Panduan Praktis Untuk Caregiver Dalam Perawatan Jangka Panjang Bagi Lanjut Usia
Panduan Praktis Untuk Caregiver Dalam Perawatan Jangka Panjang Bagi Lanjut Usia
97
Ind
P
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA
DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
JL. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA
Jakarta 12950 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
www.kemkes.go.id 2019
618.97 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Ind
p Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat
Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang
bagi Lanjut Usia. Jakarta :Kementerian Kesehatan RI. 2019
ISBN 978-602-416-524-6
1. Judul I. GERIATRICS
II. GERIATRICS NURSING III. GERIATRICS PSYCHIATRY
IV. COMMUNITY HEALTH SERVICES
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Panduan
Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia
ini dapat disusun.
ii i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Panduan
Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia
ini dapat disusun.
ii
dan kompetensi caregiver informal di komunitas, serta pada berbagai
wahana PJP di wilayah kerja Puskesmas.
ii ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………….……………….. 1
B. Tujuan ……………………………………………………. 2
C. Sasaran ……………………………………………………. 2
BAB II PERAWATAN JANGKA PANJANG PADA LANSIA
A. Perawatan Jangka Panjang bagi Lansia …................... 3
B. Pengelompokan Kondisi Lansia Berdasarkan
Tingkat Kemandirian ……..…………………………………... 3
C. Caregiver Lansia …………………………………………… 4
D. Pengertian dan Prinsip Perawatan Jangka Panjang ……... 6
E. Perawatan Secara Umum ……….………………….. 7
1. Pemeliharaan Kebersihan Diri ………………….. 10
2. Pencegahan Masalah Kesehatan Kulit …………. 19
3. Pemeliharaan Kebersihan dan Keamanan Lingkungan 20
4. Mempertahankan Tingkat Kemandirian Lansia ……… 25
5. Pajanan Sinar Matahari .........…………………… 39
6. Komunikasi …………………………………………... 39
7. Rekreasi …………………………………………… 43
8. Pemantauan Penggunaan Obat …………………. 45
9. Pelaksanaan Ibadah ………………………………….. 46
F. Perawatan Khusus Sesuai Masalah Yang Sering
Terjadi pada Lansia
1. Membantu Lansia yang Mengalami Gangguan Gerak 47
2. Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia 67
iii
iii
3. Membantu Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air
Besar (BAB) .........……………………………………... 77
4. Menangani Gangguan Perilaku pada Lansia
dengan Pikun/Demensia ……….................................. 82
5. Pengelolaan Stres ……………………………………. 86
G. Mendukung Lansia Mempertahankan Aktivitas
Instrumental Kehidupan Sehari-hari (AIKS)/
Activity Daily Living (IADL)................................................ 95
H. Pertolongan Pertama Pada Keadaan Darurat ………… 98
I. Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Pemanfaatan
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Akupresur ........... 109
BAB III MERUJUK LANSIA KE FASILITAS KESEHATAN ………. 119
BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN ……………………….. 122
BAB V PENUTUP …………………………………………………… 127
iv iv
DAFTAR TABEL
Lansia ………………………………………………………. 45
Perilaku ……………………………………………………. 88
vv
DAFTAR LAMPIRAN
vi vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang
mengalami permasalahan fisik, fisiologis, mental, spiritual, ekonomi
dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada
lanjut usia (lansia) adalah masalah kesehatan akibat proses
kemunduran fungsi tubuh yang terjadi secara bertahap yang berujung
pada kerusakan jaringan atau organ. Adapun definisi lansia menurut
Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia,
adalah penduduk berusia di atas 60 tahun dimana mereka
merupakan salah satu kelompok berisiko yang membutuhkan
penanganan khusus.
11
kualitas hidup lansia yang optimal. Sehingga dirasakan perlu untuk
menyusun suatu buku panduan praktis bagi caregiver.
B. Tujuan
Sebagai panduan bagi caregiver dalam melakukan PJP bagi
lansia, yang meliputi: perawatan umum bagi lansia, perawatan
khusus bagi lansia, penatalaksanaan masalah kesehatan lansia
dengan cara tradisional, penanganan pada keadaan darurat, merujuk
lansia, serta pencatatan dalam PJP.
C. Sasaran
2 2
BAB II
PERAWATAN JANGKA PANJANG BAGI LANSIA
33
Hasil penilaian AIKS dimaksud dikelompokkan sebagai berikut:
• Mandiri/tidak perlu bantuan
• Perlu bantuan
• Tidak dapat melakukan apa-apa
(Lihat pada lampiran 1a dan 1b)
B. Caregiver Lansia
Yang dimaksud caregiver dalam panduan ini adalah caregiver
informal yaitu tenaga caregiver yang berasal dari keluarga, relawan,
dan kader yang memberikan bantuan dan pendampingan kepada
lansia. Tugas caregiver memberikan bantuan dalam aspek fisik,
mental, sosial budaya dan spiritual. Caregiver lansia harus
memiliki pengetahuan dasar tentang pendampingan dan pemberian
bantuan yang tepat untuk lansia yang membutuhkan PJP.
Seorang caregiver dapat berperan di dalam PJP bagi lansia
untuk: mengurangi ketergantungan, mengurangi keluhan lansia
akibat penyakit, mencegah komplikasi dan kecelakaan, dan
mempertahankan/meningkatkan kualitas hidup yang optimal dan
bermartabat hingga akhir hayatnya. Dalam hal pendampingan hingga
akhir hayat, tugas caregiver adalah memastikan agar seluruh proses
yang dihadapi pada akhir kehidupan sesuai dengan pilihan lansia,
seperti pendampingan spiritual sesuai dengan kepercayaannya
sehingga apa yang menjadi keinginan lansia dapat disampaikan
4 4
kepada keluarganya dan jika ada kesulitan dapat dicarikan alternatif
solusi bersama.
Pelajari jadwal harian caregiver untuk mengembangkan
rencana kegiatan secara rutin. Sesuaikan kegiatan rutin yang telah
disusun dengan kebiasaan lansia agar lebih koperatif/tidak terlalu
bingung. Kondisi lansia bisa berubah-ubah, sehingga perlu fleksibel
dan menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Pertimbangkan untuk
memanfaatkan layanan asuhan siang/daycare (jika ada), atau
dititipkan pada keluarga agar beban pendampingan tidak terlalu
berat, sehingga caregiver bisa beristirahat.
Rencanakan dan antisipasi hal-hal yang dapat terjadi sewaktu-
waktu, termasuk menyiapkan dokumen-dokumen penting yang
diperlukan untuk pembiayaan dan perawatan lebih lanjut, hingga
penyiapan akhir hayat.
Dalam melakukan perawatan pada lansia, caregiver tidak
dapat bekerja sendiri, namun perlu bekerjasama dengan anggota
keluarga lainnya, kader/relawan, dan berkonsultasi dengan tenaga
kesehatan khususnya dalam hal perawatan yang dapat dilakukan di
rumah atau tempat tinggal lainnya. Apabila menemukan kendala
dalam melakukan suatu tindakan perawatan pada lansia, diharapkan
dapat segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Selain itu
tenaga kesehatan di Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang
memiliki peranan selain sebagai pemberi layanan formal/profesional
juga membina caregiver di lapangan.
Dalam melakukan PJP, caregiver juga harus menjaga
kesehatan diri sendiri, termasuk kesehatan fisik dan mental, agar
lebih mampu merawat lansia dengan baik, mengingat memberikan
55
asuhan pada lansia merupakan pekerjaan yang membutuhkan
ketahanan fisik, ketelitian dan kesabaran.
6 6
fisik maupun mental sehingga membutuhkan caregiver untuk
mendampingi dan membantu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
77
nyaman, meningkatkan kepercayaan/penampilan diri dan
meningkatkan kebersihan serta kesehatan.
8 8
p. Sampiran/penghalang apabila lansia tidak sendirian dalam 1
ruangan
q. Sprei pengganti apabila lansia dimandikan di tempat tidur
r. Bak/keranjang untuk baju kotor
s. Kantong sampah.
99
1. Pemeliharaan Kebersihan Diri
Jenis Cara melakukan perawatan
perawatan
Perawatan kulit Cara memandikan di tempat tidur adalah sebagai
berikut:
o Atur peralatan sesuai dengan urutan
pemakaian,
o Bantu lansia menggeser badannya ke tepi
tempat tidur,
o Angkat sedikit bagian kepala tempat tidur dan
singkirkan semua bantal yang ada,
o Bersihkan muka, telinga, dan leher. Pada
waktu membersihkan mata gosok dari bagian
dalam keluar, gunakan washlap/ handuk kecil
yang terpisah untuk masing-masing mata atau
jika tidak ada, bilas terlebih dahulu washlap/
handuk kecil sebelum digunakan untuk
mengusap bagian mata lainnya,
o Bersihkan dan keringkan lengan, ketiak, dan
tangan Menggunakan handuk kering,
dahulukan sisi yang jauh dari caregiver,
o Bersihkan dada dan perut termasuk daerah
paha, tekuk lutut dan bersihkan tungkai bawah
dengan sabun berpelembab dan washlap
basah kemudian keringkan dengan handuk
kering,
o Untuk membersihkan kaki dan sela-sela jari
kaki gunakan washlap basah atau untuk lansia
10 10
yang masih bisa duduk, kaki dimasukkan ke
dalam baskom dengan hati-hati kemudian kaki
dibersihkan dan keringkan dengan handuk
kering,
o Miringkan lansia dan geser ke tepi tempat
tidur,
o Letakkan handuk di sisi punggung dan buka
selimut mandi hingga punggung terbuka,
bersihkan tengkuk, bahu, punggung, pantat
dan bagian atas paha,
o Telentangkan kembali,
o Bersihkan daerah kemaluan. Jika lansia dapat
melakukan sendiri, sediakan air, sabun, dan
handuk di tempat yang mudah dijangkau,
(lihat pembahasan perawatan alat kelamin
dan sekitarnya pada hal. 18)
o Setelah selesai dimandikan dan dikeringkan
oleskan krim/ losion berpelembab ke seluruh
tubuh. Tunggu beberapa saat, kemudian bantu
mengenakan pakaian kembali,
o Sisir rambut dan rapihkan tempat tidur,
o Ajaklah lansia bekerjasama pada setiap
tahapan sesuai dengan kondisinya.
Perawatan Cara mencuci rambut di tempat tidur adalah sebagai
rambut berikut:
o Posisikan kepala lansia berada pada sisi atas
atau pinggir tempat tidur, ganjal bagian bawah
bahu lansia dengan bantal,
11
11
o Gulung perlak anti air membentuk setengah
lingkaran dengan ujung menjuntai ke ember
yang telah disiapkan di sisi tempat tidur
o Tempatkan gulungan perlak dibawah leher
lansia
12 12
kemudian keringkan dengan handuk kering,
o Apabila terjadi iritasi atau infeksi segera
konsultasikan pada tenaga kesehatan.
13
13
o Jangan memasukkan air dan benda apapun
ke dalam lubang hidung,
o Segera lap dengan air dan kemudian
keringkan dengan tisu wajah.
Perawatan Hal yang perlu diperhatikan :
mulut dan gigi o Cara menyikat gigi yang baik dan benar serta
waktu menyikat gigi,
o Hindari makanan yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut, misalnya makanan
yang lengket (contoh: dodol, dll), terlalu manis,
terlalu panas, terlalu dingin dan terlalu asam,
o Paling sedikit menyikat gigi sehari dua kali,
yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur.
