Anda di halaman 1dari 5

Program Studi Spesialis Kedokteran Okupasi FKUI adalah Program Studi pertama di Indonesia

yang menyelengarakan pendidikan spesialis agar lulusannya berkemampuan menciptakan


sumber daya manusia pekerja yang sehat dan produktif. Lulusan dirancang untuk kompeten
menjalankan praktik Kedokteran Okupasi terbaik berbasis bukti dan mengamalkan ilmu dan
ketrampilan terkini, berlandaskan integritas dan etika profesi.

Visi Program Studi

Menjadi pusat pendidikan yang unggul dalam pengembangan praktik terbaik Kedokteran
Okupasi yang berdaya saing, dalam upaya membangun bangsa produktif dan sejahtera.

Misi Program Studi

1. Menyediakan akses yang luas dan adil, serta menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran yang berkualitas, dalam bidang Kedokteran Okupasi;
2. Menyelenggarakan kegiatan Tridharma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat) yang bermutu dan relevan dengan tantangan nasional serta global di bidang
Kedokteran Okupasi;
3. Menciptakan lulusan yang berintelektualitas tinggi, berbudi luhur, serta mampu bersaing
secara global, dalam bidang Kedokteran Okupasi;
4. Menciptakan iklim akademik yang mampu mendukung perwujudan visi UI dan FKUI
5. Melaksanakan Program Academic Health Systen (AHS) dan kemitraan yang
diselenggarakan oleh FKUI.

Keunggulan

Program pendidikan Spesialis Kedokteran Okupasi dengan  proses pembelajaran  berbasis riset
dan Evidence Base Medicine.

Organisasi

Ketua Program Studi : Prof. dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, Sp.Ok, SubSp.ToksiKO(K),
Ph.D
Sekretaris Program Studi : dr. Muhammad Ilyas, Sp.Ok, SubSp.ToksiKO(K)

Staf Pengajar

1. Dr. dr. Dewi Sumaryani Soemarko, M.S, Sp.Ok, SubSp.ToksiKO(K)


2. dr. Dewi Yunia Fitriani, Sp.Ok
3. dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K), M.Pd.Ked
4. Dr. dr. Herqutanto, M.P.H, M.A.R.S
5. dr. Indah Suci Widyahening, M.S, M.Sc, CM-FM, Ph.D
6. Prof. dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, Sp.Ok, SubSp.ToksiKO(K), Ph.D
7. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Ok, SubSp.ToksiKO(K)
8. dr. Nuri Purwito Adi, M.Sc, M.K.K, Sp.Ok, SubsSp. PsiKO(K)
9. dr. Rina La Distia Nora, Sp.M, Ph.D
Merangkum laman Kagama.co, alumni Universitas Gadjah Mada ( UGM) Yogyakarta dr. Anna
Nasriawati mengatakan, sebagian orang masih belum memahami bidang pekerjaan ini.

dr. Anna menerangkan, Kedokteran Okupasi adalah kedokteran klinis yang berfokus pada


identifikasi dan pengelolaan risiko kesehatan yang mungkin dihadapi seseorang di tempat
kerjanya.

Kedokteran okupasi dan tugasnya


Profesi ini juga berkaitan langsung dengan manajerial dan kegiatan di lapangan.

“Selama bekerja sebagai dokter okupasi, saya pernah terlibat dalam kegiatan walk through
survey di site proyeksi konstruksi BUMN. Di sana saya melakukan asesmen risiko untuk setiap
pekerjaan dalam proyek tersebut,” papar dr. Anna seperti dikutip dari laman Kagama.co, Minggu
(28/2/2021).

Tugas seseorang yang berprofesi di bidang Kedokteran Okupasi ini juga turut mengalami
perubahan di masa pandemi Covid-19. Anna mengungkapkan, di masa pandemi ia melakukan
pengelolaan in house clinic perusahaan terkait pengendalian Covid-19 di tempat kerja.

