Anda di halaman 1dari 5

Halaman 1 dari 6

Form No Dok. F-JUR-010


BUKU PANDUAN RAKTIKUM Revisi 0
(BPP) Tanggal 1 Oktober 2022

Minggu ke : 11
Unit Kompetensi : Pengolahan Bioethanol
Waktu : 1 x 170 menit
Tempat : Laboratorium

1. Sub CPMK:
Mahasiswa mampu menjelaskan bahan baku pengolahan bioethanol dan memiliki
kemampuan untuk membuat bioethanol

2. Indikator Penilaian :
1. Menjelaskan karakteristik bahan baku bioethanol
2. Menjelaskan proses pengolahan bioethanol

3. Teori :
Tetes tebu/ molasses berubah menjadi alkohol/etanol melalui dua proses yaitu fermentasi
dan destilasi atau penyulingan. Fermentasi dengan bantuan cendawan Sacharomyces
cereviceae. Secara umum ethanol/bio-ethanol dapat digunakan sebagai bahan baku industri
turunan alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, campuran bahan bakar
untuk kendaraan. Mengingat pemanfaatan ethanol/bio-ethanol beraneka ragam, sehingga
grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan penggunaannya. Untuk
ethanol/bio-ethanol yang mempunyai grade 90-96,5% vol dapat digunakan pada industri,
sedangkan ethanol/bioethanol yang mempunyai grade 96-99,5% vol dapat digunakan
sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Berlainan dengan besarnya
grade ethanol/bioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk
kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous supaya tidak korosif, sehingga
ethanol/bio-ethanol harus mempunyai grade sebesar 99,5-100% vol. Perbedaan besarnya
grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut
air.

Meskipun teknik produksi ethanol/bioethanol merupakan teknik yang sudah lama diketahui,
namun ethanol/bio-ethanol untuk bahan bakar kendaraan memerlukan ethanol dengan
karakteristik tertentu yang memerlukan teknologi yang relatif baru di Indonesia antara lain
mengenai neraca energi (energy balance) dan efisiensi produksi, sehingga penelitian lebih
lanjut mengenai teknologi proses produksi ethanol masih perlu dilakukan. Secara singkat
teknologi proses produksi ethanol/bio-ethanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu
gelatinasi, sakharifikasi, dan fermentasi. Prospek Pengembangan Bio-fuel sebagai
Substitusi Bahan Bakar Minyak.

Fermentasi
Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi ethanol/bio-ethanol
(alkohol) dengan menggunakan yeast. Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi ini,
biasanya alkohol dengan kadar 8 sampai 10 persen volume. Sementara itu, bila fermentasi
tersebut digunakan bahan baku gula (molases), proses pembuatan ethanol dapat lebih cepat.
Pembuatan ethanol dari molases tersebut juga mempunyai keuntungan lain, yaitu
memerlukan bak fermentasi yang lebih kecil. Ethanol yang dihasilkan proses fermentasi
Halaman 1 dari 6
Form No Dok. F-JUR-010
BUKU PANDUAN RAKTIKUM Revisi 0
(BPP) Tanggal 1 Oktober 2022

tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya dengan membersihkannya dari zat-zat yang tidak
diperlukan.

Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya masih mengandung gas-gas antara
lain CO2 (yang ditimbulkan dari pengubahan glucose menjadi ethanol/bio-ethanol) dan
aldehyde yang perlu dibersihkan. Gas CO2 pada hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai
35 persen volume, sehingga untuk memperoleh ethanol/bio-ethanol yang berkualitas baik,
ethanol/bio-ethanol tersebut harus dibersihkan dari gas tersebut. Proses pembersihan
(washing) CO2 dilakukan dengan menyaring ethanol/bio-ethanol yang terikat oleh CO2,
sehingga dapat diperoleh ethanol/bio-ethanol yang bersih dari gas CO2). Kadar ethanol/bio-
ethanol yang dihasilkan dari proses fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai 10
persen saja, sehingga untuk memperoleh ethanol yang berkadar alkohol 95 persen
diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi.

Proses distilasi dilaksanakan melalui dua tingkat, yaitu tingkat pertama dengan beer column
dan tingkat kedua dengan rectifying column. Definisi kadar alkohol atau ethanol/bio-ethanol
dalam % (persen) volume adalah “volume ethanol pada temperatur 15oC yang terkandung
dalam 100 satuan volume larutan ethanol pada temperatur tertentu (pengukuran).“
Berdasarkan BKS Alkohol Spiritus, standar temperatur pengukuran adalah 27,5oC dan
kadarnya 95,5% pada temperatur 27,5oC atau 96,2% pada temperatur 15oC. Pada umumnya
hasil fermentasi adalah bio-ethanol atau alkohol yang mempunyai kemurnian sekitar 30 –
40% dan belum dpat dikategorikan sebagai fuel based ethanol. Agar dapat mencapai
kemurnian diatas 95% , maka lakohol hasil fermentasi harus melalui proses destilasi.

Distilasi :
Sebagaimana disebutkan diatas, untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari
95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alcohol hasil fermentasi yang
mempunyai kemurnian sekitar 40% tadi harus melewati proses destilasi untuk memisahkan
alkohol dengan air dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut
yang kemudian diembunkan kembali. Untuk memperoleh bio-ethanol dengan kemurnian
lebih tinggi dari 99,5% atau yang umum disebut fuel based ethanol, masalah yang timbul
adalah sulitnya memisahkan hidrogen yang terikat dalam struktur kimia alkohol dengan cara
destilasi biasa, oleh karena itu untuk mendapatkan fuel grade ethanol dilaksanakan
pemurnian lebih lanjut dengan cara Azeotropic destilasi.

Bioetanol merupakan etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati
atau selulosa. Berdasarkan kadar alkoholnya,etanol terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
1. Grade industri (teknikal) dengan kadar alkohol 90 % – 94 %
2. Netral dengan kadar alkohol 96 % – 99,5 %, umumnya digunakan untuk minuman keras
atau bahan baku farmasi
3. Grade bahan bakar dengan kadar alcohol 99,5 % - 100 %

Pemanfaatan etanol lebih ramah lingkungan bila dibandingkan dengan pemakaian premium.
Etanol memilki angka oktan 117 yang berarti lebih tinggi daripada premium yang hanya 87
– 88. Penggunaan etanol murni akan menghasilkan CO2 13 % lebih rendah dibanding
premium dan emisi CO dan UHC pada pemakaian etanol juga lebih sedikit dari premium.
Salah satu penghasil bioetanol yang dapat digunakan adalah hasil samping dari pengolahan
Halaman 1 dari 6
Form No Dok. F-JUR-010
BUKU PANDUAN RAKTIKUM Revisi 0
(BPP) Tanggal 1 Oktober 2022

tebu menjadi gula yaitu molase. Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari
proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung
glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan.

Ketersediaan molase di Indonesia cukup banyak. Hal ini berkorelasi dengan luas areal
perkebunan tebu yang semakin meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjenbun,
areal tebu seluas 382.354 hektar dengan produksi gula yang dihasilkan sebanyak 2.244.417
ton, molase sebanyak 1,5 juta ton, MSG sebanyak 600 ribu ton, 900 ribu ton untuk bioetanol
95 %, industri minuman dan eksport. Dengan adanya penambahan areal potensial di daerah
Merauke dan Sulawesi Tenggara seluas 750 ribu hektar maka areal tersebut mempunyai
produksi potensial sebanyak 62 juta ton tebu dan akan menghasilkan 4,6 juta liter. Dari data
teknis Brazil, dengan asumsi 80 liter bioetanol dapat dihasilkan dari 1 ton tebu dan
produktivitas tebu rata-rata 80 ton per hektar. Apabila etanol dari tebu dapat mensubstitusi
10 % dari kebutuhan gasoline pada tahun 2010 (33,4 milyar liter), maka target tersebut bisa
dicapai dengan pengembangan areal tebu seluas 522 ribu hektar.

4. Bahan dan Alat :


4.1 Alat
1. Fermentor (botol)
2. Termometer
3. pH meter
4. Botol aquades
5. Pipet tetes
6. Pengaduk
7. Timbangan
8. Erlenmeyer
9. Beaker glass

4.2 Bahan
1. Molase (kadar 50%)
2. Urea
3. NPK
4. Fermipan
5. Air

5. Organisasi :
1. Dosen bersama teknisi menjelaskan materi praktikum, peraturan dan tata tertib, dan
proses prosedur kerja yang harus diperhatikan dan ditaati oleh mahasiswa.
2. Dosen bersama teknisi melakukan pengawasaan terhadap pelaksanaan praktikum,
aktivitas, absensi, dan evaluasi kegiatan dan laporan praktik mahasiswa.
3. Teknisi menyiapkan dan mencatat alat dan bahan yang dibutuhkan mahasiswa untuk
kegiatan praktek
4. Mahasiswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang dan bertanggung
jawab pada setiap alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum
5. Mahasiswa wajib membersihkan peralatan dan ruang laboratorium dan mengembalikan
peralatan kepada teknisi setelah selesai kegiatan praktikum.
Halaman 1 dari 6
Form No Dok. F-JUR-010
BUKU PANDUAN RAKTIKUM Revisi 0
(BPP) Tanggal 1 Oktober 2022

6. Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum per kelompok yang wajib dikumpulkan
pada kegiatan praktek minggu berikut.

6. Prosedur Kerja :
1. Pengenceran Molase
Kadar gula dalam molase terlalu tinggi untuk proses fermentasi. Oleh karena itu, perlu
diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih 15-17 %. Setelah
dilakukan pengenceran, molase encer dimasukkan ke dalam fermentor. Catatan : jika
kandungan gula molase kurang dari 50 % maka penambahan air harus disesuaikan
dengan kadar gula awalnya.
2. Molases di sterilisasi sampai suhu 70oC, kemudian didinginkan untuk menon aktifkan
mikroba yang ada di dalam molases
3. Penambahan urea dan NPK
Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi ragi. Kebutuhan urea sebanyak 0,5 % dari
larutan fermentasi. Kebutuhan NPK sebanyak 0,1 % dari larutan fermentasi. Urea dan
NPK dihaluskan kemudian ditambahkan dalam larutan molase dan diaduk.
4. Penambahan Ragi
Ragi yang digunakan adalah ragi roti. Bahan aktif yang terkandung dalam ragi roti
yaitu: Saccharomyces cerevisiae (ragi roti) yang dapat memfermentasi gula menjadi
etanol. Kebutuhan ragi sebanyak 0,2 % dari kadar gula dalam larutan molase. Ragi
dilarutkan dalam air hangat, diaduk hingga sedikit berbusa lalu dimasukkan ke dalam
fermentor kemudian ditutup rapat.
5. Fermentasi
Proses fermentasi dilakukan selama 3-5 hari. Selama proses fermentasi berjalan,
diusahakan agar suhu tidak melebihi 36 oC dan pH dipertahankan 4,5 -5. Fermentasi
diakhiri setelah tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung udara. Fermentasi
dilakukan secara anaerob yang dihubungkan dengan selang ke botol berisi air.
6. Destilasi dan dehidrasi
Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator.
Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan 79 – 81 oC. Pada suhu ini, etanol sudah
menguap, sedangkan air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol
akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama biasanya kadar etanol
masih di bawah 95%. Apabila kadar distilasi masih di bawah 95% maka perlu dilakukan
distilasi ulang hingga kadar etanolnya 95%. Setelah kadar 95% tercapai, selanjutnya
dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan
kapur tohor atau zeolite sintetis. Larutan dibiarkan se semalam. Setelah itu didistilasi
lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99,5%.

7. Tugas dan Pertanyaan :


7.1 Tugas
1. Ikuti seluruh proses pembuatan bioethanol berbahan baku molase tebu
2. Tuangkan dalam pembahasan dalam laporan praktik

7.2 Pertanyaan
1. Jelaskan pengaruh pengenceran molasses
2. Jelaskan perbedaan bioethanol dan bensin
3. Jelaskan fungsi urea dalam proses fermentasi molase ?
Halaman 1 dari 6
Form No Dok. F-JUR-010
BUKU PANDUAN RAKTIKUM Revisi 0
(BPP) Tanggal 1 Oktober 2022

4. Jelaskan fungsi ragi dalam proses fermentasi ?


5. Jelaskan proses dehidrasi dan destilasi dari produk fermentasi molase ?

8. Pustaka
1. Achmad Effendi. 2009. Teknologi Gula. Jogja Library. Yogyakarta.
2. Ariyo Anindito, dkk. 2013. Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula. Buku Internal Unit
Usaha PTPN XI PG. Semboro. Jawa Timur.
3. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Tebu. Edisi Kedua. Kementerian Pertanian.
4. Blackburn, F. 1984. Sugarcane. Tropical Agricultural Series. Longman, London.
5. Bidang Pengendalian Pencemaran Agroindustri. 2006. Panduan Praktis Pengelolaan
Lingkungan Industri Gula. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
6. Perdana Ginting. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama
Widya. ISBN:978-979-543-582-2
7. Rama Prihandana. 2005. Pabrik Gula Menuju Industri Berbasis Tebu. Jogja Library.
Yogyakarta

9. Hasil Praktikum :
Laporan kegiatan praktek kelompok.

Anda mungkin juga menyukai