Cara menyikat gigi yang baik dan benar
14 14
d. Bagian geraham (gigi paling belakang)
e. Bagian lidah dari dalam ke luar (pangkal
ke ujung)
Demikian juga halnya dengan lansia yang
menggunakan gigi palsu, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan gigi palsu antara lain:
15
15
• Rendam dalam wadah bersih berisi air setelah
dibersihkan,
16 16
o Bila kuku retak atau terkelupas oleskan krim/
losion berpelembab.
Perawatan kaki Hal-hal yang perlu diperhatikan:
o Jika kaki suka berkeringat, seringlah dicuci
dan keringkan,
o Gunakan ukuran sepatu yang sesuai, sol
sepatu yang lentur dan tidak licin,
o Gunakan kaos kaki yang terbuat dari bahan
katun,
o selalu gunakan alas kaki yang tertutup agar
terlindung dari benda tajam, terutama untuk
lansia yang menderita kencing manis,
17
17
Perawatan alat Cara membersihkan alat kelamin:
kelamin dan o Siapkan sabun berpelembab dan air hangat,
sekitarnya o Pasang pispot senyaman mungkin,
o Siram dengan air dan cuci daerah alat kelamin
dan sekitarnya dengan sabun kemudian bilas
dengan air,
o Arah membersihkan alat kelamin:
Laki-laki: dari ujung kemaluan ke arah pangkal
kemaluan hingga anus,
Wanita: dari arah atas ke bawah, meliputi bibir
dalam dan luar kemaluan hingga anus.
o Keringkan dengan handuk bersih
o Apabila lansia masih mampu dan berkeinginan
untuk membersihkan alat kelamin dan
sekitarnya secara mandiri, dapat diberikan
dengan air, sabun, dan washlap basah. Ganti
celana dalam setiap selesai mandi dan setiap
kali jika terkena kotoran/basah. Hindari
penggunaan tisu basah agar tidak terjadi
iritasi.
18 18
Ingat beberapa hal yang harus dilakukan saat membantu lansia
merawat kebersihan diri:
1. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah membantu lansia
2. Gunakan masker/penutup hidung dan mulut
3. Mengikat rambut atau menggunakan penutup kepala agar tidak
mengganggu pandangan dan tidak mengkontaminasi
19
19
d. Hindari penggunaan bedak karena membuat kulit bertambah
kering,
e. Paparan sinar matahari secukupnya dan dilakukan pada pagi hari.
Masalah gatal dapat ditimbulkan karena gigitan serangga, kulit
yang kering atau tidak diketahui penyebabnya. Penanganan
disesuaikan dengan penyebab gatal tersebut. Apabila gatal terjadi
karena gigitan nyamuk atau serangga, dapat diredakan dengan
menggunakan krim/ losion pelembab. Bila gatal tidak berkurang
atau diketahui penyebabnya dapat berkonsultasi kepada tenaga
kesehatan.
Untuk mengurangi terjadinya masalah kesehatan kulit yang
lebih buruk agar diperhatikan:
• Cegah lansia menggaruk kulit,
• Pastikan kuku jari tangan lansia dalam keadaan pendek dan bersih.
20 20
rumah tangga yang lain agar tidak dibongkar oleh binatang atau
manusia,
3) Selalu mengganti baju minimal setelah mandi pagi dan sore atau
jika berkeringat, serta handuk, sprei, selimut dan sarung bantal
guling minimal seminggu sekali atau segera jika terkena kotoran,
4) Bersihkan ruangan dan buang sampah setiap hari,
5) Buka jendela dan pintu ruangan setiap pagi agar udara berganti
dan usahakan agar sinar matahari masuk ruangan.
3) Upayakan jalur yang dilalui oleh lansia aman dan dapat dilewati
kursi roda (bila lansia menggunakan kursi roda). Terdapat
pegangan pada dinding koridor/selasar, dengan tinggi yang sesuai
dengan lansia.
21
21
4) Lantai rata, mudah dibersihkan
tidak licin dan tidak banyak
perbedaan ketinggian. Jika
terdapat perbedaan tinggi lantai
(undakan), harus diberi warna ubin
yang berbeda atau mencolok agar
jelas terlihat, bila perlu diberikan
pegangan/ handrail di dinding.
22 22
hindarkan polusi udara dari dapur
atau lainnya.
23
23
9) Kabel-kabel listrik ditata rapih dan direkatkan ke dinding/lantai
untuk menghindari tersandung.
24 24
4. Mempertahankan Tingkat Kemandirian Lansia
Agar dapat mempertahankan tingkat kemandirian, libatkan
lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selalu beritahukan
kegiatan apa saja yang akan dilakukan setiap harinya dan tawarkan
kegiatan yang ingin dilakukan sendiri atau diberikan bantuan. Salah
satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam mempertahankan
kemandirian lansia adalah dengan melakukan aktivitas fisik dan
latihan fisik sesuai kemampuan secara teratur. Menentukan jenis
aktivitas fisik dan latihan fisik, perlu mempertimbangkan kemampuan
dan kondisi lansia. Sebaiknya diawali dengan konsultasi kepada
petugas kesehatan untuk menetapkan jenis aktivitas fisik dan latihan
fisik yang sesuai.
Selain itu lanjut usia juga bisa diberdayakan, misalnya lanjut
usia menggunakan hand phone (HP) untuk berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan lansia lainnya, menggunakan internet untuk
pengembangan diri, menggunakan komputer, dan lanjut usia sebagai
penasehat di keluarga dan lingkungannya.
Beberapa masalah yang sering terjadi pada kelompok lansia
antara lain penurunan kekuatan otot dan penurunan pergerakan
sendi. Untuk mengatasi kelemahan otot, lansia diharapkan secara
teratur melakukan aktivitas fisik dan latihan fisik ringan khususnya
25
25
untuk lansia dengan ketergantungan sedang (B) sesuai dengan
kemampuan dan keinginan.
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan oleh caregiver
dalam mendampingi lansia ketika melakukan aktivitas fisik yang
sederhana:
1) Melihat kembali jadwal aktivitas lansia yang sudah dibuat, bila
perlu kegiatan yang tidak penting dapat dihilangkan (perhatikan
anjuran tenaga kesehatan tentang aktivitas yang harus
dijadwalkan).
2) Mencatat alat-alat, bahan-bahan yang diperlukan dan orang-
orang yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan.
3) Membuat perencanaan aktivitas yang seimbang antara aktivitas
ringan dan aktivitas sedang untuk kurun waktu harian, mingguan
atau bulanan. Aktivitas ringan seperti berjalan kaki perlahan,
bermain catur dan sebagainya. Sedangkan untuk aktivitas
sedang, seperti pekerjaan rumah yang tidak terlalu berat
diantaranya mengelap meja, membersihkan sayuran, menyirami
tanaman atau hal lain. Untuk lansia dengan ketergantungan total
dapat dilakukan aktivitas fisik secara pasif yaitu dibantu oleh
caregiver, misalnya menggerakkan leher, tangan dan kaki serta
melatih gerakan jari jari tangan dan kaki.
4) Untuk mencegah kelelahan, masukkan periode istirahat dalam
suatu kegiatan.
5) Hindari beraktivitas secara terburu-buru karena akan
meningkatkan ketegangan dan kelelahan.
6) Memperhatikan postur dan kenyamanan posisi tubuh dalam
melaksanakan aktivitas.
26 26
7) Mengatur tempat penyimpanan alat-alat dan area tempat
beraktivitas dengan baik.
8) Mengatur pencahayaan dan menjauhkan benda-benda tajam
untuk menghindari risiko cidera.
INGAT!!!
27
27
Latihan pernafasan
28 28
Gambar 1
Kedua tangan diletakkan di pinggang, dekatkan kepala
ke bahu kanan. Tahan selama 8 hitungan dalam 10
detik. Lakukan ke arah sebaliknya.
Gambar 2
Tangan kanan memegang bahu kiri, dan siku kanan
diangkat dengan tangan kiri dan didorong ke arah
belakang, sehingga otot lengan kanan belakang terasa
teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10 detik.
Lakukan pada lengan kiri.
Gambar 3
Lengan kanan ditekuk ke atas, tangan kanan memegang
punggung di belakang kepala. Tangan kiri memegang
siku kanan, ditarik ke arah kiri sehingga otot sayap
lengan kanan terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan
dalam 10 detik. Lakukan pada lengan kiri.
Gambar 4
Kedua tangan dirapatkan di depan dada, dorong ke
arah depan sampai lurus dan otot-otot lengan samping
terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10
detik.
29
29
Gambar 5
Kedua tangan dirapatkan di atas kepala, dorong ke atas
sampai lurus dan otot lengan samping terasa teregang.
Tahan selama 8 hitungan dalam 10 menit.
30 30
Sambil berbaring,
tangan digerakkan ke atas
dan bawah
31
31
Putar lengan dalam lingkaran searah
jarum jam / berlawanan arah jarum jam
Sambil berbaring,
tekuk dan luruskan siku
32 32
Sambil berbaring, lengan dekat dengan
tubuh dengan siku bengkok - balikkan
telapak ke atas dan ke bawah
33
33
Gerakan sebaliknya:
Tekuk dan luruskan semua jari-jari
34 34
Bengkokkan sendi jari untuk membuka kepalan tangan
• Tempatkan kedua tangan caregiver secara tumpang tindih pada tangan lansia, dengan satu
tangan menahan pergelangan tangan lansia.
• Secara perlahan tekuk sendi jari lansia, buka kepalan dan sendi jari yang ditekuk.
• Jangan gerakkan pergelangan tangan lansia.
• Tempatkan kedua tangan caregiver secara tumpang tindih pada tangan lansia, dengan satu
tangan menahan pergelangan tangan lansia.
• Secara perlahan tekuk sendi jari lansia secara perlahan sampai membentuk sebuah
kepalan
35
35
Satu persatu, tekuk ibu jari dan jari-jari lainnya ke pangkal yang
kecil, dimulai dengan membuka jari telunjuk dan jari tengah,
dilanjutkan dengan jari-jari yang lain.
36 36
Sambil berbaring – Putar kedua lutut
sambil di tekuk perlahan searah dan
kemudian berlawanan arah jarum jam
37
37
Gerakan Sendi Pergelangan Kaki
38 38
• Selalu jaga persendian. Pegang seluruh anggota tubuh di atas
dan di bawah persendian. Sebisa mungkin sanggah/sokong
anggota tubuh.
• Lakukan gerakan secara mantap (tidak ragu ragu) namun lembut,
gerakkan persendian secara PERLAHAN. (Sebab jika
menggerakkan persendian secara cepat akan membuat
persendian menjadi kaku)
• Perhatikan ekspresi wajah lansia. JANGAN PAKSAKAN
SELURUH GERAKAN. Hal tersebut akan mengakibatkan
beberapa ketidaknyamanan, walaupun sebenarnya TIDAK
menyakitkan.
• Saat melakukan latihan fisik pasif, pastikan lansia dalam posisi
aman dan nyaman (pasang pembatas tempat tidur untuk
menghindari risiko terjatuh).
6. Komunikasi
Komunikasi harus dilakukan dengan baik, agar pesan ingin
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik.
39
39
a. Manfaat Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik akan menguntungkan dua belah pihak yaitu
caregiver maupun lansia, diantaranya:
o Membangun hubungan dan kepercayaan yang baik
o Meningkatkan hubungan baik dan saling memahami
o Mengurangi stres
40 40
d. Kiat melakukan komunikasi dengan lansia.
1) Secara umum:
o Gunakan metode komunikasi yang sesuai, misal: tanya
jawab/bahasa isyarat sederhana
o Bicaralah secara perlahan, jelas, dalam nada yang normal
o Fokuskan pada satu pembicaraan dan ulangi pesan jika
perlu
o Lakukan kontak mata dengan lansia dengan posisi sejajar
untuk menciptakan suasana yang nyaman sehingga lansia
lebih terbuka
o Mendengarkan dengan sabar dan berfokus pada apa yang
sebenarnya lansia sampaikan
o Konfirmasikan kembali pesan yang telah diterima dengan
meminta lansia mengulangi pesan yang disampaikan, atau
caregiver mengulangi pesan yang disampaikan lansia
o Beri dukungan lansia untuk menyampaikan kebutuhan,
pandangan, dan keinginan mereka, bersabarlah, dan beri
waktu lansia untuk menyampaikan hal tersebut
o Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh lansia (misal
penggunaan bahasa daerah)
2) Kiat berkomunikasi dengan lansia yang mengalami
masalah komunikasi:
o Periksa keadaan telinga apakah ada yang
menghalangi/menyumbat. Bila menggunakan alat bantu
dengar, pastikan dalam kondisi baik, dan terpasang
dengan benar.
41
41
o Lakukan kontak mata dengan lansia, gunakan kacamata
bagi lansia yang mengalami gangguan penglihatan. Kontak
mata sangat penting untuk komunikasi non verbal.
o Pastikan lansia dapat melihat gerakan bibir anda dengan
jelas (jangan melebih-lebihkan),
o Gunakan isyarat tubuh dan gerakan yang sesuai,
o Berbicara dengan jelas pada kecepatan normal tetapi
dengan nada yang lebih rendah,
o Bila perlu gunakan papan tulis/kertas untuk menuliskan
pesan/kode, gambar-gambar objek dan aktivitas yang
umum dibutuhkan seperti minuman dingin, minuman
panas, makanan, waktu, radio / televisi, sisir rambut, sikat
gigi, gelas, toilet dll. Dapat juga dibuat dalam bentuk kartu.
o Gunakan tanda dan gerakan, tunjukkan objek, ekspresi
wajah, dan tindakan fisik lainnya, misalnya menunjuk,
menggunakan gerakan mata, dll.
o Jangan pernah memperlakukan lansia yang tidak dapat
berbicara seolah-olah dia seorang anak atau seseorang
yang tidak memiliki kecerdasan.
o Penting untuk melibatkan lansia dalam percakapan dan
memberi mereka waktu untuk berkontribusi. Berbicara
dengan lansia tanpa memberi mereka waktu untuk
menjawab akan menghancurkan kepercayaan diri dan
membuat mereka menyerah untuk berusaha
mengemukakan keinginan dan pilihan mereka.
42 42
7. Rekreasi
Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan pada waktu luang
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang secara
fisik dan mental. Kegiatan rekreasi harus menyenangkan dan akan
lebih baik bila menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tujuan
rekreasi adalah untuk memelihara kesehatan fisik, mental dan
sosial. Buat jadwal rekreasi bersama lansia, jika memungkinkan
libatkan lansia dalam kelompok lansia yang ada di lingkungannya
agar terjadi komunikasi dan hubungan sosial antar lansia.
43
43
Tabel 1. Contoh Kegiatan Rekreasi dan Manfaatnya
44 44
transportasi dan sarana umum yang nyaman dan aman untuk lansia.
Saat ini sudah banyak sarana umum dan sarana rekreasi yang
memberikan ruang khusus bagi lansia sehingga merasa lebih aman
dan nyaman. Selain itu pilih tempat rekreasi yang dapat dinikmati
oleh lansia. Banyak lokasi wisata yang menawarkan potongan harga
khusus atau bebas biaya untuk lansia pada waktu-waktu tertentu.
Kegiatan rekreasi ini juga dapat memberikan manfaat yang baik bagi
caregiver untuk melepas kejenuhan dari kegiatan rutin di rumah.
45
45
Tabel 2. Contoh Format Pemantauan Pemberian Obat pada Lansia
9. Pelaksanaan Ibadah
Kegiatan ibadah merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan lansia, karena dengan melaksanakan kewajibannya lansia
akan merasa lebih dekat dengan Tuhan dan lebih merasa tenang.
Caregiver dapat membantu memfasilitasi lansia melaksanakan
beribadah dengan cara:
1) Mengingatkan apabila sudah masuk waktu ibadah
2) Menawarkan bantuan pada lansia dalam pelaksanaan ibadah
sesuai dengan kondisinya
3) Memastikan lansia dalam keadaan bersih agar lansia dapat
beribadah dengan baik dan tenang
4) Meletakkan perlengkapan ibadah di tempat yang mudah dilihat
dan dijangkau
5) Memfasilitasi lansia untuk mendapatkan bimbingan rohani lebih
lanjut dari pemuka/ guru agama atau pembimbing rohani di
lingkungan terdekat sesuai dengan agama dan keyakinan lansia.
46 46
F. Perawatan Khusus Sesuai Masalah yang Sering Terjadi pada
Lansia
1. Membantu Lansia yang Mengalami Gangguan Gerak
Lansia dengan masalah gangguan gerak memiliki
kebutuhan yang berbeda dibandingkan dengan yang tidak
mengalami gangguan gerak. Sehingga kebutuhan akan
perawatan fisiknyapun berbeda berdasarkan tingkat beratnya
gangguan gerak yang dialami. Lansia yang hanya terbaring di
atas tempat tidur atau ketergantungan berat dan total (C)
memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap perawatan fisik
yang dilakukan oleh caregiver. Pada kondisi lansia seperti ini
caregiver harus mendorong agar lansia tetap bergerak
sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisinya.
47
47
o Gangguan penglihatan
Rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila ada
gangguan penglihatan karena ada kekhawatiran terpeleset,
terbentur, atau tersandung.
o Masa penyembuhan
Lansia yang masih lemah setelah menjalani operasi atau
penyakit berat dapat menurun kemampuan pergerakannya.
48 48
3) Susah buang air besar
Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur dan buah,
serta minum cukup dapat membantu mencegah atau paling tidak
mengurangi kemungkinan timbulnya masalah sembelit akibat
imobilisasi. Jika masalah ini tetap muncul segera cari bantuan dari
petugas kesehatan.
4) Masalah sirkulasi atau aliran darah
Imobilisasi dapat menimbulkan gangguan aliran darah. Untuk
itu diperlukan aktivitas fisik dan latihan fisik atau layanan terapi
fisik. Kemungkinan diperlukan alat-alat khusus terapi sesuai
dengan arahan petugas kesehatan. Caregiver dapat memberikan
pendampingan dalam melaksanakan aktivitas fisik dan latihan
fisik. Jika lansia mengeluh rasa nyeri yang mendadak dan hebat,
segera untuk memberi tahu petugas kesehatan.
5) Luka akibat tekanan
Lansia yang hanya berbaring atau duduk pada posisi tertentu
dalam jangka waktu lama, berisiko mengalami luka akibat
tekanan. Untuk mencegah terjadinya luka tekan ini, lansia yang
mengalami kesulitan bergerak harus berganti posisi sekitar setiap
dua jam. Jika luka tekan muncul, segeralah mencari pertolongan
tenaga kesehatan.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah luka
akibat tekanan adalah:
a) Pada lansia yang hanya bisa berbaring (bedridden)
Ubah posisi setiap 2 jam. Pastikan pakaian dan alas tidur tidak
terlipat, sehingga dapat menekan kulit. Gunakan bantal untuk
menyokong sendi-sendi.
49
49
Lansia yang hanya bisa berbaring
50 50
b) Pada Lansia dengan kursi roda
Untuk mengurangi tekanan pada bokong dapat digunakan bantalan
berupa potongan busa atau sejenisnya, yang diletakkan di kursi roda
pada bagian alas duduk atau sandaran. Cara lain adalah dengan
mengubah posisi atau mengangkat bokong dari kursi roda untuk
beberapa saat.
51
51
Gangguan gerak akan menimbulkan kesulitan bagi lansia untuk
berpindah tempat, untuk itu caregiver harus mampu membantu lansia
berpindah tempat dengan cara yang benar agar terhindar dari
komplikasi atau kecelakaan pada lansia dan caregiver.
Yang perlu dipelajari adalah bagaimana mengontrol dan
menjaga keseimbangan tubuh, sehingga caregiver dapat dengan
mudah memindahkan atau membantu lansia untuk bergerak dengan
aman, sekaligus mencegah terjadinya cedera pada caregiver.
Terdapat prinsip umum yang harus diterapkan saat membantu
lansia berpindah dengan metode apapun:
52 52
Ketika membantu lansia, jangan tarik
tangan dan lengan yang lumpuh
53
53
b. Cara membantu lansia dari posisi berbaring ke posisi duduk
di tempat tidur
1) Caregiver berdiri di sisi tempat tidur dengan kaki membuka
selebar bahu, lutut ditekuk, punggung pada posisi netral.
2) Minta lansia mengangkat kepala dan bahu, dengan
menjejakkan kedua siku ke tempat tidur, untuk mendukung
tubuhnya sendiri.
3) Bantu lansia mengangkat bahu dengan menempatkan tangan
dan lengan caregiver di bawah tulang bahunya.
4) Berikan aba-aba, angkat tubuh lansia bagian atas dengan
perlahan hingga lansia pada posisi duduk. Pada langkah ini,
lutut caregiver tetap ditekuk, punggung pada posisi netral dan
lengan mengunci untuk membantu mengangkat.
5) Sesuaikan bantal untuk sandaran lansia.
54 54
pada bahu lengan lansia yang ada
pada bahu lengan lansia yang ada
di bawah. Tempatkan lengan
di bawah. Tempatkan lengan
lainnya di belakang lutut lansia
lainnya di belakang lutut lansia
4) 4)Posisi
Posisi kaki caregiver terbuka
kaki caregiver terbuka
selebar
selebarbahu,
bahu, punggung
punggung pada
pada
posisi netral.
posisi netral.
5) 5)Hitung
Hitung"1-2-3"
"1-2-3"dan
dan geser
geser berat
berat
badan caregiver
badan kekekaki
caregiver kakibelakang.
belakang.
6) 6)Geser
Geser kakilansia
kaki lansiakeketepi
tepi tempat
tempat
tidur
tidur hinggakaki
hingga kakilansia
lansiamenjuntai
menjuntai
sambilmenarik
sambil menarik bahu
bahu ke
ke posisi
posisi
duduk
duduk
7) 7)Tetap
Tetap di depan lansia sampai
di depan lansia sampai
berada dalam posisi yang stabil
berada dalam posisi yang stabil
55
55
55
mengikat kursi/bangku dekat dengan posisi tepi tempat tidur,
pastikan ikatan kuat dan aman, serta bimbing lansia cara berganti
posisi dari tidur ke duduk, sebagai berikut:
56 56
1) Mengangkat lansia oleh 1 (satu) orang
caregiver dengan cara membopong
a) Minta lansia merangkul leher
caregiver dengan kedua tangannya
atau pada lansia yang kondisinya
lebih lemah letakkan salah satu
tangan lansia pada leher caregiver
agar tidak menyulitkan caregiver
dalam melakukan pemindahan.
b) Letakkan satu tangan caregiver di
belakang kedua lutut lansia dan
tangan yang lain merangkul di
belakang punggung lansia hingga
mencapai ketiak lansia pada sisi
yang jauh.
c) Angkat lansia secara hati-hati kemudian caregiver berdiri
perlahan-lahan dan melangkah untuk memindahkan ke
tempat yang diinginkan
57
57
a) 1 (satu) caregiver berdiri di belakang, kemudian masukkan
kedua tangan pada bagian ketiak/lengan lansia untuk
menopang bagian tubuh atas.
b) 1 (satu) caregiver lainnya berdiri di depan (menghadap ke
arah kaki lansia) dan masukkan kedua tangan kebawah kaki
lansia untuk menopang tubuh lansia bagian bawah.
c) Berikan aba-aba, angkat tubuh lansia secara bersamaan
dengan hati-hati, lalu pindahkan ke tempat yang diinginkan.
