Anda di halaman 1dari 4

Inisiasi 5

Materi inisiasi 5 ini ada dua bagian yaitu butir-butir penting Modul 5 dan intisari tentang
hubungan industrial di Indonesia.

Berikut ini butir-butir penting modul 5 Hubungan Industrial yaitu sebagai berikut:

1. Pengertian dan pelaku hubungan industrial


a. pengertian hubungan industrial
b. sarana utama hubungan industrial
c. peraturan di tempat kerja
d. pelaku hubungan industrial

2. Perkembangan hubungan industrial


a. pengaruh liberalisme
b. perkembangan hubungan industrial abad 19 – awal abad 20
c. perspektif-perspektif dalam hubungan industrial
d. pelaku hubungan industrial
e. korporatisme ekslusioner

3. Perselisihan hubungan industrial


a. perselisihan hubungan industrial
b. pemogokan
c. peran normatif negara dalam hubungan industrial

4. Perkembangan hubungan industrial di Indonesia


a. hubungan industrial hubungan industrial pada masa kolonial
b. hubungan industrial hubungan industrial pada masa awal kemerdekaan
c. hubungan industrial
d. hubungan industrial hubungan industrial pada masa Orde Baru
e. hubungan industrial hubungan industrial pada tahun 1990an
f. hubungan industrial hubungan industrial pada masa awal kemerdekaan

5. Hubungan Industrial Pancasila (HIP) dan hubungan industrial pasca Orde Baru
a. langkah restrukturisasi hubungan industrial pada masa orde baru
b. HIP
c. desentralisasi hubungan industrial pasca orde baru
d. faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan industrial
e. hubungan industrial yang harmonis
Hubungan Industrial di Indonesia

Hubungan industrial adalah suatu system saling interaksi yang terjadi di ntara para
pelaku (pemerintah, pengusaha dan buruh) industry barang dan/atau jasa dan terbentuk
baik di dalam struktur/budaya internal maupun eksternal organisasi kerja.
Tujuan hubungan industrial adalah meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
pekerja dan pengusaha. Produktivitas dan kesejahteraan merupakan dua hal yang saling
berkaitan erat dan saling mempengaruhi. Peningkatan produktivitas perusahaan dan
kerja tidak bisa dicapai apabila kesejahteraan pekerja tidak diperhatikan atau diberikan
harapan tentang kesejahteraan yang lebih baik di masa depan. Sebaliknya, kesejahteraan
pekerja tidak bisa dipenuhi atau ditingkatkan apabila tidak terjadi peningkatan
produktivitas perusahaan dan kerja.
Hubungan industrial dapat dijelaskan dengan perspektif antara lain: unitary
(pengusaha-buruh dan pemerintah, harmonis), class conflict (pengusaha-buruh memiliki
kepentingan berbeda dan selalu bersaing), dan pluralist (kepentingan, tujuan dan aspirasi
pelaku usaha beragam namun dapat dibuat konsensi dan kompromi). J. Dunlop
mengemukakan bahwa dalam menganalisa hubungan industrial perlu
mempertimbangkan ;1) sejumlah peraturan yang berlaku di tempat kerja(variabel
dependen) yang; 2) dipengaruhi oleh interaksi parapelaku hubungan industrial (variable
lindependen). Proses interaksi itu (variable independen) meliputi tiga hal, yaitu: (1)
status pelaku (contoh, pemerintah berstatus sebagai penjaga, konsultan, pengawas atau
juri) hubungan industrial yang relatif; (2) konteks interaksi (karakter teknologi-tenaga
kerja terampil/tidak terampil, hambatan pasar danbudget yangmempengaruhi pelaku
dan distribusi kekuasaan/pasar bebas/korporatisme ekslusioner-demobilisasi dan
merepresi kaum buruh); (3) Ideologi (ide/kepercayaan) industrial yang ditaati dan
dijalankan bersama.
Perselisihan industrial biasanya timbul ketika usulan atau tuntutan pekerj tidak
segera ditanggapi oleh pihak pengusaha, tidak segera dilakukan perundingan atau
karena kesepakatan antara manajemen dan pekerja tentang jenis tuntutan atau nilai
tuntutan belum tercapai. Berarti, perselisihan industrial itu menyangkut masalah
hak, kepentingan dan kewajiban antara serikat pekerja dengan suatu perusahaan.
Perselisihan industrial di Indonesia telah terjadi sejak masakolonial Belanda. Saat
itu perselisihan industrial terjadi karena baik sistem ekonomi kolonial yang ditandai
dengan kebijakan tanam paksa (rodi) maupun liberalisme ekonomi (swastanisasi) sama-
sama telah mengeksploitasi/memeras buruh dan petani bumi putra. Hubungan
pemerintah, pengusaha dan baruh/petani ibarat hubungan majikan dengan budak. Pada
tahun 1920-an, Semaun melalui SI Semarang melakukan sejumlah gerakan, protes,
pemogokan dan membentuk beragam sarekat buruh untuk menuntut keadilan dan
memperbaiki ekonomi kaum buruh/petani bumi putra. Secara historis, pergerakan
buruh dan petani saat itu tidak terpisahkan daripergerakan kemerdekaan (anti
kolonial). Kondisi yang hampir serupa jug amewarnai hubungan industrial pada
awal kemerdekaan di mana masih diwarnai oleh orientasi politik. Pada masa ini seluruh
tenaga dan pikiran dicurahkan untuk mempertahankan kemerdekaan sehingga
polarisasi dalam hubungan industrial tida kterasa. Polarisasi dalan hubungan industrial
mulai dirasakan ketika padaTahun 1947 terbentuks erikat buruh Sentral Organisasi
Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang berorientasi pada komunisme.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, terjadi gerak balik perkembangan hubungan
industrial seperti pada masa kolonial di mana pemerintah terlibat jauh dalam
penataan hubungan industrial di Indonesia. Dengan kata lain, kalau pada masa Orde
Lama gerakan buruh menjadi riuh rendah dengan politik maka pada masa Orde Baru
gerakan-gerakan buruh menjadi sepi secara politik. Bahkan buruh diabaikan dari
politik, dan gerakan buruh dibatasi di bawah wadah tunggal serikat buruh atau
yang dikenal dengan istilah political labor union.
Kemunculan Hubungan Industrial Pancasila (HIP) dapat dikatakan merupakan
bagian dari restrukturisasi gerakan buruh di Indonesia oleh pemerintahan OrdeBaru.
Langkah restrukturisasi dimaksudkan, antara lain, untuk meredam ancaman aktivitas
politik buruh terhadap stabilitas sosial politik yang dibutuhkan untuk mendukung
pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Orde Baru menjalankan dua
langkah sekaligus, yaitu penataan pada aspek kelembagaan dan aspek ideologi.
Salah satu perubahan penting akibat kebijakan desentralisasi adalah munculnya
system hubungan industrial yang memungkinkan para buruh bebas mendirikan serikat
buruh pada tingkat perusahaan sesuai dengan UU No. 21/2000. Di samping itu,
pemerintah juga telah meratifikasi beberapa konvensi ILO(International Labor
Organization-PBB), termasuk Konvensi No.87 Th. 1948 tentang Kebebasan Berserikatdan
Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. Namun, saat ini, upaya ratifikasi dan berbagai
konvensi yang membela kaum buruh terancam dimatikan ketika Wakil Presiden
Boediono mengatakan bahwa kita harus menyudahi kegaduhan politik dan menyusun
konsensus politik yang mempunyai konsekuensi ekonomi. Tidakkah berarti bahwa di
mata Boediono hubungan industrial dengan politikal itu harus saling meniadakan?
(disarikan dari modul 5).

Anda mungkin juga menyukai