Anda di halaman 1dari 16

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI


NAGARI SITUJUH BATUA
 
PERATURAN WALI NAGARI SITUJUH BATUA
NOMOR 5 TAHUN 2019
 
TENTANG
PELAKSANAAN GOTONG ROYONG
 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALI NAGARI SITUJUH BATUA,
 

a.   bahwa dalam rangka untuk mendukung


kelancaran penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, pembinaan, pemberdayaan dan
pelayanan masyarakat di Nagari Situjuh Batua,
maka perlu menetapkan Pelaksanaan kegiatan
Gotong Royong di Nagari Situjuh Batua;

Menimbang b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


: dimaksud pada huruf a perlu menetapkan
Peraturan Nagari tentang partisipasi Swadaya
Gotong Royong Masyarakat sebagai dasar
pelaksanaanya;
c.  bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf  a dan huruf b
diatas, maka perlu menetapkan dengan suatu 
Peraturan Wali Nagari.

Mengingat : 1.        Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956


Tentang Pembentukkan Daerah Otonom
Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera
Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 25);
2.        Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukkan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
3.        Undang-Undang Nomor 6  Tahun 2014
tentang Nagari (Lembaran Negara tahun Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
4.        Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah dua kali diubah,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5.        Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Nagari
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Nagari (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);
6.        Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
111 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2091);
7.        Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42
Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat;
8.        Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pemerintahan
Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh
KotaTahun 2018 Nomor 1);
9.        Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor
36 Tahun 2011 Tentang Pembinaan dan
Pengawasan Produk Hukum Nagari ( Berita
Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2011
Nomor 36);
10.     Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 69
Tahun 2018 Tentang Daftar Kewenangan Nagari
berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan
Lokal Berskala Nagari di Kabupaten Lima Puluh
Kota (Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2018 Nomor 69);
11.     Peraturan Nagari Situjuh Batua Nomor 2
Tahun 2019 Tentang Daftar Kewenangan 
Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangang
Lokal Berskala Nagari (Lembaran Nagari Situjuh
Batua Tahun 2019 Nomor 2).

 
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:   PERATURAN WALI NAGARI SITUJUH BATUA TENTANG PELAKSANAAN
GOTONG ROYONG DI KENAGARIAN SITUJUH BATUA.
 
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan WaliNagari ini, yang dimaksud dengan:

 Pemerintah adalah Pemerintah Nagari Situjuh Batua;


 Nagari adalah Nagari Situjuh Batua;
 Nagari atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Nagari, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Nagari dan
Badan Permusyawaratan Nagari dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 Wali Nagari atau yang disebut dengan nama lain dan Perangkat Nagari sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Nagari;
 Badan Permusyawaratan Nagari atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat
BAMUS, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Nagari sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari;
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari selanjutnya disingkat APBNag adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan Nagari yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Nagari dan
BAMUS, yang ditetapkan dengan Peraturan Wali Nagari;
 Peraturan Wali Nagari adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BAMUS dan
Pemerintahan Nagari;
 Jorong adalah bagian dari wilayah Pemerintahan Nagari yang dipimpin oleh Kepala Jorong;
 Kepala Jorong adalah perpanjangan tangan dari Wali Nagari untuk segala kegiatan di Jorong
masing-masing;
 Gotong Royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan dan bersifat suka rela agar kegiatan yang
dikerjakan dapat berjalan dengan lancar mudah dan ringan.
 
 
 
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Maksud Peraturan Wali Nagari ini adalah :

 Untuk menjalin silahturahmi sesama masyarakat Nagari Situjuh Batua;


 Menciptakan rasa persatuan dan kesatuan dalam lingkungan masyarakat Nagari Situjuh Batua;
 Meningkatkan rasa kebersamaan diantara masyarakat Nagari Situjuh Batua;
 Melanjutkan tradisi yang sudah ada di Nagari Situjuh Batua, pituah adat duduak surang basampik-
sampik duduak basamo ba lapang-lapang.
 
