Anda di halaman 1dari 26

PEMANFAATAN DAUN SIRIH (Piper betle L.

) SEBAGAI CARA
TRADISIONAL UNTUK MEREDAKAN EPISTAKSIS

Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas peserta didik pada
MAN Insan Cendekia Sambas

Disusun Oleh:

Hesti

NIS : 131161010002180197

KEMENTERIAN AGAMA

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) INSAN CENDEKIA SAMBAS

Jl. Panglima Daud Desa Rambi, Kecamatan Sambas

Kabupaten Sambas

2019
KARYA TULIS ILMIAH

PEMANFAATAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI CARA


TRADISIONAL UNTUK MEREDAKAN EPISTAKSIS

Disusun oleh :

Hesti

NIS : 131161010002180197

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan dipertahankan di depan tim penguji
pada tanggal 17 Desember 2019.

Susunan Dewan Penguji :

Pembimbing,

Dian Puspitasari, S.Pd

NIP : 198500819 200901 2 006

Penguji I Penguji II

Desy, M.Pd Iswatun Hasanah, S.Pd

NIP : - NIP : 19850223 200912 2 002

Mengesahkan,

Kepala MAN Insan Cendekia Sambas,

Mursidin, S.Ag., M.Ag

NIP : 1975100 200003 1 001

ii
LEMBAR PERNYATAAN

ORSINALITAS KARYA TULIS ILMIAH

Saya yang beranda tangan di bawah ini :

Nama : Hesti

NIS/NISN : 131161010002180197/003603592

Tempat / Tanggal Lahir : Sendoyan, 15 Januari 2003

Jenis Kelamin : Perempuan

Jurusan : Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah


Karya Tulis Ilmiah hasil penelitian saya dan sepanjang pengetahuan saya
tidak terdapat karya/pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain
kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Mengetahui, Sambas, 6 November 2019

Pembimbing, Yang membuat pernyataan,

Dian Puspitasari, S.Pd Hesti

NIP : 198500819 200901 2 006 NIS : 131161010002180197

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah rahmat, hidayah, kasih, dan sayang-Nya
sehingga kami dapat menyusun karya tulis ini dengan lancar, tanpa suatu
rintangan berarti. Karya ilmiah ini menyajikan data dari hasil pengamatan penulis
mengenai pemanfaatan daun sirih (Piper betle L.) untuk meredakan epistaksis.
Selain untuk memenuhi tugas akhir dari MAN INSAN CENDEKIA SAMBAS.

Selama melakukan penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan
segenap kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih,
terutama kepada :

1. Mursidin, S.Ag., M.Ag, selaku kepala Madrasah yang telah mengizinkan


mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah.
2. Dian Puspitasari, S.Pd selaku guru pembimbing yang telah memberikan
bimbingan sehingga penulisan ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman di MAN Insan Cendekia atas dorongan semangatnya.
Semoga kebaikan tersebut dicatat sebagai amal shalih dan mendapat balasan yang
lebih besar dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan.


Untuk itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya karya ilmiah ini maupun untuk karya-karya ilmiah berikutnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan secara
umum maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sambas, 23 Agustus 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Pembatasan Masalah .............................................................................. 3

1.3 Rumusan Masalah.................................................................................. 3

1.4 Tujuan ................................................................................................... 3

1.5 Manfaat ................................................................................................. 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 5

2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 5

2.1.1 Pemanfaatan ......................................................................................... 5

2.1.2 Daun Sirih (Piper betle L.) ................................................................... 5

2.1.3 Tradisional ........................................................................................... 8

2.1.4 Epistaksis ............................................. Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ....................... Error! Bookmark not defined.

3.1 Metode Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.

3.2 Data dan Sumber Data ................................ Error! Bookmark not defined.

3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 13

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 13

v
4.2 Pembahasan......................................................................................................14

BAB V SIMPULAN .......................................................................................... 17

Simpulan ........................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epistaksis atau yang sering disebut mimisan yaitu suatu kondisi dimana
terjadi perdarahan pada hidung adalah kondisi umum yang terjadi akibat cedera,
alergi, atau kadar trombosit seseorang yang sedang menurun. Mimisan juga dapat
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah dalam hidung. Kerusakan pembuluh
darah hidung ini bisa dipicu oleh berbagai hal, mulai dari mengorek upil terlalu
keras, cedera hidung, kelembapan hidung yang kurang, hingga adanya masalah
kesehatan tertentu, seperti polip hidung atau gangguan pembekuan darah. Kondisi
ini dapat terjadi pada siapa pun dan bisa terjadi tiba-tiba, sehingga penting untuk
mengetahui langkah awal penanganannya sebagai pertolongan pertama.

Epistaksis dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara tiba – tiba


sehingga penanganan epistaksis ini penting untuk diketahui. Masih banyak
masyarakat yang kurang memahami tentang penanganan terhadap epistaksis ini.
Terdapat tiga prinsip utama dalam menangani epistaksis yaitu menghentikan
pendarahan, mencegah komplikasi epistaksis, mencegah berulangnya epistaksis
dan memastikan bahwa hemodinamiknya baik.

Pemberian obat adalah salah satu cara untuk menghentikan perdarahan pada
epistaksis setelah melakukan pertolongan pertama. Obat yang digunakan dalam
farmakoterapi untuk mempercepat pembekuan darah (hemostatik) adalah
epinefrin sebagai vasokonstriktor, atau asam traneksamat sebagai bahan
antifibrinolitik. Obat hemostatik tersebut memiliki beberapa kelemahan, yaitu
epinefrin dapat mempengaruhi sirkulasi sistemik, sementara asam traneksamat
dapat menyebabkan kejadian vaskular oklusi (infark myocardial, stroke, emboli
paru, deep vein thrombosis). Epinefrin ini bekerja pada reseptor adrenergik untuk
2

menimbulkan efek vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit dengan cara


mengurangi ukuran kapiler darah sehingga suplai darah terbatas dan akibatnya
akan mengurangi perdarahan.

Obat tradisional merupakan pengobatan alternatif untuk menghentikan


perdarahan pada epistaksis selain obat hemostatik. Penggunaan bahan alam
sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita
sejak berabad-abad yang lalu, sebelum obat modern ditemukan dan dipasarkan.
Salah satu tanaman herbal di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional yaitu daun sirih (Piper betle L.). Daun sirih efektif menyembuhkan
sejumlah penyakit karena mengandung banyak senyawa aktif yang baik untuk
kesehatan tubuh. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari
betlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetolm estragol, eugenol,
dan karvakrol. Secara farmakologi daun sirih memiliki sifat styptic (menahan
perdarahan), stomachic (obat saluran pencernaan), vulnerary (menyembuhkan
luka kulit), astringen, diuretik, dan anti peradangan.

Daun sirih memiliki banyak manfaat untuk kesehatan salah satunya


dipercaya secara tradisional dapat menghentikan perdarahan pada mimisan.
Penggunaan daun sirih (Piper betle L.) sebagai cara tradisional untuk
menghentikan perdarahan pada mimisan telah digunakan sejak lama. Cara yang
satu ini telah dianggap ampuh dalam menghentikan pendarahan ketika mimisan
terjadi. Telah banyak penelitian yang membuktikan khasiat dan manfaat daun
sirih. Salah satu khasiat yang terkandung dari daun sirih adalah menyembuhkan
luka dengan cepat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa perlu untuk melakukan


penelitian mengenai kandungan yang terdapat di dalam daun sirih (Piper betle L.)
dan mekanisme yang terjadi sehingga dapat meredakan perdarahan pada epistaksis
(mimisan) dan cara penggunaannya.
3

1.2 Pembatasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya berfokus pada
mekanisme daun sirih (Piper betle L.) dalam meredakan perdarahan pada
epistaksis (mimisan) serta kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang
berperan dalam proses tersebut dan cara penggunaannya.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa saja kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang berperan
untuk meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan)?
2. Bagaimana mekanisme daun sirih (Piper betle L.) dalam meredakan
perdarahan pada epistaksis (mimisan)?
3. Bagaiman cara penggunaan daun sirih (Piper betle L.) untuk meredakan
perdarahan pada epistaksis (mimisan)?

