Anda di halaman 1dari 62

Similarity Report ID: oid:25211:20574555

PAPER NAME AUTHOR

TURNITIN PUTRI SARI.docx PUTRI SARI EMIL WULANDARY PUTRI S


ARI EMIL WULANDARY

WORD COUNT CHARACTER COUNT

9493 Words 58237 Characters

PAGE COUNT FILE SIZE

55 Pages 223.0KB

SUBMISSION DATE REPORT DATE

Aug 10, 2022 3:32 PM GMT+8 Aug 10, 2022 3:33 PM GMT+8

22% Overall Similarity


The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.
21% Internet database 6% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
2% Submitted Works database

Excluded from Similarity Report


Small Matches (Less then 10 words)

Summary
HASIL PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN


SEDIAAN LOTION EKSTRAK ETANOL
BIJI MELINJO (Gnenum gnenom)

PUTRI SARI EMIL WULANDARY


F201801130

36
Hasil Penelitian Ini Diajukan Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Mengikuti Ujian Komrehensif

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2022
8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan

merupakan satu-satunya faktor terpenting yang menyebabkan meningkatnya

permintaan kosmetik untuk perawatan kulit. Perawatan kulit kosmetik dianjurkan

sebagai garis pertahanan pertama terhadap paparan jangka panjang sinar matahari atau

radiasi UV yang dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kulit, seperti

kemerahan dan gelap, terbakar terbakar, atau risiko terkena kanker kulit. (2017)

Megantara

Kulit adalah satu-satunya organ yang terletak di bagian terluar tubuh manusia. Ini

adalah organ yang secara permanen terhubung dengan lingkungan; fungsinya untuk

melindungi dari bahaya fisik dan psikologis, terutama yang disebabkan oleh mekanis

dan jenis mikroorganisme lainnya. (Sony, 2017).

Radikal bebas yang tersusun dari sinar ultraviolet merupakan penyebab utama

kanker kulit. Pada kondisi lebih lanjut, paparan radiasi UV dapat menyebabkan

berbagai masalah pada kulit, termasuk pigmentasi, kemerahan, dan bahkan, seiring
25
waktu, kemungkinan berkembangnya kanker. Radikal bebas yang ditemukan akan

mengakibatkan kerusakan DNA yang berbahaya bagi proliferasi sel dan pada akhirnya

akan mengarah pada perkembangan kanker (Sari, 2015).

Istilah "antioksidan" mengacu pada donor elektron, juga dikenal sebagai

reduktan. Senyawa antioksidan memiliki berat molekul rendah, namun dapat

mengaktifkan reaksi oksidasi dengan menekan respon radial. Antioksidan memiliki

aktivitas biologis yang kuat sehingga menjadikannya sebagai pengobatan kanker yang

manjur. Berbagai penelitian laboratorium, penelitian epidermologi, dan uji klinis pada

1
manusia semuanya mengarah pada kesimpulan bahwa antioksidan memiliki efek yang

terukur terhadap pencegahan kanker selama kemoterapi. Untuk alasan ini, kita

membutuhkan anti-oksidan untuk melindungi tubuh kita dari radiasi berbahaya dan

menghindari efek negatifnya (Ren, 2003).

Salah satu tumbuhan yang mengandung antioksidan tinggi adalah tanaman

Melinjo baik dari biji, daun, dan kulit, sehingga senyawa antioksidan memiliki manfaat
32
menghambat radikal bebas dan dapat berfungsi sebagai antiaging. Senyawa

antioksidan yang dimiliki biji melinjo dapat mencegah terjadinya kerusakan kulit

seperti dini. Biji melinjo (Gnetum gnemon L.) mengandung anti oksidan yang kuat,

antara lain tokoferol, polifenol, dan vitamin C.. Pada Pengujian sebelumnya ekstrak

biji melinjo (Gnetum gnemon L.) dibagi kosentrasinya menjadi 5%, 10, dan 15%

Diphenylhydrazylpicryl (DPPH) adalah metode yang digunakan untuk melakukan

aktivitas anti-oksidan. Kadar IC50 yang ditetapkan etanol 96% biji melinjo adalah

173.368 ppm dalam kosentrix 5. (Septiani et al., 2012). Hal ini disebabkan oleh ekstrak

biji melinjo yang mengandung vitamin C. Kandungan vitamin C pada biji melinjo

dapat berfungsi sebagai antibakteri. Kandungan vitamin C dalam biji melinjo kurang

lebih 100 mg/100 g. (Siswoyo, 2007)

Informasi mengenai sediaan-sediaan kosmetik antioksidan dari ekstrak biji

melinjo belum tersedia saat ini (Jaktap, 2014). Dari sudut pandang praktis dan sehat

untuk diaplikasikan pada permukaan kulit dan rambut, diciptakan lotion (Fahrauk,

2010).

Pada penelitian ini, pengujian ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon L.)
44
dilakukan selama 3 minggu dimana evaluasi pengujian terdiri dari uji organoleptik, uji

homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji iritasi, uji cycling test, serta uji antioksidan.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana evaluasi mutu sediaan lotion ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum

gnemon)?

2. Pada kosentrasi berapa formula lotion ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon)
7
memiliki aktivitas antioksidan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ektrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon) dapat

diformulasikan dalam sediaan lotion

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi mutu sediaan lotion ekstrak etanol biji

melinjo (Gnetum gnemon)

b. Untuk mengetahui pada kosentrasi berapa formula lotionekstrak etanol biji

melinjo (Gnetum gnemon) memiliki aktivitas antioksidan.

3
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian formulasi sediaan lotion dengan ekstrak biji melinjo (Gnetum

gnemon) ini di harapkan dapat menambah wawasan untuk pemeliharaan kesehatan

dan kebersihan menggunakan bahan alam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi ilmu pengetahuan

Mohon informasi yang dapat diterapkan tentang manfaat mengoleskan

loTion yang mengandung etanol biji melinjo (Gnetum gnemon).

b. Bagi institusi

Mewujudkan peran Universitas Mandala Waluya Kendari dalam

mengkaji permasalahan yang terjadi di masyarakat terkait tanaman lokal.

c. Bagi masyarakat

Mampu memberikan inovasi produk lotion dengan bahan alam Indonesia

untuk perawatan kelembapan kulit.

d. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan keahlian dalam formulasi dan evaluasi

sediaan lotion dengan ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon) Kebaruan

Penelitian.

4
E. Kebaruan Penelitian

Berdasarkan kajian literatur tentang formula lotion ekstrak etanol biji

melinjo(Gnetum gnemon) sebagai antioksidan, belum pernah ditemukan penelitian

yang sama sebelumnya. Penelitian yang terkait dengan ini adalah.

No. Penelitian Judul Persamaan Perbedaan


1. Iskandar, Formulasidan Evaluasi Lotion Formulasi Menggunakan
(2021) Ekstrak Alpukat sediaan yang sampel yang
(PerseaAmericana) Sebagai sama berbeda
Pelembab Kulit
2. Sulastri Formulasi dan Uji Aktifitas Pembuatan Menggunakan
(2021) Antioksidan Lotion Sari Wortel sediaan dan pengujian yang
(Daucus carL.) Dengan Metode evaluasi yang berbeda
DPPH (2,2-diphenyl-1- sama
picrylhydrazyl)
3. Mulyani,
25
Formulasi dan Aktivitas Pembuatan Menggunakan
(2018) Antioksidan Lotion Ekstrak sediaan dan sampel yang
Daun Suruhan (Peperomia evaluasi berbeda
pellucida L. sediaan yang
sama
30
4. Sudewi, Formulasi Sediaan Hand Body Menggunakan Menggunakan
(2021) Lotion Menggunakan Ekstrak formulasi dan sampel yang
Etanol Daging Buah Kedondong uji evaluasi berbeda
(Spondias dulcis Soland. ex yang sama
Forst. fil.) Sebagai Pelembab
Kulit

5
BAB II

PENDAHULUAN

A. Tinjauan Umum Variabel Terikat

1. Tanaman Melinjo (Gnetum gnemon L)

Gambar 1, Tanaman Melinjo (Gnetum gnemon L) (Slamet, 2018)

Melinjo merupakan salah satu perkebunan tanaman yang paling umum di

pulau Jawa, tetapi penggunaannya belum sepenuhnya dipahami. Nama ilmiahnya

Gnetum gnemon L. Setiap bagian tanaman ini bisa bermanfaat, terutama biji

melinjo yang bisa diubah menjadi emping Melinjo. Emping melinjo biasanya

direkomendasikan untuk digunakan dengan bahan camilan atau sayuran yang

digoreng menjdi keripik dan dapat digunakan sebagai pengawet dan bahan yang

ramah dalam produk makanan (Kato et al., 2009).

Flavonoid, tanin, saponin, dan triterpene hanyalah sebagian kecil dari zat

yang terdapat pada senyawa kulit buah melinjo yang bermanfaat untuk menjaga

kesehatan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antioksidan seperti

likopen dan karotenoid terdapat pada tumbuhan melinjo, baik pada kulit maupun

bijinya (Dewi, 2018). Selain bermanfaat bagi kesehatan, kaya akan zat warna dan

kulit melinjo kaya akan zat warna keduanya dapat digunakan untuk menghasilkan

makanan yang aman untuk makanan (Cornelia, 2010).

6
9
Biji melinjo juga mengandung konsentrasi protein yang tinggi, sehingga

cocok digunakan sebagai sumber protein fungsional yang dapat diterima dan

suplemen makanan dengan tingkat bioavailabilitas tinggi (Siswoyo et al., 2011).

2. Klasifikasi Tanaman Melinjo

Kerajaan : Plantae

Divisi : Gnetophyta

Sub divisi : Gnetophytina


40
Kelas : Gnetopsida

Bangsa : Gnetales

Suku : Gnetaceae

Marga : Gnetum

Jenis : Gnetum gnemon, Linn.

(Honton, 2004)

Tanaman Melinjo diklasifikasikan sebagai anggota keluarga Gnetaceae dan

berasal dari daerah sekitar pulau Danaman, Sumatera, dan Jawa. Lebih dari 20.000

butir (biji) melinjo diproduksi di pulau Sumatera per tahun. Hal ini merupakan

pertumbuhan yang spontanitas ditanam dikebun atau di halaman sebagai hiasan

untuk satu spesies tanaman di hutan 2016 (Lestari)

3. Morfologi Tanaman

Tumbuhan Melinjo (Gnetum gnemon) Selain lebih umum dikenal sebagai


8
tumbuhan tingkat tinggi, pohon melinjo juga dapat dikategorikan berdasarkan akar,

batang, daun, dan bunga. Melinjo yang berasal dari biji dengan sistem tunggang

perakaran, seperti dicotyledone inhalasi. Batang itu baik kayu dan bercabang. Pistol

poke ini berkisar antara 5 hingga 22 meter. Bentuk Melinjo biji adalah terbuka,

lapisan luar keras, sudah dilindungi dengan bunga tandan yang beraging, berwarna

7
hijau muda jika sudah matang dan matang akan berwarna merah tua. Cukup khas

percabangannya, bentuknya. Pohon Melinjo memiliki daun berbentuk lonjong yang

terdiri dari beberapa rimbun daun, tepi merata, dan duduk daun yang berhadapan

dan memiliki pertulangan yang menyirip. Bunga melinjo membuat kerucut

menggunakan bunga segar karangan. Akar Melinjo terdiri dari tunggang,

mengangkat kepermukaan, berwarna kecoklatan hingga abu-abu gelap, serta

menembus dengan kedalaman tiga sampai lima meter, atau bahkan lebih. Item ini

berguna untuk membuat tanaman lebih kuat dan membantu mengeluarkan

gelembung udara dari tundra (Manner, 2006).

4. Kandungan dan Manfaat Tanaman

Tanaman Melinjo (Gnetum gnemon) memiliki manfaat kesehatan seperti

menurunkan gula darah, menyembuhkan kanker, anti oksidan, menghambat proses

penuaan, dan banyak lagi. Daun muda, perbungaan, tangkil, dan buah tua melinjo

dapat disiapkan dalam bentuk sayur, khususnya sayur asem. Buahnya tidak lain
51
dari biji yang terbungkus kulit biji dan kulit luar yang tipis dan dapat dimakan.

Bijinya merupakan bagian yang terpenting (Asri, 2010).


9
Ekstrak biji melinjo kaya akan mengandung berbagai zat aktif, seperti trans-

resveratrol, umumnya dikenal sebagai "melinjo resveratrol," yang memiliki

beberapa manfaat farmasi, termasuk antioksidan dan antimikroba (Ikuta et al.,

2015).

Resveratrol adalah satu-satunya komponen bioaktif tanaman (Gnetum

gnemon L) yang dikaitkan dengan kemampuan untuk mengurangi penuaan.

Berikut macam-macamzat gizi yang terdapat pada Biji dan melinjo kulit:

8
Tabel 2. kandungan zat gizi pada biji melinjo

No. Kandungan Jumlah (%)


1. Protein 9-11%
2. Lemak 16,4%
3. Pati 58%
4. Flavonoid 85%
5. Kalsium 16,3%
6. Karbohidrat 13,3%
7. Vitamin A 10%
8. Vitamin B 10 %
9. Tannin 23%
10. Saponin 45%
11, Alkaloid 11%
12. asam askorbat 7%
13. Vitamin C 14%
14. fosfor 75%
(Sudewi, 2021)
4. Tinjauan tentang Antioksidan

a. Pengertian Antioksidan
28
Suatu senyawa dikatakan memiliki sifat antioksidan apabila mampu

menghantarkan satu atau lebih elektron pada suatu senyawa pro-oksidan, yang

kemudian akan menyebabkan senyawa pro-oksidan tersebut menjadi senyawa

yang lebih stabil (Aji, 2009). Berbagai zat yang telah diidentifikasi sebagai zat

antioksidan antara lain vitamin 23 C, vitamin E, polifenol, flavonoid, dan zat

lainnya (Suhartatik, 2008). Disebutkan bahwa antioksidan juga berfungsi

sebagai enzim dan vitamin. Superoxide dismutase (SOD), katalase, dan

glutathione peroxidase termasuk dalam antioksidan enzin (GSH.Prx).

Membandingkan vitamin antioksidan dengan enzim antioksidan, vitamin

antioksidan lebih populer. Vitamin anti oksidan sebagian besar terdiri dari
35
alpha-tocopherol (vitamin E), beta-karoten, dan asam askorbat (vitamin C),

yang banyak diperoleh dari tanaman (kuncahyo, 2007).


21
Radikal bebas adalah atom atau struktur molekul yang tidak stabil dan

sangat reaktif karena kekurangan satu atau lebih elektron pada orbital yang

9
mengelilinginya. Radikal bebas akan berinteraksi dengan struktur molekul
7
terdekat untuk menghabiskan suplai elektronnya untuk mencapai kestabilan

atom atau tingkat molekul. Efek ini akan berlangsung lama di dalam tubuh, dan

jika tidak ada yang dilakukan untuk menghentikannya, akan menyebabkan


7
berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, dan penyakit
22
degeneratif lainnya. Persyaratan (sesuai undang-undang): Asam Askorbat,

Asam Eritbobat, Askobil Palmitat, Askobil Stearat, Butil Hidroksilanisol

(BHA), Butil Hidrokkinin Tersier, Butil Hidroksitoluen, Dilauril

Tiodipropionat, Propil Gallat, Timah (II) Klorida, Alpha Tokoferol , dan

Campuran Pekat termasuk antioksidan tersebut (Wisnu, 2008)

Antioksidan eksogen proses penangkal radikal bebas, sangat sistematis.

Askorbil radikal terbentuk ketika vitamin E mengais radikal bebas. Vitamin E

kemudian berubah menjadi vitamin C radial, dan glutamat akan menghambat

kemampuan vitamin C untuk berinteraksi dengan radikal bebas. Senyawa

ketiga ini akan bertransformasi menjadi askorbat dan dehidroaskorbat. Asbes

dapat berinteraksi dengan oksigen yang bereaksi secara aktif, seperti radikal

hidroksil dan anion superoksida. Vitamin C dapat berinteraksi dengan radikal

hidroksil untuk menghasilkan askorbil yang sedikit reaktif di kostrasi, tetapi

tidak akan terjadi pada kadar tinggi (Winarsi, 2007).


16
b. Fungsi Zat Antioksidan

Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam

lima tipe zat antioksidan

1) Antioksidan primer, seperti senyawa-senyawa fenol, yang dapat

menghambat reaksi rantai pada pembakaran asam lemak radial bebas.


16
Dalam hal ini, atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa

10
fenol disediakan, sehingga menghasilkan senyawa yang stabil. Tokoferol

adalah senyawa antioksidan utama yang termasuk dalam kelompok ini.


38
2) Oxygen Scavenger, yaitu Senyawa-Senyawa yang digunakan sebagai

pengikat oksigen untuk mencegah reaksi oksidasi. Senyawa yang dimaksud

akan berdampak pada naiknya oksigen pada keadaan tersebut. Asam

askorbat (vitamin C), askorbil palminat (asam eritorbat), asam askorbat, dan

sulfit adalah contoh zat yang termasuk dalam golongan zat.

3) Antioksidan Sekunder, yaitu beberapa jenis tumbuhan yang memiliki

kemampuan untuk mengalami pemecahan hidroksiproteosidal dan


2
membentuk produk akhir yang stabil. Biasanya, jenis antioksidan ini

digunakan untuk menstabilkan resin poliolefin. Misalnya tiodipropionat dan

dilauriltiopionat asam.

4) Enzim Antioksidatif, atau enzim yang memiliki kemampuan menghambat

pertumbuhan bebas radikal. Termasuk di dalamnya adalah glutamat

peroksidase, superoksidase dismutase (SOD), dan glukosa oksidase

(Cahyadi, 2008).

7. Uji aktivitas antioksidan


45
a. Metode 2,2 Difenil-1-Pikrilhidrazil (DPPH)

Metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur aktivitas

antioksidan adalah metode pengujian antioksidan menggunakan DPPH.


17
Prinsip dari metode ini adalah interaksi antioksidan dengan DPPH baik

secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan

katater radikal dari DPPH, jadi jika semua elektron pada radikal bebas

DPPH menjadi pasangan maka warna larutan menjadi (Jamiah, dkk. 2018).
10
Pembuatan antioksidan dengan metode DPPH merupakan metode yang

11
sederhana, cepat, efisien, dan mudah yang hanya memerlukan sedikit

pereaksi, berbeda halnya dengan metode lainnya. Pengujian antioksidan

suatu sampel berdassarkan transfer elektron yang terjadi antara DPPH

dengan sampel yang mengandung antioksidan (Sayuti, 2015)

Potensi antioksidan diukur dengan menggunakan konsentrasi

penghambatan (IC50), yaitu kemampuan antioksidan untuk membunuh

50% sel basal radial (Marjoni, dkk, 2017). Tingkat aktivitas antioksidan

ditunjukkan pada tabel berikut (Molyneux, 2004)

Tabel 3. Kategori Nilai IC50 Sebagai Antioksidan(Suhery, dkk, 2016)


10
No Nilai IC50 Antioksidan
1. < 50 ppm Sangat kuat
2. 50-100 ppm Kuat
3. 101-150 ppm Sedang
4. 151-200 ppm Lemah
5. 201-1000 ppm Sangat Lemah
b. Metode Ferric Reducing Antioxidants Power (FRAP)

Metode Ferric Reducing Antioksidan Power (FRAP) adalah satu-

satunya metode untuk mengukur jumlah antioksidan dalam sampel

menggunakan spektrofotometri. Berdasarkan reduksianalog ferroin, suatu

senyawa yang terbuat dari tripiridiltriazine Fe(TPTZ)3+ yang menunjukkan

warna biru yang intens ketika antioksidan hadir dalam sampel asam. Hasil
2
tersebut dapat diartikan sebagai peningkatan absorbansi pada panjang

gelombang 593 nm, yang dapat diartikan sebagai jumlah Fe3+ (dalam

bentuk mikromolekul) yang setara dengan antioksidan konvensional.

Pengukuran TAC (Total Antioksidan Kapasitas) dalam sampel dilakukan

dengan entraining gen FRAP dengan sampel. Karena TPTZ, FeCL3, dan

buffer asetat terdapat dalam reagen FRAP, FRAP berfungsi sebagai sumber
2
kompleks Fe3+-TPTZ yang tidak dihangatkan (berbeda dengan kompleks

12
Fe2+ yang dihangatkan biru). Senyawa Fe3+-TPTZ wakili senyawa

oksidator yang mungkin ada di dalam tubuh dan dapat merusaksel-sel

tubuh, tetapi ekstrak sampel mengandung untuk kemudian dapat mereduksi

Fe3+-TPTZ sehingga senyawa antioksidan As lebih banyak kosentrasi

Fe3+-TPTZ yang telah diubah menjadi Fe2+-TPTZ , jumlah aktivitas anti-

oksidan berbasis sampel juga meningkat (Pisochi, 2011)

Keutamaan dari metode FRAP yaitu menggunakan instrumentasi

yang canggih sehingga menjadi alternatif yang nyaman dalam pergerjaan,

dan data yang diperoleh lebih spesifik. Adapun kekuranganya yaitu

diperlukan instrumen canggih yang lebih banyak, membutuhkan biaya

relatif mahal (Badarinath, dkk, 2010)

c. Metode Cupric Ion Reducing Antioxidant Capacity (CUPRAC)

Metode kapasitas antioksidan pereduksi ion tembaga (CUPRAC)


2
menggunakan reagen Cu(II)-neokuproin (Cu(II)-(Nc)2) sebagai katalis

untuk pelarutan kromogenik karena mereduksi ion Cu (II). Karena potensi

redundansinya yang tinggi, CUPRAC adalah program yang sangat selektif.

