Disusun oleh :
Kelompok I (A2)
Kelompok IV (A2)
BAB I
PENDAHULUAN
2.2. Bioteknologi
Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu bios yang berarti hidup
dan teknologi yang berarti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis.
Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme, misalnya bakteri, ragi, dan
jamur yang telah direkayasa untuk menghasilkan suatu produk atau barang guna
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Bioteknologi dibagi menjadi
dua, yaitu bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern.
Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang menggunakan
mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan lain-lain dalam proses pembuatannya.
Sedangkan bioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi modern yang
dapat membantu kita, seperti dalam proses pengkloningan dan kultur jaringan.
Contoh dari bioteknologi konvensional adalah pembuatan tape, tempe, susu, dll.
Sedangkan contoh dari bioteknologi modern adalah rekayasa genetika, kloning,
kultur jaringan, dll.
Ciri-ciri utama bioteknologi adalah adanya benda biologi (makhluk hidup)
berupa mikroorganisme tumbuhan atau hewan, adanya teknologi yang dipakai,
dan produk yang dihasilkan berupa hasil ekstraksi dan pemurnian. Perbedaan
utama antara bioteknologi konvensional dengan bioteknologi modern terletak
pada teknologi yang diterapkan, dimana bioteknologi konvensional masih
menggunakan teknologi yang sederhana, sementara bioteknologi modern
menggunakan teknologi atau alat-alat canggih. Bioteknologi modern lebih
terjamin keamanan dan kebersihannya karena lebih memerhatikan standar
kesehatan.
2.2.1 Biotenol
Etanol merupakan senyawa hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (-OH)
dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol lebih dikenal
dengan Etil Alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi dari
bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat seperti ubi kayu, ubi jalar,
sargum, beras, ganyong dan sagu yang kemudian populer dengan nama bioetanol.
Bahan baku lainnya adalah tanaman atau buah yang mengandung gula seperti
tebu, nira, mangga, nanas, pepaya, anggur, lengkeng dan lainnya. Bahan berserat
(selulosa) seperti sampah organik dan jerami
padi pun saat ini telah menjadi salah satu alternatif penghasil bioetanol. Namun,
dari semua jenis tanaman tersebut tetes tebu merupakan bahan baku yang paling
banyak menghasilkan etanol jika diolah. Bioetanol yang mempunyai grade 90-
95% biasanya digunakan padaindustri, sedangkan bioetanol yang mempunyai
grade 95 – 99% atau disebutalkohol teknis digunakan sebagai campuran untuk
miras dan bahan dasarindustri farmasi Sedangkan grade etanol yang
dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar kendaraan bermotor harus betul-
betul kering dan Anhydrous supaya tidak menimbulkan korosi, sehingga etanol
harus mempunyai grade tinggiantara 99,6– 99,8% (Fuel Grade Ethanol = FGE).
Perbedaan besarnyagrade akan berpengaruh terhadap konversi karbohidrat
menjadi gula(glukosa) larut air
2.3. Hidrolisis
Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu
senyawa pecah terurai. Reaksi Hidrolisis:
(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6
Polisakarida Air Glukosa
Reaksi antara air dan pati berlangsung sangat lambat sehingga diperlukan
bantuan katalisator untuk memperbesar kereaktifan air. Katalisator bisa berupa
asam maupun enzim. Katalisator asam yang biasa digunakan adalah asam klorida,
asam nitrat dan asam sulfat. Dalam industri umumnya digunakan enzim sebagai
katalisator. Salah satu proses hidrolisis yaitu hidrolisis asam, dimana
katalisatornya menggunakan asam. Asam berfungsi sebagai katalisator dengan
mengaktifkan air. Di dalam industri asam yang dipakai adalah H 2SO4 dan HCl.
HCl lebih menguntungkan karena lebih reaktif dibandingkan H2SO4.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada hidrolisis pati antara lain :
a. Suhu Dari kinetika reaksi, semakin tinggi suhu reaksi makin cepat pula
jalannya reaksi. Tetapi apabila proses berlangsung pada suhu yang tinggi,
konversi akan menurun. Hal ini disebabkan adanya glukosa yang pecah
menjadi arang.
b. Waktu Semakin lama waktu hidrolisis, konversi yang dicapai semakin
besar dan pada batas waktu tertentu akan diperoleh konversi yang relatif
baik dan apabila waktu tersebut diperpanjang, pertambahan konversi kecil
sekali.
c. Pencampuran pereaksi Karena pati tidak larut dalam air maka pengadukan
perlu diadakan agar persentuhan butir-butir pati dan air dapat berlangsung
dengan baik.
d. Konsentrasi katalisator Penambahan katalisator bertujuan memperbesar
kecepatan reaksi. Jadi semakin banyak jumlah katalisator yang dipakai
makin cepat reaksi hidrolisis. Dalam waktu tertentu pati yang berubah
menjadi glukosa juga meningkat.
e. Kadar suspensi pati Perbandingan antara air dan pati yang tepat akan
membuat reaksi hidrolisis berjalan cepat.
