) SEBAGAI CARA
TRADISIONAL UNTUK MEREDAKAN EPISTAKSIS
Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas peserta didik pada
MAN Insan Cendekia Sambas
Disusun Oleh:
Hesti
NIS : 131161010002180197
KEMENTERIAN AGAMA
Kabupaten Sambas
2019
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh :
Hesti
NIS : 131161010002180197
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan dipertahankan di depan tim penguji
pada tanggal 17 Desember 2019.
Pembimbing,
Penguji I Penguji II
Mengesahkan,
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Nama : Hesti
NIS/NISN : 131161010002180197/003603592
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
3.2 Data dan Sumber Data ................................ Error! Bookmark not defined.
v
4.2 Pembahasan......................................................................................................14
Simpulan ........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Epistaksis atau yang sering disebut mimisan yaitu suatu kondisi dimana
terjadi perdarahan pada hidung adalah kondisi umum yang terjadi akibat cedera,
alergi, atau kadar trombosit seseorang yang sedang menurun. Mimisan juga dapat
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah dalam hidung. Kerusakan pembuluh
darah hidung ini bisa dipicu oleh berbagai hal, mulai dari mengorek upil terlalu
keras, cedera hidung, kelembapan hidung yang kurang, hingga adanya masalah
kesehatan tertentu, seperti polip hidung atau gangguan pembekuan darah. Kondisi
ini dapat terjadi pada siapa pun dan bisa terjadi tiba-tiba, sehingga penting untuk
mengetahui langkah awal penanganannya sebagai pertolongan pertama.
Pemberian obat adalah salah satu cara untuk menghentikan perdarahan pada
epistaksis setelah melakukan pertolongan pertama. Obat yang digunakan dalam
farmakoterapi untuk mempercepat pembekuan darah (hemostatik) adalah
epinefrin sebagai vasokonstriktor, atau asam traneksamat sebagai bahan
antifibrinolitik. Obat hemostatik tersebut memiliki beberapa kelemahan, yaitu
epinefrin dapat mempengaruhi sirkulasi sistemik, sementara asam traneksamat
dapat menyebabkan kejadian vaskular oklusi (infark myocardial, stroke, emboli
paru, deep vein thrombosis). Epinefrin ini bekerja pada reseptor adrenergik untuk
2
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya berfokus pada
mekanisme daun sirih (Piper betle L.) dalam meredakan perdarahan pada
epistaksis (mimisan) serta kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang
berperan dalam proses tersebut dan cara penggunaannya.
1. Apa saja kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang berperan
untuk meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan)?
2. Bagaimana mekanisme daun sirih (Piper betle L.) dalam meredakan
perdarahan pada epistaksis (mimisan)?
3. Bagaiman cara penggunaan daun sirih (Piper betle L.) untuk meredakan
perdarahan pada epistaksis (mimisan)?
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang
berperan untuk meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan).
2. Untuk mendeskripsikan mekanisme daun sirih (Piper betle L.) dalam
meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan).
3. Untuk mendeskripsikan cara pemakaian daun sirih (Piper betle L.) untuk
meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan).
1.5 Manfaat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pemanfaatan
Pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti guna atau bisa
di diartikan berfaedah. Pemanfaatan memiliki makna proses, cara atau
perbuatan memanfaatkan (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 2002).
Istilah pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti faedah,
yang mendapat imbuhan pe-an yang berarti proses atau perbuatan
memanfaatkan (Poerwadarminto, 2002).
1. Klasifikasi Sirih
Kingdom: Plantae
Division: Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Ordo: Piperales
Family: Piperaceae
Genus: Piper
(Inayatullah, 2012)
Mematikan kuman
Menghilangkan bau badan
Meredakan nyeri
Menahan perdarahan
8
2.1.3 Tradisional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisional adalah sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun-temurun.
Kata “tradisi” berasal dari bahasa Latin, yaitu tradition yang berarti
‘diteruskan’ atau ‘kebiasaan’. Dalam pengertian yang paling sederhana adalah
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan
suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya
informasi yang diteruskan dari generasi baik tertulis maupun lisan. Tanpa
adanya hal itu, suatu tradisi akan punah (Anton & Marwati, 2015).
2.1.4 Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung atau
nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit
lain yang kebanyakan ringan dan dapat berhenti sendiri. Walaupun jarang,
epistaksis yang berat merupakan masalah kegawatdaruratan yang dapat
berakibat fatal bila tidak segera ditangani (Mangunkusumo & Wardhani,
2007).
Epistaksis pertama kali disebut pada tahun 1867. Tahun 1901, Mc Kenzie
memulai pemakaian adrenalin untuk menghentikan perdarahan, sedangkan
operasi pertama kali dilakukan dalam penanganan epistaksis pada abad ke 19
untuk menghentikan perdarahan dari posterior. Epistaksis merupakan kasus
gawat darurat yang paling banyak ditemukan di Bagian Telinga Hidung dan
Tenggorok (THT). Diperkirakan setidaknya dalam satu episode epistaksis
terjadi pada lebih dari setengah populasi di dunia. Dari kasus gawat darurat
THT, 15% adalah epistaksis.
Epistaksis pada semua usia dapat disebabkan oleh faktor lokal atau
sistemik. Epistaksis idiopatik didefinisikan apabila perdarahan dari hidung
yang tidak terdeteksi penyebabnya. Epistaksis dapat merupakan tanda dari
suatu penyakit. Dalam penatalaksanan epistaksis tidak boleh dilupakan
kemungkinan gangguan pendarahan sehingga diberikan penggantian dengan
plasma atau faktor yang mengalami defisiensi. Peranan pemeriksaan gangguan
10
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
Dari penilitian melalui analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut :
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kandungan di dalam daun sirih (Piper betle L.) yang berperan
untuk meredakan perdarahan pada epistaksis (mimisan)
Tanaman sirih (Piper betle Linn.) sejak zaman dahulu diketahui
memiliki berbagai khasiat obat untuk berbagai jenis penyakit salah
satunya untuk mempercepat penyembuhan luka (Moeljanto, 2003).