58 58
• Cagiver dapat
menstabilkan posisi
lansia dengan
menempatkan lutut
caregiver berlawanan
dengan lutut lansia
59
59
Hal yang perlu diperhatikan dalam membantu lansia dengan
kursi roda
• Turun undakan dengan roda kursi bagian belakang terlebih
dahulu, naik undakan dengan roda kursi bagian depan terlebih
dahulu
60 60
Pakaian atau selimut yang bergeser pada Terkadang tangan lansia yang lemah
saat mendorong kursi roda mungkin dapat dapat jatuh dan tergesek roda. Posisikan
terjepit di roda. Selalu cek dan pastikan tangan lansia di atas lutut lansia, bukan
pakaian lansia dalam keadaan aman. pada sandaran tangan kursi roda.
61
61
Bagi
Bagilansia
lansiayang
yangmenggunakan
menggunakankursi
kursiroda
rodadan
danmasih
masihmampu
mampu
berpindah
berpindah
sendiri
sendiri
dapat
dapat
dilakukan
dilakukan
dengan
dengan
cara:
cara:
1)1)Mendekatkan
Mendekatkan kursi
kursi roda
roda keke arah
arah toilet,
toilet,
kemudian
kemudian
kunci
kunci
kursi
kursi
roda
roda
untuk
untuk
menghindari
menghindari
tergelincir.
tergelincir.
2)2)Lansia
Lansiadibantu
dibantuberpindah
berpindahdari
darikursi
kursiroda
rodakeke
toilet
toiletsecara
secara
perlahan.
perlahan.
3)3)Atur
Aturposisi
posisiduduk
dudukdi ditoilet
toiletsenyaman
senyamanmungkin.
mungkin.
Kemudian
Kemudiancaregiver
caregiverdapat
dapatmenunggu
menunggudi diluar
luar
kamar
kamarmandi/
mandi/WC
WCatau
atausesuai
sesuaipermintaan
permintaan
lansia.
lansia.
4)4)Untuk
Untukkembali
kembalikekekursi
kursiroda
rodadapat
dapatdiulangi
diulangi
langkah
langkah
2. 2.
6262
62
g. Cara Penggunaan Alat bantu jalan untuk Berjalan
Kruk
Ada banyak jenis alat bantu jalan untuk lansia dengan keterbatasan gerak.
Pastikan ukuran tinggi alat bantu sesuai dengan tubuh lansia.
63
63
1) Tongkat:
• Pegang tongkat di sisi tubuh yang lemah atau terluka untuk
menjaga ayunan lengan yang baik, meningkatkan pemindahan
berat badan, dan mendukung pola berjalan normal.
• Saat melangkah maka tongkat dan kaki yang sakit maju
terlebih dahulu, kemudian baru kaki yang sehat maju. Hal ini
juga berlaku untuk penggunaan kruk dan walker.
2) Kruk/tongkat ketiak
• Berdiri tegak dan menempatkan ujung kedua kruk di lantai,
sekitar 15 cm dari sisi masing-masing kaki.
• Lengan dapat beristirahat dengan nyaman di sisi tubuh lansia,
sesuaikan ketinggian kruk hingga terdapat jarak 5 cm (sekitar
tiga jari) antara ketiak lansia dan ujung atas kruk, lengan dapat
ditekuk sedikit (lihat gambar berikut)
• Saat melangkah maka kruk dan kaki yang sakit maju terlebih
dahulu, kemudian baru kaki yang sehat maju.
5 cm
15 cm 20-300
64 64
h. Penggunaan Alat Bantu Jalan Untuk Naik-Turun Tangga
65
65
i. Cara membantu lansia untuk duduk-berdiri dengan
menggunakan alat bantu.
Berdiri
66 66
bertumpu pada lengan yang berpegangan pada kursi.
• Jangan menggunakan alat bantu jalan untuk menarik tubuh
sebagai tumpuan saat berdiri, karena alat tersebut dapat
terbalik dan menyebabkan cedera.
Perhatikan:
67
67
a) Kebutuhan energi dan zat gizi
b) Gizi seimbang
c) Bentuk dan tekstur makanan,
d) Diet bagi lansia sesuai kondisi kesehatan,
e) Keamanan pangan
f) Tanda-tanda awal gizi kurang
g) Cara pemberian makan
68 68
5) Makanan sumber zat besi seperti hati sapi, hati ayam, daging
ayam, daging sapi, sayuran berwarna hijau (bayam) dan kacang
kacangan
69
69
4) Makanan tinggi lemak, misalnya snack gorengan, kerupuk,
makanan ringan yg digoreng (kletikan).
b) Gizi seimbang
Makanan yang bergizi baik tidak harus selalu mahal dan
mewah, penting diingat bahwa komposisi tiap-tiap jenis makanan
atau kandungan zat gizinya harus seimbang, jangan sampai salah
satu jenis makanan terlalu banyak. Contoh perbandingan jumlah
yang dianjurkan dapat dilihat dari diagram “Isi PiringKu”, dimana
setengan piring terdiri dari sayur dan buah, sepertiga lagi terdiri dari
lauk pauk dan sisanya (2/3 porsi) terdiri dari makanan pokok.
70 70
c) Bentuk dan tekstur makanan
Ada bermacam-macam bentuk dan tekstur makanan yang
pemberiannya disesuaikan dengan kondisi lansia, antara lain:
1) Makanan cair, disarankan untuk lansia dengan gangguan
mengunyah, menelan, mencerna makanan maupun lansia
yang menggunakan selang makan baik melalui mulut, hidung
atau langsung ke lambung. Makanan cair bisa didapatkan
berupa produk yang sudah jadi di apotek/supermarket.
Makanan cair ini dapat juga dijadikan makanan utama atau
sebagai makananan tambahan (ekstra) pada lansia yang
masih mampu mengonsumsi makanan biasa/padat.
2) Makanan dihaluskan dengan menggunakan blender
(blenderise). Makanan ini disarankan untuk lansia dengan
gangguan mengunyah, menelan, mencerna makanan, lansia
yang menggunakan selang makan baik melalui mulut, hidung
atau lambung, dan lansia dengan alergi susu sapi.
3) Makanan yang dihaluskan, disarankan untuk lansia yang
masih dapat makan melalui mulut dengan gangguan
mengunyah atau tidak punya gigi. Makanan ini diberikan
dengan tekstur semi padat seperti nasi tim/bubur dengan lauk
pauk yang dicincang/blender, sayur yang di potong kecil-
kecil/blender, buah yang dipotong kecil atau jus.
4) Makanan biasa, disarankan untuk lansia yang masih mampu
mengunyah makanan dengan cukup baik, yaitu nasi biasa
dengan lauk pauk, serta sayur dan buah sesuai dengan
anjuran.
71
71
d) Pengaturan Makanan (Diet) bagi lansia sesuai kondisi
kesehatan
Untuk lansia dengan kondisi kesehatan tertentu, dibutuhkan jenis
diet yang berbeda antara lain:
1) Diet tinggi serat.
Diet ini disarankan untuk lansia yang mengalami gangguan
sulit buang air besar (BAB), kegemukan (obesitas), dan
penyakit jantung. Jumlah yang dianjurkan paling sedikit 25
gram sehari (2 ½ mangkok sayur dan 3 porsi buah). Sumber
serat antara lain: sayuran berdaun, beras merah, serealia,
gandum, buah-buahan.
2) Diet rendah garam
Diet ini disarankan untuk lansia dengan tekanan darah
tinggi/hipertensi yang tidak terkontrol. Batasi asupan
garam/natrium, baik dalam makan utama maupun makanan
selingan jumlahnya tidak lebih dari 1 sendok teh dalam sehari.
Sumber natrium antara lain: garam dapur, kecap asin, keju,
makanan yang diawetkan, dsb. Penerapan diet rendah garam
juga dapat di kombinasikan dengan diet tinggi serat untuk
mencegah hipertensi pada lansia.
3) Diet rendah lemak
Diet ini disarankan untuk lansia dengan masalah pankreas,
penyakit hati/liver, dan masalah lemak darah. Dianjurkan
untuk membatasi asupan lemak. Sumber lemak antara lain:
mentega, margarin, daging yang berlemak, makanan yang
diolah dengan lemak berlebih.
72 72
4) Diet tinggi energi dan protein
Diet ini disarankan untuk lansia dengan kekurangan gizi.
Diet ini mengutamakan makanan dengan kalori lebih tinggi
dari pola makan biasanya, misalnya: selingan kacang–
kacangan, penambahan lemak pada makanan, margarine
pada sup, tahu/tempe pada tumisan sayur, penambahan
susu rendah lemak pada makanan selingan.
5) Diet rendah energi
Diet ini disarankan untuk lansia dengan kelebihan berat
badan, dengan cara mengurangi jumlah energi / makanan
dari kebiasaan asupan gizi sehari-hari. Dalam mengurangi
jumlah makanan dalam diet rendah energi sebaiknya
dilakukan secara bertahap.
Perhatikan:
Selalu berkonsultasi dengan petugas kesehatan dalam
menentukan pilihan diet sesuai dengan kondisi kesehatan.
e) Keamanan Pangan
Agar keamanan pangan pada lansia terjamin untuk menghindari
penularan penyakit akibat makanan yang tercemar, harus
diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan.
2) Pastikan semua masakan matang sempurna
3) Selalu tutup kembali makanan apabila telah selesai diambil
73
73
4) Untuk makanan yang telah dimasak, pastikan makanan diluar
ruangan hanya dalam kurun waktu 4 jam dan dalam keadaan
tertutup
5) Ambil dalam porsi sedikit dan tambahkan jika perlu. Tidak
mencampurkan sisa masakan dengan masakan yang baru.
74 74
a. Untuk lansia yang masih mampu duduk, selalu ajak lansia
dalam makan posisi duduk.
b. Pada lansia yang harus makan dalam posisi berbaring, selalu
posisikan kepala lebih tinggi dengan menggunakan ganjalan
bantal sehingga kemiringan posisi tubuh sekitar 30o-45o.
c. Beri jeda untuk suapan satu ke suapan berikutnya, jika perlu
selingi dengan minum.
d. Selama proses pemberian makanan selalu perhatikan nafas
lansia.
e. Untuk mencegah tersedak, usahakan makanan dalam
potongan kecil, suapan dalam porsi kecil agar lebih mudah
dikunyah dan ditelan, serta jangan mengajak bicara saat
membantu lansia makan
f. Apabila lansia tersedak segera bantu lansia untuk
memuntahkan makanannya
75
75
Berikut langkah-langkah pemberian makanan melalui NGT :
1) Cuci tangan dengan sabun kemudian keringkan,
2) Siapkan makanan cair dan minuman hangat yang tertutup,
3) Naikkan bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat
memberi makan, hingga 30 menit setelah memberi makan
(sangga dengan bantal).
4) Buka tutup NGT namun dengan tetap melipat selang NGT
agar udara tidak masuk.
5) Pasang spuit besar yang berfungsi sebagai corong makanan
cair.
6) Tuang air hangat perlahan, kemudian buka lipatan selang dan
tutup kembali jika air hampir habis.
7) Lanjutkan dengan memasukkan makanan cair. Lakukan
berulang-ulang sampai makanan cair habis. Kemudian bilas
kembali selang dengan air hangat hingga tidak tersisa
makanan dalam selang.
76 76
8) Tutup selang dan lipat kembali ketika tidak digunakan untuk
memberi makan.
INGAT :
• Selang harus dipasang oleh tenaga kesehatan.
• Caregiver yang membantu memberikan makan melalui
NGT, sebelumnya harus mendapat pelatihan atau di bawah
pengawasan oleh tenaga kesehatan.
• Pastikan ujung selang bersih dari sisa makanan karena
dapat mengakibatkan diare.
• Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu
tenaga kesehatan.
• Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera.
• Jangan lakukan tindakan yang dirasa masih ragu-ragu
• Selalu berhati hati saat membantu lansia minum atau
makan karena berisiko tersedak, jika hal tersebut terjadi
segera miringkan lansia dan tepuk punggung hingga dapat
dimuntahkan. Jangan memasukkan air Ke dalam mulut
atau NGT pada saat lansia tersedak.
• Untuk pemberian makan baik oral/mulut maupun NGT
dianjurkan dengan posisi duduk atau minimal 45º dapat
dengan cara disangga bantal dengan posisi kepala tegak.
3. Membantu Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB)
Pada kondisi tertentu, lansia membutuhkan bantuan caregiver
untuk melakukan BAK dan BAB. Diantaranya pada lansia yang
mengalami masalah pergerakan, penurunan kesadaran, kelemahan
dan sebagainya, sehingga perlu menggunakan kateter, popok sekali
pakai, pispot, kursi komod atau pergi ke kamar mandi menggunakan
kursi roda.
Berikut adalah persiapan dan langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh caregiver pada saat membantu lansia BAK dan BAB
77
77
di tempat tidur. Peralatan dan bahan umum yang perlu disiapkan
adalah :
• Sarung tangan (bila tersedia)
• Air
• Kapas dibasahi air untuk cebok (kapas cebok)
• Baskom/ tempat menampung air
• Tisue Kering /Handuk bersih
• Perlak atau underpad
• Kantung sampah
78 78
sudah mulai terlihat penuh (atau setiap 2 jam sekali), lakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siapkan pispot/bak penampung urine, letakkan di bawah
kantong urine
2) Buka tutup kantong urin lalu tampung urine pada pispot/bak
penampung
3) Catat jumlah dan perubahan warna urin. Laporkan pada
petugas kesehatan apabila terjadi perubahan warna urine,
jumlah yang berubah secara tiba tiba (berkurang atau
bertambah), kateter bocor atau terlepas. Selain itu catat
juga kapan terakhir kateter diganti oleh petugas kesehatan
4) Kemudian buang urine ke dalam kakus
79
79
c) Membantu Lansia BAB menggunakan Pispot
1) Siapkan peralatan umum dan pispot
2) Buka celana lansia. Tempatkan pispot dengan tepat di bawah
bokong dan persilahkan lansia BAB.
3) Setelah lansia selesai BAB, bantu lansia untuk cebok dengan
air (lihat halaman 18 bab perawatan alat kelamin), bila perlu
gunakan kapas cebok untuk memastikan daerah anus dan
sekitarnya telah bersih dari tinja. Kemudian angkat pispot.
4) Keringkan bagian pantat dan sekitarnya dengan handuk bersih
kering,
5) Bantu gunakan celana kembali,
6) Kemudian buang kotoran ke dalam kakus
80 80
7) Pakaikan popok bersih dan bantu gunakan celana kembali
8) Sebaiknya popok sekali pakai diganti setiap 4 jam atau bila
sudah penuh walaupun kurang dari 4 jam. Selalu cek ada
tidaknya ruam popok
9) Setelah tinja dibuang ke dalam kakus, buang popok bekas
yang sudah dibungkus dalam kantong ke tempat sampah
tertutup
81
81
Untuk mencegah punggung panas akibat pemasangan perlak karet,
serta kotoran tidak mengkontaminasi area sekitar bokong, dapat
digunakan underpad atau alas kain di atas perlak.
Gambar underpad
82 82
b) Sulit Fokus
Sulit melakukan aktivitas pekerjaan sehari hari, lupa cara
memasak, menggunakan telepon, tidak dapat melakukan
perhitungan sederhana dan mengerjakan sesuatu yang biasa
dilakukan namun dalam waktu yang lebih lama.
c) Sulit melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
Seringkali sulit untuk merencanakan atau menyelesaikan
tugas sehari-hari.
d) Bingung (Disorientasi)
Bingung akan waktu (hari/tanggal/hari penting), bingung
dimana mereka berada dan bagaimana mereka sampai
disana, tidak tau jalan pulang kembali ke rumah.
e) Kesulitan memahami ciri dan posisi benda tertentu
Sulit untuk membaca, mengukur jarak, menentukan jarak,
membedakan warna, tidak mengenali wajah sendiri di cermin,
menabrak cermin saat berjalan, menuangkan air di gelas
namun tumpah dan tidak tepat menuangkannya.
f) Gangguan berkomunikasi
Kesulitan berbicara dan mencari kata yang tepat, seringkali
berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk
melanjutkannya.
g) Menaruh barang tidak pada tempatnya
Lupa dimana meletakkan sesuatu, bahkan kadang curiga ada
yang mencuri atau menyembunyikan
barang tersebut.
h) Salah membuat keputusan
Berpakaian tidak serasi, misalnya
memakai kaos kaki kiri berwarna merah
83
83
dan kanan berwarna biru, tidak dapat memperhitungkan
pembayaran dalam bertransaksi dan tidak dapat merawat diri
dengan baik.
i) Menarik diri dari pergaulan
Tidak memiliki semangat atau inisiatif untuk melakukan
aktivitas atau hobi yang biasa dinikmati, tidak terlalu semangat
untuk berkumpul dengan teman temannya.
j) Perubahan perilaku dan kepribadian
Emosi berubah secara cepat, menjadi bingung, curiga dan
depresi, takut atau tergantung yang berlebihan pada anggota
keluarga, mudah kecewa dan putus asa.
84 84
Penanganan pada Lansia yang Mengalami Pikun/demensia
Apabila lansia telah mengalami pikun/demensia, caregiver harus
membantu agar kepikunannya tidak bertambah dan menghindari
akibat-akibat yang merugikan lansia maupun orang di sekitarnya.
Penanganan yang dapat dilakukan oleh caregiver pada lansia
diantaranya :
a) Membantu lansia untuk meletakkan barang pribadi yang sering
digunakan di tempat yang tetap, mudah dilihat dan mudah
dijangkau, serta menjelaskan dengan baik apabila lansia lupa dan
mulai menduga-duga
b) Membantu lansia menuliskan beberapa hal penting untuk diingat
dan menempelkan ditempat yang mudah dilihat dengan tulisan
yang mudah dibaca dan jika perlu ditambah gambar untuk
membantu memudahkan lansia mengingat sesuatu (contoh:
jadwal harian, tempat menyimpan dokumen penting, kotak obat
dll)
c) Ajak lansia berkomunikasi, agar tetap dapat
mengingat, menghitung, memutuskan
sesuatu. Jawab pertanyaan lansia yang
berulang-ulang dengan sabar dan jelas
d) Alihkan pembicaraan atau perhatian kepada
hal yang lebih positif dan menyenangkan bila
lansia mulai membicarakan hal yang
membuat sedih/marah atau perasaan negatif
lainnya.
e) Penggunaan aromaterapi dan pijat untuk mencegah penurunan
fungsi kognitif dan menurunkan tingkat kecemasan
85
85
5. Pengelolaan Stres
a. Stres
Stres merupakan suatu kondisi perasaan tertekan, cemas
dan tegang yang berkaitan dengan respon terhadap lingkungan.
Stres dapat terjadi pada semua orang termasuk lansia. Kondisi
pencetus stres yang sering
ditemukan pada lansia adalah
kesepian karena ditinggalkan oleh
pasangan dan anak-anak telah
memiliki kehidupan sendiri.
Kesepian dapat menimbulkan
perasaan tidak berdaya, kurang
percaya diri, ketergantungan, dan
keterlantaran. Rasa kesepian akan
semakin dirasakan oleh lansia yang
sebelumnya adalah seseorang
yang aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
orang banyak.
Penyebab kesepian pada lansia antara lain: a) sudah
berkurangnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak, b)
berkurangnya teman atau relasi akibat kurangnya aktifitas di luar
rumah, c) kurangnya aktifitas sehingga waktu luang bertambah
banyak, d) meninggalnya pasangan hidup, e) ditinggalkan anak-
anak karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi, atau
meninggalkan rumah untuk bekerja, e) anak-anak telah dewasa
dan membentuk keluarga sendiri.
Stres akibat rasa kesepian yang berkepanjangan dapat
menimbulkan tindakan yang merugikan diri sendiri yang
86 86
merugikan diri sendiri bahkan dapat mendorong keinginan untuk
bunuh diri. Selain kesepian, hal-hal lain yang dapat menimbulkan
stress pada lansia seperti pada tabel di bawah ini:
87
87
Tabel 5. Gejala Stres Berdasarkan Gejala Fisik, Mental dan
Perilaku
88 88
1) Teknik Relaksasi Nafas Dalam
1) Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Berikut cara melakukan relaksasi dengan teknis
Berikut cara melakukan relaksasi dengan teknis
nafas dalam Langkah 1:
nafas dalam Langkah 1:
o Ambil posisi yang nyaman misalnya duduk atau
o Ambil posisi yang nyaman misalnya duduk atau
berbaring,
berbaring,
o oLepaskan
Lepaskanbenda
bendaapa
apapun
pun di
di tubuh
tubuh yang mungkin
yang mungkin
mengganggu
mengganggusaat
saatbersantai.
bersantai. (mis.
(mis. jam
jam tangan,
tangan,
kacamata
kacamatadan
danlain-lain),
lain-lain),
o oLetakkan
Letakkantangan
tangankiri
kiri(telapak
(telapak ke
ke bawah) di atas
bawah) di atas
perut,
perut,
o oKemudian
Kemudianletakkan
letakkan tangan
tangan kanan
kanan di atas tangan
tangan
kiri
kirisehingga
sehinggaberistirahat
beristirahat dengan
dengan nyaman dan
dan
ciptakan
ciptakan lingkungan
lingkungan yang
yang tenang.
tenang.
Biarkanmata
o oBiarkan matatetap
tetapterbuka
terbuka saat
saat posisi
posisi ini
Langkah2:2:
Langkah
Mulai pejamkan
o oMulai pejamkan mata
mata nikmati
nikmati ketenangan,
kemudian tarik
kemudian tarik nafas
nafas perlahan
perlahan melalui
melalui hidung
hidung
tahan sebentar
tahan sebentar selanjutnya
selanjutnya keluarkan
keluarkan melalui
melalui
mulut secara
mulut secara perlahan
perlahan (usahakan
(usahakan saat
saat
mengeluarkan nafas
mengeluarkan nafas mulut
mulut membentuk
membentuk huruf
huruf
O) usahakan
O) usahakan konsentrasi
konsentrasi dan
dan nikmati
nikmati aliran
aliran
udara yang masuk
udara yang masuk
dan keluar.
dan keluar.
o Saat menarik napas, bayangkan udara
o Saat menarik napas, bayangkan udara
memasuki hidung dan masuk memenuhi rongga
memasuki hidung dan masuk memenuhi rongga
dada.
dada.
o Rasakan perut mengembang diikuti oleh dada,
o Rasakan perut mengembang diikuti oleh dada,
dan nikmati aliran udara yang masuk dan keluar.
dan nikmati aliran udara yang masuk dan keluar.
o Lakukan berulang hingga Lansia atau caregiver
o Lakukan berulang hingga Lansia atau caregiver
sudah merasa lebih tenang dan merasa nyaman.
sudah merasa lebih tenang dan merasa nyaman. 89
89
89
Teknik relaksasi dengan pernafasan dalam ini bisa dilakukan
sehari-hari, untuk latihan bisa dilakukan dua kali dalam sehari
dan lakukan saat merasa stres.
2) Terapi Autogenik
Terapi autogenik merupakan suatu teknik untuk mengurangi
ketegangan dengan cara memberi sugesti kepada diri sendiri.
a) Persiapan
Terdapat tiga posisi dasar dalam melakukan relaksasi autogenik
yaitu duduk di kursi menyandar di atas kursi, atau berbaring.
Posisi tidur merupakan posisi tubuh terbaik melakukan relaksasi
autogenik:
o Sebaiknya dengan berbaring dilantai berkarpet atau tempat
tidur.
o Kedua tangan disamping tubuh dan telapak tangan
menghadap ke atas dan tungkai lurus sehingga tumit di
permukaan lantai.
o Bantal tipis diletakkan di bawah kepala atau lutut, dan
punggung lurus.
b) Konsentrasi
o Ketika pertama kali melakukan latihan ini, yang akan
dirasakan adalah pikiran menerawang ke hal-hal yang
tampaknya lebih penting.
o Yang dimaksud konsentrasi dalam latihan ini adalah pikiran
hanya disini dan untuk saat ini, terutama dalam keadaan
tubuh saat ini.
90 90
o Jika pada awalnya menemukan pikiran lain yang berusaha
mengalihkan pikiran tersebut, fokuskan kembali pikiran
pada konsentrasi tersebut.
91
91
o Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur
dan tenang sambil katakan “jantungku berdenyut
dengan teratur dan tenang”.
o Ulangi 6 kali.
o Katakan dalam hati “aku merasa damai dan tenang”.
92 92
d) Akhir latihan
Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan
(mengepalkan lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu
buang napas pelan-pelan sambil membuka mata.
93
93
2) Gejala :
a) Lansia sulit masuk ke dalam keadaan tidur dan atau
mempertahankan tidur,
b) Sulit tertidur lagi setelah terbangun,
c) Tidur gelisah.
d) Kadang-kadang menjadi tidak berdaya akibat dari sulit
tidur.
e) Sering terbangun atau periode bangun memanjang dan
perlu waktu lama untuk bisa tidur kembali.
f) Merasa letih dan mudah marah pada keesokan harinya
yang merupakan dampak dari kurang tidur.
3) Tatalaksana:
Pertahankan kebiasaan tidur sehat secara teratur dengan:
g) Relaksasi pada sore hari.
h) Mulai tidur dan bangun pagi pada jam yang sama setiap
hari
i) Bangun pada waktu yang sama di pagi hari walaupun
malam harinya sulit tidur.
j) Hindari tidur siang yang lama (lebih dari 30 menit) karena
hal ini dapat mengganggu tidur malam harinya.
k) Lakukan latihan relaksasi untuk menolong pasien masuk
tidur (dzikir, meditasi).
l) Anjurkan pada pasien untuk menghindari minum kopi pada
sore hari.
m) Konsumsi susu hangat menjelang jam tidur bisa membantu
lansia tidur lebih nyenyak.
n) Melakukan aktifitas/olahraga rutin sesuai dengan
kemampuan.
94 94
o) Menggunakan lampu kecil.
p) Mengurangi kebisingan.
q) Apabila dengan menggunakan cara alami gangguan
tersebut belum berkurang maka konsultasikan pada
petugas kesehatan.
95
95
c) Sedapat mungkin biarkan lansia melakukan komunikasi
melalui telepon secara mandiri, bantuan diberikan hanya bila
diperlukan.
2. Berbelanja
a) Tanyakan mengenai kebutuhan lansia yang ingin dibeli.
b) Tanyakan apakah lansia menginginkan untuk berbelanja
sendiri.
c) Apabila masih memungkinkan maka sedapat mungkin lansia
didampingi untuk berbelanja sendiri sesuai dengan kondisinya
misalnya mobilisasi dengan menggunakan tongkat atau
dengan kursi roda.
d) Perhatikan jarak dari tempat tinggal dengan tempat belanja
serta kondisi fisik lansia.
3. Menyiapkan makanan
a) Buat perencanaan menu bersama lansia sehingga jenis
makanan lebih sesuai dengan selera lansia.
b) Sedapat mungkin melibatkan lansia di dalam proses penyiapan
dan penyajian makanan sesuai dengan kemampuan dan
kondisinya.
4. Mengurus rumah
a) Pada lansia yang kondisi fisiknya masih memungkinkan, dapat
ditanyakan apakah lansia menginginkan terlibat dalam
mengurus rumah.
b) Bila sesuai dengan kondisi fisik dan keinginan lansia, maka
dapat dilibatkan dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang
96 96
ringan seperti mencuci piring, menyiangi sayuran yang akan
dimasak, merapihkan tempat tidur, dan sebagainya.
6. Menggunakan transportasi
a) Pada lansia yang memiliki tingkat ketergantungan sedang
kemungkinan masih dapat menggunakan tongkat atau kursi
roda menuju kendaraan yang telah disediakan untuk
transportasi, sedangkan pada lansia yang tingkat
ketergantungan berat atau total perlu bantuan penuh untuk
menuju kendaraan.
b) Caregiver sedapat mungkin membantu lansia dalam
memutuskan cara yang paling tepat untuk menuju kendaraan
dan melakukan transportasi ke tempat yang diinginkan sesuai
dengan kondisinya.
c) Pastikan lansia selalu didampingi dalam proses perpindahan
ketika naik atau turun kendaraan, sehingga selalu terjamin
keamanan dan kenyamanannya.
97
97
7. Menyiapkan dan meminum obat
a) Sediakan tempat penyimpanan obat-
obatan khusus milik lansia dengan
pemisahan setiap jenis obat. Letakkan di
tempat yang mudah dijangkau oleh lansia.
b) Bantu lansia untuk memilah-milah obat
sesuai dengan waktu meminum obat
setiap harinya, dan beri label tulisan yang
jelas. Dapat digunakan tempat obat yang
sudah memiliki sekat-sekat untuk
memilah obat.
c) Sediakan catatan pemantauan minum obat, sedapat mungkin
ajak lansia secara aktif berperan dalam penyiapan dan
pencatatan meminum obat sesuai dengan kondisinya.
8. Mengatur keuangan
a) Bantu lansia untuk melakukan pengaturan, penggunaan, dan
penyimpanan keuangan.
b) Sediakan buku catatan keuangan dan sedapat mungkin bantu
lansia untuk melakukan pencatatan sendiri sesuai dengan
kondisi fisik dan kemampuannya.
98 98
Tujuan dari pertolongan pertama adalah untuk mengambil langkah
yang diperlukan untuk menyelamatkan hidup lansia. Hal penting yang
perlu diperhatikan oleh caregiver diantaranya:
1) Segera hubungi petugas kesehatan dan ambulan
2) Meminta bantuan orang terdekat atau tetangga
3) Amankan lingkungan sekitar lansia dan hindarkan jalur
pemindahan lansia dari penghalang
4) Selama menunggu bantuan datang, jangan melakukan tindakan
tertentu apabila tidak yakin atau ragu-ragu
5) Menanyakan apa saja yang bisa dilakukan kepada petugas
kesehatan melalui alat bantu komunikasi
INGAT !!!
o Saat melakukan bantuan selalu libatkan orang lain dan minta
bantuan orang lain (anggota keluarga lain atau tetangga untuk
menghubungi petugas kesehatan sembari memberikan bantuan
pada Lansia)
o Simpan nomor darurat dimana semua orang dapat menemukannya
o Simpan kotak pertolongan pertama dan periksa isinya secara teratur
o Pastikan caregiver telah dilatih tentang pertolongan pertama
pada keadaan darurat
o Pemberian penanganan utama merupakan kewenangan petugas
kesehatan
99
99
Beberapa kondisi gawat darurat dan penanganan yang bisa dilakukan
caregiver :
1. Penurunan Kesadaran
Lansia dapat mengalami gangguan kesadaran dan terjadi secara
mendadak yang dapat disebabkan oleh payah jantung, serangan
jantung, infeksi paru-paru, infeksi saluran kemih, gula darah terlalu
rendah atau gula darah terlalu tinggi dan kadar garam terlalu rendah,
dsb. Bila Caregiver mendapati lansia mengalami penurunan
kesadaran/tidak sadarkan diri, sebaiknya lakukan hal berikut:
• Baringkan lansia tanpa alas bantal di kepala
• Naikkan bagian kaki dengan menambahkan ganjalan (bisa dengan
menggunakan bantal atau selimut yang digulung) sehingga posisi
mata kaki lebih tinggi dari dada lansia.
• Pastikan tidak ada sesuatu yang menutupi bagian hidung dan
tenggorokan lansia agar tetap dapat bernafas dan aliran udara
tetap masuk. Bila ada segera bersihkan.
Periksa apakah masih ada nafas dan
denyut jantung dengan meletakkan
tangan di atas dada lansia, dari hidung
terasa ada hembusan angin yang berasal
dari pernafasannya. Bila tidak ada
pernafasan, lakukan pernafasan buatan
dengan meniupkan udara pernafasan kita
ke lansia melalui mulut atau hidung.
100100
luar sebanyak 15 kali, diselingi 2 kali pernafasan buatan sehingga
menghasilkan denyut jantung sekitar 100 x/menit
• Jika lansia muntah maka miringkan badan dan kepala agar tidak
tersedak
101
101
• Sambil melakukan pertolongan, segera panggil orang lain agar
mencari pertolongan petugas kesehatan dan mencari ambulans
untuk bantuan lebih lanjut
• Tunggu hingga bantuan datang dan jangan memberikan makanan
atau minuman selama memberikan bantuan.
2. Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
karena adanya kontak dengan sumber panas misalnya api, terkena
air panas, tersentuh benda panas, akibat sengatan listrik, akibat
bahan kimia, dan sengatan matahari.
Tindakan yang harus diambil saat menangani luka bakar:
• Hentikan sumber pembakaran misalnya matikan
api, cabut arus listrik, dsb.
