Aku memang bukanlah kakak yang baik bagimu, Tak bisaku merawatmu, menjagamu, dan memberikan kasih sayang layaknya seorang kakak pada adiknya. Aku jarang mengajakmu berbicara, Aku tidak pernah mengerti perasaanmu, bahkan tidak pernah mencoba untuk mengerti. Keterbatasan yang kau miliki, menjadikanku tidak menganggapmu ada seutuhnya, Bisa dikatakan aku memang kakak yang jahat, kakak yang egois, dan kakak yang kejam. Atas apa yang aku lakukan padamu, aku rela untuk tidak dipanggil kakak olehmu, Karena memang aku tidaklah pantas. Tapi ada hal yang inginku kau ketahui , Bahwa aku sangat menyayangimu adikku, aku sangat menyayangimu mutiaraku Memang aku tidak pernah mengucapkannya, bahkan selama 17 tahun kau hidup Dan sekarang aku tidak yakin apa kau bisa mendengarnya Tapi aku yakin bahwa kau mengetahui itu .. Aku yakin kau pasti lebih senang sekarang .. Kau pasti mendapatkan tempat yang lebih baik .. Mendapatkan keluarga yang lebih baik .. Dan kau memang pantas mendapatkannya.. Kau adalah sebuah mutiara yang tidak pantas untuk berada diantara batu kerikil.. Maafkan aku mutiaraku, maafkan kami .. Maafkan kami , maafkan kami.. Mungkin seribu kata maaf tidaklah cukup atas apa yang kami lakukan.. Akan tetapi, terimalah kata itu sebagai awal dari rasa penyesalan kami.. Mutiaraku, jika kelak nanti kita bertemu, aku berharap kau sudah memaafkan kami.. Aku berharap kau menganggap kami sebagai keluargamu, karena kami akan selalu begitu .. Walaupun aku tidak yakin bisa bertemu denganmu lagi.. Akan tetapi, sekecil apapun kemungkinan masih tetap ada dan aku pasti akan mengambil itu..”