PENDAHULUAN
Olahraga merupakan suatu dunia yang sangat komplek, beragam dan
sangat detail. oleh karena itu diperlukannya kepedulian dan penanganan yang
optimal dari pemangku kepentingan atau lembaga-lembaga yang mendukung
terwujudnya insan muda Indonesia yang gemar olahraga dan terwujudnya
individu yang sehat jasmani, sehat rohani, serta memilki kemampuan intelektual
yang tinggi. Seperti yang termaksud dalam dokumen resmi negara mengenai
ketegasan pemerintah tentang peran, kedudukan, dan pembina olahraga pada
perkembangan insan Indonesia serta pengembangan pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu usaha sadar untuk menciptakan
lingkungan yang mampu mempengaruhi potensi peserta didik agar berkembang
kearah tingkah laku positif melalui aktifitas jasmani. Aktivitas jasmani inilah
bentuk rangsangan yang diciptakan untuk mempengaruhi potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah mulai
dari jenjang pendidikan usia dini sampai pendidikan menengah. Melalui aktivitas
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)
jasmani ini diharapkan tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor dapat terwujud. Menurut Kristiyandaru (2011), pendidikan
jasmani bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas
jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang.
Bangkit dari tujuan bangsa Indonesia bahkan ingin mencerdaskan bangsa
serta memiliki pengetahuan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, maka
seluruh warga negara miliki hal untuk mendapatkan pendidikan mulai dari
pendidikan dasar sampai tingkat menengah dimana dulu proses pendidikan
tersebut setiap individu akan diperhadapkan dengan berbagai bidang studi salah
satunya adalah bidang studi penjaskes yang banyak mempelajari bentuk-bentuk
permainan olahraga seperti permainan bulutangkis.
Permainan bulutangkis salah satu cabang olahraga permainan yang populer
dan banyak digemari masyarakat di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul, dapat dimainkan di
lapangan tertutup maupun terbuka. Lapangan permainan berbentuk empat persegi
panjang yang ditandai dengan garis, dibatasi oleh net untuk memisahkan antara
daerah permainan sendiri dan permainan lawan. Permainan ini bersifat individual,
dapat dimainkan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan dua orang.
Dapat dimainkan oleh putra, putri, dapat pula dimainkan oleh pasangan campuran
putra dan putri. Dalam permainan bulutangkis harus menguasai teknik dasar
permainan bulutangkis. Adapun teknik dasar permainan bulutangkis yaitu: teknik
memegang raket, jenis-jenis pukulan, dll.
Permainan bulutangkis ini dimulai dengan salah satu pemain melakukan
servis. Servis merupakan pukulan pertama yang dilakukan untuk memulai
permainan bulutangkis. Servis juga termasuk teknik dasar bulutangkis yang bisa
dibilang merupakan teknik pukulan yang mudah untuk dilakukan, namun masih
banyak yang belum tahu tentang aturan tata cara sehingga gagal dalam cara
melakukan servis. Dalam suatu pertandingan atau permainan bulutangkis, servis
merupakan modal awal untuk dapat memenangkan permainan. Selain dapat
menghasilkan poin/nilai apabila lawan tidak bisa mengembalikan bola servis
(shuttlecock) tersebut, servis juga dapat memberikan poin bagi pihak lawan
apabila servis tersebut gagal untuk dilakukan. Dengan kata lain kegagalan dalam
melakukan servis akan memberikan poin pada pihak lawan secara cuma-cuma.
Oleh karena itu melakukan servis dengan baik dan benar dalam olahraga
bulutangkis sangatlah penting, namun sayang masih banyak guru bulutangkis
yang tidak memberikan perhatian khusus untuk melatih pemain didikannya agar
menguasai teknik servis dengan baik. Menurut Icuk (2002), pukulan servis yaitu
pukulan yang mengawali atau sajian bola pertama sebagai permulaan permainan.
Sedangkan menurut Poole (1986), servis pukulan yang sangat menentukan dalam
awal perolehan nilai, karena kalau peraturan yang lama hanya pemain yang
melakukan servis yang dapat memperoleh angka. Namun sekarang ini peraturan
pada permainan bulutangkis di tetapkan oleh IBF sudah ada perubahan, pada
pertandingan resmi sekarang sudah menggunakan sistem rally point. Jadi tidak
selalu pemain melakukan servis yang mendapat nilai. Servis yaitu gerakan untuk
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini
dilaksanakan mulai tanggal 14 Januari sampai dengan tanggal 6 Februari 2019
pada siswa kelas VIII.A dengan jumlah keseluruhan 27 orang, dengan siswa laki-
laki 15 orang dan siswa perempuan 12 orang, penelitian ini di laksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2018/2019 di SMP Negri 1 Lapandewa yang
berlokasi di Desa Lapandewa jaya Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton
Selatan pada siswa kelas VIII.A.
Faktor-faktor yang di teliti dalam penelitian ini adalah: faktor guru, faktor
siswa dan hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua
siklus yang disesuaikan dengan materi dan alokasi waktu yang diberikan untuk
mengajarkan materi pokok bahasan servis pendek. Prosedur penelitian dilakukan
dengan 4 tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau evaluasi, dan
refleksi. Teknik analisis data di gunakan adalah teknik analisis dekriptif. Sebagai
indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 75 %
siswa memperoleh nilai 73 berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari
sekolah.
