Anda di halaman 1dari 2

A Mug of Kindness Coffee | Secangkir Kopi Kebaikan | Sarapan Pagi

Uang, umumnya ada retjeh kencringan dan ada kertas.


Coba dilempar.

*yang ada uangnya aja, kalo yang ngga ada cukup dibayangin aja.

Beda, kan? Bunyinya?


Yang satu CRINGG!! Satunya lagi hening, tiada bunyi.

Uang receh kencring itu keras, kalau dilempar pas jatuhnya pun berisik. Uang kertas beda, ga
keras, ga berisik. Nilainya juga beda, receh kencringan cuma sampe 1000, kalau kertas
sampe 100.000. Jauh. Nolnya beda dua.

Dan sekarang, bayangkan saja jika kita tadi baru saja melempar masing masing uang, Seribu
kencring dan Seratus ribu non-kencring a.k.a kertas. #FYI kertasnya uang kertas itu terbuat dari
serat kapas, atau daun pisang (old).

Kita baru saja mendapatkan pelajaran penting untuk hari ini kawan.

Djika manusia bagaikan uang tadi, coba fikir...

Yang kualitas rendah berisik. Yang kualitas tinggi ga berisik, elegan.

Kenapa berisik?
Mungkin cari perhatian, atau hanya ingin berekspresi atas ketidak-bersyukurannya karena pada
hakikatnya itulah hatinya, atau sombong... Padahal kualitasnya retjeh, rendahan.

Orang Retjeh, ketika ditimpa bencana, ujian, cobaan, pasti berisik koncrang-kencring, entah
mengeluh, mencaci maki keadaannya, menganggap sial, bahkan suudzon terhadap Dzat Yang
Maha Penyanyang. Wadjar sadja mereka begitu, otaknya mungkin minim, hatinya, akalnya
dangkal, imannya tak pernah ia tengok, Wadjar... Manusia Retjeh.

Wadjarkan sadja... akalnya dangkal tak pernah diasah oleh qira’ah. Entah moengkin akalnja
gopek-seribu perakan saja, tjoeman bisa digadai permen beberapa bidji, chocolatos roll, fullo,
dan apapun itu yang harganya retjeh, *bukan promosi

Bagaimana dengan uang seribu yang bukan retjeh; uang seribu kertas?

Itulah manusia yang tahu diri, selalu bersyukur, tak pernah berisik karena mengucap buruk hal
terkait takdirnya, tak pernah berisik karena sombongnya. Karena ia sadar bahwa ia hanyalah
Retjeh dihadapan tuhannya, walaupun ia tak pantas disebut Retjeh dihadapan manusia, sebab
Inna Akramakum ‘Inda-Llaahi Atqaakum. yang ini langka, lagi mulia.

Seratus ribu kertas?


Lihatlah kualitas sosok manusia laik demikian, jiwanya elegan.

Takdir apapun, entah baik kian buruk.

Ujian, bencana, tak perlu berisik. Tahu diri saja, hingga bersyukur.

Ia tahu, tak perlu sibuk tuk berisik mencari ketenaran, kemuliaan, tak usah pamer pamer.
Tjoekoep menjadi manusia yang penuh dengan gratefulness saja dijamin mulia. Ia tahu sebaik
apapun dirinya dibanding orang lain pada dasarnya sama saja terbuat dari barang yang hina,
retjeh, apalagi dihadapan Yang Maha Kuasa, semuanya hina dan lebih retjeh dibanding yang
paling retjeh termasuk dirinya, yang membedakan hanyalah Taqwa. Tiada yang lain.

Maka baginya, apalagi yang tiada syukur padahal hakikatnya dirinya itu retjeh. Inilah Bal hum
Adhall itu. Lebih Retjeh dibandingkan semua Yang Paling Retjeh.

Semakin tinggi kualitas seseorang, seharusnya semakin rendah hati dihadapan manusia dan
rendah diri dihadapan Alloh, eksistensial dirinya tiada dan yang ada hanyalah Alloh Yang Maha
Ada.

Maka sekali lagi wadjarkan sadja jika ada manusia yang berisik karena sombongnya, kualitasnya
belum mampu mencapai demikian, alias rendah. Cuma Gopek perakan saja, berisik tapi cuma
bisa dijajanin permen satu biji. Sebut saja Manusia Retjeh.

Sekian,
Mohon maaf dan terima kasih.
#uang #receh #kertas #kualitas #nilai #nominal #pelajaran #hariini #goodtotalk

Anda mungkin juga menyukai