Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Proses Bioetanol Dari Tetes Tebu

Untuk memenuhi tugas Industri Mikrobiologi


Dosen pengampuh Meriatna, ST.,MT

Disusun oleh :
Kelompok I (A2)

Sri Kesuma Hardianti NIM : 200140036


Annisa Febrianti Siregar NIM : 200140046
M. Alif Alzahy Retwan NIM : 200140049
Riahni Sinaga NIM : 200140056
Ahmed Sutoyo NIM : 200140064

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan


rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dari Kelompok IV (A2) dapat
menyelesaikan Laporan Pembuatan Bioetanol Dari Tetes Tebu. Shalawat beserta
salam kepada Rasulullah Muhammmad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang
membawa ajaran kebenaran kepada sahabat serta seluruh umat manusia hinga
sampai detik ini. Laporan ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata
kuliah Mikrobiologi Industri.
Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan kerjasama bersama teman-teman sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi dapat kami atasi. Juga pada kesempatan ini
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang bersangkutan dengan
mata kuliah Mikrobiologi Industri yang membimbing kami dalam melakukan
percobaan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, sebagai
manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil laporan ini tidak mungkin luput
dari kekurangan.oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna sebagai perbaikan dan penyempurnaan
dimasa yang akan datang. Terima kasih.

Bukit Indah, 10 November 2021

Kelompok IV (A2)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tanggal Praktikum : 19 November 2021


1.2 Pelaksana Praktikum : Kelompok IV
1.3 Nama/ NIM : 1. Sri Kesuma Hardianti ( 200140036 )
2. Annisa Febrianti Siregar ( 200140042 )
3. M. Alif Alzahy Retwan ( 200140049 )
4. Riahni Sinaga ( 200140056 )
5. Ahmed Sutoyo ( 200140064 )

1.4 Latar Belakang


Perkembangan kebutuhan yang dinamis ditengah semakin terbatasnya
cadangan energy fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup,
menyebabkan perhatian terhadap energy terbarukan semakin meningkat terutama
terhadap sumber-sumber energi terbarukan dari sektor pertanian. Hampir seluruh
komoditas budidaya pertanian dapat menghasilkan biomassa, sebagai sumber
bahan yang didapat diubah menjadi energi terbarukan. Biomassa adalah semua
bahan-bahan organik berumur relative muda dan berasal dari tumbuh-tumbuhan
atau hewan; produk dan limbah industri budidaya (pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan perikanan) yang dapat diproses menjadi bioenergi.
Bioetanol merupakan alternatif penyedia energi yang merupakan senyawa
alkohol dan dapat diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan
mikro organisme. Pemanfaatan etanol lebih ramah lingkungan bila dibandingkan
dengan pemakaian premium. Etanol memilki 2 angka oktan 117 yang berarti lebih
tinggi dari pada premium yang hanya 87– 88. Penggunaan etanol murni akan
menghasilkan CO2 13% lebih rendah dibanding premium dan emisi CO dan UHC
pada pemakaian etanol juga lebih sedikit dari premium. Bahan baku pembuatan
bioetanol dapat berupa ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu. Semuanya
merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat mudah ditemukan di
Indonesia karena iklim dan keadaan tanah Indonesia yang mendukung
pertumbuhan tanaman tersebut. Di Indonesia, pemanfaatan tebu belum
dilaksanakan secara maksimal. Tebu kebanyakan dimanfaatkan untuk pembuatan
gula karena produksi tebu hanya dilakukan sesuai kebutuhan dan permintaan
pasar. Oleh karena itu, perlu dilakukan diversifikasi produk dari tebu salah
satunya adalah mengolah hasil samping tebu menjadi bioetanol\
Tetes tebu atau istilah ilmiahnya molasses adalah produk sisa pada proses
pembuatan gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana
gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi karena mengandung
glukosa dan fruktosa. Pada sebuah pemrosesan gula, tetes tebu yang dihasilkan
sekitar 5-6 %. Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk
dikonsumsi karena mengandung kotoran-kotoran bukan gula, yang
membahayakan kesehatan. Namun tetes tebu masih memiliki nilai ekonomis yang
tinggi, hal ini disebabkan kandungan gulanya yang tinggi sekitar 52 persen,
sehingga memungkinkan dijadikan bahan baku pembuatan etanol.
.

1.5 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang menjadi bahasan yang diuraikan dalam laporan
ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan bioetanol?
2. Apa yang dimaksud dengan fermentasi?
3. Bagaimana cara membuat bioetanol dari tetes tebu?
4. Bagaimana reaksi kimia yang terjadi pada proses bietanol?

1.6 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penulisan laporan ini antara lain yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian bioetanol
2. Untuk mengetahui pengertian (molase) tetes tebu
3. Untuk mengetahui membuat bioetanol dari (molase) tetes tebu
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses bioetanol dari
tetes tebu
1.7 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dalam
meningkatkan nilai ekonomis tanaman tebu, memberikan informasi ilmiah
mengenai kadar pati tebu optimal sebagai substrat fermentasi untuk memproduksi
etanol, dan dapat memberikan harapan dalam pemenuhan kebutuhan energi bahan
alternatif dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tetes Tebu


Molase adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu
(saccharum officinarum L). Tetes tebu berupa cairan kental dan diperoleh dari
tahap pemisahan kristal gula. Molase tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa
namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50 – 60%, asamamino dan
mineral. Tingginya kandungan gula dalam molase sangat potensial dimanfaatkan
sebagai bahan baku bioetanol. Molase masih mengandung kadar gula yang cukup
untuk dapat menghasilkan etanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molase
berkisar antara 5,5 – 6,5. Molase yang masih mengandung kadar gula 10 – 18%
telah memberikan hasil yang memuaskan dalam pembuatan etanol.

2.2. Bioteknologi

Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu bios yang berarti hidup
dan teknologi yang berarti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis.
Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme, misalnya bakteri, ragi, dan
jamur yang telah direkayasa untuk menghasilkan suatu produk atau barang guna
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Bioteknologi dibagi menjadi
dua, yaitu bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern.
Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang menggunakan
mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan lain-lain dalam proses pembuatannya.
Sedangkan bioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi modern yang
dapat membantu kita, seperti dalam proses pengkloningan dan kultur jaringan.
Contoh dari bioteknologi konvensional adalah pembuatan tape, tempe, susu, dll.
Sedangkan contoh dari bioteknologi modern adalah rekayasa genetika, kloning,
kultur jaringan, dll.
Ciri-ciri utama bioteknologi adalah adanya benda biologi (makhluk hidup)
berupa mikroorganisme tumbuhan atau hewan, adanya teknologi yang dipakai,
dan produk yang dihasilkan berupa hasil ekstraksi dan pemurnian. Perbedaan
utama antara bioteknologi konvensional dengan bioteknologi modern terletak
pada teknologi yang diterapkan, dimana bioteknologi konvensional masih
menggunakan teknologi yang sederhana, sementara bioteknologi modern
menggunakan teknologi atau alat-alat canggih. Bioteknologi modern lebih
terjamin keamanan dan kebersihannya karena lebih memerhatikan standar
kesehatan.

2.2.1 Biotenol
Etanol merupakan senyawa hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (-OH)
dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol lebih dikenal
dengan Etil Alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi dari
bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat seperti ubi kayu, ubi jalar,
sargum, beras, ganyong dan sagu yang kemudian populer dengan nama bioetanol.
Bahan baku lainnya adalah tanaman atau buah yang mengandung gula seperti
tebu, nira, mangga, nanas, pepaya, anggur, lengkeng dan lainnya. Bahan berserat
(selulosa) seperti sampah organik dan jerami
padi pun saat ini telah menjadi salah satu alternatif penghasil bioetanol. Namun,
dari semua jenis tanaman tersebut tetes tebu merupakan bahan baku yang paling
banyak menghasilkan etanol jika diolah. Bioetanol yang mempunyai grade 90-
95% biasanya digunakan padaindustri, sedangkan bioetanol yang mempunyai
grade 95 – 99% atau disebutalkohol teknis digunakan sebagai campuran untuk
miras dan bahan dasarindustri farmasi Sedangkan grade etanol yang
dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar kendaraan bermotor harus betul-
betul kering dan Anhydrous supaya tidak menimbulkan korosi, sehingga etanol
harus mempunyai grade tinggiantara 99,6– 99,8% (Fuel Grade Ethanol = FGE).
Perbedaan besarnyagrade akan berpengaruh terhadap konversi karbohidrat
menjadi gula(glukosa) larut air

