Anda di halaman 1dari 45

PERKEMBANGAN REMAJA

Remaja: 

Oleh Bambang Rustanto

Mata Kuliah Peksos Untuk Remaja

“Remaja” kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang yang mengatakan bahwa

remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan kelompok manusia yang

lain. Sementara pihak lain menganggap remaja adalah kelompok orang yang identik dengan

perilaku pemberontak, sumber konflik, senang mengikuti mode dan tidak memiliki pemikiran

yang panjang ketika memutuskan untuk berperilaku. Dari beragam persepsi tentang remaja

tersebut, sebetulnya siapakah remaja itu? Berikut ini, akan dijelaskan mengenai pengertian

remaja, aspek-aspek perkembangan remaja, dan tugas perkembangan remaja.

Pengertian Remaja

Remaja (Adolesence) berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolensecentia

yang berarti remaja), yang berarti pula tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja

merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung

antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun),

masa remaja penengahan (14–17) tahun) dan masa remaja akhir (17–19 tahun), Pada masa

remaja banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial, tetapi umumnya

proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan

(http://perkembanganremaja.blogspot.com diakses pada 15 Desember 2012).

Menurut Santrock (2003:26) adolescene  diartikan sebagai masa perkembangan transisi

antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-

emosional. Batasan usia remaja adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja
ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun =

masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.

Periode remaja merupakan sebuah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Disatu sisi, mereka sudah terlepas dari masa kanak-kanak namun belum bisa

dikatagorikan sebagai masa dewasa. Dr. Zakiah Daradjat dalam Willis (2005: 23)

mengungkapkan sebagai berikut :

“Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang
lemah dan kebergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung
jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini
bergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju
masyarakat semakin panjang usia remaja. Karena ia harus mempersiapkan diri untuk
menyesuaikan diri dalam masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya”.
Menurut WHO mendefinisikan remaja kedalam tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis,

dan sosial ekonomi, yang berbunyi:

Remaja adalah suatu masa di mana: (1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
(2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pada identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa. (3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai usia remaja. Pedoman umum batasan

remaja di Indonesia mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah usia 15-24 tahun.

Sarwono (2011:14) mendefinisikan remaja Indonesia adalah mereka yang berusia 11-24

tahun dan belum menikah dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana

pada umumnya tanda-tanda seksual mulai muncul (kriteria fisik). Di masyarakat Indonesia,

usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, baik menurut adat maupun agama, sehingga

masyarakat tidak memperlakukan lagi mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial). Pada usia

tersebut juga, mulai ada tanda-tanda perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri,

tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologi).

Aspek-Aspek Perkembangan Pada Remaja

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah
suatu organisasi pada tingkat integritasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,

pematangan dan belajar (F.J.Monks, dkk dalam Desmita, 2012:190). Aspek-aspek

perkembangan tersebut secara umum akan diuraikan sebagai berikut.

Perubahan fisik

Perkembangan pada remaja ditandai dengan dua ciri (Desmita, 2012:190), yaitu ciri

seks primer dan ciri seks sekunder. Perubahan ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ

tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, sedangkan ciri seks

sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak

sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis,

jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan

suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada

remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada

ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu

di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara

proporsional

Perkembangan kognitif

Masa remaja adalah satu periode kehidupan dimana kapasitas untuk

memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Dalam hal

ini, karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak

mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi

berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi

reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada

belahan atau celah sentral). Prontal lobe berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat

tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan

mengambil keputusan (Mussen, Conger & Kagan dalam Desmita, 2012:194)


Ditinjau dari perspektif teori Piaget, maka pemikiran masa remaja telah

memasuki tahap pemikiran operasional formal. Remaja sudah dapat berpikir

secara abstrak, hipotetis, sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah

daripada berpikir konkret. Lima hal pokok yang berkaitan dengan

perkembangan berpikir operasional formal remaja dikemukakan oleh Keating

(Yusuf, 2005: 195) yaitu sebagai berikut: Pertama cara berpikir remaja berlainan dengan cara

berpikir anak-anak, yang tekanannya kepada kesadarannya sendiri di sini dan sekarang (here

and now),cara berpikir remaja berkaitan erat dengan dua kemungkinan (word of possibilities),

remaja sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi dan dapat membedakan antara yang

nyata dan konkret dengan yang abstrak dan mungkin. Kedua melalui kemampuannya untuk

menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah. Ketiga remaja dapat memikirkan

tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai

kemungkinan untuk mencapainya.Keempat remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan

mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien atau tidak efisien, serta menghabiskan

waktunya untuk mempertimbangkan pengaturan kognitif internal tentang bagaimana dan apa

yang haru dipikirkan. Dengan demikian, introspeksi menjadi bagian kehidupan remaja sehari-

hari. Kelima berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan

ekspansi berpikir. Horizon berpikirnya semakin meluas, bisa meliputi aspek agama, keadilan,

moralitas, dan identitas.

Perkembangan berpikir remaja dapat termanifestasi pada pengambilan

keputusan. Peningkatan kemampuan dalam mengambil keputusan terjadi pada

masa remaja. Remaja mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan,

sekolah lanjutan, keputusan mengikuti ekstrakurikuler, keputusan berteman

dengan siapa saja, dan sebagainya. Pada masa ini, remaja perlu memiliki lebih

banyak peluang untuk mempraktikan dan mendiskusikan pengambilan keputusan


yang realistis dan positif. Daniel Keating (Desmita, 2012:199) mengungkapkan

kalau keputusan yang diambil remaja tidak disukai, maka remaja perlu diberikan

suatu pilihan yang lebih baik untuk dipilih.

Perkembangan sosial

Hal-hal yang berkaitan dengan penyesuaian sosial merupakan salah satu

tugas perkembangan pada masa remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya merupakan salah

satu karakteristik perkembangan sosial di masa remaja. Pengaruh teman sebaya lebih

berpengaruh bagi remaja dibandingkan dengan pengaruh keluarga pada sikap, pembicaraan,

minat, penampilan, dan perilaku.

Pada masa ini berkembang juga sikap konformitas. Yusuf (2005: 198)

mendefinisikan konformitas sebagai kecenderungan untuk menyerah atau

mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain

(teman sebaya). Sikap konformitas ini dapat berdampak baik dan buruk bagi

remaja bergantung pada nilai, opini, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan yang

diikutinya.

Perkembangan kognisi sosial merupakan salah satu ciri penting dari

karakteristik perkembangan remaja. Dacey & Kenny (Desmita, 2012:205)

mendefinisikan kognisi sosial sebagai kemampuan untuk berpikir secara kritis

mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan

usia dan pengalaman serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan

bagaimana melakukan interaksi.

Desmita (2012:205) mengungkapkan salah satu bagian penting dari

perubahan perkembangan aspek kognisi sosial remaja adalah egosentrisme

remaja. Egosentrisme yang dimaksud yaitu kecenderungan remaja untuk

menerima dunia dari perspektif remaja itu sendiri.


Perkembangan kepribadian

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan

integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya

perubahan-perubahan kepribadian pada masa remaja, meliputi (a) perolehan

pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa; (b) kematangan seksual yang

disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru; (c) kesadaran terhadap diri

sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi kembali tentang

standar (norma), tujuan, dan cita-cita; (d) kebutuhan akan persahabatan yang

bersifat heteroseksual, berteman dengan pria atau wanita; dan (e) munculnya

konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa

(Yusuf, 2005: 201).

Perkembangan identitas diri merupakan aspek penting dalam masa remaja.

Menurut Desmita (2012:211) dalam konteks psikologi perkembangan,

pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian

yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Menurut James Marcia dan

Waterman (Yusuf, 2005: 201) identitas diri merujuk kepada pengorganisasian

atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke

dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih

dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan

filsafat hidup. Terdapat empat alternatif bagi remaja dalam menguji diri dan

pilihan-pilihannya, yaitu sebagai berikut: (1) Identity achievement, yang berarti setelah

remaja memahami pilihan yang realistik, maka remaja harus membuat pilihan dan

berperilaku sesuai dengan pilihan yang diambil; (2) Identity foreclosure, yang berarti

menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkan pilihan-pilihan;


(3) Identity diffusion, yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam

hidup ; (4) Moratorium, yang menurut Erikson berarti penundaan dalam komitmen remaja

terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi atau okupasi. Marcia memperluas pengertiannya yaitu

meliputi usaha-usaha yang aktif remaja untuk menghadapi krisis pembentukan identitas diri.

Tugas – Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (dalam Panut, 2005:23) menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan

remaja yaitu : (1) menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif; (2)

menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita; (3) menginginkan dan mencapai

perilaku sosial yang bertanggung jawab sosial; (4) mencapai kemandirian emosional dari orang

tua dan orang dewasa lainnya; (5) belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-

anak laki-laki;

(6) perkembangan skala nilai; (7) secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih

adekuat; (8)persiapan mandiri secara ekonomi; (9)pemilihan dan latihan jabatan; (10)

mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Pada masa

peralihan ini, seorang remaja mengalami banyak perubahan, baik perubahan dari segi fisik,

psikis maupun sosial. Secara sosial, remaja dihadapkan dengan problem yang berkaitan

dengan interaksi terhadap orang lain maupun terhadap lingkungan, remaja juga dituntut untuk

mampu memilah mana yang akan diikuti dan mana yang tidak. Hal ini berpotensi

menimbulkan permasalahan dalam perkembangan remaja itu sendiri, untuk itu agar tugas

perkembangan sosial remaja berjalan dengan baik, remaja membutuhkan kepercayaan diri.

Kepercayaan diri dapat membantu remaja dalam mewujudkan potensi diri secara

mandiri.
Aspek-aspek perkembangan remaja

Nama : Edwin Munip


Nim : 2011611059
Fakultas : Psikologi
Mata Kuliah : Psi Perkembangan 2 
Dosen : Devi Sani, M.Psi., Psi.
1. Aspek-aspek perkembangan remaja
a.       Aspek perkembangan fisik
Perubahan fisik pada perempuan :
  Terjadi pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi
panjang).
  Terjadi pertumbuhan payudara.
  Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di tangan dan kaki.
  Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya.
  Bulu kemaluan menjadi keriting.
  Terjadi peristiwa masturbasi/haid.
  Tumbuh bulu-bulu pada ketiak
Perubahan fisik pada laki-laki :
  Terjadinya pertumbuhan tulang-tulang.
  Testis (buah pelir) membesar.
  Tumbuh bulu berwarna gelap pada kemaluan.
  Terjadi awal perubahan nada suara.
  Mengalami ejakulasi (keluarna air mani).
  Bulu kemaluan menjadi keriting.
  Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat yang maksimal setiap tahunnya.
  Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jambang, dan jenggot).
  Tumbuh bulu di ketiak.
    Terjadi akhir perubahan suara.
  Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap.
  Tumbuh bulu di dada dan kaki.
b.      Aspek perkembangan kognitif
  Mampu melakukan abstraksi.
  Mampu memaknai arti kiasan dan simbolik.
  Mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis.
  Mampu berfikir abstrak, logis, dan rasional.
  Mampu berfikir dengan fleksibel dan kompleks.
  Mampu mengintropeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
  Informasi yang di dapat tidak langsung di terima begitu saja kedalam skema kognitif
mereka.
  Mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting.
  Mampu memikirkan tentang masa depan dengan pemecahan dan mengeksplorasi
berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
  Berfikir operasi formal yang memungkinkan terbukanya topik-topik baru, dan ekspresi
(perluasan) berpikir. Horizon berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi aspek agama,
keadilan, moralitas, dan identitas.
c.      Aspek perkembangan sosial
  Menjalin hubungan baik dengan para anggota keluarga (orang tua dan saudara).
  Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga.
  Berusaha membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun kelompok dalam
mencapai tujuan.
  Adanya kesadaran akan kesunyian sehingga menyebabkan remaja berusaha mencari
pergaulan.
  Meningkatnya kemampuan penyesuain diri dengan lingkungan.
  Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah/kampus.
  Berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah/kampus.
  Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah/kampus.
  Bersikap hormat dapa guru, pemimpin, dan staf yang ada di sekolah/kampus.
  Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain.
  Bersifat simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain.
  Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
  Dapat menerima dan member kritikan.
  Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis.
  Sadar akan dirinya tentang bagaimana pandangan lawan jenis mengenai dirinya.
  Mulai tampak kecendrungan untuk memilih karier tertentu.
  Memiliki kecendrungan menyerah/mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan,
kegemaran (hobby), atau keinginan orang lain.
  Cendrung melepaskan diri dari orang tua dan lebih senang bergabung dengan teman
sebaya.

d.       Aspek perkembangan emosi


a.       Remaja awal
         Mempunyai kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan respons mereka biasanya
berlebihan.
         Cendrung mudah tersinggung, mudah merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
         Terkadang cendrung menyendiri, sehingga merasa terasing
         Sulit mengontrol diri.
         Cendrung cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia
sekitar.
b.      Remaja akhir
         Mulai meragukan apa yang disebut baik atau buruk.
         Sering ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap paling benar.
         Mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa.
         Mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, prilaku yang semakin dewasa.
         Emosi mulai stabil.
         Tidak mudah tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis, dan dapat menghadapi
situasi frustasi secara wajar.
Sumber : http://randinidini.blogspot.com/2013/01/blog-post.html
2. Aspek-aspek perkembangan dewasa muda
a.       Aspek perkembangan fisik
a) Kekuatan dan Energi
  Membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua.
  Memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila
asyik dengan pekerjaannya.
b) Ketekunan
  mencapai kemapanan ekonomis (economically established), seseorang harus memiliki
kemauan kerja keras yang disertai ketekunan.
  umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerja-annya dengan baik,
Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan.
  sulimya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi kegagalan.
c) Motivasi

  dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan
dalam suatu pekerjaan.
  merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa
dipengarahi lingkungan eksternal.
  bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa
putus asa walaupuri memperoleh hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal.
b.      Aspek perkembangan kognitif
  keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama
mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi).
  berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya.
  telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang.
  mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya
inisiatif dan kreatifya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
  Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri
perkembangan kognitif masa post-formal berikut :

1. Shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts reasoning)


dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan
pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskanymenjabarkan hal-hal abstrak
(konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini
akan dikenal dengan ungkap-an seperti, “This might work on paper but not in real life”. 
2. Multiple causality, multiple solutions,mampu memahami suatu masalah bukan
disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat
menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi
(divergent thinking). Tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja.
Masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work, we can try my
way”. 
3. Pragmatism. Orang yang berpikir postformal biasanya bersikap pragmatis, artinya ia
mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu
masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada tahap ini
harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Individu dapat menghargai pilihan
solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung
cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you
want the most practical solution, do this. If you want the quickest solution, do that”. 
4. Awareness of paradox. Memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa
hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna
menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian
suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari
masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi
dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya
akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau
sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan
bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu
konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal
ungkapan, “Doing this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the
end”

c.      Aspek perkembangan sosial


  mempersiapkan diri menuju kehidupan bersama melalui pernikahan dan hidup
berkeluarga.
d.       Aspek perkembangan emosi
  Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
  Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.Dewasa akan membina
hubungan rapat atau sebaliknya merasa terasing jika tidak mahir membina hubungan
Sumber :
  http://www.psychologymania.com/2011/09/periodesisasi-perkembangan-masa
dewasa.html
  http://es.slideshare.net/swirawan/tugas-perkembangan-ii-emosi-dewasa-awal
3. Aspek-aspek perkembangan dewasa pertengahan
a.       Aspek perkembangan fisik
a.       Rusaknya fungsi organ seksual
Setelah usia 50 tahun,  terjadi penurunan berangsur-angsur pada aktivitas gonad, walaupun
pada usia 70 tahun dan 80 tahun pria masih bisa membuahi istrinya.
b.      Nafsu seksual menurun
Menurunnya fungsi organ seksual akibat dari rusaknya fungsi gonad dan sebagian
disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis, misalnya hubungan perkawian atau
pkerjaan yang tidak serasi, kekhawatiran tentang masalah ekonomi atau rumah tangga.
c.       Penampilan kelelakian menurun
Dengan menurunnya aktivitas gonad, pria kehilangan ciri kelelakiannya dan menampilkan
beberapa ciri yag bersifat kewanitaan, misalnya intonasi suara menjadi lebih tinggi, rambut di
kepala dan di tubuh berkurang, tubuh  menjadi lebih gemuk sedikit, terutama pada paha dan
perut.
d.      Gelisah akan kepriaannya
Laki-laki yang penampilan dan tingkah lakunya kurang maskulin akan lebih
memperhatikan kejantanannya. Keadaan ini sering mengarah keinpoten.
e.       Ketidaknyamanan fisik
Banyak pria usia madya mengeluh karena depresi, gelisah, lekas marah, sensasi yang
sungguh menggelikan, kepala pusing, insomnia, gangguan pencernaan, ketegangan, rasa tidak
menentu secara tiba-tiba letih dan masih banyak penyakit kecil-kecilan. Beberapa kondisi ini
memang nyata namun beberapa lainnya hanyalah khayalan.   
f.       Menurunnya Kekuatan dan daya tahan tubuh
Kesehatan yang buruk dan sebagian lagi dari difesiensi gonad. karena nilai sosial yang
tinggi yang ditaruh pad daya tahan tubuh dan kesehatan, pria pada umumnya merasa bahwa
mereka telah kehilangan keperkasaan apabila kesehatan dan daya tahan tubuhnya mulai
menurun.

b.      Aspek perkembangan kognitif


  Perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa.
  kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis dan nilai.
c.      Aspek perkembangan sosioemosional
Bahaya personal usia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru.
Dari itu semua, ada enam macam yang dianggap umum dan serius.
1)      Diterimanya kepercayaan tradisional
Diterimanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh
yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjad seiring dengna
bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami menopause misalnya, seiring disebut sebagai
“masa krisis” (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak
menentu, seperti dikatakan oleh parker.
2)      Idealisasi anak muda
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang
pengelompokan usia dalam pola perilaku umum. Seorang pria mungkin akan menolak untuk
patuh mengikuti rese dokter tentang diet atau akaa menolak untuk membatasi kegiatan
walaupun dengan alasan dengan kesehatan.. Sikap pemberontak seperti itu berasal dari
pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka
menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi
lebih tua. Kondisi yang seperti ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa
atau lebih serius.

3)      Perubahan peran


Merubah peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah
memainkan peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar
memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan
kekakuan sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit.
4)      Perubahan keinginan dan minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada masa usia madya timbul karena ia
mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan
tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tigkat kesehatan fisik. Apabila hal ini tidak
dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara
memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada
waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang
begitu banyak.
5)      Simbol status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol status, yang dianggap
sebagai ciri-ciri umum, yang dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial, apabila
keluarga tidak berusaha untuk mencapai atau memiliki symbol yang diinginkan. Dalam kasus
seperti ini, ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat membutuhkan
simbol tersebut.
1)      akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyedakan cukup uang
untuk memperoleh status tersebut.
2)      akan bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang.
3)      berbuat sesuatu dengan bekerja misalnya agar mempunyai cukup uang demi
mencukupi kebutuhannya.
Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seseorang untuk
memperoleh simbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulakn percekcokan dengan
keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan banyak pria menjawab dan
bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh.  
6)      Aspirasi yang tidak realistis
Mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai menghadapi
masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan sosial, apabila kelak ia menyadari
bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Sikap merupakan faktor bawaan sejak masa
remaja. Bahaya ini merupakan efek langsung bagi pria, sedang wanita merupakan efek tidak
langsung apabila suaminya atau tidak mampu untuk mencapai cit-cita yang diinginkan.
7)      Perubahan kepribadian
Hilangnya keperkasaan menyebabkan sejumlah orang usia madya berperilaku hampir
sama dengan orang berusia muda yang sedang menunjukkan kejantanannya, dimana ia masih
mempunyai istri namun terlibat juga dalam urusan cinta dengan perempuan lain.
Sumber : http://hijricahayailmu.blogspot.com/2010/12/ilmu-pskologi.html
3. Pengertian dan tanda-tanda penyakit Alzheimer pada dewasa akhir
Penyakit alzheimer adalah penyakit yang termasuk dalam penyakit demensia. Penyakit
ini biasanya diderita oleh orang-orang dengan usia lanjut. Demensia adalah gangguan pada
otak yang mempengaruhi memori seseorang dan keterampilan penalaran. Orang yang
menderita penyakit demensia biasanya akan kesulitan dalam mengingat, berbicara dengan
jelas, dan berpikir dengan baik. Penyakit Alzheimer ini tidak menular, biasanya diderita oleh
orang yang berusia lanjut, dan jarang sekali diderita oleh orang yang berusia muda.
Penyakit ini dinamakan Penyakit Alzheimer karena seorang dokter yang bernama Alois
Alzheimer melihat ada perubahan dalam jaringan otak seseorang yang telah meninggal dunia
karena penyakit mental.
Gejala-gejala (tanda-tanda) penyakit alzheimer lainnya, sebagai berikut :
•      Kebingungan, orang yang menderita penyakit alzheimer akan selalu merasa
kebingungan dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.
•      Sulit melakukan kegiatan sehari-hari misalnya makan, mandi, dan lainnya.
•      Orang yang menderita alzheimer akan mudah marah, Perubahan emosi yang sangat
signifikan terjadi pada orang yang menderita alzheimer.
•      Sulit berbicara dengan jelas
•      Sulit mengingat hal-hal baru dan yang telah dia lakukan.
•      Sulit mengingat orang-orang disekitarnya.
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA
Istilah adolescence (remaja) berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya
adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.
Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

a. Ciri-ciri masa remaja, adalah:


1)       Masa remaja sebagai periode yang penting
Dikatakan periode yang penting karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku,
serta akibat-akibat jangka panjang, serta akibat fisik dan psikologis. Hal ini disebabkan
perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental,
terutama pada masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2)       Masa remaja sebagai periode peralihan
Dimaksudkan sebagai sebuah perilaku dari satu tahap perkembangan ke tahap beikutnya, dan
apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan
yang akan datang. Seperti yang dikatakan Osterrieth (dalam Hurlock, 1999) bahwa struktur
psikis remaja berasal dari masa kanak-kanak dan banyak ciri yang umumnya dianggap
sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kank-kanak. Pada masa ini remaja
bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Jadi jangan sampai kekanak-kanakan
dan jangan berperilaku seperti orang dewasa.
3)       Masa remaja sebagai masa perubahan
Selama masa remaja perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat sering dengan
perubahan fisik yang terjadi. Ada lima perubahan yang bersifat universal, yaitu (1)
meningginya emosi, kemudian perubahan (2) tubuh, (3) minat, dan peran yang diharapkan
kelompok sosial (4) minat dan pola perilaku berubah maka nilai-nilai juga berubah dan apa
yang dianggap penting pada masa anak sekarang tidak lagi, (5) sebagian besar remaja
bersikap ambivalen terhadap setiap prubahan. Mereka menginginkan dan menuntut
kebebasan tetapi takut bertanggung jawab karena ragu terhadap kemampuannya.
4)       Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode memiliki masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering
menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh pria maupun wanita. Hal ini disebabkan (1)
sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak sering diselesaikan oleh orang tua atau guru,
sehingga kebanyakan tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. (2) karena remaja
merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak
bantuan orang tua atau guru.
5)       Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Erikson menyatakan bahwa identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan
siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau orang dewasa,
apakah ia mampu percaya diri, sekalipun latar belakang ras, agama maupun nasionalnya.
Pencarian identitas ini menurut Erikson mempengaruhi perilaku remaja, dan salah satu cara
untuk menguatkan identitasnya ini, biasanya menggunakan simbol status dalam bentuk
motor, mobil, pakaian, dan pemilihan barang-barang lain yang mudah terlihat, dengan kata
lain untuk menarik perhatian.
6)       Masa remaja sebagai usia yang mudah menimbulkan ketakutan
Ketakutan ini berkaitan dengan stereotype budaya masyarakat yang beranggapan bahwa
remaja adalah kelompk yang tidak dapat dipercaya, cenderung merusak dan cenderung
maunya sendiri, dan sulit diatur sehingga perlu pengawasan ekstra dari orang dewasa.
Stereotype ini juga mempengaruhi konsep diri dan sikapnya terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya.
7)       Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan
bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita yang tidak realistis. Tidak hanya bagi
dirinya sendiri tetapi juga keluarga dan teman-temannya. Hal ini menyebabkan meningginya
emosi dan kecewa jika orang lain mengecewakannya serta jika tidak berhasil mencapai tujuan
yang ditetapkannya sendiri.
8)       Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa,
yaitu merokok, minum, psikotropika, dan seks karena berpakaian serta bertindak seperti
orang dewasa dianggapnya belum cukup.

b. Tugas Perkembangan Masa Remaja


Semua tugas perkembangan remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap-sikap pola
perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk mengahadapi masa
dewasa.

c. Keadaan Emosi dan Penyesuaian Diri Selama Masa Remaja


Pematangan emosi, secara tradisional remaja dianggap periode “badai dan tekanan”,
suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Hal ini disebabkan karena berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru selama masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-
keadaan tersebut. Ketidakstabilan emosi juga disebabkan karena dampak dari usaha
penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Misalnya masalah
percintaan. Pola emosi pada masa remaja menurut Gesell dkk (dalam Hurlock, 1999) pada
masa usia 14 tahun emosinya seringkali mudah marah, mudah dirangsang, dan cenderung
meledak, tidak berusaha mengendalikan perasaannya dan pola pengungkapan amarahnya
biasanya dengan menggerutu, tidak mau bicara, dengan suara keras mengkritik orang yang
menyebabkan marah, apalagi jika ia diperlakukannya seperti anak kecil atau perlakuan tidak
adil. Kematangan emosi pada remaja: jika pada akhir masa remaja sudah tidak meledakkan
emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat yang tepat dengan cara-cara yang
lebih tepat dan dapat diterima.
Untuk mencapai kematangan emosi remaja harus belajar memperoleh gambaran
tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Caranya: Membicarakan
berbagai masalah pribadinya dengan orang lain, karena keterbukaan perasaan tentang
masalah pribadi berkaitan dengan rasa aman dalam hubungan sosial. Belajar menggunakan
katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya, caranya latihan fisik yang berat, bermain atau
bekerja, tertawa atau menangis.
Penyesuaian diri, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan
meningkatnya pengaruh kelompok sebaya. Perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan
sosial baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, dalam dukungan dan penolakan sosial
serta dalam seleksi pemimpin. Hurlock dan Beninoff menjelaskan pengaruh kelompok
sebaya. Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang menyiapkan panggung
dimana ia dapat menguji dirinya sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia
merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya. Di sinilah ia dinilai oleh orang lain yang
sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat melaksanakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang
justru ingin dihindarinya. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda
dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-
nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya. Di dalam
masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi
dan di situ pulalah ia dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai
pemimpin apabila ia mampu melakukannya. Maka dari itu, kelompok sebaya merupakan
hiburan utama bagi anak belasan tahun.

d. Perubahan dalam Perilaku Sosial


Perubahan sikap dan perilaku sosial yang paling menonjol adalah hubungan
heteroseksual. Perubahan singkat yang radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis menjadi
lebih menyukai teman dari lawan jenis. Kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai
kegiatan sosial maka akan meningkatkan wawasan sosial dan semakin banyak partisipasi
sosial maka akan semakin besar kompetensi sosial remaja. Misalnya dalam melakukan
pembicaraan, olah raga, dan permainan yang populer, sehingga meningkatkan kepercayaan
diri remaja.

e. Perubahan Moral
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja dalam
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dan kemudian mau membentuk perilaku
agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus berkembang, diawasi, didorong, dan diancam
hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep moral
yang berlaku khusus di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan
merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi
perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya
sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.

f. Minat Seks dan Perilaku Seksual


Untuk menguasai tugas perkembangan yang penting dalam pembentukan hubungan-
hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis, dan dalam memainkan peran yang
tepat dengan seksnya. Remaja harus memperoleh konsep yang dimiliki ketika masih kanak-
kanak. Dorongan untuk melakukan hal ini datang dari tekanan-tekanan sosial tetapi terutama
dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks. Jadi tugas perkembangan
yang pertama berhubungan dengan seks yang harus dikuasai adalah pembentukan hubungan
baru dan lebih matang dengan lawan jenis. Remaja yang fungsi seksualnya sudah mulai
matang diharapkan dapat mengembangkan minat terhadap lawan jenis serta melibatkan
kegiatan yang memenuhi unsur lawan jenis.
Meningkatnya minat pada seks ini menyebabkan remaja selalu berusaha mencari lebih
banyak informasi mengenai seks. Sumber informasi biasanya sedikit dari orang tua. Remaja
mencari lewat sekolah, teman, buku, atau mengadakan percobaan dengan masturbasi dll.

g. Perubahan Kepribadian
Pada awal masa remaja, mereka sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan buruk dan
mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Remaja juga sadar
akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh sebab itu mereka
terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka, misalnya dengan membaca buku atau
tulisan-tulisan tentang hal ini.
Banyak kondisi dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian
melalui pengaruhnya pada konsep diri. Hal ini ada kaitannya dengan perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama masa remaja.

h. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja.


1)       Usia kematangan, remaja yang lebih awal matang diperlakukan seperti orang yang hampir
dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan, sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan baik.
2)       Penampilan diri, penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri,
meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik.
3)       Kepatutan seks, dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai
konsep diri yang baik.
4)       Nama dan julukan, remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai
namanya buruk.
5)       Teman-teman sebaya, (1) konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang
konsep teman-teman tentang dirinya, (2) ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan
ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok.
6)       Kreativitas, remaja yang sejak anak-anak didorong kreatif dalam bermain dan tugas
akademis, akan memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya.
7)       Cita-cita, jika remaja memiliki cita-cita yang tidak realistis akan menimbulkan kegagalan
karena akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi bertahan dengan menyalahkan
orang lain.

i. Bahaya Psikologis Masa Remaja


Bahaya psikologis masa remaja yang pokok berkisar di sekitar kegagalan
menjalankan peralihan psikologis ke arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan
masa remaja yang penting. Kegagalan remaja menjalankan peralihan ini disebabkan oleh
usahanya untuk mencapai perilaku yang matang. Hambatan-hambatan umum yang dihadapi
remaja dalam usaha menjalankan peralihan psikologi ke arah kematangan:
1)       Dasar yang buruk, remaja yang tidak membentuk dasar yang baik ketika anak-anak sulit
menguasai tugas perkembangan masa remaja.
2)       Terlambat matang, remaja yang terlambat matang tidak memiliki cukup waktu menguasai
tugas-tugas perkembangan.
3)       Terlampau lama diperlakukan seperti anak-anak, sehingga remaja mengembangkan
perasaan kurang mampu untuk memikul hak, dan tanggung jawab sejalan dengan
kedewasaannya.
4)       Perubahan peran, remaja bekerja atau putus sekolah terpaksa menjalankan peran dewasa
lebih awal dari usia sebaya.
5)       Ketergantungan yang terlampau lama, seperti jika remaja melanjutkan pendidikan sampai
awal masa dewasa, merupakan rintangan dalam membuat peralihan ke masa dewasa.
1. Perilaku sosial, perilaku sosial yang tidak matang Biasanya ditunjukkan dalam perilaku
lebih memiliki pola pengelompokan yang ke kanak-kanakan dan kegiatan sosial dengan
teman-teman sebagai sesama jenis dan kurang dukungan kelompok sebaya, yang
memperkecil kesempatan remaja untuk mempelajari pola perilaku sosial yang lebih matang.
Tanda ketidakmatangan perilaku sosial lainnya adalah deskriminasi terhadap orang dengan
latar belakang ras, agama atau sosial ekonomi yang berbeda. Serta usaha-usaha untuk
menarik perhatian dengan mengenakan pakaian yang mencolok menggunakan bahasa yang
tidak lazim, sombong, membual, dan menertawakan orang lain.
2. Perilaku seksual, ketidakmatangan perilaku seksual sangat jelas kelihatan. Hal ini
disebabkan karena penyesuaian diri sikap bermusuhan dengan lawan jenis yang merupakan
ciri dari akhir masa kanak-kanak menjadi sikap menaruh minat dan mengembangkan kasih
sayang pada mereka adalah penyesuaian yang radikal. Remaja tidak kencan karena kurang
menarik bagi lawan jenis atau masih meneruskan ketidaksukaan pada lawan jenis dianggap
tidak matang oleh teman sebaya. Menolak peran seks yang diakui, terus menerus memikirkan
masalah seks, kehamilan sebelum menikah dan pernikahan sebelum dapat mencari nafkah
dianggap sebagai tanda-tanda ketidakmatangan.
3. Perilaku moral, pelanggaran terhadap aturan-aturan dan hukum, dan pelanggaran-
pelanggaran norma masyarakat adalah tanda-tanda ketidakmatangan perilaku moral, seperti
kenakalan remaja, dan sikap dan anti sosial.
4. Hubungan keluarga, ketidakmatangan dalam keluarga sering ditunjukkan oleh adanya
pertengkaran dengan anggota, kemudian hal ini akan meluas dengan mengembangkan
hubungan yang buruk dengan orang di luar rumah.
5. Akibat ketidakmatangan, remaja yang mengetahui bahwa sikap dan perilakunya
dianggap tidak matang oleh kelompok sosial dan menyadari bahwa orang lain
memandangnya tidak mampu menjalankan peran dewasa yang baik, akan mengembangkan
sikap dan perilaku yang rendah diri. Yang pada akhirnya cenderung menganggap dirinya
sendiri tidak berharga dan merenung atau bahkan mencoba bunuh diri.

j. Tanda-tanda remaja tidak mampu menyesuaikan diri


1.        Tidak bertanggung jawab (mengabaikan pelajaran untuk bersenang-senang).
2.        Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
3.        Perasaan tidak aman (sehingga patuh pada standar-standar kelompok)
4.        Merasa ingin pulang bahwa jauh dari lingkungan yang dikenal
5.        Perasaan menyerah.
6.        Sering menghayal untuk menyambangi ketidakpuasan dalam kehidupan sehari-hari.
7.        Mundur ke tingkat perilaku sebelumnya agar disenangi diperhatikan.
8.        Menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal dll.
LATAR BELAKANG

Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold
Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam
perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak
sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time.

Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja :

* Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang
mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa
kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan
dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.

* Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap
segala sesuatu yang dialami individu.

* G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).

Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-
13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini
terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian
yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).

Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun
psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si remaja. pabila tidak
disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat
menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang disampaikan di atas, maka permasalahn yang muncul.

1. Bagaimana perkembangan bahasa pada remaja?

2. Bagaimana karakteristik bahasa yang digunakan?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan, maka dapat
ditarik sebuah kesimpulan mengenai tujuan penulisan makalah sebagai berikut.

1. Mengetahui perkembangan bahasa pada remaja.

2. Mengetahui karakteristik bahasa yang digunakan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN REMAJA

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to
grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi
tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak
memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit
melalui pengertian masa remaja (adolescence).

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja
awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).
Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu
telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara
kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa
pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan
proses pembentukan orientasi masa depan.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa


kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai
(Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis
misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara
lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan
kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia &
Olds, 2001).

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara
konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia
terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan
Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3)
perkembangan kepribadian dan sosial.

2.2 ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA

1. Perkembangan Fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,


otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada
tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh
kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya
adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak
langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu
membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja
juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa
yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,


menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa
pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan
remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai
tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

3. Perkembangan kepribadian dan sosial

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu


berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan
sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri.
Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik
dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang
remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak
memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit
melalui pengertian masa remaja (adolescence).

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga
20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13
hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa
remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah
mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak
dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa
remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan
orientasi masa depan.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak
masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990).
Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi
badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang
ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara
konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia
terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan
Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3)
perkembangan kepribadian dan sosial.

Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja

Perkembangan fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh
kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya
adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia
karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara
aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung
diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan
antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang
dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,


menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa
pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan
remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai
tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara
abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan
fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi
konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini
memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu
situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat
memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang
akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka
sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif
yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir
lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock,
2001).

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam
Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan
melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam
Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk
cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.

Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita
sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak
berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi
keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat,
yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya.
Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai
berikut :

“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh
hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh
remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya
seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual
yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal
dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang
[drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap
bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.

Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan
bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan
kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja
(Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang
memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang
dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun
orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya
derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability.
Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan
mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa
adalah sama.

Perkembangan kepribadian dan sosial

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu


berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan
sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri.
Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik
dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding
orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja
lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan
bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa
remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.
Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk
menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang
remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993;
Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi
dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber
informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa
yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat
baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa
remaja.

1.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan
hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam
kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa
kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan
mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal
seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal
yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Tugas perkembangan remaja


Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :

 memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
 memperoleh peranan sosial
 menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
 memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
 mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
 memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
 mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
 membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama
remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5
dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang
unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds
& Feldman, 2001).

Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa
perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya
menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran,
sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

Beberapa isu perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan, konsumsi,
keluarga

Sumber Pustaka

Aaro, L.E. (1997). Adolescent lifestyle. Dalam A. Baum, S. Newman J. Weinman, R. West
and C. McManus (Eds). Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine (65-67).
Cambridge University Press, Cambridge.

Beyth-Marom, R., Austin, L., Fischhoff, B., Palmgren, C., & Jacobs-Quadrel, M. (1993).
Perceived consequences of risky behaviors: Adults and adolescents. Journal of
Developmental Psychology, 29(3), 549-563

Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins

Deaux, K.,F.C,and Wrightman,L.S. (1993). Social psychology in the ‘90s (6th ed.).
California : Brooks / Cole Publishing Company.

Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-
Hill.

Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan : Pengantar


dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada University Press.

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.).
Boston: McGraw-Hill

Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston: Ally
& Bacon

Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill.

Rekomendasi referensi

Rice, F.P. 2010. The Adolescent: Development, Relationships, and Culture (13th Edition)

Santrock, J.W. 2009. Adolescence (ed. 13)

- See more at: http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/tumbuh-kembang-mainmenu-29/


remaja-mainmenu-75#sthash.vN7ZFFYG.dpuf

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan
masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap
perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus
dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika
berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil
dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan
psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut.
Dalam makalah yang kami buat ini kami membahas tentang karatteristik
perkembangan peserta didik pada masa remaja dilihat dari aspek perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan social dan masih banyak lagi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan remaja?
2.      Apa saja karakteristik perkembangan pada masa remaja?

BAB II
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MASA
REMAJA

A.   Makna Remaja


Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut,
istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik (Hurlock,1991). Pandangan tersebut didukung oleh Piaget (Hurlock,1991)
yang menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu usia di mana anak tidak
merasa berada di bawah tingkat yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak
sejajar.1[1]
Selain itu, remaja memiliki keunikan-keunikan yang terletak pada individu-
individunya. Tampak jelas bahwa para remaja dari keluarga sama memperlihatkan
perbedaan-perbedaan dalam besar badan, intelegensi, minat dan sifat sosial. Para remaja dari
kelas sosial yang satu berbeda dengan para remaja dari kelas yang lain dalam sikap dan cita-

1[1] Sitti Hartinah,”pengembangan peserta didik”,Bandung:PT Refika Aditama,2008,hlm.57-58


citanya. Pendeknya, beberapa keunikan para remaja terletak dalam individualitasnya, bukan
pada masa remajanya.
Adapun ciri-ciri atau karakteriskik remaja antara lain :2[2]
         Perkembangan seksual

         Emosi yang meluap-luap

         Mulai tertarik kepada lawan jenis

         Kegelisahan

         Pertentangan

         Aktifitas kelompok

         Keinginan mencoba segala sesuatu

B.Karakteristik  Perkembangan Pada Remaja3[3]


a.       Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu
dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama terjadi pada fase prenatal
dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara
proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar,
karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal yang
paling jelas terlihat pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh
individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.

Dalam perkembangan seksualitas remaja ,ditandai dengan dua ciri yaitu sebagai berikut:

a)            Ciri-ciri seks primer


  Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis. Setelah testis mulai
tumbuh dan penis menjadi panjang ,pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar.
Matangnya organ-organ seks tersebut ,memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun )
mengalami “mimpi basah”.
  Pada remaja wanita kematangan organ seksualnya ditandai dengan tumbuhnya rahim ,vagina
dan ovarium(indung telur). Ovarium menghasilkan telur dan mengeluarkan hormon-hormon

2[2] Zulkifli L,”Psikologi Perkembangan”,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006,hlm.65-66

3[3] Syamsu Yusuf  LN,” Psikologi Perkembagan Anak & Remaja”,hlm.193-209


yang dikeluarkan untuk kehamilan ,menstruasi. Pada masa ini sekitar usia 11-15 tahun remaja
wanita mengalami menstruasi pertama.
b)            Ciri-ciri seks sekund
  Wanita     :Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak , bertambah besar buah
dada , bertambah besarnya pinggul.
  Pria           :Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi perubahan suara,
tumbuh kumis , tumbuh jakun.
b.      Perkembangan kognitif (intelektual)

Pada usia 12-20 tahun proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia
16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi
lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini
berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual
remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun  walaupun secara intelektual remaja tersebut
berbakat namun belum bijaksana.

c.       Perkembangan emosi

Pada masa remaja merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang
tinggi. Pertumbuhan fisik serta organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya
emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan
cinta ,rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada remaja
awal perkembangan emosinya menunjukan sifat sensitive dan reaktif terhadap peristiwa atau
situasi sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedang remaja akhir sudah bias
mengendalikan emosinya.

d.      Perkembangan Sosial

Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk


memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik ,baik
menyangkut sifat-sifat pribadi minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya ,
mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya,
baik melalui persahabatan maupun percintaan. Dalam hubungan persahabatan , remaja
memilih teman yang memiliki kualitas psikologisnya relative sama dengan dirinya, baik
menyangkut interes, sikap, nilai maupun kepribadian. Pada masa ini juga remaja cenderung
mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, hobby dan juga keinginan orang lain.
e.       Perkembangan Moral

Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik oleh
orang lain. Keberagaman tingkat moral remaja disebabkan karena faktor penentuannya yang
beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua.

f.       Perkembangan kepribadian

Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual,  emosional,


sosial, kognitif dan nilai-nilai. Pada masa remaja paling penting bagi pengembangan dan
integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan
kepribadian pada masa meliputi remaja:

a) . Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.

b) . Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.

c). Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi diri
kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.

d). Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual ,berteman dengan pria maupun
wanita.

Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan


“identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa
dewasa. Erikson meyakini bahwa perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat
dengan komitmen terhadap okupasi masa depan.

Dalam mengolaborasi teori Erikson tentang identity remaja , James Marcia dkk.
Mengemukan bahwa ada empat alternative bagi remaja dalam menguji diri dan pilihan-
pilihannya yaitu sebagai berikut.4[4]

a)    Identity Achievement, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang
realistik , maka dia harus membuat pilihan dan berprilaku sesuai dengan pilihannya.

b)    Identity Foreclosure, menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkan pilihannya.

c)      Identity Diffusion yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam
hidupnya.

d)     Moratorium, penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi


atau okupasi. Dalam hal ini Erikson menyadari bahwa remaja dalam masyarakat yang

4[4] Syamsu Yusuf  LN,” Psikologi Perkembagan Anak & Remaja”,hlm.201-202


kompleks mengalami krisis identitas atau periode moratorium dan kebingungan yang
temporer.

g.      Perkembangan kesadaran beragama

Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja dapat disimak sebagai
berikut:

a)      Masa remaja awal (sekitar usia 13-16 tahun)

Pada masa ini kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat ,akan tetapi
kadang sangat berkurang. Hal ini dapat terlihat pada cara beribadah kadang rajin kadang juga
malas. Kegoncangan dalam keberagamaan ini muncul karena disebabkan faktor internal
maupun eksternal.

Faktor internal seperti matangnya organ seks yang mendorong untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, namun disisi lain dilarang oleh agama. Yang lain adalah bersifat
psikologis yaitu sikap independen, keinginan untuk bebas , tidak mau terikat oleh norma
keluarga. Edang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak
jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya film-film dan foto-foto
porno, miras, ganja atau obat-obat terlarang.

Apabila kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga maka dapat


menjadi pemicu berkembangnya sikap  dan perilaku remaja yang kurang baik seperti
pergaulan bebas( free sex), minum-minuman keras ,menghisap ganja dan menjadi trouble
maker dalam masyarakat.

b)        Masa remaja akhir (17-21 tahun)

