Anda di halaman 1dari 38

1.

1 Latar Belakang
Banyak aktivitas pada fase setelah sekolah dasar yang sering mereka
lakukan dari aktivitas fisik maupun motorik. Pada masa usia dini anak-anak sering
kali kebiasaan bermain masih menjadi aktivitas utama. Mulai dari bermain
permainan tradisional maupun permainan modern serta permainan perseorangan
ataupun beregu. Semua aktivitas tersebut dapat meningkatkan kebugaran jasmasi
anak-anak. Pada dasarnya Pendidikan (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003)
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Rosdiani (2013: 23), Pendidikan Jasmani merupakan proses
Pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara
sistematis bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara
organic, neumuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka system
Pendidikan nasional. Maka dari itu pendidikan jasmani sangat penting sebagai
sarana siswa aktif untuk bergerak untuk diterapkan dalam instansi pendidikan di
jenjang manapun. Tujuan dari pendidikan jasmani adalah sebagai obyek
pembelajaran, dapat memberikan kesempatan yang luas pada siswa untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, keterampilan gerak tubuh, dan social.
Dalam pembelajaran jasmani terdapat permainan bola besar dan permainan
bola kecil yang sering kali diajarkan seorang guru pendidikan jasmani tingkat
dasar sebagai pembelajaran anak di kelas. Permainan bola besar terdiri dari
permainan sepak bola, bola voli, bola basket. Sedangkan dalam permainan bola
kecil terdapat bulu tangkis, kasti, softball. Olahraga yang mudah dipraktikkan
tanpa adanya peraturan yang sulit di pahami bagi siswa menjadikannya permainan
yang sangat digemari. Kasti merupakan permainan bola kecil yang terdiri dari 12
pemain. Permainan ini dimainkan oleh 2 regu yaitu regu penjaga dan regu
pemukul. Teknik

1
2

dasar dalam permainan kasti adalah ternik melempar, teknik memukul, teknik
menangkap, dan teknik berlari.
Pendidikan jasmani juga merupakan suatu proses pembelajaran melalui
aktivitas jasmani, mengembangkan aktivitas motorik, pengetahuan, dan perilaku
hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi (Kanca, 2017: 2).
Dengan menggunakan metode, model dan pendekatan yang sesuai dengan
kondisi sekolah, maka tujuan pembelajaran PJOK akan dapat dicapai. Akan
tetapi yang menjadi masalah adalah sarana yang digunakan dalam materi PJOK
itu sendiri kurang sesuai dengan kondisi siswa yang ada disekolah, sehingga
menjadi kendala terhadap keberhasilan proses pembelajaranya. Dengan demikian
maka tujuan dari pembelajaran tersebut tidak akan dapat terwujud dengan baik.
Guru merupakan kunci sukses dari segala kegiatan pembelajara PJOK di
sekolah. Oleh karena itu kemampuan, kreativitas dan inovasi seorang guru
mutlak diperlukan guna tercapainya keberhasilan pembelajaran tersebut (Saputro,
2016 : 2). Permasalahan di atas akan dapat diselesaikan dengan cara meneliti
model pembelajaran PJOK di sekolah dengan memodifikasi alat yang digunakan
dalam pembelajaran PJOK. Dalam hal ini penulis mengambil materi permainan
bola kasti yang menggunankan pemukul modifikasi dan bola yang lunak atau
disebut kasbol (kasti bola lunak).
Sekolah Dasar Negeri Kasiman II Jalan Yudhistira Raya 1, Tawongan,
Kasiman Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro berdiri sejak tahun 1910
sekolah ini mempunyai sarana prasarana yang cukup baik. Dari hasil analisis
peneliti di SDN Kasiman II, di ketehui bahwa pembelajaran PJOK secara
keseluruan telah berjalan. Akan tetapi proses pembelajarannya belum dapat
dilaksanakan secara optimal karena terbentur dengan permasalahan alat dan
peraturan yang digunakan dalam permainan tersebut sehingga dipandang perlu
untuk memodifikasi sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan
memodifikasi alat yang ada dalam permainan bola kasti.
Dari jumlah 27 siswa, hanya 7 siswa atau 25,92% yang nilainya diatas
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan 20 siswa atau 74,07% nilainya masih
dibawah KKM, dengan KKM 70. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
3

diantaranya sarana dan prasarana yang kurang memadai dan faktor perncanaan,
pengemasan
dan penyajian pembelajaran yang kurang menarik. Permasalahan
pemelajaran tersebut tentunya sangat mempengarui prestasi atau ketuntasan hasil
belajar siswa. Alat pemukul dalam permainan bola kasti yang digunakan untuk
memukul bola, pada prakteknya tidak bisa digunakan secara maksimal oleh siswa
sekolah dasar. Selain itu salah satu peraturan permainannya yaitu dalam
mematikan lawan dengan cara melemparkan bola ke badan, membuat siswa
merasa takut karena lemparan yang keras pada tubuh akan terasa sakit dan
membuat siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran bola kasti.
Dari permasalahan diatas yang dihadapi guru PJOK dalam menyampaikan
materi permainan kasti, maka peneliti merasa tertarik melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas IV SDN Kasiman II Kecamatan Kasiman
Kabupatan Bojonegoro dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bola
Kasti Melalui Permainan Kasbol Pada Siswa Kelas IV SDN Kasiman II”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat dirumuskan masalah
yaitu : Apakah ada peningkatan hasil belajar bola kasti melalui permainan kasbol
pada siswa kelas IV SDN Kasiman II?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas peneliti perlu memberikan batasan
masalah dalam penelitiannya agar tidak adanya kesalahan penafsiran. Batasan-
batasan masalah tersebut adalah sebagaimana berikut ini :
1.3.1 Peneliti menitikberatkan penelitiannya pada permainan bola kecil yaitu
permainan kasti.
1.3.2 Model pembelajaran yang ditingkatkan adalah upaya meningkatkan hasil
belajar bola kasti melalui permainan kasbol pasa siswa kelas IV SDN
Kasiman II.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
pembelajaran bola kasti melalui permainan kasbol pada siswa kelas IV SDN
Kasiman II.
4

1.5 Manfaat Penelitian


Berdasarkan kegunaan yang telah di kemukakan, diharapkan penelitian ini
mempunyai manfaat antara lain:
1.5.1 Bagi Guru PJOK
Manfaat penelitian ini bagi pendidik atau guru PJOK, (1) sebagai masukan
agar dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan karakteristik
siswa sehingga tujuan pembelajaran kasti dapat tercapai, (2) sebagai acuan baru
umtuk meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar, (3) menciptakan suatu
kondisi pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran.
1.5.2. Bagi Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa, (1) meningkatkan keterampilan
melempar siswa khususnya dalam permainan kasti, (2) menciptakan suasana baru
untuk siswa belajar dengan maksimal, (3) memberikan pengalaman gerak pada
anak sehingga semakin banyak jenis dan bentuk permaianan yang dilakukan anak
maka anak akan semakin kaya pengalaman geraknya, (4) memelihara dan
meningkatkan kebugaran jasmani.
1.5.3. Bagi Lembaga
Manfaat penelitian ini bagi lembaga pendidikan, (1) menjadikan SDN
Kasiman II semakin maju dalam pembelajaran permainan bola kasti, (2) sebagai
masukan/saran untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat dalam
peningkatan mutu kemampuan dan kualitas proses belajar siswa, (3) bagi sekolah
dapat dijadikan referensi model pembelajaran PJOK dalam membantu
meningkatkan prestasi olahraga di tingkan Sekolah Dasar (SD).
1.5.4. Bagi Pembaca
Manfaat penelitian ini bagi pendidik atau guru PJOK, (1) penelitian ini
dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, (2) sebagai
informasi yang bermanfaat bagi pembaca di bidang pendidikan, khususnya dalam
bidang pendidikan jasmani.
1.6 Definisi Istilah
1.6.1 Hasil Belajar
5

Secara umum dapat didefinisikan bahwa hasil belajar merupakan penilaian


diri siswa dan perubahan yang dapat diamati, dibuktikan, dan terukur dalam
kemampuan atau presatsi yang dialami oleh siswa sebagai hasil dari pengalaman
belajar (Nemeth & Long, 2012). Apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang
konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan
konsep. Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar (Susanto, 2013:5).
1.6.2 Permainan Bola Kasti
Permainan bola kasti dilakukan secara beregu, yang dimainkan oleh dua
regu, setiap regu terdiri 12 pemain, dan masing-masing regu mempunyai enam
pemain cadangan. Regu ini terdiri dari regu pemukul, yaitu regu yang mempunyai
kesempatan untuk melakukan pukulan, dan yang satu disebut regu penjaga yaitu
regu yang bertugas untuk menjaga pukulan – pukulan bola dari regu pemukul di
lapangan permainan (Riyanto, 2013 : 56).
1.6.3 Permainan Kasbol
Bola kasti merupakan salah satu olah raga dengan menggunakan media bola
kecil seperti bulu tangkis, dimana kasti dimainkan secara beregu, dan merupakan
permainan tradisional yang selalu mengutamakan unsur kekompakan,
ketangkasan serta kesenangan. Permainan Bola Kasti sendiri pada dasarnya
dimainkan oleh 2 regu, dimana salah satunya menjadi regu pemukul dan regu
satunya menjadi regu penjaga. Dalam olahraga ini dibutuhkan suatu kerjasama
dan kekompakan pemain di dalam satu regu (Nurhasnah, 2019).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Penelitian oleh ardisusilo (2013) dengan judul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Bola Kasti Menggunakan Permainan Kasbol Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Margadana 8 Kota Tegal Tahun pelajaran
2012/2013”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan
kelas yang terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pendekatan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah kualitatif-kuantitatif. Penelitian dilakukan di
SD Negeri Margadana 8 Kota Tegal, dengan subjek penelitian kelas IV
dengan jumlah 23 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan, serta dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2013.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi motivasi belajar siswa,
lembar observasi minat belajar siswa, angket respon siswa dan tes praktek.
Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif dan melalui hitungan
rumus yang telah ditentukan. Penelitian dikatakan berhasil jika siswa
mencapai koleh etuntasan dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran bola kasti
menggunakan permainan kasbol, pada siswa kelas IV SD Negeri
Margadana 8 Kota Tegal. Hasil belajar siswa secara keseluruhan
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 4,2 % yaitu dari
75,2% (siklus I) menjadi 79,4% (siklus II), dan ketuntasan belajar
mengalami peningkatan 22,1% yaitu dari 73,9% (siklus I) menjadi 96%
(siklus II).
2.1.2 Penelitian oleh nurhasnah (2018) dengan judul “Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Bidang Studi Olahraga Materi Bola Kasti Menggunakan

6
Permainan Kasbol (Kasti Bola Lunak) Pada Siswa Kelas IV SDN.137957
Tanjungbalai Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini menggunakan

7
7

metode kajian pustaka dan pengamatan proses pembelajaran. Subyek


penelitian adalah siswa siswi di SD Negeri 137957 Kota Tanjungbalai.
Pembelajaran ini bola kasti dengan menggunakan permainan kasbol
memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang
ditandai dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu dari siklus I 75,2% dan siklus II 79,4%. Pembelajaran kasti
dengan menggunakan sasaran pemukul modifikasi dan bola lunak
memiliki dampak posiif dalam minangkatkan minat dan motivas belajar
siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran tersebut
sehingga menjadi suka dan termotivasi untuk belajar. Ini menunjukan
dengan 50,4 pada angket motivasi menjawab setuju sanggat setuju dan
49,6 pada angket motivasi menjawab setuju dengan pembelajaran kasti
menggunakan alat pemukul yang sudah dimodivasi dan bola lunak dapat
meningkatkan minat dan motivasi siswa.
2.1.3 Penelitian oleh nugroho (2016) dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar
Teknik Melempar Bola Kasti Melalui Permainan Baloteli Pada Siawa
Kelas IV SD IT Muhammasiyah Truko Kabupaten Kendal Tahun Ajaran
2015/2016”. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
dalam pelaksanaan terdiri dari dua siklus dilaksanakan satu kali pertemuan
dan terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD IT
Muhammadiyah Truko yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 10 siswa
putri dan 15 siswa putra. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah unjuk kerja siswa, tes, lembar pengamatan dan tes tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil ketuntasan belajar pada
siklus I, aspek psikomotor 18 siswa (72%), aspek afektif 18 siswa (18%),
aspek kognitif 18 siswa (72%), dan ketuntasan belajar klasikal 18 siswa
(72 %) dari 25 siswa. Pada siklus II aspek psikomotor 24 siswa (96%),
aspek afektif 23 siswa (92%), aspek kognitif 22 siswa (88%), dan
ketuntasan belajar siswa secara klasikal 23 siswa (92%) dari 25 siswa.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan ketuntasan
8

belajar siswa secara sebesar 20% dari siklus I 72% menjadi 92% pada
siklus II. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka disimpulkan bahwa
melalui permainan baloteli dalam pembelajaran melempar pada kasti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD IT Muhammadiyah Truko
tahun pelajaran 2015/2016.
2.1.4 Penelitian oleh saputro (2016), dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Permainan Kasti Melalui Permainan Kasbollun Bagi Siswa Kelas
IV Sekolah Dasar Negeri 01 Lebakbarang Kec. Lebakbarang Kab.
Pekalongan Tahun Ajaran 2015/2016”. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Penelitian dilakukan di SD Negeri 01 Lebakbarang Kec. Lebakbarang
Kab. Pekalongan, dengan subjek penelitian kelas IV dengan jumlah 29
siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan, kegiatannya
dilaksanakan pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2015.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi motivasi belajar siswa,
lembar observasi minat belajar siswa, angket respon siswa dan tes praktek.
Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif dan melalui hitungan
rumus yang telah ditentukan. Penelitian dikatakan berhasil jika tingkat
hasil belajar siswa mencapai KKM minimal 75. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran bola kasti menggunakan permainan
kasbollun, pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Lebakbarang Kec.
Lebakbarang Kab. Pekalongan mengalami peningkatan. Hasil belajar
siswa secara keseluruhan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan
sebesar 1,44 % yaitu dari 74,97 % (siklus I) menjadi 76,41 % (siklus II).
Berdasarkan dari hasil peneletian bahwa pembelajaran bola kecil melalui
permainan kasbollun bagi kelas IV SD Negeri 01 Lebakbarang Kec.
Lebakbarang Kab. Pekalongan Tahun Ajaran 2015/2016 dapat
meningkatkan hasil belajar permainan bola kecil 1,44 %.
2.1.5 Penelitian oleh subagya (2016) dengan judul “Upaya Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Bola Kasti Melalui Permainan Kasbolun Pada
9

Siswa Kelas V Semester II SD Negeri 1 Pandanharum Kec. Bagus Kab.


Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
mempunyai 4 langkah yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan
Refleksi. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1
Pandanharum Tahun Pelajaran 2015 / 2016 berjumlah 25 siswa, terdiri
atas 10 siswa putra dan 15 siswa putri. Teknik pengumpulan data dengan
observasi, tes kemampuan, dan penelitian hasil belajar bermain tenis meja.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
statistic deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Pembelajaran melalui penerapan modifikasi alat pembelajaran, dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar bola kasti pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Pandanharum. Dari hasil analisis yang diperoleh terjadi
peningkatan yang sangat signifikan dari pra siklus, siklus I dan siklus II.
Hasil belajar pada pra siklus yang tuntas 20% siklus I dalam kategori
tuntas adalah 72% dan pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar
siswa dalam kategori tuntas sebesar 92%.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan
dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau
cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik
agar anak fokus pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik
dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan
bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Pendidikan jasmani dan kesehatan
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk
menghasilkan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional (Rosdiani, 2013 : 63).
Pendidikan jasmani memberikan kesempatan anak untuk mempelajari
berbagai kegiatan membina sekaligus mengembangkan potensi anak dalam aspek
fisik, mental social, emosial, dan moral (Pasutri, 2012 : 12). Pendidikan jasmani
adalah urutan pengalaman belajar yang direncanakan secara seksama, dirancang
10

untuk memenuhi perkembangan dan pertumbuhan, dan kebutuhan perilaku setiap


siswa. Pendidikan Jasmani titik perhatiannya yaitu pada peningkatan gerak
manusia. Lebih khususnya lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak
manusia dan wilayah Pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan fisik
dengan fikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik
terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah
yang menjadikannya unik, hanya penddidikan jasmani yang sangat berkaitan
dengan pekembangan total manusia.
Tujuan Pendidikan jasmani bukan hanya menekankan pada perkembangan
aspek jasmani saja tetapi aspek lainnya seperti mental, sosial, emosional, dan
moral (Nuraini, 2017 : 9). Secara nyata tujuan Pendidikan jasmani adalah agar
peserta didik memiliki kemapuan sebagai, (1) mengembangkan keterampilan
pengelolaan diri, (2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis
yang baik, (3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, (4)
mengembangkan sikap sportif, disiplin, kerja sama dan percaya diri, (5)
mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri.
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integrase dari sistem
pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuj mengembangkan aspek
kesegaran dan kebugaran jasmani pada setiap individu sehingga individu memiliki
keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran
dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga ( Supriyadi, 2018).
2.2.2 Pengertian Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotor (Parwani, 2019:02). Belajar
menunjukkan aktivitas yang dilakukakn oleh seseorang individu yang disadari atau
disengaja. Aktivitas ini menunjukkan pada keaktifan seseorang dalam melakukan aspek
menatal yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian,
dapat dipahami juga bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan baik intensitas keaktifan
jasmani maupun mental sesorang semakin tinggi. Sebailiknya, seseorang dikatakan
belajar, namun jika keaktifan jasmani dan mentalnya rendah berarti kegiatan belajar
tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan terjadinya belajar
(Ainurrahman, 2013: 36)
11

Belajar diukur berdasarkan perubahan perilaku. Hasil belajar harus selalu


diartikan sebagai perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah belajar,
pembelajar akan mampu melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak bisa
dilakukan sebelum mereka belajar. Definisi belajar yang tertuju kepada perilaku
itu selanjutnya berubah seiring dengan kajian-kajian atau datangnya teori-teori
baru tentang belajar (Susila, 2014 : 183-193).
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses dari perkembangan hidup manusia dalam mencapai
sebuah tujuan dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan dalam
hidupnya, aktifitas dan prestasi dalam hidup manusia merupakan hasil dari
belajar. Belajar adalah menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif
tetap, anak didik memiliki kemampuan dan potensi yang telah ada di dirinya
untuk dikembangkan tanpa hentiuntuk mencapai keadaan ideal, dan perubahan
atas perkembangan kemampuan atau potensi tersebut merupakan hasil bentukan
bukan dihasilkan oleh pertambahan umur atau pertumbuhan badan (Nuruadin,
dkk. 2013: 65-74).
2.2.3 Hasil Belajar
Secara umum dapat didefinisikan bahwa hasil belajar merupakan penilaian
diri siswa dan perubahan yang dapat diamati, dibuktikan, dan terukur dalam
kemampuan atau presatsi yang dialami oleh siswa sebagai hasil dari pengalaman
belajar (Nemeth & Long, 2012). Apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang
konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan
konsep. Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar (Susanto, 2013:5). Hasil belajar meliputi tiga taksonomi yang
disebut dengan ranah belajar. Diantaranya yaitu ranah kognitif, ranah sikap, dan
ranah psikomotorik. Rinciannya sebagai berikut :
2.2.3.1 Ranah Kognitif
Berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan, dan
kemahiran intelektual. Mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan penilaian.
12

2.2.3.2 Ranah Afektif


Berkaitan dengan hasil belajar berupa perasaan, sikap, minat, dan nilai.
Mencakup kategori penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan
pembentukan pola hidup.
2.2.3.3 Ranah Psikomotor
Berkaitan dengan hasil belajar berupa kemampuan fisik seperti keterampilan
motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori jenis
perilaku untuk ranah psikomotorik yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga
ranah, ranah psikomotor adalah yang banyak dinilai karena berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran. Hasil belajar afektif
dan kognitif juga harus menjadi bagian dari penilaian dalam proses pembelajaran
di sekolah. Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
merupakan perubahan perilaku seseorang yang telah mengalami proses perubahan
yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu dan yang belum mengerti menjadi
mengerti yang mana biasanya diukur dengan teknik pre test dan post test guna
mengukur sejauh mana kemampuan siswa mempelajari materi yang telah
dipelajari.
2.2.4 Permainan Kasti
Kasti merupakan salah satu jenis permainan bola kecil beregu. Kasti
merupakan bentuk permainan tradisional yang mengutamakan beberapa unsur
kekompakan, ketangkasan dan kegembiraan. Permainan ini biasa dilakukan di
lapangan terbuka. Pada anak-anak usia sekolah dasar, permainan ini bisa melatih
kedisiplinan diri serta memupuk rasa kebersamaan dan solidaritas antar teman.
Agar dapat bermain kasti dengan baik kita dituntut memiliki beberapa
keterampilan yaitu memukul, melempar, dan menangkap bola serta kemampuan
lari. Kasti dimainkan oleh 2 regu, yaitu regu pemukuldan regu penjaga
(Yumansyah, dkk, 2016 : 3). Dimana di setiap regu terdiri dari 12 pemain, satu
regu yang mempunyai kesempatan untuk melakukan pukulan yaitu regu pemukul
13

dan satu regu yang bertugas menjaga pukulan-pukulan bola dari regu pemukul
adalah regu penjaga.
Sarana dan prasarana dalam permainan bola kasti terdiri dari (1) lapangan
kasti mempunyai ukuran panjang 60 meter, ditambah ruang bebas 5 meter dan
lebar 30 meter, Ada 3 ruang hinggap dan 1 ruang bebas, (2) bola kasti yang
terbuat dari karet didalamnya diisi dengan serabut kelapa serta biasanya berwarna
merah marun, berat bola sekitar 70-85 gram, (3) alat pemukul/ tongkat untuk
memukul bola terbuat dari kayu dengan panjang antara 60 cm, panjang pegangan
15-20 cm, (4) tiang hinggap atau base, (5) bendera diperlukan untuk setiap sudut
lapangan dan sebagai tanda tengah lapangan, (6) tiang atau tempat permainan
terbuat dari kayu.