Fokus kerja dokter Okupasi ada beberapa hal. Seperti pencegahan, evaluasi, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi masalah kesehatan yang mungkin dialami di tempat kerja.

Meski belum semua orang tahu, ternyata dokter okupasi punya prospek kerja yang terbuka
lebar.

Pada umumnya, dokter okupasi bisa bekerja di:

 HSE Perusahaan
 klinik perusahaan
 BUMN
 rumah sakit
 occupational health clinic
 konsultan dan masih banyak lagi

Jenjang pendidikan menjadi dokter okupasi


Untuk mewujudkan mimpinya, setelah lulus dari Fakultas Kedokteran UGM tahun 2004, dr. Anna
kemudian menempuh program studi Magister Kedokteran Kerja (MKK) di Universitas Indonesia
(UI). Kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi di PPDS UI.

“Sampai saat ini program MKK dan PPDS hanya ada di UI,” imbuh dr. Anna.

Ada 3 jalur untuk masuk PPDS Okupasi. Antara lain jalur reguler (dokter umum), jalur Magister
Kedokteran Kerja (dokter yang sudah berijazah MKK) dan jalur khusus Migas (dokter yang
bekerja di perusahaan minyak dan gas).
Sedangkan lama pendidikan yang harus ditempuh untuk MKK adalah empat semester,
sedangkan reguler memakan waktu tujuh semester.

“Dalam persiapan PPDS, seseorang harus memenuhi syarat TOEFL minimal 450, sertifikat
HIPERKES, surat izin langsung dari atasan bagi yang sudah bekerja,” ungkap dr. Anna.

Selama menempuh pendidikan Kedokteran Okupasi, selain kuliah para mahasiswanya juga akan
disibukkan dengan praktikum pemeriksaan lingkungan kerja, toksikologi, dan matrikulasi.

Selain itu, dokter juga akan menjalankan kewajiban magang di salah satu stase.

Anna menjelaskan, stase ini dibagi ke beberapa level. Mulai dari stase klinik, stase informal,
stase menengah, stase industri besar, stase Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS), dan stase mandiri.

Saat bertugas di stase informal, dokter memberikan pelatihan stretching pada pekerja formal


konveksi, pelayanan medical check up.

Peluang kerja dokter okupasi sangat besar


Sementara saat berada di stase K3R, sebelum melakukan simulasi dokter melakukan table top
exercise manajemen bencana di rumah sakit.

Selain itu juga melakukan pemeriksaan indoor air quality untuk kenyamanan kerja tenaga medis
dan kesehatan.

“Jadi sebetulnya peluang kerja okupasi di rumah sakit sangat besar. Di Indonesia, jumlah dokter
okupasi baru 200 orang. Padahal jumlah rumah sakit di Indonesia jumlahnya sampai ribuan,”
tutup dr. Anna.

Kedokteran Okupasi (apa itu?) Menjawab


permasalahaan kesehatan anda di tempat kerja
 Rabu, 30 Januari 2013  Written by dr. Yin Nani, Sp  26553 times  Print  Email
Pernahkan anda mengalami masalah kesehatan namun harus tetap harus bekerja?  seorang
pekerja yang menderita ITP ( Idiopatik Trombositopenia Purpura) kronik dengan kadar
trombosit tidak pernah lebih tinggi dari 30.000/lpb ( Normal > 150.000/lpb) tentu akan sangat
khawatir bila tetap bekerja di lapangan ( industri konstruksi), padahal kalau sedikit saja
berdarah pada saat sikat gigi misalnya gusinya tergores maka darah baru akan berhenti
setelah 2 hari, bagaimana seandainya bila ia tetap bekerja di bagian konstruksi lalu jari
tangannya kegetok palu yang beratnya 5 kg? atau kejatuhan baling-baling berdiameter 5
meter?........ Kemanakah dia harus mendapatkan rekomendasi agar anda dapat di mutasikan
dari tempat kerja yang membahayakan keselamatan dan kesehatannya?

Kasus lain misalnya seorang pekerja yang menderita epilepsi di minta atasannya untuk dinas
shift malam seorang diri di ruang kontrol layar monitor mesin produksi, sedangkan dalam 1
minggu sang pekerja bisa 1 kali kambuh sakit epilepsinya ( sekalipun terapi yang di jalani
sudah optimal)... bahayakah bila dia berdinas seorang diri di malam hari ? adakah cara
baginya agar tidak di jadwalkan dinas seorang diri pada malam hari?

Ilustrasi lain misalnya seorang tekhnisi mesin yang mengalami kecelakaan lalu lintas
kemudian di ketahui sebelah matanya tidak dapat melihat lagi dan hasil pemeriksaan dokter
menyatakan saraf mata kanannya putus tidak bisa berfungsi lagi dan tidak bisa di obati.
Namun sang pekerja masih tetap ingin bekerja di bagian tekhnisi mesin karena cuma itu
keahliannya. Lalu bagaimana dengan kemampuannya bekerja dengan hanya sebelah mata?
bagaimana dengan  kemungkinan dia mendapatkan cidera di tempat kerja? pekerjaan apa saja
yang tidak boleh di lalukannya atau pekerjaan apa sajakah yang masih boleh di lakukannya?  
bagaimana mencari solusi agar sang pekerja tetap dapat bekerja dengan sakit yang sedang di
deritanya ?

Untuk menjawab semua permasalahan kesehatan pekerja di tempat kerja, Rumah Sakit Islam
Jakarta kini membuka layanan baru berupa sebuah klinik untuk para pekerja mendapatkan
solusi atas permasalahan kesehatan dirinya yang harus di sesuaikan dengan tuntutan ditempat
kerjanya.

Layanan baru tersebut diberi nama “Klinik Okupasi” . Sebuah klinik di tangani oleh seorang
dokter Spesialis Okupasi yang sudah terlatih menangani kesehatan pekerja yang bermasalah
di tempat kerjanya.  Dokter spesialis okupasi akan memeriksa kesehatan pekerja yang
mempunyai masalah dengan pekerjaannya dan akan membantu membuatkan rekomendasi
disesuaikan kondisi pekerja dengan pekerjaannya dan semua di nilai dengan sangat objektif.

Pelayanan Kedokteran Okupasi, adalah pelayanan khusus yang diberikan pada komunitas
pekerja dan atau individu bahkan masyarakat sekitar industri, yang terutama bertujuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang timbul yang berkaitan dengan pekerjaan.

Klinik Okupasi juga membantu pihak manajemen mengatasi permasalahan kesehatan pekerja
yang sulit di atasi. Misalnya pihak manajemen ingin mengetahui permasalahan pekerja yang
sering tidak masuk kerja, sering terlambat masuk kerja, sering bertengkar dengan teman
kerja/ dengan atasannya, pekerja minta di mutasi ketempat kerja yang sesuai dengan
keinginannya namun tidak mengikuti kaidah perusahaan, dll.

Klinik Okupasi dapat melayani anda setiap hari kerja mulai tanggal 1 Februari 2013, dari jam
9 pagi sampai 12 siang.

Klinik Okupasi juga dapat membantu perusahaan dalam pelatihan( In House Training)  :

 First Aids
 Pelatihan penanggulangan kebakaran kecil dan Disaster Medicine
 Penggunaan alat pelindung diri yang benar
 Pengukuran Hazard lingkungan kerja
 Walk Trough Survey untuk pemetaan potensial hazard di tempat kerja
 Evaluasi kelaikan kerja ( Fit for work, Return to work,  penghitungan kecacatan
)
 Kegiatan Promosi kesehatan dan Health Talk
 Pembentukan SMK3
 Pelayanan MCU berbasis okupasi , analisa hasil dan konsultasi pasca MCU

Anda mungkin juga menyukai