Anda di halaman 1dari 9

Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)

Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS PENDEK PADA


PERMAINAN BULUTANGKIS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DRILL PADA SISWA KELAS VIII.A
SMP NEGERI 1 LAPANDEWA

Isna, Abdul Saman, Suhartiwi


Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo, Kendari 93232
Email: isnaprinces41@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar servis
pendek pada permainan bulutangkis dengan menggunakan metode drill pada
siswa kelas VIII.A SMP Negeri 1 Lapandewa terdiri dari 27 siswa. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keberhasilan aktivitas guru dan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar yakni dengan menggunakan lembar
observasi, sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah dengan tes
kognitif, afektif dan psikomotor. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan
teknik persentasi dimana pada siklus I tingkat ketuntasan aktifitas guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran baru mencapai 70% dan meningkat pada
siklus II menjadi 100%, untuk data ketuntasan belajar siswa 70% dan mengalami
peningkatan pada siklus II menjadi 90%, hal ini telah melebihi standar yang
didasarkan kriteria ketuntasan minimal yakni 75%. Sedangkan hasil belajar siswa
pada siklus I baru mencapai 59,25% meningkat pada siklus II menjadi 92,59%
atau telah mencapai tingkat ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah yakni
75%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode drill dapat
meningkatkan hasil belajar servis pendek pada permainan bulutangkis dengan
menggunakan metode drill pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri 1 Lapandewa.

Kata Kunci: Hasil Belajar; Metode Drill; Sevis Pendek Bulutangkis.

PENDAHULUAN
Olahraga merupakan suatu dunia yang sangat komplek, beragam dan
sangat detail. oleh karena itu diperlukannya kepedulian dan penanganan yang
optimal dari pemangku kepentingan atau lembaga-lembaga yang mendukung
terwujudnya insan muda Indonesia yang gemar olahraga dan terwujudnya
individu yang sehat jasmani, sehat rohani, serta memilki kemampuan intelektual
yang tinggi. Seperti yang termaksud dalam dokumen resmi negara mengenai
ketegasan pemerintah tentang peran, kedudukan, dan pembina olahraga pada
perkembangan insan Indonesia serta pengembangan pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu usaha sadar untuk menciptakan
lingkungan yang mampu mempengaruhi potensi peserta didik agar berkembang
kearah tingkah laku positif melalui aktifitas jasmani. Aktivitas jasmani inilah
bentuk rangsangan yang diciptakan untuk mempengaruhi potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah mulai
dari jenjang pendidikan usia dini sampai pendidikan menengah. Melalui aktivitas
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)

jasmani ini diharapkan tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor dapat terwujud. Menurut Kristiyandaru (2011), pendidikan
jasmani bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas
jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang.
Bangkit dari tujuan bangsa Indonesia bahkan ingin mencerdaskan bangsa
serta memiliki pengetahuan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, maka
seluruh warga negara miliki hal untuk mendapatkan pendidikan mulai dari
pendidikan dasar sampai tingkat menengah dimana dulu proses pendidikan
tersebut setiap individu akan diperhadapkan dengan berbagai bidang studi salah
satunya adalah bidang studi penjaskes yang banyak mempelajari bentuk-bentuk
permainan olahraga seperti permainan bulutangkis.
Permainan bulutangkis salah satu cabang olahraga permainan yang populer
dan banyak digemari masyarakat di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul, dapat dimainkan di
lapangan tertutup maupun terbuka. Lapangan permainan berbentuk empat persegi
panjang yang ditandai dengan garis, dibatasi oleh net untuk memisahkan antara
daerah permainan sendiri dan permainan lawan. Permainan ini bersifat individual,
dapat dimainkan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan dua orang.
Dapat dimainkan oleh putra, putri, dapat pula dimainkan oleh pasangan campuran
putra dan putri. Dalam permainan bulutangkis harus menguasai teknik dasar
permainan bulutangkis. Adapun teknik dasar permainan bulutangkis yaitu: teknik
memegang raket, jenis-jenis pukulan, dll.
Permainan bulutangkis ini dimulai dengan salah satu pemain melakukan
servis. Servis merupakan pukulan pertama yang dilakukan untuk memulai
permainan bulutangkis. Servis juga termasuk teknik dasar bulutangkis yang bisa
dibilang merupakan teknik pukulan yang mudah untuk dilakukan, namun masih
banyak yang belum tahu tentang aturan tata cara sehingga gagal dalam cara
melakukan servis. Dalam suatu pertandingan atau permainan bulutangkis, servis
merupakan modal awal untuk dapat memenangkan permainan. Selain dapat
menghasilkan poin/nilai apabila lawan tidak bisa mengembalikan bola servis
(shuttlecock) tersebut, servis juga dapat memberikan poin bagi pihak lawan
apabila servis tersebut gagal untuk dilakukan. Dengan kata lain kegagalan dalam
melakukan servis akan memberikan poin pada pihak lawan secara cuma-cuma.
Oleh karena itu melakukan servis dengan baik dan benar dalam olahraga
bulutangkis sangatlah penting, namun sayang masih banyak guru bulutangkis
yang tidak memberikan perhatian khusus untuk melatih pemain didikannya agar
menguasai teknik servis dengan baik. Menurut Icuk (2002), pukulan servis yaitu
pukulan yang mengawali atau sajian bola pertama sebagai permulaan permainan.
Sedangkan menurut Poole (1986), servis pukulan yang sangat menentukan dalam
awal perolehan nilai, karena kalau peraturan yang lama hanya pemain yang
melakukan servis yang dapat memperoleh angka. Namun sekarang ini peraturan
pada permainan bulutangkis di tetapkan oleh IBF sudah ada perubahan, pada
pertandingan resmi sekarang sudah menggunakan sistem rally point. Jadi tidak
selalu pemain melakukan servis yang mendapat nilai. Servis yaitu gerakan untuk
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)

memulai, sehingga shuttlecock berada dalam keadaan di mainkan, yaitu dengan


memukul shuttlecock ke lapangan lawan.
Servis dalam permainan bulutangkis terdiri dari dua jenis yaitu servis
panjang dan servis pendek. Servis pendek merupakan servis yang dilakukan
dengan memukul bola melewati net dan jatuh sedekat mungkin dengan garis
serang lawan. Teknik servis pendek dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Dalam bermain bulutangkis terdapat beberapa gerakan yang
perlu dikuasai. Gerakan yang harus dikuasi tersebut salah satunya gerakan
pergelangan tangan yang lentuk. Seseorang yang memiliki kelentukan
pergelangan tangan yang baik, akan memudahkan dalam melakukan servis
pendek, namun ketika seseorang tidak memiliki kelentukan pergelangan yang baik
maka akan terkendala dalam melakukan servis pendek dengan baik. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik pasti dibutuhkan metode pembelajaran yang baik pula.
Berdasarkan wawancara awal dengan guru penjas di SMP Negeri 1
Lapandewa dari sekian materi pembelajaran olahraga bulutangkis khususnya pada
sub pokok bahasan servis pendek belum mencapai tinggkat KKM yang ditetapkan
oleh sekolah. Adapun KKM yang ditetapkan disekolah adalah minimal 75% siswa
sudah memperoleh nilai 73. Pada kenyataanya hasil belajar pada materi sub pokok
bahasan servis pendek siswa yang tuntas belajarnya berkisaran 30 % dari 27 orang
siswa atau 8 orang siswa yang tuntas belajarnya. Hasil yang diperoleh tersebut
jika ditinjau dari observasi dan wawancara singkat dengan guru olahraga bahwa
dalam proses yang terpusat pada guru dimana guru lebih banyak menerapkan
daripada memperagakan gerakan. Hal ini menimbulkan verbalisme pada siswa
yang berakibat pada kurangnya pemahaman siswa pada materi yang diajarkan.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti berkeinginan untuk
melakukan sebuah penelitian dengan judul meningkatkan hasil belajar servis
pendek pada permainan bulutangkis dengan menggunakan metode drill pada
siswa kelas VIII.A SMP Negeri 1 Lapandewa.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini
dilaksanakan mulai tanggal 14 Januari sampai dengan tanggal 6 Februari 2019
pada siswa kelas VIII.A dengan jumlah keseluruhan 27 orang, dengan siswa laki-
laki 15 orang dan siswa perempuan 12 orang, penelitian ini di laksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2018/2019 di SMP Negri 1 Lapandewa yang
berlokasi di Desa Lapandewa jaya Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton
Selatan pada siswa kelas VIII.A.
Faktor-faktor yang di teliti dalam penelitian ini adalah: faktor guru, faktor
siswa dan hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua
siklus yang disesuaikan dengan materi dan alokasi waktu yang diberikan untuk
mengajarkan materi pokok bahasan servis pendek. Prosedur penelitian dilakukan
dengan 4 tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau evaluasi, dan
refleksi. Teknik analisis data di gunakan adalah teknik analisis dekriptif. Sebagai
indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 75 %
siswa memperoleh nilai 73 berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari
sekolah.
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)

