1. PENDAHULUAN
1
Susetiawan, “Konflik Sosial Kajian Sosiologis Hubungan Buruh Perusahaan Dan
Negara Di Indonesia”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000.
2
Nanik Trihastuti, “Membangun Hubungan Industrial yang Harmonis di Indonesia”,
Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 32 No. 2. Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2013.
3
Jie Shen, and John Benson, “Tripartite Consultation In China : A First Step Towards
Collective Bargaining?”, International Labour Review, Vol. 147 No. 2–3, 2008.
4
Chang Kai, “Two Forms Of Labour Movements In The Transition Towards Collective
Labour Relations In China – Characteristics Of Current Development And Prospect”,
Paper for the International Labour and Employment Relations Association (ILERA),
17th World Congress, South Africa, 2015.
5
Chang Hee Lee, “Industrial Relations And Collective Bargaining In China”, Geneva :
International Labour Organization, 2009.
6
Jude Howell, “Industrial Relations in China”, Journal of Contemporary Asia, Vol.
35.2, 2005 : 275-276.
7
Daniel Quinn Mills. “Labor Management Relations”, Singapore : McGraw Hill, 1994.
8
Yunus Shamad, “Hubungan Industrial di Indonesia”, Jakarta: Bina Sumberdaya
Manusia, 1995.
9
Payaman Simanjuntak, “Manajemen Hubungan Industrial”, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2003.
10
Michael Salamon, “Industrial Relation Theory and Practice”, London : Prentice Hall,
2000.
11
Fritje Rumimpunu, “Sistem Hubungan Industrial Pancasila Di Indonesia Dengan
Tenaga Kerja, Perusahaan Dilihat Dari Aspek (Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13
Tahun 2003)”, Jurnal Hukum Unsrat Vol. II, No. 02, 2014.
12
Hans Borkent, et. al, “Indonesian Vorkers and Their Right to Organise”, Netherlands
: Leiden, 1981.
13
Maimun, “Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar”, Jakarta : Paradnya Pramita,
2007.
14
Susetiawan, “Konflik Sosial Kajian Sosiologis Hubungan Buruh Perusahaan Dan
Negara Di Indonesia”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000.
15
I Komang Ardana, et al, “Manajemen Sumber Daya Manusia”,. Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2012.
16
Soejadi, “Pancasila Sebagai Sumber Tertib Hukum Indonesia”, Yogyakarta : Lukman
Offset, 1999.
17
Soepomo, Imam. “Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja”, Jakarta :
Jambatan, 1975.
18
Gunarto, “Dampak Hubungan Industrial Yang Bersifat Kapitalistik Terhadap
Harmonisasi Hubungan Industrial Pengusaha Dengan Pekerja”, Jurnal Dinamika
Hukum, Vol. 11, Edisi Khusus, 2011.
22
Sri Kusumastuti Rahayu, et al. “Hubungan Industrialdi Jabotabek, Bandungdan
Surabaya pada Era Kebebasan Berserikat”, Lembaga Penelitian SMERU, USAID/PEG,
2002.
23
Ma Zhining, “Industrial Relations In China: A Review Based On A Six-Party Model”,
International Labour Review, Vol. 150, No. 1-2, 2011 : 145-162
24
Leon Laulusa, “Confucianism and its implications for industrial relations in China”.
Journal of Management Spirituality and Religion, Vol.5 (4), 2008 : 385-403.
25
Deborah A. Kaple, “Dream of a red factory : The legacy of high Stalinism”, Oxford,
Oxford University Press, 1994.
26
Taylor Bill, et.al, “Industrial Relations in China”, Edwar Elgar, 2003 : 267.
33
Lü Xiaobo, and Perry Elizabeth J, “Danwei : The Changing Chinese Workplace in
Historical and Comparative Perspective”, M. E. Sharpe, 1997 : 262.
35
www.bkpm.go.id
3. REFERENSI
Ardana, I Komang., et al. 2012. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Bill, Taylor., et.al. 2003. Industrial Relations in China.
Edwar Elgar : 267.
Borkent, Hans., et. al. 1981. Indonesian Vorkers and
Their Right to Organise. Netherlands : Leiden.
Brown, Ronald C. 2010. Understanding labor and
employment law in China. New York : Cambridge
University Press.
Chang, Hee Lee. 2009. Industrial Relations And Collective
Bargaining In China. Geneva : International Labour
Organization.
1. PENDAHULUAN
Arbitrasi di Indonesia
Yunarko (2011) menjelaskan bahwa wilayah kerja
arbitrase hubungan industrial dalam hal penyelesaian
perselisihan hubungan industrial meliputi semua wilayah
di negara Indonesia. Dasar legal proses Arbitrase di
Indonesia dampai tahun 1999 adalah aticle 615 sampai
651 dari Reglemen op de Burgerlijke Rechtsvordering
Arbitrase di Australia
Bray & Stewart (2013a) Sistem yang telah
mendominasi hukum federal labour di Australia selama
abad ke-20 menempatkan penekanan yang berat pada
4. KESIMPULAN
Neale dan Kleiner (2001) mengatakan bahwa
perselisihan terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan. Penjelasan ini dapat dikatakan bahwa
adanya perselisihan terjadi karena pihak tertentu dalam
organisasi memiliki kepentingannya tersendiri yang
berbeda dengan pihak lain sehingga memunculkan
adanya perselisihan tersebut. Penyelesaian perselisihan
di luar pengadilan mengutamakan musyawarah untuk
mufakat. UU No. 2 Tahun 2004, menetapkan 4 (empat)
jenis perselisihan, yaitu perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
hanya dalam 1 (satu) perusahaan. Terdapat tiga
peneyelesaian perselisihan, yaitu mediasi, konsiliasi dan
arbitrase. Pada penelitian ini difokuskan pada Arbitrase.
Persamaan dari pelaksanaan Arbitrase dari kedua
negara, yaitu Indonesia dan Australia
mengimplementasikan New York Convention dalam
aturan Arbitraseny dan Pengadilan memiliki peranan
penting dalam mengawasi berjalannya arbitrase.
Kemudian dilihat dari perbedaan yang anatara Indonesia
dan Australia ini terlihat bahwa Indonesia dan Australia
berbeda dari adanya aturan yang berlaku di Indonesia
berbeda dengan negara lain.
1. PENDAHULUAN
Employment Relation
Rose (2004) mengatakan bahwa “Defining
employment relations involves a range of complex
patterns of interactions between different work- related
groups such as trade unions and employers at
organisational level, and the state and its agencies in the
Gambar 1
Skema Perubahan Nigeria
British
Paternalisyic Wage
Voluntarit
Nigeria ERP Employment
ERP
ordonansi Gerakan
cultuurstelsel
kuli buruh
4. REFERENSI
Adebisi, Moses Adesola. 2013. History and
Develompemnt of Industrial Realtions in Nigeria:
Hybridity of Western Models Versus Military
Interventionism Cultur. Mediterranean Journal of
Social Science, Vol. 4(14), pp. 687-693.
Afigbo, A. E. 1991. Background to Nigerian Federalism:
Federal Features in the Colonial State. The
Journal of Federalism (21): 40-52
Ahmed, A.B. 2014. Emerging Trends in Labour Law and
Industrial Relations in Nigeria. International
Journal of Humanities and Social Science, Vol.
4(11), pp. 29-44.
Akporherhe, F. 2002. The Challenge of English and other
foreign languages on Nigerian culture. Journal of
Nigerian Languages and Culture, 3, 29-33.
1. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam
rangka membangun manusia seutuhnya dan
membangun masyarakat seluruhnya. Membangun
manusia seutuhnya mengandung maksud bahwa
pembangunan manusia di laksanakan secara utuh yang
meliputi jasmani dan rohani. Sedangkan membangun
masyarakat seluruhnya mengandung maksud bahwa
masyarakat yang dibangun bukan hanya masyarakat
tertentu saja meleinkan seluruh masyarakat tanpa
memandang suku, agama dan ras. Adapun tujuan
pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang sejahtera, adil, makmur yang merata
baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Negara berkembang yang terus menerus
melakukan pembangunan tidak hanya melakukan
pembangunan tersebut hanya di satu bidang saja tetapi
menyeluruh di semua bidang kehidupan yang meliputi
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya
serta pertahanan keamanan dalam negeri. Semua
bidang tersebut mempunyai hubungan yang erat dan
Kewajiban Pengusaha
Menurut Lalu Husni (2003) Kewajiban pengusaha
adalah sebagai berikut
1. Kewajiban membayar upah. Dalam hubungan
kerja kewajiban utama bagi pengusaha adalah
2. TOPIK BAHASAN
Negara Polandia
Nama Polandia berasal dari kata Slavia, yang
berarti “lapangan”. Nama ini tepat, karena Polandia
mencakup bagian dari dataran luas yang membentang di
sebagian besar wilayah Eropa tengah timur. Polandia
terletak di antara Jerman di barat, Republik Ceko dan
Slovakia di selatan, dan Rusia, Lithuania, Belarus, dan
Ukraina di timur. Lokasi Polandia yang seperti ini
ditambah kurangnya hambatan alam sangat
mempengaruhi sejarah negara ini. Di sebagian besar
sejarahnya, Polandia berjuang untuk menjadi
independen dari tetangga-tetangganya yang kuat.
Polandia pernah menjadi salah satu kerajaan
terbesar di Eropa. Namun, pada abad-abad selanjutnya,
Polandia sering ditaklukkan dan diduduki oleh negara-
negara lain. Antara akhir tahun 1700 dan awal 1900,
Tahun 1909
Pada 26 September di kalangan Tionghoa di Jakarta
dibentuk Tiong Hoa Sim Gie dipimpin oleh Lie Yan Hoei.
Empat bulan kemudian kelompok ini merubah nama
menjadi Tiong Hoa Keng Kie Hwee yang kemudian
menjadi inti dari Federasi Kaoem Boeroeh Tionghoa.
Tahun 1920
Pemogokan buruh terjadi pada 72 pabrik gula di seluruh
Jawa. Dari jumlah itu 28 pemogokan terjadi pada masa
sebelum dan sesudah giling yang meliputi 4.700 pekerja;
sedangkan pemogokan yang lain terjadi dalam masa
giling (dari bulan Mei sampai Oktober) dengan
pemogokan terdiri dari 20.716 orang. Pemogokan yang
terjadi di luar musim giling biasanya terpaksa dilakukan
sebagai reaksi tindakan pengusaha yang dianggap tidak
adil dan sewenang-wenang. Dari jumlah 4.700 pemogok
sebagian besar terdiri dari tukang yang berperan penting
dalam menjalankan proses produksi di pabrik gula.
Pemogokan dalam musim giling biasanya dilakukan atas
inisiatif buruh karena motif-motif ekonomis. Gerakan
telah dipersiapkan sehingga meskipun pemogok yang
terdiri dari buruh tetap hanya mencapai 1.997 orang
tetapi mereka mampu memimpin sejumlah besar buruh
musiman (7.584 orang) dan buruh tidak tetap sekitar
pabrik (11.135 orang).
Tahun 1920
Para pekerja anggota Personeel Fabrik Bond (PFB)
mogok kerja, menuntut majikan supaya mau mengakui
keberadaan Serikat Pekerja mereka.
Tahun 1922
Para pekerja pelabuhan Surabaya melancarkan aksi
mogok kerja, menuntut perbaikan nasib. PPKB dan
Revolutionaire Vakcentrale berhasil membangun aliansi
yang bernama PVH (Persatuan Vakbond Hindia).
Tahun 1923
Pegawai Kereta Api mogok kerja.Tuntutan mereka kala
itu kurang berhasil.Pemerintah kolonial melarang
adanya aksi mogok kerja, yang dilakukan kaum pekerja
dan segera dikeluarkan Undang-Undang tentang
larangan mogok kerja (artikel 161 bis Buku Hukum
Pidana) tanggal 10 Mei 1923. Serikat Pekerja Kereta Api
dan Trem-Vereniging van Spoor en Trem Personeel
Tahun 1932
Lahir dua organisasi Serikat Pekerja, yaitu Persatuan
Vakbonden Pegawai Negeri (PVPN) dan Persatuan
1. LATAR BELAKANG
Efektivitas Manajerial
2. TOPIK BAHASAN
3. KESIMPULAN
4. SARAN
1. PENDAHULUAN
Dalam era industralisasi di atas kemajuan pengetahuan
dan teknologi informasi, perselisihan hubungan
industrial menjadi semakin kompleks, untuk
penyelesaiannya diperlukan institusi yang medukung
mekanisme penyelesaian perselisihan yang cepat, tepat,
adil dan murah. Perselisihan hubungan industrial
umumnya terjadi karena terdapat ketidaksepahaman
dan perbedaan kepentingan antara pelaku usaha dan
pekerja. Kendatipun demikian, akhir-akhir ini statistik
tenaga kerja menunjukan adanya penurunan jumlah
kasus perselisihan, sekalipun jumlah tenaga kerja
semakin banyak. Dari data yang ditunjukan, jumlah
kasus PHK pada tahun 2006 sebanyak 5.110 kasus
menjadi 63 kasus pada Agustus 2007. Jumlah pekerja
yang ter-PHK pada tahun 2006 sebesar 37.937 orang
turun menjadi 22.120 orang pada Agustus 2007. Namun
ada kenaikan rata-rata jumlah PHK per kasus, dari 7
orang per kasus pada tahun 2006 menjadi 351 orang per
kasus di tahun 2007.
Terkait dengan penyelesaian sengketa hubungan
industrial, Undang-undang Ketenagakerjaan dapat
dipandang sebagai sebuah hukum materil. Untuk dapat
Studi Perbandingan Penyelesaian Perselisihan 147
Hubungan Industrial Di Indonesia Dan Di Inggris
melaksanakan materi-materi hukum yang diatur di
dalamnya, diperlukanlah hukum formil untuk
menjalankannya, yaitu Undang-undang No. 2 tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan hubungan
industrial.
Hubungan Industrial, yang merupakan keterkaitan
kepentingan antara pekerja/buruh dengan pengusaha,
berpotensi menimbulkan perbedaan pendapat, bahkan
perselisihan antara kedua belah pihak. Perselisihan di
bidang hubungan industrial yang selama ini dikenal
dapat terjadi mengenai hak yang telah ditetapkan, atau
mengenal keadaan ketenagakerjaan yang belum
ditetapkan baik dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, perjanjian kerja bersama maupun
peraturan perundang-undangan. Perselisihan hubungan
industrial dapat pula disebabkan oleh pemutusan
hubungan kerja. Ketentuan mengenai pemutusan
hubungan kerja yang selama ini diatur di dalam Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan
Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta, ternyata tidak
efektif lagi untuk mencegah serta menanggulangi kasus-
kasus pemutusan hubungan kerja. Hal ini di sebabkan
karena hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha
merupakan hubungan yang didasari oleh kesepakatan
para pihak untuk meningkatkan diri dalam suatu
hubungan kerja. Dalam hal salah satu pihak tidak
menghendaki lagi untuk terikat dalam hubungan kerja
tersebut, maka sulit bagi para pihak untuk tetap
mempertahankan hubungan yang harmonis. Oleh
karena itu perlu dicari jalan keluar yang terbaik bagi
http://www.apindo-kepri.com/ruang-media/phi/hukum-
acara-peradilan-hubungan-industrial
i
Fithriya Zahra, S.MB. Lulus S1 dari Institut
Manajemen Telkom jurusan Manajemen Bisnis
Telekomunikasi dan Informatika pada tahun
2008. Saat ini sedang melanjutkan pendidikan
Magister di Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Jurusan Administrasi Bisnis. Pernah
menjadi penulis terbaik mahasiswa baru S1 pada
tahun 2001 dengan judul “Manajemen dan
Bisnis”. Artikel nya masuk ke dalam Konferensi
Internasional ISCBRM 2017 dengan judul
“Spirituality in workplace comparison India and
Indonesia” bersama dengan Dr. Mohammad
Benny Alexandri dan Prof. Dr. Oekan Abdullah.
ii
Raden Marsha Aulia Hakim, S.Ab. Lulus S1 di
Program Studi Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
(FISIP UNPAD) pada tahun 2015. Saat ini sedang
melanjutkan pendidikan Master di Program Studi
Magister Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran (FISIP
UNPAD).
iii
pada tahun 2015.
Penulis telah melakukan penelitian di bidang
pengembangan masyarakat dan CSR di
perusahaan pertambangan dan minyak dan gas
bumi sejak tahun 2008. Data yang dimiliki
keahlian: penelitian, artikel dan jurnal tentang
pengembangan masyarakat, pemberdayaan
masyarakat, dan CSR yang dipublikasikan di
media cetak dan media online.
iv