Anda di halaman 1dari 2

Nama : Danang Adi Nugraha

NPM : 191243040

Dialektika yang dikembangkan oleh Sokrates bertujuan untuk menciptakan konsep-


konsep tentang kebenaran dan kebaikan, membangun dialog dengan bertitik tolak dari argumen
lawan bicaranya menuju pengetahuan  dan kebenaran. Sehingga dalam hal ini seorang lawan
bicara secara bertahap dapat mengungkapkan kebenaran yang diketahuinya. Dengan hal ini, mau
ditegaskan bahwa hakikat filsafat ialah mencari kebenaran. Kebenaran yang dipahami oleh
seorang filsuf tidak boleh hanya kebenaran pada diri sendiri, tetapi juga pada orang lain,
demikian dialektika membuktikan hal itu. Dialektika dapat menjadi metode yang ampuh untuk
mengungkapkan bahwa pengertian yang dimiliki itu memang keliru dan harus
dikoreksi. Sokrates berkeyakinan bahwa pengetahuan yang pasti adalah sebuah kebenaran yang
bersifat objektif dan universal. Dengan ini ditegaskan bahwa Sokrates memang berusaha untuk
menemukan kebenaran dan pengetahuan yang tertinggi sebagai dasar kehidupan yang konkret.

Bertalian dengan urgensi penggunaan metode dialektika dalam pengungkapan peristiwa


pidana, dapat dijelaskan bahwa seperti pemeriksaan dalam perkara pidana yang menuntut adanya
pencarian kebenaran. Proses pencarian kebenaran materiil atas peristiwa pidana melalui tahapan-
tahapan tertentu yaitu, dimulai dari tindakan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan untuk menentukan lebih lanjut putusan pidana yang akan
diambil. Pada diskursus ini kebenaran yang dicari dan diwujudkan dalam proses peradilan
pidana, selain berdasarkan alat bukti yang sah dan mencapai batas minimal pembuktian,
kebenaran itu harus diyakini hakim sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP, Pasal tersebut
menganut sistem “pembuktian menurut undang-undang secara negatif” (Yahya Harahap,
2010:279). Kebenaran yang diwujudkan benar-benar berdasarkan bukti-bukti yang tidak
meragukan, sehingga kebenaran itu dianggap bernilai sebagai kebenaran hakiki atau yang disebut
dengan prinsip beyond reasonable doubt (R.Subekti, 2007:9).

Mencermati refleksi dialektika sebagai metode yang digunakan oleh Socrates untuk
menemukan kebenaran umum, kritik yang dapat dijadikan dasar dalam ketentuan Undang-
Undang kaitannya dalam hal ini menurut penulis adalah dengan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008. Mengingat kembali dialog antara Socrates dan Kaum Sofi, yang mana
Kaum Sofi dalilnya mempertahankan penguasa atau dapat dikatakan Kaum Sofi dibayar untuk
membenar-benarkan penguasa sebagai pengabdi, sedangkan Socrates dalilnya melihat adanya
tindakan sewenang-wenang dari penguasa atau pengkritik dari penguasa (Otje Salman, 2018:11).
Pada konteks UU ITE terdapat pasal-pasal yang disebut sebagai “pasal karet” (Pasal 27, Pasal 28
dan Pasal 29) yang mengancam kebebasan berekspresi dari masyarakat dengan dimanfaatkan
untuk melakukan kriminalisasi terhadap pengkritik otoritas atau pemerintahan yang sedang
berkuasa. Mengerucut pada permasalahan yang disebut pasal karet dalam UU ITE, kriminalisasi
terhadap pengkritik otoritas kekuasaan selama ini merupakan perjuangan perlawanan yang
dilakukan oleh Socrates dalam usahanya untuk menemukan kebenaran yang objektif melalui
metode dialektikanya. Penyalahgunaan UU ITE yang digunakan sebagai alat untuk melakukan
kriminalisasi tersebut disebabkan oleh pengaturannya yang terlalu luas dan tidak terdefinisikan
dengan baik, sehingga norma-norma dalam pasal karet UU ITE mudah sekali dipelintir untuk
disalahgunakan. Menurut penulis pencarian suatu kebenaran umum melalui metode dialektika
dapat menjadi metode yang ampuh untuk mengungkapkan bahwa pengertian yang dimiliki itu
memang keliru dan harus dikoreksi serta hal ini juga menjadi refleksi yang baik untuk
melakukan review kembali pemberlakuan dari UU ITE khsususnya dalam pasal-pasal karet
tersebut.

Daftar Pustaka :

M.Yahya Harahap, pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta,
2010.
Otje Salman, Failsafat Hukum, Perkembangan dan Dinamika Masalah, Refika Aditama,
Bandung, 2018.
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta, Pradnya Paramita, 2007.

Anda mungkin juga menyukai