HASIL PENELITIAN
Deskripsi Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Berlangsung

Tabel 1: Persentase Hasil Observasi Siswa pada Siklus I dan II


Hasil Observasi
No Keterangan
Siklus I Siklus II
1 Terlaksana (Ya) 7 9
2 Tidak Terlaksana (Tidak) 3 1
3 Persentase Terlaksana (%) 70 % 90 %
4 Persentase Tidak Terlaksana (%) 30 % 10 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I jumlah


indikator yang terlaksana (Ya) = 7 indikator, sedangkan pada siklus II jumlah
indikator yang terlaksana (Ya) = 9 indikator. Jika keterlaksanaan indikator
tersebut dipersentasekan, maka pada siklus I indikator yang terlaksana hanya
sebesar 70% sedangkan pada siklus II indikator yang terlaksana 90%. Dapat
diketahui bahwa kriteria ketuntasan aktifitas siswa pada siklus II telah tercapai
sesuai proses pelaksanaan pembelajaran yang di tetapkan dari sekolah. Persentase
keterlaksanaan hasil observasi siswa kelas VIII.A SMP Negeri 1 Lapandewa
dapat dilihat pada histogram berikut ini:

Histogram 1: Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I dan II


Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)

Deskripsi Hasil Observasi Guru Selama Kegiatan Belajar Mengajar


Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi Guru kelas VIII.A SMP Negeri 1
Lapandewa siklus I dan siklus II dapat di persentasekan pada tabel berikut:

Tabel 2: Persentase Hasil Observasi Guru pada Siklus I dan II


Hasil Observasi
No. Keterangan
Siklus I Siklus II
1 Terlaksana (Ya) 7 10
2 Tidak Terlaksana (Tidak) 3 0
3 Persentase Terlaksana (%) 70% 100 %
4 Persentase Tidak Terlaksana 30 % 0%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I jumlah


indikator yang terlaksana (Ya) = 7 indikator, sedangkan pada siklus II jumlah
indikator yang terlaksana (Ya) = 10 indikator. Jika keterlaksanaan indikator
tersebut dipersentasekan, maka pada siklus I indikator yang terlaksana hanya
sebesar 70% sedangkan pada siklus II indikator yang terlaksana 100%. Dengan
demikian diperoleh hasil presentase yang menerangkan bahwa pada siklus I belum
mencapai ketuntasan dan pada siklus II telah mencapai ketuntasan sesuai proses
pelaksanaan pembelajaran yang di tetapkan dari sekolah.
Persentase keterlaksanaan hasil observasi guru kelas VIII.A SMP Negeri
1 Lapandewa dapat dilihat pada histogram berikut ini:

Histogram 2: Hasil Observasi Guru pada Siklus I dan II


Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)

Deskripsi Hasil Belajar


Persentase data hasil belajar servis pendek permainan bulutangkis dengan
metode drill siswa kelas VIII.A SMP Negeri 1 Lapandewa pada siklus I dan II
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3: Persentase Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II


Hasil Belajar Siklus I Siklus II
Keterangan ∑ (%) ∑ (%)
Tuntas 16 59,25% 25 92.59%
Tidak Tuntas 11 40,74% 2 7.40%
Persentase Ketuntasan Klasikal 59,25% 92.59 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas
pada siklus I adalah sebanyak 16 orang atau 59,25% sedangkan jumlah siswa
yang belum tuntas adalah 11 orang atau 40,74% dan pada siklus II jumlah siswa
yang telah tuntas meningkat menjadi 25 orang atau 92,59% sedangkan jumlah
siswa yang belum tuntas adalah 2 orang atau 7,40%. Pada siklus I persentase
ketuntasan siswa secara klasikal hanya mencapai 59,25% dan pada siklus 2
mencapai 92,59% . Jadi, kelulusan hasil belajar secara klasikal pada siklus II telah
tuntas dari 75 % standar indikator yang ditetapkan dari sekolah.
Persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
Persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik 3
berikut ini.