1.4 Tujuan

1. Untuk mengetahui kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang
berperan untuk meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan).
2. Untuk mendeskripsikan mekanisme daun sirih (Piper betle L.) dalam
meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan).
3. Untuk mendeskripsikan cara pemakaian daun sirih (Piper betle L.) untuk
meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan).

1.5 Manfaat

1. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis tentang pengetahuan bahan alam


yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak pemerintah
khususnya Dinas Kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang
pentingnya pengetahuan tentang cara memanfaatkan bahan alam sebagai
alternatif dalam mengobati suatu penyakit.
4

3. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan


bahan alam sebagai obat tradisional.
4. Sebagai referensi bagi semua pihak yang ingin melaksanakan penelitian
tentang pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional.
5. Untuk menambah wawasan tentang mekanisme dan cara penggunaan daun
sirih (Piper betle L.) dalam meredakan perdarahan pada epistaksis
(mimisan).
5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemanfaatan

Pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti guna atau bisa
di diartikan berfaedah. Pemanfaatan memiliki makna proses, cara atau
perbuatan memanfaatkan (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 2002).

Istilah pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti faedah,
yang mendapat imbuhan pe-an yang berarti proses atau perbuatan
memanfaatkan (Poerwadarminto, 2002).

Pengertian pemanfaatan dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan untuk


mengolah bahan alam agar dapat digunakan sebagai obat tradisional.

2.1.2 Daun Sirih (Piper betle L.)

Gambar 1. Daun Sirih


6

1. Klasifikasi Sirih

Kingdom: Plantae

Division: Magnoliophyta

Class: Magnoliopsida

Ordo: Piperales

Family: Piperaceae

Genus: Piper

Species: Piper betle Linn

(Inayatullah, 2012)

2. Deskripsi Tanaman Sirih

Sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak


dimanfaatkan untuk pengobatan. Tumbuhan ini merupakan famili
Peperaceae, tumbuh merambat dan menjalar dengan tinggi mencapai 5-
15 m tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Bagian dari
tumbuhan sirih (Pipper betle L.) seperti akar, biji, dan daun berpotensi
untuk pengobatan, tetapi yang paling sering dimanfaatkan adalah
bagian daun (Wulan Noventi & Novita Carolia, 2016).

Batang sirih berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat,


berkerut, dan beruas yang merupakan tempat keluarnya akar. Morfologi
daun sirih berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-
seling, bertangkai, teksturnya agak kasar jika diraba, dan mengeluarkan
bau khas aromatis jika diremas.Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-
10 cm. Sirih memiliki bunga majemuk yang berbentuk bulir dan
7

merunduk. Bunga sirih dilindungi oleh daun pelindung yang berbentuk


bulat panjang dengan diameter 1 mm. Buah terletak tersembunyi atau
buni, berbentuk bulat, berdaging dan berwarna kuning kehijauan hingga
hijau keabu-abuan. Tanaman sirih memiliki akar tunggang yang
bentuknya bulat dan berwarna cokelat kekuningan (Koensoemardiyah,
2010). Daun berwarna hijau, permukaan atas rata, licin agak mengkilat,
tulang daun agak tenggelam permukaan bawah agak kasar, kusam,
tulang daun menonjol, bau aromatiknya khas dan rasanya pedas. Batang
tanaman berbentuk bulat dan lunak berwarna hijau agak kecoklatan dan
permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut (Inayatullah, 2012).
Tanaman sirih merupakan tanaman yang perdu, merambat, batang
berkayu, berbuku bukudan bersalur (Kharisma et al., 2010). Daun sirih
mempunyai bau aromatik khas dan rasa pedas. Daun sirih merupakan
daun tunggal. Tangkai daun bulat, warna coklat kehijauan panjang 1,5–
8 cm (Kristio, 2007).

Secara empiris daun sirih digunakan sebagai antiseptik seperti


gatal-gatal, kutu air, luka, menghilangkan bau kaki, dan mengobati
keputihan. Pemanfaatan sirih sebagai antiseptik untuk menyembuhkan
kaki yang luka, terutama dari kandungan styptic sirih yang mampu
menahan pendarahan dan vulnerary (Rinaldi, 2019).

3. Kandungan dan Manfaat Daun Sirih

Daun sirih memiliki berbagai kandungan zat seperti minyak atsiri,


karoren, asam nikotinat, riboflavin, dan tiamin. Selain itu, masih ada
vitamin C, tannin, asam amino, pati, diatase, gula, zat samak, dan kavikol.
Kandungan-kandungan ini bermanfaat bagi kesehatan, yaitu:

 Mematikan kuman
 Menghilangkan bau badan
 Meredakan nyeri
 Menahan perdarahan
8

 Membantu menyembuhkan luka pada kulit


 Mengatasi gangguan pencernaan
 Meningkatkan nafsu makan
 Menjaga kesehatan rongga mulut
 Membantu mengeluarkan dahak
 Mengatasi gangguan pernapasan.

Ekstrak daun sirih mengandung sejumlah besar senyawa aktif seperti


fenol, alkaloid, steroid, tannin, dan saponin (Chakraborty dan Shah, 2011).
Kemampuan daun sirih untuk menghentikan perdarahan karena adanya
tannin (Bele, 2010). Saponin juga membantu dalam proses penyembuhan
luka (Harborne, 2006).

2.1.3 Tradisional

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisional adalah sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun-temurun.

Kata “tradisi” berasal dari bahasa Latin, yaitu tradition yang berarti
‘diteruskan’ atau ‘kebiasaan’. Dalam pengertian yang paling sederhana adalah
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan
suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya
informasi yang diteruskan dari generasi baik tertulis maupun lisan. Tanpa
adanya hal itu, suatu tradisi akan punah (Anton & Marwati, 2015).

Penggunaan istilah tradisional, seringkali dihubungkan dengan pengertian


kebiasaan, adat istiadat yang berlaku secara turun temurun. Istilah tradisi
seringkali pula dilawankan dengan pengertian modern yang berarti baru.
Tradisional dimaksudkan sebagai suatu kepercayaan, anggapan-anggapan dan
tingkah laku yang diteruskan sejak zaman dahulu, melalui satu generasi kepada
generasi berikutnya (Agus, A, 2016).
9

2.1.4 Epistaksis

Epistaksis atau yang lebih dikenal dengan mimisan merupakan sebuah


keadaan perdarahan di hidung. Epistaksis sering ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari dan biasanya pada anak dan dewasa muda bukan merupakan
keadaan serius yang dapat mengancam nyawa. Akan tetapi, epistaksis pada
anak sering kali menimbulkan keresahan pada orang tua. (Middleton, 2004;
Quoc, 2017).

Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung atau
nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit
lain yang kebanyakan ringan dan dapat berhenti sendiri. Walaupun jarang,
epistaksis yang berat merupakan masalah kegawatdaruratan yang dapat
berakibat fatal bila tidak segera ditangani (Mangunkusumo & Wardhani,
2007).

Epistaksis pertama kali disebut pada tahun 1867. Tahun 1901, Mc Kenzie
memulai pemakaian adrenalin untuk menghentikan perdarahan, sedangkan
operasi pertama kali dilakukan dalam penanganan epistaksis pada abad ke 19
untuk menghentikan perdarahan dari posterior. Epistaksis merupakan kasus
gawat darurat yang paling banyak ditemukan di Bagian Telinga Hidung dan
Tenggorok (THT). Diperkirakan setidaknya dalam satu episode epistaksis
terjadi pada lebih dari setengah populasi di dunia. Dari kasus gawat darurat
THT, 15% adalah epistaksis.