 
Pasal 3
Tujuan Peraturan Wali Nagari ini adalah untuk :

 Mewujudkan Lingkungan yang bersih dan sehat;


 Mewujudkan Lingkungan yang asri dan nyaman;
 Meningkatkan rasa kebersamaan dalam bermasyarakat;
 Meningkatkan jiwa sosial ditengah-tengah masyarakat;
 Mempererat Hubungan Silaturrahmi antara masyarakat; dan
 Memperjelas peran serta masyarakat dalam pembangunan Nagar
 
 
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang Lingkup partisipasi gotong royong masyarakat dilingkungan Pemerintah Nagari Situjuh Batua
terdiri atas :

 Hak dan Kewajiban Masyarakat;


 Waktu, tempat, / jenis kegiatan;
 Sanksi bagi yang tidak hadir dan;
 Hasil gotong
 
 
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Pasal 5
Hak dari masyakarat dalam bernagari adalah:

 Masyarakat Situjuh Batua berhak mendapatkan kehidupan yang layak;


 Masyarakat Situjuh Batua terbebas dari segala macam penyakit;
 Masyarakat Situjuh Batua berhak mendapatkan lingkungan yang bersih.
 
Pasal 6
Kewajiban Masyarakat adalah:

 Ikut serta dalam pembangunan nagari;


 Menjaga dan merawat lingkungan di nagari;
 Ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong yang di laksanakan di nagari;
 Mematuhi aturan nagari dan aturan yang ada di Negara Republik Indonesia.
 
 
 
 
 
 
BAB V
WAKTU DAN JENIS GOTONG ROYONG
Pasal 7

 Waktu pelaksanaan kegiatan Gotong Royong mulai pukul 07.00 sampai 09.00 WIB;
 Jenis gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat antara lain :
1. Goro Wajib adalah goro yang dilaksanakan pada hari jum’at atau nama lainnya jum’at bersih
dilaksanakan pada setiap 1 kali dalam seminggu dilaksanakan secara bergilir disetiap
Jorong di Nagari Situjuh Batua, yang terlibat dalam kegiatan goro ini adalah seluruh
Perangkat Nagari, Bamus, Linmas, Lembaga yang ada di Nagari dan masyarakat Jorong
setempat;

1. Goro Rutin adalah goro yang dilaksanakan pada hari Minggu disetiap Jorong atau nama
lainnya Minggu Bersih, yang terlibat di kegiatan Goro ini adalah Kader yandu dan KB, Ibu-
ibu PKK, Bundo Kanduang dan para Pemudi yang ada di Jorong masing-masing;
2. Goro Istimewa adalah Goro yang di laksanakan pada Hari-Hari Besar Kenegaraan Atau
Hari-Hari Besar Keagamaan, yang terlibat dalam kegiatan goro ini adalah seluruh
masyarakat yang sudah wajib Goro dan atau masyarakat yang diundang;
3. Goro Khusus adalah Goro yang dilaksanakan pada situasi terjadinya Bencana Alam dan
kondisi yang sangat membutuhkan, yang terlibat dalam kegiatan goro ini adalah seluruh
masyarakat yang sudah wajib Goro dan atau masyarakat yang diundang.

 
 
BAB VI
SANKSI BAGI YANG TIDAK HADIR
Pasal 8

 Bagi masyarakat yang tidak hadir atau tidak ada keterangan apapun akan diberi surat panggilan dan
dimintai keterangannya;
 Kalau poin 1 tidak diindahkan maka yang bersangkutan akan di laporkan kepada mamak kepala
kaum nya;
 Apabila masyarakat yang sudah dimintai keterangan tersebut juga tidak mengindahkannya, maka
Pemerintahan Nagari akan melanjutkan ke BP2AS untuk diproses secara adat yang berlaku di
Nagari Situjuh Batua;
 Seandainya poin 2 ini juga tidak di patuhi maka Masyarakat tersebut tidak akan di layani di dalam
bentuk apapun di Kantor Nagari.
 
 
BAB VII
HASIL GOTONG ROYONG
Pasal 9

 Hasil Gotong Royong yang dimaksud adalah berupa Nilai Tenaga Perorangan, yang disumbangkan
secara sukarela oleh masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan uang;
 Kegiatan Gotong Royong tersebut bisa menjadikan Nagari yang mandiri, bersih, nyaman, tentram
dan menjadikan lingkungan yang asri;
 Gotong royong tersebut dapat menguntungkan dan mengurangi segala biaya yang dibebankan
terhadap Anggaran Pendapatan Asli Nagari.
 
 
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Peraturan Wali Nagari ini mulai berlaku sejak diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Nagari ini dengan
penempatannya dalam Berita Nagari Situjuh Batua.
 
Ditetapkan di : Situjuh Batua
Pada tanggal  :                   2019
 
WALI NAGARI SITUJUH BATUA,
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI
NAGARI SITUJUH BATUA
 
PERATURAN WALI NAGARI SITUJUH BATUA
NOMOR 8 TAHUN 2019
 
TENTANG
PENGELOLAAN EMBUNG MILIK NAGARI
 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALI NAGARI SITUJUH BATUA,
 

a.    bahwa untuk mewujudkan Nagari Situjuh Batua


sebagai Nagari Pariwisata dan melestarikan Sumber
Daya Perikanan, maka salah satu upaya dilakukan
adalah melalui pengelolaan embung milik Nagari;
b.   bahwa dalam upaya peningkatan Pendapatan
Asli Nagari dirasa perlu untuk mengelola embung
milik Nagari;
Menimbang : c.    bahwa untuk tertibnya pengelolaan embung
milik Nagari sebagai objek wisata dan budidaya
perikanan, perlu diatur dengan Peraturan Wali
Nagari;
d.   bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, b, c
dan huruf d diatas perlu ditetapkan dengan suatu
Peraturan Wali Nagari Tentang Pengelolaan
Embung Milik Nagari.

Mengingat : 1.        Undang-undang Nomor 12 tahun 1956


Tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten
dalam Lingkungan Sumatera Tengah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);
2.        Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 11);
3.        Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009
Tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2009 nomor 154, tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5073);
4.        Undang-undang Nomor 12 Tahun  2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
5.        Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014,
Tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
6.        Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7.        Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007
Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4779);
8.        Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5539) sebagaimana telah diubah denagn
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);
9.        Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2091);
10.     Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114
Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2094);
11.     Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 611);
12.     Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10
Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Propinsi dan Kabupaten / Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5601);
13.     Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor Per.02/Men/2009 tentang Penetapan
Kawasan Konservasi Perairan;
14.     Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor Per.03/Men/2010 Tentang Tata Cara
Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan;
15.     Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pemerintahan
Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2018 Nomor 1);
16.     Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 36
Tahun 2011 Tentang Pembinaan dan Pengawasan
Produk Hukum Nagari (Berita Daerah Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2011 Nomor 36);
17.     Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 150
Tahun 2018 Tentang Pedoman Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nagari Tahun 2019 (Berita Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota Tahun 2018 Nomor 150);
18.     Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 152
Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Nagari
(Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2018 Nomor 152);
19.     Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 69
Tahun 2018 Tentang Daftar Kewenangan Nagari
berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
Berskala Nagari di Kabupaten Lima Puluh Kota
(Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2018 Nomor 69);
20.     Peraturan Nagari Situjuh Batua Nomor 2
Tahun 2019 Tentang Daftar Kewenangan Nagari
Bedasarkan Hak Asal Usul Kewenangan Lokal
Berskala Nagari  (Lembaran Nagari Situjuh Batua
Tahun 2019 Nomor 2).

 
MEMUTUSKAN:
PERATURAN WALI NAGARI SITUJUH BATUA
TENTANG PENGELOLAAN EMBUNG MILIK
Menetapkan  : NAGARI

 
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Nagari ini yang dimaksud dengan :

1. Nagari adalah Nagari Situjuh Batua;


2. Nagari adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepetingan masyarakat setempat berdasarkan
asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
3. Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
Nagari dan Badan Permusyawaratan Nagari dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan Asal Usul dan Adat Istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Pemerintah Nagari adalah Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagai unsur
Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari;
5. Wilayah Pemerintah Nagari Situjuh Batua adalah Kesatuan wilayah Pemerintahan Nagari
yang mempunyai batas-batas administrasi yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku;
6. Wali Nagari adalah Wali Nagari Situjuh Batua;
7. Pendapatan Asli Nagari adalah Kekayaan Nagari yang berasal dari Hasil Usaha Nagari,
Pungutan Nagari, Iuran Nagari, dan lain-lain Pendapatan Nagari yang sah yang tertuang
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari;
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari yang selanjutnya disebut APB Nagari adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintah Nagari;
9. Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan
air limpasan (Run Off) serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian,
perkebunan dan peternakan terutama saat musim kekeringan atau kemarau;
10. Nagari Pariwisata adalah Nagari yang menjadi tujuan tempat perjalanan rekreasi;
11. Wisata Alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam;
12. Agrowisata adalah aktivitas wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian atau
fasilitas terkait;
13. Pokmaswas adalah Kelompok Masyarakat Pengawas yang merupakan komponen
masyarakat yang berpotensi ikut secara aktif dalam pengawasan perikanan;
14. Lubuk Larangan adalah sebuah wilayah/tempat/lokasi yang berada di sungai yang
disepakati oleh masyarakat bersama Lembaga Adat, dimana di tempat yang telah disepakati
tersebut dilarang untuk mengambil ikan yang ada dalamnya;
15. P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) adalah kumpulan Masyarakat yang bertaggung
jawab dalam pengelolaan Irigasi Pertanian;
16. Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan) adalah kumpulan para pembudidaya ikan yang
terbentuk dan tumbuh atas dasar adanya kepentingan bersama dengan rasa saling percaya,
keserasian dan keakraban untuk bekerjasama dalam rangka memanfaatkan sumberdaya,
mengembangkan usaha, dana, untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya;
17. Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) adalah Lembaga yang didirikan warga desa yang
anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung
jawab serta berperan sebagai penggerak untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi
berkembangnya kepariwisataan di wilayah desa serta mewujudkan sapta pesona.

 
 
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal  2
Maksud Peraturan Wali Nagari ini untuk memberikan kepastian hukum Pengelolaan Embung Milik
Nagari yang terletak di Batang Baboy Situjuh Batua.
 
Pasal 3
Tujuan Peraturan Wali Nagari ini untuk :

1. Mempertegas tentang keberadaan Embung Baboy di Nagari Situjuh Batua;


2. Menertibkan tata cara pengelolaan Embung;
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam membangun;
4. Meningkatkan Pendapatan Asli Nagari.

 
Pasal 4
Ruang Lingkup Peraturan Wali Nagari ini adalah sebagai berikut :

 Fungsi Embung;
 Struktur Kepengurusan Pengelola Embung;
 Tata cara Pengelolaan Embung;
 Larangan Disekitar Embung;
 Sanksi bagi yang mengabaikan pelestarian/melakukan pengerusakan terhadap embung.
 
 
 
 
BAB III
FUNGSI EMBUNG
Pasal 5
Fungsi utama dari Embung Batang Baboy adalah untuk mengairi area pertanian terutama di
Kenagarian Situjuh Batua pada musim kemarau dan kekeringan sehingga area pertanian tetap
dapat dialiri dengan cadangan air yang tersimpan pada embung.
Adapun fungsi-fungsi Embung tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengatur dan menampung aliran air hujan sebagai persediaan air saat mengadapi musim
kemarau;
2. Sebagai salah satu wadah untuk meningkatkan Budidaya Perikanan;
3. Sebagai salah satu Objek Wisata (Agrowisata) dan;
4. Sumber Pendapatan Asli Nagari.

 
 
BAB IV
STRUKTUR KEPENGURUSAN PENGOLAHAN EMBUNG
Pasal 6
Dalam Pengelolaan Embung Batang Baboy, perlu dibentuk kepengurusan inti yang bertanggung
jawab langsung kepada Wali Nagari terhadap seluruh kegiatan yang ada, dengan struktur sebagai
berikut:

1. Ketua;
2. Wakil ketua;
3. Sekretaris;
4. Wakil sekretaris;
5. Bendahara;
6. Anggota (Kepala Unit).

 
 
 
 
Pasal 7
Untuk lebih terkoordinirnya kegiatan di Embung Batang Baboy, maka diperlukan unit-unit yang
bertanggung jawab dibidangnya masing-masing kepada Pengurus Inti, seperti :

1. Bidang Irigasi;
2. Bidang Perikanan;
3. Bidang Pariwisata.

 
Pasal 8
Kepengurusan Inti sebagaimana yang dimaksud Pasal 6 dan Unit-unit sebagaimana dimaksud
Pasal 7 ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.
 
 
BAB V
TATA CARA PENGELOLAAN EMBUNG
Bagian Kesatu
Bidang Irigsi
Pasal  9

1. Untuk bidang Irigasi/Pengairan pengelolaannya diserahkan kepada P3A (Perkumpulan


Petani Pemakai Air);
2. P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) bertugas untuk melakukan pengaturan penggunaan
Air/Irigasi sesuai dengan keadaan iklim dan kebutuhan para Petani;
3. P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) bertanggung jawab untuk memelihara kelancaran
saluran irigasi dengan cara bergotong royong bersama masyarakat Petani Pemakai Air;
4. P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dalam melaksanakan kegiatan harus dapat
berkoordinasi unit-unit lain dan bertanggung jawab kepada Pengurus inti.

 
 
 
 
Bagian Kedua
Bidang Perikanan
Pasal 10
Untuk Pengelolaan Bidang Perikanan perlu dibentuk Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan)
yang  dalam pelaksanaan kegiatannya diawasi oleh Pokmaswas (Kelompok Masyarakat
Pengawas).
 
Pasal 11
Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan) dan Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas)
sebagaimana dimaksud pasal 10 ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.
 
Pasal 12
Pengelolaan Sumber Daya Ikan untuk kepentingan penangkapan  ikan dan pembudidayaan ikan
harus mempertimbangkan hukum adat dan/atau kearifan lokal serta mengikut sertakan masyarakat.
 
Pasal 13
Pengelolaan Sumber Daya Ikan dibagi dalam beberapa bentuk diantaranya Lubuk Larangan dan
Ikan Keramba.
 
Pasal 14
Penetapan Zona dan cara pengelolaan Lubuk Larangan dan Ikan Keramba ditetapkan dengan
Keputusan Wali Nagari.
 
Bagian Ketiga
Bidang Pariwisata
Pasal 15
Untuk Pengelolaan Bidang Pariwisata perlu dibentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang
ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.
 
Pasal 16
(1) Pengembangan Wisata Embung meliputi pembangunan:

1. Tempat Parkir;
2. Kios untuk Pedagang kaki lima;
3. Toilet Umum;
4. Pengadaan alat permainan dikawasan embung ; dan
5. Pos Jaga.

(2) Pengembangan Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pembangunan (RKP)
Nagari;
(3) Besaran iyuran dari masing-masing poin a sampai e sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1,
diatur dengan Keputusan Wali Nagari.
 
 
BAB VI
LARANGAN DISEKITAR EMBUNG
Pasal 17
Setiap Masyarakat dan atau Pengunjung yang datang kekawasan embung dilarang untuk:

1. Melakukan pengrusakan alam dan lingkungan embung;


2. Melakukan pengrusakan fasilitas umum yang ada diembung;
3. Melakukan aktifitas yang akan mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada dikawasan
Lubuk Larangan;
4. Melakukan perbuatan yang melanggar Norma Adat dan Norma Agama.

 
 
 
 
 
 
BAB  VII
KETENTUAN SANKSI
Pasal 18
Setiap Masyarakat dan atau Pengunjung yang melakukan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud pasal 17 akan
dikenakan sanksi sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat akan dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Adat yang berlaku di
Nagari Situjuh Batua dan Peraturan Wali Nagari Situjuh Batua;
2. Bagi Pengunjung akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan;

50. Pasal 17 Huruf a dikenakan sanksi disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan,
pelanggaran ringan didenda sebanyak Rp 50.000, pelanggaran berat dihitung menurut
kerugian;
51. Pasal 17 Huruf b dikenakan sanksi disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan,
pelanggaran ringan didenda sebanyak Rp 50.000, pelanggaran berat dihitung menurut
kerugian;
52. Pasal 17 Huruf c dikenakan sanksi sebanyak Rp 250.000,-
53. Pasal 17 Huruf d dikenakan sanksi sebanyak 50 Zak Semen.

 
 
 
 

 
 
 

 
 
 
 
 

 
 
 

 
 
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Wali Nagari ini sepanjang pelaksanaannya akan diatur
dengan Keputusan Wali Nagari;
 Peraturan Wali Nagari ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan     Peraturan Wali Nagari ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Nagari Situjuh Batua.
       
       Ditetapkan di Situjuh Batua
       Pada tanggal  :                            2019                  
WALI  NAGARI SITUJUH BATUA,
 
 
DON VESKY
Diundangkan di Situjuh Batua
Pada tanggal                            2019               
SEKRETARIS NAGARI SITUJUH BATUA,
 
 

Anda mungkin juga menyukai