Menjadi pusat pendidikan yang unggul dalam pengembangan praktik terbaik Kedokteran
Okupasi yang berdaya saing, dalam upaya membangun bangsa produktif dan sejahtera.
1. Menyediakan akses yang luas dan adil, serta menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran yang berkualitas, dalam bidang Kedokteran Okupasi;
2. Menyelenggarakan kegiatan Tridharma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat) yang bermutu dan relevan dengan tantangan nasional serta global di bidang
Kedokteran Okupasi;
3. Menciptakan lulusan yang berintelektualitas tinggi, berbudi luhur, serta mampu bersaing
secara global, dalam bidang Kedokteran Okupasi;
4. Menciptakan iklim akademik yang mampu mendukung perwujudan visi UI dan FKUI
5. Melaksanakan Program Academic Health Systen (AHS) dan kemitraan yang
diselenggarakan oleh FKUI.
Keunggulan
Program pendidikan Spesialis Kedokteran Okupasi dengan proses pembelajaran berbasis riset
dan Evidence Base Medicine.
Organisasi
Ketua Program Studi : Prof. dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, Sp.Ok, SubSp.ToksiKO(K),
Ph.D
Sekretaris Program Studi : dr. Muhammad Ilyas, Sp.Ok, SubSp.ToksiKO(K)
Staf Pengajar
“Selama bekerja sebagai dokter okupasi, saya pernah terlibat dalam kegiatan walk through
survey di site proyeksi konstruksi BUMN. Di sana saya melakukan asesmen risiko untuk setiap
pekerjaan dalam proyek tersebut,” papar dr. Anna seperti dikutip dari laman Kagama.co, Minggu
(28/2/2021).
Tugas seseorang yang berprofesi di bidang Kedokteran Okupasi ini juga turut mengalami
perubahan di masa pandemi Covid-19. Anna mengungkapkan, di masa pandemi ia melakukan
pengelolaan in house clinic perusahaan terkait pengendalian Covid-19 di tempat kerja.
Fokus kerja dokter Okupasi ada beberapa hal. Seperti pencegahan, evaluasi, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi masalah kesehatan yang mungkin dialami di tempat kerja.
Meski belum semua orang tahu, ternyata dokter okupasi punya prospek kerja yang terbuka
lebar.
HSE Perusahaan
klinik perusahaan
BUMN
rumah sakit
occupational health clinic
konsultan dan masih banyak lagi
“Sampai saat ini program MKK dan PPDS hanya ada di UI,” imbuh dr. Anna.
Ada 3 jalur untuk masuk PPDS Okupasi. Antara lain jalur reguler (dokter umum), jalur Magister
Kedokteran Kerja (dokter yang sudah berijazah MKK) dan jalur khusus Migas (dokter yang
bekerja di perusahaan minyak dan gas).
Sedangkan lama pendidikan yang harus ditempuh untuk MKK adalah empat semester,
sedangkan reguler memakan waktu tujuh semester.
“Dalam persiapan PPDS, seseorang harus memenuhi syarat TOEFL minimal 450, sertifikat
HIPERKES, surat izin langsung dari atasan bagi yang sudah bekerja,” ungkap dr. Anna.
Selama menempuh pendidikan Kedokteran Okupasi, selain kuliah para mahasiswanya juga akan
disibukkan dengan praktikum pemeriksaan lingkungan kerja, toksikologi, dan matrikulasi.
Selain itu, dokter juga akan menjalankan kewajiban magang di salah satu stase.
Anna menjelaskan, stase ini dibagi ke beberapa level. Mulai dari stase klinik, stase informal,
stase menengah, stase industri besar, stase Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS), dan stase mandiri.
Selain itu juga melakukan pemeriksaan indoor air quality untuk kenyamanan kerja tenaga medis
dan kesehatan.
“Jadi sebetulnya peluang kerja okupasi di rumah sakit sangat besar. Di Indonesia, jumlah dokter
okupasi baru 200 orang. Padahal jumlah rumah sakit di Indonesia jumlahnya sampai ribuan,”
tutup dr. Anna.
Kasus lain misalnya seorang pekerja yang menderita epilepsi di minta atasannya untuk dinas
shift malam seorang diri di ruang kontrol layar monitor mesin produksi, sedangkan dalam 1
minggu sang pekerja bisa 1 kali kambuh sakit epilepsinya ( sekalipun terapi yang di jalani
sudah optimal)... bahayakah bila dia berdinas seorang diri di malam hari ? adakah cara
baginya agar tidak di jadwalkan dinas seorang diri pada malam hari?
Ilustrasi lain misalnya seorang tekhnisi mesin yang mengalami kecelakaan lalu lintas
kemudian di ketahui sebelah matanya tidak dapat melihat lagi dan hasil pemeriksaan dokter
menyatakan saraf mata kanannya putus tidak bisa berfungsi lagi dan tidak bisa di obati.
Namun sang pekerja masih tetap ingin bekerja di bagian tekhnisi mesin karena cuma itu
keahliannya. Lalu bagaimana dengan kemampuannya bekerja dengan hanya sebelah mata?
bagaimana dengan kemungkinan dia mendapatkan cidera di tempat kerja? pekerjaan apa saja
yang tidak boleh di lalukannya atau pekerjaan apa sajakah yang masih boleh di lakukannya?
bagaimana mencari solusi agar sang pekerja tetap dapat bekerja dengan sakit yang sedang di
deritanya ?
Untuk menjawab semua permasalahan kesehatan pekerja di tempat kerja, Rumah Sakit Islam
Jakarta kini membuka layanan baru berupa sebuah klinik untuk para pekerja mendapatkan
solusi atas permasalahan kesehatan dirinya yang harus di sesuaikan dengan tuntutan ditempat
kerjanya.
Layanan baru tersebut diberi nama “Klinik Okupasi” . Sebuah klinik di tangani oleh seorang
dokter Spesialis Okupasi yang sudah terlatih menangani kesehatan pekerja yang bermasalah
di tempat kerjanya. Dokter spesialis okupasi akan memeriksa kesehatan pekerja yang
mempunyai masalah dengan pekerjaannya dan akan membantu membuatkan rekomendasi
disesuaikan kondisi pekerja dengan pekerjaannya dan semua di nilai dengan sangat objektif.
Pelayanan Kedokteran Okupasi, adalah pelayanan khusus yang diberikan pada komunitas
pekerja dan atau individu bahkan masyarakat sekitar industri, yang terutama bertujuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang timbul yang berkaitan dengan pekerjaan.
Klinik Okupasi juga membantu pihak manajemen mengatasi permasalahan kesehatan pekerja
yang sulit di atasi. Misalnya pihak manajemen ingin mengetahui permasalahan pekerja yang
sering tidak masuk kerja, sering terlambat masuk kerja, sering bertengkar dengan teman
kerja/ dengan atasannya, pekerja minta di mutasi ketempat kerja yang sesuai dengan
keinginannya namun tidak mengikuti kaidah perusahaan, dll.
Klinik Okupasi dapat melayani anda setiap hari kerja mulai tanggal 1 Februari 2013, dari jam
9 pagi sampai 12 siang.
Klinik Okupasi juga dapat membantu perusahaan dalam pelatihan( In House Training) :
First Aids
Pelatihan penanggulangan kebakaran kecil dan Disaster Medicine
Penggunaan alat pelindung diri yang benar
Pengukuran Hazard lingkungan kerja
Walk Trough Survey untuk pemetaan potensial hazard di tempat kerja
Evaluasi kelaikan kerja ( Fit for work, Return to work, penghitungan kecacatan
)
Kegiatan Promosi kesehatan dan Health Talk
Pembentukan SMK3
Pelayanan MCU berbasis okupasi , analisa hasil dan konsultasi pasca MCU