Epistaksis pada semua usia dapat disebabkan oleh faktor lokal atau
sistemik. Epistaksis idiopatik didefinisikan apabila perdarahan dari hidung
yang tidak terdeteksi penyebabnya. Epistaksis dapat merupakan tanda dari
suatu penyakit. Dalam penatalaksanan epistaksis tidak boleh dilupakan
kemungkinan gangguan pendarahan sehingga diberikan penggantian dengan
plasma atau faktor yang mengalami defisiensi. Peranan pemeriksaan gangguan
10

pembekuan menjadi suatu hal rutinitas dalam penatalaksanaan epistaksis


masih belum jelas. Mortalitas dan morbiditas pada epistaksis dapat meninggi
pada anak - anak, usia tua dan epistaksis dengan penyakit sistemik. Terdapat
berbagai macam tindakan dalam penatalaksnaan epistaksis seperti penekanan
lokal dengan tangan, tampon anterior dan posterior hidung, kauter dengan
bahan kimia atau elektrik, embolisasi, dan ligasi pembuluh darah.
Penatalaksanaan dilakukan dengan memerhatikan gejala dan etiologinya
(Marbun, M, 2017).

Epistaksis ini terbagi menjadi dua kategori berdasarkan sumber


pendarahannya, yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Epistaksis
anterior merupakan pendarahan di bagian hidung depan yang disebabkan oleh
kumpulan arteri yang membentuk sebuah anyaman yang dikenal sebagai
pleksus kiesselbach ( Little’s area ) atau dari ethmoidalis anterior. Sedangkan
epistaksis posterior merupakan pendarahan di bagian belakang hidung yang
disebabkan oleh arteri ethmoidalis posterior (Delovina, 2018).

Ada beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya epistaksis ini.


Diantaranya adalah tidak mengorek lubang hidung secara berlebihan,tidak
membuang lender hidung terlalu keras, tidak melakukan aktivitas fisik yang
berlebihan dan tidak berpanas-panasan.
11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode literatur yang berdasarkan


jurnal-jurnal dan sumber kajian teori yang relevan dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Data yang akan disajikan nantinya bersifat diskriftif.
Deskripsi dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan mekanisme dan cara
penggunaan daun sirih (Piper betle L.) dalam meredakan perdarahan pada
epistaksis (mimisan), serta kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang
berperan dalam proses tersebut.

3.2 Data dan Sumber Data

Menurut H. J. Sriyanto (2012:12) data ialah sebuah keterangan atau


informasi tentang objek penelitian. Data yang digunakan dari penelitian ini
diperoleh dari jurnal-jurnal penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya.

Menurut Sutopo (2006:56-57), sumber data adalah tempat data diperoleh


dengan menggunakan metode tertentu baik berupa manusia, artefak, ataupun
dokumen-dokumen. Data yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari
website yang relevan di internet.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk melakukan penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan


data sebagai berikut :

1. Penulis akan mengumpulkan data yang relevan berhubungan dengan


mekanisme dan cara penggunaan daun sirih (Piper betle L.) untuk meredakan
perdarahan pada epistaksis (mimisan) dari internet.
12

2. Penulis akan menganalisis data mengenai mekanisme dan cara penggunaan


daun sirih (Piper betle L.) untuk meredakan perdarahan pada epistaksis
(mimisan) yang diperoleh dari internet.
3. Penulis akan mencatat data yang diperlukan untuk melakukan penelitian
mengenai mekanisme dan cara penggunaan daun sirih (Piper betle L.) untuk
meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan) yang diperoleh dari internet.
4. Penulis akan mendeskripsikan mekanisme dan cara penggunaan daun sirih
(Piper betle L.) untuk meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan) dalam
penelitian ini.
13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari penilitian melalui analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut :

1. Di dalam daun sirih (Piper betle L.) terdapat kandungan tanin,


antrakuinon, flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin, glikosida, gula, dan
phlobatannin (Kumari dan Nirmala, 2015).
2. Senyawa utama yang berperan dalam proses pembekuan darah adalah
tannin dan flavonoid (Rahayuet al., 2011).
3. Tannin merupakan senyawa kimia yang kompleks, terdiri dari beberapa
polifenol, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan hampir setiap bagian
dari tumbuhan, seperti daun, batang, akar, buah, dan biji (Khanbabaee &
Teunis, 2001).
4. Tannin bersifat astringen yang memiliki kemampuan untuk membentuk
kompleks dengan makromolekul, terutama protein. Kemampuan tersebut
dapat mempercepat proses pembekuan darah (Hassanpouret al., 2011).
5. Dalam tumbuhan, flavonoid umumnya merupakan pigmen-pigmen yang
tersebar luas dalam bentuk senyawa glikon dan aglikon dan dapat
menghambat perdarahan (Narayana et al., 2001).
6. Mekanisme lain dari flavonoid dalam penghentian perdarahan adalah
dengan mekanisme vasokonstriksi (Dougnonet al., 2012).
7. Daun sirih (Piper betle L.) juga mengandung saponin yang berfungsi
untuk membantu penyembuhan luka.
14

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang berperan
untuk meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan)
Tanaman sirih (Piper betle Linn.) sejak zaman dahulu diketahui
memiliki berbagai khasiat obat untuk berbagai jenis penyakit salah
satunya untuk mempercepat penyembuhan luka (Moeljanto, 2003).
Daun sirih (Piper betle L.) mengandung senyawa seperti saponin,
tanin dan flavonoid. Kandungan tanin berfungsi sebagai astringen,
menghentikan pendarahan, mempercepat penyembuhan luka dan
inflamasi membran mukosa, serta regenerasi jaringan baru. Saponin
berpotensi membantu penyembuhan luka dengan membentuk kolagen
pertama yang mempunyai peran dalam proses penyembuhan luka.
Sedangkan Flavonoid memiliki kandungan yang antioksidan yang
berfungsi sebagai antimikroba, dan antiinflamasi pada luka bakar
(Kusuma & Ratnawati, 2016).

4.2.2 Mekanisme daun sirih (Piper betle L.) dalam meredakan


perdarahan pada epistaksis (mimisan)
Saat tubuh mengalami luka atau perdarahan, maka tubuh
melakukan respon untuk menghentikan pendarahan tersebut. Meski
kecepatan tubuh tiap orang dalam menyembuhkan luka akan berbeda-
beda, tetapi tubuh sebenarnya dapat melakukan sendiri tugas tersebut.
Tubuh membuat darah di sekitar luka menjadi lebih kental dan
mengendap, kemudian luka tertutup dan perdarahan akhirnya berhenti.
Manfaat daun sirih dalam hal ini adalah membantu tubuh menutup
luka dengan bahan tannin yang terdapat di dalamnya. Zat ini akan
mempercepat respon tubuh tersebut, sehingga perdarahan pada hidung
akan berhenti dalam waktu yang lebih cepat. Tak hanya itu, daun sirih
juga memengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga luka
15