2.3. Hidrolisis
Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu
senyawa pecah terurai. Reaksi Hidrolisis:
(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6
Polisakarida Air Glukosa
Reaksi antara air dan pati berlangsung sangat lambat sehingga diperlukan
bantuan katalisator untuk memperbesar kereaktifan air. Katalisator bisa berupa
asam maupun enzim. Katalisator asam yang biasa digunakan adalah asam klorida,
asam nitrat dan asam sulfat. Dalam industri umumnya digunakan enzim sebagai
katalisator. Salah satu proses hidrolisis yaitu hidrolisis asam, dimana
katalisatornya menggunakan asam. Asam berfungsi sebagai katalisator dengan
mengaktifkan air. Di dalam industri asam yang dipakai adalah H 2SO4 dan HCl.
HCl lebih menguntungkan karena lebih reaktif dibandingkan H2SO4.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada hidrolisis pati antara lain :
a. Suhu Dari kinetika reaksi, semakin tinggi suhu reaksi makin cepat pula
jalannya reaksi. Tetapi apabila proses berlangsung pada suhu yang tinggi,
konversi akan menurun. Hal ini disebabkan adanya glukosa yang pecah
menjadi arang.
b. Waktu Semakin lama waktu hidrolisis, konversi yang dicapai semakin
besar dan pada batas waktu tertentu akan diperoleh konversi yang relatif
baik dan apabila waktu tersebut diperpanjang, pertambahan konversi kecil
sekali.
c. Pencampuran pereaksi Karena pati tidak larut dalam air maka pengadukan
perlu diadakan agar persentuhan butir-butir pati dan air dapat berlangsung
dengan baik.
d. Konsentrasi katalisator Penambahan katalisator bertujuan memperbesar
kecepatan reaksi. Jadi semakin banyak jumlah katalisator yang dipakai
makin cepat reaksi hidrolisis. Dalam waktu tertentu pati yang berubah
menjadi glukosa juga meningkat.
e. Kadar suspensi pati Perbandingan antara air dan pati yang tepat akan
membuat reaksi hidrolisis berjalan cepat.
2.4. Ragi
Ragi merupakan zat yang bisa dimanfaatkan untuk fermentasi. Ragi
biasanya mengandung mikroorganisme seperti Saccharomyces cerevisiae. Ada
dua jenis ragi tape yang dijual di pasaran, yakni ragi padat dan kering. Ragi
kering berbentuk butiran-butiran kecil dan ada juga yang berupa bubuk halus dan
berwarna kecoklatan. Ragi kering umumnya digunakan dalam pembuatan kue.
Sedangkan ragi padat bentuknya bulat pipih dan sering digunakan dalam
pembuatan tape.

2.5. Fermentasi Bioetanol


Fermentasi adalah proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme
dalam keadaan anaerob (tanpa oksigen) dan keadaan aerob (dengan oksigen).
Fermentasi sering kali digunakan dalam bidang bioteknologi. Beberapa contoh
hasil fermentasi adalah etanol, alkohol, asam laktat, dan hidrogen. Gula dan ragi
dikenal sebagai bahan yang umum dalam fermentasi. Ragi biasanya digunakan
untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya.
Fermentasi gula oleh ragi, misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat
menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 melalui reaksi sebagai berikut:
Saccharomyces cerevisiae
C6H12O6 2C2H5OH + 2 CO2
Glukosa etanol

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi:


