Remaja:
“Remaja” kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang yang mengatakan bahwa
remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan kelompok manusia yang
lain. Sementara pihak lain menganggap remaja adalah kelompok orang yang identik dengan
perilaku pemberontak, sumber konflik, senang mengikuti mode dan tidak memiliki pemikiran
yang panjang ketika memutuskan untuk berperilaku. Dari beragam persepsi tentang remaja
tersebut, sebetulnya siapakah remaja itu? Berikut ini, akan dijelaskan mengenai pengertian
Pengertian Remaja
Remaja (Adolesence) berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolensecentia
yang berarti remaja), yang berarti pula tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja
merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung
antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun),
masa remaja penengahan (14–17) tahun) dan masa remaja akhir (17–19 tahun), Pada masa
remaja banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial, tetapi umumnya
proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan
antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
emosional. Batasan usia remaja adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja
ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun =
Periode remaja merupakan sebuah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Disatu sisi, mereka sudah terlepas dari masa kanak-kanak namun belum bisa
dikatagorikan sebagai masa dewasa. Dr. Zakiah Daradjat dalam Willis (2005: 23)
“Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang
lemah dan kebergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung
jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini
bergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju
masyarakat semakin panjang usia remaja. Karena ia harus mempersiapkan diri untuk
menyesuaikan diri dalam masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya”.
Menurut WHO mendefinisikan remaja kedalam tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis,
Remaja adalah suatu masa di mana: (1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
(2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pada identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa. (3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai usia remaja. Pedoman umum batasan
remaja di Indonesia mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah usia 15-24 tahun.
Sarwono (2011:14) mendefinisikan remaja Indonesia adalah mereka yang berusia 11-24
tahun dan belum menikah dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana
pada umumnya tanda-tanda seksual mulai muncul (kriteria fisik). Di masyarakat Indonesia,
usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, baik menurut adat maupun agama, sehingga
masyarakat tidak memperlakukan lagi mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial). Pada usia
tersebut juga, mulai ada tanda-tanda perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri,
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah
suatu organisasi pada tingkat integritasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,
Perubahan fisik
Perkembangan pada remaja ditandai dengan dua ciri (Desmita, 2012:190), yaitu ciri
seks primer dan ciri seks sekunder. Perubahan ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ
tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, sedangkan ciri seks
sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis,
jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan
suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada
remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada
ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu
di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara
proporsional
Perkembangan kognitif
memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Dalam hal
berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi
reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada
belahan atau celah sentral). Prontal lobe berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat
(Yusuf, 2005: 195) yaitu sebagai berikut: Pertama cara berpikir remaja berlainan dengan cara
berpikir anak-anak, yang tekanannya kepada kesadarannya sendiri di sini dan sekarang (here
and now),cara berpikir remaja berkaitan erat dengan dua kemungkinan (word of possibilities),
remaja sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi dan dapat membedakan antara yang
nyata dan konkret dengan yang abstrak dan mungkin. Kedua melalui kemampuannya untuk
menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah. Ketiga remaja dapat memikirkan
mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien atau tidak efisien, serta menghabiskan
waktunya untuk mempertimbangkan pengaturan kognitif internal tentang bagaimana dan apa
yang haru dipikirkan. Dengan demikian, introspeksi menjadi bagian kehidupan remaja sehari-
hari. Kelima berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan
ekspansi berpikir. Horizon berpikirnya semakin meluas, bisa meliputi aspek agama, keadilan,
dengan siapa saja, dan sebagainya. Pada masa ini, remaja perlu memiliki lebih
kalau keputusan yang diambil remaja tidak disukai, maka remaja perlu diberikan
Perkembangan sosial
tugas perkembangan pada masa remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya merupakan salah
satu karakteristik perkembangan sosial di masa remaja. Pengaruh teman sebaya lebih
berpengaruh bagi remaja dibandingkan dengan pengaruh keluarga pada sikap, pembicaraan,
Pada masa ini berkembang juga sikap konformitas. Yusuf (2005: 198)
mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain
(teman sebaya). Sikap konformitas ini dapat berdampak baik dan buruk bagi
remaja bergantung pada nilai, opini, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan yang
diikutinya.
usia dan pengalaman serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa; (b) kematangan seksual yang
disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru; (c) kesadaran terhadap diri
standar (norma), tujuan, dan cita-cita; (d) kebutuhan akan persahabatan yang
bersifat heteroseksual, berteman dengan pria atau wanita; dan (e) munculnya
konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Menurut James Marcia dan
filsafat hidup. Terdapat empat alternatif bagi remaja dalam menguji diri dan
pilihan-pilihannya, yaitu sebagai berikut: (1) Identity achievement, yang berarti setelah
remaja memahami pilihan yang realistik, maka remaja harus membuat pilihan dan
berperilaku sesuai dengan pilihan yang diambil; (2) Identity foreclosure, yang berarti
hidup ; (4) Moratorium, yang menurut Erikson berarti penundaan dalam komitmen remaja
terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi atau okupasi. Marcia memperluas pengertiannya yaitu
meliputi usaha-usaha yang aktif remaja untuk menghadapi krisis pembentukan identitas diri.
remaja yaitu : (1) menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif; (2)
menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita; (3) menginginkan dan mencapai
perilaku sosial yang bertanggung jawab sosial; (4) mencapai kemandirian emosional dari orang
tua dan orang dewasa lainnya; (5) belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-
anak laki-laki;
(6) perkembangan skala nilai; (7) secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih
adekuat; (8)persiapan mandiri secara ekonomi; (9)pemilihan dan latihan jabatan; (10)
Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Pada masa
peralihan ini, seorang remaja mengalami banyak perubahan, baik perubahan dari segi fisik,
psikis maupun sosial. Secara sosial, remaja dihadapkan dengan problem yang berkaitan
dengan interaksi terhadap orang lain maupun terhadap lingkungan, remaja juga dituntut untuk
mampu memilah mana yang akan diikuti dan mana yang tidak. Hal ini berpotensi
menimbulkan permasalahan dalam perkembangan remaja itu sendiri, untuk itu agar tugas
perkembangan sosial remaja berjalan dengan baik, remaja membutuhkan kepercayaan diri.
Kepercayaan diri dapat membantu remaja dalam mewujudkan potensi diri secara
mandiri.
Aspek-aspek perkembangan remaja
dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan
dalam suatu pekerjaan.
merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa
dipengarahi lingkungan eksternal.
bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa
putus asa walaupuri memperoleh hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal.
b. Aspek perkembangan kognitif
keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama
mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi).
berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya.
telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang.
mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya
inisiatif dan kreatifya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri
perkembangan kognitif masa post-formal berikut :
e. Perubahan Moral
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja dalam
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dan kemudian mau membentuk perilaku
agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus berkembang, diawasi, didorong, dan diancam
hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep moral
yang berlaku khusus di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan
merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi
perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya
sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.
g. Perubahan Kepribadian
Pada awal masa remaja, mereka sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan buruk dan
mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Remaja juga sadar
akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh sebab itu mereka
terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka, misalnya dengan membaca buku atau
tulisan-tulisan tentang hal ini.
Banyak kondisi dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian
melalui pengaruhnya pada konsep diri. Hal ini ada kaitannya dengan perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama masa remaja.
Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold
Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam
perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak
sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time.
Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja :
* Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang
mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa
kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan
dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
* Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap
segala sesuatu yang dialami individu.
* G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).
Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-
13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini
terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian
yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun
psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si remaja. pabila tidak
disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat
menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.
Dari latar belakang yang disampaikan di atas, maka permasalahn yang muncul.
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan, maka dapat
ditarik sebuah kesimpulan mengenai tujuan penulisan makalah sebagai berikut.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to
grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi
tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak
memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit
melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja
awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).
Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu
telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara
kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa
pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan
proses pembentukan orientasi masa depan.
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara
konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia
terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan
Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3)
perkembangan kepribadian dan sosial.
1. Perkembangan Fisik
2. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak
langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu
membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja
juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa
yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga
20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13
hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa
remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah
mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak
dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa
remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan
orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak
masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990).
Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi
badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang
ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara
konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia
terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan
Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3)
perkembangan kepribadian dan sosial.
Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh
kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya
adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia
karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara
aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung
diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan
antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang
dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara
abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan
fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi
konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini
memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu
situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat
memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang
akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka
sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif
yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir
lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock,
2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam
Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan
melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam
Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk
cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita
sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak
berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi
keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat,
yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya.
Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai
berikut :
“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh
hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh
remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya
seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual
yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal
dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang
[drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap
bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan
bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan
kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja
(Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang
memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang
dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun
orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya
derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability.
Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan
mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa
adalah sama.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding
orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja
lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan
bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa
remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.
Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk
menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang
remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993;
Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi
dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber
informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa
yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat
baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa
remaja.
1.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan
hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam
kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa
kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan
mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal
seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal
yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
memperoleh peranan sosial
menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama
remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5
dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang
unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds
& Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa
perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya
menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran,
sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.
Beberapa isu perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan, konsumsi,
keluarga
Sumber Pustaka
Aaro, L.E. (1997). Adolescent lifestyle. Dalam A. Baum, S. Newman J. Weinman, R. West
and C. McManus (Eds). Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine (65-67).
Cambridge University Press, Cambridge.
Beyth-Marom, R., Austin, L., Fischhoff, B., Palmgren, C., & Jacobs-Quadrel, M. (1993).
Perceived consequences of risky behaviors: Adults and adolescents. Journal of
Developmental Psychology, 29(3), 549-563
Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins
Deaux, K.,F.C,and Wrightman,L.S. (1993). Social psychology in the ‘90s (6th ed.).
California : Brooks / Cole Publishing Company.
Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-
Hill.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.).
Boston: McGraw-Hill
Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston: Ally
& Bacon
Rekomendasi referensi
Rice, F.P. 2010. The Adolescent: Development, Relationships, and Culture (13th Edition)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan
masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap
perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus
dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika
berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil
dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan
psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut.
Dalam makalah yang kami buat ini kami membahas tentang karatteristik
perkembangan peserta didik pada masa remaja dilihat dari aspek perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan social dan masih banyak lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan remaja?
2. Apa saja karakteristik perkembangan pada masa remaja?
BAB II
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MASA
REMAJA
Kegelisahan
Pertentangan
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu
dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama terjadi pada fase prenatal
dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara
proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar,
karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal yang
paling jelas terlihat pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh
individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.
Dalam perkembangan seksualitas remaja ,ditandai dengan dua ciri yaitu sebagai berikut:
Pada usia 12-20 tahun proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia
16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi
lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini
berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual
remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja tersebut
berbakat namun belum bijaksana.
Pada masa remaja merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang
tinggi. Pertumbuhan fisik serta organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya
emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan
cinta ,rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada remaja
awal perkembangan emosinya menunjukan sifat sensitive dan reaktif terhadap peristiwa atau
situasi sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedang remaja akhir sudah bias
mengendalikan emosinya.
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik oleh
orang lain. Keberagaman tingkat moral remaja disebabkan karena faktor penentuannya yang
beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua.
b) . Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
c). Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi diri
kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.
d). Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual ,berteman dengan pria maupun
wanita.
Dalam mengolaborasi teori Erikson tentang identity remaja , James Marcia dkk.
Mengemukan bahwa ada empat alternative bagi remaja dalam menguji diri dan pilihan-
pilihannya yaitu sebagai berikut.4[4]
a) Identity Achievement, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang
realistik , maka dia harus membuat pilihan dan berprilaku sesuai dengan pilihannya.
c) Identity Diffusion yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam
hidupnya.
Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja dapat disimak sebagai
berikut:
Pada masa ini kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat ,akan tetapi
kadang sangat berkurang. Hal ini dapat terlihat pada cara beribadah kadang rajin kadang juga
malas. Kegoncangan dalam keberagamaan ini muncul karena disebabkan faktor internal
maupun eksternal.