2.4. Ragi
Ragi merupakan zat yang bisa dimanfaatkan untuk fermentasi. Ragi
biasanya mengandung mikroorganisme seperti Saccharomyces cerevisiae. Ada
dua jenis ragi tape yang dijual di pasaran, yakni ragi padat dan kering. Ragi
kering berbentuk butiran-butiran kecil dan ada juga yang berupa bubuk halus dan
berwarna kecoklatan. Ragi kering umumnya digunakan dalam pembuatan kue.
Sedangkan ragi padat bentuknya bulat pipih dan sering digunakan dalam
pembuatan tape.
3.1.1 Alat:
Adapun alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Centong nasi
2. Hotplate
3. Pisau
4. Penyaring
5. Martel/palu
6. Beaker glass
7. Tisu
8. Erlenmeyer
9. Wadah Fermentasi
10. Tabung destilasi
3.1.2 Bahan:
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut :
1. Tetes Tebu
2. Ragi Tape
3. Air
3.1.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :
Tetes tebu
Dengan menggunakan
Fermentasi
rage tape
Etanol
(+/- 90%)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1
Yang Diamati Botol 1 (Air Konsentrasi Botol 2 (Air Konsentrasi
Tetes tebu + ragi) 10-15% Gula + ragi) 80-95%
Awal Akhir Awal Akhir
Warna Hitam Kuning Kuning Kuning susu
susu susu
Suhu 260C 270C 290C 900C
(sebelum (saat
didestilasi) didestilasi dan
pada tetesan
pertama)
Aroma Seperti bau Seperti bau Seperti bau Seperti bau
tebu pada pada tape, tape pada tape tapi
umumnya tetapi lebih lebih
menyengat Menyengat
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengukuran dengan termometer, suhu awal pada campuran
larutan gula dan ragi yaitu 26ºC. Hal tersebut disebabkan lamanya pengadukan
kedua zat sehingga panas yang dihasilkan cukup tinggi. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi eksoterm karena menghasilkan panas yang merupakan gesekan
antara wadah dan larutan dalam wadah baskom tersebut. Pada botol pertama
yang tidak didestilasi, suhu awal 25oC dan suhu akhir 27oC sedangkan pada botol
kedua yang didestilasi pada suhu awal 29oC dan suhu akhirnya pada saat
didestilasi dan pada tetesan pertama alkohol 90oC. Pada percobaan ini digunakan
glukosa sebagai substrat utama. Hal ini disebabakan struktur model glukosa
yang sederhana sehingga mudah digunakan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, danmerupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari – hari. Selain air,etanol merupakan senyawa yang paling banyak digunakan
sebsgai pelarut. Pada percobaan kali ini, mai membuat etanol dengan cara fermentasi
molasse. Untukmendapatkan etanol, maka proses yang dilakukan adalah anaerobik.
Kondisi proses pembuatan etanol yang digunakan adalah :
Temperatur optimum : 28– 320C
pH media : 4,7– 4,9
Kadar gula : 10–15%
Pada proses pembuatannya terbagi menjadi tiga tahap yaitu : pembuatan
starter,fermentasi dan destilasi. Dan dilakukan analisa hasil dengan refraktometer
untuk mengamatiindeks bias pada etanol, yang dapat menentukan kadar etanol hasil
destilasi.Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil berupa indeks
bias pada etanol destilasi sebesar 1,33207 dengan persentase etanol yaitu sebesar 15%
Dan pada saat test nyala, terdapat api pada campuran etanol murni dan etanol hasil
destilasi namun waktu nyala api hanya sebentar dan tidak terlalu terang
5.2 Saran
Memperhatikan takaran ragi, gula dan temperatur air agar percobaan
berhasil dengan sempurna
DAFTAR PUSTAKA
A . Dzaki Naufal. 2018. Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi Dari Selulosa Yang
Di Isolasi Dari Batang Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Menggunakan
Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiae). USU medan
Fitri Hartina, Akyunul Jannah, Anik Maunatin. 2014. Fermentasi Tetes Tebu Dari
Pabrik Gula Pagotan Madiun Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae
Untuk Menghasilkan Bioetanol Dengan Variasi Ph Dan Lama Fermentasi.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
gustin Krisna Wardani, Fenty Nurtyastuti Eka Pertiwi, 2013, Produksi Etanol Dari
Tetes Tebu Oleh Saccharomyces cerevisiae Pembentuk Flok. Jurusan
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim ; Malang
Agus Rochani, Susy Yuniningsih, dan Zuhdi Ma’sum. 2010. Pengaruh Konsentrasi
Gula Larutan Molases Terhadap Kadar Etanol Pada Proses Fermentasi
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya
LAMPIRAN GAMBAR
2. Gambar ketika tetes tebu teah terhomogen dengan air dan ragi