• Dinginkan area luka bakar atau melepuh selama
2-3 menit di bawah air mengalir atau rendam
dalam air dingin
• Tutup dengan kassa steril atau kain bersih yang
telah dibasahi dengan air
• Panggil bantuan petugas kesehatan atau rujuk ke rumah sakit
102102
3. Patah Tulang
Patah tulang atau tulang yang retak dapat disebabkan oleh tekanan
atau benturan keras yang dapat mengakibatkan terjadinya retakan
atau hingga patah tulang, baik tertutup maupun terbuka. Berikut ini
merupakan tanda-tanda adanya patah tulang:
• Nyeri di tempat luka atau di sekitarnya
• Timbul bengkak atau benjolan
• Timbul memar
• Bentuk anggota tubuh tidak terlihat normal, dibandingkan
dengan anggota badan lain
• Pada patah tulang terbuka, dapat terjadi perdarahan
• Anggota tubuh yang terluka mengalami keterbatasan atau
tidak bisa bergerak
• Mungkin dapat timbul tanda-tanda syok (dada berdebar, bibir
dan mata pucat serta diikuti pingsan)
Jika caregiver mencurigai adanya patah tulang pada lansia,
lakukan langkah sebagai berikut :
• Memanggil anggota keluarga yang lain atau tetangga untuk
segera mencari bantuan petugas kesehatan
• Sementara orang lain sedang menghubungi petugas
kesehatan, caregiver dapat melakukan hal berikut:
o Berikan penyangga dan
cegah gerakan anggota
tubuh yang terluka
o Tutupi luka terbuka (bila
ada) dengan kassa
steril atau kain bersih
103
103
o Pertahankan area yang terluka dalam posisi yang paling
nyaman
o Mencegah pergerakan
anggota tubuh dengan
meletakkan gulungan
selimut atau bantal di
samping anggota
tubuh yang terluka
o Perhatikan apakah ada
tanda-tanda penurunan kesadaran. Lakukan rujukan ke
fasilitas kesehatan terdekat. Sebaiknya didampingi oleh
petugas kesehatan.
4. Perdarahan
a. Perdarahan kecil dan luka yang tidak dalam
• Bersihkan tangan caregiver dengan
sabun dan air, keringkan, gunakan
sarung tangan bila tersedia
• Bersihkan luka dan daerah sekitar
luka dengan air bersih, lalu keringkan
dengan kassa steril sambil ditekan
untuk menghentikan perdarahan
• Oleskan antiseptik, letakkan kassa
steril kering di atas luka.
• Balut luka dengan kassa steril,
gunakan plester
104104
b. Perdarahan Hebat
• Bersihkan tangan dengan sabun
dan air lalu pakai sarung tangan
• Hentikan perdarahan dengan
membebat bagian yang terluka
sambil memberikan tekanan
selama sekitar 10 menit
• Jika perdarahan terjadi pada
anggota badan, baringkan lansia
dan angkat anggota badan yang terluka
• Balut dengan perban di atas kain pembebat, beri tekanan
lebih besar pada luka tetapi tidak terlalu ketat untuk
memungkinkan sirkulasi darah tetap terjadi
• Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat
• Jika terdapat bagian tubuh yang tertusuk benda besar,
JANGAN ambil bendanya. Berikan pengganjal di kanan dan
kiri benda tersebut, balut dengan perban tanpa memberikan
tekanan. Baru lakukan rujukan.
105
105
5. Syok
Syok disebabkan karena kegagalan jantung untuk memompa darah
sehingga aliran darah di dalam tubuh menjadi berkurang. Kondisi ini
dapat terjadi karena pendarahan hebat, kekurangan cairan yang
parah (dehidrasi) dan penyakit misalnya penyakit jantung. Tanda-
tanda syok, adalah sebagai berikut:
• Lansia terlihat pucat
• Kulit dingin dan lembab
• Bernafas cepat dan pendek
• Denyut nadi cepat dan lemah
• Dalam kasus lanjut, lansia bisa menjadi tidak sadar
106106
6. TERSEDAK
Tersedak adalah terjadinya penyumbatan
pada jalan nafas yang menyebabkan
kesulitan bernafas. Pada lansia yang sering
terjadi adalah tersedak saat pemberian
makan karena adanya penurunan
kemampuan menelan.
107
107
Apabila caregiver menemui lansia yang mengalami tersedak,
lakukan:
• Tenangkan lansia, minta untuk atur nafas sambil mengeluarkan
makanan/ minuman yang masuk ke saluran nafas dengan cara
mendehem atau batuk
• Jika tersedak dengan makanan padat yang cukup besar hingga
menyumbat jalan nafas seluruhnya, lakukan langkah “Manuver
Heimlich” sebagai berikut:
o Pertama, caregiver berdiri di belakang lansia. Posisikan
kepalan tangan dengan ibu jari pada perut lansia bagian
atas.
o Kemudian pegang kepalan tangan pertama dengan tangan
kedua.
o Lakukan hentakan pada perut lansia dengan menggunakan
kedua tangan ke arah dalam dan ke atas.
o Ulangi hingga jalan nafas bebas dari sumbatan dan lansia
dapat batuk atau bernafas.
o Jika lansia tidak sadarkan diri, segera cari
bantuan petugas
kesehatan.
1.
2.
3.
108108
I. Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Pemanfaatan Tanaman
Obat Keluarga (TOGA) dan Akupresur
a. Pemanfaatan TOGA
Pada lansia sering ditemui ketidaknyamanan karena adanya
perubahan hormonal dan fungsi tubuh lain. Namun jika keluhan
ringan tersebut belum sampai mengganggu aktivitas sehari hari
dapat diupayakan perawatan melalui asuhan mandiri kesehatan
tradisional. Dalam penatalaksanaan asuhan mandiri kesehatan
tradisional pemanfaatan TOGA dan Akupresur tetap harus
DIDAHULUI dengan KONSULTASI pada tenaga kesehatan agar
tidak terjadi komplikasi atau perburukan kondisi kesehatan.
109
109
MERAMU
• Peralatan yang digunakan untuk membuat ramuan tanaman
obat:
o Periuk/kuali dari tanah liat atau panci dari bahan gelas/kaca,
email atau bahan anti karat (stainless steel)
o Spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan kayu
o Saringan dari bahan kain, plastik, atau nilon
o Pisau stainless steel
• Pembuatan ramuan obat tradisional dari bahan-bahan segar
dilakukan dengan mendidihkan air terlebih dahulu, kemudian
bahan dimasukkan, dan dibiarkan selama 10-15 menit di atas
api kecil dalam keadaan panci tertutup
• Urutan memasukkan bahan tanaman obat dalam merebus,
dahulukan yang keras yaitu batang kayu, kulit dan akar, setelah
itu masukkan bahan yang lebih lunak yaitu umbi, bunga dan
daun
• Jangan menggunakan peralatan dari bahan alumunium,
timah,atau tembaga karena mudah bereaksi dengan tanaman
obat sehingga dapat meracuni dan mengurangi khasiat tanaman
obat tersebut
b. Akupresur
110110
Teknik penekanan: ditekan sebanyak 30 kali hitungan sampai
terasa ngilu dan dilakukan 1-2 kali Sehari
Alat yang digunakan: jari tangan, telapak tangan, siku
Alat bantu lain yang berujung tumpul
Bahan: minyak/pelican
Kontraindikasi
Keadaan yang tidak dapat ditangani dengan akupresur:
• Gawat darurat
• Kasus yang perlu pembedahan
• Penggunaan obat pengencer darah/antikoagulan
• Diketahui ada kelainan pembekuan darah
Keluhan kesehatan ringan yang dapat ditanggulangi dengan
asuhan mandiri kesehatan tradisional pemanfaatan TOGA dan
Akupresur antara lain:
1) Susah Tidur
Untuk mengatasi sakit kepala dapat diberikan ramuan tradisional
sebagai berikut:
111
111
Bahan ramuan :
Biji pala 1/5 bagian
Madu 1 sendok makan
Air panas 1 cangkir
Cara Pembuatan :
1/5 bagian biji pala ditumbuk halus. Seduh dengan 1 cangkir air
hangat dan madu 1 sendok makan.
Cara Pemakaian :
Diminum 1-2 kali sehari dalam keadaaan hangat.
Akupresur :
Akupresur untuk mengatasi susah tidur dapat dilakukan dengan
pemijatan pada lokasi:
112112
Di punggung tangan pada
tonjolan tertinggi ketika ibu jari
dan telunjuk dirapatkan
2) Sakit Kepala
Untuk mengatasi sakit kepala dapat diberikan ramuan tradisional
sebagai berikut:
Bahan ramuan:
Bawang putih 1 ruas ibu jari
Pegagan 1 jumput
Air 1 ½ gelas
Cara pembuatan :
Bawang putih dimemarkan, campurkan semua bahan kemudian
direbus dalam air mendidih selama 10-15 menit dengan api kecil.
113
113
Cara pemakaian :
Ramuan diminum 3 kali sehari, masing-masing 1/3 gelas.
Perhatian :
Hindari takaran yang berlebih. Tidak diperkenankan bagi yang
sedang mengkonsumsi obat pengencer darah, ibu hamil, dan
yang sensitif terhadap bawang putih.
Akupresur :
Akupresur untuk mengatasi sakit kepala dapat dilakukan dengan
pemijatan pada lokasi:
Di puncak bahu,
pertengahan antara
tengkuk dan pangkal
lengan
114114
Di punggung tangan pada
tonjolan tertinggi ketika ibu
jari dan telunjuk dirapatkan
Bahan ramuan :
Daun landep ½ genggam
Kapur sirih ½ genggam
Air matang 2 sendok makan
115
115
Cara Pembuatan :
Daun landep dari jenis berbunga kuning ditumbuk halus dengan
kapur sirih, tambahkan air dan aduk sampai rata.
Cara Pemakaian :
Dilumurkan di bagian yang sakit 2 kali sehari.
Perhatian :
Hindari pemakaian pada kulit yang peka.
Akupresur
Akupresur untuk mengatasi kram otot tungkai dapat dilakukan
dengan pemijatan pada lokasi:
Di lekukan bagian
bawah otot betis.
116116
4) Nyeri Pinggang
Nyeri pinggang adalah adalah kondisi yang ditandai dengan
ketengangan pada otot pinggang disertai rasa nyeri. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan penanganan tradisional
sederhana di rumah diantaranya:
Bahan ramuan:
Jahe merah 1 jempol
Sereh 2 batang
Gula merah 1 sendok makan
Garam seujung sendok teh
Air 2 gelas
Cara pembuatan :
Jahe dibakar dan memarkan, masukkan bersama sereh dalam air
mendidih. Tunggu 10 menit tambahkan gula merah serut dan garam,
aduk-aduk dan dinginkan
Cara pemakaian:
Minum 2 kali sehari
117
117
Akupresur
118118
BAB III
MERUJUK LANSIA KE FASILITAS KESEHATAN
119
119
Saat merujuk, caregiver memastikan semua perlengkapan yang
diperlukan sudah disiapkan, diantaranya :
• Kartu identitas Lansia
• Kartu Jaminan Kesehatan
• Buku Kesehatan Lansia
• Buku catatan kesehatan lain apabila ada
120120
Catatan:
Apabila kegawatan terjadi pada malam hari, caregiver dapat
melakukan pertolongan pertama dan langsung merujuk pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama 24 jam atau langsung ke
fasilitas kesehatan rujukan terdekat.
121
121
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
122122
Selain itu tujuan dari kegiatan pencatatan adalah untuk
mendapatkan data-data Lansia yang diperlukan oleh pendamping jika
dibutuhkan pada waktu konsultasi dengan tenaga kesehatan.
Komponen yang perlu dicatat meliputi:
1. Identitas lansia
2. Riwayat kesehatan lansia
3. Keadaan kesehatan dan keluhan lansia
4. Catatan perkembangan kesehatan lansia
5. Pemantauan penggunaan obat
6. Rencana kunjungan Lansia ke dokter/fasilitas pelayanan kesehatan
atau sebaliknya
7. Mengumpulkan informasi: informasi kontak dokter lain, Kartu BPJS
Jika Lansia sudah memiliki Buku Kesehatan Lanjut Usia, data-
data hasil pelayanan yang didapatkan oleh Lansia dapat dicatat
seluruhnya di Buku tersebut. Buku kesehatan lansia merupakan alat
untuk pencatatan dalam rangka memantau dan mendeteksi secara dini
adanya gangguan atau masalah kesehatan pada pra lansia/lansia
sekaligus media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi pra
lansia/lansia, pengasuh, keluarga maupun masyarakat mengenai
kesehatan pra lansia/lansia.
Pada bagian-bagian tertentu dari Buku Kesehatan Lansia
disamping diisi oleh petugas kesehatan, ada pula yang harus diisi oleh
lansia/keluarga lansia/kader atau caregiver sebagai pendamping lansia.
Buku Kesehatan Lansia yang berisi catatan tentang keadaan lansia
tersebut harus dibawa serta ketika lansia akan berkunjung ke fasilitas
kesehatan untuk konsultasi dengan petugas kesehatan maupun untuk
memeriksakan kesehatannya.
123
123
Bagian Buku Kesehatan Lansia yang harus diisi oleh
Lansia/Keluarga/Kader atau caregiver adalah pada Bab 1, Bab 3,
dan Bab 5.
124124
125
125
Penggunaan buku kesehatan lansia secara benar diharapkan
akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pra
Lansia/Lansia karena melalui buku tersebut dapat diperoleh informasi
data kesehatan Pra Lansia/Lansia. Buku Kesehatan Lansia juga berisi
tentang program gizi, Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Kesehatan
Jiwa dan Intelegensia, Kesehatan Haji serta Kesehatan Olah Raga
sehingga diharapkan dapat menjadi alat deteksi masalah kesehatan
pada lansia. Buku ini disimpan dan dipelajari oleh Lansia bersama
caregiver dan selalu dibawa ke Pelayanan Kesehatan saat melakukan
pemeriksaan.
Selain itu untuk lansia yang berada di panti juga memiliki
pencatatan dan pelaporan yang tujuannya memantau status kesehatan
dan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Namun dengan
adanya Buku Kesehatan Lansia, diharapkan dapat digunakan secara
nasional oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan maupun panti
sebagai media untuk mencatat hasil pelayanan yang diberikan kepada
Lansia.
Petugas kesehatan membimbing caregiver dalam membuat
pencatatan dan memantau catatan yang dibuat oleh caregiver serta
mengambil informasi yang diperlukan untuk pelaporan.
Bagi lansia yang belum memiliki Buku Kesehatan Lansia, petugas
kesehatan dapat membuatkan lembar pencatatan yang mengacu
kepada buku tersebut, sehingga data yang dicatat di lembar pencatatan
tersebut dapat digunakan untuk memantau perkembangan kesehatan
lansia.
126126
BAB V
PENUTUP
127
127
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 a: FORMAT PENILAIAN
AKTIVITAS KEGIATAN SEHARI-HARI (AKS)
2 Mandiri
Makan minum (jika 0 Tidak mampu
makanan harus
berupa potongan, 1 Perlu ditolong memotong
dianggap dibantu) makanan
2 Mandiri
Bergerak dari kursi 0 Tidak mampu
roda ke tempat tidur
dan sebaliknya 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
(termasuk duduk di duduk (2 orang)
tempat tidur)
2 Mandiri
3 Mandiri
128128
Berpakaian (termasuk 0 Tergantung orang lain
memasang tali
sepatu, 1 Sebagian dibantu
mengencangkan
sabuk) 2 Mandi
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Hasil tingkat kemandirian dapat dilihat dari skor yang diperoleh sbb:
Skor Modifikasi:
20 : Mandiiri (A)
12 – 19 : Ketergantungan Ringan (B)
9 – 11 : Ketergantungan Sedang (B)
5–8 : Ketergantungan Berat ( C)
0–4 : Ketergantungan Total ( C )
129
129
LAMPIRAN 1b: FORMAT PENILAIAN AKTIVITAS INSTRUMENTAL
KEGIATAN SEHARI-HARI (AIKS)
Skor Hasil
Dapat menggunakan telepon
Mengoperasikan telepon sendiri dan mencari dan menghubungi 1
nomor
Menghubungi beberapa nomor yang diketahui 1
Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi 1
Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali 0
Mampu pergi ke suatu tempat
Berpergian sendiri menggunakan kendaraan umum atau menyetir 1
sendiri
Mengatur perjalanan sendiri 1
Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada yang menyertai 0
Tidak melakukan perjalanan sama sekali 0
Dapat berbelanja
Mengatur semua kebutuhan belanja sendiri 1
Perlu bantuan untuk mengantar belanja 0
Sama sekali tidak mampu belanja 0
Dapat menyiapkan makanan
Merencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan makanan 1
Menyiapkan makanan jika sudah tersedia bahan makanan 0
Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang cukup 0
Perlu disiapkan dan dilayani 0
Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang 1
Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan tempat tidur, 1
mencuci piring)
Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hari 1
Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah 0
Dapat mencuci pakaian
Mencuci semua pakaian sendiri 1
Mencuci pakaian yang kecil 1
Semua pakaian dicuci oleh orang lain 0
Dapat mengatur obat - obatan
Meminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa bantuan 1
Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
Dapat mengatur keuangan
Mengatur masalah finansial (tagihan, pergi ke bank) 1
Mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi perlu bantuan untuk ke bank 1
untuk transaksi penting
Tidak mampu mengambil keputusan finansial atau memegang uang 0
Total
130130
Skoring AIKS/IADL
Dikerjakan oleh orang lain 0
Perlu bantuan sepanjang waktu 1
Perlu bantuan sesekali 2
Independen/mandiri 3-8
131
131
Lampiran 2. Contoh Check list kegiatan Lansia di rumah dan
di Panti
Nama :
Usia :
05.30 Membantu
Lansia mandi
pagi
06.00 Menemani
Lansia berolah
raga
07.00 Sarapan
bersama
Lansia
…. ….
…. ….
132132
DAFTAR RUJUKAN
133
133
12. Narimah Awin et. al, 2007. Caregiver Training Manual: Basic Care
of People with Disabitilies in Institution and at Home, Ministry of
Health Malaysia: Malaysia
13. Nelwan et. al, 2018. Panduan HidupSehat Bagi Lansia dan
Pendamping Menuju Lansia Sehat, Aktif dan Produktif, UNPAD:
Jawa Barat
14. Nelwan et. al, 2018. Panduan Pelayanan Lansia Sehat Bagi Tenaga
Kesehatan Layanan Primer Menuju Lansia Sehat, Aktif dan
Produktif, UNPAD: Jawa Barat
15. Siti Setiati et. al. 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan
untuk Pengasuh Orang Usia Lanjut, Pusat Informasi dan
Penerbitan Universitas Indonesia: Jakarta
16. Tri Budi W Rahardjo dan Erni Herawati Purnamaningsih, 2014.
Penggunaan Jamu Dalam Aromaterapi Untuk Mendukung
Kecantikan Holistik dalam The Power of Jamu
17. Visiting Nurse Associations of America, 1998. Caregiver’s
Handbook, DK Publishing Book: New York
134134
KONTRIBUTOR
TIM PENYUSUN
Dr. Kirana Pritasari, MQIH (Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat), dr. Eni Gustina,
MPH (Direktur Kesehatan Keluarga); Nurlina Supartini, S.Kp, MPH (Subdit Kesehatan
Lanjut Usia); Dr. dr. C Heriawan Soejono (RSCM FKUI ), dr Wanarani Alwin Sp.KFR –K
(FK UI), Dr.dr.Martina Wiwie SpKJ(K) (FKUI RSCM), Prof. Tri Budi W Rahardjo (CeFAS
URINDO), dr. Dyah Elvyenningsih, SpKK (KSDGI), Shintha Silaswati, SKp, MSc
(PPNI), dr Wira Hartiti, M.Epid (Subdit Kesehatan Lanjut Usia) ; Wahyuni Khaulah,
SKM, M.Kes (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), drg. Made Muryani T, MA (Pusrengun
BPPSDMK), drg. Noor Setyawati,MM (Dit P2MKJN), Dhito Pemi Aprianto, S, Kep (Dit
Kesjaor), Evasari Ginting, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi), Herwijati Anita, MP
(Kemensos RI), drg Wahyu P Wulan (PADK), dr. Muh. Danial Umar, SpKJ, M.Kes (Dit.
P2MKJN), dr Tuti Asnawi (PADK), dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK (K)
(FKUI RSCM), dr. Lily Indriani Octovia, MT,M.Gizi. Sp.GK (FKUI RSCM), Ummi Malikal,
Ns. S.Kep (STW Ria Pembangunan), Roma Tao Toba, MR (PPNI), Sri Nurhayati, SKM
(Dit. Gizi Masyarakat), dr. SavaartHutagalung, MARS (Subdit Kesehatan Lanjut Usia);
Elmy Ridang Turhayati, SKM, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia); dr Farsely
Mranani, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia); dr. Florentine Marthatilova (Subdit
Kesehatan Lanjut Usia); Ingrat Padmosari, SKM, M.Epid (Subdit Kesehatan Lanjut
Usia); Yunita Safitri, S.Kep, MKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), M.Yusron Fejri (Dit.
P2PTM), R Danu Ramadityo ( Dit Promkes dan PM), Evi Firna (Dit. Gizi Masyarakat),
Cempaka (Dit. Yankestrad), Hemiliana Dwi Putri (BKKBN), Nasriah (Dit. Yankestrad),
Fitri Astuti (Dit. Yankestrad), dr Ika Fitriana (Pergemi RSCM), Diah Wati (Dit. Kesling),
Henny Fatmawati, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi); Sandatina Arumm (Dit.
Yankes Primer), D Ajeng KW (ASDI), Fitri Hudayani (ASDI), Renold Jimmy
(Kemensos), Wandasari S (Kemensos), dr. Edwinaditya Sekar Putri (PKC Senen),
Kusniarti (PKC Senen), Memey (PKC Senen ), Emmy Sjafriana (PKC Senen ), Nabila
Salsabila, SKM (Subdit Kesehatan Reproduksi), Dhini Agustin,M.Kesos (CAS UI),
Yuanita Rizky (Dit. Yankes Primer), Mina Febriani (Dit. Yankes Primer), Dewi Rani
(Kemensos), Eva Rini Ruslina (Dit. Gizi Masyarakat), Evi Fatimah (Dit. Gizi
Masyarakat), Nani H Widodo (Dit. Yankes Rujukan), Dwi D (Dit. Yankes Rujukan),
dr.Tantri Lestina (PKM Cilandak), Arie Meutia Nada, SKM (Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta), Yolmisatri (Dit. P2PTM), Enita Romasi (PKC Cilandak), dr Erna Lyana
(PKC Grogol), Nasriah Damayanthie (Dit. Yankestrad), Widati (BKKBN) Maryati
(Caregiver), Emmy S (Kader)
TIM SEKRETARIAT
Midyawati Ahmad, SKM (Subdit Kesehatan Lanjut Usia), Abdul Muiz Soeharto,
S.Kom (Subdit Kesehatan Lanjut Usia).
135
135
136
136
618.97
Ind
P
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA
DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
JL. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA
Jakarta 12950 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
www.kemkes.go.id 2019