Histogram 3: Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan II


100,00%
80,00% 92,59%

60,00%
59,25% Tuntas
40,00%
40,74% Tidak tuntas
20,00%
0,00% 7,40%
siklus I Siklus II
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)

Pembahasan
Kegiatan evaluasi belajar siswa dilakukan setiap pertemuan terakhir dalam
setiap siklus yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil evaluasi belajar servis pendek permainan
bulu tangkis pada siklus I diperoleh jumlah siswa yang tuntas adalah 16 orang
atau 59,25% dan yang belum tuntas adalah 11 orang atau 40,74%. Pada hasil
evaluasi belajar siswa siklus I belum mencapai ketuntasan yakni hanya mencapai
59,25% sedangkan standar hasil belajar yang ditetapkan di sekolah adalah 75%.
Rendahnya hasil belajar siswa pada siklus 1 disebabkan karena kebanyakan siswa
belum sepenuhnya memahami teknik pelaksanaan servis pendek terutama pada
sikap pelaksanaan pada posisi raket disamping badan dan pada tahap akhir,
kemudian pada sisi afektif masih banyak siswa yang kurang bersungguh-sungguh
dan kurang disiplin dalam mengikuti pelajaran kemudian dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan.
Siklus II, tingkat pemahaman siswa terhadap servis pendek permainan
bulutangkis dengan metode drill lebih meningkat. Siswa lebih mampu melakukan
teknik servis pendek sesuai dengan langkah-langkah yang diajarkan. Hal ini
ditunjukan dengan jumlah siswa tuntas siklus II adalah 25 orang atau 92,59% dan
yang belum tuntas hanya 2 orang atau 7,40%. Peningkatan hasil belajar siswa
siklus II dipengaruhi oleh dua hal yaitu sisi internal dan eksternal. Dari sisi
internal yaitu siswa lebih termotivasi untuk belajar, siswa lebih memahami dan
mampu mempraktikan pelaksanaan servis pendek, dan kemudian siswa lebih
disiplin dan lebih termotivasi untuk belajar, sedangkan dari sisi ekternal
dipengaruhi oleh metode mengajar yang dilakukan guru dan keadaan lingkungan.
Hasil penelitian ini di dukung oleh Suyatno (2016) dengan judul peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran drill dan
bermain pada mata pelajaran penjaskes materi servis permainan bulu tangkis. Dari
hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus para siklus sampai siklus II yaitu, siklus para siklus (53%), siklus II (60%),
siklus III (100 %). Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode drill dan bermain
dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan Siswa Kelas V SDN Linggapura
04, Brebes, Tahun ajaran 2013/2014, metode pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran Olahraga. Penelitian tersebut
mempunyai banyak kesamaan yaitu bersama-sama melakukan penelitian tentang
hasil belajar servis menggunakan metode drill.
Berdasarkan uraian di atas bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran
drill dalam pembelajaran penjaskes di sekolah dasar dapat merangsang siswa
untuk memahami dan menemukan pemecahan masalah yang ditemuinya selama
proses pembelajaran, menemukan ide dan gagasan baru dalam memodifikasi
keadaaan yang disaksikan langsung, menumbuhkan sifat kritis yang dinyatakan
dalam wujud kemauan bertanya dan mengemukakan pendapat serta melatih
keterampilan siswa dalam mengkomunkasikan hasil suatu kegiatan baik secara
lisan, tertulis maupun praktek.
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)

Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar
siswa kelas VIII.A. SMP Negeri 1 Lapandewa dengan menggunakan metode drill
lebih meningkat yakni hasil belajar siswa yang tuntas belajarnya pada siklus I
adalah adalah 16 orang atau 59,25%. Pada siklus II meningkat menjai 25 0rang
siswa atau 92,59%. hal ini telah melebihi standar yang didasarkan kriteria
ketuntasan minimal yakni 75% dan penerapan metode drill di siklus II dapat
meningkatkan hasil belajar servis pendek bulutangkis pada siswa VIII.A SMP
Negeri 1 Lapandewa. Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa baik tingkat ketuntasan
aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar maupun
hasil belajar siswa, telah melampauhi batas ketuntasan belajar yang ditetapkan
oleh pihak sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Icuk Sugiarto. (2002). Total Badminton. Solo: CV Setyaki Eka Anugrah.
James Poole. (1986). Belajar Bulutangkis. Bandung: Pioner Jaya.
Kristiandaru. 2011. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 05(02), 313-320.
Suyatno. 2016. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Setelah Diterapkannya
Metode Pembelajaran Drill dan Bermain. Jurnal Penelitian Pendidikan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai