Anda di halaman 1dari 10

Nama : Tri Josih Pebriani

NPM : 22.13101.12.35
Mata Kuliah : PSMKM A3

REVIEW JURNAL ILMIAH MAHASISWA

JURNAL I

Judul : Analisis Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Balita Di Kawasan Pesisir
Kabupaten Pinrang

Penulis : Sutriana*, Usman, Fitriani Umar Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Parepare

Tahun : 2020

Sumber : Vol. 3, No. 3 September 2020 pISSN 2614-5073, eISSN 2614-3151


Telp. +62 8533520-4999 Email:jurnalmakes@gmail.com Online Jurnal:
http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes
Review :

Diakses : 21 November 2022, 08:49:03

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mencatat prevalensi stunting


nasional mencapai 37,2% terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2%
pendek dan menurun pada tahun 2018 sebanyak 30.8%. Berdasarkan

Latar Belakang pengambilan data awal di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang,


diperoleh 5,68% balita yang terkena stunting di wilayah Puskesmas
Ujung Lero sedangkan sekitar 6,71% di Wilayah Puskesmas Desa
Lotang Salo
Sampel adalah sebagian balita di kawasan pesisir Kecamatan Suppa.
Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random
sampling sebanyak 96 orang.
Untuk mengetahui faktor- faktor kejadian stunting pada anak di daerah

Tujuan Penelitian pesisir Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang

Metode Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Data tinggi


Pengumpulan Data
badan/panjang badan balita diperoleh melalui pengukuran
antropometri.
Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
Metode Penelitian Study
Analisis data dengan menggunakan uji chisquare.
Hasil Penelitian Hasil penelitian diperoleh
1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan kelompok umur
sebagian besar berumur 26-30 tahun (38,5%) sedangkan yang
terendah berumur > 45 tahun (3,1%). Berdasarkan pekerjaan 92,7%
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan menurut
tingkat pendidikan, 30,2% tamat SMP/sederajat.
2. Distribusi balita berdasarkan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-
laki 51 orang (55.1%) dan paling sedikit yaitu jenis kelamin
perempuan sebanyak 45 orang (46.9%). Berdasarkan umur
terbanyak yaitu berumur 12-23 bulan sebanyak 26 orang (27.1%)
dan paling sedikit yaitu berumur 48- 59 bulan sebanyak 2 orang
(2.1%). Berdasarkan panjang lahir 57 orang (59.4%) lahir dalam
keadaan stunting (jumlah balita yang mengalami stunting sebanyak
39.6%.
3. Ada 38 orang (39.6%) balita mengalami stunting dan yang normal
sebanyak 58 orang ( 60.4%). 12 orang (12.5%) lahir BBLR
sedangkan yang lahir normal sebanyak 84 orang (87.5%).
Berdasarkan pemberian ASI Eksklusif hanya 49 orang (51%) balita
yang mendapat ASI Eksklusif, sedangkan pemberian MP-ASI
sebanyak 64 orang (66.7%) memperoleh MPASI dengan kategori
baik. Hasil wawancara diperoleh tingkat pengetahuan sebanyak 32
orang (33.3%) memiliki pengetahuan rendah dan sebanyak 64
orang (64.7%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Berdasarkan
tingkat pendidikan ibu, sebanyak 78 orang (81.3%) memiliki
tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan tinggi sebanyak
18 orang (18.3%). Berdasarkan status ekonomi sebagian besar (78
orang (81.2%)) memiliki status ekonomi rendah dan yang tinggi
sebanyak 18 orang (18.8%) responden
4. Balita yang mengalami stunting 75% mengalami BBLR dan ada
pengaruh BBLR terhadap kejadian stunting (p=0.011). Balita yang
mengalami stunting 36% tidak diberi ASI Eksklusif (p= 0.227),
40.6% memperoleh MP-ASI dengan kategori yang tidak baik (p=
0.887), 41% tingkat pendidikan ibu rendah (p = 0.547), 39.1%
memiliki pengetahuan ibu rendah (p= 0.883), 39.7% memiliki
status ekonomi rendah (p = 0.947)
5. Ada pengaruh BBLR (p=0.011) dengan kejadian stunting, dan tidak
ada pengaruh ASI Eksklusif (p=0.277), MP-ASI (p=0.887),
pendidikan ibu (p=0.547), pengetahuan ibu (p=0.883) dan atatus
ekonomi (p=0.947) dengan kejadian stunting di Kawasan Pesisir
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang
1. Berdasarkan penelitian, balita stunting paling banyak berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 51 orang (55.1%), dan perempuan
sebanyak 45 orang (46.9%).
2. Stunting lebih banyak ditemukan pada umur 12-23 bulan 26 orang
(27.1%) dan paling sedikit yaitu umur 48-59 bulan sebanyak 2
orang (2.1%).
3. Proporsi balita stunting dengan Panjang Lahir yang kurang dari 48
cm sebanyak 57 orang (59.4%). Balita dengan riwayat Panjang
Kesimpulan badan lahir pendek memiliki resiko stunting 2.9 kali lebih besar
dengan Panjang badan normal.
4. Ada pengaruh antara berat badan lahir rendah (BBLR) dengan
kejadian stunting (p=0.011). Sedangkan ASI Eksklusif (p= 0.277),
MP-ASI (p = 0.883), Pendidikan ibu (p = 0.547), pengetahuan ibu
(p= 0.883), dan status ekonomi (p = 0.947) tidak berpengaruh
terhadap kejadian stunting pada balita di Kawasan pesisir
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang
JURNAL II

Judul : Hubungan Antara Riwayat Pemberian MP-ASI Dan Kecukupan Protein


Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantaran Kabupaten Probolinggo
Penulis : Riza Amalia1*, Ade Lia Ramadani1, Lailatul Muniroh2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya,
Indonesia
Tahun : 2022
Sumber : Amalia et al. Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2022.17(3):
310–319
Review :
Diakses : 21 November 2022, 10:05:20
Prevalensi balita stunting secara global di tahun 2020 sebesar 22%
(WHO, 2022). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
prevalensi balita pendek di Indonesia tahun 2013 sebesar 37,2% dan
tahun 2018 prevalensi stunting sebesar 30,8% (Riskesdas, 2013;
Riskesdas, 2018). Berdasarkan data SSGBI tahun 2021 sebesar 24,4%
balita mengalami stunting dan menurut SSGI tahun 2021 angka
stunting di Jawa Timur sebesar 23,5% (Kemenkes, 2021). Meskipun
prevalensi stunting di Indonesia berhasil diturunkan, tetapi stunting

Latar Belakang tetap menjadi permasalahan serius karena prevalensi masalah tersebut
masih di atas 20% (WHO, 2022). Angka prevalensi stunting di
Kabupaten Probolinggo tahun 2018 sebesar 39,9%. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dan Puskesmas Bantaran,
wilayah kerja Puskesmas Bantaran memiliki prevalensi stunting yang
cukup tinggi. Puskesmas Bantaran memiliki dua desa yang menjadi
lokus stunting yaitu Desa Gunung Tugel dan Desa Karang Anyar.
Masing-masing desa tersebut memiliki prevalensi balita stunting
sebesar 57,9% dan 48,8% (Puskesmas Bantaran, 2019).
Sampel Populasi meliputi kelompok kasus dan kelompok kontrol. Populasi
terdiri dari 154 balita dengan usia 24-36 bulan yang mengalami
stunting
Besar sampel minimal menggunakan rumus case control dari
Lemeshow, et al. (1990) dengan tingkat kemaknaan 95% (Zα=1,96)
dan kekuatan 80% (Zβ=0,84), OR=6,54. Besar sampel minimal yaitu
sebanyak 19 balita kemudian dilakukan penambahan 15% pada
masing-masing kelompok. Diperoleh total sampel pada kelompok
kasus sebesar 22 balita dan kelompok kontrol 22 balita. Pengambilan
sampel secara simple random sampling
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara
Tujuan Penelitian
riwayat pemberian MP-ASI dan kecukupan protein dengan kejadiaan
stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bantaran.
Data diperoleh melalui wawancara, pengukuran antropometri, dan data
sekunder yang berasal dari Puskesmas Bantaran dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Metode September 2020 hingga Agustus 2021 di wilayah kerja Puskesmas
Pengumpulan Data
Bantaran yang berada di desa lokus stunting yaitu Desa Gunung Tugel
dan Desa Karang Anyar, Kecamatan Bantaran, Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur
Analisis data penelitian adalah menggunakan uji Chi Square, uji
Kolerasi Spearman, dan uji regresi logistic. Analisis uji Chi Square
untuk mengetahui p-value dan uji regresi logistic untuk mengetahui
Metode Penelitian
odd ratio dengan tingkat kepercayaan 95% (α =0,05). Uji Korelasi
Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel praktik
pemberian MP-ASI dan tingkat kecukupan protein.
Hasil Penelitian Hasil penelitian diperoleh
1. Pada kArakteristik Balita didapatkan hasil sebagai berikut :
Angka kejadian stunting pada penelitian ini lebih tinggi pada
balita laki-laki (54,5%) dibandingkan perempuan (45,5%).
Balita kelompok stuting dan tidak stunting paling banyak berat
badan lahir dengan kategori normal (90% dan 95,5%).
Sementara itu, balita dengan panjang badan lahir dengan
kategori normal pada kelompok stunting dan tidak stunting
adalah sebesar 77,3% dan 86,4%.
2. Pada Karakteristik orang tua meliputi usia ibu saat hamil,
pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, dan pekerjaan orang tua.
Usia ibu saat hamil pada balita kelompok kasus dan kontrol
sebagian besar terdapat pada kategori tidak berisiko sebanyak
54,5% dan 86,4%, Pendidikan ibu pada kelompok kasus
sebagian besar berpendidikan rendah (90,9%) dan pengetahuan
gizi kurang (59%) sementara kelompok kontrol sebagian besar
berpendidikan menengah (54,5%) dan pengetahuan gizi sedang
(50%) serta baik (9%),
3. Status gizi menurut Z-Score TB/U pada balita di Desa Lokus
Stunting sebagian besar pada balita kelompok kasus memiliki
status gizi pendek (81,8%) dan status gizi sangat pendek
(18,2%).
4. Hasil uji chi-square menunjukkan hubungan antara praktik
pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting menggunakan
nilai p,α (0,05) yaitu 0,002 dengan nilai OR 7,87 artinya,
bahwa terdapat hubungan yang signifi kan antara praktik
pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita.
5. Hasil uji menggunakan chi-square menunjukkan nilai p< α
(0,05) yaitu 0,005 dengan nilai OR 6,5, artinya, terdapat
hubungan yang kuat antara tingkat kecukupan protein dengan
kejadian stunting pada balita di Desa Gunung Tugel dan
Karang Anyar.
6.
Kesimpulan Simpulan berdasarkan Hasil penelitian adalah praktik pemberian MP-
ASI dan tingkat kecukupan protein berhubungan dengan masalah
stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bantaran Kabupaten
Probolinggo. Praktik pemberian makanan pendamping ASI yang tidak
tepat berkaitan dengan risiko 7,87 kali lipat mengalami stunting. Selain
itu, balita dengan tingkat asupan protein defisit berisiko 6,5 kali
mengalami stunting. Ketidaktepatan praktik pemberian MPASI
menyebabkan balita lebih berisiko mengalami stunting. Selain itu,
semakin defisit tingkat asupan zat gizi protein menyebabkan balita
lebih berisiko mengalami stunting.
JURNAL III

Judul : Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita :
Studi Literatur
Penulis : Nur Fauzatul Hidayati ¹, Tati Nurhayati ²
Program Studi Megister Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, 12740, Indonesia
Tahun : 2022
Sumber : Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 13, No 01, Juni 2022 (Hal :31-4)
Review :

Diakses : 21 November 2022, 08:49:03

Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan WHO, Indonesia


termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di
regional Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2018). Secara global stunting
adalah satu permasalahan dan hambatan signifikan dalam
pembangunan manusia. Sekitar 162 juta anak dibawah usia 5 tahun
mengalami stunting (WHO, 2018). Hasil Riskesdas 2018 (Kemenkes
RI, 2018) Prevalensi stunting di Indonesia menunjukan penurunan
Latar Belakang
angka stunting dari 37,3 persen pada Riskesdas 2013 menjadi 30,8
persen di tahun 2018, namun prevalensi stunting pada balita di
Indonesia masih menempati peringkat 108 dari 132 negara yang
diurutkan berdasarkan prevalensi stunting balita terendah hingga
tertinggi (IFPRI, 2016). Hal ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30 – 39
% dan serius bila prevalensi pendek = 40 %
Sampel Sumber referensi yang tersedia seperti jurnal penelitian, review jurnal,
annual report, buku dan data-data yang berkaitan dengan stunting yang
diterbitkan dari tahun 2016 – 2021. Pencarian literatur dilakukan
dengan menggunakan mesin pencari googe scholar, Researchgate,
WHO dan Depkes RI. Bahan yang dicari diseleksi dengan
menggunakan kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang digunakan adalah
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stunting. Sumber yang
digunakan hanya terfokus pada faktor risko yang berhubungan dengan
kejadian stunting. Sedangkan untuk kriteria eksklusi yaitu jurnal –
jurnal yang diterbitkan di bawah tahun 2016.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor risiko yang

Tujuan Penelitian berhubungan dengan kejadian stunting pada Balita

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan


studi literatur dengan berbagai referensi, yaitu artikel atau jurnal
penelitian, review jurnal, annual report yang diterbitkan dari tahun
Metode 2016 - 2021. Pencarian dilakukan menggunakan mesin pencari google
Pengumpulan Data
di internet dengan kata kunci yang terkait, seperti: stunting, faktor
resiko, dan determinan stunting. Pencarian database dilakukan di
ResearchGate, WHO dan Depkes RI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
studi literatur dengan berbagai referensi, yaitu artikel atau jurnal
penelitian, review jurnal, annual report yang diterbitkan dari tahun

Metode Penelitian 2016 - 2021. Pencarian dilakukan menggunakan mesin pencari google
di internet dengan kata kunci yang terkait, seperti: stunting, faktor
resiko, dan determinan stunting. Pencarian database dilakukan di
ResearchGate, WHO dan Depkes RI
Hasil Penelitian Hasil penelitian diperoleh
1. Hubungan Karakteristik Sosio Demografi dengan Kejadian
Stunting : Faktor pendidikan Ibu, tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi, pendapatan keluarga, lokasi tempat tinggal,
sanitasi Lingkungan (Literatur: (Darubekti, 2020), (Wijhati et
al., 2021), (Suryati et al., 2020b), (Sukartini et al., 2020),
(Azmii & Arini, 2019), (Kiik & Nuwa, 2020), (Fitriami &
Huriah, 2019), (Nurdiana, 2019), (Pangaribuan & Marliani,
2020), (Jago et al., 2019), (Wurisastuti & Suryaningtyas, 2016),
(Fitriami & Huriah, 2019), (Purwanti & Nurfita, 2019),
(Ernawati, 2020), (Mustikaningrum et al., 2016), (Subrata &
Peratiwi, 2020
2. Hubungan Penyakit Infeksi, Berat Badan Lahir, Pemberian
ASI, Imunisasi Dasar Pada Kejadian Stunting : penyakit
infeksi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status pemberian
ASI eksklusif, Imunisasi dasar Literatur (Sutriyawan et al.,
2020), (Darubekti, 2020), (Aramico & Husna, 2016),
(Namangboling et al., 2017), (Azmii & Arini, 2019),
(Wurisastuti & Suryaningtyas, 2016), (Sugiyanto & Sumarlan,
2021), (Suherman & Nurhaidah, 2020), (Fitriami & Huriah,
2019), (Nurdiana, 2019), (Dewi et al., 2019), (Ernawati, 2020),
(Hafid & Nasrul, 2016), (Mustikaningrum et 2016)
3. Hubungan Karakteristik Gizi dan Pola Asuh makan dengan
Kejadian Stunting : tingkat kecukupan asupan gizi, pola asuh
makan (Nabila et al., 2020), (Yuliarsih et al., 2020), (Darubekti,
2020), (Aramico & Husna, 2016), (Sugiyanto & Sumarlan,
2021), (Suherman & Nurhaidah, 2020), (Nurdiana, 2019),
(Dewi et al., 2019), (Astika et al., 2020), (Yuliarsih et al.,
2020), (Jago et al., 2019), (Ernawati,2020)
Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik Sosio
Demografi dengan Kejadian Stunting : Faktor pendidikan Ibu,
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga, lokasi
tempat tinggal, dan sanitasi lingkungan. Penyakit infeksi, BBL,
Pemberian ASI dan imunisasi merupakan faktor pendorong lainnya
Kesimpulan
pada kejadian stunting tingkat asupan gizi berupa energy dan
protein memiliki hubungan terhadap kejadian stunting. Faktor pola
asuh makan memiliki hubungan paling dominan terhadap kejadian
stunting

Anda mungkin juga menyukai