Daun sirih (Piper betle L.) mengandung senyawa seperti saponin,
tanin dan flavonoid. Kandungan tanin berfungsi sebagai astringen,
menghentikan pendarahan, mempercepat penyembuhan luka dan
inflamasi membran mukosa, serta regenerasi jaringan baru. Saponin
berpotensi membantu penyembuhan luka dengan membentuk kolagen
pertama yang mempunyai peran dalam proses penyembuhan luka.
Sedangkan Flavonoid memiliki kandungan yang antioksidan yang
berfungsi sebagai antimikroba, dan antiinflamasi pada luka bakar
(Kusuma & Ratnawati, 2016).
atau peradangan yang terjadi di dalam tubuh cepat membaik. Daun sirih
memiliki sifat antibakteri, anti-peradangan, serta mengurangi rasa sakit
yang dirasakan pengidap mimisan.
Kandungan ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun sirih yang
berfungsi sebagai hemostatik yaitu tannin. Tannin bekerja sebagai
vasokonstriktor melalui efek astringentnya akan membantu proses
hemostatis tubuh dengan cara mengurangi sekresi dan kontraksi lilang
endothelium kapiler lapisan pelindung superfisial sel akan menyusut
dan vasokonstriksi lokal kapiler.
Vasokonstriksi adalah penyempitan pembuluh darah akibat
kontraksi dinding otot pembuluh, khususnya arteri besar dan arteriol
kecil. Prosesnya berlawanan dengan vasodilatasi, pelebaran pembuluh
darah. Proses ini sangat penting dalam mengendalikan perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah akut. Ketika pembuluh darah menyempit,
aliran darah menjadi terbatas atau menurun, sehingga menahan panas
tubuh atau meningkatkan resistensi pembuluh darah. Hal ini membuat
kulit menjadi pucat karena lebih sedikit darah yang mencapai
permukaan, mengurangi radiasi panas. Pada tingkat yang lebih besar,
vasokonstriksi adalah salah satu mekanisme yang digunakan tubuh
untuk mengatur dan mempertahankan tekanan arteri rata-rata. Obat
penyebab vasokonstriksi, disebut juga vasokonstriktor, adalah salah
satu jenis obat yang digunakan untuk menaikkan tekanan darah.
Tannin juga akan mempercepat keluarnya protein dari sel dan
mengendapkan protein darah sehingga dapat menginduksi sintesis
tromboksan A2 yang dapat meningkatkan agregasi platelet sehingga
mempercepat pembentukan sumbat platelet sementara pada pembuluh
darah yang luka. Semakin banyak protein darah yang diendapkan oleh
tanin, menyebabkan albumin darah berkurang dan mengakibatkan
meningkatnya sintesis tromboksan A2 dan memudahkan trombosit
mengeluar-kan ADP. ADP dan tromboksan A2 mengaktifkan trombosit
yang berdekatan, dan menyebabkannya melekat pada trombosit semula
16
4.2.3 Cara penggunaan daun sirih (Piper betle L.) untuk meredakan
perdarahan pada epistaksis (mimisan)
BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, S., Hutabarat, V., dan Natalia, K. 2020. Pengaruh Pemberian Rebusan
Daun Sirih Hijau Terhadap Penyembuhan Luka Perinium Pada Ibu Post
Partum. Jurnal Kebidanan Kestra. Vol 2 Nomor 2 : 2-8.
Bele A.A., Jadav V.M., Kadam V.J. 2010. Pottential Of Tannin.A Review : Asia
Journal Of Plant Sciences Vol 9 Nomor 4 : 209-14.
Khanbabaee K dan Teunis V.R. 2001. Tannin : Clasification and Definition. The
Royal Society of Chemistryvol 18 : 641-49.
Lie, M dan Ali, S. 2019. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan
Pertolongan Pertama Epistaksis pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan
Penjaringan. Jurnal Mitra. Vol 3 Nomor 2 : 3-8.
Marbun, M. 2017. Etiologi, Gejala dan Penatalaksanaan Epistaksis. Jurnal
Kedokteran Meditek. Vol 23 Nomor 62.
Middleton, P.M. 2004. Epistaxis. Emerg Med Australas, 16(5–6), 428–40.
Moeljanto R.D dan Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat
Mujarab dari Masa Ke masa. Jakarta : Agro Media
Noventi, Wulan dan Carolia, N. 2016. Potensi ekstrak daun sirih hijau (Piper
betle L.) sebagai alternatif terapi acne vulgaris. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung : Lampung
Rinaldi, Fauziah, dan Musfira, Y. 2019. Studi Formulasi dan Efektivitas Gel
Eekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Penyembuhan Luka
Bakar pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Dunia Farmasi. Vol 4
Nomor 1 : 23-33.
Tedjasulaksana R. 2013. Ekstrak Etil Asetat dan Etanol Daun Sirih (Piper betle
L.) Dapat Memperpendek Waktu Perdarahan Mencit (Mus Musculus).
Jurnal Kesehatan Gigi Vol I Nomor 1 : 32-39.
https://fajar.co.id/2019/06/19/kandungan-dan-manfaat-daun-sirih/
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/daun-sirih-mengobati-mimisan/#gref
https://kbbi.web.id/tradisional