MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN WALI NAGARI SITUJUH BATUA TENTANG PELAKSANAAN
GOTONG ROYONG DI KENAGARIAN SITUJUH BATUA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan WaliNagari ini, yang dimaksud dengan:
Waktu pelaksanaan kegiatan Gotong Royong mulai pukul 07.00 sampai 09.00 WIB;
Jenis gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat antara lain :
1. Goro Wajib adalah goro yang dilaksanakan pada hari jum’at atau nama lainnya jum’at bersih
dilaksanakan pada setiap 1 kali dalam seminggu dilaksanakan secara bergilir disetiap
Jorong di Nagari Situjuh Batua, yang terlibat dalam kegiatan goro ini adalah seluruh
Perangkat Nagari, Bamus, Linmas, Lembaga yang ada di Nagari dan masyarakat Jorong
setempat;
1. Goro Rutin adalah goro yang dilaksanakan pada hari Minggu disetiap Jorong atau nama
lainnya Minggu Bersih, yang terlibat di kegiatan Goro ini adalah Kader yandu dan KB, Ibu-
ibu PKK, Bundo Kanduang dan para Pemudi yang ada di Jorong masing-masing;
2. Goro Istimewa adalah Goro yang di laksanakan pada Hari-Hari Besar Kenegaraan Atau
Hari-Hari Besar Keagamaan, yang terlibat dalam kegiatan goro ini adalah seluruh
masyarakat yang sudah wajib Goro dan atau masyarakat yang diundang;
3. Goro Khusus adalah Goro yang dilaksanakan pada situasi terjadinya Bencana Alam dan
kondisi yang sangat membutuhkan, yang terlibat dalam kegiatan goro ini adalah seluruh
masyarakat yang sudah wajib Goro dan atau masyarakat yang diundang.
BAB VI
SANKSI BAGI YANG TIDAK HADIR
Pasal 8
Bagi masyarakat yang tidak hadir atau tidak ada keterangan apapun akan diberi surat panggilan dan
dimintai keterangannya;
Kalau poin 1 tidak diindahkan maka yang bersangkutan akan di laporkan kepada mamak kepala
kaum nya;
Apabila masyarakat yang sudah dimintai keterangan tersebut juga tidak mengindahkannya, maka
Pemerintahan Nagari akan melanjutkan ke BP2AS untuk diproses secara adat yang berlaku di
Nagari Situjuh Batua;
Seandainya poin 2 ini juga tidak di patuhi maka Masyarakat tersebut tidak akan di layani di dalam
bentuk apapun di Kantor Nagari.
BAB VII
HASIL GOTONG ROYONG
Pasal 9
Hasil Gotong Royong yang dimaksud adalah berupa Nilai Tenaga Perorangan, yang disumbangkan
secara sukarela oleh masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan uang;
Kegiatan Gotong Royong tersebut bisa menjadikan Nagari yang mandiri, bersih, nyaman, tentram
dan menjadikan lingkungan yang asri;
Gotong royong tersebut dapat menguntungkan dan mengurangi segala biaya yang dibebankan
terhadap Anggaran Pendapatan Asli Nagari.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Peraturan Wali Nagari ini mulai berlaku sejak diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Nagari ini dengan
penempatannya dalam Berita Nagari Situjuh Batua.
Ditetapkan di : Situjuh Batua
Pada tanggal : 2019
WALI NAGARI SITUJUH BATUA,
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI
NAGARI SITUJUH BATUA
PERATURAN WALI NAGARI SITUJUH BATUA
NOMOR 8 TAHUN 2019
TENTANG
PENGELOLAAN EMBUNG MILIK NAGARI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALI NAGARI SITUJUH BATUA,
MEMUTUSKAN:
PERATURAN WALI NAGARI SITUJUH BATUA
TENTANG PENGELOLAAN EMBUNG MILIK
Menetapkan : NAGARI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Nagari ini yang dimaksud dengan :
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Maksud Peraturan Wali Nagari ini untuk memberikan kepastian hukum Pengelolaan Embung Milik
Nagari yang terletak di Batang Baboy Situjuh Batua.
Pasal 3
Tujuan Peraturan Wali Nagari ini untuk :
Pasal 4
Ruang Lingkup Peraturan Wali Nagari ini adalah sebagai berikut :
Fungsi Embung;
Struktur Kepengurusan Pengelola Embung;
Tata cara Pengelolaan Embung;
Larangan Disekitar Embung;
Sanksi bagi yang mengabaikan pelestarian/melakukan pengerusakan terhadap embung.
BAB III
FUNGSI EMBUNG
Pasal 5
Fungsi utama dari Embung Batang Baboy adalah untuk mengairi area pertanian terutama di
Kenagarian Situjuh Batua pada musim kemarau dan kekeringan sehingga area pertanian tetap
dapat dialiri dengan cadangan air yang tersimpan pada embung.
Adapun fungsi-fungsi Embung tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengatur dan menampung aliran air hujan sebagai persediaan air saat mengadapi musim
kemarau;
2. Sebagai salah satu wadah untuk meningkatkan Budidaya Perikanan;
3. Sebagai salah satu Objek Wisata (Agrowisata) dan;
4. Sumber Pendapatan Asli Nagari.
BAB IV
STRUKTUR KEPENGURUSAN PENGOLAHAN EMBUNG
Pasal 6
Dalam Pengelolaan Embung Batang Baboy, perlu dibentuk kepengurusan inti yang bertanggung
jawab langsung kepada Wali Nagari terhadap seluruh kegiatan yang ada, dengan struktur sebagai
berikut:
1. Ketua;
2. Wakil ketua;
3. Sekretaris;
4. Wakil sekretaris;
5. Bendahara;
6. Anggota (Kepala Unit).
Pasal 7
Untuk lebih terkoordinirnya kegiatan di Embung Batang Baboy, maka diperlukan unit-unit yang
bertanggung jawab dibidangnya masing-masing kepada Pengurus Inti, seperti :
1. Bidang Irigasi;
2. Bidang Perikanan;
3. Bidang Pariwisata.
Pasal 8
Kepengurusan Inti sebagaimana yang dimaksud Pasal 6 dan Unit-unit sebagaimana dimaksud
Pasal 7 ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.
BAB V
TATA CARA PENGELOLAAN EMBUNG
Bagian Kesatu
Bidang Irigsi
Pasal 9
Bagian Kedua
Bidang Perikanan
Pasal 10
Untuk Pengelolaan Bidang Perikanan perlu dibentuk Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan)
yang dalam pelaksanaan kegiatannya diawasi oleh Pokmaswas (Kelompok Masyarakat
Pengawas).
Pasal 11
Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan) dan Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas)
sebagaimana dimaksud pasal 10 ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.
Pasal 12
Pengelolaan Sumber Daya Ikan untuk kepentingan penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan
harus mempertimbangkan hukum adat dan/atau kearifan lokal serta mengikut sertakan masyarakat.
Pasal 13
Pengelolaan Sumber Daya Ikan dibagi dalam beberapa bentuk diantaranya Lubuk Larangan dan
Ikan Keramba.
Pasal 14
Penetapan Zona dan cara pengelolaan Lubuk Larangan dan Ikan Keramba ditetapkan dengan
Keputusan Wali Nagari.
Bagian Ketiga
Bidang Pariwisata
Pasal 15
Untuk Pengelolaan Bidang Pariwisata perlu dibentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang
ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.
Pasal 16
(1) Pengembangan Wisata Embung meliputi pembangunan:
1. Tempat Parkir;
2. Kios untuk Pedagang kaki lima;
3. Toilet Umum;
4. Pengadaan alat permainan dikawasan embung ; dan
5. Pos Jaga.
(2) Pengembangan Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pembangunan (RKP)
Nagari;
(3) Besaran iyuran dari masing-masing poin a sampai e sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1,
diatur dengan Keputusan Wali Nagari.
BAB VI
LARANGAN DISEKITAR EMBUNG
Pasal 17
Setiap Masyarakat dan atau Pengunjung yang datang kekawasan embung dilarang untuk:
BAB VII
KETENTUAN SANKSI
Pasal 18
Setiap Masyarakat dan atau Pengunjung yang melakukan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud pasal 17 akan
dikenakan sanksi sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat akan dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Adat yang berlaku di
Nagari Situjuh Batua dan Peraturan Wali Nagari Situjuh Batua;
2. Bagi Pengunjung akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan;
50. Pasal 17 Huruf a dikenakan sanksi disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan,
pelanggaran ringan didenda sebanyak Rp 50.000, pelanggaran berat dihitung menurut
kerugian;
51. Pasal 17 Huruf b dikenakan sanksi disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan,
pelanggaran ringan didenda sebanyak Rp 50.000, pelanggaran berat dihitung menurut
kerugian;
52. Pasal 17 Huruf c dikenakan sanksi sebanyak Rp 250.000,-
53. Pasal 17 Huruf d dikenakan sanksi sebanyak 50 Zak Semen.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Wali Nagari ini sepanjang pelaksanaannya akan diatur
dengan Keputusan Wali Nagari;
Peraturan Wali Nagari ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Wali Nagari ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Nagari Situjuh Batua.
Ditetapkan di Situjuh Batua
Pada tanggal : 2019
WALI NAGARI SITUJUH BATUA,
DON VESKY
Diundangkan di Situjuh Batua
Pada tanggal 2019
SEKRETARIS NAGARI SITUJUH BATUA,