Anda di halaman 1dari 8

Penjelasan Inti Sari Irsyadul ‘Ibaad Ilaa Sabiilirrasyaad

Mushannif membawakan hadits ini di akhir muqaddimah beliau adalah sebuah


isyarat akan harapan beliau agar apa yang beliau tulis ini ikhlash karena Allah , karena
tiada amal apapun yang diterima oleh Allah  , dan mendapat pahala, jika dilakukan
tanpa keikhlasan.
Ibnu Hajar al-Asqalani  berkata, “Yang benar, meninggalkan suatu amalan
tanpa disertai niat tidak mendapatkan pahala. Anda hanya mendapat pahala bila Anda
dengan sadar meninggalkan suatu hal. Sehingga barang siapa di hatinya tidak terbetik
sama-sekali tentang suatu amal maksiat, tentu tidak sama dengan orang yang
mengingatnya, lalu ia menahan diri darinya karena takut kepada Allâh Azza wa Jalla .”(41)
Penjelasan Ibnu Hajar ini menggambarkan betapa pentingnya menghadirkan
niat baik dalam setiap aktifitas Anda. Tanpa perlu waktu, tenaga atau bekal apapun,
lautan pahala menjadi milik Anda. Semua itu dengan mudah Anda gapai hanya berbekal
niat baik dalam hati anda.
Ibnul Qayyim  lebih jauh menjelaskan, “Sungguh tujuan dan keyakinan hati
diperhitungkan pada setiap perbuatan, dan ucapan, sebagaimana diperthitungkan pula
pada amal kebaikan dan ibadah. Tujuan, niat dan keyakinan dapat menjadikan satu
amalan halal atau haram, benar atau salah, ketaatan atau maksiat. Sebagaimana niat
dalam amal ibadah menjadikannya dihukumi wajib atau sunnah, haram atau halal, dan
benar atau salah. Dalil-dalil yang mendasari kaedah ini terlalu banyak untuk disebutkan
di sini.”(42)
Oleh karena itulah, diriwayatkan dari sahabat Mu’âz bin Jabal , dia
berkata: َ َ َ َ َ َ
َ َْ ُ ْ َ َ َْ ُ ْ ُ ُ ُ َ َ َ 
kِ ‫ ﻣﺎ ﺟﻮ ِﻰﻓ ﻗﻮﻣ‬kِ ‫ ﻣﺎ ﻧﺎ ﻓﺄﻧﺎ َ ﻗﻮ َ ﺟﻮ ِﻰﻓ ﻧﻮﻣ‬
“Adapun aku, maka aku tidur dan juga shalat malam, namun dari tidurku aku
mengharapkan (bisa meraih) apa yang aku harapkan (bisa diraih) dari shalat
malamku.”(43)
Akan tetapi, sebaliknya, karena lalai dari niat, maka bisa menyebabkan amal
ibadah Anda hanya bernilai kebiasaan dan rutinitasَ semata. Dahulu dinyatakan:
َ
ٌ َ َ َ َْْ ْ ُ َ َ َ ٌ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ َ
‫ﻋِﺒﺎ ﻫ ِﻞ ﻟﻐﻔﻠ ِﺔ ﺨ" ﺨ ﻫ ِﻞ ﻘﻈ ِﺔ ﻋِﺒﺎ‬
Amal ibadah orang yang lalai hanyalah rutinitas, namun rutinitas orang yang
waspada semuanya bernilai ibadah.(44)

---------------------------------

Bab Iman (ِ(‫ﺎن‬‫ﻤ‬‫ اﻟْﺈِﻳ‬‫ﺎب‬‫)ﺑ‬


ْ ُ َْ ْ َ  َ ْ ُ ََ َ  ُ  ُُْ ُ َ ُّ َ َ ٰ َ َ ُ َ َ
= ‫ ﺧﻠﻘﻜﻢ‬9ِ= ‫ َﺣﺪ } َ ﺑﻜ ُﻢ‬9 { ‫ ﻗﺒﺪ‬1‫ } ﻳﺎ ﻛﻓﻬﺎ ﺠﺎ‬:‫ﺎﻰﻟ‬
ُ ِّ ْ َ
‫ِﻳﻦ ﻣِﻦ ﻗﺒﻠِﻜﻢ‬ ‫ﻗﺎ' ﷲ ﻳﻌ‬
َ َ
ُ ََُْ ً َ ْ ً َ َ ْ ُ ُ َ ََ َ ْ ََ َ َ  َُ َ َ َُ ْ ُ ََ
Q‫ﺮﺘ‬ ‫ ﺑ ِﺴﺎﻃﺎ ﻓﻔ‬9 { ‫ ﻓ ِﺮﺷﺎ‬K ‫ ﺧﻠﻖ } ﻟﻜﻢ ﻷ‬9 {‫ ﺟﻌﻞ‬9ِ=‫ { ِﻋﻘﺎﺑﻪ }ٱ‬C‫ﻟﻌﻠﻜﻢ ﻳﺘﻘﻮ‬
َ ْ ُ َ ً ْ َ َ  ِ ََْ َ َ َ ْ ََ ً َ َ  َ َ َ ََْ ً ْ َ ً َ َ َ  َ
‫ا ِ[ﻗﺎ ﻟﻜﻢ{ }ﻓﻼ‬ ِ ‫ }اﺨﻛﻤﺮ‬Y‫ ﺑ ِ ِﻪ ﻣِﻦ{ ﻧﻮا‬W‫ ﻓﺄﺧﺮ‬R‫ِ ﻣﺎ‬R‫{ ﺳﻘﻔﺎ } ﻧﺰ' ﻣِﻦ ﻟﺴﻤﺎ‬R‫ ﺑِﻨﺎ‬R‫}ﻟﺴﻤﺎ‬