a. Keasaman (pH) Tingkat keasaman sangat berpengaruh dalam
perkembangan bakteri. Kondisi keasaman yang baik untuk
pertumbuhan bakteri adalah 4 – 5.
b. Mikroba Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan
kultur murni yang dihasilkan di laboratorium. Kultur ini dapat
disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan. Berbagai macam
jasad renik dapat digunakan untuk proses fermentasi antara lain
yeast. Yeast tersebut dapat berbentuk bahan murni pada media agar-
agar atau dalam bentuk dry yeast yang diawetkan.
c. Suhu Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang
dominan selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki
suhu pertumbuhan optimal, yaitu suhu yang memberikan
pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri secara tercepat. Pada
suhu 30o C mempunyai keuntungan terbentuk alkohol lebih banyak
karena ragi bekerja optimal pada suhu itu.
d. Oksigen Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur
sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat mikroba
tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda
jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel – sel baru dan
untuk fermentasi. Misalnya ragi roti (Saccharomyces cerevisiae)
akan tumbuh lebih baik pada keadaan aerobik, tetapi akan
melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat pada keadaan
anaerobik. ( Winarno, 1984 )
e. Makanan Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang akan
menyediakan:
1) Energi biasanya diperoleh dari subtansi yang mengandung
karbon.
2) Nitrogen untuk sintesis protein. Salah satu contoh sumber
nitrogen yang dapat digunakan adalah urea.
3) Mineral yang dipergunakan mikroorganisme salah satunya
adalah asam phospat yang dapat diambil dari pupuk NPK.
4) Vitamin, sebagian besar sumber karbon dan nitrogen alami sudah
mengandung semua atau beberapa vitamin yang dibutuhkan
mikroorganisme.
2.6. Distilasi
Distilasi Distilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan
kembali, yang dimaksudkan untuk memisahkan campuran dua atau lebih
zat cair ke dalam fraksi – farksinya berdasarkan perbedaan titik didih.
Pada umumnya, pemisahan hasil fermentasi glukosa/dektrosa
menggunakan sistem uap-cairan, dan terdiri dari komponen – komponen
tertentu yang mudah tercampur. Umumnya destilasi berlangsung pada
tekanan atmosfer, contoh dalam hal ini adalah sistem alkoholair, yang
pada tekanan atmosfer memiliki titik didih sebesar 78,6 oC.
2.7 Keunggulan dan Kelemahan Bioetanol
Beberapa keunggulan yang dapat diperoleh dari bioetanol sebagai berikut
1. Nilai oktan yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar tepat
padawaktunya sehingga tidak menyebabkan fenomena knocking
2. Emisi gas buang tidak begitu berbahaya bagi lingkungan, salah satunya
CO2 yang dapatdimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis serta emisi NO yangrendah.
3. Efisiensi tinggi dibanding bensin
selain memiliki keunggulan yang begitu banyak, bioetanol pun memiliki
terdapat kelemahan, kelemahan-kelemahaan tersebut diantaranya:
1. Memerlukan modifikasi mesin jika ingin menggunakan bioetanol murni
pada kendaraan
2. Bisa terjadi kemungkinan etanol mengeluarkan emisi polutan yang
beracun.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat:

Adapun alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :

1. Centong nasi

2. Hotplate

3. Pisau

4. Penyaring
5. Martel/palu

6. Beaker glass

7. Tisu

8. Erlenmeyer

9. Wadah Fermentasi
10. Tabung destilasi

3.1.2 Bahan:
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut :

1. Tetes Tebu

2. Ragi Tape

3. Air
3.1.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :

1. Masukkan 170 gram tetes tebu(molase) kedalam wadah yang bersih


2. Lalu masukkan 500ml air bersih kedalam wadah yang berisi molase, lalu
diaduk hingga terhomogen
3. Haluskan 1⅓ keping ragi sampai berbentuk butiran halus
4. Kemudian ragi yang sudah dihaluskan dimasukkan kedalam wadah yang
berisi molase sambil di aduk hingga tercampur
5. Setelah tercampur, wadah ditutup rapat dengan selotip agar tidak ada cela
untuk udara keluar masuk. Kemudian didiamkan sampai 5-7 hari agar
terjadi fermentasi
6. Setelah fermentasi selesai, pindahkan molase kedalam tabung destilasi,
tunggu 1 sampai 2 jam agar menghasilkan etanol
BLOK DIAGRAM PROSES BIOETANOL DARI TETES TEBU

Tetes tebu

Hidorlisis Menggunakan air

Dengan menggunakan
Fermentasi
rage tape

Etanol (+/- 10%)


Distilasi

Etanol
(+/- 90%)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1
Yang Diamati Botol 1 (Air Konsentrasi Botol 2 (Air Konsentrasi
Tetes tebu + ragi) 10-15% Gula + ragi) 80-95%
Awal Akhir Awal Akhir
Warna Hitam Kuning Kuning Kuning susu
susu susu
Suhu 260C 270C 290C 900C
(sebelum (saat
didestilasi) didestilasi dan
pada tetesan
pertama)
Aroma Seperti bau Seperti bau Seperti bau Seperti bau
tebu pada pada tape, tape pada tape tapi
umumnya tetapi lebih lebih
menyengat Menyengat

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengukuran dengan termometer, suhu awal pada campuran
larutan gula dan ragi yaitu 26ºC. Hal tersebut disebabkan lamanya pengadukan
kedua zat sehingga panas yang dihasilkan cukup tinggi. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi eksoterm karena menghasilkan panas yang merupakan gesekan
antara wadah dan larutan dalam wadah baskom tersebut. Pada botol pertama
yang tidak didestilasi, suhu awal 25oC dan suhu akhir 27oC sedangkan pada botol
kedua yang didestilasi pada suhu awal 29oC dan suhu akhirnya pada saat
didestilasi dan pada tetesan pertama alkohol 90oC. Pada percobaan ini digunakan
glukosa sebagai substrat utama. Hal ini disebabakan struktur model glukosa
yang sederhana sehingga mudah digunakan

oleh Saccharomycess cereviceae. Glukosa digunakan sebagai sumber energi dan


sumber karbon yang digunakan untuk membentuk material penyusun sel baru.
Pada umumnya reaksi fermentasi dinyatakan dengan :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP.

Dalam tabel dapat di lihat bahwa fermentasi dengan kadar gula 50 %


akan menghasilkan pH yang bersifat asam, aroma awal seperti tebu biasa dan
aroma akhir berbau tape menyengat/ alkohol. Dalam hal ini bahan yang
digunakan adalah Saccharomycess cereviceae dan glukosa dari substrat dengan
hasil akhir perombakan berupa alkohol (etanol). Reaksi yang berlangsung dalam
keadaan anaerobik tersebut adalah sebagai berikut:

C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2 CO2 + produk samping

Dari botol 1 dan botol 2 disini kami hanya membendakan konsentrasi


alkohol yang tidak dilakukan penyulingan dan yang dilakukan penyulingan
(destilasi), pada botol 1 yang tidak dilakukan penyulingan hanya 10-15%
konsentrasi alkohol yang didapat sedangkan pada botol 2 dilakukan penyulingan
sehingga konsentrasi alkohol yang didapat 80-95%.

Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan pada percobaan fermentasi


dapat di ketahui bahwa dengan adanya gelembung yang dihasilkan dari
campuran glukosa dan ragi (permifan) dapat membuktikan bahwa fermentasi
akan menghasilkan CO2.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, danmerupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari – hari. Selain air,etanol merupakan senyawa yang paling banyak digunakan
sebsgai pelarut. Pada percobaan kali ini, mai membuat etanol dengan cara fermentasi
molasse. Untukmendapatkan etanol, maka proses yang dilakukan adalah anaerobik.
Kondisi proses pembuatan etanol yang digunakan adalah :
 Temperatur optimum : 28– 320C
 pH media : 4,7– 4,9
 Kadar gula : 10–15%
Pada proses pembuatannya terbagi menjadi tiga tahap yaitu : pembuatan
starter,fermentasi dan destilasi. Dan dilakukan analisa hasil dengan refraktometer
untuk mengamatiindeks bias pada etanol, yang dapat menentukan kadar etanol hasil
destilasi.Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil berupa indeks
bias pada etanol destilasi sebesar 1,33207 dengan persentase etanol yaitu sebesar 15%
Dan pada saat test nyala, terdapat api pada campuran etanol murni dan etanol hasil
destilasi namun waktu nyala api hanya sebentar dan tidak terlalu terang
5.2 Saran
Memperhatikan takaran ragi, gula dan temperatur air agar percobaan
berhasil dengan sempurna
DAFTAR PUSTAKA

A . Dzaki Naufal. 2018. Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi Dari Selulosa Yang
Di Isolasi Dari Batang Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Menggunakan
Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiae). USU medan
Fitri Hartina, Akyunul Jannah, Anik Maunatin. 2014. Fermentasi Tetes Tebu Dari
Pabrik Gula Pagotan Madiun Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae
Untuk Menghasilkan Bioetanol Dengan Variasi Ph Dan Lama Fermentasi.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
gustin Krisna Wardani, Fenty Nurtyastuti Eka Pertiwi, 2013, Produksi Etanol Dari
Tetes Tebu Oleh Saccharomyces cerevisiae Pembentuk Flok. Jurusan
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim ; Malang

Agus Rochani, Susy Yuniningsih, dan Zuhdi Ma’sum. 2010. Pengaruh Konsentrasi
Gula Larutan Molases Terhadap Kadar Etanol Pada Proses Fermentasi
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya
LAMPIRAN GAMBAR

1. Gambar Tetes tebu

2. Gambar ketika tetes tebu teah terhomogen dengan air dan ragi

3. Gambar hasi fermentasi tetes tebu dan ssebeum destiasi


4. Gambar Hasil destilasi

Anda mungkin juga menyukai