Anda di halaman 1dari 16

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Kampung Jurnal IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Analisis Perbandingan Efisiensi BPR Konvensional dan BPR Syariah di


Provinsi Jawa Timur

Bahrina Almas
Universitas Airlangga Surabaya
almas.muharram@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perbandingan tingkat efisiensi
antara Bank Perkreditan Rakyat Konensional dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Pengukuran technical efficiency yang
menggunakan multi input dan output dalam penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan
dan mengukur perbandingan kinerja antara BPR Konvensional dan BPR Syariah di Provinsi
Jawa Timur. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan data
sekunder dari Laporan Publikasi Keuangan yang terdapat di Otoritas Jasa Keuangan dan
Bank Indonesia. Sample yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 10 BPR, yang terdiri
dari 5 sample BPR Konvensional dan 5 sample BPR Syariah selama periode Maret 2014
sampai dengan Desember 2017. Variabel input dalam penelitian in adalah total aset, dana
pihak ketiga dan biaya tenaga kerja, sedangkan variabel output yang digunakan adalah
kredit atau pembiayaan dan pendapatan operasional. Hasil analisis menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) menunjukkan bahwa ada dua BPR dari 5 sample BPR
Konvensional yang efisien, sedangkan tidak ada BPR yang efisien dari 5 sample BPR
Syariah.

Kata Kunci: BPR, BPRS, Efisiensi, Data Envelopment Analysis.

Abstract
This study aims to find out and explain the efficiency level comparison between Conventional
Rural Banks and Sharia Rural Banks using Data Envelopment Analysis (DEA) method.
Technical efficiency measurement that uses multi inputs and outputs in this study is expected
to show and measure the comparison of performance between Conventional Rural Banks and
Sharia Rural Banks in East Java Province. This research is a type of quantitative research
using secondary data from Financial Publication Reports contained in the Financial Services
Authority and Bank Indonesia. The sample used in this study amounted to 10 BPR, consisting
of 5 samples of Conventional Rural Banks and 5 samples of Islamic Rural Banks during the
period March 2014 to December 2017. Input variables in this study were total assets, third
party funds and labor costs, while variables the output used is credit or financing and
operating income. The results of the analysis using the Data Envelopment Analysis (DEA)
method show that there are two BPR from 5 samples of efficient Conventional Rural Banks,
while there are no efficient BPR from 5 Sharia Rural Banks samples.

Keywords: BPR, BPRS, Efficiency, Data Envelopment Analysis.

169
Pendahuluan dibandingkan pertumbuhan kuartal IV 2016
sebesar 4.94 persen. Pertumbuhan ekonomi
Sektor keuangan terutama industri
pada tiga bulan pertama tahun 2017
perbankan berperan sangat penting bagi
ditopang oleh kinerja perdagangan ekspor
aktivitas perekonomian suatu negara. Peran
dan dan impor yang berhasil surplus, karena
strategis bank tersebut sebagai wadah yang
adanya sentiment positif dari perbaikan
mampu menghimpun dan menyalurkan dana
harga sejumlah komoditas dunia juga
masyarakat secara efektif dan efisien ke
ekonomi global yang mengalami
arah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank
peningkatan. Akan tetapi pertumbuhan
merupakan salah satu bagian penting dari
ekonomi Indonesia tidak lantas
pasar keuangan selain pasar modal dan
mencerminkan pertumbuhan kredit yang
asuransi. Di Indonesia, perbankan
baik dari sektor perbankan. Pertumbuhan
mempunyai pangsa pasar sebesar 80% dari
kredit yang lemah, menyulut melemahnya
keseluruhan sistem keuangan yang ada
kredit perbankan karena kurangnya
(Bank Indonesia, 2009). Efisiensi sektor
permintaan kredit oleh dunia usaha di
perbankan merupakan salah satu isu yang
tengah perlambatan ekonomi global.
sangat menarik bagi para ahli ekonomi di
Muhari dan Hossen (2014) menyatakan
seluruh dunia.
bahwa keberadaan BPR dan BPRS memiliki
Di Indonesia, ada dua jenis bank, yakni:
tujuan untuk menyediakan jasa dan produk
(1) Bank Umum; (2) Bank Perkreditan
perbankan bagi masyarakat golongan
Rakyat. Perkembangan industri perbankan
ekonomi lemah dan usaha kecil dan mikro
syariah di Indonesia menjadi demikian
(UKM) baik di perkotaan maupun di
pesatnya sejak didirikannya Bank Umum
pedesaan. Secara umum BPR dan BPRS
Syariah pertama di Indonesia pada tahun
memiliki tujuan dan karakteristik yang
1992. Dari segi kelembagaan, tercatat
relatif sama dengan Lembaga Keuangan
sampai Februari 2017 Indonesia memiliki
Mikro (LKM), yakni komersial dan
13 Bank Umum Syariah dan 21 Unit Usaha
pengembangan masyarakat (Buchori, 2003).
Syariah. Sedangkan, Bank Perkreditan
Komersial artinya LKM dalam
Syariah sampai Februari 2017 berjumlah
menjalankan usahanya harus memperoleh
166 BPRS.1 Perkembangan signifikan juga
keuntungan agar kegiatan operasional
terjadi di Jawa Timur sebagai provinsi yang
memiliki BPR dan BPRS terbanyak di sustainable dan kemampuan melayani
nasabah semakin meningkat (outreach). Hal
Indonesia. Tercatat hingga Februari 2017,
itu sangat berkaitan dengan tujun kedua,
Jawa Timur memiliki 31 BPRS, baik milik
yakni pengembangan masyarakat.
pemerintah maupun swasta terbanyak
Masyarakat yang menjadi prioritas
dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
penyaluran dana adalah mayarakat dengan
Sedangkan untuk BPR, Jawa Timur
ekonomi lemah atau yang tidak dapat
memiliki 321 BPR, merupakan jumlah
menjangkau perbankan komersial.
paling banyak se-Indonesia.2
Sehingga, dengan adanya BPR dan BPRS
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
misi lembaga keuangan untuk
kuartal I 2017 berada pada angka 5.01
memberdayakan masyarakat, menciptakan
persen atau lebih tinggi dibandingkan
lapangan pekerjaan, mengembangan usaha
pertumbuhan kuartal I 2016 di kisaran 4.92
nasabah yang pada akhirnya mengurangi
persen. Angka tersebut juga lebih
kemiskinan akan tercapai.
Sektor Usaha Mikro, Kecil dan
1
Otoritas Jasa Keuangan. Statistik Perbankan Syariah (Sharia Menengah (UMKM) menjadi andalan
Banking Statistic). (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan, 2017)
2
perekonomian Jawa Timur, khususnya
Lihat pada http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/bpr-
konvensional/indikatorutama/Default.aspx. dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
170
ASEAN (MEA). Selain UMKM menjadi dan Jati, 2014). Menurut Hartono et.al
kontributor terbesar bagi PDRB Jawa (2008) meskipun skala ekonomis BPR
Timur, sektor UMKM telah terbukti mampu masih kecil, namun kemampuannya dalam
bertahan dan terus tumbuh meskipun situasi memberikan akses keuangan yang lebih luas
ekonomi global sedang lesu. Di Jawa kepada Usaha Menengah dan Kecil di
Timur, koperasi dan UMKM tumbuh pesat Indonesia sangatlah penting.
terbukti pada tahun 2008, terdapat 4.2 juta Pengukuran efisiensi dalam dunia
UMKM dan pada tahun 2015, jumlah perbankan adalah salah satu parameter
UMKM tumbuh menjadi 6.8 juta dengan kinerja yang cukup populer. Hal itu banyak
kontribusi terhadap Produk Domestik digunakan karena dapat menjawab
Regional Bruto (PDRB) yang tinggi, yakni kesulitan-kesulitan dalam menghitung
sebesar 54.98% dari total Rp 1689.88 ukuran kinerja perbankan. Rasio biaya
Triliun PDRB Jawa Timur dan menyerap operasional terhadap pendapatan
sebanyak 11.12 juta tenaga kerja atau 92% operasional (BOPO) yang selama ini sering
dari seluruh tenaga kerja di Jawa Timur. digunakan untuk mengukur efisiensi
Akan tetapi, potensi yang begitu besar dari perbankan memiliki kelemahan karena sulit
UMKM tidakdidukung oleh sektor untuk menyamaratakan apakah suatu rasio
perbankan karena UMKM masih baik atai buruk dan sulit untuk menyatakan
mengalami kesulitan untuk mengakses apakah perusahaan tersebut kuat atau lemah
modal di perbankan. Sehingga pemerintah dan tidak memperhitungkan biaya modal.3
Jawa Timur perlu untuk mendorong sistem Oleh karena itu, kemudian pendekatan
perbankan yang dapat mendukung frontier dikembangkan dan dibagi menjadi
kesejahteraan perekonomian masyarakat dua pendekatan, yakni: (1) pendekatan non-
melalui pernyaluran kredit kepada UMKM. parametrik dan (2) pendekatan parametrik.
Penelitian-penelitian pada bidang Pendekatan non-parametrik adalah data
ekonomi dan bisnis pada dasarnya bertujuan envelopment analysis (DEA) dan free
untuk memaksimalkan hasil dari sumber disposable hull (FDH), sedangkan
daya yang terbatas, sehingga penelitian pendekatan parametrik adalah stochastic
tentang efisiensi khususnya pada tingkat frontier approach (SFA) dan distribution
perusahaan merupakan hal yang sangat free approach (DFA).
penting dalam bidang ekonomi dan bisnis. Metode DEA ini mampu menganalisis
Berbeda dengan Bank Umum, Bank kinerja beberapa objek atau decision making
Perkreditan Rakyat adalah bank yang unit (DMU) berdasarkan rasio output
melaksanakan kegiatan usaha secara terhadap input sehingga dapat dibuat garis
konvensional atau berdasarkan prinsip efisien guna memperoleh rasio maksimal
syariah yang dalam kegiatannya tidak yang dicapai DMU tertentu. Konsep-konsep
memberikan jasa lalu lintas pembayaran. yang digunakan dalam mendefiniskan
BPR memiliki penetrasi yang lebih baik hubungan input-output perilaku lembaga
dibandingkan dengan bank umum keuangan pada metode parametrik DEA
khususnya untuk usaha mikro kecil dan adalah pendekatan produksi (production
menengah (UMKM). approach), pendekatan intermediasi
Keberhasilan BPR dalam memberikan (intermediation approach) dan pendekatan
pelayanan kepada UMKM antara lain aset (asset approach). Cooper et al. (2007)
adalah lokasi BPR yang lebih dekat dengan dalam menyatakan bahwa DEA sebagai alat
pasar, prosedur pelayanan yang sederhana,
proses yang lebih cepat dan pendekatan 3
Endri dan Abdul Wakil. Analisis Kinerja Keuangan dengan
personal (relationship marketing) yang Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan dan Economic Value Added
(Studi Kasus: PT. Bank Syariah Mandiri). Jurnal Ekonomi,
lebih baik terhadap pelanggan (Suliyanto 1(13):123-140. 2008.

171
analisis untuk mengukur efisiensi memiliki sedangkan variabel output yang digunakan
beberapa keunggulan, yakni dapat adalah pembiayaan atau kredit dan
digunakan untuk menganalisis kasus yang pendapatan operasional.
memiliki hubungan kompleks di antara Analisis efisiensi terhadap BPRK dan
berbagai input dan output dalam satu BPRS di Jawa Timur ini dapat memberikan
lembaga atau aktivitas yang tidak mampu informasi terkait tingkat efisiensi dari
dipecahkan dengan menggunakan alat sejumlah sampel BPRK dan BPRS yang
analisis lain, serta dapat mengidentifikasi diambl sehingga pihak Otoritas Jasa
sejumlah variabel disertai hubungan yang Keuangan dan Bank Indonesia dapat
banyak seperti halnya program matematik merumuskan strategi pengawasan yang
(Suliyanto dan Jati, 2014) tepat bagi setiap BPRK dan atau BPRS di
Penelitian sebelumnya terkait efisiensi Jawa Timur, terlebih dapat mendorong
lembaga keuangan kebanyakan dilakukan di untuk evaluasi kinerja BPR nasional. Bagi
negara-negara maju (Kwan dan Eisenbeis, industri perbankan penelitian ini dapat
1996 di perbankan Amerika Serikat; bermanfaat untuk mengukur tingkat
Worthington, 1998 di perbankan Australia; efisiensi usaha bank dibandingkan dengan
dan Koetter; 2005 di perbankan Jerman) tingkat efisiensi bank pesaing dalam suatu
sedangkan untuk lembaga keuangan Islam kelompok bank terkait, sehingga dapat
banyak dilakukan di negara-negara yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan
pertumbuhan ekonomi Islamnya pesat, strategi usahanya di waktu yang akan
seperti Malaysia. Analisis perbandingan datang.
efisiensi antara BPR Konvensional dan BPR
Syariah menarik untukditeliti, hal ini Pembahasan
disebabkan adanya perbedaan dari sisi Bank sebagai Lembaga Intermediasi
kredit dan atau pembiayaan. Disamping itu, Menurut Rahardja dan Manurung
penelitian sebelumnya banyak yang (2006) dalam Muhari dan Hosen (2014)
membedakan BUS dan BUK (Ismail et al., bank merupakan salah satu lembaga
2013; Wahab, Hosen dan Muhari, 2014; keuangan (financial institutions) yang
Sari dan Suprayogi, 2015), atau hanya kegiatan utamanya adalah menghimpun
membahas tingkat efisiensi BPRS saja dana dari unit surplus untuk disalurkan
(Warninda dan Hosen, 2015; Nashihin dan dalam bentuk kredit kepada unit defisit.
Harahap, 2014; Hosen dan Muhari, 2013). Unit surplus yang dimaksud adalah orang-
Penelitian terkait perbandingan tingkat orang atau lembaga yang memiliki
efisiensi BPR Konvensional dan BPR kelebihan dana (likuiditas), sedangkan unit
Syariah di Jawa Timur belum pernah defisit adalah unit rumah tangga atau
dilakukan. perusahaan yang menggunakan dana untuk
Berdasarkan latar belakang tersebut, kegiatan konsumsi atau kegiatan-kegiatan
tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis lain yang diharapkan dapat memberi
tingkat efisiensi BPR Konvensional di Jawa keuntungan di masa yang akan datang.
Timur antara kuartal I 2014 sampai dengan Sebagai salah satu lembaga
kuartal IV 2017 menggunakan data intermediasi, BPR mempunyai karakteristik
envelopment analysis (DEA); (2) yang berbeda dengan bank umum, yakni:
menganalisis tingkat efisiensi BPR Syariah (1) BPR tidak diperbolehkan untuk
di Jawa Timur antara kuartal I 2014 sampai menerima simpanan berupa giro dan ikut
dengan kuartal IV 2017 menggunakan data serta dalam lalu lintas pembayaran; (2)
envelopment analysis (DEA). Variabel input dilarang melakukan kegiatan usaha dalam
yang digunakan adalah total aset, dana valuta asing; (c) dilarang melakukan
pihak ketiga (DPK) dan biaya tenaga kerja, penyertaan modal; (d) dilarang melakukan
172
usaha perasuransian; (e) dilarang melakukan Inna al-mubadzdziri@na ka@nu@ ikhwa@na asy-
usaha lain di luar kegiatan usaha syaya@ti@ni wa ka@na asy-syaitha@nu lirabbihi@
kafu@ran.
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga
yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
Perbankan yang diubah dengan Undang-
dan orang yang dalam perjalanan dan
Undang No. 23 Tahun 1999 (Siamat, 199). janganlah kamu menghambur-hamburkan
Sebelum didirikannya BPR Syariah di (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
Indonesia, masyarakat terlebih dulu pemboros-pemboros itu adalah saudara-
mengenal adanya Bank Perkreditan Rakyat saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat
(BPR). Dalam UU No. 21 Tahun 2008 ingkar kepada Tuhannya.”(QS. Al-Israa‟
disebutkan bahwa BPR adalah bank [17]:26-27)
konvensional yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas Kata boros berasal dari kata tabdzir
pembayaran. BPR masih menerapkan yang merupakan kata kerja (fi‟il) dari kata
sistem bunga dalam kegiatan sifat (isim) mubadzir yang oleh Imam
operasionalnya. Oleh karena itu, penyebutan Syafi‟i dimaknai sebagai membelanjakan
„perkreditan‟ dalam BPR Konvensional harta tidak pada jalannya. Mujahid juga
seharunya menjadi „pembiayaan‟ dalam menjelaskan bahwa walaupun seluruh harta
BPR Syariah. Perbedaan Bank Pembiayaan dihabiskan untuk jalan yang bear, maka
Rakyat Syariah (BPRS) dengan Bank tidak dikategorika sebagai mubadzir.
Perkreditan Rakyat Kovensional (BPR Sebaliknya, walaupu hanya segantangpadi
Konvensional), yaitu: (1) akad dan legalitas; tapi digunakan untuk hal yang tidak benar
(2) adanya Dewan Pengawas Syariah; (3) maka hal itu dapat disebut dengan
penyelesaian sengketa melalui Badan mubadzir.4 Berdasarkan konsep efisiensi
Arbitrase Syariah maupun Pengadilan dalam pandangan di atas, makakonsep
Agama; (4) pelarangan melakukan bisnis efisiensi kinerja pembiayaan pada Bank
haram, syubhat dan yang menimbulkan Pembiayaan Rakyat Syariah merujuk pada
mudharat bagi pihak lain; (5) sistem bagi keharusan manajemen BPR untuk
hasil dalam penghimpunan maupun mengupayakan pengelolaan pengeluaran
penyaluran pembiayaan. untuk pos-pos penggerak biaya dengan cara
yang tepat guna, benar, wajar dan hemat.
Konsep Efisiensi Persepektif Islam Hal ini sebagaimana terkandung dalam
Menurut Affandi (2002), setiap Muslim hadits yang diriwayatkan oleh Ishaq bin
dalam menjalankan bisnis haruslah Ibrahim Al Handlali5:
berkeinginan kuat untuk meningkatkan
efisiensi, yakni dengan mengurangi biaya Dan telah menceritakan kepada kami (Ishaq
demi kebaikan konsumennya. Konsep bin Ibrahim Al-Handlali) telah
efisensi tersebut sejalan dengan prinsip mengabarkan kepada kami (Jarir) dari
ekonomi Islam yang bertujuan untuk Manshur dari Asy-Sya‟bi dari Warrad
bekas budak Al-Mughirah bin Syu‟bah, dari
mencapai salah satu maqashid syariah, yaitu
Mughirah bin Syu‟bah dari Rasulullah
terpeliharanya al-maal (Kamaruddin, 2008). SAW. Sesungguhnya Rasulullah SAW
Konsep ini terkandung dalam QS. Al- bersabda: “Sesungguhnya Allah „azza wa
Israa‟[17]:26-27: jalla mengharamkan kalian mendurhakai
‫ا َوذ ۡلٱ ُق ۡلز َو ٰى َو َّق ُقۥ َو ۡلٱ ِت ۡل ِت يَو َو ۡل يَو ٱ َّق ِت ِتي‬ ‫َو َو ِت‬ seorang ibu, mengubur anak perempuan
‫ۡل‬
‫ ِت َّق ٱ ُق َو ِّذ ِترييَو َوكانُق ٓو ْ ِت ۡلخ ٰى َوو َو‬٢٦ ‫َو َوَل تُق َو ِّذ ۡلر تَو ۡل ِتذي ًز‬
٢٧ ‫ور‬ ٗ ‫ٱ َّقل ٰى َو ِت ِتي َو َوكا َو ٱ َّقل ۡل ٰى َو ُقي ٱِت َوز ِّ ِتۦ َوكفُق‬ 4
Hamka. Tafsir Al-Azhar Jus XV. Jakarta: Pustaka Panjimas,
2007.
Waa@ tidza al-qurba@ haqqahu wa al-miski@ina 5
Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj. Shahih Muslim Jilid I. Kairo:
wa abna as-sabi@li wa la@ tubadzdzir tabdzi@ran. Dar Al-Kutub, 1918.

173
hidup-hidup dan tidak suka memberi dan Menurut Kamaruddin (2008), konsep
suka meminta-minta. Dan membenci atasmu efisiensi dalam kegiatan ekonomi
tiga perkara: mengatakan sesuatu yang merupakan salah satu prinsip yang penting.
tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan Setiap Muslim dalam menjalankan kegiatan
menyia-nyiakan harta.” Dan telah ekonomi, khususnya bisnis, haruslah
menceritakan kepadaku (Al-Qasim bin
memiliki keinginan kuat untuk
Zakaria) telah menceritakan kepada kami
(„Ubaidullah bin Musa) dari (Syaiban) dari meningkatkan efisiensi, yaitu dengan
(Manshur) dengan isnad seperti ini, hanya mengurangi biaya demi kebaikan
saja ia menyebutkan, „Dan Rasulullah SAW konsumennya. Konsep efisiensi sejalan
telah mengharamkan atas kalian‟, tidak dengan prinsip Syariah untuk mencapai dan
menyebutkan, „Sesungguhnya Allah SWT menjaga maqashid syariah, yaitu
mengharamkan atas kalian.”(HR. Muslim terpeliharanya al-maal. Kesulitan utama
No. 3237) dalam pengukuran output bank muncul
karena tidak adanya konsensus dalam
Efisiensi Bank literatur tentang bagaimana mendefinisikan
Menurut ilmu ekonomi, konsep dan mengukur jasa terseb secara luas,
efisiensi berasal dari konsep ekonomi output bank seharusnya mencakup
mikro, yakni teori konsumen dan teori pengelolaan portofolio dan jasa konsultasi
produsen. Sudut pandang teori konsumen yang disediakan oleh bank dalam
mencoba untuk memaksimalkan kegunaan kapasitasnya sebagai lembaga intermediasi.
atau kepuasan individu sedangkan sudut Kesulitan mendasar muncul dalam
pandang teori produsen mencoba untuk memperlakukan simpanan bank (bank
memaksimalkan profit atau meminimalkan deposit) pada status input-output dari
biaya. Efisiensi sebagai perbandingan antara deposit tersebut. Pada umumnya, deposit
keluaran (output) dan masukan (input) atau dipandang sebagai input-output dari deposit
jumlah yang dihasilkan dari satu input yang tersebut. Pada umumnya, deposit dipandang
dipergunakan. Suatu perusahaan dapat sebagai input utama produksi pinjaman dan
dikatakan efisien apabila menggunakan penerimaan atau perolehan dari earning
jumlah unit yang lebih sedikit bila assets. Namun demikian, produksi deposit
dibandingkan dengan jumlah unit input yang bernilai tambah tinggi seperti
yang digunakan perusahaan lain untuk tabungan, rekening koran, dana investasi,
menghasilkan jumlah ouput yang lebih deposito dalam valuta asing, menegaskan
besar (Noor, 2013). karakteristik output dari deposit
Suatu perusahaan dikatakan efisien (Kusumawardani, 2008).
apabila menggunakan input yang lebih
sedikit dari jumlah input pada umumnya, Pengukuran Efisiensi Bank
tetapi menghasilkan output yang lebih Konsep efisiensi pertama kali
banyak atau dapat menghasilkan minimal diperkenalkan oleh Farrel (1957) yang
sama besarnya. Ada tiga faktor yang merupakan tindak lanjut dari model yang
menyebabkan efisiensi, yakni: (1) apabila diajukan oleh Debreu (1951) dan Koopmans
dengan input yang sama dapat (1951). Konsep pengukuran efisiensi Farrel
menghasilkan output yang lebih besar; (2) (1951) dapat memperhitungkan input
dengan input yang lebih kecil dapat majemuk, efisiensi sebuah perusahaan
menghasilkan output yang sama; dan (3) terdiri dari dua komponen, yakni efisiensi
dengan input yang lebih besar dapat teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis
menghasilkan jumlah output dengan menunjukkan kemampuan perusahaan
presentase yang lebih. untuk mencapai ouput semaksimal mungkin
dari sejumpah input. Sedangkan efisiensi

174
alokatif menunjukkan kemampuan 2000). Metode DEA mampu mengatasi
perusahaan untuk menggunakan input keterbatasan dari analisis rasio parsial dan
dengan proporsi seoptimal mungkin pada analisis regresi berganda. Metode ini
tingkat harga input tertentu. Kedua dirancang khusus untuk mengukur efisiensi
komponen ini kemudian dikombinasikan relative suatu DMU yang menggunakan
untuk menghasilkan ukuran efisiensi total multi output dan multi input. Efisiensi
atau efisiensi ekonomis (economic didefinisikan sebagai rasio dari total output
efficiency) (Abidin dan Endri, 2009). tertimbang dibagi dengan total input
Menurut Silkman (1986) dalam tertimbangnya. DEA mengasumsikan
Muharam dan Pusvitasari (2007), ada tiga bahwa setiap DMU akan memilih bobot
jenis pendekatan pengukuran efisiensi yang memaksimumkan rasio efisiensinya.
khususnya perbankan, yaitu: (1) pendekatan Suatu DMU dikatakan efisien jika memiliki
rasio; (2) pendekatan regresi; dan (3) skor efisiensi sebesar 1 atau 100% dan
pendekatan frontier. Dengan adanya dikatakan kurang efisien jika memiliki skor
pendekatan frontier untuk mengukur efisiensi kurang dari 1 atau 100%.
efisiensi, perhitungan kinerja lembaga
Pengembangan Hipotesis
keuangan lebih difokuskan pada pendekatan Penelitian Suliyanto dan Jati (2014)
frontier efficiency. berjudul “Perbandingan Efisiensi Bank
Pada dasarnya ada tiga metode dalam Perkreditan Rakyat dan Bank Umum
data envelopment analysis (DEA) yang dengan Pendekatan Data Envelopment
telah dikembangkan untuk mendefinisikan Analysis” memperoleh kesimpulan bahwa
hubungan input-output dalam lembaga tingkat efisiensi bank umum maupun BPR
keuangan, sebagai berikut: (1) pendekatan belum mencapai efisiensi sempurna (100%),
produksi (Sherman dan Gold, 1995) dengan rata-rata tingkat efisiensi bank
menganggap bahwa model lembaga umum selama periode penelitian tahun
keuangan sebagai produsen atas deposit dan 2009-2011 adalah 86% sedangkan rata-rata
pinjaman dan mendefinisikan output tingkat efisiensi BPR adalah 87%. Penyebab
sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran inefisiensi baik bank umum maupun BPR
modal pada aset-aset tetap dan material adalah dua hal, yakni: (1) biaya tenaga kerja
lainnya; (2) pendekatan Intermediasi yang melebihi target optimal; (2) BPR
(Berger dan Humprey, 1997) berdasarkan mengalami permasalahan iddle fund (dana
pendekatan intermediasi, lembaga keuangan menganggur). Dari hasil penelitian empiris
bertindak sebagai perantara antara penabung tersebut, maka ditarik hipotesis:
dan peminjam dan menjadikan total kredit H1: tingkat efisiensi Bank Perkreditan
dan sekuritas sebagai output, sedangkan Rakyat Konvensional (BPRK) pada periode
deposito dengan tenaga kerja dan modal 2014-2017 belum mencapai tingkat efisiensi
fisik didefinisikan sebagai input; (3) sempurna (100%).
pendekatan Aset (Favero dan Papi, 1995) Penelitian tentang tingkat efisiensi
memandang lembaga keuangan sebagai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah oleh
pencipta pinjaman dan mendefiniskan Muhari dan Hosen (2014) berjudul “Tingkat
output sebagai stok pinjaman dan aset Efisiensi BPRS di Indonesia: Perbandingan
investasi (Setiawan, 2013). Metode SFA dengan DEA dan
Metode yang digunakan untuk hubungannya dengan CAMEL”
mengukur efisiensi suatu unit kegiatan berkesimpulan bahwa secara statistik
ekonomi (DMU) adalah analisis rasio selama periode penelitian tahun 2011-2013,
parsial, analisis regresi berganda dan Data efisiensi BPRS menggunakan metode DEA
Envelopment Analysis (DEA) (PAU UGM,
berada padakisaran 0,76-0,87 sebesar 8%
175
atau sebanyak 6 BPRS, nilai efisiensi antara populasi BPR Konvensional dan BPR
0,65-0,76 ada 19 BPRS atau 26%. Adapun Syariah di Jawa Timur yang beroperasi pada
BPRS yang inefisiensi dengan nilai <0,65 periode Maret 2014-Desember 2017.
berjumlah 39 BPRS atau 54%, sedangkan Purwanto dan Sulistyatuti (2011)
yang memiliki nilai efisiensi >0,87 menjelaskan bahwa pengambilan sampel
sebanyak 9 BPRS atau 12%. Dari hasil dilakukan menggunakan teknik purposive
penelitian ini dapat ditarik hipotesis: sampling. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel berdasarkan keperluan
H2: tingkat efisiensi Bank Pembiayaan penelitian. Artinya, setiap unit/individu
Rakyat Syariah (BPRS) pada periode 2014- yang diambil dari populasi dipilih dengan
2017 belum mencapai efisiensi sempurna sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu.
(100%). Kriteria sampel dalam penelitian ini, yakni
Bank Pekreditan Rakyat Konvensional
Metode Penelitian
(BPRK) dan Bank Perkreditan Rakyat
Ruang Lingkup Penelitian
Syariah (BPRS) adalah 5 Bank Pekreditan
Ruang lingkup penelitian ini meliputi
Rakyat Konvensional (BPRK) dan 5 Bank
analisis efisiensi teknik dan data yang
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang
digunakan adalah data kuantitatif, yaitu
beroperasi di Jawa Timur selama periode
penelitian yang menganalisa data yang
tahun 2014-2017, menyajikan laporan
berbentuk angka (numerik). Ini dilakukan
keuangan triwulanan selama periode tahun
dalam jangka waktu empat tahun, yakni dari
2014-2017, memiliki aset terbesar pada
tahun 2014 sampai dengan tahun 2017.
periode 2014-2017.
Penelitian ini dilakukan dengan melihat
laporan keuangan triwulanan dari Otoritas Tabel 1. Sampel BPR Konvensional dan BPR
Jasa Keuangan dalam Statistik Perbankan Syariah di Jawa Timur
Indonesia dan mengambil sampel BPR BPR Konvensional BPR Syariah
Konvensional dan BPR Syariah. PT. BPR Benta Tesa PT. BPRS Bakti Makmur
Indah
Jenis dan Sumber Data PT. BPR Nusamba PT. BPRS Lan Tabur
Jenis penelitian ini menggunakan jenis Genteng Tebuireng
penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini PT. BPR Bina Reksa PT. BPRS Amanah
Karya Utama Sejahtera
adalah deskriptif-komparatif, karena
PT. BPR Delta Purnama PT. BPRS Mandiri Mitra
menggambarkan keadaan efisiensi serta Sidoarjo Sukses
membandingkan tingkat efisiensi Bank PT. BPR Arta Nawa PT. BPRS Bumi Rinjani
Pekreditan Rakyat Konvensional (BPRK) Kepanjen
dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Sumber: Data Diolah
(BPRS). Data yang dihimpun merupakan
data sekunder, yakni data berasal dari Metode Pengumpulan Data
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Metode pengumpulan data yang
Provinsi Jawa Timur, website resmi Otoritas digunakan dalam penelitian ini adalah
Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, dengan metode dokumentasi, yaitu metode
Laporan Publikasi Keuangan Triwulan BPR yang menghimpun informasi dan data
Konvensional dan BPR Syariah. melalui metode studi pustaka, eksplorasi
literatur-literatur dan laporan keuangan
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa
Populasi yang digunakan dalam Keuangan (OJK).
penelitian ini adalah BPR Konvensional dan Penelitian ini menggunakan data
BPR Syariah di Jawa Timur pada periode sekunder, yakni data yang tidak secara
Maret 2014-Desember 2017. Sedangkan langsung dikumpulkan oleh orang yang
sampel untuk penelitian ini diambil dari
176
berhubungan langsung dengan data tersebut. dari sumber ketidakefisienan suatu bank.
Data sekunder pada umumnya digunakan Secara umum model DEA, yaitu:
oleh peneliti untuk memberikan gambaran Dalam DEA, ada dua model yaitu, CCR
tambahan dan sebagai pelengkap untuk dan BCC. BCC merupakan pengembangan
selanjutnya diproses. Data sekunder model CCR yang pertama kali dikenalkan
penelitian ini didapatkan dari himpunan oleh Charnes (1978). Perbedaan kedua
hasil penelitian lembaga seperti OJK yang model tersebut terletak pada asumsi model
diperoleh dari laporan publikasi keuangan yang digunakan. Model CCR menggunakan
dalam bentuk Statistik Perbankan Indonesia asumsi constant returns to scale (CRS)
selama periode pengamatan dari tahun yang berarti satu unit input akan
2014-2017. Data sekunder yang dibutuhkan menghasilkan unit output yang fixed.
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sedangkan model BCC menggunakan
asumsi variable returns to scale (VRS),
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yakni input oriented dan output oriented.
Variabel Variabel Sumber
BPR BPR Data Penelitian ini menggunakan model CCR
Konvensional Syariah dengan asumsi VRS, karena penelitian ini
Total Aset Total Aset OJK ingin mengetahui tingkat efisiensi
Dana Pihak Dana Pihak OJK sebenarnya tanpa dibatasi oleh kendala
Ketiga Ketiga
apapun (Muhari dan Hossen, 2014).
Biaya Biaya OJK
Tenaga Tenaga
Kerja Kerja Metode DEA sebagai metode
Total Kredit Total OJK pengukuran efisiensi antar unit ekonomi
Pembiayaan suatu himpunan (set). Orientasi yang
Total Total OJK digunakan adalah orientasi input (BCC_I),
Pendapatan Pendapatan artinya 5 sampel BPR Konvensional dan 5
Sumber: Data Diolah sampel BPR Syariah akan melakukan
Data Envelopment Analysis (DEA) minimisasi input untuk mendapatkan tingkat
Pendekatan frontier dikembangkan output tertentu. Model yang digunakan
untuk menganalisis efisiensi perusahaan. adalah Variabel Return to Scale (VRS),
Berger dan Humphrey (1997) membagi skala proses kegiatan 5 sampel BPR
pengukuran efisiensi menjadi dua Konvensional dan 5 sampel BPR Syariah
pendekatan, yakni parametrik dan non- dimungkinkan mengalami increasing return
parametrik.6 Penelitian ini menggunakan to scale, decreasing return to scale atau
pendekatan non-parametrik, yaitu Data constant return to scale. Model VRS ini
Envelopment Analysis (DEA) untuk diberlakukan untuk mengantisipasi
mengukur tingkat efisiensi Bank Pekreditan perbedaan awal kondisi skala ekonomi dari
Rakyat Konvensional (BPRK) dan Bank masing-masing sampel BPR Konvensional
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), karena dan BPR Syariah yang diukur dengan
menurut Fredella dan Diana (2014) metode metode Data Envelopment Analysis (DEA).
m
Data Envelopment Analysis (DEA)
memiliki kelebihan dapat mengidentifikasi
Eff  Min ViXij  Uo
i 1
input dan output suatu bank yang digunakan s m

sebagai referensi yang dapat membantu . UrYrj  ViXij  Uo 


r 1 i 1
untuk mencari penyebab dan jalan keluar
0; j  1,....n
s

UrYrj  1
6
A.N Berger dan Humphrey, D.B. Efficiency of Financial
Institutions: International Survey and Directions for
Future Research. European Journal of Operation r 1
Research, 98(5): 175-212 Tahun 1997.

177
Ur  0; r  1,...s Intermediasi Total Aset Total
Dana Pihak Kredit/Pembiaya
Vi  0; i  1,...m Ketiga an
Keterangan: Biaya Tenaga Total Pendapatan
Kerja
n = jumlah unit ekonomi
m = jumlah input Sumber: Data Diolah
j = unit ekonomi j
i = input i Berikut ini adalah definisi operasional dari
r = input r variabel-variabel penelitian tersebut:
s = jumlah output 1. Variabel Input
V, U, X, Y = bobot/ukuran Variabel input adalah variabel yang
Vi = bobot yang diberikan untuk input i mempengaruhi variabeloutput. Ada tiga
yang dimiliki unit ekonomi j variabel input yang digunakan dalam
Xij = jumlah input I yang dimiliki unit penelitian ini, meliputi:
ekonomi j a. Total Aset
Ur = bobot yang diberikan untuk output
r yang dimiliki unit ekonomi j Total aset adalah seluruh kekayaan
Yrj = jumlah output r yang dimiliki unit yang dimiliki oleh bank meliputi, kas;
ekonomi j giro pada Bank Indonesia; penempatan
Uo = bobot dari unit kegiatan ekonomi pada bank lain; surat berharga yang
dimiliki; pembiayaan atau kredit dan
aktiva tetap yang dimiliki.
Pengukuran efisiensi menggunakan
Data Envelopment Analysis (DEA) b. Dana Pihak Ketiga
memiliki tiga pendekatan, yakni production Menurut Peraturan Bank Indonesia
approach (pendekatan produksi), No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan
intermediary approach (pendekatan bahwa Dana Pihak Ketiga untuk
intermediasi) dan asset approach selanjutnya disebut DPK adalah
(pendekatan asset). Dalam penelitian ini kewajiban bank kepada penduduk
menggunakan pedekatan intermediasi dalam rupiah dan valuta asing.
(intermediary approach), dimulai dengan Umumnya dana yang dihimpun oleh
menentukan variabel input dan variabel perbankan dari masyarakat akan
output pada BPRK dan BPRS dengan digunakan untuk pendanaan aktivitas
sampel dari periode tahun 2014-2017. sektor riil melalui penyaluran kredit
Pendekatan intermediari dipilih karena, atau pembiayaan.
menurut Berger dan Humphrey (1997), c. Biaya Tenaga Kerja
dinilai lebih tepat untuk mengevaluasi Biaya Tenaga Kerja merupakan
kinerja lembaga keuangan secara umum usaha fisik atau mental yang
karena karakteristik lembaga keuangan dikeluarkan karyawan untuk mengolah
sebagai financial intermediation yang produk. Biaya tenaga kerja adalah
menghimpun dana dari surplus unit dan harga yang dibebankan untuk
menyalurkannya kepada defisit unit. penggunaan biaya tenaga kerja
manusia.
Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam 2. Variabel Output
penelitian ini, sebagai berikut: Variabel output yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai
Tabel 3. Variabel Input-Output Penelitian berikut:
Pendekatan Input Output
a. Total Kredit atau Pembiayaan

178
Total kredit atau pembiayaan rata efisiensi 99.81%, BMR Nusamba
merupakan produk utama bank sebagai Genteng memiliki rata-rata efisiensi
lembaga intermediasi yang 99.68%, sedangkan BPR Bina Reksa
menghubungkan antara pihak yang memiliki rata-rata 99.06%. Meskipun ketiga
kelebihan dana (surplus) dengan pihak BPR tersebut belum mencapai tingkat
yang kekurangan dana (defisit). efisien, namun rata-ratanya sangat
b. Total Pendapatan mendekati efisien. Rata-rata tingkat
efisiensi 5 BPR selama periode penelitian
Total pendapatan merupakan hasil
tahun 2014-2017 adalah 99.61%, rata-rata
dari kegiatan operasional maupun non-
tingkat efisiensi untuk kelompok sampel
operasional bank yang tergolong bank
BPR diperoleh pada tahun 2015, yakni
asing maupun bank swasta nasional.
100%.

Hasil Penelitian Tabel 2. Rata-Rata Tingkat Technical Efficiency 5


Pada pembahasan ini akan ditampilkan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional (BPRK) di
Jawa Timur Tahun 2014-2017 Menggunakan BCC-
tingkat efisiensi 5 Bank Perkreditan Rakyat VRS (dalam presentase)
Konvensional (BPRK) dan 5 Bank Nama BPR Tahun Rata-
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), 2014 2015 2016 2017
Rata
melalui metode Data Envelopment Analysis BPR Benta 100 100 99.25 100 99.81
(DEA) selama periode 2014-2017 maupun Tesa
tingkat efisiensi rata-rata yang dicapai oleh BPR 99.25 100 100 99.5 99.68
BPRK dan BPRS selama periode penelitian. Nusamba
Genteng
Data tentang variabel input dan variabel
BPR Bina 100 100 100 96.25 99.06
output diperoleh dari Laporan Keuangan Reksa
Triwulan BPRK dan BPRS Jawa Timur di BPR Delta 100 100 100 100 100
Otoritas Jasa Keuangan. Dalam DEA, Purnama
apabila hasil pengukuran yang muncul BPR Arta 100 100 100 100 100
adalah 1 atau 100, menunjukkan bahwa Nawa
kemampuan suatu BPRK atau BPRS dalam Rata-Rata 99.45 100 99.85 99.15 99.61

mengoptimalkan seluruh sumber daya yang


dimiliki, sedangkan apabila skor yang Pada kelompok sampel BPR Syariah,
muncul semakin menjauhi 1 atau 100 tidak ada BPR yang mengalami efisiensi
mengindikasikan BPRK atau BPRS belum sempurna, tingkat rata-rata efisiensi
optimal dalam menjalankan perannya tertinggi dimiliki oleh BPRS Amanah
sebagai lembaga intermediasi. Sejahtera sebesar 99.43%. BPRS Bakti
Hasil analisis tingkat efisiensi Makmur Indah 97.68%, BPRS Lan Tabur
perbankan untuk kelompok BPR dan BPRS Tebuireng 99.25%, BPRS Mitra Mandiri
tahun 2014-2017 menggunakan metode Sukses 99.06% dan BPRS Bumi Rinjani
Data Envelopment Analysis (DEA) dapat Kepanjen 99.37%. Meskipun dalam
dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Terdapat kelompok BPR Syariah tidak ada yang
dua BPR Konvensional yang mencapai mencapai efisiensi, masing-masing sampel
efisiensi 100% selama periode penelitian BPR Syariah memiliki tingkat efisiensi
tahun 2014-2017, yaitu BPR Delta Purnama <97%. Rata-rata tingkat efisiensi 5 BPRS
dan BPR Arta Nawa. Sedangkan tiga BPR selama periode penelitian tahun 2014-2017
lainnya, yakni BPR Benta Tesa, BPR adalah 98.96%, rata-rata tingkat efisiensi
Nusamba Genteng dan BPR Bina Reksa tertinggi untuk kelompok sampel BPRS
Karya Utama belum mencapai tingkat diperoleh pada tahun 2014 sebesar 99.75%.
efisiensi. BPR Benta Tesa memiliki rata-
179
Tabel 3. Rata-Rata Tingkat Technical Efficiency 5 memiliki rata-rata efisiensi 99.68%,
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa sedangkan BPR Bina Reksa memiliki rata-
Timur Tahun 2014-2017 Menggunakan BCC-VRS rata 99.06%. Meskipun ketiga BPR tersebut
(dalam presentase) belum mencapai tingkat efisien, namun rata-
Nama BPRS Tahun Rata- ratanya sangat mendekati efisien. Apabila
2014 2015 2016 2017 Rata
BPRS Bakti 100 98 98 94.75 97.68 kita lihat dalam Tabel. 6 yang menyajikan
Makmur tingkat efisiensi per kuartal dari tahun 2014-
Indah 2017, BPR Benta Tesa dan BPR Nusamba
BPRS 99 99.25 99.5 100 99.43
Amanah Genteng mengalami penurunan efisiensi
Sejahtera pada September 2016 dan September 2014.
BPRS Lan 100 98.5 99.5 99 99.25 Sedangkan BPR Bina Reksa Karya Utama
Tabur
Tebuireng mengalami penurunan efisiensi berturut-
BPRS 100 98.25 98.5 99.5 99.06 turut, yakni Maret 2017, Juni 2017 dan
Mandiri September 2017.
Mitra
Sukses
BPRS Bumi 99.75 100 97.75 100 99.37 Tabel 6. Tingkat Technical Efficiency 5 Bank
Rinjani Perkreditan Rakyat Konvensional (BPRK) di Jawa
Kepanjen Timur Kuartal I-IV Tahun 2014-2017 Menggunakan
Rata-Rata 99.75 98.8 98.65 98.65 98.96
BCC-VRS (dalam presentase)
BPRK BPRK BPRK BPRK BPRK
Hasil pengukuran tingkat efisiensi BT NG BRK DPS AN
untuk kelompok sampel BPR Konvensional Q1 100 100 100 100 100
dan BPR Syariah diperoleh hasil bahwa 2014
Q2 100 100 100 100 100
tingkat efisiensi kelompok BPR 2014
Konvensional selama periode penelitian Q3 100 97 100 100 100
tahun 2014-2017 belum mencapai skor 2014
Q4 100 100 100 100 100
efisiensi 100%. Hal ini menunjukkan bahwa 2014
H1 yang menyatakan bahwa tingkat efisiensi Q1 100 100 100 100 100
BPR Konvensional belum mencapai tingkat 2015
Q2 100 100 100 100 100
efisiensi 100% dapat diterima. Berikutnya 2015
hasil pengujian juga mendukung pernyataan Q3 100 100 100 100 100
H2 bahwa tingkat efisiensi kelompok 2015
Q4 100 100 100 100 100
sampel BPR Syariah belum mencapai 2015
100%. Rata-rata sampel BPR Syariah belum Q1 100 100 100 100 100
mutlak mencapai tingkat efisiensi 100%, 2016
Q2 100 100 100 100 100
berbeda dengan sampel BPR Konvensional 2016
yang memiliki efisiensi 100% yang stabil Q3 97 100 100 100 100
dari tahun 2014-2017. Akan tetapi, bukan 2016
Q4 100 100 100 100 100
berarti BPR Syariah tidak pernah mencapai 2016
tingkat efisiensi 100% karena apabila kita Q1 100 100 97 100 100
lihat hasil pengukuran efisiensi per 2017
Q2 100 100 97 100 100
kuartalnya 5 sampel BPR Syariah pernah 2017
mencapai tingkat efisiensi 100%. Q3 100 98 91 100 100
Dari 5 sampel BPR Konvensional di 2017
Q4 100 100 100 100 100
Jawa Timur tahun 2014-2017, dua BPR 2017
yang memiliki rata-rata efisiensi 100% Rata- 99.81 99.68 99.06 100 100
yakni BPR Delta Purnama dan BPR Arta Rata

Nawa. BPR Benta Tesa memiliki rata-rata


efisiensi 99.81%, BPR Nusamba Genteng
180
Apabila diamati, BPR Syariah yang Q4 91 100 100 100 100
2017
paling sering mencapai tingkat efisiensi dari Rata- 97.68 99.43 99.25 99.06 99.37
kuartal I-IV dalam periode penelitian tahun Rata
2014-2017 adalah BPRS Bumi Rinjani
Kepanjen. Penurunan efisiensi BPRS Bumi
Hasil pengukuran tingkat efisiensi 5
Rinjani Kepanjen terjadi pada Juni 2014 dan
sampel Bank Perkreditan Konvensional dan
September 2016, yakni 99% dan 91%.
5 sampel Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BPRS Amanah Sejahtera mengalami tiga
selama periode penelitian 2014-2017
kali penurunan tingkat efisiensi sedangkan
membuktikan bahwa BPR Konvensional
BPRS Lan Tabur Tebuireng dan BPRS
memiliki rata-rata tingkat efisiensi sebesar
Mandiri Mitra Sukses empat kali
99.61% sedangkan BPR Syariah memiliki
mengalami penuruan efisiensi. BPRS Bakti
rata-rata efisiensi sebesar 98.96%. Hasil
Makmur Indah paling sering mengalami
pengukuran efisiensi terhadap BPR
penurunan hingga delapan kali dalam waktu
Konvensional dan BPR Syariah mendukung
yang hampir berturut-turut, yakni
hipotesis penelitian, yaitu H1: tingkat
September 2015, Desember 2015, Maret
efisiensi Bank Perkreditan Rakyat
2016 dan Desember 2016 dan sepanjang
Konvensional (BPRK) pada periode 2014-
tahun 2017 terus mengalami penurunan
2017 belum mencapai tingkat efisiensi
tingkat efisiensi, akan tetapi masih >90%.
sempurna (100%) dan H2: tingkat efisiensi
Tabel 7. Tingkat Technical Efficiency 5 Bank Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jawa Timur pada periode 2014-2017 belum mencapai
Kuartal I-IV Tahun 2014-2017 Menggunakan BCC- efisiensi sempurna (100%).
VRS (dalam presentase) Belum tercapainya tingkat efisiensi
BPRS BPRS BPRS BPRS BPRS 100% BPR Konvensional di Jawa Timur
BMI AS LTT MMS BRK sama dengan penelitian Suliyanto dan Dian
Q1 100 100 100 100 100 Purnomo Jati (2014) berjudul Perbandingan
2014
Q2 100 96 100 100 99 Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat dan
2014 Bank Umum dengan Pendekatan Data
Q3 100 100 100 100 100 Envelopment Analysis, BPR Konvensional
2014
Q4 100 100 100 100 100 belum mencapai efisiensi 100%, dengan
2014 rata-rata tingkat efisiensi BPR
Q1 100 100 100 97 100 Konvensional sebesar 87%. Salah satu
2015
Q2 100 100 100 100 100 faktor penyebab inefisiensi BPR
2015 Konvensional adalah pengeluaran pada
Q3 98 100 95 96 100 variabel input berupa personal expenses
2015
Q4 94 97 99 100 100 (biaya tenaga kerja) yang berlebihan atau
2015 melebihi target optimal. Septianto dan
Q1 96 100 100 100 100 Widiharih (2010) berjudul Analisis Efisiensi
2016
Q2 100 100 100 100 100 Bank Perkreditan Rakyat di Kota Semarang
2016 dengan Pendekatan Data Envelopment
Q3 100 98 98 94 91 Analysis, yang menyatakan bahwa kinerja
2016
Q4 96 100 100 100 100 BPR Konvensional belum mencapai
2016 efisiensi 100%. Hal ini karena dari 16 BPR
Q1 98 100 100 100 100 Konvensional yang diteliti hanya 6 yang
2017
Q2 97 100 100 100 100 efisien, sedangkan 10 belum efisien.
2017 Penelitian Muhammad Nasihin dan
Q3 93 100 96 98 100 Ludwina Harahap (2014) berjudul The
2017

181
Analysis of The Efficiency of BPRS: Inefisiensi pada sisi output terdapat pada
Production Function Approach VS variabel pembiayaan, sedangkan pendapatan
Financial Ratios Approach, menyimpulkan operasional efisien. Sedangkan inefisiensi
bahwa berdasarkan pendekatan fungsi pada BPRS Bumi Rinjani Kepanjen
produksi BPRS menunjukkan tingkat dikarenakan oleh seluruh variabel input,
efisiensi di atas 90% (artinya selama yakni: aset, dana pihak ketiga dan biaya
periode penelitian tidak ada BPRS yang tenaga kerja.
mencapai tingkat efisiensi 100%). Pola Hasil pengolahan Data Envelopment
efisiensi menurut penelitian Nasihin dan Analysis (DEA) menunjukkan bahwa
Harahap menunjukkan fluktuasi tingkat variabel input yang paling berpengaruh
efisiensi, ketika berada dalam level tinggi terhadap inefisiensi BPR Konvensional
tak lama akan menurun. Hal ini wajar maupun BPR Syariah. Selain persoalan
karena faktor-faktor persaingan yang biaya tenaga kerja (personal expenses),
berdampak positif bahkan negatif terhadap meliputi: gaji, tunjangan, bonus, insentif
efisiensi BPR Syariah. Efisiensi BPR dan bentuk kompensasi lainnya yang
Syariah yang belum mencapai 100% juga berlebihan bahkan melebihi target optimal.
ditunjukkan oleh penelitian Muhamad BPR Konvensional maupun BPR juga
Nadratuzzaman Hosen dan Syafaat Muhari mengalami persoalan terkait dana
(2013) berjudul Efficiency of The Sharia menganggur (iddle fund), sehingga sebagai
Rural Bank in Indonesia Lead to Modified lembaga keuangan intermediasi semestinya
CAMEL selama periode Juni 2011 sampai BPR Konvensional maupun BPR Syariah
dengan Desember 2012 rata-rata tingkat mampu meningkatkan pembiayaan atau
efisiensi BPR Syariah di Indonesia adalah kredit terhadap masyarakat, yang juga akan
sebesar 81.41%, dengan tingkat efisiensi berdampak pada pendapatan bank atau
paling tinggi dimiliki oleh BPRS Bakhti keuntungan bank.
Sumekar sebesar 97.77% dan tingkat
efisiensi paling rendah dimiliki BPRS Penutup
Masyarakat Ummat Indonesia sebesar Berdasarkan metode Data Envelopment
60.07%. Analysis (DEA) dapat diperoleh
Inefisiensi BPR Konvensional dari sisi kesimpulan, sebagai berikut:
input disebabkan oleh seluruh variabel 1. Kelima sampel BPR Konvensional
input, yakni aset, biaya tenaga kerja dan yang menjadi objek penelitian hanya
dana pihak ketiga. BPR Benta Tesa yang ada dua BPR yang mencapai rata-rata
memiliki rata-rata efisiensi 99.81%, tingkat efisiensi 100%, yaitu: BPR
inefisiensi disebabkan oleh variabel input Delta Purnama dan BPR Arta Nawa.
aset, biaya tenaga kerja dan dana pihak Hal ini terlihat dari skor technical
ketiga. Berbeda dengan BPR Nusamba efficiency selama 8 kuartal dari Maret
Genteng, inefisiensi disebabkan oleh 2014 sampai dengan Desember 2017.
variabel input aset, biaya tenaga kerja dan Inefisiensi tertinggi pada sampel BPR
dana pihak ketiga, juga dari sisi output, Konvensional terjadi pada BPR Bina
kredit. Sedangkan inefisiensi 5 sampel BPR Reksa Karya Utama, karena pada
Syariah tidak berbeda jauh dengan BPR September 2017 tingkat efisiensi hanya
Konvensional, seluruh variabel input 91% padahal tahun sebelumnya
mendominasi menjadi penyebab inefisiensi. mencapai 100%. Pada BPR Syariah
BPRS Lan Tabur Tebuireng, misalnya, inefisiensi terjadi pada BPR Bumi
memiliki tingkat efisiensi <100% pada Rinjani Kepanjen pada September 2016
September 2015, Desember 2015, tingkat efisiensi hanya 91% padahal
September 2016 dan sepanjang tahun 2017. efisiensi di tahun sebelumnya dan
182
setelahnya cukup stabil, yakni output, inefisiensi BPR tersebut rata-
mencapai 100%. Sedangkan BPR Bakti rata berasal dari kredit atau
Makmur Indah pada Desember 2017 pembiayaan.
tingkat efisiensi hanya mencapai 91%,
karena memang sepanjang tahun 2017
Daftar Pustaka
BPR Bakti Makmur Indah tidak Abidin, Zaenal dan Endri. 2009. Kinerja
mencapai efisiensi 100%. Efisiensi Teknik Bank Pembangunan
2. Kelima sampel BPR Syariah yang Daerah: Pendekatan Data
menjadi obyek penelitian tidak satupun Envelopment Analysis (DEA). Jurnal
mengalami rata-rata tingkat efisiensi Akuntansi dan Keuangan. Volume 11
100%, walaupun jika dilihat per Nomor 1 hal 21-29,
tahunnya ada yang mencapai tingkat Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj. 1918.
efisiensi 100%. Hal ini terlihat pada Shahih Muslim Jilid I. Kairo: Dar Al-
technical efficiency selama 16 kuartal Kutub,
dari Maret 2014 sampai dengan Affandi, N.M. Islam and Business. 2002.
Desember 2017, rata-rata efisiensi Subang Jaya: Pelanduk Publication
tertinggi dicapai oleh BPRS Amanah
(M) Sdn.Bhd.
Sejahtera dengan skor efisiensi
99.43%. Sedangkan skor rata-rata Bank Indonesia. 2009. Laporan Keuangan
efisiensi paling rendah dimiliki oleh Publikasi Bank BPR Konvensional
BPRS 98.96%. Tahun. Diunduh tanggal 19 Juli 2018,
http://www.bi.go.id
3. Meskipun tidak ada yang mencapai
rata-rata efisiensi 100%, efisiensi BPR Bank Indonesia. 2017. Statistik Perbankan –
Syariah masih >97%, hal ini sangat BPR Konvensoanl-Indikator Utama.
berbeda dengan dua sampel BPR tanggal 19 Juli 2018,
Konvensional yang dapat mencapai http://www.bi.go.id
skor 100%. Secara skor rata-rata per Berger, A.N dan Humphrey, D.B. 1997.
BPR, BPR Konvensional unggul Efficiency of Financial Institutions:
karena dua sampel nya, yakni BPR International Survey and Directions
Delta Purnama dan BPR Arta Nawa for Future Research. European
mencapai tingkat efisiensi 100%. Salah Journal of Operation Research, 98(5):
satu BPR Syariah yang mencuri 175-212.
perhatian adalah BPRS Bakti Makmur
Indah yang inefisiensi di empat kuartal Buchori, A. 2003. Kajian Kinerja Industri
sekaligus pada tahun 2017. Penurunan BPRS di Indonesia. Buletin Ekonomi
terjadi stabil dimulai pada kuartal I Moneter dan Perbankan, 5(4): 64-123.
sampai dengan kuartal 2017. Hal ini Eka Putri Noor, V.S.D. 2013. Analisis
belum pernah terjadi di tahun Perbandingan Efisiensi Bank Syariah
sebelumnya pada BPRS Bakti Makmur dan Bank Konvensional dengan
Indah, terlebih tidak pernah terjadi Menggunakan Metode Data
pada sampel BPR Syariah maupun Envelopment Analysis. Skripsi.
BPR Konvensional. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah
4. Pada sisi input, ketidakefisienan pada Endri dan Abdul Wakil. 2008. Analisis
kelima BPR Konvensional maupun Kinerja Keuangan dengan
BPR Syariah berasal dari seluruh Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan
variabel input, yakni aset, dana pihak dan Economic Value Added (Studi
ketiga dan biaya tenaga kerja. Pada sisi
183
Kasus: PT. Bank Syariah Mandiri). Function VS Financial Ratios
Jurnal Ekonomi, 1(13):123-140. Approach. Procedia Social and
Behavioral Sciences 115(188-197),
Hamka. 2007. Tafsir Al-Azhar Jus XV.
Elsevier Publishing.
Jakarta: Pustaka Panjimas.
Nia, N.M, Alouji H.A, Pireivatlou, A.S dan
Hartono, I, Setiadi Djohar dan Heny
Ghezelbash, A. 2012. A Comparative
K.Daryanto. 2008. Analisis Efisiensi
Profitability Efficiency Study of
Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah
Private and Government Banking
Jabodetabek dengan Pendekatan Data
System in Iran Applying Data
Envelopment Analysis. Jurnal
Envelopment Analysis (DEA).
Manajemen dan Agribisnis, 5(2):52-
Journal of Basic and Applied
63.
Scientific Research, 2(11): 11603-
Ismail, F, Majid MSA, dan Rahim RA. 11614.
2013. Efficiency of Islamic
Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Statistik
Conventional Banks in Malaysia.
Perbankan Syariah (Sharia Banking
Journal of Financial Reporting and
Statistic). Jakarta: Otoritas Jasa
Accounting, 11(1):92-107.
Keuangan.
Kamaruddin, Badrul Hisham. et.al. 2008.
Purwanto, Erwan Agus dan Byah Ratih
Assesing Production Efficiency of
Sulistyatuti. 2011. Metode Penelitian
Islamic Banks and Conventional Bank
Kuantitatif untuk Administrasi Publik
Islamic Windows in Malaysia.
dan Masalah-Masalah Sosial.
International Journal of Business and
Yogyakarta: Gava Media.
Management Science, Vol 1(1), pp.
31-48. Setiawan, Arief. 2013. Analisis
Perbandingan Efisiensi Bank
Kusumawardani, D. 2008. Tingkat
Konvensional dan Bank Syariah
Kesehatan dan Efisiensi Bank
dengan Menggunakan Metode Data
Perkreditan Rakyat Jawa Timur.
Envelopment Analysis (DEA) (Periode
Majalah Ekonomi Universitas
2008-2012). Skripsi. Jakarta. UIN
Airlangga, 18(2):114-132.
Syarif Hidayatullah.
Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007.
Siamat, Dahlan. 1999. Manajemen
Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Lembaga Keuangan Edisi Kedua.
Syariah dengan Metode Data
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Envelopment Analysis (Periode Tahun
Ekonomi Universitas Indonesia.
2005). Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam Vol. 2 No. 3. Suliyanto dan Dian Purnomo Jati. 2014.
Perbandingan Efisiensi Bank
Muhari, Syafaat dan Muhamad
Perkreditan Rakyat dan Bank Umum
Nadratuzzaman Hosen. 2014. Tingkat
dengan Pendekatan Data Envelopment
Efisiensi BPRS di Indonesia:
Analysis. Jurnal Keuangan dan
Perbandingan Metode SFA dengan
Perbankan,Vol.18, No.2 Mei .
DEA dan Hubungannya dengan
CAMEL. Jurnal Keuangan dan Tempo.Co.2017. Dibanding Akhir 2016,
Perbankan, Vol. 18, No. 2 Mei. Ekonomi Kuartal I 2017 turun 0-34
persen. Diunduh tanggal 17 Juli 2018,
Nashihin, Muhammad dan Ludwina
https://bisnis.tempo.co
Harahap. 2014. The Analysis of The
Efficiency of BPRS: Production

184

Anda mungkin juga menyukai