Anda di halaman 1dari 11

Mutasyabih Al-Qur'an

Kelompok 3:
Muhamad Hasin Tuba
Muhammad Irza Tsaquf Ali
Muhammad Zain Mubarak
A. Mutasyabih ayat pada Q.S. Al-Baqarah [2]: 62,

Q.S. Al-Maidah [5]: 69, Q.S. Al-Hajj [22]: 17


‫ِاَّن اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو اَّلِذ ْيَن َهاُد ْو ا َو الَّنٰص ٰر ى َو الَّص اِبـِٕـ ْي َن َم ْن ٰا َم َن ِبالّٰلِه َو اْلَي ْو ِم‬
‫اٰاْلِخ ِر َو َع ِم َل َص اِلًحا َفَلُه ْم َاْجُرُه ْم ِع ْن َد َرِّبِه ْۚم َو اَل َخْو ٌف َع َلْي ِه ْم َو اَل ُه ْم َيْحَزُنْو َن‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala
dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih
hati”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 62)
‫ِاَّن اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو اَّلِذ ْيَن َهاُد ْو ا َو الَّص اِبُٔـ ْو َن َو الَّنٰص ٰر ى َم ْن ٰا َم َن‬
‫ِبالّٰلِه َو اْلَي ْو ِم اٰاْلِخ ِر َو َع ِم َل َص اِلًحا َفاَل َخْو ٌف َع َلْي ِه ْم َو اَل ُه ْم َيْحَزُنْو َن‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
shabiin dan orang-orang Nasrani, barangsiapa beriman kepada Allah,
kepada hari kemudian, dan berbuat kebajikan, maka tidak ada rasa
khawatir padanya dan mereka tidak bersedih hati”. (Q.S. Al-Maidah
[5]: 69)
‫ِاَّن اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو اَّلِذ ْيَن َهاُد ْو ا َو الَّص اِبِٕـ ْي َن َو الَّنٰص ٰر ى‬
‫َو اْلَم ُجْو َس َو اَّلِذ ْيَن َاْش َرُكْٓو ا ِۖاَّن َهّٰللا َيْف ِص ُل َبْي َنُه ْم َيْو َم اْلِق ٰي َم ِۗة‬
‫ِاَّن َهّٰللا َع ىٰل ُكِّل َش ْي ٍء َش ِه ْي ٌد‬
“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Sabiin,
orang Nasrani, orang Majusi dan orang musyrik, Allah pasti
memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sungguh,
Allah menjadi saksi atas segala sesuatu”. (Q.S. Al-Hajj [22]: 17)
Penjelasan Mutasyabih
Al-Baqarah (62): ‫ الَّنٰص ٰر ى‬kemudian ‫الَّص اِبِٕـ ْي َن‬.
Al-maidah (69): ‫ الَّص اِبُٔـ ْو َن‬kemudian ‫الَّنٰص ٰر ى‬.
Al-Hajj (17): urutannya sama dengan Al-Maidah ayat
69, bedanya memakai redaksi ‫الَّص اِبِٕـ ْي َن‬, juga ada
tambahan ‫ اْلَم ُجْو َس‬dan ‫اَّلِذ ْيَن َاْش َرُكْٓو ا‬.
B. Mutasyabih ayat pada Q.S. Ali ‘imran

[3]: 51, Q.S. Az-zukhruf [43]:64.


‫ِاَّن َهّٰللا َرِّبْي َوَرُّبُكْم َف ا ْع ُبُد ْو ُهۗ  ٰه َذ ا ِص َرا ٌط ُّم ْس َت ِق ْي ٌم‬
"Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu
sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.""
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 51)

‫ِاَّن َهّٰللا ُه َو َرِّبْي َوَرُّبُكْم َف ا ْع ُبُد ْو ُهۗ  ٰه َذ ا ِص َرا ٌط ُّم ْس َت ِق ْي ٌم‬


"Sungguh, Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia.
Ini adalah jalan yang lurus.""
(QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 64)

Penjelasan Mutasyabih
Penyebutan dhamir ‘huwa’ dimaksudkan sebagai ta’kid (penguat),

agar apa yang dimaksudkan oleh mubtada' dan khabarnya menjadi

spesifik, yaitu penetapan kerububiyahan Allah sekaligus peniadaan

trinitas bagi Nya. Maha suci Allah dari sifat-sifat yang tidak layak

atas keagungan dan keluhuran-Nya.

Karena itu, penambahan dhamir ‘huwa’ di antara term ‘Allah’ dan

‘Rabbi’, adalah untuk menguatkan dan menegaskan bahwa hanya

Allah saja yang paling berhak menyandang Tuhan, bukan yang lain,

termasuk Isa yang, atas izin Allah, memiliki kemampuan luar biasa
C. Mutasyabih ayat pada Q.S. Al-baqarah

[2]: 59, Q.S. Al-‘Araf [7]:162.

‫َو ِاْذ ُقْلَنا اْد ُخُلْو ا ٰه ِذِه اْلَق ْر َيَة َف ُكُلْو ا ِم ْن َه ا َحْي ُث ِش ْئ ُتْم َرَغ ًدا َّو اْد ُخُلوا اْلَباَب ُس َّجًدا َّو ُق ْو ُلْو ا‬
‫ِح َّط ٌة َّنْغ ِف ْر َلُكْم َخٰط ٰي ُكْم ۗ َوَس َنِزْيُد اْلُم ْحِس ِنْي َن‬
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis), maka
makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Dan masukilah
pintu gerbangnya sambil membungkuk, dan katakanlah, “Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa
kami),” niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan Kami akan menambah (karunia)
bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Al-Baqarah: 58)
‫َف َبَّدَل اَّلِذ ْيَن َظ َلُم ْو ا َق ْو اًل َغ ْي َر اَّلِذ ْي ِق ْي َل َلُه ْم َف َاْنَزْلَنا َع ىَل اَّلِذ ْيَن‬
‫َظ َلُم ْو ا ِرْج ًزا ِّم َن الَّس َم ۤاِء ِبَم ا َك اُنْو ا َيْف ُس ُق ْو َن‬
Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah
lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka Kami
turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu,
karena mereka (selalu) berbuat fasik. (Al-Baqarah: 59)
Penjelasan Mutasyabih
Terdapat banyak kemiripan di sini. Di al-Baqarah menggunakan lafaz
‫قلنـا‬, yang dikenal dengan mu’ażżim nafsah (Allah mengagungkan
Dzat-Nya sendiri), karena ayat ini menekankan dua kenikmatan
sekaligus, yaitu memasuki Baitul Maqdis dan makan buah-buahan yang
bermacam-macam, karenanya ditambah dengan lafaz ‫رغدا‬. Berbeda
dengan al-a’raf, yaitu menggunakan ‫قیـل‬. Sebab ayat ini hanya
menginformasikan bahwa mereka menempati daerah tersebut. Karena
itu, ayat ini diperjelas oleh ayat di al-Baqarah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai