Break-even Point atau BEP adalah sebuah kondisi di mana jumlah pengeluaran yang
diperlukan untuk biaya produksi sama dengan jumlah pendapatan yang diterima dari
hasil penjualan. Akibatnya, perusahaan tidak mengalami laba maupun rugi. Dalam
istilah akuntansi, BEP disebut dengan titik impas.
Biaya tetap atau fixed cost merupakan salah satu biaya yang wajib dikeluarkan oleh
seorang pengusaha, terlepas apakah ia melakukan proses produksi atau tidak. Yang
termasuk biaya tetap adalah gaji karyawan, biaya sewa gedung, serta biaya
penyusutan.
Besarnya biaya variabel atau variable cost dipengaruhi oleh banyak sedikitnya unit
yang diproduksi. Contoh biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
membeli bahan baku, membayar tagihan air, listrik, dan telepon.
Istilah ini merupakan harga yang ditentukan oleh pengusaha untuk setiap satuan unit
produksi yang dihasilkan. Harga jual diperoleh dari harga pokok yang sudah
ditambah dengan jumlah keuntungan yang ingin diperoleh.
BEP adalah kondisi di mana jumlah pengeluaran yang diperlukan untuk biaya
produksi sama dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil penjualan.
(Source: Entrepreneur.com)
Pengertian BEP Unit adalah berapa banyak jumlah barang yang akan diproduksi agar mendapatkan BEP.
Perhitungan ini diperoleh dari total biaya tetap dibagi harga jual yang dikurangi harga variabel.
Atau
Contoh soal :
Biaya tetap senilai Rp 20.000.000 dan biaya variabel per unit sebesar Rp12.000 serta harga jual per unit
barang adalah Rp16.000, maka berapa unit barang yang harus dihasilkan dan jumlah penjualan yang
didapat agar BEP?
Penyelesaian :
= 5.000 unit
= Rp80.000.000
Atau
= 5.000 x Rp16.000
= Rp80.000.000
Jadi, dari perhitungan di atas, untuk mendapatkan kondisi BEP, perusahaan tersebut harus memproduksi
sebanyak 5.000 unit dan menghasilkan penjualan sebesar Rp80.000.000.
Menghitung BEP sangatlah penting untuk menentukan jumlah unit yang harus diproduksi serta besarnya
harga penjualan yang harus didapat agar bisnis tidak mengalami kerugian.