Anda di halaman 1dari 24

Bogor Agricultural University (IPB)

Latar Belakang
Indonesia adalah eksportir rumput laut terbesar di
dunia.
Ekspor Rumput Laut
Jumlah Ekspor Rumput Laut 2018
200000
180000
160000
140000
120000
Ton

100000
80000
60000
40000
20000
0
Philippines

Iceland

Philippines
Indonesia

Chile

Indonesia

Spain
Chile
Morocco
Indonesia

Spain
Indonesia
Korea
China

Ireland
UK

China

China

Germany
Peru

Nilai Ekspor Rumput Laut tahun 2018


500000
450000
400000

Thousond US Dolar
HS 121221 HS 121229 HS 130231 (Agar- HS 130239
350000
(Seaweed fit for (Seaweed unfit for agar) (Karaginan)
300000
human) human)
250000
200000
150000
100000
50000
0

USA

USA
Philippines

France
Indonesia

Chile

Indonesia

Spain
Chile
Morocco
Indonesia

Spain

Indonesia
Korea

China

Ireland

China

Korea
China
Japan

UK

Peru

Portugal
Canada
HS 121221 HS 121229 HS 130231 (Agar- HS 130239
(Seaweed fit for (Seaweed unfit for agar) (Karaginan)
human) human)
Ekspor Rumput Laut 2018

Menurut (KKP 2019) Ekspor rumput laut


Indonesia didominasi oleh bahan baku kering
yang mencapai 80% dari total ekspor nasional.
76,71%

19,43%
3,87%

Raw Material Karaginan Agar-agar


Tujuan Penelitian

• Menganalisis daya saing rumput laut olahan


Indonesia di pasar dunia.
• Mengidentifikasi langkah dan kebijakan untuk
meningkatkan ekspor rumput laut olahan
Indonesia.
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder selama


kurun waktu 2001-2018. Data nilai dan volume
ekspor olahan rumput laut terdiri dari 6 negara
eksportir utama karaginan (Indonesia, China,
Philippines, Spain, France, USA) dan 5 negara
eksporti utama agar-agar (Indonesia, China, Spain,
Chile, Morocco). Data dalam penelitin ini diperoleh
dari berbagai sumber diantaranya UN Comtrade,
International Trade Center, dan BPS.
Analisis Daya Saing

Analisis RCA
𝑋𝑖𝑗/𝑋𝑖𝑡
RCA =
𝑊𝑖 / 𝑊𝑡
dimana:
Xij = Nilai ekspor komoditas i dari negara j
Xit = Nilai ekspor total semua komoditas negara j
Wi = Nilai ekspor komoditas i dari dunia
Wt = Nilai ekspor total semua komoditas dunia

Bila:
Nilai RCA > 1, artinya negara j memiliki keunggulan komparatif (berdaya saing kuat).
Nilai RCA < 1, artinya negara j tidak memiliki keunggulan komparatif (berdaya saing
lemah).
Analisis Daya Saing

RSCA (Revealed Symmetric Comparative Advantage)


merupakan modifikasi sederhana dari RCA dimana
nilai indeks tersebut berkisar antara -1 sampai 1
(Laursen 1998). RSCA dirumuskan sebagai berikut:

RSCA > 0 : suatu negara dapat dikatakan memiliki keunggulan komparatif produk
olahan rumput laut
RSCA < 0 :suatu negara dapat dikatakan tidak memiliki keunggulan komparatif
produk olahan rumput laut.
Analisis Daya Saing
σ𝑇
𝑡=1[
𝑋𝑖𝑗
𝑊𝑖𝑗 𝑡
𝑥 100% −
𝑋𝑖𝑗
𝑊𝑖𝑗 𝑡−1
𝑥 100%] ANALISIS EPD
Sumbu X = (Export Product dynamic)
𝑇