Faktor internal seperti matangnya organ seks yang mendorong untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, namun disisi lain dilarang oleh agama. Yang lain adalah bersifat
psikologis yaitu sikap independen, keinginan untuk bebas , tidak mau terikat oleh norma
keluarga. Edang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak
jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya film-film dan foto-foto
porno, miras, ganja atau obat-obat terlarang.
Secara psikologis , masa ini merupakan permulaan masa dewasa , emosinya mulai
stabil dan pemikirannya kritis. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan
diri kedalam kegiatan-kegiata keberagamaan dan dapat membedakan agama sebagai ajaran
dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan tidak.
BAB III
KESIMPULAN
1. Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang
artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Sedangkan Pandangan Piaget
dalam bukunya Sitti Hartinah yang menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu
usia di mana anak tidak merasa berada di bawah tingjat yang lebih tua, melainkan merasa
sama atau paling tidak sejajar.
2. Perkembangan-perkembangan yang dialami pada masa remaja, antara lain: perkembangan
fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan
moral, perkembangan kepribadian, dan perkembangan kesadaran beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2005. Psikologi Remaja.Bandung : Bumi Aksara.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Mappiare. 1984. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional.
Hartinah, Sitti. 2008. Pengembangan peserta didik,Bandung:PT Refika Aditama.
Yusuf, Syamsu. 2007 Psikologi Perkembagan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Masa remaja adalah masa yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter
manusia untuk menempuh perkembangan pada masa berikutnya, sehingga sebagian psikolog
mengatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi yang dapat diarahkan pada masa
dewasa yang sehat. Jika saja seseorang gagal mengembangkan tugas menemukan
identitasnya pada masa remaja, maka ia akan kehilangan arah. Ia akan mengembangkan
prilaku menyimpang (telinquent), melakukan kriminalitas atau bahkan menutup diri
(mengisolasi diri) dari pergaulan kehidupan masyarakat karena tidak menduduki posisi yang
harmonis dalam masyarakat. Diantara faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
pada masa remaja adalah hereditas, keturunan dan lingkungan. Yang dimaksud dengan
lingkungan disini adalah lingkungan sosial teman sebaya atau teman dalam pergaulan. Faktor
utama yang menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara remaja adalah adanya
kesamaan dalam minat, nilai – nilai pendapat serta sifat – sifat kepribadian.
Masa remaja ini merupakan fase perkembangan individu yang paling penting.
Menurut Harold Alberty (1957) Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan
yang dijalani seseorang yang membentang sejak berakhirnya masa kanak – kanak sampai
awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja meruapakan masa yang sangat
kritis yang mumkin dapat merupakan the best of time and the worst of time.
Kebanyakan para ahli sepakat bahwa masa remaja adalah berlangsug dari usia 11
sampai 18 tahun atau pada rentang usia 13 sampai 20 Tahun. Akan tetapi WHO menetapkan
bahwa masa remaja adalah usia 11 sampai dengan 24 tahun. Pada masa inilah terdapat
beberapa indikator perbedaan yang signifikan baik secara kulaitatif maupun kuantitatif.
Masa remaja dapat dikalisifikasikan kepada dua bagian, yaitu masa remaja awal dan
masa remaja akhir.
Diantara penafsiran para ahli terhadap masa remaja adalah :
1. Sigmund freud mengatakan bahwa masa remaja adalah masa mencari hidup seksual yang
mempunyai bentuk dan definitif.
2. Charlote buhler mangatakan bahwa masa remaja adalah masa kebutuhan isi mengisi
3. Spranger mengatakan bahwa masa remaja adalah masa pertumbuhan dengan perubahan
struktur kejiwaan yang fundamental.
4. Hofman mengatakan bahwa masa remaja adalah masa pembentukan sikap – sikap terhadap
segala sesuatu yang dihadapi individu.
5. G. Stanley hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa storm and drang ( badai dan
topan )
6. Menurut WHO masa remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan individu dari saat
pertama kali menunjukan tanda – tanda seksual sekundernya (fisik) sampai ia mencapai masa
kematangan seksual serta mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak – kanak menjadi dewasa. Disini terjadi peralihan dari situasi ketergantungan sosial dan
ekonomi menjadi pribadi yang mandiri.
