Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL SKRIPSI

RESOLUSI KONFLIK HUBUNGAN INDUSTRIAL TRIPARTIT

(Studi Kasus pada Konflik Hubungan Industrial PT. Indolakto Pasuruan)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Strata 1

Disusun Oleh:

Alexander Yulianto (201610310311190)

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Wahyudi Winarjo, M. Si Drs. Sulismadi, M. Si

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU


POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

1
2020

2
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari ineraksi dengan

manusia lain dalam kehidupannya. Interaksi antar individu dalam suatu

organisasi, kelompok maupun masyarakat pada umumnya akan

menghasilkan dua hal yaitu persamaan dan perbedaan. Persamaan dan

perbedaan dapat tercipta dari sudut pandang atau persepsi, sikap,

kecenderungan atau perilaku dan lain-lain. Persamaan-persamaan yang

terjadi dalam interaksi akan membentuk suatu keharmonisan. Sedangkan

jika interkasi didominasi dengan perbedaan-perbedaan akan

memunculkan konflik atau perselisihan antar pihak-pihak yang terlibat

dalam interaksi tersebut.

Menurut Azwandi (2018), konflik terjadi pada semua lapisan

masyarakat dan berbagai aspek dalam kehidupan. Seperti konflik yang

terjadi antara jama’ah masjid kembar yang ada di Lombok Barat. Konflik

yang terjadi antara dua jama’aah masjid di Lombok Barat disebabkan

oleh perbedaan pendapat dan pandangan antar dua golongan tersebut.

Terjadinya konflik berdampak pada pecahnya nilai-nilai kebersamaan

dalam masyarakat yang akhirnya membelah masyarakat menjadi dua

kubu (golongan) selama puluhan tahun. Perselisihan dapat diselesaikan

dengan jalur bipartit setelah kelompok pemuda setempat mempertemukan

para pemuka agama (pemimpim masjid) berserta para anggota dari kedua

3
masjid tersebut untuk melakukan musyawarah. Kesepakatan yang didapat

dari musyawarah adalah kesepakatan untuk menyatukan dua masjid yang

pada dasarnya berdiri bersebelahan dan membentuk struktur organisasi

serta aturan-atauran baru secara demokratis (Azwandi, 2018).

Konflik juga terjadi pada dunia kerja yang sering disebut dengan

konflik hubungan industri. Konflik pada hubungan industri melibatkan

antara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan atasan, atasan dengan

atasan maupun skala perusahaan dengan pihak ketiga dan lain-lain yang

berkaitan. Konflik yang terjadi antara buruh dan pengusaha adalah

cerminan dari dua pihak yang memiliki perbedaan kepentingan.

Perdebatan timbul karena keinginan saling mendominasi satu sama lain.

Buruh memiliki keinginan untuk menghilangkan pengusaha yang

terkesan eksplotatif sedangkan pengusaha mempunyai keinginan untuk

menghilangkan buruh yang selalu protes atas kebijakan yang diturunkan

dari pihak elit perusahaan sebagai bentuk kekuasaan (Candra Aji

Baskoro, 2014).

Konflik dan perselisihan dalam hubungan industri dapat disebaban

oleh berbagai hal diantaranya adalah upah, jam kerja, tuntutan kerja

maupun Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Ivanov (2017) menyatakan

konflik dalam hubungan industri disebabkan oleh perselisihan hak,

kepentingan, PHK serta perselisihan antar serikat buruh atau serikat

pekerja. Studi kasus yang digunakan dalam penelitiannya adalah konflik

pada PT. Pancarasa Pratama Tanjungpinang. Konflik dipicu oleh

4
ketetapan mutasi 14 orang karyawan ke Jakarta yang tidak kunjung

mendapat tanggapan dari pihak pekerja dan berujung pada PHK.

Para pekerja tidak terima dengan keputusan PHK dari perusahaan

karena dianggap tidak adil. Para pekerja tidak menanggai permintaan

mutasi dari perusahaan dikarenakan tidak ada kejelasan terkait jaminan

biaya hidup seperti tempat tinggal, transportasi dan lain-lain. Oleh karena

itu 14 karyawan yang pada dasarnya sudah berusia lanjut tersebut tidak

menanggapi dan menola permintaan mutasi dari pihak perusahaan dan

berujung PHK. Upaya penyelesaian secara bipartit sudah dilakukan oleh

pihak Disnaker setempat namun gagal, sehingga pihak perusahaan

memilih untuk menggunakan jalur hukum melalui Pengadilan Hubungan

Industri (PHI) (Ivanov, 2017).

Konflik dalam hubungan industri tidak hanya menimpa perusahan

berskala besar namun juga terjadi pada perusahaan pada kategori

menengah kebawah. Pada tahun 2014 Kabupaten Luwu mencatat 6 kasus

perselisihan antara perusahaan dengan karyawan, 9 kasus pada tahun

2015 dan 5 kasus pada tahun 2016. Penurunan jumlah kejadian konflik di

Kabupaten Luwu dikarenakan ; 1) penyuluhan hukum dan peraturan

perundangan giat dilakukan oleh Disnaker setempat, 2) diberdayakan

pengawasan dan pembinaan ketenagakerjaan oleh Disnaker, dan 3) saling

pengertian antara pekerja, serikat buruh, pengusahan dan serikat pekerja.

Proses penyelesaian konflik di Kabupaten Luwu seperti prosedur yang

ada, dilakukan dengan metode bipartit terlebih dahulu antara pihak

5
berselisih dengan didampingi oleh Disnaker sebelum diajukan ke

persidangan. Jika pada upaya mediasi tidak juga menemukan titik temu

atau dianggap gagal maka, penyelesaian secara hukum melalui peradilan

akan dilakukan (Burhanuddin, 2017).

Konflik hubungan industri juga terjadi pada perusahan-perusahaan

di wilayah Jawa Timur termasuk Kabupaten Pasuruan. Pada prakteknya

kasus perselisihan ketenagakerjaan di Kabupaten Pasuruan juga masih

banyak terjadi. Hingga bulan Januari 2019, jumlah kasus konflik

ketenagakerjaan mencapai belasan perusahaan. Berdasarkan pernyataan

dari Sugeng Widodo, pengawas ketenagakerjaan dari Disnaker Pemprov

Jatim (Radarbromo, 2019):

“Jika dihitung jumlahnya ada sekitar 14 perusahaan sedang dalam

masalah kasus ketenagakerjaan di Kabupaten Pasuruan. Sebagian besar

tinggalan dari tahun 2018 lalu yang urusannya belum tuntas hingga

tahun ini.”

Kondisi sesungguhnya di lapangan, konflik hubungan industri di

Kabupaten Pasuruan hampir sama dengan beberapa daerah lainnya di ring

satu Jawa Timur. Seperti Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Mojokerto

dan Gresik. Tingginya kasus ketenagakerjaan meningkat dari tahun

ketahun (Radarbromo, 2019).

“Indikator pemicunya jelas, yakni terkait upah, status karyawan. Untuk

perusahaan yang paling sering timbul kasus ketenagakerjaan, ia

sebutkan dominasi padat karya. Jenis produksinya berupa mamin, tekstil,

6
kayu dan furniture, serta lain sebagaianya.” (Radarbromo, 2019). Jumlah

kasus ketenagakerjaan di Kabupaten Pasuruan Tahun 2017 berjumlah 21

Kasus dan meningkat menjadi 68 kasus pada tahun 2018 (Disnaker

Surabaya 2018).

PT. Indolakto menjadi salah satu perusahaan di Kabupaten

Pasuruan yang mengalami konflik hubungan industri. PT. Indolakto

merupakan Anak Perusahaan dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

yang fokus pada usaha dairy (kebutuhan sehari-hari). Perusahaan ini

berlokasi di Jl. Raya Purwosari Km. 62, Desa Tejowangi, Purwosari,

Pasuruan, Jawa Timur. Produk hasil pengolahan susu pada industri ini

antara lain susu kental manis Cap Enak, Indomilk, Tiga Sapi, Kremer,

mentega dengan merek Orchid Butter, Indoeskrim dan Nice Yogurt

(Indolakto, 2016).

Hasil wawancara singkat dengan Bapak Okky selaku HR-IR dari

PT. Indolakto Pasuruan, konflik dipicu oleh miskomunikasi antara

pekerja outsourching dengan PT. Indolakto dan PT. Sumber Dian

Mandiri sebagai perusahaan vendor. Pada proses perpindahan vendor

sebagai pihak ketiga mengharuskan pekerja outsourching untuk

melakukan penyetoran lamaran pekerjaan baru. Hal ini sesuai dengan

Standard Operating Procedure (SOP) sebagai bentuk peralihan hubungan

kerja dengan perusahaan vendor baru (Okky, Komunikasi pribadi 2021).

Pihak pekerja menolak dan tidak mengikuti prosedur dengan alasan

bahwa hal tersebut kurang penting, dikarenakan pekerja merasa masih

7
bekerja pada PT. Indolakto. Sebanyak 14 pekerja outsourching yang

terkena PHK karena tidak menyerahkan surat lamaran baru kemudian

melakukan gugatan terhadap PT. Indolakto.(Okky, Komunikasi pribadi

2021).

Mediasi konflik antara pekerja dengan PT. Indolakto sudah

dilakukan oleh Disnaker Kabupaten Pasuran sebagai upaya penyelesaian

konflik secara bipartit tanpa jalur hukum. undangan dari Disnaker sebagai

mediator kepada pihak PT. Indolakto ditolak karena pada dasarnya

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada karyawan buka otoritas dari

PT. Indolakto, namun dari pihak vendor yaitu PT. Sumber Dian Mandiri.

Pihak Indolakto menganggap undangan yang dari Disnaker salah alamat

(Okky, Komunikasi pribadi 2021).

Perselisihan hubungan industrial dapat diselesaikan melalui jalur

pengadilan (litigasi) dan di luar pengadilan (non litigasi) sebagaimana

diatur di dalam UU Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI). Pihak terkait bebas untuk

menentukan alternatif penyelesaian yang akan digunakan dalam

menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. Baik pengusaha maupun

pekerja leluasa mengeluarkan pendapat dalam upaya mencari jalan keluar

guna terselesaikan konflik tersebut. Inilah yang kemudian disebut oleh

Dahrendorf (1986) sebagai demokrasi industri dalam penyelesaian

konflik. Resolusi konflik dapat dilakukan melalui demokrasi industri oleh

kedua belah pihak di dalam meja perundingan. (Suryani, 2014).

8
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti
resolusi konflik hubungan industrial tripartit. Studi kasus yang didunakan
adalah konflik pada PT. Indolakto Kabupaten Pasuruan. Dengan judul
penelitian “Resolusi Konflik Hubungan Industrial Tripartit (Studi Kasus
pada Konflik Hubungan Industrial PT. Indolakto Pasuruan)”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana “Resolusi Konflik Hubungan Industrial Tripartit PT.

Indolakto dengan karyawan outsourching ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakuakan dengan tujuan untuk memahami

bagaimana resolusi konflik hubungan industrial tripartit di PT. Indolakto

Kabupaten Pasuruan pada persoalan PHK atas karyawan ousourching.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1) Secara teoritis, peneilitian ini bermanfaat untuk pengembangan

teori resolusi konflik Johan Galtung

2) Penelitian ini juga digunakan sebagai referensi studi sosiologi

resolusi konflik hubungan industrial.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi pemerintahan penelitian ini dapat dijadikan referensi dan

evaluasi tentang kebijakan yang telah diambil.

9
2) Bagi kalangan akademik penelitian ini dapat dijadikan baham

dalam menganalisis resolusi konflik, yang tidak hanya terjadi di

PT. Indolakto.

3) Memanfaatkan hasil penelitian ini untuk upaya penyelesaikan

konflik yang terjadi antara pengusaha dan buruh.

E. Definisi Konsep

1. Resolusi Konflik

Berasal dari bahasa Inggris conflict resolution yang mempunyai

beberapa makna menurut para ahli. Menurut Levine dalam Webster

Dictionary resolusi adalah tindakan mengurangi persoalan, pemecahan

dan penghapusan masalah. Weitzman & Weitzman mendefinisikan

bahwa resolusi konflik adalah tindakan pemecahan masalah bersama

(solve a problem together). Sedangkan menurut Fisher resolusi konflik

adalah usaha penanganan sebah-sebab konflik serta berusaha

membangun hubungan baru yang tahan lama dalam kelompok yang

berseteru (Coleman, P.T., Deutsch, M., Marcus, 2000).

Resolusi konflik adalah proses memfasilitasi penyelesaian

perselisihan (konflik). Tujuannya adalah untuk menciptakan solusi

terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan karena adanya konflik

(Walter Nicholson, 1991). Berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa resolusi konflik adalah proses upaya untuk

menekan atau meninimalisir serta menyelesaikan suatu konflik yang

terjadi pada pihak yang berkonflik dengan beberapa cara penyelesaian.

10
2. Hubungan Industrial Tripartit

Suwarto (SMERU, 2002) mengartikan hubungan industri sebagai

sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku proses produksi

barang dan/atau jasa. Terdapat suatu hubungan timbal balik yang

terjalin antar pengusaha atau pemilik perusahaan dengan pekerja atau

buruh. Sehingga terbentuk adanya kerjasama untuk dapat

menghasilkan suatu barang atau jasa yang menjadi orientasi

perusahaan tersebut guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-

besarnya. Pada hubungan kerja dalam suatu industri berkaitan dengan

semua pihak dalam suatu perusahaan tanpa mempertimbangkan

gender, keanggotaan dalam serikat buruh dan jenis pekerjaan.

Hubungan industrial merupakan suatu tatanan yang ditunjukkan

dengan adanya hubungan (interelasi, interaksi) antar pelaku produksi

(production actors) yang saling bergantung dan memiliki pengaruh

dan mempenagrui satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis dalam

upaya memenuhi kebutuhan barang maupun jasa bagi masyarakat.

Setidaknya terdapat tiga kelompok yang kemudian membentuk tiga

model hubungan industrial yang berbeda, diantaranya adalah;

hubungan industrial model multi-partit, bi-partit dan tripartit.

Hubungan industial model tripartid merupakan hubungan industri yang

didalamnya terdapat tiga unsur pokok meliputi; unsur majikan

(pengusaha), pekerja (buruh) dan pemerintahan yang memegang

11
peranan penting dalam hubungan industrial tersebut (Kartawijaya,

2018).

3. PT. Indolakto Pasuruan

PT. Indolakto Pasuruan merupakan Anak Perusahaan dari PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk. yang fokus pada usaha dairy

(kebutuhan sehari-hari). Lokasi perusahaan berada di Jl. Raya

Purwosari Km. 62, Desa Tejowangi, Purwosari, Pasuruan, Jawa Timur.

Produk hasil pengolahan susu pada PT. Indolakto antara lain: susu

kental manis Cap Enak, Indomilk, Tiga Sapi, Kremer, mentega dengan

merek Orchid Butter, Indoeskrim dan Nice Yogurt (Indomilk, diakses

pada September 2021).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

pendekatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal

yang terjadi pada subyek penelitian di lapangan. Metode penelitian

kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan dikarenakan peneliti

memerlukan informasi yang mendalam dari subyek penelitian. Hal ini

dapat dilakukan dan sesuai dengan tujuan dari pendekatan penelitian

kualitatif (Moelong, 2014).

Penelitian kualitatif berangkat dari pengamatan yang mendetail

dan sesuai dengan kenyataan (konkrit) pada keadaan sosial dari subyek

penelitian (Sugiyono, 2013 : 23). Penelitian kualitatif dimaksudkan

12
untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian yang

meliputi perilaku, persepsi atau pendapat, motivasi, tindakan dan lain-

lain (Moelong, 2014).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang

merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif

adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki Menurut (Nazir, 1988).

Jenis penelitian deskriptif termasuk dalam kategori metode studi

kasus (case study) yang dilakukan dengan ekplorasi secara mendalam

berkaitan dengan program, proses, kejadian, aktivitas yang terajadi

pada satu orang individu atau lebih (Sugiyono, 2013). Penggunaan

jenis penelitian deskrptif kualittaif dalam penelitian ini bertujuan

untuk membantu peneliti dalam proses pengumpulan data dan

informasi pada subyek penelitian yaitu resolusi konflik pada PT.