Secara psikologis , masa ini merupakan permulaan masa dewasa , emosinya mulai
stabil dan pemikirannya kritis. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan
diri kedalam kegiatan-kegiata keberagamaan dan dapat membedakan agama sebagai ajaran
dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan tidak.
BAB III
KESIMPULAN
1.      Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang
artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Sedangkan Pandangan Piaget
dalam bukunya Sitti Hartinah yang menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu
usia di mana anak tidak merasa berada di bawah tingjat yang lebih tua, melainkan merasa
sama atau paling tidak sejajar.
2.      Perkembangan-perkembangan yang dialami pada masa remaja, antara lain: perkembangan
fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan
moral, perkembangan kepribadian, dan perkembangan kesadaran beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2005. Psikologi Remaja.Bandung : Bumi Aksara.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Mappiare. 1984. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional.
Hartinah, Sitti. 2008. Pengembangan peserta didik,Bandung:PT Refika Aditama.
Yusuf, Syamsu. 2007 Psikologi Perkembagan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Masa remaja adalah masa yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter
manusia untuk menempuh perkembangan pada masa berikutnya, sehingga sebagian psikolog
mengatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi yang dapat diarahkan pada masa
dewasa yang sehat. Jika saja seseorang gagal mengembangkan tugas menemukan
identitasnya pada masa remaja, maka ia akan kehilangan arah. Ia akan mengembangkan
prilaku menyimpang (telinquent), melakukan kriminalitas atau bahkan menutup diri
(mengisolasi diri) dari pergaulan kehidupan masyarakat karena tidak menduduki posisi yang
harmonis dalam masyarakat. Diantara faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
pada masa remaja adalah hereditas, keturunan dan lingkungan. Yang dimaksud dengan
lingkungan disini adalah lingkungan sosial teman sebaya atau teman dalam pergaulan. Faktor
utama yang menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara remaja adalah adanya
kesamaan dalam minat, nilai – nilai pendapat serta sifat – sifat kepribadian.
Masa remaja ini merupakan fase perkembangan individu yang paling penting.
Menurut Harold Alberty (1957) Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan
yang dijalani seseorang yang membentang sejak berakhirnya masa kanak – kanak sampai
awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja meruapakan masa yang sangat
kritis yang mumkin dapat merupakan the best of time and the worst of time.
Kebanyakan para ahli sepakat bahwa masa remaja adalah berlangsug dari usia 11
sampai 18 tahun atau pada rentang usia 13 sampai 20 Tahun. Akan tetapi WHO menetapkan
bahwa masa remaja adalah usia 11 sampai dengan 24 tahun. Pada masa inilah terdapat
beberapa indikator perbedaan yang signifikan baik secara kulaitatif maupun kuantitatif.
Masa remaja dapat dikalisifikasikan kepada dua bagian, yaitu masa remaja awal dan
masa remaja akhir.
Diantara penafsiran para ahli terhadap masa remaja adalah :
1.      Sigmund freud mengatakan bahwa masa remaja adalah masa mencari hidup seksual yang
mempunyai bentuk dan definitif.
2.      Charlote buhler mangatakan bahwa masa remaja adalah masa kebutuhan isi mengisi
3.      Spranger mengatakan bahwa masa remaja adalah masa pertumbuhan dengan perubahan
struktur kejiwaan yang fundamental.
4.      Hofman mengatakan bahwa masa remaja adalah masa pembentukan sikap – sikap terhadap
segala sesuatu yang dihadapi individu.
5.      G. Stanley hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa storm and drang ( badai dan
topan )
6.      Menurut WHO masa remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan individu dari saat
pertama kali menunjukan tanda – tanda seksual sekundernya (fisik) sampai ia mencapai masa
kematangan seksual serta mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak – kanak menjadi dewasa. Disini terjadi peralihan dari situasi ketergantungan sosial dan
ekonomi menjadi pribadi yang mandiri.
Perubahan fisik yang terjadi pada usia remaja ini merupakan gajala prpmer dalam
pertumbuhan remaja. Pada masa remaja ini terjadi pertumbuhan yang sangat signufikan,
badan menjadi lebih tinggi dan alat reproduksi mulai berfungsi. Pada wanita ditandai dengan
haid dan pada laki – laki ditandai dengan mimpi basah. Masa remaja merupakan masa
pencarian identitas. Remaja berusaha mencari siapa dirinya, bagaimana peran dirinya
ditengah – tengah masyarakat sehingga kebanyakan remaja merasa tidak puas dengan sesuatu
yang ada pada dirinya sendiri shingga berusaha menarik perhatian dari lingkungannya.
Diantara remaja ada yang sukses menemukan identitas dirinya ada juga remaja yang
gagal menemukan identitas dirinya, dalam kata lain ia tidak mampu menyaring pengaruh –
pengaruh buruk dari masyarakat sekitarnya, disinilah peran orang tua sebagai pendidik utama
dituntut untuk bisa membimbing dan mengarahkan remaja kepada posisi yang harmonis
dalam masyarakat sehingga bisa mencapai puncak kebahagiaanya.
1. Aspek – aspek perubahan pada fase remaja
a. Aspek fisik
Perubahan pada aspek fisik meliputi perubahan – perubahan hormonal, yaitu :
1)      Fungsi reproduksi
2)      Ciri – ciri seksual sekunder
3)      Perubahan fisik (tidak seimbang)
4)      Perubahan suara
5)      Peningkatan energi
b. Aspek Psikologis
1)      Meningginya dorongan perasaan kaku atau ego sehingga cenderung menentang otoritas,
senang protes, membangkang, mengkritik, egois dan egsentris.
2)      Emosi mudah meluap, perasaan diri merasa “super”.
3)      Konflik emosional, suasana hati mudah berubah.
4)      Mencari identitas atau mencari jati diri, senang tampil beda, suka mode, mulai merokok,
suka kebut – kebutan, membual, berpetualang.
5)      Meningkatnya fungsi kognisi, masa ingin tahu yang besar, idealisme tinggi
6)      Ketertarikan terhadap lawan jenis
7)      Kebutuhan narsistik ( cinta pada diri sendiri)
c. Aspek – aspek perkembangan Remaja
Setiap individu manusia terutama pada fase remaja mereka akan mengalami
perubahan baik itu perubahan perubahan fisik maupun perubahan psikis yanag meliputi aspek
intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
1)      Perkembangan fisik
Perubahan yang nampak jelas pada masa remaja adalah perubahan fisik. Fisik atau badan
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat sehingga mencapai ukuran fisik orang dewasa.
Perkembangan alat reproduksi yang ditandai dengan munculnya ciri – ciri perkembangan
seks skunder dan ciri – ciri seks skunder.
a)      Ciri – ciri seks skunder
Pada pria ditandai dengan tumbuhnya rambut – rambut pubik disekitar kemaluan dan ketiak,
terjadi perubahan suara (menjadi besar), tumbuh kumis dan jakun.
Pada wanita ditandai dengan tumbuhnya rambut – ranbut pubik/kapok halus pada daerah
sikitar kemalun dan ketiak, menambah besarnya payudara, bertambah besarnya pinggul.
b)      Ciri – ciri seks primer
Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan statis pada tahun pertama dan
kedua, kemudian pada tahun berikutnya tumbuh lebih lambat hingga mencapai ukuran orang
dewasa pada usia 20 atau 21 tahun. Matangya organ seks sehingga memungkinkan bagi
remaja pria usia 14 atau 15 tahun untuk mengalami mimpi basah.
Pada remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium (indug telur).
Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon – hormon yang diperlukan untuk
kehamilan, haid, dan perkembangan seks skunder. Pada usia 14 atau 15 tahun haid pertama
ditandai dengan pusing kepala, sakit pinggang, kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.
2)      Perkembangan Psikis
a)      Aspek intelektual
Perkembangan intelektual atau kognitif pada remaja dimulai sejak usia 11 atau 12
tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang kingkrit. Mereka mulai memahami
hal – hal yang bersifat hipotesis serta abstrak dari sebuah realitas. Bagaimana dunia ini
tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu – satunya alternatif yang mumkin terjadi, misalnya
aturan – aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan – aturan
yang diterapkan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal – hal yang ungkin berubah.
Kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan mereka untuk berpikir secara abstrak,
hipotesis dan kontekstual yang akan memberikan peluang pada individu untuk
mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.
b)      Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematanngan dalam hubungan sosial
atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma – norma kelompok, moral, dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan, saling dan kerja sama. Aspek ini melipuputi
kepracayaan kepada diri sendiri, berpandangan objektiv, keberanian menghadapi orang lain,
dan lain – lain.
Pada masa remaja, orang mulai memahami orang lain sebagai individu yang meilki
sifat dan kepribadian yang unik sehingga mendorong mereka untuk mengadakan interaksi
sosial dengan teman sebaya juga lingkungannya baik itu berupa persahabatan maupun
percintaan. Pada usia remaja, orang cenderung menyerah dan mudah mengikuti opini,
pendapat, kebiasaan, dan kegemaran orang lain. Ada lingkungan remaja yang penuh dengan
perilaku yang baik seperti taat beribadah, berbudi pekerti luhur dan lain – lain. Ada juga
lingkungan remaja yang penuh dengan prilaku yang buruk seperti fee seks, narkotik dan lain
sebagainya. Remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang tepat
dalam kata lain kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan
relasi baik dilingkungan keluarga, sekolah maupn masyarakat.
Diantara ciri – ciri penyesuaian sosial remaja adalah :
1.      Lingkungan keluarga
a.       Menjalin hubungan yang baik dengan orang Tua dan saudaranya
b.      Menerima otoritas Orang tua (menaati peraturan orang tua)
c.       Menerima tanggung jawab dan batsan (norma) keluarga
d.      Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok
2.      Lingkungan sekolah
a.       Bersikap respek dan mentaati aturan
b.      Berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan sekolah
c.       Menjslin persahabatan dengan teman sebaya
d.      Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau stap lainnya
e.       Berprestasi di sekolah
3.      Lingkungan Masyarakat
a.       Respek terhadap hak – hak orang lain
b.      Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
c.       Bersikap simpati dan menghormati kesejahteraan orang lain
d.      Respek terhadap hukum, tradisi dab kebijakan masyarakat.
c)      Aspek emosi (afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan kecuali pada masa rmaja awal (13-14
tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Masa remaja awal ditandai dengan keceriaan dan
optimisme dalam hidupnya dan diselingi dengan kebingungan dalam menhadapi perubahan –
perubahan dalam dirinya. Pada masa remaja tengan kesenangan dan kesedihan datang silih
berganti, kegembiraan berganti dengan kedukaan, rasa akrab berganti dengan kerenggangan
dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir ( 18 – 21 Tahun).
Jika pada masa remaja tengah ia terombang ambing dalam sikap mendua
(ambivalensi), pada masa remaja akhir ia telah memilki pendirian, sikap yang relatif mapan.
Mencari kematangan emosional bagi remaja merupakan tugas yang sangat sulit karena hal itu
sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio emosional lingkungannya terutama lingkungan teman
sebaya dan keluarga. Ligkungan emosional yang baik, cenderung akan akan dapat mencapai
kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi ( cinta, kasih, simpati, ramah)
mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan daat menghadapi
situsai fustasi secara wajar). Sebaliknya jika remaja tumbuh dalam lingkungan emosional
yang kurang baik maka hal itu akan menimbulkan sikap agresif (melawan, keras kepala,
bertengkar, berkelahi dan senang menggangu) melarikan diri dari kenyataan (melamun,
pendiam, suka menyendiri, meminum miras, dan narkoba)
Ciri – ciri remaja 12 sampai 15 tahun secara emosi :
1)      Kemauannya tidak dapat diterka
2)      Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangannya
3)      Cenderung tidak toleran dan egois
4)      Mulai mengamati orang tua dan gurunya secara objektiv
Ciri – ciri remaja usia 15 sampai 18 tahun
1)      Pemberontakan remaja mulai mengeluarkan ekspresinya
2)      Sering mengalami konflik dengan orang tua
3)      Sering melamun memikirkan masa depan

d)     Aspek bahasa


Perkembangan bahasa pada fase remaja adalah perkembangan bahas komunikasi, baik
itu komunikasi secara bahasa lisan maupun komunikasi menggunakan bahasa isyarat. Bahasa
yang berkembang pada masa remaja lebih terarah kepada bahasa – bahasa yang banyak
dipergunakan dalam pergaulan dengan tema sebayanya sehingga pembendaharaan bahasanya
sangat banyak. Pada masa remaja akhir remaja akan memilih satu bahasa asing tertentu,
menggemari literatur yang mengandung filosofis, etnis dan religius, penggunaan bahasa –
bahasa ilmiah mulai tumbuh sehingga bisa diajak berdialog seperti seorang ilmuan.
e)      Aspek moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teory kahlberg menempati tingkat tingkat
III pascakonvensional stadium 5 merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara remaja
dengan lingkungan sosial. Ada hubugan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial
dan masyarakat. Pada tahap ini remaja lebih mengenal nilai - nilai kejujuran, moral, dan
remaja harus sesuai dengan norma sosial.
Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan moral remaja, sehingga orang tua
harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap terbuka dan dialogis, tidak otoriter dan
memaksakan kehendak
f)       Aspek Agaman
Pemahaman remaja terhadap agama semakin matang, kemampuan berpikir abstrak
memungkinkan remaja untuk mentransformasikan keyakinan beragama serta
mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan
2. Perkembangan fase Remaja pada aspek moral
Kriminalitas atau kejahatan merupakan tindakan kriminal yang dilakukan
seseorang, baik direncanakan maupun tidk direncaakan. Kejahatan dibagi mejadi beberapa
golongan, yaitu kejahatan karena faktor sosial dan disebut dengan kejahatan kebiasaan dan
penjahat kesempatan karena menderita kesulitan ekonomi atau fisik.
Masyarakat dan teman sebaya sangat berkonstribusi terhadap kepribadian
remaja sehingga tidak sedikit remaja yang berprilaku menyimpang karena pengaruh
lngkungan dan teman sebayanya.Glueck menemukan bahwa 98,4% dari anak nakal adalah
karena pengaruh anak nakal lainnya. Dan hanya 74% anak tidak nakal yang berteman
dengan yang nakal
3. Tugas perkembangan remaja
a)      Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita
b)      Mencapai peran sosial baik pria maupun wanita
c)      Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efetif
d)     Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
e)      Mempersiapkan karir ekonomi
f)       Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
g)      Memperoleh perangkat nilai serta sistem etis sebagai pegangan untuk berprilaku dan
mengembangkan ideologi
4. Problema pada masa remaja
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik
maupun psikis, yang mumkin dapat menimbulkan problema tertentu baginya, terutama jika
tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat
menjurus kepada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.
Problema yang mumkin muncul pada masa remaja diantaranya :
1)      Problema yang berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik
Masa remaja ditandai dengan perubahan fisik yang cepat. Keadaan fisik ini
dipandang sebagai hal yang penting, dan keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya.
( ketidak sesuaian antara body image dengan self picture), dapat menimbulkan rasa tidak puas
dan kurangnya pecaya diri. Begitu juga perkembangan fisik yang tidak proporsional.
Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan. Kalau tidak
terbimbing oleh norma – norma dapat menjurus pada penyimpangan prilaku seksual.
2)      Problema yang berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa
Masa remaja awa ditandai dengan perkembangan kemampuan intlektual yang
pesat. Akan tetapi, remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan
intelektual, terutama melalui pendidikan disekolah, boleh jadi potensi intekektualnya tidak
akan berkembang optimal. Remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal bahasa
asing. Akan tetapi, karena keterbatasan kesempatan dan sarana dan prasarana, remaja sulit
untuk menguasai bahasa asing.
3)      Problema yang berkaitan dengan perkembangan prilaku sosial, moralitas dan keagamaan
Masa remaja disebut juga masa sosial hunger (kehausan sosial), yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima dilingkungan teman sebayanya (peer
grouf). Penolakan dari peer grouf dapat menimbulkan frustasi dan menjadkan dia sebagai
isolated dan merasa rendah diri. Sebaliknya jika remaja diterima oleh teman sebayanya
bahkan menjadi idola, tetntunya ia akan merasa bangga dan memilki kehormatan dalam
dirinya. Konflik ini bukan hanya ditimbulkan dari teman sebaya, tapi bisa juga dari orang tua
dan gurunya apalagi masa remaja awal yang masih ambivalen disatu sisi ingin mandiri disatu
sisi masih butuh kepada orang tuanya tertama dari segi ekonomi.
Seiring dengan berkembangnya alat reproduksi, hal ini mendorong untuk
menjalin hubungan khusus dengan lawan jenis, jika saja tidak terbimbing maka akan
menimbulkan tindakan penyimpangan prilaku sosial dan seksual. Masa remaja juga ditandai
dengan adanya keinginan untuk mencoba – coba dan menguji kemapanan norma yang ada.
Jika tdak terbimbing akan menimbulkan konflik nilai dalam dirinya ataupun dengan
lingkungannya.
4)      Problema yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian dan emosional.
Masa remaja juga disebut dengan masa menemukan identitas diri (self identiy).
Usaha pencarian identitas ini sering dilakukan dengan menunjukan prilaku coba coba,
prilaku imitasi atau prilaku identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya dia
akan mengalami krisis identitas atau identity confusion sehingga mumkin akan terbentuk
sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Karena emosi
remaja belaum stabil maka akan menorong remaja menjadi terjadinya perkelahian dan
pertengkaran.
5. Perubahan sosial dan karakteristik pada masa remaja
Banyaknya permasalahan dan krisis yang terjadi pada masa remaja menjadikan
banyak ahli psikologi perkembangan menyebutnya sebagai masa krisis. Pada masa ini
perubahan terjadi sangat drastis dan mengakibatkan terjadinya kondisi yang serba tanggung
dan diwarnai oleh kondoso psikis yang belum mantap. Selain itu, periode inipun dinilai
sangat penting bahkan erik erikson (1998) menyatakan bahwa seluruh masa depan individu
sangat bergantung pada pnyelesaian krisis pada masa ini.
Sebagai periode yang sangat penting, maka masa remaja memiliki karakteristik
yang khas dibanding dengan periode perkembangan lainnya, yaitu sebagai berikut :
1)      Masa remaja adalah periode penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memilki dampak langsung
dan dampak jangka panjang dari yang terjadi pada masa ini. Periode ini pun memilki dampak
penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, yaitu terjadinya perkembangan
fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang yang menuntut remaja untuk
bisa menyesuaikan dirinya secara mental dan melihat pentingnya menetapkan sikap, nilai –
nilai dan minat yang baru.
2)      Masa remaja adalah masa peralihan
Masa ini menuntut anak untuk meninggalkan sifat kekanak – kanakannya dan
harus mempelajari pola prilaku dan sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola
prilaku sebelumnya. Selama periode ini remaja sering bingung dan tidak jelas tentang peran
yang dituntut oleh lingkungan.
3)      Masa remaja adalah peiode perubahan
Perubahan pada masa periode ini berlangsung secara cepat. Perubahan fisik
yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan prilaku yang cepat. Ada
lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini, yaitu : (a) peningkatan
emosionalitas, (b) perubahan yang cepat yang menyertai kematangan seksual, (c) perubahan
tubuh, minat, dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (d)
karena perubahan minat dan pola prilaku, terjadi pula perubahan nilai, (e)kebanyakan remaja
merasa ambivalen terhadap perubahan yang terjadi.
4)      Masa remaja adalah usia bermasalah
Periode ini membawa masalah yang sulit ditangani, baik bagi remaja laki – laki
maupun remaja perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua alasan yaitu : pada saat anak – anak
permasalahan diselesaikan oleh orang tua atau gusu, sedangkan pada masa ini remaja di
tuntut untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua karena dituntut untuk mandiri mereka
sering menolak ketika dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan
dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
5)      Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok teman sebaya memiliki peran
penting. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan beroakaian, berbicara, dan berprilaku
sebisa mungkin sama dengan kelompoknya.
6)      Masa remaja adalah usia yang ditakutan
Masa remaja sering ditakuti oleh jenisnya sendiri dan lingkungan, gambaran
negatif yang ada di masyarakat mengenai remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi.
Hal ini membuat remaja merasa takut untuk menjalankan peranannnya dan enggan meminta
bantuan orang tua ataupun guru untuk memecahkan masalahnya.
7)      Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memilki kecendrungan untuk memandang hidup secara kurang realistis.
Mereka memandang dirinya dirnya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukan
sebagai dia sendiri. Hal ini terlihat pada aspirasinya
8)      Masa remaja adalah ambang masa Dewasa
Pada saat remaja mendekati masa ketika dianggap dewasa secara hukum,
mereka merasa cemas dengan streotipe remaja dan menciptakan inpresi bahwa mereka
mendekati dewasa

DAFTAR PUATAKA
Saefulloh U Psikologi perkembangan dan pendidikan Pustaka setia 2012
Nugraha Ari Catatan mata kuliah psikologi perkembangan

Anda mungkin juga menyukai