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Berlangsung
Berdasarkan tabel di atas, dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas
pada siklus I adalah sebanyak 16 orang atau 59,25% sedangkan jumlah siswa
yang belum tuntas adalah 11 orang atau 40,74% dan pada siklus II jumlah siswa
yang telah tuntas meningkat menjadi 25 orang atau 92,59% sedangkan jumlah
siswa yang belum tuntas adalah 2 orang atau 7,40%. Pada siklus I persentase
ketuntasan siswa secara klasikal hanya mencapai 59,25% dan pada siklus 2
mencapai 92,59% . Jadi, kelulusan hasil belajar secara klasikal pada siklus II telah
tuntas dari 75 % standar indikator yang ditetapkan dari sekolah.
Persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
Persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik 3
berikut ini.
60,00%
59,25% Tuntas
40,00%
40,74% Tidak tuntas
20,00%
0,00% 7,40%
siklus I Siklus II
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)
Pembahasan
Kegiatan evaluasi belajar siswa dilakukan setiap pertemuan terakhir dalam
setiap siklus yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil evaluasi belajar servis pendek permainan
bulu tangkis pada siklus I diperoleh jumlah siswa yang tuntas adalah 16 orang
atau 59,25% dan yang belum tuntas adalah 11 orang atau 40,74%. Pada hasil
evaluasi belajar siswa siklus I belum mencapai ketuntasan yakni hanya mencapai
59,25% sedangkan standar hasil belajar yang ditetapkan di sekolah adalah 75%.
Rendahnya hasil belajar siswa pada siklus 1 disebabkan karena kebanyakan siswa
belum sepenuhnya memahami teknik pelaksanaan servis pendek terutama pada
sikap pelaksanaan pada posisi raket disamping badan dan pada tahap akhir,
kemudian pada sisi afektif masih banyak siswa yang kurang bersungguh-sungguh
dan kurang disiplin dalam mengikuti pelajaran kemudian dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan.
Siklus II, tingkat pemahaman siswa terhadap servis pendek permainan
bulutangkis dengan metode drill lebih meningkat. Siswa lebih mampu melakukan
teknik servis pendek sesuai dengan langkah-langkah yang diajarkan. Hal ini
ditunjukan dengan jumlah siswa tuntas siklus II adalah 25 orang atau 92,59% dan
yang belum tuntas hanya 2 orang atau 7,40%. Peningkatan hasil belajar siswa
siklus II dipengaruhi oleh dua hal yaitu sisi internal dan eksternal. Dari sisi
internal yaitu siswa lebih termotivasi untuk belajar, siswa lebih memahami dan
mampu mempraktikan pelaksanaan servis pendek, dan kemudian siswa lebih
disiplin dan lebih termotivasi untuk belajar, sedangkan dari sisi ekternal
dipengaruhi oleh metode mengajar yang dilakukan guru dan keadaan lingkungan.
Hasil penelitian ini di dukung oleh Suyatno (2016) dengan judul peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran drill dan
bermain pada mata pelajaran penjaskes materi servis permainan bulu tangkis. Dari
hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus para siklus sampai siklus II yaitu, siklus para siklus (53%), siklus II (60%),
siklus III (100 %). Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode drill dan bermain
dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan Siswa Kelas V SDN Linggapura
04, Brebes, Tahun ajaran 2013/2014, metode pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran Olahraga. Penelitian tersebut
mempunyai banyak kesamaan yaitu bersama-sama melakukan penelitian tentang
hasil belajar servis menggunakan metode drill.
Berdasarkan uraian di atas bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran
drill dalam pembelajaran penjaskes di sekolah dasar dapat merangsang siswa
untuk memahami dan menemukan pemecahan masalah yang ditemuinya selama
proses pembelajaran, menemukan ide dan gagasan baru dalam memodifikasi
keadaaan yang disaksikan langsung, menumbuhkan sifat kritis yang dinyatakan
dalam wujud kemauan bertanya dan mengemukakan pendapat serta melatih
keterampilan siswa dalam mengkomunkasikan hasil suatu kegiatan baik secara
lisan, tertulis maupun praktek.
Fair Play (Jurnal Pendidikan Jasmani)
Vol. 1, No. 1, November 2019, e-ISSN xxxx-xxxx (1-12 halaman)
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar
siswa kelas VIII.A. SMP Negeri 1 Lapandewa dengan menggunakan metode drill
lebih meningkat yakni hasil belajar siswa yang tuntas belajarnya pada siklus I
adalah adalah 16 orang atau 59,25%. Pada siklus II meningkat menjai 25 0rang
siswa atau 92,59%. hal ini telah melebihi standar yang didasarkan kriteria
ketuntasan minimal yakni 75% dan penerapan metode drill di siklus II dapat
meningkatkan hasil belajar servis pendek bulutangkis pada siswa VIII.A SMP
Negeri 1 Lapandewa. Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa baik tingkat ketuntasan
aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar maupun
hasil belajar siswa, telah melampauhi batas ketuntasan belajar yang ditetapkan
oleh pihak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Icuk Sugiarto. (2002). Total Badminton. Solo: CV Setyaki Eka Anugrah.
James Poole. (1986). Belajar Bulutangkis. Bandung: Pioner Jaya.
Kristiandaru. 2011. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 05(02), 313-320.
Suyatno. 2016. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Setelah Diterapkannya
Metode Pembelajaran Drill dan Bermain. Jurnal Penelitian Pendidikan
Indonesia.