Indolacto Pasuruan dan mendeskripsikannya dengan didukung fakta-

fakta yang ditemukan di lapangan sebagai bukti validitas data.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian yang dipilih oleh

peneliti untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang diangkat

13
dalam penelitian. Lokasi penelitian ini berada di daerah atau negara

ditinjau dari kenyataanya dipermukaan bumi. PT. Indolakto Factory

Pandaan berada pada Jalan Raya Lebak Sari kode Pos 37, Kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan. Susunan penelitian ini diawali dari

kegiatan magang (PKL) dan melakukan pengumpulan data yang

menunjang masalah yang diteliti dan observasi. Lokasi ini dipilih

dikarenakan adanya fenomena konflik hubungan industrial tripartite di

PT. Indolakto.

4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Sejarah PT. Indolakto

PT. Indolakto merupakan hasil dari pengembangan

perusahaan peternakan susu di Australia yang bernama Australian

Dairy Produce Borad (Dewan Hasil Peternakan Susu Autrali).

Setelah mendapatkan keberhasilan dalam kerjasama bisnis di

beberapa negara seperti Filipina, Thailand dan Singapura, kemudian

pada tahun 1967 mendirikan usaha di Indonesia dengan nama PT.

Autralian Indonesian Milk Industri (Indomilk) sebagai perusahaan

induk di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2008 dilakukan merger

pada PT. Indomilk, PT. Ultrindo, PT. Indomurni Dairy Industries,

PT. Indolakto dan PT. Indoeskrim dalam satu pusat yaitu

PT.Indolakto (Indomilk, diakses pada September 2021).

b. Visi Misi Perusahaan

14
Cita-cita yang ingin diwujudkan oleh PT. Indolakto

ditaungkan dalam visi perusahaan sebagai berikut:

“Menjadi pemimpin pasar susu di Indonesia dan membangun citra

terkemuka di negara lain melalui produk-produk berkualitas”.

Dalam rangka mewujudkan misi perusahaan, selanjutnya disusun

misi PT. Indolakto sebagai berikut :

“Menciptakan nilai tambah perusahaan yang berkelanjutan dengan

menghadirakan produk PT. INDOLAKTO yang berkualitas di seluruh

dunia melalui menajemen usaha yang baik dan pemanfaatan peluang

kerjasama dengan pihak asing maupun dalam negeri dengan sebaik-

baiknya” (Indomilk, diakses pada September 2021).

5. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber informasi atau informan yang

digunakan atau dipilih dalam suatu penelitian. Informan merupakan

orang yang dimanfaatkan dalam penelitian sebagai sumber informasi

tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan subyek penelitian

(Moelong, 2014).

Penentuan Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive, yakni teknik penentuan informan dengan pertimbangan

peneliti dalam memilih informan. Pemilihan informan dilakukan

dengan pertimbangan pengetahuan dan keterlibatan informan dalam

kasus yang sedang diteliti. Beberapa subyek dalam penelitian ini

adalah: 1) Bapak Okky yang merupakan HR – IR (bagian

15
kepegawaian) pada PT. Indolakto Pasuruan dan 2) beberapa dari 14

karyawan yang terkena PHK.

6. Sumber Data

Sumber data adalah bagian yang mempengaruhi apakah

penelitian dapat dikatakan valid atau tidak (Lofland, 1984). Sumber

data yang digunakan dalam penelitian berasal dari sumber primer dan

sekunder.

a. Data primer, merupakan data yang bersumber dari pengamatan

langsung di lapangan maupun dengan metode wawancara

(Moelong, 2014). Data primer pada penelitian ini diperoleh dari

hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan konflik

yang terajadi pada PT. Indolakto Pasuruan seperti bagian

kepegawaian dan karyawan atau pekerja yang terlibat dalam

konflik.

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari catatan, atau

laporan historis yang sudah terarsip baik yang dipublikasikan

maupun yang tidak (Kartini, 1990). Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian berasal dari berita-berita maupun artikel yang

berkaitan dengan topik resolusi konflik yang terajadi pada PT.

Indolakto Pasuruan secara khusus, maupun resolusi konflik yang

terjadi pada hubungan industrial secara umum.

7. Teknik Pengumpulan Data

16
Dalam penulisan penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan penulis dalam sebagai berikut:

a. Observasi Partisipasif

Observasi partisipasif adalah sebuah metode yang dilakukan

oleh peneliti secara mendalam dan dimana peneliti ikut terlibat

dengan kegiatan sehari-hari dalam mengamati orang yang sedang

diteliti atau sebagai sumber data yang sedang diamati (Sugiyono,

2013).

Metode partisipasi yang dilakukan oleh penulis yaitu penulis

berpartisipasi langsung dalam perusahaan PT. Indolakto dengan

membantu kegiatan-kegiatan yang ada pada perusahaan, dan

mengikuti kegiatan langsung dalam proses kasus konflik hubungan

industrial.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan oleh

dua pihak yaitu pewancara yang disebut dengan interviewer,

sedangkan orang yang diwawancarai disebut dengan sebutan

interviewer (Moelong, 2014). Dalam wawancara ini menggunakan

sistem wawancara tidak berstuktur, wawancara tidak berstruktur

adalah salah satu jenis wawancara yang memberikan peluang

kepada peneliti untuk memngembangkan pertanyaan yang akan

peneliti tanyakan namun wawancara tidak berstuktur ini tetap fokus

17
pada masalah yang akan ditanyakan tidak keluar dari topik atau bias

(Moelong, 2014).

Penulis melakukan wawancara pada minggu ke 2 dan ke 3

prakterk kerja lapang yang dilakukan di ruangan smoking area PT.

Indolakto (wawancara tidak terstruktur), wawancara ke dua

dilakukan pada tanggal 5 November 2019 yang dilakukan saat

perjalanan menuju pengadilan hubungan industrial Surabaya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis maupun dalam

bentuk foto, video, dan film. Dokumen digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai

sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan untuk meramalkan (Moelong, 2014). Penggunaan data

dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan

informasi yang berhubungan dengan data - data dilapangan terkait

penelitian.

d. Studi Arsip Dokumen

Dokumentasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk

mengabadikan atau menyediakan dokumen dengan bukti-bukti yang

akurat. Dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang

didapat dari berbagai macam bentuk yaitu seperti berupa catatan-

catata perisitiwa yang berbentuk tulisan, gambar-gambar dan

berupa data yang mendukung untuk dijadikan sebagai literature

18
penulisan. Teknik dokumentasi merupakan pendukung dari

observasi dan wawancara agar data yang nantinya disajikan akurat.

Data-data yang dikumpulkan melalui dokumentasi ini cenderung

data sekunder (Husaini Usman & Purnomo, 2008).

Dokumentasi yang didapat dari penulis berupa foto aksi

demonstrasi buruh yang dilakukan di depan PT. Indolakto Puluhan

buruh PT. Indolakto, Pandaan, Pasuruan mendirikan tenda di depan

pintu gerbang pabrik susu di Jalan Raya Karangjati. Aksi tersebut

dilakukan dengan tujuan menuntut UMK. Aksi yang dimulai sejak

pagi hingga sore hari masih berlangsung. Para buruh yang

tergabung dalam Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia

(KSBSI) bertekad akan terus melakukan aksinya sampai tuntutan

dipenuhi.

"Kami meminta 10 karyawan yang di-PHK sepihak segera

dipekerjakan kembali," kata Komisaris KSBSI PT Indolakto

Pandaan, Zaenal Arifin, di lokasi, Kamis (11/2/2016) pukul 16.00

WIB (Detik, 2019).

8. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data merupakan suatu proses kegiatan

penyederhanaan data ke dalam bentuk tertentu agar lebih mudah untuk

dibaca dan memahami serta diinterpretasikan lebih dalam. Berdasarkan

jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif,

19
dimana data yang didapatkan tidak dapat disusun kedalam struktur

klasifikasi.

Dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan

permasalahan yang berkaitan dengan Resolusi Konflik Hubungan

Industrial Tripartit dilingkungan perusahaan. Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif

yang diperkenalkan oleh (Miles, 1992) yang terdiri dari tahapan

analisis yaitu:

a) Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencari yang bila diperlukan kembali.

b) Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah langkah selanjutnya setelah tahap

reduksi data. Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam

bentuk uraian singkat, bagian, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif, termasuk penelitian ini,

penyajian data difokuskan dengan menggunakan teks yang bersifat

naratif. Adapun bentuk penyajian data yang lain hanya sebagai

pendukung.

20
c) Kesimpulan verifikasi (Conclusion)

Tahap ketiga dalam analisis data merupakan penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat guna mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel dan dapat

dipercaya (Sugiyono, 2013).

