Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yoviananto Putra Hadi

Kelas : XI MIPA 3

BEP (Break Even Point)


Break Even Point atau BEP merupakan titik dimana jumlah pendapatan sama dengan
jumlah pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa atau
yang disebut dengan titik impas. Sedikit berbeda dengan balik modal, Break Even
Point lebih memerhatikan besaran biaya operasional yang dikeluarkan berdasarkan
aktiva tetap dan tidak tetap. Dalam istilah akuntansi, balik modal bisa diartikan
sebagai return of investment dimana yang dihitung adalah modal yang Anda keluarkan
untuk menjalankan bisnis sehingga mampu memberikan keuntungan pada jangka
waktu tertentu.
Adapun fungsi atau tujuan perhitungan Break Even Point (BEP) sebagai berikut.
1.Pengusaha mampu menentukan volume kapasitas produksi yang tersisa setelah
BEP tercapai hal ini akan membantu perusahaan memproyeksikan laba
maksimumnya.
2.Pengusaha bisa menentukan langkah efisiensi kerja yang bisa dilakukan.
Contohnya, mengurangi beban yang dianggap tidak perlu.
3.Mengetahui perubahan nilai laba jika terjadi perubahan harga produk. Hal ini
karena nilai BEP dengan harga produk dan laba memiliki hubungan linier. Itu
artinya jika salah satu nilai tinggi maka elemen lainnya juga tinggi.
4.Mampu mengetahui perubahan laba sehingga perusahaan bisa mengantisipasi
nilai kerugian ketika terjadi penurunan penjualan.
5.Pengusaha dapat menentukan margin untuk memperoleh keuntungan.

Ada empat komponen pembentuk perhitungan Break Even Point (BEP) yaitu biaya
tetap, biaya variabel, harga jual, dan pendapatan. Berikut penjelasannya.

Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap atau fixed cost merupakan biaya yang nilainya tidak berubah meski
ada perubahan operasional bisnis.

Perubahan yang dimaksud adalah ada atau tidaknya aktivitas operasional


perusahaan untuk memproduksi barang pada periode tertentu. Misalnya biaya
tenaga kerja, biaya sewa, atau biaya penyusutan peralatan.

Biaya Variabel (Variable Cost)


Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel nilainya berubah-ubah sesuai dengan
kapasitas produksi. Biaya variabel bisa saja meningkat atau menurun sesuai
dengan permintaan.

Misalnya biaya bahan baku, biaya transportasi, atau biaya lainnya yang berkaitan
langsung dengan kapasitas produksi.
Harga Jual (Price)
Harga jual merupakan besaran harga setelah menentukan seluruh biaya produksi
ditambah dengan nilai keuntungan atau margin. Harga jual biasanya dihitung per-
unit setelah produksi.

Contoh Soal beserta Solusinya


1. Seorang akuntan manajer perusahaan PT ABC, yang bertanggung jawab dalam operasional
produksi dan persediaan supply ingin mengetahui jumlah sales yang diperlukan untuk menutup
biaya operasional sebesar Rp.50.000.000 dan menginginkan keuntungan sebesar Rp.20.000.000,
Penyabaran biaya yang dikeluarakan untuk operasinya adalah sebagai berikut:
Total biaya tetap = 50.000.000
Biaya variabel per unit = 30.000
Harga jual per unit = 50.000
Keuntungan yang di inginkan = 20.000.000
Pertanyaan: perusahaan harus menjual berapa unit agar tidak mengalami kerugian?
Jawaban:

Pertama kita harus mencari nilai BEP-nya terlebih dahulu, saat Anda mencari nilai BEP kamu
akan mengetahui juga nilai margin kontribusinya

BEP = 50.000.000 : (margin kontribusi)


BEP = 50.000.000 : (50.000 – 30.000)
BEP = 50.000.000 : 20.000
BEP = 2500 Unit

Artinya perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak mengalami kerugian, tetapi jika hanya
menjual 250 unit perusahaan ABC juga tidak akan memperoleh keuntungan.

2. Sebuah perusahaan yang memproduksi Smartphone ingin mengetahui jumlah unit yang harus
diproduksinya agar dapat mencapai break even point (BEP) atau titik impasnya. Biaya Tetap
Produksinya adalah sebesar Rp. 500 juta sedangkan biaya variabelnya adalah sebesar Rp. 1 juta.
Harga jual per unitnya adalah sebesar Rp. 1,5 juta. Berapakah unit yang harus diproduksi agar
dapat mencapai Break Even Point atau titik impasnya?
Diketahui :
Biaya Tetap Produksi : Rp. 500.000.000,-
Biaya Variabel per Unit : Rp. 1.000.000,-
Harga Jual per Unit : Rp. 1.500.000,-

Penyelesaian 1 : menghitung BEP dalam Unit :


BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
BEP (dalam Unit) = 500.000.000 / (1.500.000 – 1.000.000)
BEP (dalam Unit) = 500.000.000 / 500.000
BEP (dalam Unit) = 1.000 unit
Jadi Perusahaan ini harus dapat memproduksi Smartphone sebanyak 1.000 unit untuk mencapai
Break Even Point atau titik impasnya.

Penyelesaian 2 : menghitung BEP dalam bentuk uang (Rupiah) :


BEP (dalam Rupiah) = Biaya Tetap Produksi / (Harga per Unit – Biaya Variabel per Unit) x Harga
per Unit
BEP (dalam Rupiah) = 500.000.000 / (1.500.000 – 1.000.000) x 1.500.000
BEP (dalam Rupiah) = 500.000.000 / 500.000 x 1.500.000
BEP (dalam Rupiah) = 1.500.000.000 (1,5 milliar)

Jadi Perusahaan harus dapat mencapai penjualan sebanyak Rp. 1,5 miliar agar dapat Break Even
(tidak untung dan tidak rugi).

3. Seorang akuntan manajer perusahaan ABC bertanggung jawab dalam operasional produksi dan
persediaan stok barang dan ingin mengetahui jumlah sales yang diperlukan untuk menutup
biaya operasional sebesar Rp 50.000.000,- dan ingin mendapat keuntungan sebesar Rp
20.000.000,- penyebaran biaya yang dikeluarkan untuk operasinya adalah sebagai berikut :

Total biaya tetap = 50.000.000


Biaya variabel per unit = 30.000
Harga jual per unit = 50.000
Keuntungan yang diinginkan = 20.000.000

Carilah nilai break even point terlebih dahulu, saat nilai BEP sudah diketahui, selanjutnya Anda
dapat mengetahui juga nilai margin kontribusi.

Break Even Point = 50.000.000 : (margin kontribusi)


Break Even Point = 50.000.000 : (50.000 – 30.000)
Break Even Point = 50.000.000 : 20.000
Break Even Point = 250 unit
Artinya perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak mengalami kerugian, tetapi jika hanya
menjual 250 unit perusahaan ABC juga tidak akan memperoleh keuntungan.

4. PT KopiKat bergerak dalam bisnis jasa penyedia fotocopy. Biaya yang dikeluarkan bisnis jasa
penyedia fotocopy dijalankan yang terdiri dari biaya sewa lokasi, biaya renovasi tempat, biaya
sewa mesin fotocopy, dsb adalah sebesar Rp. 10.000.000. Harga jual per unit hasil fotocopy Rp.
150,- sedangkan biaya variable per unit seperti kertas, toner, listrik, dll totalnya adalah Rp. 100,-.
Berapa BEP dari usaha fotocopy tersebut?
Jawaban:

TFC
BEP (Unit) = ————–
P – VC
= 10.000.000 / (150-100)
BEP = 200.000 Unit

Artinya :

Usaha fotocopy tersebut akan mencapai titik impas (break even point) bila berhasil menjual
200.000 unit (lembar) hasil copy-an.

Jika asumsi 1 bulan adalah 26 hari kerja (senin – sabtu), dan setiap hari usaha tersebut bisa
menghasilkan 500 unit hasil copy-an, maka usaha tersebut akan BEP dalam jangka waktu =
200.000 : (500 x 26 hr) = 15 bulan lebih.

Untuk menghitung dan mengetahui berapa BEP dalam rupiah, adalah sebagai berikut
BEP (dalam Rupiah) = BEP (dalam unit) x Harga jual per unit
= 200.000 x Rp. 150,-
= Rp. 30.000.000,-
Artinya :
Usaha fotocopy tersebut akan mencapai titik impas (break even point) bila total penjualannya
mencapai Rp. 30.000.000,-

5. Misalnya ada seorang pengusaha baru yang mendirikan bisnis pabrik handuk. Setiap bulan
produksi pabrik tersebut 50 handuk. Sedangkan harga per buah Rp 50.000. Untuk biaya variabel
per handuk rata-rata Rp 30.000 dan rata-rata biaya tetap tahunan Rp 2.000.000. Pertanyaannya
berapa jumlah sepatu yang harus diproduksi dan harga per handuk agar mencapai BEP?
Jawaban:

Pertama-tama hitung terlebih dahulu jumlah handuk yang harus diproduksi supaya mencapai
titik impas atau BEP.

BEP unit produk = FC / (P-VC)

= 2.000.000 / (50.000 – 30.000) = 100 buah handuk

BEP unit rupiah = FC / (1 – (VC/P))

= 2.000.000 / (1 – (30.000/50.000) = Rp 5.000.000

Maka pabrik tersebut harus memperoleh keuntungan (omset) sebesar Rp 5.000.000 untuk
mencapai BEP.
Untuk membuktikan apakah hitungan tersebut benar adalah dengan mengalikan unit BEP x
harga jual per unit.

BEP = 100 x Rp 50.000 = Rp 5.000.000

Anda mungkin juga menyukai