Metode untuk meningkatkan kapasitas antioksidan berbeda dari metode


2
pengukuran antioksidan lainnya karena menggunakan reagen, yaitu reagen

CUPRAC, yang sangat cepat untuk mengidentifikasi jenis antioksidan dan

karenanya merupakan pereaksi yang disukai karena potensi redoksnya yang

lebih tinggi. Reagen CUPRAC lebih stabil dan mampu menerima input dari

regenerator kromogenik lain (misalnya, ABTS DPPH). Cara ini dapat


2
mereduksi asam hidrofilik dan lipofilik dari antioksidan (misalnya karoten

dan tokoferol) (Apak dkk, 2007)

13
Keuntungan dari metode CUPRAC yaitu untuk pengukuran kapasitas

antioksidan in-vivo dalam srum atau plasma karena mengukuran

antioksidan nonenziatik seperti glutathione dan asam askorbat. Adapun

kekuranganya yaitu pengerjaanya relatif rumit dan memakan waktu, setara

membutuhkan keahlian dan pengalaman tingkat tinggi (Badarinath, dkk,

2010)
14
7. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi

secara relatif ketika ditransmisikan, dibiaskan, dan dipancarkan sebagai bagian


52
dari fungsi tertentu dari spektrum, dan fotometer adalah alat yang digunakan

untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diserap. (Khopkar,

2010). Teknik analisis spektrometer yang dikenal dengan spektrometer UV-Vis

menggunakan instrumen spektrometer untuk mengukur spektrum


43
elektromagnetik ultra violet dekat (190 nm-380 nm) dan radiasi jauh (380 nm-

780 nm) (Behera, dkk, 2012)


37
Prinsip kerja spektrometer berdasarkan hukum Lambert-Beer, jika cahaya

monokromatik melalui suatu media (larutan), akan dipancarkan sebagian lagi.

Absorban adalah jenis polarisasi cahaya tertentu yang terjadi ketika suatu

bahan tertentu, seperti bahan dasar atau komponen kimia, bersentuhan dengan

panjang gelombang bahan lain, menyebabkan bahan target memancarkan

peringatan target ke bahan target. Hukum Lambert-Beer mengatur antara lain

bahwa penggunaan radiasi harus mekanis, bahwa energi yang dipancarkan

tidak dapat menyebabkan reaksi iklim, dan zat yang digunakan untuk

menyerapnya harus homogen (Apratiwi, 2016).

14
B. Tinjauan Umum Variabel Bebas
14
1. Kulit

Kulit adalah bagian tubuh yang paling jauh dari tubulus dan merupakan

organ yang memiliki fungsi dan tugas yang sangat penting dalam menjaga

keutuhannya pada suhu tubuh yang khas antara 32 dan 36 derajat Celcius. Bahan
29
manusia memiliki kisaran ketebalan ketebalan, dari 0,5 mm sampai 5 mm, dengan

luas permukaan sekitar 2 m2 dan berat sekitar 4 kg tanpa lemak dan 10 kg

dengannya. Epidermis, Dermis, dan Lapisan (jaringan) subkutan, juga dikenal

sebagai lapisan di bawah kulit dan disebut hipodermis, adalah tiga lapisan yang

membentuk kulit (Djuanda, 2013).

Gambar 2. Struktur Kulit (Brown, 2015)

1. Fungsi Kulit

Fungsi kulit yang paling penting sebagai organ tubulus adalah

perlindungan (perlindungan), yang melibatkan melindungi organ tubulus

lainnya dari polutan luar. Misalnya sinar matahari, perubahan suhu, dan lain-

lain. Termoregulasi memiliki manfaat untuk memantau suhu tubuh internal.

Kulit akan berfungsi untuk menjaga pipa tetap di tempatnya. Saat suhu udara

panas, keringat yang keluar berfungsi untuk mendinginkan tubuh (Purba,

2016).

15
2. Jenis-jenis Kulit

Tiga jenis perawatan kulit diidentifikasi, yaitu: Definisi kulit sebagai


2
"kering" adalah "kulit yang memiliki lemak permukaan kulit yang kurang atau

sedikit di atas normal selama terasa kering", sebagai akibat dari banyaknya
2
lapisan kulit yang lepas dan rebut. Rambut normal adalah tipe ideal yang sehat,

tidak mengkilap atau kusam, segar dan elastis dengan elastisitas rambut dan

kulit yang baik. Definisi kulit memiliki kebutuhan adalah "kulit dengan kadar

minyak permukaan kulit yang terutama mengkilat, kotor, dan kusam"

(Wasitaatmadja, 1997)

3. Susunan Kulit

a) Lapisan Epidermis Pada lapisan epitel gepeng (epithelium stratificatum

squamosum) yang tahan terus-menerus, epidermis tersingkap. Sel doroong

sel tua yang baru terbentuk searah cakrawala bergerak semakin jauh dari

suplai nutrisi (Aspinal, 2009). Hampir 90% epidermis terdiri dari keratin
4
dan sel berinti yang telah bertransformasi. Sel-sel yang ada terdiri dari sel

langerhans (sel penyaji antigen dendritik) dan melanosit, dan hanya dapat

dideteksi pada kasus proses neoplastik yang mengenai semua

melanositoma dan histiositoma kulit. Karena basal, spinosum, granulosum,

korneum, dan keratin yang membentuk sel-sel epidermis terutama terdiri

dari keratin, mereka juga dikenal sebagai korneosit (Albanese, 2017).


4
Stratum basale atau germinativum terdiri atas: satu lapisan dari sel
4
yang terbagi (Lapisan atau stratum dari epidermis dari dalam ke lapisan
4
terluar antara lain) (tempat dimana sel baru dibuat). Sel berpigmen atau

melanosit, yang mengandung granul pada pigment melanin, dapat

ditemukan pada daerah seperti area berwarna pada tubuh, bantalan bantalan

16
kaki, atau bantalan hidung. Stratum granulosum adalah protein struktural

yang disebut keratin yang mengalami infiltrasi cepat selama lapisan ini.

Keratin memberikan keamanan tambahan di area yang membutuhkannya,

seperti alas kaki. Stratum lucidum adalah lapisan terakhir nukleus yang

tersisa, menjadi lebih jelas. Stratum korneum adalah lapisan terluar


4
epidermis. Sel tidak memiliki inti (nukleus) dan telah menjadi sel mati

(Aspinal, 2015)
4
b) Lapisan Dermis. Ada sedikit area lidah yang terletak di antara epidermis

dan jaringan adiposa. Menurut anatomi, ini adalah bagian wajah yang

paling kompleks karena terdiri dari ikat, pembuluh darah, dan saraf, serta

adneksa, yang dikelilingi oleh kelenjar sebasea, keringat, dan folikel

rambut. Serat, bahan dasar, dan sel membentuk jarring tenun ikat.

Mayoritas bahan ekstra besar diproduksi oleh Fibroblas (Albanese 2017).

Dermis terdiri dari jaring yang panjang seperti tenun ikat dan padat,

yang mengandung saraf, darah, dan limfatik. Lapisan Papiler (Lapisan

Superfisial), suatu proyek dermal yang menyatu dengan epidermis dan

berfungsi memisahkan dua lapisan, dibentuk oleh jaringan ikat yang

memanjang dan superfisial dari dermis. Papila dermal menonjol pada kulit
4
yang tebal. Istilah "lapisan dalam jaringan ikat padat" (juga dikenal sebagai

"lapisan dalam") berasal dari dermis (Bacha, 2012).


4
Epidermis menerima nutrisi selama embriogenesis, morfogenesis,

penyembuhan luka dan membentuk jaringan kulit kembali (remodeling),

dan berinteraksi dengan dermis untuk membuat kulit lebih kuat, elastis, dan
4
lentur serta luwes. Dermis juga memiliki sejumlah fungsi lain. Selain itu,

terdapat dua komponen utama dermis, yaitu 8 sistem peredaran yang unik

17
dan berbagai kemampuan khusus kulit seperti keringatan kelenjar

(Dharmojono, 2002).

c) Lapisan Hipodermis. Subkutis diproduksi oleh sistem adiposa dan terdiri

dari berbagai endapan adiposa dengan ketebalan yang berbeda sesuai

dengan daerah anatomis tubulus yang berbeda. Adiposit dapat digambarkan

sebagai kelompok kecil tapi signifikan atau sebagai satu kesatuan

(Albanese, 2017).

Hipodermis, juga dikenal sebagai subkutan, adalah lapisan jaringan

ikat yang sejajar dengan dermis dan menghubungkan kepala ke otot.

Darah, pembuluh, limfatik, dan saraf hadir di bagian ini. Ada jenis reseptor

yang unik untuk rangsangan di hipodermis, yang dikenal sebagai korpus

Pacini, yang peka terhadap tekanan panas. Karena serat di masing-

masingnya sama, hubungan antara dermis dan subkutis tidak terlalu jelas.

Ini merupakan lapisan penting karena memungkinkan kulit terkena sinar

matahari dan tulang tanpa memiliki tekanan pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya sobekan. Menurut histologi, hipodermis dibagi

menjadi dua lapisan: stratum adiposum subkutis superfisial (terletak di

dekat pusat) dan stratum fibrosum subkutis yang lebih dalam, yang

meliputi lapisan otot panniculus. Lapisan hipodermis, berhubungan dengan

fungsi normal kulit (Sirois, 2013).

2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penggunaan pelarut yang sesuai dimana zat tersebut

dimaksudkan untuk larut untuk mencapai zat aktif yang diinginkan dari produk

berbahan dasar obat mentah. Ekstrak adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan suatu metode memperoleh ekstrak kental tanpa menggunakan sisa

18
pelarut dengan menggunakan teknik ekstraksi yang sesuai dan sesuai. Cara

memperoleh ekstrak kental dari setiap bahan dalam obat oral ini dikenal sebagai

penarikan zat aktif (Doughari, 2012).

Proses ekstraksi sendiri dikelompokan menjadi 2 metode cara panas dan cara

dingin yaitu:

a. Cara Dingin

Tujuan dari ekstraksi dingin yaitu agar menghindari kerusakannya

senyawa-senyawa dalam tumbuhan, maseri dingin yaitu tidak ada proses

pemanasan dalam ekstraksi yang berlangsung. Menggunakan metode dingin,

khususnya:

1) Maserasi

Maserasi adalah suatu prosedur pengekstraksikan yang menggunakan

pelarut dengan beberapa siklus pengukuran suhu ruangan. Remaserasi

menandakan selesainya pelarut gulangan dan penambahan setelah

menyelesaikan masserat yaring putaran pertama dan kedua. Cairan pada

akhirnya akan meletupkan dinding sel dan mengendap menjadi sel yang

mengandung zat aktif. Manfaat dari eksplorasi ini adalah praktik dan dan

mudah dilakukan (Tiwari et al, 2011).

2) Perkolasi
20
Biasanya dilakukan pada suhu kamar. Proses ekstraksi di ikuti dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara tahap perkolasi

sebenarnya dengan penetesan atau penyimpanan ekstrak secara terus-

menerus, sampai diperoleh ekstrak atau perkolat yang jumlahnya 1-5

(Tiwari et al, 2011).

19
b. Cara panas

Metode panas melibatkan proses pemanasan yang secara otomatis akan

mempercepat proses ektraksi dibandingkan cara dingin (Oktaviani, 2014)


7
1) Refluks

Refluks adalah proses ekstraksi yang menggunakan pelarut pada suhu

titik didih selama jangka waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas

dan relatif konstan dengan adanya pendingin di baliknya.

2) Soklestasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru dan dilakukan pada umumnya dengan alat yang khusus sehingga

dapat terjadi ekstraksi secara terus-menerus dengan jumlah pelarut yang

relatif tetap

3) Digesti
8
adalah proses eksperimental yang melibatkan melanjutkan pada suhu

yang lebih tinggi dari suhu kamar, biasanya antara 40 dan 50 derajat

Celcius.

4) Infudasi
59
Infudasi adalah proses penguapan udara pada suhu 90 C selama 15

menit.

5) Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses yang melibatkan penggunaan udara

bertekanan pada suhu setinggi 90 C selama 30 menit.

20
2. Kosmetik
2
Kosmetik adalah bahan yang diperbolehkan untuk digunakan pada bagian

terluar tubuh manusia, seperti kulit ari, rambut, kuku, bibir, dan organ genitalia,

serta pada otot dan selaput lendir untuk memelihara kesehatan tubuh (Tranggono,

2007).

a. Kosmetik untuk pelembab

Pelembab kosmetik, juga dikenal sebagai pelembab bertujuan untuk

memperkuat struktur dan fungsi kulit terhadap berbagai penyakit, termasuk

keratosis pilaris, sinar matahari terik, berbagai penyakit kulit, serta penyakit

dalam yang mengganggu. aliran udara dan menyebabkan kulit menjadi lebih
5
terkeratinisasi. Dengan adanya tabir lemak di samping kulit yang terbuat dari

kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta lapisan luar kulit

yang berfungsi sebagai sawar kulit (Tranggono, 2007)

b. Tujuan Penggunaan Kosmetik

Tujuan penggunaan kosmetik adalah untuk membantu mengurangi

munculnya kulit yang terkeratinisasi dan bengkak karena kemampuan kosmetik

untuk menembus lebih dalam ke dalam kulit dan mengantarkan bahan aktif ke

struktur lapidary yang terkubur lebih dalam. Mencegah lapisan terluar kulit dari

kekeringan, iklimnya tinggal di daerah dingin, seperti daerah pengunungan

yang selalu lembab. Mendapatkan kosmetik yang diinginkan agar orang

memandang kita ada berubah menjadi cantik dan segar, jika kulit tetap

menyenangkan, mengubah rupa atau penampilan (Karim, dkk, 2013).

c. Syarat Dari Kosmetik Pelembab

Persiapan kosmetika untuk jerawat harus mengikuti aturan tertentu.

Jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan. Bahan dasar harus bisa mendukung

21
kelembapan dan kelembapan kulit. Tidak menyebabkan iritasi (Hidayatu,

2013).

3. Lotion

Jenis produk perawatan kulit yang paling umum adalah lotion. Lotion adalah

satu-satunya jenis kosmetik untuk kulit kering (pelembut) yang mengandung lebih

banyak udara. Fungsi lotion antara lain mengurangi kelemban kulit, meningkatkan

kecerahan kulit, dan meningkatkan bahan aktif. 2018 (Tranggono)


8
Menurut FI III, lotion merupakan jenis suspensi yang dapat digunakan

sebagai obat luar. Berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus

dimungkinkan dengan menggunakan dasar suspensi pena yang sesuai atau emulsi

susu yang sesuai di udara (0/w atau m/a) dengan surfaktan yang sesuai. Komponen

yang digunakan untuk membuat lotion antara lain adalah flekstur, pengemulsi,

pembersih, bahan pengisi, pelarut, pewangi, dan pengawet (Mohiudin, 2019).

Lotion merupakan produk perawatan kulit yang populer digunakan banyak

orang. Formulasi yang praktis menjadikan produk tunggal ini sebagai pilihan

utama bagi sebagian besar orang yang ingin merawat kulitnya. Menurut penelitian

tertentu, sekitar 75% dari batas pembuatan lotion menggunakan produk pelembab

biasa (Karim, dkk, 2013).

a. Keuntungan Sediaan Lotion


3
Keunggulan Lotion yaitu dengan kandungan udara yang cukup besar

bentuk sediaan Lotion tersebut dapat diaplikasikan dengan mudah, daya

penyebaran dan penetrasinya cukup tinggi, tidak memberikan rasa, memberikan

efek sejuk, dan juga mudah Lotion digunakan secara luas di masyarakat dan

memiliki berbagai manfaat, salah satunya dapat mengobati kondisi kulit seperti

jerawat. Manfaat lain dari lotion termasuk mudah diaplikasikan dan dapat

22
diencerkan dengan udara atau air, sehingga lebih ekonomis daripada sabun dan

lebih tahan terhadap kondisi iklim. Emulsi (M/A) merupakan jenis lotion yang

paling sering digunakan untuk topikal dermatologi karena memiliki daya serap

yang sangat baik dan dapat diubah menjadi produk kosmetik yang elegan

(Mardikasari dkk, 2017)

b. Kerugian Sediaan Lotion

Secara umum, ada lebih banyak alergi dari biasanya, dan BSO agak sulit

diterapkan.

c. Komponen Bahan Penyusun Lotion

1. Aquadest

Aquadest dengan nama lain aqua destilata, sinonomnya yaitu air suling

memiliki rumus molekuul H2O dengan berat molekulnya itu 18,02 adapun

pemerian dari aquadest yaitu cairan jernih, kurang rasa, berwarna, dan

berbau. Penyimpananya terletak pada wadah dan digunakan sebagai pelarut

(Anonim, 1979)
26
2. Asam stearat (C18H36O2)

Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang dihasilkan dari

lemak; sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat dan asam

heksadekanoat C2H32O2. Produk asam stearat adalah zat padat keras yang
12
dapat digunakan untuk membuat susunan halbur, putih, atau kuning pucat,

atau miri lemak lil Kelarutan asam stearat yaitu praktis tidak larut dalam

air, larut dalam 20 bagian etanol (95%), dalam 22 bagian kloroform, dan
60
dalam 3 bagian eter, dengan suhu lebur tidak kurang dari 40 C. Asam

stearat dalam hal ini digunakan sebagai pengental dan pengemulsi.

23
Kosentrasi yang di gunakan sebagai bahan pengental dan pengemulsi taitu

1-20% (Kibbe, 2000)

3. Gliserin (C3H8O3)

Nama lain gliserol antara lain sirop, jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, dan manis mengalami mabuk. Dapat dicampur dengan udara, serta
24
dengan etanolol (95%) P, tetapi praktis tidak larut dalam kloroform, dalam

eter P, dan minyak lemak. Kosentrisasi: 3–10% (Mitsui, 2007)

4. Setil Alkohol

Setil alkohol berupa serbuk putih granul, berbau, dan memiliki rasa
53
lilin. Kelarutan dari setil alkohol yaitu tidak larut dalam air, tetapi larut

dalam kloroform, eter, dan minyak tumbuhan. Setil alkohol dalamformulasi

ini digunakan sebagai emoilent dengan kosentrasi 1-5% (Rowe, 2009)

5. Metil paraben

Methylis parabenum sinonim metil paraben atau nipagn. Halbur kecil,

tidak berwarna, khas, atau tidak berbau sama sekali, terasa seperti terbakar.

sukar larut di udara. Etanol dapat dengan mudah diproduksi dari karbon

yang mengandung benzena dan tetraploid. kegunaa sebagai pengawet.

Kosentrasi 0,12%-0,18% (Kibbe, 2000)

6. Propil Pareben

Pengawet digunakan untuk menghentikan pertumbuhan

mikroorganisme, terutama pada lingkungan dengan suasana lapang seperti

emulsi. Karena mudahnya kontaminasi eksternal terjadi, konsistensi susu di

udara benar-benar perlu dibersihkan. Pengawet yang sering digunakan


42
biasanya bersifat fungistatik dan bakteriostatik. Metil-, etil-, propil-, dan

butil paraben, asam benzoat, dan pengawet yang mengandung senyawa

24
ammonium kuartener adalah yang biasa digunakan (Depkes RI, 1995)

Nipasol (Kosentrasi Propil Paraben) 0,02% - 0,05% 2006 (Syamsuni).

7. TEA

Trietanolamina (TEA) adalah bentuk struktural dari bahan ini.

Komposisi terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamina tidak berkurang

dari 99,0% dan tidak kelebihan 107,4%. TEA terbuat dari cairan kental,

yang mudah dituangkan ke udara dan tidak beracun hingga masa pubertas.

Juga mengandung etanol (95%) P, yang dapat dituangkan ke dalam klorin

(Depkes RI, 1979).

6. Uji Evaluasi Mutu Lotion

1) Pemeriksaan Organoleptis.

Pemeriksaan organoleptismeliputi bentuk, warna dan bau (Megantara,

2017)

2) Pemeriksaan Homogenitas.

Uji homogenitas adalah hasil fase terdispersi menjadi peratan dalam

pengikat pendispersi; tidak ada aglomerasi partikel, dispersi yang tidak


3
merata dan teratur, dan penghalusan partikel primer dalam jumlah besar.

Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan aktif dalam

lotion sudah mulai bercampur dengan basa atau belum, sehingga bahan

aktif dalam lotion yang tercampur dengan basa dapat menghasilkan efek

terapeutik yang identik dan maksimal. 2017 (Amatullah)


3
3) Pemeriksaan pH.

Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter. Gunakan alat kalibrasi

dengan rentang antara pH 4 dan pH 7 untuk memeriksa pH lotion

(Megantara, 2017)

25
4) Pemeriksaan Daya Sebar
33
Tujuan Uji daya sebar adalah untuk mengetahui aktivitas zat yang

dapat didistribusikan secara maksimal atau minimal pada kulit agar dapat

menghasilkan efek terapi yang efektif secara maksimal atau minimal

(Amatullah, 2017).