Bagan Model analisis data oleh Miles dan Huberman

Sumber : Miles dan Huberman (Miles, 1992)

9. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data penelitian diperlukan untuk mengetahui dan

menguji apakah data yang diperoleh dari lapangan dapat dipercaya

atau kredibel. Selain itu, keabsahan data diperlukan juga dapat

21
menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan adalah sebuah

penelitian ilmiah. Tujuan keabsahan data adalah menghasilkan data

yang terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Penelitian kualitatif akan memiliki keterpercayaan (credibility),

keteralihan atau kemampuan aplikasi (transferability), kebergantungan

(depenability) dan kepastian (confirmability) (Taufan, 2016).

Uji keabsahan dalam penelitian kualitatif lebih sering ditekankan

pada validitas, reliabilitas dan obyektifitas. Validitas sendiri adalah

derajat ketepatan atau kredibilitas antara data yang terjadi pada obyek

penelitian di lapangan dengan hasil data yang dilaporkan peneliti.

Dengan demikian data yang dinyatakan valid adalah data “yang tidak

berbeda” antara data yang dilaporkan peneliti dengan fakta di lapangan

(Sugiyono, 2013).

a) Memperpanjang Pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti akan kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber

data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan

pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan

semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),

semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi

yang disembunyikan lagi (Sugiyono, 2013).

b) Meningkatkan Ketekunan

22
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara

pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka

peneliti dapat melanjukan pengecekan kembali apakah data yang

telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan

meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan

deskripsi data yang akurat dan, juga data yang disusun secara

sistematis tentang apa yang diamati (Sugiyono, 2013).

c) Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data kembali dan dari berbagai sumber dengan berbagai

cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian peneliti lebih

memfokuskan menggunakan triangulasi waktu, dalam pengujian

kredibilitas data yang akan diproleh nantinya. Triangulasi

waktujuga sering mempengaruhi kredibilitas data. Untuk itu dalam

rangka pengujian kredibilitas data dapat di lakukan dengan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi

yang berbeda-beda pula (Sugiyono, 2013).

2. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Penelitian Terdahulu

23
Penelitian terdahulu menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori-teori

yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Paparan

penelitian terdahulu berfungsi sebagai refrensi dan sebagai pendukung

dalam pengkajian pada penelitian penulis.

Relevansi antara penelitian terdahulu yang diambil dengan

penelitian kali ini dapat dilihat dari judul maupun hasil dan topik pada

penelitian yang dilakukan. Penetilian pertama oleh Fitria Wulandari dan

Farida Hanum (2017) dengan judul penelitian Dinamika Konflik Dusun

Wuni dan Dusun Gabug di Desa Giricahyo. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi antara masyarakat Dusun

Wuni dan Dusun Gabug merupakan konflik terbuka yang berujung pada

kekerasan. Konflik disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi pada

masyarakat seperti: kurangnya pengertian atas perbedaan pendapat,

lemahnya kontrol sosial yang ada di masyarakat, serta konflik yang

dibiarkan terjadi tanpa penyelesaian. Perbedaan-perbedaan pendapat dan

pandangan dari dua dusun menyebabkan perselisihan yang berlanjut

menjadi kekerasan.

Penelitian kedua oleh Fikriyah (2021) dengan judul penelitian

Peran Mediator dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus : Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Gresik). Penelitian ini membahas mengenai peran mediator

sebagai pihak ketiga dalam menyelesaikan konflik yang terjadi pada

24
pihak-pihak berkaitan. Mediator dalam penelitian mengacu pada Disnaker

Gresik yang berfungsi dan memiliki tugas untuk memediasi konflik atau

menyelesaiakan konflik antara pihak-pihak terkait dengan jalur damai

(sebelum diajukan ke peradilan) Hasil penelitian menunjukkan bahwa

peran mediator (Disnaker Gresik) sudah sesuai dengan peraturan pada

Undang-Undang dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai

mediator konflik.

Penelitian ketiga oleh Nulhaqim dkk (2019) dengan judul penelitian

Resolusi Konflik Agraria Berbasis Komunitas pada Masyarakat Petani di

Desa Genteng Kecamatan Sukasari Kebupaten Sumedang. Penelitian

menunjukkan bahwa konflik yang terjadi antara petani lokal daerah

Sumedang dengan pihak Perum Perhutani dipicu oleh pemanfaat lahan

hutan menjadi kawasan pertanian. Perbedaan kepentingan dari pihak

Perhutani dan petani lokal Sumedang menjadi dasar dari terjadinya

konflik. Resolusi konflik dimediasi oleh Lembaga Masyarakat Desa

Hutan (LMDH) dengan mempertemukan kedua belah pihak. Dampak dari

konflik yang terjadi lebih konplek dikarenakan muncul masalah baru pada

beberapa aspek kehidupan petani lokal Sumedang seperti: aliran perairan

desa, mata pencaharian, kemiskinan dn masalah sosial lain.

Penelitian keempat oleh Indra Darmawan (2017) dengan judul

penelitian Pemetaan Konflik Sosial Masyarakat di Aceh Selatan (Studi

Deskriptif Konflik Sosial Masyarakat di Mukim Alue Paku Kecamatan

Sawang). Hasil penelitian menunjukkan konflik sosial yang terjadi di

25
kemukiman Alue Paku adalah 1) konflik antara masyarakat dengan

pemerintah Gampong, 2) konflik perebutan tanah, perbedaan padangan

dalam tata cara ibadah dan 3) konflik terjadi karena perbedaan pandangan

politik yang mengakibatkan perkelahian dan percekcokan serta putusnya

tali silaturrahmi.

Penelitian kelima oleh Munauwarah, (2016) dengan judul Konflik

Kepentingan dalam Perebutan Lahan Pertambangan di Kabupaten Luwu

Timur Antara Masyarakat Adat To Karunsi’e Dengan PT. Vale

Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik yang terjadi

antara masyarakat adat dengan PT.Vale Indonesia disebabkan oleh pihak

perusahaan yang menggunakan lahan masyarakat adat To Karunsi’e yang

merupakan lahan pemukiman masyarakat adat menjadi lapangan golf.

Masyarakat adat ini selalu disebut penduduk ilegal oleh pihak perusahaan

yang mendasarinya untuk menggunakan lahan untuk perusahannya.

Upaya resolusi konflik sudah dilakukan oleh pemerintah setempat

beberapa kali melalui mediasi antara masyarakat adat dan PT. Vale, tetapi

tidak pernah berhasil (gagal).

Penelitian keenam oleh Abdullah dan Andi Lala, (2020) dengan

judul penelitian Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial Melalui

Arbitrase Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa penyelesaian sengketa atau

konflik sebaiknya dilakukan dengan jalur bipartit atau damai dari kedua

belah pihak yang terlibat konflik. Penyelesaian konflik secara bipartit

26
(damai) memberikan penyelesaian yang lebih baik dikarenakan dengan

jalur damai, dampak-dampak dari pertikaian konflik dan rasa tidak

nyaman antar dua pihak yang berselisih bisa terhindar dan ditekan

seminimal mungkin jika dibandingkan dengan jalur persidangan. Namun

demikian, jika tidak tercapai kesepakatan dan penyelesaian dari jalur

tersebut dapat dilakukan penyelesaian secara tripartit (melalui peradilan

dengan hasil akhur yang lebih mengikat).

Penelitian ketujuh oleh Dharmawan (2020) dengan judul penelitian

Bioenergi Pedesaan: Solusi Konflik Sosial-Ekologi dan Pengembangan

Berkelanjutan.. Penelitian berfokus pada perselisihan antara petani

dengan pihak dari industri tahu rumahan yang dipicu oleh adanya

pembuangan limbah pabrik yang menganggu petani setempat. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat dampak positif dengan adanya

konflik terkait limbah produksi tahu tersebut. Limbah pabrik tahu pada

akhirnya digunakan atau didaur ulang menjadi biogas. Biogas menjadi

penyelesaian konflik sekaligus meningkatkan nilai ekonomis masyarakat

serta mengatasi pencemaran lingkungan.

Penelitian kedelapan oleh Fahri (2021) Mediator dan Peranannya

dalam Resolusi Konflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya

mediator sebagai pihak ketiga dalam penyelesaian konflik (resolusi

konflik) antar pihak-pihak yang berkonflik sangat diperlukan untuk

menyelesaian konflik secara damai. Penyelesaian konflik dengan jalur

damai harus diupayakan terlebih dahulu dalam penyelesaian konflik

27
dikarenakan penyelesaian secara damai diharapkan akan menumbuhkan

hubungan baru yang baik.

Penelitian kesembilan oleh Muslikah (2020) dengan judul

penelitian Model Penyelesaian Tripartit dalam Sengketa Hubungan

Industrial di Dinperinaker Purworejo. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa resolusi konflik yang dilakukan Dinperinaker Purworejo adalah

melalui jalur tripartit, dengan upaya mediasi terlebih dahulu. Hambatan

yang sering terjadi dan dialami oleh Disnaker Purworejo adalah sulitnya

mempertemukan pihak-pihak yang berkoflik yang tinggal di luar kota.

Penelitian kesepuluh oleh Robert (2018) dengan judul penelitian

Resolusi Konflik di Kawasan Pertambangan Torong Besi, Kabupaten

Mangarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa konflik terjadi antara masyarakat dengan praktik kebijakan pabrik

torong besi yang betentangan dengan sturktur kebudayaan masyarakat

setempat. Resolusi konflik dapat dicapai dengan jalur peradilan (litigasi).

Hal ini karena penyelesain melalui jalur nonlitigasi tidak terselesaian

dikarenakan perbedaan kepentingan.

Selanjutnya untuk mempermudah dalam mengetahui dan

membandingkan relenvansi antara penelitian ini dengan penelitian

terdahulu akan disajikan data tabel sebagai berikut :

No Judul Penilitian Hasil Penelitian Relefansi

28
1 Fitria Wulandari Hasil penelitian ini Relefansi dari
dan Farida mengungkapkan bahwa penelitian ini dengan
Hanum konflik yang terjadi antara penelitian yang akan
(Hanum, 2017) masyarakat Dusun Wuni dan dilakukan adalah sama
“Dinamika Dusun Gabug merupakan sama meneliti
Konflik Dusun konflik terbuka yang mengenai konflik yang
Wuni dan Dusun berujung pada kekerasan. terjadi didalam
Gabug di Desa Konflik disebabkan oleh: masyarakat yang
Giricahyo” kurangnya pengertian atas menimbulkan dinamika
perbedaan pendapat, konflik yang
lemahnya kontrol sosial yang berkepanjangan.
ada di masyarakat, serta
konflik yang dibiarkan
terjadi tanpa penyelesaian.
2 Fikriyah, 2021 Penelitian ini membahas Relefansi penelitian ini
“Peran Mediator mengenai peran mediator dengan penelitian yang
dalam penyelesaian konflik yaitu: akan dilakukan adalah
Penyelesaian Disnaker Gresik dalam adanya mediator yang
Perselisihan menyelesaiakan perselisihan menjadi pihak ketiga
Hubungan atau konflk. Hasil penelitian dalam penyelesaian
Industrial di Masa menunjukkan bahwa peran perselisihan (konflik)
Pandemi Covid-19 mediator sudah sesuai dengan yaitu Disnaker wilayah
(Studi Kasus : peraturan dalam Undang- setempat.
Dinas Tenaga Undang.
Kerja Kabupaten
Gresik)”
3 Nulhaqim et al., Penelitian menunjukkan Relefansi penelitian
n.d. (2019) bahwa konflik yang terjadi terdahulu ini dengan
“Resolusi Konflik antara petani lokal daerah penelitian yang akan
Agraria Berbasis Sumedang dengan pihak dilakukan adalah
Komunitas Pada Perum Perhutani terkait adanya penegah yang
Masyarakat Petani pemanfaat lahan hutan dibutuhkan untuk
di Desa Genteng menjadi kawasan pertanian. menyelesaikan
Kecamatan Konflik dimediasi oleh perselisihan (konflik)
Sukasari Lembaga Masyarakat Desa dalam suatu pertikaian
Kebupaten Hutan (LMDH). yang terjadi pada para
Sumedang” Permasalahan konflik yang pihak terkait.
terjadi lebih konplek
dikarenakan muncul masalah

29
baru seperti perairan desa,
mata pencaharian,
kemiskinan dll.
4 Indra Darmawan Hasil penelitian Relefansi penelitian
(2017) menunjukkan konflik sosial terdahulu ini dengan
“Pemetaan Konflik yang terjadi di kemukiman penelitian yang akan
Sosial Masyarakat Alue Paku adalah 1) konflik dilakukan adalah
di Aceh Selatan antara masyarakat dengan menganalisa konflik
(Studi Deskriptif pemerintah Gampong, apa saja yang terjadi di
Konflik Sosial 2) konflik perebutan tanah, lapangan dan sudah
Masyarakat di perbedaan padangan dalam sampai tahap mana
Mukim Alue Paku tatacara ibadah dan 3) tingkat konflik
Kecamatan konflik terjadi karena yang terjadi yang ada
Sawang)” perbedaan pandangan politik di masyarakat serta
yang mengakibatkan melihat bagaimana
perkelahian dan percekcokan bentuk konflik yang
serta putusnya tali ada.
silaturrahmi.
5 Munauwarah, Hasil penelitian Relefansi penelitian
(2016) menunjukkan bahwa konflik terdahulu ini dengan
“Konflik terjadi antara masyarakat penelitian yang akan
Kepentingan adat dengan PT.Vale dilakukan yaitu sama
Dalam Perebutan Indonesia disebabkan sama melihat dinamika
Lahan perusahaan menggunakan konflik yang terjadi
Pertambangan Di lahan masyarakat adat To disuatu masyarakat
Kabupaten Luwu Karunsi’e yang mengubah dengan industri yang
Timur Antara lahan pemukiman berdiri disuatu
Masyarakat Adat masyarakat adat menjadi masyarakat tersebut.
To Karunsi’e lapangan golf. Masyarakat Serta upaya mencari
Dengan PT. Vale adat ini selalu disebut upaya yang harus
Indonesia” penduduk ilegal. Pemerintah dilakukan.
setempat sudah beberapa kali
melakukan mediasi antara
masyarakat adat dan PT.
Vale, tetapi tidak pernah
berhasil (gagal).
6 Abdullah dan Andi Hasil dari penelitian Relefansi dengan
Lala, 2020) menyebutkan bahwa penelitian saat ini
“Penyelesaian penyelesaian sengketa atau terletak pada topik

30
Sengketa konflik sebaiknya dilakukan bentuk penyelesaian
Hubungan dengan jalur bipartit atau konflik yang
Industrial Melalui damai dari kedua belah pihak digunakan. Konflik
Arbitrase Menurut yang terlibat konflik. Namun dapat diselesaikan
UU Nomor 13 demikian, jika tidak tercapai dengan jalur damai
Tahun 2003 kesepakatan dan (nonlitigasi) dan
Tentang penyelesaian dari jalur peradilan (litigasi).
Ketenagakerjaan tersebut dapat dilakukan
penyelesaian secara tripartit
(melalui peradilan dengan
hasil yang mengikat).
7 (Dharmawan, Penelitian berfokus pada Relefansi dengan
2020) perselisihan antara petani penelitian saat ini
“Bioenergi dengan industri tahu dengan adalah pada topik yang
Pedesaan : Solusi hasil penelitian menunjukkan digunakan yaitu
Konflik Sosial- bahwa terdapat dampak resolusi konflik antara
Ekologi dan positif dengan adanya pihak yang berbeda
Pengembangan konflik terkait limbah kepentingan, serta
Berkelanjutan” produksi tahu. Dampak resolusi
tersebut adalah dengan penyelesaiannya.
diolahnya limbah menjadi Bedanya adalah pada
biogas. Biogas menjadi penelitian terdahulu
penyelesaian konflik konflik terselesaikan
sekaligus meningkatkan nilai dengan damai
ekonomis masyarakat serta (nonlitigasi) sedangkan
mengatasi pencemaran pada penelitian saat ini
lingkungan. tidak.
8 (Fahri, 2021) Hasil penelitian Relefansi dengan
“Mediator dan menunjukkan bahwa adanya penelitian saat ini
Peranannya dalam mediator (pihak ketiga) adalah topik tentang
Resolusi Konflik” dalam resolusi konflik sangat mediator resolusi
diperlukan untuk konflik. Dalam
menyelesaian perselisihan penelitian saat ini
atau konflik secara damai. Disnaker Pasuruan
Hal tersebut dikarenakan sudah melakukan upaya
penyelesaian secara damai sebagai mediator
diharapkan akan meskipun gagal
menumbuhkan hubungan mencapai penyelesaian
baru yang baik. konflik secara damai.