(41) Fathul Bari, I/15


(42) I’lâmul Muwaqî’in, III/118
(43) HR. Muslim, 15-(1733), al-Bukhari (6525), Abu Dawud (4354), Ahmad (19681), Lihat al-Jaami’

as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (37/271)


(44) Syarah al-Arba’in an-Nawawiyah oleh Syaikh Muhamad Ibnu Utsaimin, hlm. 9

~ 19 ~
Penjelasan Inti Sari Irsyadul ‘Ibaad Ilaa Sabiilirrasyaad
ً ٰ ُ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ٌ ََ ُ  َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ ََ َ َ ْ ََ ُ ْ َ ً َ َْ ُ َ َْ
‫ ِﻬﻟﺎ‬f C‫" ﻻ ﻳﻜﻮ‬C‫{ ﻛﻧﻪ ﺨﻟﺎﻟ ِﻖ ﻻ ﺨﻳﻠﻘﻮ‬C‫ ِ } ﻏﺘﻢ ﻳﻌﻠﻤﻮ‬a‫ ِﻲﻓ ﻟ ِﻌﺒﺎ‬R_‫ ﺮﺷ‬9 {‫ﺠﺗﻌﻠﻮ ِﷲِ ﻧﺪ‬
ً
َُُْ ْ َ 
‫ ِﻻ ﻣﻦ ﺨﻳﻠﻖ‬f
“Allah  berfirman, “Wahai sekalian manusia, sembahlah oleh kalian [yaitu esakanlah
oleh kalian] Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian, dan orang-orang sebelum
kalian agar kalian bertakwa [terlindungi dari hukuman-Nya]. (yaitu) Dzat yang telah
menjadikan [yaitu menciptakan] bumi untuk kalian sebagai hamparan [yaitu hamparan
yang dibentangkan] dan (yang telah menciptakan langit sebagai sebuah bangunan [atap],
dan yang telah menurunkan air dari langit, lalu dengannya, Dia mengeluarkan [berbagai
macam] buah-buahan, sebagai rizqi bagi kalian. Maka janganlah kalian menjadikan
untuk Allah tandingan-tandingan [yaitu sekutu-sekutu di dalam beribadah] sementara
kalian mengetahui [bahwa Dia adalah sebenar-benarnya Pencipta, dan tidaklah menjadi
sesembahan melainkan Yang Menciptakan.”(45)
---------------------------------
Faidah ayat:

4. Nabi Muhammad  diutus kepada seluruh manusia.

ُ‫يَا َأ ُّي َها الَّاس‬


Firman Allâh 

“Wahai manusia!”
Ini adalah seruan kepada seluruh manusia, dari semua bangsa atau suku, di
semua tempat dan waktu, setelah diutusnya Nabi Muhammad . Ini menunjukkan
bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad  ditujukan kepada seluruh manusia.

َ ْ َ َّ ٰ َ َ ً َ َ ً َ ً َّ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
Hal ini sebagaimana Firman Allâh :
َ َُْ َ َ َّ َ َّ
ِ ‫كن أكث ال‬
‫اس  يعلمون‬ ِ ‫وما أرسلناك إِ كفة ل ِلن‬
ِ ‫اس بشِ يا ونذِيرا ول‬
“Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya,
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui.” [QS. Saba’ (34): 28]

5. Manusia wajib beribadah kepada Allâh  karena Dia telah


menciptakan manusia.
Firman Allâh :
ُ َ َ ‫ك ْم َو َّال‬
‫ِين م ِْن قبْل ِك ْم‬
ُ ََ َ َّ ُ ْ
‫اعبُ ُدوا َر َّبك ُم الِي خلق‬
“…beribadahlah kepada Robb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu”,
Ini menunjukkan bahwa manusia wajib beribadah kepada Allâh  karena Dia
telah menciptakan manusia. Hal ini sebagaimana Firman Allâh  yang menyebutkan

َ ْ َ َّ ْ َ ْ ُ َ َ َ
perkataan Nabi Syu’aib  kepada kaumnya :
َ ‫ال َّول‬ َّ ُ َّ َ
‫ِي‬ ‫البِلة‬
ِ ‫و‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫خ‬ ‫ِي‬
‫ال‬ ‫واتقوا‬
“… dan bertaqwalah kepada Allâh yang telah menciptakan kamu dan umat-umat
yang dahulu”. [QS. asy-Syu’ara’ (26): 184]

(45) QS. al-Baqarah (2): 21-22

~ 20 ~
Penjelasan Inti Sari Irsyadul ‘Ibaad Ilaa Sabiilirrasyaad

Dan sesungguhnya perintah Allâh  ini merupakan hikmah manusia

ْ َ َّ َ ْ ْ َ َّ ْ ُ ْ َ َ َ َ
diciptakan di dunia ini, sebagaimana firman-Nya:
ُ ُ
‫النس إِ ِلعبدو ِن‬ ِ ‫الن و‬ِ ‫وما خلقت‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” [QS. adz-Dzâriyât (51): 56]
Beribadah kepada Allâh  yaitu: taat secara mutlak kepada Allâh , disertai
dengan rasa cinta dan pengagungan, berharap dan takut, dengan cara melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya lewat syari’at Rasul-Nya (Nabi Muhammad
) dengan hati yang ikhlas.

6. Tujuan ibadah hamba kepada Rabbnya adalah taqwa, yaitu


untuk melindungi diri dari murka dan siksa Allâh .
Firman Allâh :
َ ُ َ ُ َّ َ
‫ل َعلك ْم ت َّتقون‬
“agar kamu bertaqwa”,
Ini adalah tujuan ibadah seorang hamba, yaitu agar bertaqwa, agar hamba
terlindungi dari murka dan siksa Allâh .
Imam Ibnu Rajab al-Hambali  (wafat 795 H) berkata, “Makna dasar dari kata
taqwa adalah seorang hamba membuat perlindungan yang akan melindunginya dari apa
yang dia takutkan dan dia waspadai. Jadi makna ketaqwaan hamba kepada Rabbnya
adalah dia membuat perlindungan yang akan melindunginya dari apa yang dia takutkan
dan dia waspadai dari Rabbnya, seperti kemarahan-Nya dan siksa-Nya, dengan cara
mentaati-Nya dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan kepada-Nya.” [46]
Ini juga menujukkan bahwa manfaat ibadah yang dilaksanakan hamba akan
kembali kepada hamba tersebut, bukan untuk Allâh , juga bukan untuk orang lain.

َّ َ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ
Allâh  berfirman:
َ ْ َْ َ ً َ َ َ ْ َ
‫ ٍا ل ِلعبِي ِد‬R‫سهِ ۖ ومن أساء فعليها ۗ وما ربك بِظ‬ ِ ‫من ع ِمل ص‬
ِ ‫الا فل ِنف‬
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri,
dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali
tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya).” [QS. Fusshilat (41): 46]

7. Di antara sebab manusia wajib beribadah kepada Allâh 


adalah karena Dia memberi rezeki kepada manusia.

ْ َ َ ً َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ً َ َ َ َّ َ ً َ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ
Firman Allâh :
َ‫خ َر َج بهِ مِن‬ َّ
ِ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫اء‬‫م‬ ِ ‫ء‬‫ا‬‫م‬ ‫الس‬ ‫ِن‬
‫م‬ ‫ل‬‫ز‬ ‫ن‬ ‫أ‬‫و‬ ‫اء‬‫ن‬ِ ‫ب‬ ‫اء‬‫م‬ ‫الس‬‫و‬ ‫ا‬ ‫اش‬‫ِر‬ ‫ف‬ ‫ض‬‫ر‬‫ال‬ ‫م‬‫ك‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ج‬ ‫ِي‬ ‫ال‬
ُ َ ًْ َّ
‫ات رِزقا لك ْم‬ِ ‫ال َم َر‬
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu.” [QS. al-Baqarah (2): 22]

(46)
Kitab Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, 1/398, diteliti oleh: Syaikh Syu’aib al-Arnâuth dan Syaikh Ibrâhîm Bajis,
penerbit: Muasasah ar-Risalah

~ 21 ~
Penjelasan Inti Sari Irsyadul ‘Ibaad Ilaa Sabiilirrasyaad

Ini menunjukkan bahwa di antara sebab hamba diwajibkan beribadah kepada


Allâh  adalah Allâh  telah memberi rezeki kepada manusia. Dan Allâh  telah
menyiapkan segala keperluan hidup manusia, dan telah melimpahkan berbagai nikmat-

ْ َ ُ ُ ََ ْ ْ ْ ُْ ُ ُ َ
Nya kepada hamba. Allâh  berfirman:
ْ ُ َْ َ ََ
ُ ُ‫ال َّن َو ْالن ْ َس إ َّ ِلَ ْعب‬
‫﴾ ما أرِيد مِنهم مِن رِز ٍق وما أرِيد أن‬a﴿ ‫ون‬ ِ ‫د‬ ِ ِ ِ ‫وما خلقت‬
‫ي‬ُ ِ ‫اق ذُو الْ ُق َّوة ِ ال ْ َمت‬ ُ َّ َّ َ ُ َ َّ َّ
‫ هو الرز‬i‫﴾ إِن ا‬e﴿ ‫ون‬ ُ ُْ
ِ ‫يطعِم‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allâh Dialah Maha Pemberi
rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” [QS. adz-Dzâriyât (51): 56-58]
Syaikh Abdurrahman bin Nâshir as-Sa’di (wafat 1376 H)  berkata ketika
menjelaskan ayat ke-22 dari surat al-Baqarah ini, “Kemudian Allâh  menyebutkan
hujjah (argumentasi-red) wajibnya beribadah kepada Allâh  semata, yaitu Dia
adalah Rabb (Pencipta; Pemilik; Penguasa; Pemelihara) kamu (manusia), Yang telah
memelihara kamu dengan berbagai macam kenikmatan.
Dia telah menciptakan kamu yang sebelumnya tidak ada. Dia juga telah
menciptakan orang-orang sebelum kamu. Dia telah memberikan kenikmatan kepada
kamu dengan kenikmatan-kenikmatan lahir dan batin.
Dia telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, kamu dapat menetap di
atasnya. Kamu juga dapat memanfaatkannya dengan (membuat) bangunan, pertanian,
pengolahan tanah, berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain dan berbagai
pemanfaatan bumi yang lain.
Dia juga telah menjadikan langit sebagai atap bagi tempat tinggal kamu, dan Dia
meletakkan di langit berbagai benda bermanfaat yang menjadi kebutuhan kamu, seperti
matahari, bulan dan bintang-bintang….
Kemudian Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan, seperti biji-bijian dan buah-buahan dari pohon kurma,
dan seluruh buah-buahan, serta tumbuh-tumbuhan, dan lainnya, sebagai rezeki
untukmu, dengan itu kamu memperoleh rezeki, kamu mendapatkan makanan pokok,
kamu hidup, dan bersenang-senang.”[47]

8. Tauhid dan syirik adalah perintah dan larangan pertama kali


dalam al-Qur’an.
Ini menunjukkan pentingnya tauhid dan bahaya syirik.

ً َ ْ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ
Firman Allâh :

‫ِ أندادا‬iِ ‫ تعلوا‬R‫ف‬
“Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allâh ,…”
Ini merupakan larangan terhadap perbuatan syirik lawan dari tauhid, yaitu
“Janganlah kamu menjadikan tandingan-tandingan (bagi Allâh ) dari kalangan
makhluk, yaitu kamu beribadah kepada tandingan-tandingan itu sebagaimana kamu
beribadah kepada Allâh , dan kamu mencintai mereka sebagaimana kamu mencintai
Allâh , sedangkan mereka seperti kamu, diciptakan oleh Allâh , diberi rezeki
oleh Allâh , dikuasai oleh Allâh . Mereka tidak memiliki apapun, meskipun

(47) Tafsir Taisîr Karîmirrahmân, surat al-Baqarah ayat ke-22

~ 22 ~
Penjelasan Inti Sari Irsyadul ‘Ibaad Ilaa Sabiilirrasyaad

seberat debu di bumi dan di langit. Dan mereka tidak dapat memberikan manfaat
kepada kamu dan tidak dapat membahayakan kamu.”[48]

9. Manusia meyakini keesaan Allâh dalam rubûbiyah-Nya


(kekuasaan-Nya).
Maka seharusnya mereka juga meyakini keesaan Allâh dalam ulûhiyah-Nya (hak-
Nya untuk diibadahi dan tidak disekutuan dengan selainNya)

َ ُ َ ْ َ ْ ََُْ
Firman Allâh :

‫وأنتم تعلمون‬
“padahal kamu mengetahui”,
Yaitu kamu mengetahui “bahwa Allâh  tidak memiliki sekutu dan tandingan,
baik di dalam mencipta, memberi rezeki, dan mengatur. Demikian juga Allâh  tidak
memiliki sekutu dan tandingan dalam ulûhiyah (hak untuk diibadahi) dan
kesempurnaan. Lalu, bagaimana bisa kamu beribadah kepada tuhan-tuhan yang lain
disamping beribadah kepada Allâh ? Padahal kamu mengetahui hal itu. Ini
merupakan perkara yang sangat mengherankan dan kebodohan yang paling bodoh.”[49]

َّ َ َّ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ َْ َ َ ْ َ َ
Hal ini sebagaimana Firman Allâh :
ُ َّ ‫الش ْم َس َوالْ َق َم َر َلَ ُقولُ َّن‬
ٰ‫ ۖ◌ فَأن‬i‫ا‬ ‫ات والرض وسخر‬ َ َ َّ َ
ِ ‫ولئِن سألهم من خلق السماو‬
َ ُ َْ
‫يُؤفكون‬
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka (orang-orang musyrik),
“Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?”
Tentu mereka akan menjawab, “Allâh”, maka bagaimanakah mereka (dapat) dipalingkan
(dari jalan yang benar).” [QS. al-‘Ankabut (29):61]

ًَْ َ ً َ ْ ً َ َ َ
---------------------------------
َ ْ ََْْ  َ ُ ْ ُْ َ ْ
ِ ‫ } َ َﻣﻦ ﻟ ْﻢ ﻳﺆﻣِﻦ ﺑِﺎﷲ َ َ ﺳ‬:‫ﺎﻰﻟ‬
َ َ ََ
.a‫ ﻧﺎ  ﺷ ِﺪﻳﺪ‬9 {‫ ِ ﻓﺈِﻧﺎ ﻗﺘﺪﻧﺎ ﻟ ِﻠﺎﻜﻓ ِِﺮﻳﻦ ﺳ ِﻌﺮﻴ‬l‫ﻮ‬ ٰ ‫ﺎ' َﻳ َﻌ‬ ‫ﻗ‬
Allah  berfirman, “… dan Barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
Maka Sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang
bernyala-nyala.” Yaitu api neraka yang dahsyat.(50)
---------------------------------
Faidah:
10. Neraka adalah tempat kembalinya orang-orang kafir

ُ َ َ ُ َ َ َ ‫ك َف ُروا م ِْن أ َ ْهل الْكِتَاب َوال ْ ُم ْشك‬


Allah  berfirman tentang mereka di dalam ayat lain,
َ َ ‫ِي ف نَار‬ َ َ َّ َّ
‫ِيها أولئِك ه ْم‬ ِ ‫ج َه ّنَ َم خ‬
‫الِين ف‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫إِن الِين‬
ْ ُّ َ
ِ‫ش ال َبِ ّيَة‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.” (QS. al-Bayyinah (98): 6)

(48) Tafsir Taisîr Karîmirrahmân, surat al-Baqarah ayat ke-22, karya Syaikh Abdurrahman bin Nâshir as-

Sa’di
(49) Tafsir Taisîr Karîmirrahmân, surat al-Baqarah ayat ke-22
(50) QS. al-Fath (48): 13

~ 23 ~
Penjelasan Inti Sari Irsyadul ‘Ibaad Ilaa Sabiilirrasyaad

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin  berkata, “Ahli kitab (Yahudi dan
Nashrani) serta orang-orang musyrik adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah. Jika
mereka adalah sejelek-jelek makhluk, maka berarti dipastikan pada mereka kejelekan.
Karena yang dimaksud kejelekan di sini adalah nampak pada mereka kejelekan yang
tidak mungkin kita berhusnuzhan (berprasangka baik) pada mereka. Kecuali ada
beberapa orang yang dipersaksikan langsung oleh Nabi  di antara orang musyrik
seperti ‘Abdullah bin Ariqoth. Beliau  pernah menyewanya untuk menunjukkan jalan
ketika hijrah. Akan tetapi selain dia, yaitu mayoritas orang musyrik adalah tidak bisa
kita menaruh percaya pada mereka. Karena mereka adalah sejelek-jeleknya
makhluk.”(51)

َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ُ َّ َ ُ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ
Allah  berfirman:
َّ َ َ َّ َّ
‫النَّة‬ ‫ِين كذبُوا بِآيات ِنا واستكبوا عنها  تفتح لهم أبواب السماءِ و يدخلون‬ ‫إِن ال‬
َ ‫ِي‰ ل َ ُه ْم م ِْن‬
ٌ ‫ج َه َّن َم م َِه‬ َ ‫جرم‬ْ ُ ْ ‫اط ۚ◌ َو َك َذٰل َِك َنْزي‬ ْ ّ َ ُ َ َ ْ َ َ ٰ َّ َ
‫اد َوم ِْن‬ ِ ‫م‬ ‫ال‬ ِ ِ َ‫الِي‬ ‫م‬
ِ ‫س‬ ‫ف‬ ِ ‫ل‬ ‫حت يل ِج الم‬
َ ‫الظالِم‬ َّ ْ َ َ َٰ َ َ ۚ َ َ ْ ْ َ
Ž‫ي‬ ِ ‫ي‬ ِ ‫اش◌ وكذل ِك ن‬
‫ز‬ ٍ ‫فوق ِ ِهم غو‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-
pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga onta masuk ke lubang jarum.
Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api
neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. al-
A'raaf (7): 40-41)
Imam al-Baghawi  berkata, “Maksudnya adalah mereka tidak akan masuk
surga selamanya. Karena, jika (penetapan) sesuatu disyaratkan dengan perkara yang
mustahil terjadi, maka itu menunjukkan adanya penekanan pada kemustahilannya.
Seperti dikatakan (dalam bahasa Arab) ‘aku tidak melakukannya hingga burung gagak
beruban, atau hingga aspal menjadi putih’, maksudnya, aku tidak melakukannya
selamanya.”(52)
11. Neraka sudah ada, demikian juga sorga
Ayat-Ayat yang Menunjukkan Bahwa Surga dan Neraka Telah Tercipta diantara;

ْ َّ ُ َّ َ َّ
Allah  berfirman tentang neraka,
َ‫ت ل ِلْ َكف ِرين‬ ‫ِد‬‫ع‬ ‫أ‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫ار‬‫ال‬ ‫وا‬‫ق‬
ُ َّ َ
‫وات‬
ِ ِ
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, telah disediakan untuk orang-orang yang
kafir.” (QS. Aali ‘Imraan: 131)
Imam Qurtubi  berkata saat menafsirkan ayat ini,
u َ ُ ُ ْ ُ َ َ َْ ُ ْ َْ  َ  ْ َْ ٰ َ u َ ٌ َ ْ ُ ْ َ َ   َ ٰ َ ٌ ْ َ َ ْ ٰ ْ َ
‫ ﻣﻌﺪ‬C‫ ﻟﻤﻌﺪ ﻻ ﻳﻜﻮ‬C‫ ﺠﺎ ﺨﻣﻠﻮﻗﺔ  ﺒﻟ ﺠﻟﻬ ِﻤﻴ ِﺔ ; ِﻷ‬C ‫ ِ ﻵﻳ ِﺔ  ِﻞ ﺒﻟ‬q‫ ﻫ ِﺬ‬oِ 
“Ayat ini dalil bahwa neraka telah tercipta. Ini sebagai bantahan terhadap kaum
jahmiyah (Masuk dalam golongan Jahmiyah adalah Mu’tazilah. pent). Karena sesuatu
yang belum ada, tidak akan pernah dijadikan janji.”(53)
Allah juga berfirman tentang neraka,

(51) Tafsir Juz ‘Amma Syaikh Utsaimin, hal. 284


(52) Tafsir al-Baghawi, 3/229.
(53) Al-Jaami’ Li Ahkaamil Qur’an, 5/312

~ 24 ~
Penjelasan Inti Sari Irsyadul ‘Ibaad Ilaa Sabiilirrasyaad

ً َ ْ ْ َ َ َ َّ َ َ َّ
’ ‫ِي َمآبًا‬
َ ‫ِلطاغ‬
َّ ‫ادا ل‬‫إِن جهنم كنت مِرص‬
“Sesungguhnya neraka Jahanam itu ada tempat pengintaian. Sungguh neraka
Jahanam itu menjadi tempat tinggal bagi orang-orang yang melampaui batas.” (QS. An-
Naba` (78): 21-22).

ْ َّ ُ ُ ْ َ ْ َ ُ َ َ َّ َ ُ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ّ َ ْ َ ْ َ ٰ َ ُ َ َ
Tentang surga, Allah  berfirman,
َ‫ت ل ِلْ ُم َّتقي‬ ‫وسارِعوا إِ“ مغفِر ٍة مِن ربِكم وجن ٍة عرضها السماوات والرض أعِد‬
ِ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi. Surga yang telah disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133).
Imam Qurtubi  menjelaskan saat menafsirkan ayat ini,
َ ‫ )) ُ ﻋ ِﺪ ْ ﻟ ِﻠْ ُﻤ ﺘﻘ‬l‫" ﻟﻘﻮ‬a‫ ﺠﻟﻨﺔ ﺨﻣﻠﻮﻗﺔ ﻣﻮﺟﻮ‬C ‫ ﺒﻟ‬R‫ﺨﻣﺔ ﻟﻌﻠﻤﺎ‬
‫ ﻫﻮ ﻧﺺ ﻲﻓ‬.((‫ﻦﻴ‬ ِ
‫ ﻲﻓ ﻟﺼﺤﻴﺤﻦﻴ  ﻏﺮﻴﻫﻤﺎ‬q‫ ﻏﺮﻴ‬R‫ﺣﺪﻳﺚ ﻹﺮﺳ‬
“Para ulama menjelaskan bahwa surga telah tercipta dan telah ada sekarang.
Berdasarkan firman Allah , “telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. Dan
keyakinan seperti ini, telah ada keterangan secara jelas dalam hadis yang menceritakan
tentang Isra’. Baik yang terdapat dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim)
maupun kitab hadis lainnya.”(54)