atau peradangan yang terjadi di dalam tubuh cepat membaik. Daun sirih
memiliki sifat antibakteri, anti-peradangan, serta mengurangi rasa sakit
yang dirasakan pengidap mimisan.
Kandungan ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun sirih yang
berfungsi sebagai hemostatik yaitu tannin. Tannin bekerja sebagai
vasokonstriktor melalui efek astringentnya akan membantu proses
hemostatis tubuh dengan cara mengurangi sekresi dan kontraksi lilang
endothelium kapiler lapisan pelindung superfisial sel akan menyusut
dan vasokonstriksi lokal kapiler.
Vasokonstriksi adalah penyempitan pembuluh darah akibat
kontraksi dinding otot pembuluh, khususnya arteri besar dan arteriol
kecil. Prosesnya berlawanan dengan vasodilatasi, pelebaran pembuluh
darah. Proses ini sangat penting dalam mengendalikan perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah akut. Ketika pembuluh darah menyempit,
aliran darah menjadi terbatas atau menurun, sehingga menahan panas
tubuh atau meningkatkan resistensi pembuluh darah. Hal ini membuat
kulit menjadi pucat karena lebih sedikit darah yang mencapai
permukaan, mengurangi radiasi panas. Pada tingkat yang lebih besar,
vasokonstriksi adalah salah satu mekanisme yang digunakan tubuh
untuk mengatur dan mempertahankan tekanan arteri rata-rata. Obat
penyebab vasokonstriksi, disebut juga vasokonstriktor, adalah salah
satu jenis obat yang digunakan untuk menaikkan tekanan darah.
Tannin juga akan mempercepat keluarnya protein dari sel dan
mengendapkan protein darah sehingga dapat menginduksi sintesis
tromboksan A2 yang dapat meningkatkan agregasi platelet sehingga
mempercepat pembentukan sumbat platelet sementara pada pembuluh
darah yang luka. Semakin banyak protein darah yang diendapkan oleh
tanin, menyebabkan albumin darah berkurang dan mengakibatkan
meningkatnya sintesis tromboksan A2 dan memudahkan trombosit
mengeluar-kan ADP. ADP dan tromboksan A2 mengaktifkan trombosit
yang berdekatan, dan menyebabkannya melekat pada trombosit semula
16

yang sudah aktif. Hal ini menyebabkan meningkatnya agregasi


trombosit, sehingga membentuk sumbat trombosit. Tromboksan A2 ini
juga merupakan vasokonstriktor.

4.2.3 Cara penggunaan daun sirih (Piper betle L.) untuk meredakan
perdarahan pada epistaksis (mimisan)

1. Ambil satu atau dua lembar daun sirih


2. Cuci terlebih dahulu daun sirih hingga bersih
3. Kemudian daun sirih yang bersih tersebut digulung sambil ditekan
hingga mengeluarkan sedikit minyak
4. Masukan ke dalam hidung yang berdarah.
5. Tekan dengan perlahan, jangan sampai ditekan terlalu keras karena
akan memperburuk kondisi hidung Anda.
6. Tunggu beberapa saat dan darah pun akan berkurang secara
perlahan.
17

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian secara literatur yang telah dilaksanakan oleh penulis


maka dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam daun sirih (Piper betle L.)
terdapat tiga kandungan utama yang berperan untuk meredakan perdarahan pada
epistaksis (mimisan). Kandungan tersebut yaitu tannin, flavonoid, dan saponin.
Kandungan tannin berfungsi sebagai astringen, menghentikan pendarahan,
mempercepat penyembuhan luka dan inflamasi membran mukosa, serta regenerasi
jaringan baru. Flavonoid menghentikan perdarahan dengan melakukan mekanisme
vasokonstriksi. Sedangkan saponin berpotensi membantu penyembuhan luka
dengan membentuk kolagen pertama yang mempunyai peran dalam proses
penyembuhan luka. Penggunaan daun sirih (Piper betle L.) sebagai obat
tradisional untuk meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan) cukup dengan
mengambil 1 atau 2 lembar daun sirih (Piper betle L.) yang telah dicuci bersih,
kemudian digulung dengan tangan sambil sedikit ditekan hingga mengeluarkan
minyak dan teksturnya sedikit lunak, lalu dimasukkan kedalam hidung, tunggu
beberapa saat hingga perdarahan pada epistaksis (mimisan) berkurang secara
perlahan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, H.A. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.