Perubahan fisik yang terjadi pada usia remaja ini merupakan gajala prpmer dalam
pertumbuhan remaja. Pada masa remaja ini terjadi pertumbuhan yang sangat signufikan,
badan menjadi lebih tinggi dan alat reproduksi mulai berfungsi. Pada wanita ditandai dengan
haid dan pada laki – laki ditandai dengan mimpi basah. Masa remaja merupakan masa
pencarian identitas. Remaja berusaha mencari siapa dirinya, bagaimana peran dirinya
ditengah – tengah masyarakat sehingga kebanyakan remaja merasa tidak puas dengan sesuatu
yang ada pada dirinya sendiri shingga berusaha menarik perhatian dari lingkungannya.
Diantara remaja ada yang sukses menemukan identitas dirinya ada juga remaja yang
gagal menemukan identitas dirinya, dalam kata lain ia tidak mampu menyaring pengaruh –
pengaruh buruk dari masyarakat sekitarnya, disinilah peran orang tua sebagai pendidik utama
dituntut untuk bisa membimbing dan mengarahkan remaja kepada posisi yang harmonis
dalam masyarakat sehingga bisa mencapai puncak kebahagiaanya.
1. Aspek – aspek perubahan pada fase remaja
a. Aspek fisik
Perubahan pada aspek fisik meliputi perubahan – perubahan hormonal, yaitu :
1) Fungsi reproduksi
2) Ciri – ciri seksual sekunder
3) Perubahan fisik (tidak seimbang)
4) Perubahan suara
5) Peningkatan energi
b. Aspek Psikologis
1) Meningginya dorongan perasaan kaku atau ego sehingga cenderung menentang otoritas,
senang protes, membangkang, mengkritik, egois dan egsentris.
2) Emosi mudah meluap, perasaan diri merasa “super”.
3) Konflik emosional, suasana hati mudah berubah.
4) Mencari identitas atau mencari jati diri, senang tampil beda, suka mode, mulai merokok,
suka kebut – kebutan, membual, berpetualang.
5) Meningkatnya fungsi kognisi, masa ingin tahu yang besar, idealisme tinggi
6) Ketertarikan terhadap lawan jenis
7) Kebutuhan narsistik ( cinta pada diri sendiri)
c. Aspek – aspek perkembangan Remaja
Setiap individu manusia terutama pada fase remaja mereka akan mengalami
perubahan baik itu perubahan perubahan fisik maupun perubahan psikis yanag meliputi aspek
intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
1) Perkembangan fisik
Perubahan yang nampak jelas pada masa remaja adalah perubahan fisik. Fisik atau badan
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat sehingga mencapai ukuran fisik orang dewasa.
Perkembangan alat reproduksi yang ditandai dengan munculnya ciri – ciri perkembangan
seks skunder dan ciri – ciri seks skunder.
a) Ciri – ciri seks skunder
Pada pria ditandai dengan tumbuhnya rambut – rambut pubik disekitar kemaluan dan ketiak,
terjadi perubahan suara (menjadi besar), tumbuh kumis dan jakun.
Pada wanita ditandai dengan tumbuhnya rambut – ranbut pubik/kapok halus pada daerah
sikitar kemalun dan ketiak, menambah besarnya payudara, bertambah besarnya pinggul.
b) Ciri – ciri seks primer
Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan statis pada tahun pertama dan
kedua, kemudian pada tahun berikutnya tumbuh lebih lambat hingga mencapai ukuran orang
dewasa pada usia 20 atau 21 tahun. Matangya organ seks sehingga memungkinkan bagi
remaja pria usia 14 atau 15 tahun untuk mengalami mimpi basah.
Pada remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium (indug telur).
Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon – hormon yang diperlukan untuk
kehamilan, haid, dan perkembangan seks skunder. Pada usia 14 atau 15 tahun haid pertama
ditandai dengan pusing kepala, sakit pinggang, kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.
2) Perkembangan Psikis
a) Aspek intelektual
Perkembangan intelektual atau kognitif pada remaja dimulai sejak usia 11 atau 12
tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang kingkrit. Mereka mulai memahami
hal – hal yang bersifat hipotesis serta abstrak dari sebuah realitas. Bagaimana dunia ini
tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu – satunya alternatif yang mumkin terjadi, misalnya
aturan – aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan – aturan
yang diterapkan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal – hal yang ungkin berubah.
Kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan mereka untuk berpikir secara abstrak,
hipotesis dan kontekstual yang akan memberikan peluang pada individu untuk
mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.
b) Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematanngan dalam hubungan sosial
atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma – norma kelompok, moral, dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan, saling dan kerja sama. Aspek ini melipuputi
kepracayaan kepada diri sendiri, berpandangan objektiv, keberanian menghadapi orang lain,
dan lain – lain.
Pada masa remaja, orang mulai memahami orang lain sebagai individu yang meilki
sifat dan kepribadian yang unik sehingga mendorong mereka untuk mengadakan interaksi
sosial dengan teman sebaya juga lingkungannya baik itu berupa persahabatan maupun
percintaan. Pada usia remaja, orang cenderung menyerah dan mudah mengikuti opini,
pendapat, kebiasaan, dan kegemaran orang lain. Ada lingkungan remaja yang penuh dengan
perilaku yang baik seperti taat beribadah, berbudi pekerti luhur dan lain – lain. Ada juga
lingkungan remaja yang penuh dengan prilaku yang buruk seperti fee seks, narkotik dan lain
sebagainya. Remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang tepat
dalam kata lain kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan
relasi baik dilingkungan keluarga, sekolah maupn masyarakat.
Diantara ciri – ciri penyesuaian sosial remaja adalah :
1. Lingkungan keluarga
a. Menjalin hubungan yang baik dengan orang Tua dan saudaranya
b. Menerima otoritas Orang tua (menaati peraturan orang tua)
c. Menerima tanggung jawab dan batsan (norma) keluarga
d. Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok
2. Lingkungan sekolah
a. Bersikap respek dan mentaati aturan
b. Berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan sekolah
c. Menjslin persahabatan dengan teman sebaya
d. Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau stap lainnya
e. Berprestasi di sekolah
3. Lingkungan Masyarakat
a. Respek terhadap hak – hak orang lain
b. Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
c. Bersikap simpati dan menghormati kesejahteraan orang lain
d. Respek terhadap hukum, tradisi dab kebijakan masyarakat.
c) Aspek emosi (afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan kecuali pada masa rmaja awal (13-14
tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Masa remaja awal ditandai dengan keceriaan dan
optimisme dalam hidupnya dan diselingi dengan kebingungan dalam menhadapi perubahan –
perubahan dalam dirinya. Pada masa remaja tengan kesenangan dan kesedihan datang silih
berganti, kegembiraan berganti dengan kedukaan, rasa akrab berganti dengan kerenggangan
dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir ( 18 – 21 Tahun).
Jika pada masa remaja tengah ia terombang ambing dalam sikap mendua
(ambivalensi), pada masa remaja akhir ia telah memilki pendirian, sikap yang relatif mapan.
Mencari kematangan emosional bagi remaja merupakan tugas yang sangat sulit karena hal itu
sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio emosional lingkungannya terutama lingkungan teman
sebaya dan keluarga. Ligkungan emosional yang baik, cenderung akan akan dapat mencapai
kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi ( cinta, kasih, simpati, ramah)
mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan daat menghadapi
situsai fustasi secara wajar). Sebaliknya jika remaja tumbuh dalam lingkungan emosional
yang kurang baik maka hal itu akan menimbulkan sikap agresif (melawan, keras kepala,
bertengkar, berkelahi dan senang menggangu) melarikan diri dari kenyataan (melamun,
pendiam, suka menyendiri, meminum miras, dan narkoba)
Ciri – ciri remaja 12 sampai 15 tahun secara emosi :
1) Kemauannya tidak dapat diterka
2) Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangannya
3) Cenderung tidak toleran dan egois
4) Mulai mengamati orang tua dan gurunya secara objektiv
Ciri – ciri remaja usia 15 sampai 18 tahun
1) Pemberontakan remaja mulai mengeluarkan ekspresinya
2) Sering mengalami konflik dengan orang tua
3) Sering melamun memikirkan masa depan
DAFTAR PUATAKA
Saefulloh U Psikologi perkembangan dan pendidikan Pustaka setia 2012
Nugraha Ari Catatan mata kuliah psikologi perkembangan