Studi kelayakan yang didasarkan pada kinerja lalu lintas, adalah untuk
membandingkan derajat kejenuhan jalan sebelum dan sesudah jembatan
dibangun. Sementara studi kelayakan yang didasarkan pada jalan raya ekonomi,
ditinjau dari parameter BCR (rasio nilai sekarang manfaat dengan biaya) dan
NPV (selisih nilai sekarang antara manfaat biaya) dari konstruksi fly over.
Metode yang digunakan untuk analisis kinerja lalu lintas, Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI). Dan untuk metode yang digunakan kendaraan analisis biaya
operasi, metode Jasa Marga dan metode Clarkson H. Oglesby & R. Gary Hicks.
Hasil dari studi kelayakan yang didasarkan pada kinerja lalu lintas adalah dapat
menunjukan kinerja jalan Sultan Agung–Ryacudu berupa tingkat kekritisan pada
tiap tahunnya sehingga apabila dibangun fly over apakah dapat mengurangi
tingkat kekritisan tersebut. Sedangkan dari segi kelayakan ekonomi dapat
ditunjukkan dari analisa Nett Present Value serta Benefit Cost Ratio nya. Pada
perinsipnya analisa ini membandingkan antara besarnya investasi (cost) yang
dikeluarkan dengan besarnya biaya penghematan (benefit) untuk pengguna jalan
yang diperoleh dari pembangunan fly over tersebut. Berdasarkan studi tersebut
dapat dinyatakan apakah pembangunan fly over tersebut layak atau tidak.
2. Analisis Pembangunan Fly Over Sultan Agung terhadap Konflik Lalu Lintas
a. Kemacetan
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas
jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang
mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau
melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat
terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan
ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan
mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).