Gambar
( Sumber : Nugroho, 2016 : 19 )

Keterangan :
A : Ruang Bebas/ruang tunggu E : Tempat perhentian pertama
B : Tempat pelempar (pelambung) F : Tempat perhentian kedua
C : Tempat pemukul G : Tempat perhentian ketiga
D : Tempat penjaga belakang

Aturan bermain kasti jumlah pemain kasti setiap regu adalah 12 orang, salah
satunya menjadi kapten. Waktu permainan kasti dilakukan dalam dua babak.
Setiap babak dilakukan 20-30 menit. Di antara setiap babak diberi waktu istirahat
10 menit. Bagi regu pemukul aturan yang harus laksanakan (1) setiap pemain
14

berhak memukul satu kali, pemain terakhir berhak memukul sebayak tiga kali, (2)
sesudah memukul, alat pemukul harus diletakkan didalam ruang pemukul, (3)
pukulan dinyatakan benar apabila bola yang dipukul melampaui garis pukul, tidak
jatuh di ruang bebas, dan tidak mengenai tangan pemukul. Aturan bermain bagi
regu penjaga yaitu (1) mematikan lawan dengan cara melempar bola ke pemukul
atau menangkap langsung bola yang dipukul, (2) membakar ruang bebas dengan
cara menempati ruang bebas apabila kosong tiadak ada regu pemukul dari
keseluruhan ruang hinggap atau base . pergantian tempat terjadi apabila (1) salah
atu pemian regu pemukul terkena lemparan bola, (2) bola pukulan regu pemukul
ditangkap langsung oleh regu penjaga sebanyak tiga kali berturut-turut, (3) alat
pemukul lepas diluar daerah pemukul ketika pemain melakukan pukulan.Setiap
regu dapat memperoleh poin apabila (1) nilai satu untuk pemain yang memukul
bola, kemudian lari ke pemberhentian I, II, III, dan ruang bebas secara bertahap,
(2) nilai dua untuk pemain yang berhasil melewati tiang-tiang pemberhentian dan
kembali ke ruang bebas atas pukulannya sendiri, (3) nilai satu bagi penjaga
apabila menangkap langsung bola lambungan yang dipukul oleh regu pemukul,
(4) regu yang mendapatkan nilai paling banyak dinyatakan sebagai pemenang.
Aktivitas yang perlu di kuasai dalam permainan kasti yaitu ada 4 teknik
melempar bola, teknik menangkap bola, tenik memukul bola, dan berlari
(Nugroho, 2016 : 21). Dalam teknik melempar bola ada beberapa cara melempar
bola kasti, antara lain lemparan melambung dan lemparan lurus atau datar. Cara
melempar bola melambung. Lemparan dengan cara melambung dimaksudkan
untuk mengoperkan bola kepada teman yang agak jauh jaraknya dari kita.
Lemparan ini digunakan oleh seorang pelambung. Jika kamu menjadi seorang
pelambung. Jika kamu menjadi seorang pelambung maka kamu harus dapat
melambungkan bola ke arah pukulan sesuai permintaannya. (1) mula-mula
lakukan posisi berdiri menyamping (kaki kiri di depan dan kaki kanan di
belakang), (2) bukalah kakimu dengan lebar (lutut kaki kiri diluruskan dan lutut
kaki kanan dibengkokkan), (3) peganglah bola dengan tangan kananmu dan
letakkan tanganmu lurus disamping badan. (4) letakkan tangan kiri di depan badan
dan lurus sejajar dengan bahu. (5) pandangan mata lurus ke arah depan, (6) bola
dilemparkan dari atas kepala hingga jalannya bola akan melambung tinggi, (7)
15

setelah bola dilemparkan arahkan tangan mengikuti arah jalannya bola, (8)
lakukan gerakan dengan berulang-ulang agar terampil. Lemparan dengan
menyusur tanah dimaksudkan untuk mengoperkan bola kepada teman yang agak
jauh jaraknya dari kita. Cara melempar bola menyusur tanah adalah sebagai
berikut, (1) bola dipegang pada pangkal ruas jari tangan (2) posisi badan
membungkuk (3) ayunan lengan belakang ke depan melalui bawah Bola dilempar
menyusur tanah ke sasaran.
Setelah kamu mahir melakukan gerakan melempar bola, sekarang mari
latihan menangkap bola. Cara menangkap bola kasti sangatlah bervariasi.
Berdasarkan arah datangnya bola, cara menangkap bola kasti dapat dilakukan
dengan menangkap bola melambung tinggi, menangkap bola mendatar (setinggi
dada), menangkap bola rendah (antara lutut dan pinggang), menangkap bola
bergulir di tanah. Cara menangkap bola adalah sebagai berikut, (1) mula-mula
berdiri tegak kedua kaki agak dibuka dan lutut sedikit ditekuk, (2) condongkan
sedikit badanmu ke arah depan, (3) pandangan mata tertuju ke arah datangnya
bola, (4) bengkokkan siku dan tempatkan kedua tanganmu di depan dada, (5)
renggangkan kedua telapak tangan serta jari-jarinya dengan lemas, (6) segera
jemput bola dengan kedua tanganmu ketika bola datang menghampiri kita, (7)
setelah bola ditangan kita, (8) tarik kearah dada dan pegang erat-erat bola tersebut.
Apabila telah memahami cara melempar dan menangkap, maka dilanjutkan
dengan cara memukul bola. Bola dipukul dengan berbagai variasi sesuai dengan
arah pukulan yaitu: pukulan melambung, cara melakukannya adalah sebagai
berikut : (1) kaki kiri berada di depan, dan kaki kanan berada di belakang, (2)
tangan kanan yang memegang pemukul diserongkan 45 derajat ke bawah, (3)
pukulan dilakukan dengan seikap rileks. Hal itu agar saat bola mengenaii pemukul
ayunan, tangan kanan bisa bebas mencapai samping kiri atas, (4) dengan posisi
seperti ini pukulan akan melambung jauh. Pukulan mendatar, cara melakukannya
adalah sebagai berikut : (1) kaki kiri berada di depan, dan kaki kanan berada di
belakang, (2) posisi pemukul sejajar dengan bahu, (3) pukulan ini akan
menghasilkan gerak bola sangat cepat melesat ke depan. Pukulan merendah, cara
melakukannya adalah sebagai berikut : (1) kaki kiri berada di depan, dan kaki
kanan berada di belakang, (2) tangan kanan yang memegang pemukul ditarik ke
16