َّ ْ ُ َ َ َ َّ ۡ َّ ُ
Dalam ayat yang lain disebutkan,
ُ ُ َ
‫ِ ورسلِهِۚۦ‬i‫أعِدت ل ِلِين ءامنوا ب ِٱ‬
“Telah disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-
Nya.” (QS. al-Hadiid: 21)
Allah  juga berfirman tentang surga, saat menceritakan peristiwa isra’ mi’raj
Nabi ,
َ ۡ َ ۡ ُ َّ َ َ َ َ َ ُۡ َ ۡ َ ۡ ُ ًََۡ ُ ََ ۡ َََ
ٰٓ ٰ ٰ َ
£ ‫ولقد رءاه نزلة أخرى ž عِند سِدرة ِ ٱلمنته ¡ عِندها جنة ٱلمأوى‬
“Dan sesungguhnya Muhammad melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) sekali
lagi. Di sisi Sidratul Muntaha. Di sisi Sidrotul Muntaha ada surga, tempat tinggal orang-
orang mukmin.” (QS. An-Najm: 13-15)
Adapun dalil dari hadis-hadis Nabi ;
Saat peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi  melihat Sidrotul Muntaha. Di sisi Sidrotul
Muntaha tersebut ada surga. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang terdapat dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Dari sahabat Anas bin Malik , Nabi  bersabda,
ُ ْ ُْ ُ َ َ ْ َ َ ٌ ََْ َ َ َ َ َُْْ َ ْ َ ََْ  َ ََ َْ ُ
‫ﺧﻠﺖ‬ِ  ‫ ﻣﺎ ِﻲﻫ" ﻋﻢ‬9ِ  ‫ ﻻ‬C‫ ِ ﻟﻤﻨﺘﻰﻬ" َﻏ ِﺸﻴﻬﺎ ﻟﻮ‬a ‫ِﻰﻟ ِﺳﺪ‬f †ِ ‫ ﻏﺘﻰﻬ‬k‫ﻋﻢ ﻏﻄﻠﻖ ِ† ﺣ‬
ُ ْ ْ َُ ُ َ ُ ْ ُّ ُ َ َ َ َ َ َ  َ ْ
‫ﺠﻟﻨﺔ" ﻓﺈِ‹ ﻓِﻴﻬﺎ ﺣﺒﺎﻳِﻞ ﻟﻠﺆﻟ ِﺆ" َِ‹ ﺗ َﺮﻧﻬﺎ ﻟ ِﻤﺴﻚ‬
“Kemudian Jibril mengajakku ke Sidratul Muntaha. Ia diselaputi warna-warni
yang tidak aku ketahui. Lalu aku dibawa masuk ke dalam syurga. Ternyata di dalamnya
terdapat dinding-dinding yang terbuat dari permata, dan debu dari wewangian
kasturi.”(55)
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim juga disebutkan sebuah hadits dari
Ibnu Umar , bahwa Rasulullah  bersabda,

(54) Al-Jaami’ Li Ahkaamil Qur’an, 5/316


(55) HR. Bukhari (349), Muslim (163)

~ 25 ~
Penjelasan Inti Sari Irsyadul ‘Ibaad Ilaa Sabiilirrasyaad

ْ َ ْ َ  َْ ْ َ ْ َ َ ْ ّ َْ َ َ َْ ُ َ َ َْ َْ َ َ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ َ 
‫ ﻣِﻦ ﻫ ِﻞ اﺠﻟﻨ ِﺔ ﻓ ِﻤﻦ ﻫ ِﻞ‬C‫ ﺎﻛ‬Cِf "n
ِ ِ ‫ ِ اﻟﻌ‬a‫ ﺑِﺎﻟﻐﺪا‬q‫ ﻋﻠﻴ ِﻪ ﻣﻘ َﻌﺪ‬K‫ِ‹ا ﻣﺎ َﻋ ِﺮ‬f ‫ ﺣﺪﻛﻢ‬Cْ ِ f
ََْ ُ َ َََْ  َ َ ُ َ َْ َ َ ُ ََُ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ
‫اﷲ ﻳﻮ‬ ‫ ﻓﺒﻌﺜﻚ‬k‫ ﻫﺬا ﻣﻘﻌﺪ• ﺣ‬:'‫ ﻣِﻦ ﻫ ِﻞ اﺠﺎ ِ ﻓ ِﻤﻦ ﻫ ِﻞ اﺠﺎ ِ ﻓﻴﻘﺎ‬C‫ ﺎﻛ‬Cِَ "ِ‫اﺠﻟﻨﺔ‬
َ َ ْ
‫اﻟ ِﻘﻴﺎﻣ ِﺔ‬
“Sesungguhnya apabila salah seorang dari kalian meninggal (ketika berada di
alam kubur -pent), maka akan ditampakkan calon tempat tinggalnya nanti di akhirat,
setiap pagi dan petang. Bila dia penghuni surga maka ditampakkan kepadanya surga.
Bila dia termasuk penghuni neraka maka ditampakkan kepadanya neraka. Lalu
dikatakan kepadanya, “Ini calon tempat tinggalmu nanti. Hingga Allah 
membangkitkanmu di hari kiamat.”(56)
Dalam hadis Barra’ bin ‘Azib , Rasulullah  bersabda,
َّ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َُ ََُ
, ‫ﺠﻟﻨ ِﺔ‬ ‫ ﻣِﻦ‬q‫  ﻟﺒِﺴﻮ‬, ‫ﺠﻟﻨ ِﺔ‬ ‫ ﻣِﻦ‬q‫ ﻓﺄﻓ ِﺮﺷﻮ‬, 9‫ ﺻﺪ˜ ﻗﺒ ِﺪ‬C Rِ ‫ ﻣﻨﺎ ٍ ﻣ َِﻦ ﻟﺴﻤﺎ‬9ِ‫ﻓﻴﻨﺎ‬
َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َّ ْ َ ً َ َ ُ َ ْ
‫ﺣﻬﺎ ﻃِﻴﺒِﻬﺎ‬ َ ‫ﻰﻟ‬f ‫ ﺑﺎﺑﺎ‬lُ ‫َﻓﺘﺤﻮ‬
ِ  ‫ﺠﻟﻨ ِﺔ " ﻗﺎ' ﻓﻴﺄﻳ ِﻴ ِﻪ ﻣِﻦ‬
“Lalu terdengar seruan dari langit, “Hambaku benar, maka bentangkanlah
baginya (permadani) dari surga, dan pakaikanlah pakaian dari surga, lalu bukakanlah
untuknya satu pintu menuju surga. Nabi melanjutkan sabdanya, “Lalu datanglah
semerbak wewangian surga..”(57)
Kemudian dari Ibunda ‘Aisyah , bahwa beliau menceritakan, “Pernah
terjadi gerhana matahari semasa Nabi  masih hidup..” Lalu beliau menyampaikan
hadis yang cukup panjang. Diantara
ُ potongan hadis tersebut adalah,
ْ ْ ً ْ َ ُ ْ ُ
َ ‫اﺠﻟ ﻨﺔ ﺣ‬ َ َ ُْ َ ْ ََ  َ ُْ ْ َ ُ َ َ ََ
ِ ِ َ ‫ ¡ﺧﺬ ﻗ ِﻄﻔﺎ ﻣِﻦ‬C ‫ ﻟﻘﺪ ﻳﺘ ِﻲﻨ ِﻳﺪ‬k‫ ُﻋِﺪﻳﻢ ﺣ‬Rٍ n ْ َ ‫ﻞﻛ‬ ُ ْ
‫ﻦﻴ‬ ‫ﺎﻲﻣ ﻫﺬا‬ ِ ‫َ ﻳﺖ ِﻲﻓ ﻣﻘ‬
ُ ْ  ََ ُ ُ ْ ََ َ ً ْ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ  َ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ِّ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ُ ْ ََ
‫ﻮﻰﻳ ﺗﺄﺧﺮ‬ ِ ‫ﺣﻦﻴ ﻓﺘﻤ‬ ِ ‫ﻮﻰﻳ ﺟﻌﻠﺖ ﻗﺪ ﻟﻘﺪ ﻳﺖ ﺟﻬﻨﻢ ﺤﻳ ِﻄﻢ ﻧﻌﻀﻬﺎ ﻧﻌﻀﺎ‬ ِ ‫ ﻓﺘﻤ‬
“Aku (yakni Rasulullah ) melihat di tempatku berdiri ini, segala sesuatu yang
dijanjikan kepada kalian. Sampai aku melihat diriku ingin memetik setangkai buah dari
surga, ketika kalian melihatku melangkah maju. Aku juga melihat neraka Jahanam yang
saling menghancurkan satu sama lain, itu terjadi saat kalian melihatku melangkah
mundur.”(58)
Dari Ka’ab bin Malik , beliau berkata, bahwa Nabi  bersabda,
َ َ ْ ََْ َ َ َ ُ ُ َ ُْ  َ َ ْ َ َ َََ ٌ َ ُْ ْ ُ َ ََ َ
.‫ ِ ﻳﻮ ﻟ ِﻘﻴﺎﻣ ِﺔ‬q‫ﷲ  ِﻰﻟ ﺟﺴ ِﺪ‬ ‫ﺟﻌﻪ‬
ِ ‫ﺮ‬‫ﻳ‬ k ‫ﺣ‬ ‫ﺔ‬
ِ ‫ﻨ‬‫ﺠﻟ‬  ‫ﺮ‬
ِ ‫ﺠ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻰﻓ‬
ِ ‫ﻖ‬ ‫ﻠ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬ ‫ِﺮ‬ ‫ﺋ‬‫ﺎ‬ ‫ﻃ‬ ‫ِﻦ‬
ِ ‫ ِﻏﻤﺎ ﻧﺴﻤﺔ ﻟﻤ‬
‫ﻣ‬ ‫ﺆ‬
“Sesungguhnya ruh orang mukmin itu adalah burung yang bergelantung di pohon
surga. Hingga Allah mengembalikan ruh itu ke badannya di hari kiyamat nanti.”(59)
Hadis ini secara gamblang menjelaskan, bahwa ruh orang-orang beriman akan
berada di surga sebelum hari kiamat terjadi.

(56) HR. Bukhari (1379), Muslim (2866)


(57) HR. Ahmad (18534), Abu Dawud (4753)
(58) HR. Muslim (901)
(59) HR. Malik (49), Ahmad (15777), dan Nasai (2211), Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam

tahqiq beliau untuk kitab Aqidah Thahawiyyah

~ 26 ~

Anda mungkin juga menyukai