7. Uji Iritasi
3
Uji Iritasi dilakukan agar lotion yang dihasilkan tidak menyebabkan

iritasi kulit. Teknik yang digunakan dalam uji iritasi ini adalah uji temple

terbuka (Patch Test) di pojok kiri bawah terhadap sepuluh sukarelawan

(Iskandar, 2019)

C. Kajian Empiris

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusnita (2022), saat ini sedang

dilakukan uji formulasi dan stabilitas hand and body lotion berbahan extro-ethanol
61
(Euchema cottonii). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula

lotion tangan dan tubuh yang terbuat dari tumbuhan Eucheuma cottonii yang

mengandung 5%, 10%, 15%, dan formula tanpa ekstrak. Formula yang dibuat dibagi
6
menjadi empat kategori berbeda. Evaluasi lotion yang dilakukan meliputi pengukuran

pH, homogenitas, dan daya sebar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

metode yang membandingkan kandungan lendir fisik setiap formula dengan standar

yang direkomendasikan secara teoritis untuk dalam lotion. Dari analisis yang telah

dilakukan, diperoleh hasil yang homogen dengan mengotak-atik empat susunan


6
sediaan yang berbeda. Nilai pH formula dengan konsentrasi ekstrak 5%, 10%, dan 5%

serta formula tanpa ekstrak yaitu 5,8, 5,3, 5,1, dan 6,6. (mutusyarat 4,5 6,6). Selain itu,
6
terdapat formula pH dengan konsentrasi berlebih 5%, 10%, dan 5% serta formula tanpa

konsentrasi berlebih yaitu 5, 2, 4, 8, 4, 4, dan 5. (syarat mutu 5-7 ). Berdasarkan hasil

26
yang diperoleh, dimungkinkan untuk menghasilkan resep dengan ekstrak konsentrasi

5% yang memiliki stabilitas fisik yang paling mendekati menghilangkan kebutuhan

akan lotion.

27
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir Penelitian


3
Sediaan kosmetik merupakan bukan menjadi kebutuhan tambahan dalam

kehidupan sehari-hari demi mendapatkan dan mempertahankan kecantikan dari waktu


3
ke waktu, dan juga sudah menjadi kebutuhanpokok. Kondisi ini dimanfaatkan oleh

para produsen produk Kecantikan. Sekitar 250 juta orang merupakan penduduk

Indonesia, menjadikannya pasar penting bagi perusahaan kosmetik. Tanpa disadari,


3
banyak produk kosmetik yang mengandung bahan kimia kuat, seperti merkuri,

hidroquinon, asam retrinoat, dan bahan pewarna. Pemakaian merkuri dapat

menyebabkan berbagai hal, termasuk perubahan warna kulit yang nantinya dapat

menyebabkan reaksi alergi, iritasi kulit, bahkan kanker kulit pada manusia

(Mardikasari dkk, 2017)

Di era globalisasi saat ini, gerakan “kembali ke alam” telah meningkatkan

penelitian tentang formula kosmetik serta penelitian pada beberapa tanaman sebagai

bahan aktif kosmetik. Peningkatan penelitian resep kosmetik juga bertujuan untuk

menemukan kosmetik yang tahan lama, praktis, dan mudah diaplikasikan (Dewi,

2018).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Salah satu tumbuhan yang

mengandung antioksidan tinggi baik daun, biji, , dan kulit adalah tanaman Melinjo

sehingga senyawa antioksidan memiliki manfaat dalam menghambat radikal bebas dan

dapat berfungsi sebagai antiaging. Selain kaya akan senyawa yang bermanfaat bagi

kesehatan dalam melindungi kulit baik dari iritasi maupun sinar UV(Siswoyo, 2007)

28
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Evaluasi Mutu Sediaan Lotion


=
Ekstrak Etanol Biji Melinjo
(Gnetum gnemon)

Keterangan: Uji Aktivitas Antioksidan


Sediaan Lotion
: Variabel bebas

: Variabel terikat

: Menyatakan pengaruh antara variabel independent dan dependent


8
Gambar 3. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat : Variabel bebas pada penelitian ekstrak etanol biji melinjo(Gnetum

gnemon)

2. Variabel Bebas : Variabel terikat pada penelitian ini adalah Evaluasi Mutusediaan

lotion

D. Definisi Oprasional Dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional Variabel Terikat

a. Ekstrak Etanol Biji Melinjo(Gnetum gnemon)

Biji melinjo merupakan bagian dari dalam buah yang tidak lain dari biji
9
yang terbungkus kulit biji. Ekstrak biji melinjo kaya akan mengandung berbagai

zat aktif, seperti trans-resveratrol, umumnya dikenal sebagai "melinjo

resveratrol," yang memiliki beberapa manfaat farmasi, termasuk antioksidan

dan antimikroba (Ikuta et al., 2015).

Kriteria Objektif :

1) Warna : (Septiani, 2018)

29
Sesuai syarat : Ekstrak biji melinjo yang diperoleh dari proses

ekstraksi adalah berwarna coklat kehitaman.

Tidak sesuai : Ekstrak biji melinjo menghasilkan warna tidak berwarna

syarat coklat dan warna tidak merata.

2) Kekentalan : (Septiani, 2018)

Sesuai syarat : Ekstrak biji melinjo yang diperoleh adalah berbentuk

kental

Tidak sesuai syarat : Ekstrak biji melino yang diperoleh berbentuk cair

2. Definisi Operasional Variabel Bebas

Evaluasi sediaan adalah kegiatan mengidentifikasi dan menentukan kualitas

dari sediaan farmasi yang telah diformulasikan berdasarkan parameter sediaan.


12
Evaluasi mutu sediaan lotion meliputi : Uji organoleptik, uji pH, uji Homogenitas,

uji iritas, daya sebar, dan uji cyling test. Dan uji antioksidan.

Kriteria Objektif :

1. Evaluasi Mutu sediaan Lotion

a. Uji organoleptik (Megantara, 2017)

Sesuai syarat : Bentuk halus dan merata, berwarna putih dan beraroma

lembut.

Tidak sesuai : Cair, aroma menyengat, dan warna yang tidak merata,

syarat

b. Uji pH (Megantara, 2017)

Sesuai syarat : 4,5-8

Tidak sesuai : Diluar 4,5-8

syarat

30
c. Uji Homogenitas (Amattulah, 2017)

Sesuai syarat : Tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan

homogen

Tidak sesuai : Terdapat butiran-butiran granulasi yang belum merata

syarat pada basis lotion.

d. Uji Iritas (Iskandar, 2019)

Sesuai syarat : Tidak menimbulkan iritasi pada kulit seperti ruam,

gatal-gatal, atau kemerahan pada kulit

Tidak sesuai : Menimbulkan iritasi pada kulit seperti ruam, gatal-

syarat gatal, atau kemerahan pada kulit

e. Uji daya sebar (Iskandar, 2019)


6
Sesuai syarat : Diameter 5-7 cm, semakin besar nilai daya sebar

menunjukkan semakin luasnya kemampuan sediaan

merata pada bagian kulit yang

diaplikasikan

Tidak sesuai : Tidak memenuhi parameter daya sebar yaitu 4,8 dan

syarat 4,4 cm.

f. Uji Cyling test (Anasthasia, 2019)

Sesuai syarat : Terjadi perubahan pada bentuk lotion selama penyimpanan

24 jam di suhu 40oC

Tidak sesuai : Tidak terjadi perubahan selama penyimpanan 24 jam di

syarat suhu 40oC

31
2. Uji Antioksidan (Sayuti, 2015)
55
Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode 2,2 Difenil-1-

Pikrilhidrazil (DPPH) berdasarkan kategori Nilai IC50 Sebagai Antioksidan

(Suhery, dkk, 2016)

Kriteria Objektif :
10
No Nilai IC50 Antioksidan
1. < 50 ppm Sangat kuat
2. 50-100 ppm Kuat
3. 101-150 ppm Sedang
4. 151-200 ppm Lemah
5. 201-1000 ppm Sangat Lemah

E. Hipotesis Penelitian

1. Evaluasi mutu sediaan lotion ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon)

memenuhi syarat

H0 = Tidak memenuhi syarat evaluasi mutu sediaan lotion ekstrak etanol biji melinjo

(Gnetum gnemon)

Ha = Memenuhi syarat evaluasi mutu sediaan lotion ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum

gnemon)

2. Pada kosentrasi berapa formula sediaan lotion ekstrak etanol Biji Melinjo (Gnetum

gnemon) memiliki aktivitas antioksidan

H0 = Tidak terdapat aktivitas antioksidan dikosentrasi antara 5%, 10%, dan 15% pada

ekstrak etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon)

Ha = Terdapat aktivitas antioksidan di kosentrasi antara 5%, 10%, dan 15% pada

ekstrak etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon)

32
50
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental (eksperimental

research) dengan membuat ekstrak etanol dari Biji Melinjo (Gnetum gnemon) sebagai

sediaan lotion dengan kombinasi konsentrasi 5%, 10% dan 15% (Suprianto, 2021).
54
Dalam penelitian observasi dan pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan

untuk melihat3 varian formula dengan perbedaan konsentrasi pada zat aktif Biji

Melinjo (Gnetum gnemon).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian bertempat di Laboratorium Teknokogi Sediaan Farmasi dan

Farmasetika dan laboratorium Fitokimia Universitas Mandala Waluya. Penelitian akan

dilaksanakan selama 2 bulan yakniJuni-Juli 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
19
Tanaman melinjo (Gnetum gnemon) yang berada di gunung jati, kecamatan kota

kendari, Sulawesi Tenggara.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah biji melinjo yang telah di ekstrak.
46
D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang di gunakan dalam penelitian ini timbangan digital, pH meter,

blender, batang pengaduk, gelas ukur, gelas beker, pipet tetes, pipet, objek glass,

corong pemisah, kertas saring, vakum ratovapor, wadah lotion, blender,labu takar,

spektrofotometer UV-Vis, lumpang porselin, cawan penguap, penangas air.

33
2. Bahan yang digunakan
14
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji melinjo, Asam

stearat, Nipagin, Nipasol, Setil alkohol, Gliserin, Aquades, dan etanol 96%, DPPH,

vitamin C, asam asetat (CH₃COOH), asam sulfat (H2SO4), FeCl3, HCl 2N, HCl

pekat, logam Magnesium (Mg).

