Anda di halaman 1dari 4

Telaah Terhadap Urgensi Penerapan Prinsip 3 R (Right, Restrition,

Responsibility) Terhadap Hak Atas Tanah Sebagai Upaya Mencegah


Terjadinya Kasus Pertanahan

Raison De Etre

Tanah menjadi komoditi yang bernilai tinggi (sebab tanah tidak bertumbuh tetapi
kebutuhan akan ketersediaan tanah terus meningkat, baik untuk kepentingan
pembangunan, perkembangan perekonomian maupun untuk kepentingan umum, atau
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi keseimbangan antara ketersediaan akan tanah
dengan kebutuhan peruntukannya, hal ini yang menjadikan harga tanah menjadi tidak
terkendali), sehingga mengakibatkan berbagai pihak berusaha mendapatkan tanah
dengan berbagai macam cara, baik cara-cara yang legal maupun juga cara-cara yang
ilegal atau tidak dapat dibenarkan secara hukum perolehan atas tanahnya.

Dalam konteks kegiatan pendaftaran tanah merupakan kepentingan Pemerintah dalam


rangka untuk memberikan jaminan kepastian hukum pemilikan tanah, yang
menghasilkan produk hukum berupa sertipikat hak atas tanah sebagai akhir dari proses
pendaftaran tanah. Sertipikat hak atas tanah berisi data fisik mengenai keterangan
tentang letak tanah, luas bidang tanah, dan bangunan yang dianggap perlu, serta data
yuridis yang berisi mengenai keterangan tentang status tanah terdaftar, pemegang hak
atas tanah dan ada atau tidaknya hak-hak lain yang membebani. Dengan sertipikat hak
atas tanah maka kepastian berkenaan dengan jenis hak atas tanah, subjek hak, dan
objek hak atas tanahnya menjadi nyata, oleh karenanya sertipikat merupakan tanda
bukti hak atas tanah yang kuat, artinya harus dianggap benar sampai dapat dibuktikan
sebaliknya di pengadilan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari dianutnya sistem
pendaftaran tanah di Indonesia yang menganut pendaftaran tanah dengan sistem
publikasi negatif yang bertendensi positif, Pemerintah tidak menjamin sepenuhnya atas
kebenaran data fisik dan data yuridis yang disajikan dalam sertipikat hak atas tanah,
namun Pemerintah menetapkan bahwa sertipikat hak atas tanah adalah tanda bukti hak
yang kuat.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah


memberlakukan instrumen pelengkap yang bertujuan untuk tetap berpegang pada
sistem publikasi negatif bertendensi positif dengan maksud secara seimbang
memberikan kepastian hukum kepada pihak lain yang beritikad baik menguasai dan
atau memiliki tanah dan terdaftar sebagai pemegang hak atas tanah dalam sertipikat
hak atas tanah. Mencermati hak tersebut, menurut penulis perolehan hak atas tanah
yang didasarkan pada itikad baik dan diperoleh secara sah menurut hukum merupakan
hal yang penting, disamping juga penguasaan fisik atas bidang tanah tersebut untuk
dipergunakan dan dimanfaatkan secara optimal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya celah hukum dalam sistem pendaftaran tanah
yang dianut Indonesia sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk mendapatkan tanah dengan cara yang ilegal atau tidak
dibenarkan oleh hukum. Perolehan hak atas tanah dengan cara yang ilegal dilakukan
dengan mengincar tanah-tanah yang strategis dengan potensi nilai harga tanahnya
tinggi akan tetapi tidak dipergunakan dan dimanfaatkan secara optimal oleh pemiliknya,
yang seolah-olah tanah tersebut tidak ada pemiliknya. Pihak-pihak tersebut kemudian
dengan menggunakan modus-modus tertentu diantaranya (lihat ppt tentang mafia
tanah) membuat bukti pemilikan atas tanah yang tidak bertuan itu sehingga seolah-olah
pihak tersebut merupakan pemilik yang sah dari bidang tanah, praktik-praktik tersebut
biasanya dilakukan oleh mafia tanah.

Menurut hemat penulis merujuk pada kondisi yang telah dijabarkan diatas, munculnya
banyak kasus pertanahan yang terjadi salah satu faktor penyebabnya adalah tanah-
tanah yang tidak dikuasai, tidak dipergunakan dan tidak dimanfaatkan secara optimal
oleh pemilik tanahnya, sehingga kondisi tersebut dimanfaatkan oleh mafia tanah untuk
memperoleh tanah dengan cara-cara yang ilegal.

Mencermati hal tersebut diatas, menjadi ironi ketika kondisi yang sering terjadi
dilapangan adalah masih ditemuinya masyarakat datang di Kantor Pertanahan untuk
menanyakan dimana letak tanah miliknya yang ada pada sertipikat hak atas tanah. Jadi
masyarakat hanya memegang sertipikat hak atas tanah tanpa mengetahui dimana letak
tanah miliknya, hal inilah yang dinamakan sertipikat yang mencari bidang tanah. Artinya
tanah yang dimiliki oleh seseorang tersebut tidak dikuasai secara fisik, yang tentu saja
tanahnya tidak dipergunakan dan tidak dimanfaatkan oleh pemilik tanah tersebut.
Tentu hal demikian tidak dapat dibenarkan, karena seyogyanya tanah apalagi yang
telah bersertipikat itu tidak boleh begitu saja diabaikan oleh pemiliknya dan menjadi
kewajiban bagi pemegang hak atas tanah untuk menguasai, menggunakan dan
memanfaat, bahkan menambah kesuburan tanah yang dimilikinya. (dikuatkan
dengan dasar hukum atas pentingnya penguasaan tanah).

Mencermati hal tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional sebagai XXXXXXX yang telah diamanatkan oleh Pemerintah sebagai Land
Regulator tentu Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
membuat kebijakan strategis termasuk dalam permasalahan P4T untuk mencegah
terjadinya kasus pertanahan dengan menerapkan prinsip 3R (Right, Restriction,
Responsibility) terhadap hak atas tanah.

Hak Atas Tanah terdiri dari :


Hak Milik
Hak Guna Bangunan
Hak Guna Usaha
Hak Pakai

Kasus Pertanahan terdiri dari :


Sengketa
Konflik
Perkara
Permasalahan :
1. Bagaimana Upaya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional menerapkan Prinsip 3R terhadap Hak Atas Tanah
untuk mencegah terjadinya Kasus Pertanahan?

Prinsip 3R sebagai bentuk Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian HAT, dan juga


sebagai guidance dalam P4T. Penerapannya pada PP 18/21 yang dicantumkan
dalam blangko sertipikat, sebagai bentuk pengingat kepada pemegang hak atas
tanah mengenai, kewajiban, pembatasan dan larangan. Bentuk dari
pengendalian HAT dikaitkan dengan tanah terlantar yang diatur dalam PP Tanah
terlantar, prinsip 3R sebagai perwujudan dari pengendalian HAT. Dijelaskan
terlebih dahulu mengenai definisi dari kebijakan kemudian kebijakan
publik. Thomas R Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai is whatever
government choose to do or not to do (apapaun yang dipilih pemerintah untuk
dilakukan atau untuk tidak dilakukan). Definisi ini menekankan bahwa kebijakan
publik adalah mengenai perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan
pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata.

2. Bagaimana Efektivitas Penerapan Prinsip 3R terhadap Hak Atas Tanah


sebagai upaya pencegahan kasus Pertanahan?

Praktik mafia tanah jelaskan modus operandinya, terjadi sengketa tanah berupa
overlap, tumpang tindih atau double sertipikat. Di elaborasi mengenai sengketa
tanah itu Teori hukum prismatik, mewujudkan dan mendorong kemajuan
perekonomian Indonesia melalui penataan penguasaan dan pemanfaatan tanah
namun tetap memberikan perhatian terhadap kelompok yang lemah secara
sosial-ekonomi-politik dengan memberikan akses kepada mereka mempunyai
tanah

Anda mungkin juga menyukai