atas belakang, (3) pukulan dilakukan dengan mengayunkan pemukul dari atas ke
arah bawah, (4) dengan posisi seperti ini pukulan arah jalannya bola akan cepat
dan memantul tanah.
2.2.5 Permainan Kasti Bola Lunak (Kasbol)
2.2.5.1 Peraturan permainan
Jumlah pemain kasbol setiap regu dapat terdiri dari 6 orang (dengan 5 orang
sebagai cadangan). Tiap pemain diberi nomor dada dari 1 sampai 6. Salah seorang
bertindak sebagai kapten regu. Ada beberapa peraturan dalam permainan Kasbol
yaitu Kasbol dimainkan oleh 2 regu berjumlah 12 orang. Regu yang main disebut
regu pemukul regu yang jaga disebut regu penjaga. Tiang pertolongan terbuat dari
bahan yang tidak mudah patah, seperti kayu. Tiang pertolongan ditancapkan di
tengah lingkaran dengan jari-jari 1 meter dan tinggi tiang pertolongan dari tanah
ialah 1,5 meter, jarak tiang pertolongan dengan garis pemukul adalah 5 meter dan
jarak dari garis samping 5 meter.
Daerah bebas dalam permainan kasbol ada 1 (satu), ruang bebas berada di
ujung lapangan permainan dengan lebar 5 m, Pemain yang sudah berada di tiang
bebas aman dari incaran pemain penjaga yang memegang bola, Permainan
berlangsung dalam dua babak. Tiap babak berlangsung selama 20 menit. Tiap
babak di beri waktu istirahat 10 menit. Seorang pemain dari regu pemukul
dinyatakan mati apabila reru penjaga berhasil melemparkan bola pada lawan yang
berada ditengah lapangan permainan selama perjalanan pelari, Bola mati adalah
bola yang sudah tidak bisa dimainkan kembali di dalam permainan atau
lapangan. Adapun beberapa bola yang dianggap mati antara lain: Bola dipegang
pelambung dan pelambung berdiri pada tempatnya, apabila pada pukulan salah
atau tidak kena dan apabila bola hilang sehingga dicari tidak ketemu serta terjadi
pergantian bebas.
Penjaga berhasil menangkap bola pukulan dari lawan tanpa terjatuh terlebih
dahulu ketanah mendapatkan point satu, apabila regu penjaga sudah
mengumpulkan 3 point hasil dari mematikan lawan ataupun tangkapan bola hasil
pukulan lawan. Setiap pemain berhak satu kali memukul, kecuali pemain teakhir
berhak memukul sebanyak tiga kali pukulan, Sesudah pemukul. Apabila alat itu
berada diluar, pemain tersebut tidak mendapat nilai, kecuali ia segera
17

membetulkannya kembali, Pukulan dinyatakan benar apabila Bola setalah dipukul


lewat garis pemukul dan jatuh atau mengenai benda yang berada didalam
lapangan permainan, Bola setelah di pukul melewati garis pemukul dan jatuh atau
mengenai di luar lapangan setelah melewati bendera atau pembatas lapangan
permainan Regu penjaga bertugas (1) mematikan lawan, (2) menangkap langsung
bola yang dipukul, (3) memasukan bola kedalam keranjang ditengah lapangan
permainan, (4) membakar ruang bebas, (5) jika ruang bebas kosong, pelambung
bertugas melambungkan bola secara wajar sesuai dengan permintaan pemukul, (6)
Jika bola yang dilambungkan tidak terpukul, (7) si pelambung harus mengulang
lagi, (8) jika sampai tiga kali berturut-turut bola tidak terpukul, (9) si pemukul
dapat lari bebas ke tiang perhentian I. Perhitungan nilai, (10) Pemain pemukul
berhasil berlari ketempat tiang pertolongan, (11) tiang bebas dan kembali masuk
home/ruang bebas secara bertahap, (12) pukulan dilakukan dengan benar dan
dapat kembali masuk home/ruang bebas tanpa berhenti pada tiang pertolongan
dan daerah bebas, (13) mendapatkan nilai dua, (14) regu penjaga berhasil
menangkap langsung bola yang dipukul (bola tangkap), (15) mendapatkan poin
satu, (16) pemenang adalah regu yang berhasil mengumpulkan angka atau nilai
terbanyak.
2.2.5.2 Lapangan Kasbol
Lapangan permainan Kasti berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran luas nya adalah lebih kurang panjang 60 dan lebar 30 meter (tidak
mutlak). 5 meter dari panjang lapangan dipergunakan untuk ruangan tempat
penjaga belakang, tempat pemukul, tempat pelambung, dan tempat pemain
pemukul. Lapangan dilengkapi dengan tiang pertolongan yang diletakan dengan
jaraknya 5 meter dari garis pemukul dan 5 meter dari garis samping. Sedangkan
tiang hinggap ada 2 buah yang masing-masing nya diletakan berjarak 10 meter
dari tiang yang lainnya, 10 meter dari garis belakang dan juga 5 meter dari garis
samping bagian pangkal lapangan terdapat ruangan atau petak pemukul juga 5 x 5
meter dari garis samping. Sedangkan tiang hnggap ada dua buah yang masing-
masing nya berjarak 10 meter dari tiang yang lainnya 10 Meter dari garis belakang
dan juga 5 Meter dari garis samping.
18

20 M

5M 45 M 10 M
Gambar 2.2 Lapangan Kasbol ukuran 60 x 30 meter
( Sumber: Ardisusilo. 2013 : 29-33)

Keterangan : P1: Tempat Pelempar (pelambung)


P2: Tempat Pemukul
B1: Tiang Pertolongan pertama
B2 : Tiang bebas
Home: Ruang bebas
2.2.5.3 Peralatan Kasti Bola Lunak
Peralatan kayu pemukul bola, bola kecil lunak, bendera lapangan, cone,
peluit, papan skor, nomor punggung siswa, tali, pasak.
Peralatan Kasbol:

Gambar 2.3 Pemukul Kasti Modifikasi


(Sumber: Ardisusilo. 2013 : 29-33)

Alat pemukul adalah kayu (bukan logam) yang bentuknya persegi


panjang yang panjang nya 70 cm dengan lebar bidang untuk memukul bola
adalah 10 cm sedangkan tebal kayu pegangan 2 cm. Bola yang digunakan adalah
bola lunak (bola tonnis).
2.2.5.4 Teknik Dasar Permainan Kasti bola lunak
19

Dalam bermain kasbol terdapat beberapa teknik dasar dan teknik


perorangan yang perlu dikuasai sama halnya seperti permainan bola kecil lainnya,
teknik ketrampilan dasar yang perlu dipelajari dan dikuasai diantaranya sesuai
dengan teknik yang sudah dipelajari pada teknik dasar bermain bola kasti
diantaranya adalah melempar bola, menangkap bola, memukul bola, jalan dan lari
dan cara bermain kasbol, Anak-anak yang sudah menguasai ketrampilan dalam
memukul bola dan berlari dengan kecepatan tinggi akan mudah dalam membuat
angka untuk regunya.
Lemparan merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan bola kasti
ada beberapa macam teknik dalam melempar bola seperti lemparan dengan
ayunan atas yang bertujuan agar bola dengan mudah ditangkap oleh teman,
lemparan hendaknya setinggi dada dan jalannya bola mendatar, lemparan bola
ayunan samping yaitu bola dilambungkan kuat kearah atas sedang arah bola harus
tertentu tepat pada sasaran hingga mudah untuk ditangkap, dan lemparan bola
bawah yaitu bola dilemparkan dengan cara di gelindingkan menyusuri tanah tetapi
dengan arah yang sesuai dan tepat sehingga mudah diterima/ditangkap, teknik
melempar bola dengan lecutan tangan bertujuan untuk melambungkan atau
mengoper bola pada teman yaitu bola digenggam dengan jari-jari dan dorong
kuat.

Gambar 2.4 macam-macam teknik melempar


(Sumber Buku PJOK BSE)

Menangkap bola merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh pemain
bola kasti, sikap badan dan posisi tangan pada saat menangkap bola sangat tergantung
pada datangnya bola. macam-macam cara atau tekhnik dalam melakukan tangkapan
dalam permainan bola kasti seperti menangkap bola bergulir ditanah, menangkap bola
20

lambung dan menangkap bola lurus. Menangkap bola bergulir ditanah caranya
menahan bola dengan seluruh badan yaitu sikap berdiri, sikap duduk berlutut dan sikap
berjongkok.
Cara menangkap bola melambung dengan menggunakan kedua tangan
yang dijulurkan kearah datangnya bola, cara menangkap bola lurus yaitu apabila
bola datangnya mendatar dan tepat didepan dada, pada saat bola tertangkap jari-
jari segera ditutup dan kedua tangan ditarik kebelakang supaya bola tidak
lepas kembali. Akan tetapi apabila datangnya bola dari samping kanan atau kiri
badan maka caranya dengan salah satu atau kedua tangan dijulurkan kesamping
kanan atau kiri badan, berikut gambar teknik menangkap bola.