E. Prosedur Kerja

1. Preparasi Sampel

a. Pengambilan Sampel

Biji Melinjo (Gnetum gnemon) sebagai bahan dasar pembuatan sediaan

lotion diperoleh dari Kelurahan Gunung Jati, Kecamatan Kendari, Kota

Kendari Sulawesi Tenggara.

b. Pengolahan Sampel

1) Ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon)

Buah melinjo segar diambil sebanyak 5 kg dan dicuci hingga bersih

pada air mengalir, kemudian dibelah buah dan diambil biji melinjo, dan

dijemur dibawah sinar matahari setara tidak langsung dengan menggunakan

kain hitam sampai mengering, kemudian di blender hingga halus, simpan

dalam wadah sampai digunakan.

c. Prosedur Pembuatan Ekstrak

1) Proses Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon)

Sebanyak ±5 kg biji melinjo di timbang dan di maserasi dengan 6 liter

etanol 96% selama 3×24 jam. Hasil disaring dengan kertas wharman-50

untuk mengambil filtratnya dan residunya. Maserasi diperoleh total volume

filtrat 4500 ml (Soniadwiananta, 2017)

34
2. Formulasi sediaan lotion

Tabel 4. Master formula, formula standar pada sediaan yang hampir sama,
formula sediaan lotion ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos caudatus)
(Suprianto, 2021)
Konsentrasi (%)
Bahan
F1 F2 F3
Ekstrak kenikir 5% 10% 15%
TEA 4 4 4
Asam stearate 2
13
2 2
Setil alcohol 2 2 2
Gliserin 15 15 15
Nipagin 0,12 0,12 0,12
Nipasol 0,12 0,12 0,12
Aquadest 100 ml 100 ml 100 ml

Tabel 5. Formulasi pembuatan sediaan lotion ekstrak dari Biji Melinjo


Konsentrasi (%) Fungsi
Bahan
F1 F2 F3
Ekstrak biji melinjo 5% 10% 15% Zat aktif
TEA 4 4 4 Emulgator
Asam stearate 2 2 2 Emulgator
13
Setil alcohol 2 2 2 Emoilent
Gliserin 15 15 15 Humektan
Nipagin 0,12 0,12 0,12 Pengawet
Nipasol 0,12 0,12 0,12 Pengawet
Aquadest 100 ml 100 ml 100 ml Pelarut
57
Keterangan :
Formula I : Blanko (Formula tanpa ekstrak)
Formula II : Konsentrasi biji melinjo 5%
Formula III : Konsentrasi biji melinjo 10%
Formula IV : Konsentrasi biji melinjo15%

a. Cara pembuatan lotion :

Lumpang porselin dipanaskan sampai suhu 90 °C kemudian dicelupkan

ke dalam panci berisi air es sampai bagian luar lumpang benar-benar beku.

Tercantum di bawah ini adalah bahan-bahan yang akan dibutuhkan untuk

membuat lotion dasar. Untuk membuat Setil Alkohol Asam Stearat Nipasol

Gliserin, masukkan cairan ke dalam kuali dan panaskan hingga suhu sekitar

70°C hingga mulai meleleh (massa I). Fase air Nipagin, TEA, dan Aquadest

100 ml ditempatkan dalam cawan penguap dan dipanaskan hingga suhu

35
2
minimal 70 °C sebelum dinyalakan (massa II). Massa I kemudian dimasukkan

ke dalam gumpalan porselin panas, dilanjutkan dengan massa II, kemudian

didiamkan sampai diolesi massa lotion cair. Tambahkan ekstrak etanol biji

melinjo sesuai dengan konsentrasi, lalu aduk sampai merata hingga homogen

dan terbentuk sediaan lotion, kemudian dimasukkan kedalam wadah lotion

(Yusnita, 2022)

3. Evaluasi Mutu Sediaan Lotion

a. Pemeriksaan Organoleptis

Organoleptis dilakukan melalui pengamatan visual sediaan yang meliputi

perubahan warna, bentuk, dan pola lotion (Anasthasia, 2019).

b. Pemeriksaan Homogenitas

homogenitas dapat dicapai dengan menghilangkan sediaan dari keping

kaca atau bahan transparan lainnya, diikuti dengan berderak; jika tidak terdapat

butiran-butiran maka sediaan tersebut dapat dicirikan homogen (Amattulah,

2017)

c. Pemeriksaan pH

Diambil 1 gram sampel sediaan lotion larutkan sampel denga 10 mL

aquadest kemudian dicelupkan kertas pH universal, cocokan warna pada kertas

pH universal dengan tabel warna yang tertera (Megantara, 2017). pH suatu

sediaan kosmetik lotion dikatakan baik untuk kulit jika memiliki rentang angka

antara 4,5-7,0 karena memiliki nilai yang sama dengan pH kulit, hal ini telah

dibuktikan dalam suatu penelitian (Karim, dkk, 2013).

d. Pemeriksaan Iritasi

Uji adalah cara untuk mengetahui ada atau tidak ada efek samping,
49
dioleskan pada bagian belakang telingga, kemudian dibiarkan selama 24 jam

36
dan melihat perubahan apa yang akan terjadi. Kriteria sediaan lotion yang baik

yaitu tidakmenimbulkan iritasi seperti ruam, gatal-gatal, atau kemerahan pada

kulit (Iskandar, 2019)


23
e. Pemeriksaan Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan dengan menimbang sediaan lotion ekstrak

etanol biji melinjo sebanyak 0,5 g diletakkan di tengah kaca bundar,

dibandingkan dengan sediaan diletakkan di kaca bundar selama 1 50 g beban

ditempatkan di samping penutup kaca dan didedzed selama 1 jam sebelum

mengukur diameter beban. Pemberat berukuran mulai dari 50 gram sampai

dengan 200 gram, kemudian dilebarkan dan diberi finishing yang halus.

Diameter menunjukan hasil 5-7 cm adalah indikator yang baik dari daya sebar

lotion. Lebih signifikan daya sebar sinyal lebih menonjolkan pemerataan

sediaan daya dalam kulit yang terkena. 2019 (Iskandar)

f. Uji cyling test

Lotion disiapkan menggunakan wadah yang sesuai, kemudian dioleskan


5
pada suhu 8 °C selama 24 jam, kemudian dikeluarkan dan disimpan pada suhu

40 °C selama 24 jam. Proses ini hanya membutuhkan satu langkah dan diulang

kira-kira empat kali selama periode delapan jam. Setiap unsur dievaluasi,

meliputi organoleptik, homogenitas, pH, dan daya sebar. (2019, Anastasia)

4. Pengujian antioksidan ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon)

1) Pembuatan Pereaksi Radikal DPPH

Sekitar 10 mg radikal DPPH dilepaskan dari botol etanol sampai habis

habis. Setelah itu dipindahkan ke dalam labirin 100 mL kemudian dinyalakan

sampai habis (Sayuti, 2015)

37
2) Pembuatan Larutan Induk Sediaan Lotion

Pembuatan larutan induk sediaan lotion dibuat dengan terlebih dahulu


5
menambahkan 10 mg g, kemudian didiamkan dalam etanol hingga menutupi

seluruh wadah. Selanjutnya dipindahkan ke dalam botol 100 mL dan didiamkan

hingga suhu mencapai 1000 ppm. (Sayuti ,2015)

3) Pembuatan Larutkan Pembanding

Pembuatan larutan pembanding dengan cara di timbang sebanyak 10 mg


47
vitamin C dilarutkan dengan etanol, lalu dimasukan kedalam labu ukur 100 ml

volume secukupnya hingga tanda tertera sehingga diperoleh larutan induk 1000

ppm. Larutan pembanding dibuat dalam 4 kosentrasi masing-masing 200, 600,

dan 800ppm (Sayuti, 2015)

4) Pembuatan Larutan Blangko

Sebanyak 200µl larutan DPPH dimasukan ke dalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan 2 ml etanol dan diaduk hingga homogen(Sayuti, 2015)

5) Uji Kuantitatif Antioksidan


18
Sampel di pipetkan masing-masing 200 µl, 400 µl, 600 µl, dan 800 µl dari

larutan induk 100 ppm kedalam masing-masing tabung reaksi. Lalu dipiperkan

larutan radikal DPPH sebanyak 100 µl dan diencerkan dengan 2 ml etanol.

Dilakukan uji yang sama terhadap pembanding. Sampel diinkubasikan pada

suhu ruang selama 30 menit. Uji UV-Vis dengan menggunakan panjang

gelombang maksimum 518 nm (Sayuti, 2015)


5
6) Penentuan IC50

IC50 dari aktivitas antioksidan di bawah dari hasil pengukuran absorbansi

dari empat seri kosentrasi menghasilkan% inhibisi dimana keempat% inhibisi

ini dihitung berdasarkan persamaan:

38
% Inhibisi= Serapan blanko-serapan sampel x 100 %
serapan blanko

5
Persentase inhibisi dan konsentrasi ekstrak diplot masing-masing pada

sumbu x dan y, dan garis yang sesuai digunakan untuk mengurangi hambatan

dan konsentrasi sebesar 50%. (IC50) (Sayuti, 2015)


19
F. Analisis Data

1. Jenis data

Data primer adalah informasi yang diambil langsung dari hasil studi penelitian.

2. Teknik pengumpulan data

Data penelitian ini diperoleh dari hasil uji evaluasi mutu dan pengujian

Antioksidan sediaan lotion dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon)

3. Pengolahan data dan penyajian data

Pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel pengamatan dan dijabarkan

secara deskriptif analisis dan untuk setiap pengujian yang dilakukan dalam empat

minggu untuk melihat stabilitas sedian setiap minggu dengan dipresentasekan dan

dibuat tabulasi menggunakan program SPSS versi 23.

G. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini harus memenuhi prinsip etika dalam melakukan suatu

penelitian yaitu pertama peneliti membuat surat persetujuan penelitian yang ditanda

tangani oleh pembimbing I, pembimbing II dan mengajukan surat izin melakukan

penelitian pada kepala Laboratorium Farmasi universitas Mandala waluya setelah

disetujui selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan dan terakhir penelitian

dengan tetap memperhatikan aturan didalam Laboratorium Farmasi universitas

Mandala waluya.

39
7
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pembuatan Ekstrak Biji Melino (Gnenum Gnenom L)

Tabel 6. Hasil Pembuatan Ekstrak Biji Melinjo (Gnenum Gnenom L)

Berat Pelarut Berat % Rendamen Warna


simplisia etanol 96% ekstrak Ekstrak
awal
3 kg 6L 53,,90 g 50,8 % Coklat
Kehitaman

1
2. Hasil Uji Organoleptik Lotion

Hasil uji organoleptik terhadap sediaan Lotion Ekstrak Biji Melinjo (Gnenum
1
Gnenom L) berdasarkan lama penyimpanan dengan mengamati warna, bau, dan

bentuk sediaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Organoleptik Berdasarkan Lama Penyimpanan

Pemeriksaan Formula Pengamatan


Minggu ke-
I II III
Warna Blangko Putih Putih Putih

Formula I Coklat Muda Coklat Muda Coklat Muda


5%
Formula II Kuning Muda Kuning Kuning
10% Muda Muda
Formula III Kuning Kuning Kuning
15 % Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan
Bau/Aroma Blangko Khas bahan Khas bahan Khas bahan
kimia kimia kimia

40
Formula I Khas ekstrak Khas ekstrak Khas ekstrak
5% biji melinjo biji melinjo biji melinjo
Formula II Khas ekstrak Khas ekstrak Khas ekstrak
10% biji melinjo biji melinjo biji melinjo
Formula III Khas ekstrak Khas ekstrak Khas ekstrak
15% biji melinjo biji melinjo biji melinjo
Bentuk Blangko Kental Kental Kental

Formula I Kental Kental Kental


5%
Formula II Kental Kental Kental
10%
Formula III Kental Kental Kental
15%

1
3. Hasil Uji Homogenitas Lotion

Hasil uji homogenitas terhadap sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenom
15
Gnenum L) berdasarkan lama penyimpanan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Berdasarkan Lama Penyimpanan

Formula Pengamatan Homogenitas


Minggu Ke-
I II III
Blangko + + +
1
Formula I 5% + + +
Formula II 10% + + +
Formula III 15 % + + +

Keterangan :
(+) : Homogen
(-) : Tidak Homogen

41
4. Hasil Uji pH Lotion
1
Hasil uji pH terhadap sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom L)

berdasarkan lama penyimpanan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Hasil Uji pH Berdasarkan Lama Penyimpanan

Formula Pengamatan pH Rata-rata


Minggu ke-
I II III
Blangko 7 7 7 7 cm
1
Formula I 5% 6 6 6 6 cm
Formula II 10% 6 6 6 6 cm
Formula III 15% 6 6 6 6 cm

12
5. Hasil Uji Daya Sebar Lotion

Hasil uji daya sebar terhadap sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenum
1
gnenom L) berdasarkan lama penyimpanan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Hasil Uji Daya Sebar Berdasarkan Lama Penyimpanan

Formula Pengamatan Daya Sebar Rata-rata


Minggu ke-
I II III
Blangko 7 7 7 7 cm

Formula I 5% 6,3 6,5 6,6 6 cm

Formula II 10% 6,2 6,6 6,8 6 cm

Formula III 15% 6,1 6,3 6,6 6 cm

6. Uji Iritasi

Hasil uji iritasi terhadap sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenom Gnenum
15
L) berdasarkan lama penyimpanan dapat dilihat pada tabel berikut :

42
Tabel 11. Hasil Uji iritasi Berdasarkan Lama Penyimpanan

Formula Pengamatan Homogenitas


Minggu Ke-
I II III
31
Blangko + + +
Formula I 5% + + +
Formula II 10% + + +
Formula III 15 % + + +
Keterangan :
(+) : Tidak menimbulkan iritasi
(-) : Menimbulkan iritasi
7. Hasil Uji Cycling Test Sediaan Lotion

a. Hasil Evaluasi Organoleptik

Hasil uji organoleptik terhadap sediaan Lotion Ekstrak Biji Melinjo


1
(Gnenum Gnenom L) berdasarkan Cycling Test dengan mengamati warna, bau,

dan bentuk sediaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Organoleptik Berdasarkan Lama Penyimpanan


24
Formula Sebelum Cycling Test Sesudah Cycling Test
Warna Aroma Bentuk Warna Aroma Bentuk
Blangko Putih Khas bahan Kental Putih Khas Bahan Kental
kimia Kimia
Formula I Coklat Khas ekstrak Kental Coklat Khas Kental
5% Muda biji melinjo Muda Ekstrak Biji
Melinjo
Formula II Kuning Khas ekstrak Kental Kuning Khas Kental
10% Muda biji melinjo Muda Ekstrak Biji
Melinjo
Formula III Kuning Khas ekstrak Kental Kuning Khas Kental
15% Kecoklatan biji melinjo Kecoklatan Ekstrak Biji
Melinjo

43
b. Hasil Evaluasi Homogenitas

Hasil uji homogenitas terhadap sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenom
1
Gnenum L) berdasarkan Cycling Test dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Berdasarkan Cycling Test

Formula Pengamatan Homogenitas


Sebelum Cycling Test Sesudah Cycling Test

Blangko + +
1
Formula I 5% + +
Formula II 10% + +
Formula III 15 % + +
Keterangan :
c. (+) : Homogen
d. (-) : Tidak Homogen

c. Hasil Evaluasi pH

Hasil uji pH terhadap sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom)
1
berdasarkan Cycling Test dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Hasil Uji pH Berdasarkan Cycling Test

Formula Pengamatan Ph
Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test

Blangko 7 7

Formula I 5% 6 6

Formula II 10% 6 6

Formula III 15% 6 6

e. Hasil Evaluasi Daya Sebar

Hasil uji daya sebar terhadap sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenum
1
gnenom L) berdasarkan cyling test dapat dilihat pada tabel berikut :

44
Tabel 10. Hasil Uji Daya Sebar Berdasarkan Cyling Test

Formula Pengamatan Daya Sebar Rata-rata


Sebelum cycling test Sesudah cycling test

Blangko 7 7 7 cm

Formula I 5% 6,3 6,5 6 cm

Formula II 10% 6,5 6,3 6 cm

Formula III 15% 6,1 6,1 6 Cm

f. Hasil Uji Iritasi

Hasil uji iritasi terhadap sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenom
1
Gnenum L) berdasarkan cycling test dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Hasil Uji iritasi Berdasarkan Lama Penyimpanan

Formula Uji Iritasi


Sebelum Cycling Test Sesudah Cyling Test

31
Blangko + +
Formula I 5% + +
Formula II 10% + +
Formula III 15 % + +
Keterangan :
(+) : Tidak menimbulkan iritasi
(-) : Menimbulkan iritasi
3. Hasil Uji Antioksidan
56
Hasil uji antioksidan sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenum Gnenom L)

dapat diliat pada tabel berikut :

45
Tabel 9. Hasil Uji Antioksidan Lotion Ekstrak Biji Melinjo (Gnenum Gnenom)

Kosentrasi Absorbansi Absorbansi %Inhibisi IC50


(µg/mL) Blangko Sampel+DPPH (µg/mL)

Sampel

Vitamin C 25 0,143 0,068 52,447 9,3115

50 0,052 63,636

75 0,048 66,433

100 0,038 73,426

Formula I 25 0,143 0,128 10,489 138,758


5% 50 0,107 25,174

75 0,106 25,874

100 0,089 37,762

Formula II 25 0,143 0,085 40,559 52,502


10% 50 0,071 50,349

75 0,058 59,440

100 0,056 60,839

Formula III 25 0,143 0,129 9,790 92,505


15% 50 0,115 19,580

75 0,089 37,762

100 0,062 56,643

Keterangan :
A : Formula kosentrasi 5%
B : Formula kosentrasi 10%
C : Formula kosentrasi 15%

46
hubungan antara
% inhibisi Vs Konsentrasi perbandingan
80
70
% Inhibisi Vitamin C

60
50
40
y = 0.2629x + 47.552
30 11
R² = 0.946
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4. Persen inhibisi vitamin C (control positif)

hubungan antara
% inhibisi Vs Konsentrasi sampel
40
35
% inhibisi kulit pisang

30
25
20
15
y = 0.3301x + 4.1958
10 R² = 0.9101
5
0
0 20 40 60 80 100 120
konsentrasi (ppm)

Gambar 5. Persen Inhibisi Sediaan Lotion Kosentrasi 5%

47
hubungan antara
% inhibisi Vs Konsentrasi perbandingan
80
70
% Inhibisi Vitamin C

60
50
40
y = 0.2629x + 47.552
30 11
R² = 0.946
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)

Gambar 6. Persen Inhibisi Sediaan Lotion Kosentrasi 10%

hubungan antara
% inhibisi Vs Konsentrasi perbandingan
80
70
% Inhibisi Vitamin C

60
50
40
y = 0.2629x + 47.552
30 11
R² = 0.946
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)

Gambar 7. Persen Inhibisi Sediaan Lotion Kosentrasi 15%

B. Pembahasan

Pada penelitian ini tanaman yang digunaka adalah biji melinjo (Gnenum Gnenom)

yang lebih di kenal dengan buah tangkil. Bagian tanaman yang digunakan pada

melinjo yaitu biji melinjo yang secara empiris berdasarkan penelitian sebelumnya

sebagai antioksidan alami memiliki manfaat menghambat radikal bebas dan dapat

48
berfungsi sebagai antiaging. Biji melinjo (Gnenum Gnenom) mengandung antioksidan

kuat seperti polifenol, vitamin C, dan tokoferol (Septiani et al., 2012)

Sebelum dilakukan formulasi lotion ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom L),

terlebih dahulu dilakukan proses ekstrasi terhadap biji melinjo (Gnenum gnenom l)

untuk memperoleh ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom L) yang akan digunakan

sebagai bahan aktif dalam formula.

Proses ekstrasi dilakukan dengan cara atau proses yang sederhana yaitu dengan

cara maserasi, dikarenakan metode ini paling banyak digunakan, peralatan mudah

ditemukan serta lebih sederhana. Adapun hasil ekstrak yang diperoleh dari ekstrak

maserasi yaitu 50,8 gram (Agoes, 2007)

Telah dilakukan pengujian antioksidan uji ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom L)

dengan kosentrasi 5, 10, 25, 50, 75, 100 dengan hasil IC50 sebesar 173,368 ppm pada

kosentrasi 5% (Setiani et al.,2012). Maka penelian memformulasikan lotion dari

ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom L) dengan 3 variasi kosentrasi zat aktif yaitu

formula 5%, 10%, 15% yang dilakukan secara bertahap selama 3 minggu pengujian,

selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi mutu sediaan lotion yaitu
41
meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya sebar, uji iritasi, uji pH, dan uji

cycling test.

Tujuan dilakukan uji organoleptik pada lotion untuk mengamati kestabilan fisik

dari sediaan yang meliputi warna, bau, maupun bentuk sediaan lotion yang dilakukan

secara bertahap masing-masing sediaan selama pada suhu kamar. Hasil pengujian

organoleptik baik sebelum ataupum sesudah cycling test, sediaan lotion menunjukan
58
adanya kestabilan dari warna, bau, dan bentuk pada sediaan. Hal ini dapat dilihat dari

hasil pengamatan yang dilakukan selama tiga hari tanpa adanya perubahan yang nyata

terhadap warna, corak, atau bentuk sediaan.

49
Untuk mengetahui apakah bahan aktif lotion sudah merata dengan bahan dasar atau

belum, digunakan homogenitas sediaan lotion. Alhasil, bahan aktif yang terkandung

dalam lotion tersebar merata. Hasil pemeriksaan uji homogenitas baik sebelum

maupun sesudah cycling test pada penyimpanan suhu ruang selama tiga minggu

dengan masing-masing kosentrasi sediaan menunjukan hasil yang homogen dengan

tidak adanya butiran-butiran kasar

PH kulit harus dipantau secara ketat karena dengan meningkatnya kandungan basa

atau asam bahan kulit, menjadi lebih sulit untuk menetralisirnya dan kulit menjadi

lebih tebal, lebih sensitif, dan lebih mudah terinfeksi. Dalam uji pH universal gauging.

Untuk berpindah ke kisaran pH yang berhubungan dengan fisiologi kulit antara 4,2,6,5,

dan 6, pH lotion yang digunakan dalam uji bersepeda dikalibrasi sebelum dan sesudah

pengujian agar berada dalam kisaran rata- rata 6. Berdasarkan hasil uji pengamatan

formula I, II, III, menunjukan sediaan lotion yang stabil serta memenuhi persyaratan

pH kulit.

Tujuan Uji daya sebar adalah untuk memahami kemampuan lotion menyebabkan

iritasi saat dioleskan ke kulit. Lotion daya sebar dapat dioleskan ke kulit dengan

mudah tanpa perlu kuat-kuat atau jari-jari tangan. Hasil daya sebar pada sediaan lotion

pada formula I, II, III dan blangko berturut-turut 6,3 cm, 6,5 cm, 6,6cm dan blangko 7.

Sedangkan pada cycling test pada uji daya sebar lotion pada formulaso I, II, III dan
18
blangko, berturut-turut 6,5 cm, 6,3 cm, 6,1cm, dan blangko daya sebar yaitu 7 cm. Hal

ini menunjukan bahwa ketiga sediaan lotion yang telah dibuat memenuhi syarat

dimana daya sebar 5-7 cm menunjukan konsistensi semi solid yang nyaman dalam

penggunaan (Garg, 2002)

Pada uji iritasi sediaan lotion untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya efek

samping sediaann lotion yang dioleskan pada bagian telinga selama 24 jam. Hasil

50
pemeriksaan uji iritasi baik sebelum maupun sesudah cycling test pada penyimpanan

suhu ruang selama tiga minggu dengan masing-masing kosentrasi sediaan menunjukan

hasil yang baik untuk digunakan pada kulit karena sesuai dengan kriteria sediaan lotion

yang baik yaitu tidak menimbulkan iritasi seperti ruam, gatal-gatal, atau kemerahan

pada kulit.

Dengan melakukan kegiatan uji antioksidan dapat diketahui kandungan antioksidan

losion biji melinjo (Gnenum gnenom). Aktivitas antioksidan dalam lotion ditingkatkan

dengan mengurangi tingkat aktivitas hambatan terkait DPPH menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis. Operasi dasar metode DPPH adalah proses reduksi penuaan

radikal menggunakan DPPH (2,2-difenil-11-pikrilhidrazil) dan antioksidan. Proses

redefinisi tersebut disertai dengan perubahan warna bendera peringatan, yakni dari

merah (senyawa radikal bebas) menjadi kuning (memudar) (senyawa radikal bebas

yang teedksi oleh antioksidan). Pemdaran warna akan mencegah hilangnya sinar

tampak nilai absorbansi dari spektrofotometer, sehingga dengan meningkatnya

absorbansi maka aktivitas anti oksidan bahan meningkat (Ananda, 2009).

Pengukuran aktivitas antioksidan diawali dengan penetapan panjang gelombang

maksimum DPPH dengan kosentrasi µ/mL dalam elarut etanol. Selanjutnya

pengukuran absorbansi dilakukan setelahh proses inkubasi Diperlukan 30 menit agar

reaksi terjadi antara DPPH radikal dan sampel yang diinginkan. Tingkat aktivitas anti-

oksidan dari sumber tertentu dapat ditentukan oleh penghambatan presentase dan nilai

IC50. Persentase inhibisi adalah perbedaan antara DPPH dan serapan undukur. Namun

nilai IC50 menunjukkan bahwa sebagian besar ekstrak kosentrasi efektif yang akan

digunakan mampu mengandung radikal bebas sekitar 50%. IC50 dalam hal ini dapat

ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linier yang menunjukkan hubungan

51
antara penghambatan persepsi maksimal (y) dan ambang 50% (x) untuk y. (Suhery

dkk, 2016)

Ketika absorbansi yang memadai hadir, tingkat reaktivitas radikal DPPH dapat

ditentukan (% inhibisi). Kemudian, diperkenalkan kurva regresi linier dan


34
korespondensinya dengan pengertian jumlah x dan y. Nilai IC50 dapat diperoleh dari

persamaan regresi linier yang sebelumnya diperoleh dengan mengganti y dengan 50

pada persamaan yang sesuai. Nilai IC50 adalah ukuran konsentrasi tertentu yang secara

signifikan dapat memperlambat proses pengesahan undang-undang (ppm). Nilai IC50

yang lebih rendah menunjukkan peningkatan aktivitas anti-oksidan (Zuhra dkk. 2008).

Hasil antioksidan sediaan lotion pada tabel 9, menunjukan bahwa nilai IC50 pada
6
Vitamin C sebesar 9,3115 µg/mL memiliki antioksidan yang sangat kuat (50-100

µg/mL), pada Formula I dengan kosentrasi 5% IC50 sebesar 138,758 µg/mL memiliki

antioksidan yang sangat lemah (<50µg/mL), Formula II dengan kosentrasi 10% IC50

sebesar 52,502 µg/mL memiliki antioksidan yang kuat (≤50 µg/mL), Formula III

dengan kosentrasi 10% IC50 sebesar 92,505 /mL memiliki antioksidan yang lemah (≤50

µg/mL), dari ketiga formula di atas sebagaimana dinyatakan suatu at mempunyai sifat

antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 berkisar antara 201-1000 ppm. Aktivitas
2
antioksidan sediaan lotion tergolong sangat lemah, maka zat kurang efektif namun

masih memiliki potensi sebagai antioksidan pada kosentras 10% dengan nilai IC50

52,502 µg/mL. Hasil pengukuran absorbansi % inhibisi dan nilai IC50 dapat dilihat

pada table 14. Hal ini di pengaruhi kurangnya kosentrasi zat aktif ekstrak biji melinjo
27
(Gnenum gnenom L) sebagimana menunjukan bahwa semakin tinggi kosentrasi

merupakan semakin tinggi presentase inhibisinya, hal ini disebgabkan pada sampel

yang semakin banyak, semakin tinggi kandungan antoksidanya sehingga berdampak

juga pada tingkat aktivitas (Karim dkk, 2015)

52
Aktivitas antioksidan ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom L) dalam sediaan

Lotion dikategorikan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat yaitu pada formula II

dengan konsentrasi 10% dengan nilai IC50 52,502 µg/mL. Tetapi tidak lebih tinggi

dengan vitamin C yang memiliki nilai IC50 9,311µg/mL. berdasarkan penelitian

sebelumnya menyatakan bahwa biji melinjo memiliki senyawa antara lain senyawa

polifenol, vitamin C dan tokoferol (Septiani et sl., 2012)

Pada penelitian ini semua formula lotion memiliki kestabilan yang baik sehingga

ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom L) yang berkhasiat sebagai antioksidan dapat

dibuat menjadi suatu sediaan kosmetik baik berupa lotion, krim, maupun gel yang

bermanfaat untuk mencegah terjadinya damapk radikal bebas berupa penuaan diri dan

kanker kulit (Suwendar, 2016)

53
48
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :

1. Dari ketiga sediaan loton dengan kosentrasi %,10%,15% ekstrak biji melinjo

(Gnenum gnenom) dikatakan stabil dilihat dari kriteria standar mutu sediaan
39
evaluasi mutu berupa uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya sebar, uji pH,

uji iritasi dan uji cycling test

2. Sediaan ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom) memiliki aktivitas antioksidan

lemah namun masih mempunyai aktivitas antioksidan

B. Saran

1. Peningkatan kosentrasi ekstrak biji melino (Gnenum gnenom) pada formuula

agar mendapatkan sediaan lotion ekstrak biji melinjo (Gnenum gnenom) yang

lebih efektif

2. Untuk kedepannya jika ingin melakukan penelitian sediaan lotion ekstrak biji

melinjo (Gnenum gnenom) agar tidak terjadinya kesalahan dalam pembuatan

lotion, lebih diperhatikan bahan yang di gunakan.

54
Similarity Report ID: oid:25211:20574555

22% Overall Similarity


Top sources found in the following databases:
21% Internet database 6% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
2% Submitted Works database

TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.

jurnal.analiskesehatan-mandalawaluya.ac.id
1 2%
Internet

123dok.com
2 2%
Internet

ejournal.uin-malang.ac.id
3 1%
Internet

repository.unhas.ac.id
4 1%
Internet

docobook.com
5 <1%
Internet

ejurnal.ung.ac.id
6 <1%
Internet

docplayer.info
7 <1%
Internet

scribd.com
8 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:25211:20574555

Slamet Widodo, Muhammad Kalili. "Quality Evaluation of Melinjo Seeds...


9 <1%
Crossref

repository.uinjkt.ac.id
10 <1%
Internet

eprints.walisongo.ac.id
11 <1%
Internet

repository.setiabudi.ac.id
12 <1%
Internet

jurnal.stikesindah.ac.id
13 <1%
Internet

text-id.123dok.com
14 <1%
Internet

LL Dikti IX Turnitin Consortium on 2020-01-08


15 <1%
Submitted works

poltekkesbdg.info
16 <1%
Internet

researchgate.net
17 <1%
Internet

ejournal.unsrat.ac.id
18 <1%
Internet

farmasi-kendari.blogspot.com
19 <1%
Internet

repository.usu.ac.id
20 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:25211:20574555

Waode Rustiah, Nur Umriani. "Uji Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak B...
21 <1%
Crossref

ecampus.poltekkes-medan.ac.id
22 <1%
Internet

etheses.uin-malang.ac.id
23 <1%
Internet

pt.scribd.com
24 <1%
Internet

download.garuda.ristekdikti.go.id
25 <1%
Internet

repo.poltekkes-medan.ac.id
26 <1%
Internet

adoc.pub
27 <1%
Internet

journal.uad.ac.id
28 <1%
Internet

lib.ui.ac.id
29 <1%
Internet

garuda.kemdikbud.go.id
30 <1%
Internet

repository.umnaw.ac.id
31 <1%
Internet

neliti.com
32 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:25211:20574555

repository.poltekeskupang.ac.id
33 <1%
Internet

Josepin P Konda, Jainer P Siampa, Trina E Tallei, Billy J Kepel, Fatima...


34 <1%
Crossref

eprints.umm.ac.id
35 <1%
Internet

fkipumkendari.ac.id
36 <1%
Internet

digilib.unila.ac.id
37 <1%
Internet

id.scribd.com
38 <1%
Internet

Ummu Kalsum, Nurfiddin Farid, Nurul Inayah, Muhammad Arman. "POT...


39 <1%
Crossref

cahyatimur.blogspot.com
40 <1%
Internet

pustaka.sttif.ac.id
41 <1%
Internet

repository.ucb.ac.id
42 <1%
Internet

repository.unfari.ac.id
43 <1%
Internet

sciencegate.app
44 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:25211:20574555

ahmadelrahman.blogspot.com
45 <1%
Internet

core.ac.uk
46 <1%
Internet

ejournals.stfm.ac.id
47 <1%
Internet

etheses.iainponorogo.ac.id
48 <1%
Internet

repository.helvetia.ac.id
49 <1%
Internet

slideshare.net
50 <1%
Internet

biologypunk.blogspot.com
51 <1%
Internet

chubbymoddy.wordpress.com
52 <1%
Internet

cpo.ase.ro
53 <1%
Internet

ejournal.medistra.ac.id
54 <1%
Internet

ejournal3.undip.ac.id
55 <1%
Internet

Dewi Fatimatuzzahroh, Bambang Kunarto, Ery Pratiwi. "Lama Ekstraksi...


56 <1%
Crossref

Sources overview
Similarity Report ID: oid:25211:20574555

Dspace.Uii.Ac.Id
57 <1%
Internet

ejournal.umpwr.ac.id
58 <1%
Internet

id.123dok.com
59 <1%
Internet

kahakhusnia.blogspot.com
60 <1%
Internet

scilit.net
61 <1%
Internet

Sources overview

Anda mungkin juga menyukai