudkan) klaim-klaim, atau
hak-hak atas tanah pertanian, dan dijalankan untuk memberi manfaat pada kaum
miskin dengan cara meningkatkan status, kekuasaan, dan pendapatan absolut maupun
relatif mereka, berbanding dengan situasi tanpa legislasi tersebut .

Sebab dengan meningkatnya pertumbuhan pendudukan, kebutuhan akan


pembangunan dan investasi menyebabkan ketimpangan penguasaan dan pemilikan
tanah itu semakin tajam terjadi, oleh karena itu Negara harus hadir dalam melakukan
pengendalian atas penguasaan dan pemilikan tanah, terutama terhadap para
pemegang hak yang tidak mengusahakan, menggunakan dan memanfaatkan sesuai
dengan peruntukan pemberian hak tersebut.

Reforma Agraria merupakan sarana untuk mengaplikasikan mandat dari Konstitusi yaitu
Pasal 33 ayat 3 UUDNRI 1945 untuk tujuan yang mulia mendistribusikan kesejahteraan
kepada masyarakat secara berkesinambungan. Amanat Konstitusi tersebut merupakan
utopia bagi Bangsa Indonesia yang dilaksanakan Negara melalui pelaksanaan Reforma
Agraria yang juga merupakan Nawacita dari Presiden Jokowi, yang telah
diejawantahkan dalam RPJMN 2020-2024 yang salah isinya menyebutkan mengenai
pengentasan kemiskinan melalui Reforma Agraria. Kementerian Agraria dan Tata Ruang
mengkonkretkannya dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024, yang salah satu
isu strategisnya adalah mengharuskan adanya pengaturan dan pengelolaan bidang
agraria dan tata ruang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
prinsip pembangunan berkelanjutan.

Reforma Agraria yang juga merupakan Program Strategis Nasional (PSN) yang
dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
dengan cara kerjasama lintas sektor.

Dalam mewujudkan cita-cita mulia dari Reforma Agraria yang dilaksanakan dengan
penerapan program resdistribusi tanah sebagai upaya untuk mengurai ketimpangan
dalam penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah untuk didistribusikan kepada
subjek tertentu yang telah ditentukan. Redistribusi Tanah merupakan program
pensertipkatan tanah yang berasal dari Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) untuk
didistribusika kepada subjek tertentu yang telah ditentukan. Redistribusi Tanah sebagai
salah satu tahapan rangkaian pelaksanaan kegiatan Reforma Agraria yang meliputi
Penataan Aset, Penataan Penggunaan Tanah dan Penataan Akses.

Beberapa waktu terakhir ini Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional gencar dalam melaksanakan sinkronisasi kerjasama lintas sektor yang diusung
dalam kegiatan GTRA Summit 2022 di Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tanggal 8-10 Juni 2022. Isu utama yang dibahas pada GTRA Summit ini adalah
penataan pertanahan dan tata ruang serta pemberdayaan masyarakat pesisir dan
kepulauan.

Surya Tjandra Wakil Menteri ATR/BPN memaparkan bahwa yang menjadi bahasan
penting dari GTRA Summit 2022, yaitu bagaimana pemerintah bisa memberdayakan
masyarakat pesisir dan kepulauan agar pemerataan pembangunan dapat terwujud.
“Jadi kita bisa melakukan apa yang disebut membangun dari pinggiran, dan menjadi
legacy dari Presiden Jokowi,” ucapnya. 

Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah (PHPT) Kementerian


ATR/BPN, Suyus Windayana menjelaskan, salah satu terobosan yang akan dilakukan
Kementerian ATR/BPN lewat GTRA Summit 2022 ialah pemberian hak atas tanah
kepada masyarakat yang tinggal di atas laut. “Jadi pemberian hak itu dengan konsep
3R (right, restriction, dan responsibility). Jadi kita memberikan hak, tapi juga ada
batasan, dan kewajiban terhadap pemegang hak tersebut,” terang Suyus Windayana.

Direktur Jenderal Penataan Agraria, Andi Tenrisau kemudian menambahkan, pemberian


hak atas tanah pada warga pesisir merupakan salah satu perwujudan kewajiban
pemerintah memberi kepastian hukum kepada masyarakat. “Jadi kepastian hukum
untuk masyarakat maritim itu perlu segera kita wujudkan,” ucapnya. 

Pemberian hak atas tanah kepada masyarakat pesisir telah dikonkretkan Kementerian
ATR/BPN melalui Surat Edaran Menteri ATR/BPN tanggal 3 Juni 2022 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemberian Hak Atas Tanah di Wilayah Perairan.

Demikian pengetahuan mengenai Reforma Agraria yang dalam waktu dekat akan di
konkretkan dengan pelaksanaan Pertemuan GTRA Summit 2022 di Wakatobi yang akan
dihadiri oleh Presiden Jokowi, semoga pengetahuan ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai