Bab 214111110050

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

1

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Remaja Usia 13-18 Tahun


1. Pengertian Remaja

Sebelum mengetahui remaja dan masa remaja itu seperti apa, kebanyakan
orang tua mengeluh karena anak-anak remajanya keras kepala, susah diatur,
mudah tersinggung, sering melawan orang tua, dan sebagainya. Bahkan ada
orang tua yang benar-benar panik memikirkan kelakuan anaknya yang telah
remaja seperti sering bertengkar, melanggar peraturan nilai moral dan norma-
norma agama, sehingga anak disebut oleh masyarakat anak yang nakal. Bahkan
ada remaja yang merasa dirinya tidak dihargai, dihina, dicaci, tidak disayang oleh
orang tua, tidak dihargai, dan tidak mendapat tempat dalam masyarakat dewasa.
Hal tersebut membuat remaja mencoba mencari jalan sendiri dan mereka ingin
hidup bebas tanpa aturan, bebas dari segala macam ikatan. Dan karena itulah
banyak remaja yang akhirnya memilih jalan tidak baik. Faktor yang
menyebabkan remaja berprilaku seperti itu ada dua yaitu faktor lingkungan dan
faktor agama.(Zakiyah Daradjat, 2002 : 81)

Menjelaskan siapa itu remaja adalah hal yang sulit, karena banyaknya
perbedaan pendapat tentang umur permulaan dan akhir masa remaja itu berbeda
dari seseorang kepada yang lain. Masa remaja adalah masa yang penuh
kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau diatas jembatan goyang,
yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan, dengan
masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. (Zakiyah Daradjat, 2002 : 85)

Remaja disebut dengan istilah Puber, menurut orang Barat. Remaja


disebut dengan istilah adolesensi, menurut orang Amerika. Sedangkan di negara
kita yakni negara Indonesia dapat disebut akil baligh, pubertas, dan yang paling
sering didengar yaitu remaja. Kata adolesensi dapat diartikan sebagai pemuda
yang keadaannya sudah mengalami ketenangan. (Zulkifli, 1993 : 63-64) Dalam

13
14

bahasa latin, remaja disebut dengan istilah adolescere kata bendanya


adolescentia= remaja, yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam
perkembangan menjadi dewasa. (Samsunuwiyati Mar‟at. 2013 : 189)

Dalam Islam, secara etimologi, remaja berasal dari murahaqoh, kata


kerjanya adalah raahaqo yang berarti al-iqtirab (dekat). Secara terminologi,
berarti mendekti kematangan secara fisik, akal, dan jiwa serta sosial. Permulaan
adolescence tidak berarti telah sempurnanya kematangan, karena dihadapan
adolescence, dari 7-10 ada tahun-tahun untuk menyempurnakan kematangan.
Ada yang berpendapat bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa-biasa saja,
tidak berbeda dengan kelompok yang lain. Ada juga yang berpendapat bahwa
remaja adalah kelompok orang-orang yang hidupnya selalu menyusahkan orang
tua. Adapula yang berpendapat bahwa remaja merupakan potensi sekelompok
orang yang perlu dimanfaatkan. Tapi apabila remaja itu dimintai persepsinya
mengenai apa itu remaja, mereka ada yang menjawab bahwa remaja itu
ketidakpedulian oran-orang dewasa terhadap kelompok mereka, bahkan ada yang
beranggapan bahwa remaja adalah kelompok minoritas yang memiliki dunia
sendiri yang sulit dijamah oleh orang tua. Dan ada juga yang beranggapan bahwa
remaja itu sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap masa depan,
bangsa dan negara. (Muhammad Al-Mighwar, 2006 : 57)

Shaw dan Costanzo (1985) menjelaskan bahwa remaja adalah individu


yang sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.
(Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2010 : 9)Masa remaja adalah dimana
seseorang akan menemukan jati dirinya masing-masing. Hal ini adalah dasar bagi
remaja untuk menuju dewasa. Pada masa remaja ini, dapat dikatakan sebagai
dasar bagi kepribadian dan akan mengetahui siapa saya, dan mampu mengetahui
orang lain. Fase remaja ini sangat penting bagi perkembangan kepribadian.
Perubahan kepribadian akan sejalan dengan pengalaman baru yang diterimanya.

Menurut James Marcia & Waterman (Anita E. Woolfolk, 1995) identitas


diri atau jati diri itu merujuk pada “pengorganisasian atau pengaturan dorongan-
15

dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri


secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan
baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafat hidup.” (Syamsu
Yusuf : 201)

Dari pendapat diatas, apabila remaja sudah dapat memahami jati dirinya,
seperti fisik, kemampuan intelektual, emosi, sikap, dan nilai-nilai, maka dia akan
siap untuk berfungsi dalam pergaulannya yang sehat baik dengan teman sebaya,
keluarga, atau masyarakat dewasa tanpa dibebani oleh perasaan cemas atau
frustasi.

Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa naak dan
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial. Dalam
kebanyakan budaya, remaja dimulai pada kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir
kira-kira 18 sampai 22 tahun. (John W. Shantrock. 2003 : 31)Masa remaja adalah
masa untuk menerima keadaan jasmani dan menggunakannya secara efektif,
menerima peranan sosial berdasarkan jenis kelaminnya, mencapai prilaku sosial
yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan
orang dewasa lainnya, belajar bergaul dengan anak-anak perempuan dan laki-
laki, mengembangkan skala nilai, mengembangkan gambaran dunia yang lebih
akurat, mempersiapkan sikap mandiri secara ekonomi, memilih dan melatih
jabatan, serta mempersiapkan pernikahan keluarga. (Bandi Delphie, 2009 : 52)

Masa remaja adalah masa yang membentang cukup lama, dan karena itu
sering dibagi-bagi menjadi masa remaja dini, remaja, dan remaja lanjut. Suatu
masa peralihan dari dunia anak ke dunia dewasa yang dimulai dengan terjadinya
kematangan dari kelenjar-kelenjar kelamin, yakni haid yang pertama pada wanita
dan keluarnya air mani pertama pada laki-laki. perubahan-perubahan fisik yang
secara hebat dialami oleh anak ketika mulai memasuki masa remaja
menimbulkan permasalahan yang sangat majemuk dan seringkali menimbulkan
masalah-masalah bagi orang tua atau orang dewasa yang berhubungan dengan
16

kehidupan remaja, misalnya disekolah atau diperkumpulan-perkumpulan.


(Singgih. D. Gunarsa, 1981 : 59-60)

Masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses
perkembangan seseorang, (Monks dkk. 1987) mengatakan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan atau transisi dari masa anak ke masa dewasa. Pieget
(1980) mengatakan secara psikologis bahwa masa remaja adalah masa usia
dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, anak tidak lagi merasa
dibawah tingkatan yang sama, sekurang kurangnya dalam masalah hak. Melly
(1987) mengatakan bahwa remaja adalah pemuda pemudi dalam masa
perkembangan yang disebut dengan masa “adolensi” (masa remaja masa menuju
kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan
manusia, dimana seseorang tidak dapat lagi disebut anak kecil tetapi juga belum
dapat disebut sebagai orang dewasa. (Rifa Hidayah, 2009 : 42)

Menurut ahli psikologis (dalam Zulkifli, 2002), menganggap bahwa masa


remaja itu adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, yaitu saat
anak-anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi juga belum
dapat disebut dewasa. Dan bila di lihat dari segi biologis, yang dimaksud remaja
adalah mereka yang berusia 12-21 tahun. Soesilowindradini (1991), mengatakan
bahwa masa remaja itu disebut dengan Sturm and Drang, artinya adalah suatu
masa dimana terdapat ketegangan emosi yang dipertinggi yang disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam keadaan fisik dan berkerjanya kelenjar-kelenjar yang
terjadi pada waktu ini. (Rifa Hidayah, 2009 : 43)

Umumnya, masa remaja dipandang sebagai suatu tahap perkembangan


dimulai pada masa datangnya pubertas dan diakhiri pada masa datangnya
kedewasaan. Istilah pubertas ini banyak dihubungkan dengan datangnya haid
pertama (menorche) pada gadis remaja, dan datangnya keluar mani pertama
(polusi) pada laki-laki. (Sudarsono, 1991 : 8-9)

Saat anak mengalami masa remaja, tidak sama waktunya disetiap negara,
misalnya di daerah pedesaan yang agraris, anak usia 12 tahun sudah ikut
17

melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa seperti


mengolah sawah dan ladang orang tuanya. Dalam hal ini, anak yang belum
dewasa itu sudah dituntut oleh orang tuanya untuk bertanggung jawab. Sehingga
masa remaja akan cepat berakhir di daerah pedesaan. Sedangkan di daerah
perkotaan, masa remaja berlangsung lebih lama, dikarenakan kehidupan di kota
lebih kompleks masyarakatnya karena pengaruh dari latar belakang kehidupan.
(Zulkifli. L, 1993 : 63)

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah


seseorang yang mengalami perubahan pada semua aspek dalam dirinya. Baik
perubahan fisik, biologis, emosi, sosial, tingkah laku, kecerdasan, dan kejiwaan.
Masa remaja adalah masa dimana peletak sebagai dasar untuk kedepannya, dan
masa ini adalah masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa.

2. Remaja usia 13-18 Tahun

Masa remaja adalah masa yang dalam menentukan batasannya itu unik.
Karena pemberian batasan terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan remaja
itu banyak terjadi perbedaan pendapat yang berbeda-beda.

Menurut versi Hurlock, batasan remaja adalah antara usia 13-21 tahun.
Batasan itu dibagi menjadi dua bagian. Usia 13/14-17 tahun disebut dengan
remaja awal, dan 17-21 tahun disebut dengan remaja akhir. Drs. M. A Priyatno,
S.H seorang tokoh yang pernah membahas tentang kenakalan remaja dari segi
agama Islam menyebutkan bahwa batasan usia remaja itu antara usia 13-21
tahun. Dra. Singgih Gunarsa, yang telah menemukan beberapa kesulitan dalam
penentuan batasan remaja berpendapat bahwa batasan remaja itu antara usia 12-
22 tahun. Drs. Susilo Winradini berpijak pada literatur Amerika dan menentukan
batasan remaja yaitu usia 13-17 tahun sebagai remaja awal dan usia 17-21 tahun
sebagai remaja akhir. Sedangkan Winarno Surachman menentukan batasan usia
remaja kurang lebih 12-22 tahun. (Muhammad Al-Mighwar, 2006: 61)
Dari beberapa pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa usia
12/13-17/18 tahun adalah batasan usia remaja awal. Dan 17/18-21/22 adalah
batasan usia remaja akhir. Disini penulis hanya akan membahas tentang remaja
awal yani usia 13-18 tahun. Remaja usia 13-18 tahun disebut dengan remaja
18

awal. Remaja awal ini adalah masa dimana seorang remaja mengalami perubahan
yang hebat. Baik perubahan jasmani maupun rohani.

Pada masa remaja usia 13-18 tahun, akan terjadi perubahan jasmani yang
cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan
kekhawatiran. Mungkin kepercayaan agama yang telah tumbuh sejak kecil akan
mengalami kegoncangan. Kegoncangan ini muncul karena disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini berkaitan dengan
matangnya organ seks, dan sesuatu yang bersifat psikologis yaitu sikap
independen, keinginan untuk bebas, tidak mau terikat oleh aturan-aturan yang
dibuat oleh keluarga (orang tua). Maka dari itu, setiap orang tua harus memahami
dan banyak melakukan pendekatan kepada anaknya yang masih remaja. Apabila
orang tua kurang memahami dan mendekatinya tidak baik, bahkan dengan sikap
sikap yang keras, maka seorang remaja akan bertingkah laku negatif seperti
menentang orang tua, bandel, dan acuh tak acuh. (Syamsu Yusuf : 205)

Remaja usia 13-18 tahun, akan mengalami pertumbuhan seksual.


Akibatnya munculah dorongan seks yang belum begitu jelas. Namun apabila
anak tersebut bergaul dengan anak-anak yang sudah mempunyai pengalaman
dalam hal tersebut, atau anak tersebut melihat sesuatu yang mendorongnya
kearah situ, maka anak akan terdorong untuk mencobanya. Remaja juga akan
mengalami perkembangan kecerdasan. Remaja akan mampu memahami sesuatu
yang abstrak dan mampu mengambil kesimpulan dari apa yang dilihat dan
didengarnya. Remaja akan mengalami perkembangan jiwa seperti, memiliki
teman akrab, saling bertukar pikiran dengan temannya itu, dan bercerita tentang
berbagai pengalaman baru yang dialaminya. Keadaan jiwa remaja selalu goncang
dan tidak stabil, maka dalam masalah perkembangan agama, remaja terkadang
taat, jga kadang melanggar perintah Allah. (Nurcholish, 2001 : 20-22)

Melihat perkembangan zaman sekarang, banyak remaja yang terjerumus


hal-hal yang berbau negatif, seperti berpacaran, berfoto tidak senonoh, menonton
19

film-film porno, meminum minuman keras, ganja, atau obat-obatan terlarang dan
berkeliaan diluar rumah sampai larut malam. Padahal mereka tahu bahwa hal-hal
semacam itu dilarang oleh agama. Semua itu terjadi akibat kurangnya bimbingan
agama dan kurangnya penanaman aqidah akhlak kepada para remaja. Dan apabila
remaja kurang bimbingan agama dari keluarganya bahkan keluarganya adalah
keluarga yang tidak harmonis, kurangnya kasih sayang dari keluarga, berteman
dengan kelompok teman yang tidak menghargai nilai-nilai agama, maka remaja
tersebut akan memiliki sikap berprilaku tidak baik misalnya pergaulan bebas,
minum-minuman keras, mengisap ganja dan pembuat keonaran dalam
masyarakat.

3. Ciri-ciri Umum Remaja 13-18 Tahun

Lilik Susilowati dan Yulia Tania Vabelay (1992 : 33-35) menjelaskan ciri-
ciri remaja awal, yakni usia 13-18 tahun, yaitu:

a. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi

Remaja akan mengalami badai dan topan dalam kehidupan


perasaan dan emosinya. Terkadang remaja sesekali sangat bergairah
dalam bekerja, tetapi tiba-tiba berganti lesu dan tidak semangat, bahkan
berubah menjadi sangat sedih. Tidak dapat menentukan cita-citanya dan
tidak dapat merencanakan lanjutan pendidikan dan lapangan kerja.

b. Hal sikap dan moral, terutama menonjol diakhir remaja awal

Remaja akan mendekati lawan jenisnya. Hal ini dipengarui akibat


organ-organ seks yang sudah matang. Remaja berani menunjukkan “sex
appeal” dan berani dalam hal pergaulan, sampai menyerempet bahaya.
Dan hal ini dapat menimbulkan masalah dengan orang tua.

c. Hal kecerdasan atau kemampuan mental


20

Remaja mulai sempurna dalam hal berpikir dan kemampuan


mentalnya. Remaja terkadang suka menolak hal yang tidak masuk akal.
Jika remaja mendapat paksaan untuk menerima pendapat tanpa alasan
rasional maka remaja cenderung akan menerima pemikiran orang dewasa.

d. Hal status remaja awal yang sulit ditentukan

Remaja merasa mendapat perlakuan orang dewsa yang berbeda-


beda. Terkadang orang dewasa tidak percaya untuk memberikan tanggung
jawab kepada mereka karena alasan mereka masih anak-anak. tetapi
terkadang juga remaja sering mendapat teguran dari orang dewasa karena
mereka dianggap sudah besar.

e. Banyak masalah yang dihadapi pada remaja awal

Remaja mengalami banyak masalah disebabkan oleh sifat


emosional yang dimilikinya. Sehingga menyebabkan pertentangan sosial.
Kemudian masalah juga disebabkan kurangnya perhatian orang tua atau
orang dewasa terhadap anaknya.

f. Masa remaja adalah masa yang kritis

Remaja dikatakan kritis karena remaja dihadapkan dengan soal


apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja yaitu memiliki


ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi, dalam hal sikap dan moral, terutama
menonjol diakhir remaja awal, yaitu remaja berani menunjukkan “sex appeal” dan
berani dalam hal pergaulan, dalam hal kecerdasan atau kemampuan mental,
remaja dapat mengetahui sesuatu hal yang abstrak, dapat mengetahui mana yang
baik dan mana yang buruk, dalam hal status remaja awal sulit ditentukan, banyak
masalah yang dihadapi pada remaja awal, dan masa remaja adalah masa yang
kritis.

B. Kegiatan Marhabanan
21

1. Pengertian Kegiatan Marhabanan

Kegiatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2014 : 450)


adalah 1. aktivitas; usaha pekerjaan; 2. Kekuatan dan ketangkasan (dl berusaha);
kegairahan. Marhabanan berasal dari kata marhaban artinya “selamat datang”
atas kehadiran Nabi kita. (H. Munawir Abdul Fatah, 2011 : 303) Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2014: 879) Marhabanan adalah
kata seru (afektif) untuk menyambut atau menghormati tamu (yg berarti selamat
datang); marhabanan adalah lagu puji-pujian (yg dinyanyikan pd perayaan
Maulid Nabi Muhammad saw., dengan diiringi rebana).

Marhabanan dikenal dengan sebutan Pembacaan Maulid Barzanji. Apabila


kita melihat lirik syair maupun prosa yang terdapat didalam kitab al-Barzanji,
seratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup, dan kehidupan Rasulullah.
Al-Barzanji sering dibaca ketika ada hajat anak lahir, hajat menantu, khitanan,
tingkeban, masalah yang sulit terpecahkan dan musibah yang berlarut-larut. Yang
tidak ada maksud lain mohon berkah Rasulullah akan terkabul semua yang
dihajatkan. Umumnya, acara Berzanji pada malam hari sehabis shalat Isya. Akan
tetapi, banyak juga warga yang mempunyai tradisi kalau acara anak lahir di sore
hari, habis shalat Ashar, dan bahkan ada yang berzanjen disiang bolong. (H.
Munawir Abdul Fatah, 2011 : 301-302)

Marhabanan adalah pembacaan kitab yang didalamnya berisi kisah/sejarah


perjalanan hidup Nabi Muhammad saw yang ditulis dalam bait-bait prosa/syair-
syair yang ditambah dengan pujian-pujian yang sangat berlebihan terhadap Nabi
dan do‟a-do‟a. Marhabanan sudah menjadi tradisi bagi Masyarakat. Selain yang
sudah disebutkan diatas, marhabanan biasa dilakukan setiap syukuran keluarga
yang jadi TKI di Luar negeri yang baru kirim uang gajian, peresmian rumah baru
yang akan ditempati dan acara lainnya yang bersifat syukuran. Lebih lagi dalam
acara peringatan Maulid Nabi Muhammad itu sendiri, sudah pasti marhabanan
menjadi agenda yang wajib.Hari Senin, 12 Rabi‟ul Awal adalah hari
memperingati hari lahir Nabi Muhammad (muludan). Muludan ini biasanya
22

hanya pembacaan barzanji atau diba‟ yang isinya tidak lain adalah biografi dan
sejarah kehidupan Rasulullah. Bisa juga ditambah dengan kegiatan keagamaan,
seperti menampilkan kesenian Hadroh dan pengumuman hasil berbagai lomba,
sedang puncaknya ialah Mauizhah hasanah dari muballigh kondang. (H.
Munawir Abdul Fatah, 2011 : 293)

Jadi, penulis menyimpulakan bahwa kegiatan marhabanan adalah kegiatan


pembacaan kitab yang berisi bacaan sholawat dan riwayat hidup Nabi secara
singkat yang ditulis oleh para ulama untuk menumbuhkan rasa kecintaan kepada
Nabi yang disanjungnya, yang dilakukan setiap malam jumat atau malam minggu
di lingkungan masyarakat dan dilakukan secara bersama-sama dengan suara
lantang dan dengan kreasi nada yang beragam macam yang melahirkan semangat
tinggi bagi kehidupan remaja, bertujuan mohon berkah Rasulullah dan biasa
dilaksanakan untuk memperingati maulud Nabi atau syukuran-syukuran lainnya.

2. Sejarah Marhabanan

SejarahAl-Barzanji/Marhabanan tidak dapat dipisahkan dengan


momentum besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad SAW untuk yang
pertama kali yang digalakkan oleh Salahudin al-Ayyubi. Maulid Nabi
Muhammad atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati
untuk membangkitkan semangat pasukan dan umat Islam untuk merebut kembali
wilayah Yerusalem yang diduduki pasukan salib Eropa. Sebab waktu itu umat
Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib
Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Ada dua kondisi sosial politik
yang melatar belakangi penulisan munculnya kitab maulid pada abad ke-15.
Pertama, bahwa pada abad- abad ke-14 hingga ke-16 M diberbagai belahan dunia
Islam sedang marak dan berada pada puncak penyebaran tradisi maulid yang
perintisnya sejak awal abad ke-12M. Kegiatan maulid mencapai puncak
popularitasnya dikalangan masyarakat, sehingga penguasa-penguasa pun
kemudian mengakomodasinya sebagai kegiatan resmi negara, yang salah satu
motifnya adalah kepentingan politik. Penelitian Nico Kaptein (1994) mengenai
23

maulid di Maghribi dan Spanyol menunjukkan bahwa budaya maulid telah


menyebar ke hampir seluruh dunia muslim, baik sebagai bentuk budaya baru
yang diilhami kaum sufi, maupun sebagai pelarian kekecewaan politik, akibat
inovasi dunia barat modern ke berbagai belahan dunia Islam. Sehingga umat
Islam memerlukan api pemantik, berupa dimunculkannya semangat kecintaan
kepada Rasulullah, guna memompa semangat perjuangan umat Islam (Sholikin,
2010: 473).

Kondisi kedua adalah kemunduran dunia Islam, serta kekalahannya di


medan perjuangan jihad dengan kaum Salib (dunia Barat), yang juga
mengakibatkan kekalahan sosial kultural, semenjak jatuhnya Granada (Spanyol)
dari pangkuan Islam pada tahun 1492 M. Akibatnya pada kurun waktu tersebut,
dimana juga merupakan tahun-tahun kehidupan para penulis kitab maulid,
termasuk al-Barzanji, dunia Islam dilanda kemunduran yang sangat drastis, serta
kelemahan mentalitas perjuangan, akibat kekalahan bertubi-tubi perjuangan
Islam, yang diakhiri dengan hancurnya pusat Islam di Eropa (Spanyol) Granada
oleh kaum kristen pada tahun 1492 M, yang menandakan berakhirnya kejayaan
imperium Islam (Sholikin, 2010: 62).

Tidak berapa lama kemudian, hampir seluruh dunia Islam mengalami


kolonialisasi oleh kaum Kristen-Eropa, yang ditandai dengan pelayaran Vasco da
Gama pada tahun 1498 M sampai ke India. Kekalahan sektor politik ini, akhirnya
berimbas juga pada kekalahan penyebaran budaya, di mana kebudayaan Barat
menjadi hegemoni baru di dunia muslim. Dalam kondisi seperti itu, umat Islam
memerlukan semangat kejuangan tinggi yang bersumber pada ghirah jihad
Rasulullah. Dengan pemikiran dasar untuk membangkitkan kecintaan kembali
pada Rasulullah serta harapan untuk meneruskan perjuangan ini, maka muncullah
karya-karya mengenai pribadi Rasulullah yang mengiringi kebudayaan maulidan.
Sehingga akhirnya disebut sebagai karya-karya maulid, yang kemudian dijadikan
bacaan pokok saat acara maulid digelar.
24

Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi lahir 1137 dan wafat 4 maret
1193 di Damaskus (William, 1984: 395, 399), dimasyhurkan oleh bangsa Eropa
dengan nama “Saladin” pahlawan Perang Salib, dari kelurga Ayyubiyah suku
Kurdi. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan
kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Maka,
Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi
Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini
harus dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni
Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi
Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya
peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di Istananya sering
menyelenggarakan peringatan maulid Nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan
tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid Nabi menjadi
tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat
juang, bukan sekedar perayaan ulang tahun biasa (Ahmadfillah, 2010: 2-3).

Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni


An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan
Dzulhijah 579H/ 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah
suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji,
agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan
kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 H/ 1184 M
tanggal 12 Rabi‟ul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai
kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam. Pada mulanya gagasan
Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti
itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi ajaran agama cuma ada dua, yaitu
Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa
perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama,
yang dalam perayaannya tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan esensi
ajaran Islam, sehingga tidak dapat dikategorikan bid‟ah yang terlarang.
25

Salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Sultan Salahuddin pada


peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah
menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi
Nabi dengan bahasa seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang
untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama
adalah Syaikh Ja‟far Al-Barzanji. Ternyata peringatan maulid Nabi yang
diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat
umat Islam menghadapi perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil
menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerussalem direbut
oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid
kembali, sampai hari ini.

3. Tinjauan Pendidikan dalam Marhabanan


Abu Achmad Wajieh mepaparkan Beberapa tinjauan pendidikan dalam
marhabanan, yaitu sebagai berikut:
a. Sabar
Menurut Wahid Ahmadi dalam bukunya Risalah Akhlak,kesabaran
terdiri dari tiga hal, yaitu sabar dalam ketaatan kepadaAllah, sabar untuk
meninggalkan kemaksiatan dan sabarmenghadapi ujian dari Allah (Abu
Achmad Wajieh, 2004: 86, 88, 90).
Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah.
Merealisasikanketaatan kepada Allah membutuhkan kesabaran karena
secara tabiatnya jiwa manusia enggan untuk beribadah dan
berbuatketaatan. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Maryam ayat 65:




Artinya: “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa
yangada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah
dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahuiada seorang yang
sama dengan Dia (yang patut disembah).” (Al-Qur‟an dan terjemahnya,
2005: 247).
26

Penggunaan kata Ishthabir dalam ayat di atas menunjukkan bahwa


dalam beribadah diperlukan kesabaran yang berlipat ganda mengingat
banyaknya rintangan baik dari dalam maupun dari luar diri. Ditinjau dari
penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar,
yaitu malas, bakhil (kikir), karena keduanya (malas dan kikir), seperti haji
dan jihad. Kemudian untuk dapat merealisasika kesabaran dalam ketaatan
kepada Allah diperlukan beberapa hal, yaitu:
1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat,
yaitu keikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi riya‟.
2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar tidak melupakan Allah di
tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak merasa malas dalam
merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
3) Kondisi ketika telah selesai melakukan ibadah, yaitu untuk tidak
membicarakan ibadah yang dilakukannya supaya diketahui atau dipuji
orang lain.
Kedua, Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan
kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada
kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah, dusta,
memandang sesuatu yang haram dan sebagainya. Karena kecenderungan
jiwa insan, suka pada hal- hal yang buruk dan menyenangkan. Dan
perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang menyenangkan.
Ketiga, sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah,
seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri,
misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dan sebagainya.
Aspek nilai kesabaran menghadapi cobaan dalam kitab Al-Barzanji
terdapat pada bab XIII halaman 88-89. Syair pada bab tersebut
menjelaskan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah,
mengajak kaumnya memeluk Islam meskipun kaum musyrikin berusaha
menghalang-halanginya. Selain itu, diceritakan pula kesabaran Nabi
Muhammad ketika beliau ditinggal oleh dua orang yang begitu berarti
dalam hidupnya, yaitu pada tanggal 15 Syawal tahun kesepuluh dari
27

kenabian , pamannya yang bernama Abu Thalib meninggal dunia. Tidak


lama setelah kepergian pamannya, Khadijah merupakan istri beliau yang
menjadi sumber ketenangan, hiburan, dan curahan kasih sayang, wafat.
Dengan sepeninggalannya dua tokoh terpandang yaitu Abu Thalib dan
Khadijahmaka kesempatan besar bagi kaum musyrikin untuk melakukan
beraneka ragam penghinaan dan penganiayaan yang bertujuan
menghalang-halangi dakwah Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian,
beliau tetap sabar dan tetap mendakwahkan Islam. Sabar adalah sikap
mulia yang disukai oleh Allah SWT, dengan kesabaran seseorang tidak
akan menjadi lemah jiwa. Semangatnya akan selalu kuat dan tidak mudah
putus asa. Dan kesabaran merupakan bagian dari bukti taqwa serta iman
seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-Imran
ayat 146:





Artinya: “Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-


sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar.”(Al-Qur‟an dan terjemahnya,2005:
54).
b. Amanah
Aspek nilai amanah pada kitab Al-Barzanji terdapat pada bab X
halaman 64-65. Menceritakan tentang amanat pendeta Nasthura kepada
Maisarah agar menjaga dan melindungi Nabi Muhammad ketika
mendampingi perjalanan Rasulullah ke negeri Busra (Syam) untuk
memperdagangkan harta Khadijah. Pendeta Nasthura telah melihat adanya
tanda-tanda kenabian Rasulullah SAW ketika beliau beristirahat di bawah
pohon kayu di dekat gereja Nasthura. Setelah kembali ke Mekkah,
Maisarah melaporkan seluruhnya kepada Khadijah tentang peristiwa yang
28

terjadi selama dalam perjalanan dan melaporkan wasiat yang sebelumnya


telah disampaikan oleh pendeta Nasthura.

‫ب‬ ِ َّ ‫الس َف ِر ُكلِّ ِو وبِما قَالَو‬ َ ِ‫س َرةُ بِأَنَّوُ َرأَى َذل‬
َّ ‫ك فِي‬
ُ ‫الراى‬ ُ ََ َ ‫َوأَ ْخبَ َرَىا َم ْي‬
ِ ‫وأَو َد َعوُ لَ َديْ ِو ِمن الْو‬
‫صيَّة‬ َ َ َْ
Artinya: “Akhirnya Maisarah melaporkan seluruhnya kepada
Khadijah tentang peristiwa yang terjadi selama dalam perjalanan, dan
melaporkan wasiat yang telah disampaikan oleh pendeta Nasturah itu.”
(Abu Achmad Wajieh, 2009 : 65)
Dari bait di atas dapat dipetik nilai pendidikan kepribadian yang
berupa nilai amanah. Pribadi generasi muda muslim dapat dicirikan
dengan sifat amanah. Pemuda yang terpercaya karena memegang amanah,
mempunyai nurani yang hidup serta hati yang bersih. Dapat menjalin
interaksi yang baik dengan semua manusia, menjaga kehormatan diri,
kemuliaan, dan hak-hak orang lain. Bersikap teguh, menjunjung tinggi
kepercayaan yang diberikan orang lain kepada dirinya, sehingga orang lain
menaruh harapan dan kepercayaan kepadanya. Firman Allah dalam Al-
Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 58:


Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya.: (Al-Qur‟an dan terjemahnya,
2005: 69).
c. Tawadhu
Aspek nilai tawadhu‟ dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab
XVIII halaman 119-120:

‫ف نَ ْعلَهُ َويَْرقَ ُع‬ ِ ِ ْ ‫وَكا َن صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم ش ِديد‬


ُ ‫اض ِع ََيْص‬
ُ ‫اْلَيَاء َوالت ََّو‬ َْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ
‫َو ه وَ لُ َ ااَه وي ِ ي ر ِ ِ ْد ِ َ لِ ِه ِ ِ ي رٍة س ِريٍَّة‬
َ َْ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ُ ْ َ َُ ْ
Artinya: “Beliau saw. adalah seorang yang sangat pemalu dan
tawadlu’, mau memperbaiki terompahnya sendiri, dan mau menambal
pakaiannya sendiri, mau memerah kambingnya dan mau membantu
29

keperluan dalam rumah tangganya.” (Abu Achmad Wajieh, 2009 : 119-


120)
Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan yang tinggidalam
masalah ketawadhu‟an. Aspek nilai ketawadhu‟an pada baitdi atas yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad ialah beliaubersedia memperbaiki
terompahnya sendiri, menambal pakaiannyayang sobek, bersedia memerah
biri-biri, bersedia membantukeperluan dalam rumah tangganya. Tanda
orang yang tawadhu‟ adalah di saat seseorangsemakin bertambah ilmunya
maka semakin bertambah pula sikaptawadhu‟ dan kasih sayangnya. Dan
semakin bertambah amalnyamaka semakin meningkat pula rasa takut dan
waspadanya. Selain itu, jika bertambah usianya maka semakin
berkuranglah ketamakannafsunya, apabila bertambah hartanya maka
bertambahlahkedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama.
Dansetiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya makasemakin
dekat dengan manusia dan berusaha untuk menunaikanberbagai kebutuhan
orang lain serta bersikap rendah hati kepadaorang lain. Allah telah
menegaskan kepada manusia untuksenantiasa bersikap tawadhu‟ dan
menjauhi sikap sombong.Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat
Al-Furqan ayat 63:




Artinya:“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang
itu(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi denganrendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapamereka, mereka mengucapkan kata-
kata (yangmengandung) keselamatan.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya:
2005: 63).

Sikap tawadhu‟ terhadap sesama manusia adalah sifat mulia yang


lahir dari kesadaran akan ke-Maha Kuasaan Allah SWT atas segala
hamba-Nya. Orang yang tawadhu‟ menyadari bahwa apa saja yang
dimiliki merupakan karunia Allah SWT.
30

d. Kesederhanaan
Aspek nilai kesederhanaan dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada
bab 18 halaman 122:

‫ب‬ ِ ِِِ ِ ِ
ُ ‫ض الْ ُملُ ْوك إلَْيه َ ْ َداهُ * َويَ ْعص‬
ُ ‫س َوالَْ ْغلَ َ َوِحَ ًارا َ ْع‬
َ ‫ب الَْعْي َر َوالْ َفَر‬
ُ ‫َويَْرَك‬
ِ َّ‫اا ااِ ِ ْااَر ِضي‬ ِ ْ َ ِ ‫اْلَ َ َر‬ ْ ‫َعلَى َ ِْ ِه‬
ْ ََْ َ ‫ااُْوِ َوقَ ْد ُْوِ َ َ َفااْي‬
Artinya: “Mau berkendaraan unta, kudam bighol, dan keledai dari
hadiah sebagian raja-raja. Untuk menanggulangi rasa lapar, maka beliau
acap kali membungkus batu dengan kain yang diikatkan pada perutnya.”
(Abu Achmad Wajieh, 2009 : 122)

Agama Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa hidup


sederhana dalam semua tindakan, sikap, dan amal. Islam adalah agama
yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi. Konsep sederhana
meliputi aqidah (keyakinan), aspek ibadah dan cara melaksanakannya,
akhlak dan cara hidupnya, berinteraksi antar sesama dan segala sesuatu
yang menyentuh persoalan kehidupan dunia. Kesederhanaan adalah
budaya yang telah diterapkan olehRasulullah SAW. Budaya sederhana
senantiasa mendaulatkan prinsip keadilan serta kemanusiaan inilah yang
membentuk para remaja begitu mantap dan berkualitas.

e. Pemaaf
Aspek nilai pemaaf dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada bab 15
halaman 59:

‫ت قَ َوااِ ُم‬ ِ ِِ
ْ َ ‫ض لَهُ ُسَراقَ ُ فَا ْتَ َه َل فيه إِ ََل اهلل اَ َع َاَل َوَد َعاه * فَ َ ا‬ َ ‫َواَ َعَّر‬
‫الص ْلَ ِ الْ َق ِويَّ * َو َسأَ ََلُ ْااََ ا َن فَ َمَ َحهُ إِيَّاه‬
ُّ ‫ض‬ِ ‫يَ ْعُوِِه ِ ْاا َْر‬
Artinya: “Beliau ditengah jalan dihadang oleh Suraqoh, maka
berdoalah Beliau kepada Allah memohon perlindingan-Nya. Tiba-tiba,
keempat kaki kendaraan Suraqah kedalam bumi yang keras. Maka
Suraqah minta ampun dan keselamatan kepada Nabi Muhammad saw.
lantas Beliau saw. mengampuninya.”(Abu Achmad Wajieh, 2009 : 106)
31

Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadapkesalahan orang


lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginanuntuk membalas.
Tindakan memberi maaf sebaiknya diikuti dengantindakan berlapang
dada. Seperti yang diceritakan pada bait di atas,yaitu ketika Nabi
Muhammad melakukan perjalanan hijrah keMadinah, beliau dihadang oleh
Suraqah yang hendakmencelakainya, namun dengan izin Allah unta yang
dinaikiSuraqah masuk kedalam tanah sebelum berhasil mencelakai
NabiMuhammad, Suraqah kemudian meminta maaf kemudian beliaupun
memaafkannya.

f. Bermusyawarah
Aspek nilai bermusywarah dalam kitab Al-Barzanji terdapat pada
bab X halaman 67:

ِ ِ ِ ‫اْل‬
َ ‫يمان بِو ط ْيبَ َريَّاه * فَأَ ْخبَ َر‬
‫صلَّى‬ ِ ِ َ َ‫الزكِيَّ ِة لِت‬
َّ ‫فَ َخطَبَْتوُ لِنَ ْف ِس َها‬
َ ْ ‫ش َّم م َن‬
‫اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم أَ ْع َم َاموُ بِ َما َد َع ْتوُ إِلَْي ِو َى ِذهِ الْبَ َّرةُ الت َِّقيَّة‬
Artinya: “Kemudian Khadijah melamar dirinya, dengan maksud
agar ia dapat merasakan bau iman dan kesegarannya. Maka Beliau saw.
memberitahu maksud Khadijah itu kepada paman-pamannya untuk
dimintai pertimbangan.” (Abu Achmad Wajieh, 67)
Bait di atas menjelaskan tentang pentingnya bermusyawarah.
Bermusyawarah merupakan karakteristik dasar seorang muslim.
Kepribadiannya seseorang tidak akan sempurna tanpa ada kemauan untuk
mendengarkan pendapat orang lain. Dalam pandangan Islam, musyawarah
memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai penting dari musyawarah
antara lain: Pertama, salah satu prinsip penting dalam ajaran Islam yang
sangat ditekankan oleh Allah, karena hal ini merupakan bagian yang
sangat penting dari ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah merupakan salah
satu bukti dari iman. Kedua, prinsip jalan tengah dari segala perbedaan
pendapat, yakni prinsip keseimbangan antara kehendak individu dengan
kehendak bersama.
32

g. Menyayangi dan mengasihi orang yang lemah.


Aspek nilai menyayangi dan mengasihi orang yang lemah dalam
kitab Al-Barzanji terdapat pada bab XVIII halaman 120:

‫ضا ُ ْم َويُ َ يِّ ُع َجَااَِ ُ ْم‬ ِ‫ب الْ ُف َقراء والْم اكِْي وََيل‬ ُِ‫و‬
َ ‫س َ َع ُه ْم َويَ ُع ْوُد َ ْر‬ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُّ َ
ْ َ‫َوَ َْ ِقُر فَِقْي ًرا َْدقَ َعهُ الْ َف ْقُر َو‬
. ُ‫ش َواه‬
Artinya: “Beliau menyukai orang fakir dan miskin, dan suka
duduk bersama-sama mereka, mau meninjau orang yang sakit diantara
mereka, mau mengantar zenajah mereka, dan tidak mau menghina orang
fakir, betapapun miskin dan melaratnya orang itu.” (Abu Achmad
Wajieh, 120)
Tanda terjelas dari kepribadian Muslim adalah kasih sayang dan
mengasihi. Karena sifat tersebut termasuk sifat Allah SWT, yaitu Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Di dalam ajaran Islam, mengasihi sesama
manusia adalah bagian terpenting dari ajaran Nabi Muhammad SAW.
Nilai kasih sayang pada bait di atas yang dicontohkan oleh Rasulullah
adalah beliau menyukai orang fakir miskin, suka duduk bersama-sama
mereka, mau meninjau orang-orang yang sakit di antara mereka, bersedia
mengantar jenazah dan tidak mau mencemooh orang yang sangat fakir.

C. Pembentukan Kepribadian Muslim


1. Pengertian Kepribadian Muslim

Manusia melakukan perbuatannya untuk memenuhi kebutuhan


jasmaninya. Kumpulan perbuatan disebut tingkah laku manusia. Tingkah laku
menunjukkan kepribadian manusia. Kepribadian dibentuk, tujuannya untuk
memperbaiki kepribadian manusia yang buruk menjadi baik.

Kepribadian adalah belajar menggunakan cara-cara baru dalam


mendiskusikan tegangan yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal,
yang dapat menjadi sumber ketegangan sedangkan sumber ketegangan ini dibagi
menjadi empat pokok, yaitu proses pertumbuhan, fisiologis, frustasi, konflik, dan
ancaman. (Ujam Jaenudin, 2012:22)Kepribadian adalah gambaran cara seseorang
33

dalam bertingkah laku terhadap lingkungan sekitarnya, yang terlihat dari


kebiasaan berpikir, sikap dan minat, serta pandangan hidupnya yang khas untuk
mempunyai keajegan. William James mengemukakan pendapatnya, bahwa
kepribadian adalah unsur kesatuan yang berlapis-lapis, terdiri atas the material
self, atau diri materi, the social self atau diri sosial, dan the spiritual self atau diri
rohani, serta pure age atau ego murni. (Ujam Jaenudin, 2012 : 29-30)

Menurut Pikunas (1976), kepribadian adalah sistem yang dinamis dari


sifat, sikap, dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons
individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan
fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nilai-nilai. (Syamsu Yusuf :
200)Kepribadian adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang yang didapat dari
lingkungan keluarga dan bawaan sejak lahir. Sesuatu itu berbentuk ciri khas,
karakteristik, gaya dan sifat. (Sjarkawi : 11)

Menurut Koswara, kepribadian berdasarkan pengertian sehari-hari adalah


sesuatu yang diterima oleh seseorang dari kelompok atau masyarakatnya yang
diharapkan agar seseorang itu dapat bertingkah laku berdasarkan apa yang
diterima dari kelompok atau masyarakatnya tersebut. Sedangkan menurut teori
psikologi antara lain dikemukakan oleh George Kelly bahwa kepribadian adalah
seseorang yang mengartikan hidupnya dengan cara yang unik. Sedangkan
Sigmund Freud menyatakan bahwa kepribadian merupakan struktur yang terdiri
dari tiga sistem, yaitu id, ego, dan super-ego. Dan tingkah laku sendiri adalah
hasil dari ketiga sistem tersebut. Id adalah sistem yang menyediakan energi yang
dibutuhkan oleh sistem tersebut untuk kegiatan yang dilakukannya. Ego adalah
sistem yang bertindak sebagai pengarah seseorang kepada dunia kenyataan.
Super-ego adalah sistem yang berisi nilai baik buruknya seseorang. (Sjarkawi:17)

Gordon Allport berpendapat bahwa kepribadian merupakan susunan yang


dinamis dalam diri individu baik jasmani maupun rohani yang menentukan
prilaku dan pikirannya yang bercirikan khas. (Sumadi Suryabrata, 1988 : 240 )
Sedangkan dalam buku Yedi Kurniawan (1993 : 77) menjelaskan tentang
34

kepribadian menurut Gordon, yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu
yang terdiri dari yang unik (khusus) tersebut terhadap lingkungan.

Kepribadian meliputi segala corak tingkah laku individu yang terhimpun


dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
segala rangsang, baik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya sehingga
tingkah lakunya itu merupakan suatu yang khas bagi individu tersebut. Dengan
kata lain, kepribadian yang dimilikinya sebagai perpaduan yang timbul dari
dalam diri dan lingkungannya. (Sunaryo, 2004 : 103)

Kepribadian dalam studi keislaman lebih dikenal dengan syakhshiyah.


Syakhshiyah berasal dari kata syakhshun yang berarti pribadi, kata ini kemudian
diberi ya‟ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhshiyat yang berarti
kepribadian. Abdul Mujib (1999 : 133) menjelaskan bahwa kepribadian
merupakan integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan
tingkah laku. (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nusihsan, 2011 : 212)Kepribadian
atau yang biasa disebut syakhsiyah adalah kepribadian dimana pola pikir
(„aqliyah) dan pola jiwa (nafsiyah) mempunyai karakter yang satu jenis, yaitu
berasaskan kepada pandangan hidup Aqidah Islam yang mendasari seluruh aspek
kehidupan. (Yadi Purwanto, 2007 : 262)

Pengertian diatas sekurang kurangnya memberikan gambaran kepada kita


bahwa tiap pribadi manusia itu memiliki corak prilaku lahiriyah dan rohaniyah
berbeda dari yang lain. Hal itu terjadi akibat dari pengalaman dan bakat yang
dimilikinya. Perpaduan antara pengalaman dan bakat itulah sebenarnya yang
mempengaruhi terbentuknya corak kekhususan dari kepribadian seseorang. Dan
dari beberapa pendapat tentang pengertian kepribadian, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepribadian itu merupakan pola dasar kehidupan psiko fisik yang
berkaitan satu sama lain dimana sifat dan watak pribadi seseorang dapat dibentuk
untuk menjadi pribadi yang baik.
35

Hubungan dengan pendidikan Islam, pengembangan kepribadian


seseorang merupakan perwujudan nilai-nilai dan norma-norma Islami. Islam
adalah agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril
yang disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup di dunia dan di
akhirat. (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nusihsan, 2011 : 217)Manusia yang
secara konsekuen beramal dan bersikap hidup sesuai dengan ajaran Al-Quran dan
Sunnah Rasul-Nya itu disebut dengan “Muslim”. (Toto Tasmara, 2004 : 42)

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa Muslim adalah orang Islam yang


menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan mengikuti ajaran-ajaran Islam dan
berdasar pada Al-Qur‟an dan Hadits.Manusia diciptakan oleh Allah dari unsur
jasmaniah dan rohaniah. Dilihat dari jasmaniah, manusia memiliki kesamaan
dengan hewan, seperti makan, minum, bernafas, istirahat, dan seks. Sedangkan
dilihat dari segi rohaniahnya, manusia berbeda dengan hewan. Manusia memiliki
akal, sedangkan hewan tidak mempunyai akal.

Manusia adalah makhluk yang netral, kepribadiannya itu bisa berkembang


seperti malaikat, bisa juga seperti setan. Hal ini tergantung kepada manusia itu
sendiri, apakah manusia itu akan mengisi jiwanya dengan ketakwaan atau fujur.
Apabila yang dipilihnya itu ketakwaan, maka qolbu (fungsi rohaniah sebagai
perpaduan antara akal dan rasa) akan menggerakannya untuk berperilaku yang
bermakna (beramal shaleh), dan berpribadi mulia. Tetapi apabila yang dipilihnya
itu fujur, maka dia akan berpribadi mufsid (pembuat keonaran di muka bumi),
biang kemaksiatan. (Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nusihsan, 2011 : 213)

Fadhil Al-Damaly dalam M. Arifin (1993: 170-173) menggambarkan


kepribadian Muslim sebagai Muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah
dalam tiap langkah hidupnya. Dia hidup dalam lingkungan yang luas tanpa batas
kedalamannya, dan tanpa akhir ketinggiannya.Kepribadian Muslim adalah
kepribadian yang didalamnya tertanam nilai-nilai Islam sehingga segala
perilakunya sesuai dengan nilai- nilai Islam. jika nilai Islam ini telah tertanam
dengan baiak maka peserta didik akan mampu meraih derajat Insan Kamil, yakni
36

manusia paripurna-manusia ideal. (Moh. Rokib, 2009 : 20) selaras dengan itu,
Yadi Purwanto (2007 : 264) menyatakan kepribadian Muslim adalah kepribadian
yang khas, pola pikir dan pola jiwanya terdiri dari satu jenis, keduanya bersandar
pada satu standar yaitu Aqidah Islam.

Dari beberapa pengertian tentang kepribadian Muslim diatas, kiranya


penulis dapat menyimpulkan bahwa kepribadian Muslim adalah pribadi yang
dalam memenuhi kebutuhan fisik dan nalurinya berdasarkan aqidah Islam dan
memiliki nilai-nilai Islam dalam pribadinya.

2. Ciri-ciri Kepribadian Muslim

Kepribadian merupakan “keniscayaan” suatu bagian dalam diri manusia


yang perlu digali dan ditingkatkan serta ditemukan agar sampai pada suatu
keyakinan siapa diri kita yang sebenarnya. Pribadi Muslim yang dikehendaki oleh
Al-Quran dan sunnah adalah pribadi yang saleh, pribadi yang sikap, ucapan dan
tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Ada sepuluh
ciri-ciri kepribadian Muslim, diantaranya yaitu:

a. Salimul Aqidah (Akidah yang bersih)


Dengan Akidah yang bersih maka seorang Muslim akan memiliki ikatan
yang kuat kepada Allah SWT. dengan ikatan yang kuat, manusia tidak
mungkin menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan Allah.
b. Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar)
Ibadah merupakan salah satu perintah Rasul yang penting. Dan ibadah itu
harus merujuk pada Sunnah-sunnah Rasulullah. Tidak boleh ada
penambahan dan pengurangan.
c. Matinul Khuluq (Akhlak yang kukuh)
Akhlak mulia harus dimiliki oleh setiap manusia baik hubungannya
dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
37

d. Qawiyyul Jismi (Kekuatan jasmani)


Seorang Muslim harus memiliki pribadi yang tubuhnya kuat, supaya
dapat melaksanakan kegiatan ibadah secara maksimal dengan fisik yang
kuat. Seperti, shalat, puasa, zakat, dan haji.
e. Mutsaqaful fikri (Intelek dalam berpikir)
Merupakan sisi pribadi Muslim yang penting. Oleh karena itu harus
dimiliki oleh setiap manusia. Salah satu sifat Nabi Muhammad yaitu
cerdas (fatanah). Dan kita harus mencontoh sifat Rasulullah.
f. Mujahadatun linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu)
Merupakan salah satu kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang
Muslim. Karena setiap manusia memiliki kecenderungan melakukan hal
yang baik dan buruk.
g. Haritsun „ala waqtihi (Pandai menjaga waktu)
Merupakan faktor yang penting bagi manusia. Allah dan Rasul banyak
bersumpah dalam Al-Quran dengan menyebut nama waktu seperti wal
fajri, wad dhuha, wal asri, wallahi, dan sebagainya. Allah memberikan
waktu kepada manusia 24 jam sehari semalam. Dan selama 24 jam itu ada
manusia yang beruntung dan ada juga manusia yang rugi.
h. Munazhzhamun fi syu‟unihi (Teratur dalam suatu urusan)
Merupakan kepribadian yang ditekankan oleh Al-Quran dan Sunnah. Jika
mengalami suatu urusan, maka harus diselesaikan dengan baik.
i. Qadirun „alal kasbi (Mandiri, atau memiliki usaha sendiri)
Merupakan kepribadian yang harus dimiliki oleh setiap Muslim.
Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa
dilaksanakan saat seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi
ekonomi.
j. Nafi‟un lighirihi (Bermanfaat bagi orang lain)
Merupakan tuntunan bagi setiap Muslim sehingga dimanapun berada,
orang disekitarnya dapat merasakan manfaat atas keberadaannya. (Ujam
Jaenudin, 2012 : 92-95)
38

Jadi, seseorang akan disebut pribadi yang Islami apabila memiliki aqidah
yang bersih, ibadah yang benar, akhlak yang kukuh, jasmani yang kuat, pintar
dalam berfikir, bisa melawan hawa nafsu, pandai menjaga waktu, tidak tergesa
gesa dalam menghadapi suatu masalah, tidak bergantung pada orang lain, dan
bisa menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain.

Ciri-ciri kepribadian muslim menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika


Nusihsan diantaranya sebagai berikut:

a. Berhubungan dengan aqidah: Beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul,


Kitab, Hari Akhir, Qada dan Qadar.
b. Berhubungan dengan ibadah: Melaksanakan rukun Islam. Sedangkan
rukun Islam ada lima, yaitu membaca dua kalimat syahadat, shalat, zakat,
puasa, naik haji bila mampu.
c. Berhubungan dengan kehidupan sosial: Bergaul dengan orang lain secara
baik, suka bekerja sama, menyeru kepada kebaikan, dan mencegah
kemungkaran, dan suka memaafkan kesalahan orang lain.
d. Berhubungan dengan kehidupan keluarga: Berbuat baik kepada kedua
orang tua, berbuat baik kepada saudara, bergaul dengan baik antara
suami, istri dan anak, memelihara dan menafkahi keluarga.
e. Berhubungan dengan moral: Memiliki jiwa yang jujur, sabar, adil,
qona‟ah, amanah, tawadhu, istiqomah, dan mampu mengendalikan diri
dari hawa nafsu.
f. Berhubungan dengan emosi: Cinta kepada Allah, takut azab Allah, tidak
putus asa dalam mencari rahmat dan ridho Allah, senang berbuat
kebaikan kepada sesama manusia, menahan amarah, tidak sombong,
tidak angkuh, tidak iri, dan selalu berani membela kebenaran.
g. Berhubungan dengan intelektual: Memikirkan alam semesta dan ciptaan
lainnya, selalu menuntut ilmu dijalan yang benar, menggunakan
pikirannya untuk sesuatu yang bermakna dan bermanfaat.
h. Berhubungan dengan pekerjaan: Tulus dalam bekerja, selalu tepat waktu
dalam bekerja, tidak setengah-setengah dalam bekerja, selalu
39

menyelesaikan dan menyempurnakan pekerjaan, selalu berusaha dengan


giat dan sekuat tenaga dalam mendapatkan rizki yang halal.
i. Berhubungan dengan fisik: berbadan sehat, kuat, suci/bersih. (Syamsu
Yusuf dan A. Juntika Nusihsan, 2011 : 215-216)

Dari ciri-ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia yang memiliki


kepribadian Muslim akan tertanam jiwa seperti yang tertera diatas. Manusia yang
berkepribadian Muslim, akan menggunakan hidupnya dengan bermanfaat, yakni
dengan mengikuti ajaran-ajaran Islam, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
segala larangan Allah.

3. Struktur Kepribadian Muslim

Dalam psikologi Islam mengenai struktur dan kepribadian,


pembahasannya berkaitan dengan substansi manusia. Substansi jiwa menurut
para filsuf atau psikolog Islam terdiri atas tiga bagian, yaitu jasmani, rohani, dan
nafsani atau nafsu. Substansi jasmani yaitu berupa organisme fisik manusia yang
lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk lain, bersifat lahiriah yang
memiliki unsur-unsur tanah, udara, api, dan air. Ia akan hidup jika diberi daya
hidup atau al bayah, substansi roh adalah substansi yang merupakan
kesempurnaan awal. Roh sudah ada ketika tubuh belum ada dan tetap ada
meskipun jasadnya telah mati. Fathur Rahman menyatakan bahwa roh adalah
amanah maka ia memiliki keunikan dibanding dengan makhluk lain. Dengan
amanah inilah, ia menjadi khalifah di muka bumi. Sebagaimana terdapat dalam
ayat Al-Quran surat AL- Baqarah ayat 30: (Ujam Jaenudin, 2012 :85)





Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
40

berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang


yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal
Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."(Q.S Al- Baqarah: 30) (Ujam Jaenudin, 2012 :86)

Menurut Ujam Jaenudin, (2012 : 87-88) menjelaskan bahwa: Substansi


nafsahi berarti jiwa, nyawa, atau roh. Konotasinya adalah kepribadian dan
substansi psikofisik manusia. Nafs merupakan gabungan dari jasad dan rohani. Ia
berupa potensi aktualisasinya yang akan membentuk kepribadian muslim, yaitu
perpaduan harmonis antara kalbu, akal, dan nafsahi.

a. Al- Qalbatau kalbu


Kalbu merupakan materi organik yang memiliki sistem kognisi
yang berdaya emosi. Al- Ghazali menyatakan bahwa kalbu memiliki
insting yang disebut an nur al ilahy dan al bashirah al batinah (mata
batin). Kalbu dalam arti jasmani adalah jantung (heart), bukan hati (lever),
kalbu dalam arti rohani adalah menunjukan pada hati rohani dan roh.
Kalbu berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali struktur
nafs yang lain. Menurut Huzaifah, hati terbagi menjadi empat, yaitu: (1)
hati yang bersih, yaitu hati orang berimandan mendapat sinar; (2) hati
yang tertutup, yaitu hati orang kafir, hati yang buta, dan tidak melihat
kebenaran; (3) hati yang terjungkir, yaitu hati orang munafik, yaitu melihat
kebenaran, tetapi kemudian mengingkarinya; (4) hati yang memiliki dua
bekal, yaitu bekal iman dan kemunafikan, ia bergantung pada yang paling
dominan. Orang yang kalbunya disinari Tuhan akan memiliki kepribadian
yang kuat, teguh, dan tidak mudah putus asa. Apabila memiliki nafsu
muthmainah, ia akan tenang dan optimis karena ia yakin rahmat Tuhan
pasti diberikan.

b. Akal secara estimologi memiliki arti


1) al-imsak (menahan) ar-ribath (ikatan)
41

2) al-bajr (menahan) an-naby (melarang)


3) manin (mencegah)

Berdasarkan makna ini, orang berakal adalah orang yang mampu


menahan dan mengikat hawa nafsunya, dan orang yang dapat menahan
hawa nafsunya maka akan memiliki kepribadian yang baik. Plato, Az
Zukhaily berpendapat bahwa jiwa rasional bertempat dikepala, yang
berpikir adalah akal, bukan kalbu. Akal dan kalbu sama-sama memperoleh
daya kognisi, tetapi cara dan hasilnya berbeda. Akal mampu mencapai
pengetahuan rasional, tetapi tidak yang suprarasional, sehingga ia mampu
mencapai kebenaran, tetapi tidak mampu merasakan hakikatnya.

c. Nafsani
Nafsu merupakan daya nafsani, merupakan struktur dibawah sadar
dalam kepribadian manusia. Nafsu memiliki dua kekuatan yaitu al-
ghadabiyah dan asy syahwaniyah. Ghadab dalam psikoanalisis disebut
defensi (pertahanan, pembelaan, dan penjagaan)yaitu tindakan yang
melindungi egonya terhadap kesalahan, kecemasan, dan rasa malu atas
perbuatannya sendiri, sedangkan dalam psikologi disebut appetite, yaitu
hasrat atau keinginan atau hawa nafsu, yang prinsipnya adalah
kenikmatan. Apabila keinginannya tidak terpenuhi maka terjadi
ketegangan. Prinsip kerjanya sama seperti prinsip kerja binatang, baik
binatang buas yang suka menyerang maupun binatang jinak yang
cenderung pada nafsu seksual.
Apabila nafsu tersebut dikuasai oleh cahaya Ilahi, yang muncul
adalah sifat-sifat kebaikan. Akan tetapi jika nafsu itu dikuasai oleh setan,
yang muncul adalah sifat-sifat setaniyah dan ini disebut hati yang sakit.
Hati yang sakit bisa sembuh apabila kembali pada cahaya Ilahi, tetapi akan
lebih sakit apabila dikuasai oleh nafsu setan.

D. Urgensi Pembentukan Kepribadian Muslim Remaja Usia 13-18 Tahun


Melalui Kegiatan Marhabanan
42

Masa remaja adalah masa dimana seorang anak sedang di landa


kegoncangan. masa remaja adalah masa dimana seorang anak mudah terpengaruh
oleh lingkungan. Pada masa ini kepribadian anak harus dibentuk agar menjadi
pribadi Muslim yang baik, yang berbudi luhur dan taat pada aturan Allah swt.
Kepribadian seseorang itu berbeda-beda. Kepribadian banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Apabila lingkungan masyarakat tidak baik, maka seseorang
yang tinggal di lingkungan tersebut juga bisa terbawa tidak baik. Begitupula
sebaliknya. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dapat menjalin
hubungan baik dengan sesama manusia dan dapat menjaga tatanan kehidupan.

Masa remaja adalah masa dimana banyak sekali masalah yang datang
menghampirinya. Masalah yang terjadi pada remaja dewasa ini, banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja itu tinggal. Dalam hal ini agama
memegang peranan yang sangat penting. Agama dapat menentukan kehidupan
remaja terutama dalam menghadapi dan mengatasi berbagai macam persoalan
hidup yang dihadapinya.

Kegiatan marhabanan adalah salah satu cara yang dilakukan untuk


membentuk kepribadian seorang Muslim. Orang yang beragama Islam belum
tentu memiliki berkepribadian yang Muslim. Kepribadian Muslim adalah seperti
digambarkan oleh Al-qur‟an tentang tujuan dikirimkan Rasulullah Muhammad
saw kepada umatnya, yaitu menjadi rahmat bagi sekalian alam.Maka, seseorang
yang telah mengaku Muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai sosok
yang selalu dapat memberi rahmat dan kebahagiaan kepada siapa dan apapun di
lingkunagnnya. Taat dalam menjalankan ajaran agama, tawadhu, suka membantu,
memiliki sifat kasih sayang tidak suka menipu, tidak suka mengambil hak orang
lain, tidak suka mengganggu dan tidak suka menyakiti orang lain.

Kegiatan marhabanan dapat berperan terhadap problem remaja,


penanggulangan kenakalan remaja dan pergaulan bebas, salah satu penyebab
kenakalan remaja adalah kurang terbentuknya kepribadian seorang Muslim.
43

Disamping itu bagi para remaja, agama mempunyai fungsi dan peranan yang
sangat penting, salah satunya yaitu sebagai penenang jiwa. Dapatlah ditegaskan
bahwa kegiatan marhabanan merupakan salah satu kebutuhan bagi remaja, karena
dengan kegiatan marhabanan seorang remaja dapat mengetahui arti dari
kebersamaan, berkumpul membahas tentang keagaam, dan dapat mengetahui
sejarah Nabi serta dapat mengikuti kepribadian Nabi..

Rasulullah adalah manusia luar biasa yang memiliki pribadi sangat baik.
Beliau menjadi suri tauladan bagi umat manusia. Tindak tanduk dan tingkah
lakunya menjadi contoh bagi seluruh umat Muslim. Tetapi, bagaimana kita bisa
mencontoh Nabi Muhammad saw, bila kita tidak mengenalnya. Oleh karena itu
salah satu cara agar kita mengenal sosok sang pembawa zaman jahiliyah ke
zaman terang benderang ini yaitu dengan cara mengikuti kegiatan marhabanan.
Kita dapat mengetahui sejarah Nabi Muhammad secara singkat karena isi dari al-
barzanji itu sendiri yaitu bacaan sholawat dan riwayat/sejarah Nabi secara
singkat. Adapun tujuan mengikuti kegiatan marhabanan yaitu untuk
menumbuhkan rasa kecintaan para remaja kepada Nabi Muhammad saw. Dengan
demikian remaja zaman sekarang dapat mengetahui dan mencontoh pribadi Nabi
Muhammad saw dan dapat memiliki Kepribadian yang baik seperti
NabiMuhammad saw.

Oleh karena itu, penting sekali membentuk kepribadian Muslim pada


seorang remaja. Karena, dengan memiliki pribadi Muslim yang baik, seorang
remaja dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Dan salah satu
cara untuk membentuk kepribadian Muslim adalah dengan melakukan dan
mengerjakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan masyarakat
salah satunya adalah mengikuti kegiatan marhabanan.

Anda mungkin juga menyukai