31
9 (Muslikah, 2020) Hasil penelitian Relefansi dengan
“Model menunjukkan bahwa resolusi penelitian saat ini
Penyelesaian konflik yang dilakukan adalah pada topik
Tripartit dalam Dinperinaker Purworejo penyelesaian konflik
Sengketa Hubungan adalah melalui jalur tripartit, yang dilakukan dengan
Industrial di dengan upaya mediasi tripartit antara pihak
Dinperinaker terlebih dahulu. Hambatan berkonflik dengan
Purworejo” terjadi karena sulit melakukan upaya
mempertemukan pihak-pihak mediasi terlebih
yang berkoflik yang tinggal dahulu.
di luar kota.
10 (Robert, 2018) Hasil penelitian Relefansi dengan
“Resolusi Konflik menunjukkan bahwa konflik penelitian saat ini
di Kawasan yang terjadi anatara terletak pada proses
Pertambangan masyarakat dengan praktik penyelesaian konflik
Torong Besi, kebijakan pabrik torong besi dan kegagalan
Kabupaten yang betentangan dengan penyelesaian melalui
Mangarai, Provinsi sturktur kebudayaan jalur mediasi
Nusa Tenggara masyarakat dapat (nonlitigasi).
Timur” terselesaikan dengan jalur Perbedaannya terletak
peradilan (litigasi). Hal ini pada alasan kegagalan.
karena penyelesain melalui Pada penelitian saat ini
jalur nonlitigasi tidak kegagalan dikarenakan
terselesaian karena perbedaan presepsi
perbedaan kepentingan. antar pihak berkonflik.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diatas dapat diketahui

bahwa penelitian-penelitian tersebut memiliki persamaan dan

keterakitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Oleh

karena itu, penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat peneliti

gunakan sebagai referensi sehingga akan mempermudah peneliti dalam

melakukan penelitian yang terkait. Yaitu dengan mengambil judul

“Resolusi Konflik Hubungan Industrial Tripartit (Studi Kasus Pada

Konflik Hubungan Industrial PT. Indolakto Pasuruan)”

32
B. Kajian Pustaka

1. Konflik Hubungan Industrial Tripartit di Indonesia

Konflik merupakan kenyataan sosial yang umum ditemukan

dalam kehidupan masyarakat secara umum maupun masyarakat

industri. Menurut Karl Marx, konflik sosial adalah terjadinya

pertentangan antar segmen dalam masyarakat dalam

memperebutkan aset-aset yang memiliki nilai tertentu. Jenis dari

konflik sosial menurtunya memiliki beberapa macam tergantung

siapa dan seberapa luas cangkupan yang terlibat didalamnya.

Jenis-jenis konflik tersebut diantarnaya adalah; konflik perorangan

atau antar individu dengan indmividu lain, konflik golongan atau

antar kelompok, dan yang lebih besar cangkupannya adalah konflik

antar bangsa dan negara (Raho, 2021).

Terdapat bentuk konflik yang paling menonjol diantara jenis-

jenis konflik sosial yang ada, yaitu konflik yang disebabkan oleh

cara dalam memproduksi barang-barang-barang material (mode of

production). Terdapat dua kelompok yang terlibat dalam suatu

proses produksi. Kelompok petama adalah kelompok kapitalis

dengan modal besar dan menguasai sarana produksi. Ciri dari

kelompok ini adalah mereka menjual hasil produksi dengan

mementingkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Kelompok

kedua adalah kaum proletariat (kelompok pekerja) yang jumlahnya

jauh lebih besar daripada kelimpok kapitalis. Kelompok pekerja

33
menjalankan alat produksi dengan menyerahkan tenaganya dan

mendapat upah dari upaya tersebut (Raho, 2021).

Hubungan industri merupakan suatu tatanan yang

ditunjukkan dengan adanya hubungan (interelasi, interaksi) antar

pelaku produksi (production actors) yang saling bergantung dan

memiliki penagruh dan mempenagrui satu sama lain untuk

mencapai tuuan bisnis dalam upaya memenuhi kebutuhan barang

maupun jasa bagi masyarakat (Kartawijaya, 2018). Hubungan

industri meliputi pembentukan perjanjian, adanya hak dan

kewajiban dari pekerja kepada pengusaha maupun sebaliknya, ada

masa berakhir hubungan serta penyelesaian perselisihan dengan

sebaik-baiknya (Rumimpunu, 2014).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik

hubungan industrial adalah perselisihan yang terjadi diantara pihak-

pihak yang terikat dalam hubungan kerja (hubungan industrial)

dikarenakan adanya perbedaan pendapatkepentingan, maupun

adanya indikasi penyalahan aturan yang seharusnya dipenuhi dalam

sebuah ikatan hubungan industrial.

Konflik hubungan industrial yang sering terjadi di Indonesia

pada umumnya disebabkan oleh upah dan Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK). Ditambah lagi dengan situasi pandemi seperti saat ini.

Menurut data dari penelitian Fikriyah (2021), setidaknya tercatat

2.500 pekerja di Gresik yang dirumahkan dikarenakan lesunya

34
perekonomian di masa pandemi Covid-19 dan 1.955 orang terkena

PHK. Beberapa upaya terlah dilakukan Menteri Ketenagakerjaan,

Ida Fauziah untuk menghimbau perusahaan untuk mencari alternatif

lain selain PHK. Selain itu beluai juga melakukan beberapa cara

melalui dialog dengan Serikat Pekerja dan Apindo (Fikriyah, 2021).

Data terbaru dari CNBC Indonesia tecatat ada 107 kasus

perkara konflik industrial PHK sepihak di pengadilan Negeri

Serang Banten pada tahun 2021. Sedangkan kasus yang tercatat di

Pengadilan Hubungan Industri (PHI) Jakarta Pusat adalah

sebnayak 300 perkara, dan 220 kasus di Pengadilan Negeri

Bandung (CNBC Indonesia, 2 September 2021). Dari data-data

tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik hubungan insdutrial di

Indonesia masih sering terjadi dengan berbagai alasan yang

melatar belakanginya.

2. Model Resolusi Konflik Hubungan Industrial Tripartit

a. Resolusi Konflik Diluar Pengadilan

1) Penyelesaian Melaui Bipartit

Merupakan upaya yang harus dilakukan terlebih dahulu

dalam penyelesaian perselisihan. Penyelesaian secara bipartit

dilakukan dengan musyawarah mufakat antara pihak-pihak

yang berselisih tanpa campur tangan pihak ketiga. Model

penyelesaian ini merupakan yang paling direkomendasikan

untuk digunakan dalam pemecahan perselisihan dikarenakan

35
kedua pihak berbselisih dapat berbicara dan mengutarakan

permasalahan yang terjadi diantara keduanya secara bebas dan

terbuka tanpa ada campur tangan pihak lain (Wijayanti, 2009).

Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Tentang

penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Pasal 3,

mengharuskan dilakukannya perundingan bipartit melalui

musyawarah mufakat sebelum mengajukan kepada lembaga

penyelesaian perselisihan. Perundingan bipartit harus

dituntaskan paling lama 30 hari kerja terhitung dari

dimulainya perundingan. Jika setelah 30 hari tidak ditemukan

kesepakatan maka perudningan bipartit dianggap gagal

(Wijayanti, 2009).

Ciri-ciri dari negosiasi terdapat pada adanya tawar-

menawar diantara pihak yang berselisih dengan ketentuan-

ketentuan relatif yang tergantung pada beberapa hal berikut

(Lalu, 2003):

a) Bagaimana kebutuhan anda terhadap pihak lawan

b) Kebutuhan pihak lain terhadap anda

c) Alternatif kedua belah pihak

d) Presepsi para pihak mengenai kebutuhan dan pilihannya

2) Penyelesaian Melalui Mediasi

Penyelesaian perselisihan hubungan industri melalui

mediasi diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 2004 pada Pasal 16

36
Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Medasi merupakan intervensi pihak ketiga terhadap sengketa

yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang berselisih, bersifat

netral dan tidak berpihak dan membantu pihak berselisih untuk

mencapai kesepakatan permasalahan secara sukarela.

Mediasi dilakukan oleh mediator pada setiap kantor

instansi yang bertanggung jawab pada bidang ketenagakerjaan

daerah Kabupaten /Kota. Tahapan dalam proses mediasi dalam

UU No.2 Tahun 2004 Pasal 4 didahului dengan tahapan

meliputi :

a) Gagalnya perundingan bipartit, salah satu atau kedua pihak

mencatatkan perselisihan kepada instansi yang bertanggung

jawab dibidang ketenagakerjaan setempat dengan bukti

upaya penyelesaian secara bipartit yang terlampir.

b) Setelah menerima pencatatan, instansi yang bertanggung

jawab di bidang ketenagakerjaan wajib menawarkan kepada

para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian

melalui konsiliasi atau arbitrase

c) Jika selama 7 hari para pihak tidak menetapkan pilihan,

instansi akan melimpahkan penyelesaian kepada mediator.

Jika persidangan mediasi tidak mencapai kesepakatan

maka akan diselesaikan dengan mendaftarkan perjanjian yang

ditanda tangani para pihak dengan disaksikan mediator kepada

37
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

diwilayah setempat (Maimun, 2007).

3) Penyelesaian Melalui Konsiliasi

Penyelesaian melalui kosiliasi hampir sama dengan

mediasi, yaitu penyelesaian diluar peradilan dengan bantuan

seorang atau badan sebagai penengah yang disebut sebagai

konsiliator. Tugas konsiliator adalah mempertemukan dan

memfasilitasi pihak yang berselisih untuk menyelesaikan

perselesisihan secara damai. Waktu penyelesaian melalui

konsiliasi juga selama 30 hari kerja terhitung dari hari pertama

permintaan penyelesaian tercatat. Perbedaan mendasar dengan

mediasi adalah, bahwa konsiliator bukan berstatus sebagai

pergawai negeri (Lalu, 2003).

Syarat seorang konsiliator menurut undang-undang

ketenagakerjaan adalah :

a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b) Berkewarga negaraan Indonesia

c) Sekurang-kurangnya berusia 45 tahun

d) Sekurang-kurangnya berpendidikan Strata Satu (S1)

e) Sehat jasmani menurut surat keterangan dari medis (dokter)

f) Berwibawa, adil, jujur dan berkelakuan baik

g) Berpengalaman di bidang hubungan industrial minimal 5

38
tahun, diantaranya:

(1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial

(2) Kuasa hukum penyelesaian perselisihan hubungan

industrial

(3) Pengurus serikat pekerja atau serikat buruh / pengurus

organisai pengusaha

(4) Konsultan hukum di bidang hubungan industrial

(5) Pengelola sumber daya manusia di perusahaan

(6) Dosen, tenaga pengajar dan peneliti bidang hubungan

industrial

(7) Narasumber dan pembicara mdalam seminar,

lokakarya, dan lain-lain di bidang hubungan industrial

(Lalu, 2003).

4) Penyelesaian Melalui Arbitrase

Arbitrase adalah penyelesaian sengketa berdasarkan

kesepakatan para pihak yang dilakukan oleh pihak ketiga

(arbiter) di luar pengadilan. Pada sistem penyelesaian

perselisihan melalui arbitrase para pihak akan menaati putusan

oleh arbiter. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase diatur

secara khusus pada Undang-Undang Tahun 2004 No.2 yang

mengartikan arbitrase sebagai penyelesaian kepentingan dan

perselisihan antar serikat buruh atau pekerja hanya dalam

suatu perusahaan di luar Pengadilan Hukum Industrial.

39
Penyelesaian sengketa dilakukan dengan kesepakatan

tertulis dari pihak yang berselisih kepada arbiter dengan

putusan yang mengikat dan bersifat final. Arbiter Hubungan

Industrial selanjutnya disebut sebagai seorang atau lebih

(badan) yang dipilih oleh pihak bersengketa dari daftar yang

telah ditetapkan oleh Menteri untuk memnerikan putisan dari

perselisihan atau arbiter (Wijayanti, 2009).

b. Penyelesaian Melalui Pengadilan Hubungan Industrial

Penyelesaian melalui pengadilan adalah jalan terakhir

dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industi jika jalur di

luar hukum (damai) tidak menemui kesepakatan. Proses

penyelesaian melalui peradilan (litigasi) adalah penyelesaian

yang dilakukan dengan jalur pengadilan dengan kewenagan dan

keputusan ditentukan oleh hakim (Nurnaningsih, 2012).

Prosedur penyelesaian perselisihan melalui peradilan

bersifat lebih formal daripada proses penyelesaian nonlitigasi (di

luar peradilan). Kesepakatan yang dihasilkan dalam proses

litigasi bersifat menang dan kalah yang lebih cenderung untuk

menimbulkan permasalahan (konflik) baru, penyelesaian lebih

lambat, biaya mahal dan kurang responsif. Selain itu penyelesaian

perselisihan melalui peradilan cenderung menimbulkan

kebencian diantara para pihak yang bersengketa. Dengan alasan-

alasan tersebut penyelesaian nonlitigasi lebih dianjurkan untuk

40
digunakan dan dilakukan terlebih dahulu sebelum mengajukan

pada pengadilan upaya dalam resolusi konflik hubungan industri

maupun konflik-konflik lainnya (Harahap, 2008).

41
Landasan Teori

Teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan topik pada

penelitian berkaitan dengan resolusi konflik hubungan industrial antara

PT. Indolakto dengan pekerja outsourching adalah :

1. Teori Resolusi Konflik Johan Galtung

Model resolusi konflik yang ditawarkan oleh Galtung adalah

peace keeping, peace building dan peace making. Dari ketiga

tahapan yang dikemukanan tersebut memiliki dimensi, target dan

tujuan yang berbeda-beda akan tetapi dari ketiga rangakaian tersebut

memiliki akhir yang sama yaitu mewujudkan perdamaian jangka

panjang dalam menciptakan sebuah resolusi konflik yang dapat

diterima (Galtung, 1990).

a. Peace keeping (menjaga perdamaian) adalah upaya awal yang

dilakukan ketika timbul sutau koflik untuk menjaga perdamaian

antar pihak-pihak yang berkonflik. Pada penerapan peace

keeping atau menjadga perdamaian diperlukan campur tangan

pihak berwajib seperti aparat kemanan dan militer untuk

meredam konflik dan menghindari penyebaran konflik kepada

kelompok lain (Jamil, 2007).

b. Peace building (membangun perdamaian) merupakan strategi

dan upaya untuk mengembalikan keadaan destruktif dari

dampak kekerasan dalam konflik dengan membangun

komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.

42
Lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam tahap peace

building adalah sebagai berikut:

1) Interaksi terjadi antara pihak-pihak dengan status yang setara

(sejajar)

2) Lingkungan sosial yang mendukung

3) Komunikasi yang terjadi bersifat intim (bukan kasual)

4) Kedua pihak harus senang dengan proses komunikasi

5) Memiliki tujuan bersama untuk dicapai

c. Peace making (membuat perdamaian) yang merupakan

negosiasi antar kelompok dengan perbedaan kepentingan.

Metode yang digunakan dalam tahap negosiasi adalah :

1) Pemaksaan (coercive) yang merupakan hak pemerintah untuk

mengeluarkan kebijakan intervensi untuk mengendalikan

konflik dengan pemaksaan secara fisik (coercive capacity).

Pemaksaan yang dimaksud disini dapat berupa ancaman dan

penjatuhan sanksi kepada pihak yang berkonflik (Cole, 1988).

2) Hukum (litigasi) merupakan penyelesaian konflik yang

menggunakan jalur hukum. Penyelesaian konflik melalui

pengadilan dijadikan solusi final dalam menyelesaikan konflik

dikarenakan memiliki beberapa kekurangan seperti proses

yang memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya yang besar.

3) Non-litigasi (jalur damai) yang meruapakan penyelesaian

konflik melalui negosiasi diluar peradilan dengan

43
mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik melalui atau

tidak melalui pihak ketiga sebagai mediator.

Kerangka mode resolusi konflik menurut Galtung dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 1 Kerangka Resolusi Konflik Galtung


Masalah Strategi Target
Kekerasan Peace keeping Kelompok pejuang
(aktivitas militer) atau para militer
Pertentangan Peace making Pemimpin atau
kepentingan (aktivitas politik) tokoh
Struktur sosial Peace building Masyarakat umum
ekonomi dan (aktivitas sosial ekonomi) (pengikut)
sikap negatif

Menurut Galtung menyatakan bahwa konflik dapat digambarkan

sebagai segitiga dengan puncak kontradiksi, sikap dan perilaku. Situasi

konflik adalah hasil dari kontradiksi yang termasuk ketidak cocokan

tujuan yang dirasakan oleh pihak yang berkonflik. Ketidak cocokan

disebabkan oleh nilai maupun struktur sosial (Galtung, 1990).

Presepsi pihak yang bertikai dan kesalahan dalam presepsi

diantara mereka dan dalam dirinya adalah bagian dari sikap. Presepsi

yang dimaksud adalah isu-isu tertentu berkaitan dengan kelompok atau

pihak lain. Para pihak yang bertikai dalam sebuah konflik cenderung

mengembangkan pandangan dan stereotip yang saling merendahkan.

Hal yang paling sering mempengaruhi sikap berasal dari emosi yang

meliputi; rasa takut, amrah, benci, kepahitan dan emosi negatif

44
lainnya.

Perilaku meliputi kerjasama maupun pemaksaan dan permusuhan

antar dua atau lebih pihak yang bersangkutan. Perilaku dalam konflik

dapat berupa; ancaman, pemaksaan, serangan yang merusak dan

kekerasan yang menimbulkan konflik. Sedangkan kontradiksi adalah

keadaan yang melibatkan sikap dan perilaku. Perilaku dilahirkan oleh

sikap yang melahirkan situasi atau kontradiksi. Konsep sikap dan

perilaku yang mendahului kontradiksi digambarkan pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 1. Segitiga ABC Galtung

Contradiction
(Kontradiksi)

Attitude Behaviour
(Sikap) (Perilaku)

2. Kerangka Penelitian

Konflik antara karyawan outsourching, PT. Indolakto Pasuruan

dan PT. Sumber Dian Mandiri sebagai perusahaan outsourching

45
Gambar 2. Kerangka Penelitian konflik antara pekerja, PT.
Indolakto Pasuruan dan Karyawan Outsourching

PT. Indolakto
Pasuruan

Pemerintah(Disnaker Karyawan
PT. Sumber Dian
Kota Pasuruan & Outsourching
Mandiri
Peradilan)

Sumber: Resolusi:
Konflik
Kepentingan Mediasi
Hak Peradilan

46
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Andi Lala. (2020). Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial Melalui
Arbitrase Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia, 5 No.2, 1–11.
Azwandi. (2018). Konflik dan Resolusi Konflik Jama’ah Masjid Kembar Menara
Tunggal di Desa Banyumulek Kecamatan Kediri Lombok Barat. Schemata, 7
No.1, 35–60.
Burhanuddin. (2017). Analisi Yuridiksi Resolusi konflik Hubungan Industrial di
Kabupaten Luwu. 6 No.12, 178–195.
Candra Aji Baskoro. (2014). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Motivasi
dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Management Analysis Journal,
No.2.
CNBC Indonesia. (2021). No Title. CNBC.
Cole, G. . (1988). Textbook of Limnology Third Edition. (3rd ed.). Waveland Press
Inc.
Coleman, P.T., Deutsch, M., Marcus, E. . (2000). The handbook of conflict
resolution: theory and practice. John Wiley & Sons Inc.
Detik.com. (2019). No Title. Detik.Com.
Dharmawan, D. I. dan A. H. (2020). Bioenergi Pedesaan : Solusi Konflik Sosial-
Ekologi dan Pengembangan Berkelanjutan. Jurnal Ilmu Lingkungan Hidup,
18(2), 247–255.
Disnaker.surabaya.go.id. (2018). Dinkes Pemprov Jatim & Kabupaten Pasuruan.
Disnaker.Surabaya.Go.Id. https://disnaker.surabaya.go.id/home
Fahri, L. M. (2021). Mediator dan peranannya dalam resolusi konflik. 3(April), 114–
125.
Fikriyah, K. (2021). Peran Mediator dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus : Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Gresik). Jurnal Inovasi Penelitian, 1 No.8.
Galtung, J. (1990). Cultutral Violence. Jurnal of Peace Research, 27 No.3.
Hanum, F. W. dan F. (2017). Dinamika Konflik Dusun Wuni dan Dusun Gabug di
Desa Giricahyo. Jurnal Sosiologi.
Harahap, Y. (2008). Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Sinar Grafika.

47
Husaini Usman & Purnomo. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. PT. Bumi Aksara.
Indolakto. (2016). indomilk.com. PT. Indolakto. http://www.indomilk.com/Tentang
Indra Darmawan, Z. A. (2017). Pemetaan Konflik Sosial Masyarakat di Aceh Selatan
(Studi Deskriptif Konflik Sosial Masyarakat di Mukim Alue Paku Kecamatan
Sawang).
Ivanov, A. (2017). Konflik Hubungan Industrial (Studi Kasus Konflik antara
Karyawan dengan Manajemen PT. Panca Rasa Pratama Tanjungpinang). Jurnal
Publikasi, 1–33.
Jamil, M. M. (2007). Mengelola Konflik Membangun Damai: Teori, Strategi dan
Implementasi Resolusi Konflik. Walisongo Mediation Centre.
Kartawijaya, A. D. (2018). Hubungan Industrial Pendekatan Komprehensif - Inter
Disiplin Teori. Alfabeta.
Kartini, K. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Mandar Maju.
Kriesberg, L. (2006). Constructive conflicts from escalation to resolution. Rowman
and Littlefield Publisher Inc.
Lalu, H. (2003). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT rajagrafindo
persada.
Lofland, J. & L. H. L. (1984). Analyzing Social Settings. Wadsworth Publishing
Company.
Maimun. (2007). Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar. PT. Pradnya Paramita.
Miles, B. M. dan M. H. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. UIP.
Mindes, G. (2006). Teaching Young Children Social Studies. Praeger Publishers.
Moelong, lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi) (Revisi).
PT. Remaja Rosdakarya.
Munauwarah. (2016). Konflik Kepentingan dalam Perebutan Lahan Pertambangan di
Kabupaten Luwu Timur Antara Masyarakat Adat To Karunsi’e Dengan PT. Vale
Indonesia. Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2 No.2.
Muslikah, N. (2020). Model Penyelesaian Tripartit dalam Sengketa Hubungan
Industrial di Dinperinaker Purworejo. 2(1), 24–32.
Nazir, M. (1988). Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia.
Nulhaqim, S. A., Fedryansyah, M., & Hidayat, E. N. (n.d.). Resolusi Konflik Agraria

48
Berbasis Komunitas Kecamatan Sukasari Kebupaten Sumedang. 1.
Nurnaningsih, A. (2012). MEDIASI: Aternatif Penyelesaian Sengketa di Pengadilan.
PT. Grafiindo Persada.
Radarbromo.co.id. (2019). Buruh Demo Pabrik Susu Indolakto Pandaan, Ini
Tuntutannya. Radarbromo.Jawapos.Com.
https://radarbromo.jawapos.com/daerah/18/07/2019/buruh-demo-pabrik-susu-
indolakto-pandaan-ini-tuntutan-nya/
Raho, B. (2021). Teori Sosiologi Modern. In Ledalero (Vol. 2).
Robert, S. E. de. (2018). Resolusi Konflik di Kawasan Pertambangan Torong Besi,
Kabupaten Mangarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Prodi Damai Dan
Resolusi Konflik, 4 No.1, 73–88.
Rumimpunu, F. (2014). Sistem Hubungan Industrial Pancasila Di Indonesia Dengan
Tenaga Kerja, Perusahaan Dilihat Dari Aspek ( Undang-Undang Tenaga Kerja
No.13 Tahun 2003). 2 No.2.
SMERU. (2002). Hubungan Industrial di Jabotabek, Bandung dan Surabaya pada Era
Kebebasan Berserikat. Laporan Lembaga Penelitian SMERU.
Soepomo, I. (1975). Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja. Jambatan.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta.
Suryani, E. A. (2014). Resolusi konflik antara pengusaha dan pekerja di pabrik rokok.
Jurnal Ilmiah, 1–25.
Taufan, M. (2016). Sosiologi Hukum Islam : Kajian Empirik komunitas Sempalan.
Deepublish.
Walter Nicholson. (1991). Mikro Ekonomi Intermediate dan Penerapannya.
Erlangga.
Wijayanti, A. (2009). Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Sinar Grafika.

49

Anda mungkin juga menyukai