Raison De Etre
Tanah menjadi komoditi yang bernilai tinggi (sebab tanah tidak bertumbuh tetapi
kebutuhan akan ketersediaan tanah terus meningkat, baik untuk kepentingan
pembangunan, perkembangan perekonomian maupun untuk kepentingan umum, atau
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi keseimbangan antara ketersediaan akan tanah
dengan kebutuhan peruntukannya, hal ini yang menjadikan harga tanah menjadi tidak
terkendali), sehingga mengakibatkan berbagai pihak berusaha mendapatkan tanah
dengan berbagai macam cara, baik cara-cara yang legal maupun juga cara-cara yang
ilegal atau tidak dapat dibenarkan secara hukum perolehan atas tanahnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya celah hukum dalam sistem pendaftaran tanah
yang dianut Indonesia sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk mendapatkan tanah dengan cara yang ilegal atau tidak
dibenarkan oleh hukum. Perolehan hak atas tanah dengan cara yang ilegal dilakukan
dengan mengincar tanah-tanah yang strategis dengan potensi nilai harga tanahnya
tinggi akan tetapi tidak dipergunakan dan dimanfaatkan secara optimal oleh pemiliknya,
yang seolah-olah tanah tersebut tidak ada pemiliknya. Pihak-pihak tersebut kemudian
dengan menggunakan modus-modus tertentu diantaranya (lihat ppt tentang mafia
tanah) membuat bukti pemilikan atas tanah yang tidak bertuan itu sehingga seolah-olah
pihak tersebut merupakan pemilik yang sah dari bidang tanah, praktik-praktik tersebut
biasanya dilakukan oleh mafia tanah.
Menurut hemat penulis merujuk pada kondisi yang telah dijabarkan diatas, munculnya
banyak kasus pertanahan yang terjadi salah satu faktor penyebabnya adalah tanah-
tanah yang tidak dikuasai, tidak dipergunakan dan tidak dimanfaatkan secara optimal
oleh pemilik tanahnya, sehingga kondisi tersebut dimanfaatkan oleh mafia tanah untuk
memperoleh tanah dengan cara-cara yang ilegal.
Mencermati hal tersebut diatas, menjadi ironi ketika kondisi yang sering terjadi
dilapangan adalah masih ditemuinya masyarakat datang di Kantor Pertanahan untuk
menanyakan dimana letak tanah miliknya yang ada pada sertipikat hak atas tanah. Jadi
masyarakat hanya memegang sertipikat hak atas tanah tanpa mengetahui dimana letak
tanah miliknya, hal inilah yang dinamakan sertipikat yang mencari bidang tanah. Artinya
tanah yang dimiliki oleh seseorang tersebut tidak dikuasai secara fisik, yang tentu saja
tanahnya tidak dipergunakan dan tidak dimanfaatkan oleh pemilik tanah tersebut.
Tentu hal demikian tidak dapat dibenarkan, karena seyogyanya tanah apalagi yang
telah bersertipikat itu tidak boleh begitu saja diabaikan oleh pemiliknya dan menjadi
kewajiban bagi pemegang hak atas tanah untuk menguasai, menggunakan dan
memanfaat, bahkan menambah kesuburan tanah yang dimilikinya. (dikuatkan
dengan dasar hukum atas pentingnya penguasaan tanah).
Mencermati hal tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional sebagai XXXXXXX yang telah diamanatkan oleh Pemerintah sebagai Land
Regulator tentu Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
membuat kebijakan strategis termasuk dalam permasalahan P4T untuk mencegah
terjadinya kasus pertanahan dengan menerapkan prinsip 3R (Right, Restriction,
Responsibility) terhadap hak atas tanah.
Praktik mafia tanah jelaskan modus operandinya, terjadi sengketa tanah berupa
overlap, tumpang tindih atau double sertipikat. Di elaborasi mengenai sengketa
tanah itu Teori hukum prismatik, mewujudkan dan mendorong kemajuan
perekonomian Indonesia melalui penataan penguasaan dan pemanfaatan tanah
namun tetap memberikan perhatian terhadap kelompok yang lemah secara
sosial-ekonomi-politik dengan memberikan akses kepada mereka mempunyai
tanah