Agus, Aco. 2016. Keluarga Masyarakat Pedesaan dalam Kondisi Transisi


Kehidupan Masyarakat Tradisional Menuju Masyarakat Modern.
Makalah disajikan dalam Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia.
Makassar, 29 Oktober 2016.

Anastasia, S., Hutabarat, V., dan Natalia, K. 2020. Pengaruh Pemberian Rebusan
Daun Sirih Hijau Terhadap Penyembuhan Luka Perinium Pada Ibu Post
Partum. Jurnal Kebidanan Kestra. Vol 2 Nomor 2 : 2-8.

Anton dan Marwati. 2015. Ungkapan Tradisional dalam Upacara Adat


Perkawinan Masyarakat Bajo di Pulau Balu Kabupaten Muna Barat.
Jurnal Humanika. Vol 3 Nomor 15.

Bele A.A., Jadav V.M., Kadam V.J. 2010. Pottential Of Tannin.A Review : Asia
Journal Of Plant Sciences Vol 9 Nomor 4 : 209-14.

Chakraborty D dan Shah B. 2011. Antimicrobial, Antioxidative and Antihemolytic


Activity of Piper betel Leaf Extracts. Int J Pharm Pharm Sci. V01.3, suppl
3. 192-199.

Harbome, J.B. 2006. Metode Fitokimia. (Kosasih Padmawinata, Iwang Soediro).


Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Hassanpour S., Naser M.S., Behrad E., Farhad B.M. 2011. Plants and secondary
metabolites (Tannins). International Journal of Forest, Soil and Erosion
(IJFSE) vol 1 (1) : 47-53
19

Khanbabaee K dan Teunis V.R. 2001. Tannin : Clasification and Definition. The
Royal Society of Chemistryvol 18 : 641-49.
Lie, M dan Ali, S. 2019. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan
Pertolongan Pertama Epistaksis pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan
Penjaringan. Jurnal Mitra. Vol 3 Nomor 2 : 3-8.
Marbun, M. 2017. Etiologi, Gejala dan Penatalaksanaan Epistaksis. Jurnal
Kedokteran Meditek. Vol 23 Nomor 62.
Middleton, P.M. 2004. Epistaxis. Emerg Med Australas, 16(5–6), 428–40.
Moeljanto R.D dan Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat
Mujarab dari Masa Ke masa. Jakarta : Agro Media

Narayana K.R., Reddy M.S.,Chaluvadi M.R., Krishna D.R. 2001. Bioflavonoid


Classification, Pharmacological, Biochemical Effect and Therapeutic
Potential.Indian Journal of Pharmacology Vol 33 : 2-16.

Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Noventi, Wulan dan Carolia, N. 2016. Potensi ekstrak daun sirih hijau (Piper
betle L.) sebagai alternatif terapi acne vulgaris. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung : Lampung

Prayoga, E. 2013. Pemahaman Mahasiswa Kedokteran Universitas Sebelas Maret


Angkatan 2018 terhadap Penanganan Epistaksis Anterior. Skripsi. FK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rinaldi, Fauziah, dan Musfira, Y. 2019. Studi Formulasi dan Efektivitas Gel
Eekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Penyembuhan Luka
Bakar pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Dunia Farmasi. Vol 4
Nomor 1 : 23-33.

Stasya, Delovina. 2018. Pemahaman Mahasiswa Kedokteran Universitas Sebelas


Maret Angkatan 2018 terhadap Penanganan Epistaksis Anterior. Skripsi.
FK Universitas Sebelas Maret.
20

Tedjasulaksana R. 2013. Ekstrak Etil Asetat dan Etanol Daun Sirih (Piper betle
L.) Dapat Memperpendek Waktu Perdarahan Mencit (Mus Musculus).
Jurnal Kesehatan Gigi Vol I Nomor 1 : 32-39.

https://fajar.co.id/2019/06/19/kandungan-dan-manfaat-daun-sirih/

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/daun-sirih-mengobati-mimisan/#gref

https://kbbi.web.id/tradisional

Anda mungkin juga menyukai