Gambar 2.5 macam-macam teknik menangkap bola


(Sumber Buku PJOK BSE)
Disamping cara melempar bola dan cara menangkap bola satu lagi teknik
yang perlu dikuasai oleh pemaian yaitu teknik memukul bola yang sangat
bervariasi berdasarkan arah datangnya bola dan arah pukulan yang dapat
isesuiakan oleh pemain pemukul dengan sekencang mungkin agar dapat
membuat nilai dari pukulannya sendiri. Memukul bola dengan ayunan adalah
bertujuan untuk memberikan kemungkinan jarak pukulan yang jauh agar dapat
menolong teman yang akan berlari dari ruang bebas berlari menuju daerah bebas
atau home, sedangkan pukulan tanpa ayunan biasanya bertujuan agar hasil dari
pukulan bola tidak terlalu jauh akan tetapi penempatan bola dapat sangat tepat
dihasilkan dari pukulan tanpa ayunan ini, pukulan yang baik dihasilkan dari
21

teknik atau cara yang baik pula. Posisi tubuh pada teknik memukul dengan
ayunan dan tanpa ayunan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.6 macam-macam teknik memukul


(Sumber Buku PJOK BSE)

2.2.6 Karakteristik Anak Sekolah Dasar


Anak usia SD dalam perkembangannya memiliki kerakteristik yang unik.
Berbagai teori membahas tentang karakteristik anak usia SD sesuai dengan aspek-
aspek yang ada pada anak. Beberapa diantara yang umum, yaitu anak senang
bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang praktik
langsung. Konsep-konsep didalamnya membahas hal berikut :
2.2.6.1 Konsep Bermain
Anak usia SD senang Bermain Pendidik diharuskan paham dengan
perkembangan anak, memberikan aktifitas fisik dengan model bermain. Materi
pembelajaran dibuat dalam bentuk games, terutama pada siswa SD kelas bawah
(kelas 1 s/d 3) yang masih cukup kental dengan zona bermain. Sehingga
rancangan model pembelajaran berkonsep bermain yang menyenangkan, namun
tetap memperhatikan ketercapaian materi ajar.
2.2.6.2 Konsep Bergerak
Anak usia SD senang bergerak Anak usia SD berbeda dengan orang dewasa
yang betah duduk berjam-jam, namun anak-anak berbeda bahkan kemungkinan
duduk tenang maksimal 30 menit. Pendidik berperan untuk membuat
pembelajaran yang senantiasa bergerak dinamis, permainan menarik memberi
stimulus pada minat gerak anak menjadi tinggi.
2.2.6.3 Konsep Beraktifitas
22

Anak usia SD senang beraktifitas kelompok Anak usia SD umumnya


mengelompok dengan teman sebaya atau se-usianya. Konsep pembelajaran kelas
dapat dibuat model tugas kelompok, pendidik memberi materi melalui tugas
sederhana untuk diselesaikan bersama. Tugas tersebut dalam bentuk gabungan
unsur psikomotor (aktifitas gerak) yang melibatkan unsur kognitif. Misal anak
usia SD diberi tugas materi gerak sederhana menjelaskan menembak bola
(shooting), maka untuk memperoleh jawaban mereka akan mempraktikkan dahulu
kemudian memaparkan sesuai kemampuan mereka.
2.2.6.4 Konsep Praktik
Anak usia SD senang praktik langsung. Anak usia sekolah dasar, memiliki
karakteristik senang melakukan hal secara model praktikum, bukan teoritik.
Berdasarkan ketiga konsep kesenangan sebelumnya (senang bermain, bergerak,
berkelompok) anak usia SD, tentu sangat efektif dikombinasikan dengan praktik
langsung. Pendidik memberikan pengalaman belajar anak secara langsung,
sehingga pembelajaran model teori klasikal tidak terlalu diperlukan atau
diberikan saat evaluasi
2.3 Kerangka Berfikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk
menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan
umum yang dihadapi dalam pembelajaran penjas adalah kurangnya sarana
prasarana dan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Siswa berperan sebagai
objek pembelajaran, yang hanya mendengarkan dan mengaplikasikan apa yang
disampaikan oleh guru.
Melalui permainan kasbol merupakan suatu cara atau usaha yang
dilakukan guru berupa rancangan model pembelajaran yang baru dan lebih variatif
untuk menarik minat siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan
dapat menciptakan perubahan, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.
Penggunaan permainan kasbol dalam pelaksanaan tindakan tiap dengan topik
materi yang akan dipelajari, seperti dalam penelitian ini lempar tangkap bola
menggunakan sasaran keranjang. Dengan permainan kasbol ini anak dapat
merasa lebih senang, aktif bergerak dan lebih bergairah pada saat mengikuti
23

pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah, karena


pembelajaran ini menggunakan permainan dan alat yang lebih menarik.

Hasil belajar siswa dalam


pembelajaran bola kasti
yang belum tuntas

maka dengan adanya upaya


meningkatkan hasil belajar bola
kasti melalui permainan kasbol

Terdapat peningkatan meningkatkan


hasil belajar bola kasti melalui
permainan kasbol

Bagan 1. Kerangka Berfikir


2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah disusun, maka diajukan hipotesis
terhadap penelitian sebagai berikut : ”Terdapat peningkatan hasil belajar siswa
melalui permainan kasbol kelas IV di SDN Kasiman II”.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Metode penelitian adalah rangkaian tahap yang sudah di susun secara
sistematis guna memecahkah suatu masalah dalam penelitian. Dalam penelitian
ini metode yang sudah di rancang ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan yang sudah dirancamg secara sistematis akan menuai hasil
kajian terhadap suatu masalah. Hasil kajian ini akan menjadi dasar untuk
meranngkai suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya mengatasi masalah.
Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah observasi dan evaluasi. Hasil observasi
dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang
terjadi dalam pelaksanaan tindakan (rencana kerja). Hasil refleksi kemudian
dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan
(rencana kerja) selanjutnya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang
dilakukan oleh pendidik atau calan pendidik didalam kelas secara kolaboratif
/partisipatif untuk memperbaiki kinerja pendidik menyangkut proses
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar perseta didik, baik dari segi
akademik maupun nonakademik melalui tindakan reflektif dalam bentuk siklus
(daur ulang) (Tampubolon, 2014:19).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam
kegiatan yang berbentuk siklus penelitian yang terdiri atas empat tahap yaitu
planning (perencanaan), action (tindakan), observasi (pengamatan), reflection
(refleksi). Penelitian ini terdapat dua siklus setiap siklusnya terdapat satu kali
pertemuan.
Langkah-langkah pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas PTK secara
prosedurnya adalah dilaksanakan secara partisipatif atau kolaborsi (guru dengan
mahasiswa) bekerja sama, mulai dari tahap orientasi dilanjutkan penyusunan
rencana tindakan dilanjutkan pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama. Diskusi
yang bersifat analitik yang kemudian dilanjutkan pada langkah reflektif-evaluatif

24
atas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian
mempersiapkan

25
rencana modifikasi, koreksi, atau pembetulan, atau penyempurnaan pada siklus kedua dan
seterusnya. Adapun langkah yang dilakukan oleh guru dalam penelitian tindakan kelas ini
sebagai berikut:
3.1.1 Perencanaan (Planning)
Dalam tahap perencanaan ini meliputi pengenalan pembelajaran dengan metode
discovery serta menyiapkan permainan dan alat yang diperlukan dalam proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan.

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan (Action)


Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan dilaksanakannya skenario
pembelajaran yang telah direncanakan.
3.1.3 Pengamatan (Observing)
Observer mengamati pelaksanaan tindakan untuk mengetahui sejauh mana efek
pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran yang dapat dilihat dari motivasi dan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran.

3.1.4 Refleksi (Reflection)


Refleksi merupakan suatu kegiatan perenungan secara kritis apa yang terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Gambar 3.1 Siklus PTK


(Sumber: Riset Aksi Model John Elliot)

26
3.2 Subyek Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis (Barlian, 2016). Populasi adalah
kelompok yang dijadikan obyek atau subyek penelitian dalam suatu wilayah dan dengan syarat
tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seswa SDN Kasiman II Kecamatan Kasiman
Kabupaten Bojonegoro yang terdiri dari:
Tabel 3.1 Jumlah siswa SDN Kasiman II
No. Jenis Kelamin Total
1. Laki-laki 41
2. Perempuan 29
Jumlah 70

3.2.2 Sampel Penelitian


Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Barlian,
2016). Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik total sampling yang artinya
pengambilan sampel dengan diambil semua. Jumlah sampel 27 siswa yang terdiri dari dua kelas
yaitu kelas IV dan kelas V SDN KASIMAN II Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro yang
terdiri dari:
Tabel 3.2 Jumlah siswa kelas IV dan V SDN Kasiman II
No. Jenis Kelamin Total
1. Laki-laki 12
2. Perempuan 15
Jumlah 27

3.3 Waktu Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan di laksanakan selama 2 minggu. Mulai 30 Mei
2022 sampai dengan 11 Juni 2022.
3.4 Lokasi Penelitian

27
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan Sekolah Dasar Negeri II
Kasiman yang beralamatkan Jalan Yudhistira 1, Tawongan, Kasiman, Kabupaten Bojonegoro,
Kode Pos 58371.

3.5 Variabel Penelitian


Variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap penelitian. Variabel
adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi peristiwa
atau hasil penelitian (Barlian, 2016). Pada dasarnya variabel adalah suatu kunci yang sangat
mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel penyebab, variabel terikat
adalah variabel akibat. Yang menjadi variabel bebas adalah permainan kasti melalui permainan
kasbol, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar permainan kasi pada siswa kelas IV
SDN Kasiman II.
3.6 Pengambilan Data
3.6.1 Intrumen Penelitian
Berupa lembaran evaluasi untuk menilai ketangkasan dan ketrampilan siswa dalam
permainan kasti menggunakan permainan kasbol. Instrumen evaluasi yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari:
3.6.1.1 Lembar penilaian siswa ranah psikomotorik,
Penilaian psikomotor dimaksud untuk menggambarkan penguasaan prosedur gerak dan
koordinasi.
Tabel.3.3 Lembar Penilaian Psikomotorik (Sumber: Prayogo, 2015 )
No. Nama Aspek yang dinilai Jumlah Nilai
Melempar Menangkap Memukul
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Skor Maksimal 12

Indikator penilaian teknik melempar bola kasti

28
(1)Pandangan ke depan, berdiri menyamping dengan kaki kiri di depan dan kaki kanan di
belakakng lalu lutut kaki kangan ditekuk sedikit.
(2)Ayunan lengan saat melempar bola dari atas kepala.
(3)Gerakan lanjutan yaitu posisi kaki kanan ke depan dan badan mengikuti arah jalannya
lemparan bola.
(4)Hasil lemparan bola tetap sasaran.
Perolehan nilai:
(1)Mendapatkan nilai 1 jika memenuhi 1 aspek
(2)Mendapatkan nilai 2 jika memenuhi 2 aspek
(3)Mendapatkan nilai 3 jika memenuhi 3 aspek
(4)Mendapatkan nilai 4 jika memenuhi 4 aspek
Indikator penilaian teknik menangkap bola kasti
(1) Berdiri tegak dengan kki kanan di depan.
(2) Membengkok siku dan tangan berhadapan
(3) Jari dalam keadaan renggang dan rileks
(4) Bola berhasil ditangkap
Perolehan nilai
(1) Mendapatkan nilai 1 jika memenuhi 1 aspek
(2) Mendapatkan nilai 2 jika memenuhi 2 aspek
(3) Mendapatkan nilai 3 jika memenuhi 3 aspek
(4) Mendapatkan nilai 4 jika memenuhi 4 aspek
Indicator penilaian teknik memukul bola kasti
(1) Badan condong ke arah depan dengan tangan kanan memegang kayu pemukul lalu memberi
arah lalu memberi tanda bola yang di inginkan dengan tangan kiri.
(2) Tarik kayu pemukul ke belakang sampai bahu
(3) Memukul bola dengan cara mengayun lengan kanan.
(4) Bola berhasil dipukul.
Perolehan nilai
(1) Mendapatkan nilai 1 jika memenuhi 1 aspek
(2) Mendapatkan nilai 2 jika memenuhi 2 aspek
(3) Mendapatkan nilai 3 jika memenuhi 3 aspek

29
(4) Mendapatkan nilai 4 jika memenuhi 4 aspek

Rumus penskoran :
Menentukan nilai psikomotorik
jumlah skor yang diperoleh
Nilai = x 50%
jumlah skor maksimal

3.6.1.2 Lembar penilaian siswa ranah afektif, dan


Penilaiaan afektif digunakan untuk mengukur perilaku siswa ketika pembelajaran
langsung.
Tabel.3.4 Lembar Penilaian Afektif (Sumber : Prayogo, 2015)
No. Nama Aspek yang dinilai Jumlah Nilai
Kerjasama Spotifitas Kejujuran
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Skor Maksimal 3

Keterangan :
(1) Kerjasama : Jika siswa dapat melakukan usaha bersama dengan siswa yang lainnya.
(2) Sportif : Jika siswa dalam melakukan permainan kasti bermain sportif
(3) Kejujuran : Jika siswa dalam bermain maupun kegiatan belajar mengajar bersikap jujur.
Rumus penskoran:
Menentukan nilai afektif
jumlah skor yang diperoleh
Nilai = x 20%
jumlah skor maksimal

3.6.1.3 Lembar penilaian siswa ranah kognitif.


Penilaian kognitif untuk mngukur intelektual siswa.
Tabel. 3.5 Lembar Penilaian Kognitif (Sumber : Prayogo, 2015 )
No Pertanyaan Jawaban

30
.
1. Bola kasti termasuk jenis olahraga... C
a.Atletik
b.Senam
c.Permainan
d.Bela diri
2. Jumlah pemain setiap tim dalam permainan D
bola kasti
adalah...
a. 9 c. 11
b. 10 d. 12
3. Apa bahan alat pemukul permainan kasti? A
a.Kayu
b.Plastik
c.Besi
d. Bamb
4. Teknik dasar permainan bola kasti adalah ... B
a) Menendang, menyundul dan memukul
b) Melempar, menangkap dan memukul
c) Melempar, menyundul dan memukul
d) Melempar, menangkap dan melambung
5. Lemparan yang digunakan untuk A
pelari/pemukul
adalah...
a. Lemparan melambung
b. Lemparan lurus dan mendatar
c. Lemparan tinggi
d. Lemparan rendah
6. Berikut yang termasuk gerakan bola kasti D
adalah,
kecuali !
a. Melambung c. Menggelinding
b. Mendatar d. Memuku
7. Berapa cara menangkap bola dalam C
permainan kasti ?
a. 5 cara c. 3 cara
b. 4 cara d. 2 cara
8. Berapa macam arah pukulan dalam B
permainan kasti?
a. 2 cara c. 4 cara
b. 3 cara d. 5 cara
9. Apabila dalam memukul sendiri tanpa mati B
dan dapat
kembali ke ruang bebas dengan aman akan
mendapat
nilai ...

31
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
10. Berapa jumlah tiang dalam lapangan C
permainan kasti?
a. 1 tiang c. 3 tiang
b. 2 tiang d. 4 tiang
Jumlah skor maksimal 10

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data


Data atau informasi yang diperoleh melalui proses pengumpulan data menggunakan suatu
instrumen tes dan pengukuran, atau instrumen non tes lainnya seperti teknik observasi,
kuesioner, wawancara dan lainnya (Budiwanto, 2017a). Langkah-langkah Tindakan sebagai
berikut:
3.6.2.1 Siklus I
3.6.2.1.1 Perencanaan
(5) Permasalahan diidentifikasi melalui pengambilan data hasil ulangan dan pengamatan
aktivitas belajar siswa .
(6) Merancang skenario pembelajaran dengan penerapan modifikasi alat meliputi rencana
pembelajaran, lembar kerja siswa, dan lembar pengamatan.
(7) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan materi pelajaran dari segi
psikomotorik.
(8) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati ketrampilan siswa dan lembar observasi
untuk mengamati kinerja guru.
3.6.2.1.2 Pelaksanaan
(1) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran kasti dengan
menggunakan pemukul modifikasi dan bola lunak tonnis.
(2) Guru memberikan penjelasan teknik dan aturan permainan bola kasti menggunakan
pemukul modifikasi dan bola lunak.
(3) Guru memberikan penjelasan teknik mematikan lawan.
(4) Guru memperagakan teknik memukul, melempar dan menangkap.

(5) Siswa memperagakan contoh yang diberikan guru.

(6) Siswa melakukan permainan kasti dengan pemukul modifikasi dan bola lunak.

(7) Guru menilai ketrampilan permainan siswa

32
Gambar 3.2 Alur Permainan Kasti (Sumber: Ardisusilo. 2013)

Gambar 3.3 posisi regu penjaga dan regu pemukul (Sumber: Ardisusilo. 2013)

= Regu Penjaga
= Regu Pemukul
= Regu Pemukul

3.6.2.1.3 Pengamatan
(1) Guru mengamati permainan siswa dalam kasti.
(2) Guru mengumpulkan hasil pengamatan permainan
(3) Guru menganalisis data hasil pengamatan
3.6.2.1.4 Refleksi
(1) Guru membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus ke - 1.

33
(2) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian
dalam siklus I dengan guru maupun observer.
3.6.2.2 Siklus II
3.6.2.2.1 Perencanaan
(1) Merancang tindakan siklus II.
(2) Merancang skenario pembelajaran dengan penerapan modifikasi bola meliputi rencana
pembelajaran, lembar kerja siswa, dan lembar pengamatan.
(3) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan materi pelajaran dari segi psikomotorik
.
(4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru dan
guru mitra atau observer secara kolaborasi untuk mengamati kegiatan secara keseluruhan.
(5) Merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan siklus I.
3.6.2.2.2 Pelaksanaan

(1) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran kasti dengan
menggunakan permainan kasbol.
(2) Guru memberikan penjelasan teknik dan aturan permainan kasti menggunakan permainan
kasbol.
(3) Guru memberikan penjelasan teknik mematikan lawan
(4) Guru memperagakan teknik memukul, melempar dan menangkap
(5) Siswa memperagakan contoh yang diberikan guru
(6) Siswa melakukan permainan kasti menggunakan permainan kasbol.
(7) Guru menilai ketrampilan permainan siswa
3.6.2.2.3 Pengamatan
(1) Guru mengamati permainan siswa dalam memukul, lemparan dan tangkapan.
(2) Guru mengumpulkan hasil pengamatan permainan
(3) Guru menganalisis data hasil siklus II serta hasil observasi.
3.6.2.2.4 Refleksi
(1) Guru membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus II.
(2) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan
penelitian dalam siklus II.

34
(3) Mengumpulkan data dan membuat kesimpulan hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan
siklus II bersama teman sejawat.
Menyusun laporan hasil tindakan perbaikan pembelajaran.
3.6.3 Analisis Data
3.6.3.1 Indikator Keberhasilan
Berdasarkan pengalaman guru dalam proses pembelajaran PJOK pada siswa kelas IV SDN
Kasiman II sebelum penerapan permainan kasti menggunakan permainan kasbol, nilai hasil
belajar siswa relatif masih rendah, dengan rata-rata 70. Dengan kondisi tersebut tindakan yang
dilakukan dengan penerapan bermain kasti dengan menggunakan permainan kasbol diharapkan
agar pembelajaran menyenangkan dan dapat menggali potensi siswa secara individu maupun
kelompok sehingga mampu meningkatkan hasil belajar sama dengan atau di atas kriterian
ketuntasan minimal (KKM) 75.
Dengan penerapan permainan kasti menggunakan permainan kasbol diharapkan siswa akan
mengalami peningkatan hasil belajar dari saat kondisi awal atau pada saat pra siklus sampai pada
kondisi siklus II.
Dengan tingkat hasil belajar siwa yang mengalami Kriteria Ketuntasan Minimal lebih dari 75%.

3.6.3.2 Teknik Analisis


(1) Penilaian Tes
Setelah data terkumpul, penulis dalam menganalisis data menggunakan analisis deskriptif
dengan menganalisa gambaran data nilai hasil belajar siswa kelas IV SDN Kasiman II. Berapa
jumlah siswa yang mengalami nilai ketuntasan 70 dan berapa jumlah siswa yang belum tuntas
serta bagaimana hasil observasi teman sejawat tentang pelaksanaan proses belajar mengajar baik
dari siklus I maupun siklus II.
Untuk menentukan nilai akhir hasil belajar yang diperoleh masing- masing siswa
digunakan rumus :

35
Untuk menentukan nilai rata-rata kelas yaitu nilai yang diperoleh siswa dijumlahkan kemudian
dibagi dengan jumlah siswa sehingga diperoleh rata- ratanya. Nila rata-rata diperoleh dengan rumus
sebagai berikut :

Keterangan:

xX

N

x = nilai rata-rata

 X = jumlah semua nilai siswa

N = jumlah siswa

(2) Penilaian Ketuntasan Belajar


Dari hasil nilai tes yang diperoleh siswa maupun hasil observasi teman sejawat
dirangkum dan dibuat tabel pengelompokan ketuntasan serta hasil observasi teman sejawat. Hal
ini dilakukan pada setiap siklus dan dilihat bagaimana gambaran ketingkatan efektivitas belajar
siswa serta bagaimana proses belajar mengajar yang berlangsung yaitu penerapan upaya
meningkatkan hasil belajar bola kasti menggunakan permaianan kasbol dalam permainan.
Ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Pada
penelitian ini digunakan deskripsi persentase dengan rumus sebagai berikut :

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan sebagai
bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut pada siklus selanjutnya.Adapun hasil dari
perhitungan rumus tersebut masih harus dikonsultasikan dengan tabel kriteria tingkat
keberhasilan siswa untuk mengetahui kualitas keberhasilan yang diperoleh. Tingkat
keberhasilan ini mengacu pada lima skala likert.
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
36
Tingkat Keberhasilan(%) Tingkat Keberhasilan

> 80% Sangat Baik

60% – 79% Baik

40% – 59% Cukup atau Sedang

20% – 39% Buruk

< 20% Sangat Buruk

37

Anda mungkin juga menyukai