𝑋𝑡 𝑋𝑡
σ𝑇
𝑡=1[ 𝑥 100% − 𝑥 100%]
𝑊𝑡 𝑡 𝑊𝑡 𝑡−1
Sumbu Y =
𝑇

Dimana, Lost Rising Star


Opportunity
Xij : Nilai ekspor rumput laut olahan Indonesia ke negara
tujuan
Wij : Nilai ekspor rumput laut olahan dunia dan ke negara
tujuan
Xt : Total nilai ekspor Indonesia dan ke negara tujuan
Retreet Falling Star
Wt : Total nilai ekspor dunia ke negara tujuan
t : Tahun ke-t
t-1 : Tahun sebelumnya
T : Jumlah tahun analisis
Hasil dan pembahasan
Keadaan industri rumput laut di Indonesia saat ini,
memiliki tingkatan yang paling hilir adalah tekonologi
formulasi.Produk yang dihasilkan biasanya digunakan
untuk industri pangan dan nonpangan.
Industri Karaginan
Kapasitas Produksi (ton/thn)
Jenis
No Lokasi Kabupaten/Kota Kapasitas Kebutuhan
Produksi
Terpasang Bahan Baku
1 Malang (1 Perusahaan) ATC 3.600 12.000
2 Flores (1 Perusahaan) ATC 180 600
3 Sumba Timur (1 Perusahaan) ATC 3.240 10.800
4 Belitung (1 Perusahaan) ATC 240 800
5 Gorontalo (1 Perusahaan) ATC 360 1.200
6 Sumbawa Barat (1 Perusahaan) ATC 360 1.200
7 Ternate (1 Perusahaan) ATC 360 1.200
8 Serang (1 Perusahaan) SRC 1.200 4.800
9 Mojokerto (1 Perusahaan) SRC 1.560 6.240
10 Pasuruan (1 Perusahaan) SRC 480 1.920
11 Bogor (1 Perusahaan) SRC 1.200 4.800
12 Makassar (1 Perusahaan) SRC 1.200 4.800
13 Semarang (2 Perusahaan) SRC 635 2.540
14 Bekasi (1 Perusahaan) ATC 2.040 8.160
15 Takalar (1 Perusahaan) ATC 1.440 5.760
16 Makassar (1 Perusahaan) ATC 3.720 14.880
17 Surabaya (1 Perusahaan) RC 1.512 7.560
18 Pasuruan (3 Perusahaan) RC 1.960 10.050
19 Mataram (1 Perusahaan) RC 705 3.525
Total 25.992 102.835
Sumber : Kemenprin dalam Perpres No.33 Tahun 2019
Industri Agar-agar
Kapasitas Produksi (ton/thn)
No Lokasi Kabupaten/Kota Kapasitas Kebutuhan
Terpasang Bahan Baku
1 Bogor (1 Perusahaan) 1.560 13.929
2 Tanggerang (1 Perusahaan) 3.000 26.786
3 Surabaya (3 Perusahaan) 732 6.536
4 Malang (3 Perusahaan) 780 6.964
5 Medan (1 Perusahaan) 360 3.214
6 Sukabumi (1 Perusahaan) 10 89
7 Pasuruan (3 Perusahaan) 1.180 9.071
8 Bandung (1 Perusahaan) 36 321
Total 7.658 66.910
Sumber : Kemenprin dalam Perpres No 33 Tahun 2019
Ekspor Rumput Laut Olahan
Indonesia
Negara tujuan ekspor utama ditahun 2018 untuk produk
kraginan adalah Cina dengan pangsa pasar sebesar 35,3%.
Sedangkan Negara tujuan utama ekspor agar-agar adalah
Jepang dengan pangsa pasar sebesar 23,3% (ITC 2019).
Ekspor Olahan Rumput Laut
30000

25000
Nilai (US$ Thousand)

20000

15000

10000

5000

0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

Japan (Agar-agar) China (Karaginan)


Daya Saing Karaginan
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)

0,8

0,6

0,4

0,2

0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
-0,2

-0,4

-0,6

-0,8

-1

Indonesia Cina Filipina Spanyol Prancis Amerika

RSCA Positif (>0) Memiliki Daya Saing


RSCA Negatif (<0) Tidak Berdaya Saing
Lanjutan
• Daya saing tertinggi produk karaginan Indonesia dicapai
pada tahun 2018 senilai 0,71904. Peningkatan tersebut
didorong dengan tersedianya bahan baku yang dimiliki yaitu
sebagai produksi rumput laut terbesar di dunia (ITC 2019).
Relisting produk karaginan oleh departemen pertanian USA
(USDA) ke dalam daftar pangan organik pada 4 April 2018.
• Philippines menjadi negara yang memiliki daya saing paling
kuat diantara negara eksportir karaginan lainnya. Sejak
tahun 2013 ekspor rumput laut kering dari Philippines
terhadap pasar dunia terus menurun karena rumput laut
tersebut diolah menjadi karaginan. Selama 6 tahun terakhir
untuk memenuhi kebutuhan industri Philippines mengimpor
8.000-10.000 ton rumput laut kering per tahun. Philippines
memfokuskan ekspor olahan rumput laut dibandingkan raw
material. Tercatat ditahun 2016 ekspor karaginan dari
Philippines mencapai 74% dari total ekspor rumput laut
negara tersebut (FAO 2018).
Daya Saing Agar-agar
Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
1

0,8

0,6

0,4

0,2

0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
-0,2

-0,4

-0,6

-0,8

-1

Indonesia China Spanyol Chili Maroko

RSCA Positif (>0) Memiliki Daya Saing


RSCA Negatif (<0) Tidak Berdaya Saing
Lanjutan
• Daya saing Indonesia cenderung menurun dalam ekspor agar-agar.
Umumnya hal ini terjadi dikarenakan permintaan agar-agar dunia yang terus
meningkat sementara kapasitas produksi yang dimiliki Indonesia hanya
berjumlah 14 perusahaan yang memiliki kapasitas produksi 7.658 ton per
tahun.
• Daya saing yang kuat dari negara Chile Menurut (FAO 2018) Terdapat lebih
dari 157 sumber daya laut yang dipanen secara komersial di sepanjang
pantai Chile, dimana 16 spesies di antaranya adalah rumput laut yang
merupakan 11,3% dari total produksi perikanan Chile. Pada tahun 2014,
produksi rumput laut mencapai 413.114 ton.
• Morocco bekerja sama dalam the blue belt sebuah program dengan
beberapa negara Afrika yang bekerja sama dengan FAO dan mitra lainnya.
Tujuan program blue belt adalah tinjauan pengawasan pantai, penangkapan
ikan, dan budidaya yang berkelanjutan, khususnya dalam hal budidaya
rumput laut. The blue belt juga memperkuat pembangunan dan daya saing
sektor perikanan Morocco (FAO 2018).
Lanjutan
• Olahan rumput laut Indonesia berupa karaginan dan agar-
agar berdasarkan hasil analisis RCA (Reveled Comparative
Advantage) masing masing memiliki daya saing secara
komparatif di pasar dunia. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Dameli dan Soesilowati 2016) menyatakan
komoditas rumput laut Indonesia memiliki keunggulan
secara komparatif di pasar dunia, hal ini didukung oleh
panjang garis pantai, iklim yang sesuai, dan pendeknya
waktu panen.
• Keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam menghasilkan
rumput laut seharusnya memudahkan ketersediaan input
produksi bagi industri karaginan dan agar-agar.
• Penting untuk menerapkan pengembangan industri kluster
rumput laut yang berkelanjutan secara ekonomi, teknologi,
sosial dan lingkungan (Wibowo et al 2011).
Posisi Pasar Karaginan

Export Product Dynamic (EPD)


Negara Tujuan
Rata-rata Sumbu X Rata-rata Sumbu Y Posisi Pasar
Ekspor

USA 0.0000000 0.0000158 Rising Star


Germany 0.0024433 -0.0000332 Falling Star

Lost
Spain -0.003029997 8.66782E-06
Opportunity

China 0.028639578 0.000215894 Rising Star


Posisi Pasar Agar-agar

Export Product Dynamic


Negara Tujuan
Rata-rata Sumbu X Rata-rata Sumbu Y Posisi Pasar
Ekspor

Japan 0.0038397 0.9781376 Rising Star

USA 0.0007802 0.0000158 Rising Star

Russian 0.0041916 0.0001600 Rising Star

Germany -0.0011670 -0.0000332 Retreat


Lanjutan

• Olahan rumput laut berupa karaginan dan agar-agr


harus terus ditingkatkan baik kuantitas maupun
kualitas. Penelitin yang dilakukan (Satyanugroho et all
2015) mengenai daya saing dan startegi industri
nasional dalam MEA menyatakan bahwa struktur
ekspor industri nasional masih sangat berorientasi
resource based dengan nilai tambah yang rendah.
• Perlu adanya strategi nasional untuk membangun
industri yang berdaya saing tinggi. Hal itu dapat dicapai
dengan upgrading dan deepening indutsri, penciptaan
nilai tambah domestik, serta perwujudan Indonesia
sebagai basis produksi yang berorientasi ekspor.
Implikasi Kebijakan

• Rising star, diharapakan Indonesia tetap


mempertahankan dan meningkatkan ekspor olahan
rumput laut di negara USA China Japan dan Russian.
• Falling star, menjalin kerjasama dan melakukan
promosi untuk meningkatkan demand terhadap produk
olahan rumput laut Indonesia.
• Lost Opportunity, Indonesia mengupayakan
meningkatkan kuantitas ekspor olahan rumput laut
dengan mempromosikan investasi dalam negeri untuk
membangun sektor produksi olahan rumput laut
• Retreat, Indonesia mencari peluang pasar baru pada
negara lain.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan


bahwa olahan rumput laut Indonesia berupa
karaginan dan agar-agar memiliki daya saing
komparatif. Posisi daya saing pada negara tujuan
utama berstatus rising star namun permintaan
olahan rumput laut dunia yang terus meningkat
menyebabkan Indonesia kehilangan kesempatan/lost
opportunity untuk mengoptimalkan keuntungan yang
dimiliki.
Saran

Meningkatkan kuantitas ekspor olahan rumput laut


berupa karaginan dan agar-agar dengan
mempromosikan investasi dalam negeri untuk
membangun sektor industri olahan rumput laut.
Pegembangan dan pemanfaatan rumput laut
diharapkan menjadi lokomotif dalam penciptaan
kesempatan kerja, kesejahteraan masyarakat,
pendorong pertumbuhan ekonomi dan pelestarian
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai