Anda di halaman 1dari 12

Nama : Alda Selma Gemin Hutabarat

Tingkat/Jurusan : I-B/Theologi
NIM : 19.01.1730
Mata Kuliah : Pengantar dan Pembimbing PB II
Dosen Pengampu : Dr. Ramli SN Harahap M.Th.
Perselisihan Orang Kristen Yahudi dan Non-Yahudi di Surat Galatia
( UJIAN AKHIR SEMESTER II)

I. Pendahuluan
Surat Galatia muncul akibat perdebatan umum tentang pemeliharaan hukum
Taurat yaitu antara Orang Kristen Yahudi dan Non-Yahudi. Surat ini ditulis oleh
Paulus kepada jemaat Galatia. Paulus menulis surat yang sangat penting ini,
karena orang-orang Kristen di Galatia telah menyimpang dari pengertian yang
benar tentang iman Kristen. Mereka dibingungkan oleh orang Kristen Yahudi
yang ingin membebani mereka dengan kebiasaan sunat dan dengan menaati
hukum-hukum Yahudi lainnya yang mengatakan bahwa hanya dengan harus
disunat untuk dapat selamat, mereka dapat menikmati hubungan istimewa dengan
Allah. Paulus sangat yakin jika mereka bersandar pada hukum Taurat Yahudi
dalam hubungan mereka dengan Allah, berarti mereka menyangkal inti Injil, yaitu
bahwa hubungan Allah dengan manusia bergantung pada iman, bukan pada
perbuatan. Dalam surat ini Paulus menjelaskan hubungannya dengan gereja di
Yerusalem. Ia juga menerangkan tentang sifat kebebasan Kristen yang timbul
apabila orang Kristen beriman terhadap Kristus dan bukan mencoba untuk
menyenangkan Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
II. Pembahasan
II.1. Arti Nama Galatia
Nama Galatia sendiri berasal dari bahasa Kelt dari Eropa yang
sejak 279 SM memasuki Asia Kecil. Dimana kata " Galatia" itu
menunjuk pada nama resmi dari daerah orang Pisidia, Likaonia dan
Frigia yakni Provinsi Galatia.1 Galatia adalah nama yang dulunya
diberikan pada wilayah utara tengah Asia Kecil di mana para penjelajah
dari Gaul menetap dalam abad yang ketiga sebelum Kristus dan
mendirikan suatu kerajaan yang merdeka selama bertahun-tahun.
Lambat-laun penduduknya membaur dengan bangsa-bangsa lain yang
juga tinggal di sana, dan setelah beberapa kali perubahan politik wilayah
ini menjadi kekuasaan Romawi dalam tahun 25 SM.
Pemerintahan Romawi telah mempersatukan aisyah ini menjadi
suatu kelompok wilayah yang lebih besar dan menjadikannya sebagai
suatu provinsi dengan nama Galatia. Dengan demikian, di bawah
pemerintahan Romawi, Galatia dapat berarti Galatia asli, yang telah
didirikan oleh bangsa Gaul, atau Provinsi Galatia, yang meliputi kota-
kota di wilayah yaitu Antiokhia, Ikonium, Derbe, dan Listra.2
Adapun juga Nama Galatia adalah bentuk kemudian dari Keltai,
dan menandakan penghuni dari Gaul, bermigrasi sejak abad IV sebelum
Masehi dan menetap disana tak lama setelah tahun 280 sebelum Masehi.
Karena lebih dari 300 tahun mereka menetap di daerah itu suadah wajar
kalau mereka terslibat dalam proses Helenisasi, namun demikian mereka
mempertahankan sejumlah adat dan kekhasan mereka yang asli,
termasuk ketidaksukaan untuk hidup di kota-kota. Raja terakhir dari
orang-orang Galatia memperluas wilayahnya selatan, termasuk distrik
sekitar Pisidia dan Likaonia. Ketika ia meninggal di tahun 25 SM distrik
itu menjadi sebuah provinsi Roma, dan seluruh wilayah itu yang meluas
ke Selatan lalu di beri nama ‘Galatia’.3

II.2. Latar Belakang


Paulus menulis surat ini (1:1; 5:2 ; 6:11)" kepada jemaat-jemaat di
Galatia " (1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini
adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih
besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan
(Antiokhia, Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) dimana ia dan Barnabas
menginjili dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan
injil yang pertama (Kisah Para Rasul 13:14). Tanggal penulisan yang
paling Sesuatu adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja
Antiokhia Siria yang mengurusnya dan sebelum sidang di Yerusalem
(Kis 15). Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama
dibahas dan dipecahkan dalam sidang Yerusalem ( sekitar 49 TM, Kis
15) Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai
masalah hukum PL, secara normal diperdebatkan dalam sidang di
Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab
Galatia merupakan surat pertama Rasul Paulus.4
1
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta: Andi,2010), 98-99
2
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru,(Malang: Gandum Mas, 2009), 329-330
3
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 42
4
Donald C Stamps, Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2015),1942
Selama waktu Paulus menulis kitab ini, orang Kristen terganggu,
gelisah, dan bingung oleh pemelihara hukum Taurat orang-orang
Yahudi. Pemelihara hukum Taurat atau orang Yahudi ini, di satu sisi,
pura-pura menjadi orang Kristen, tetapi mereka masih tetap setia kepada
Musa. Mereka lebih memustikakan hukum Taurat dibandingkan Injil.
Mereka tidak hanya memelihara hukum Taurat, tetapi juga melakukan
sebisanya untuk menyesatkan kaum beriman bukan Yahudi, agar
menjalankan hukum Taurat, bukan mendengar iman. Mendengar iman
berarti menerima Injil.5

II.3. Tempat dan Waktu Penulisan


Apabila surat ini ditujukan kepada jemaat yang berada di daerah
Galatia Selatan seperti terungkap dalam Kisah Para Rasul 13:4-14:26
surat ini pasti ditulis sebelum Sidang Yerusalem (Kis 15). Jadi, surat ini
ditulis sebelum tahun 49 M. Adapun juga pendapat para sarjana
menyebut tahun 48 M sebagai tahun penulisan surat ini ketika Paulus
berada di Antiokhia6. jika tujuan pertama (di bagian selatan) diterima,
maka surat itu pasti merupakan surat Paulus paling awal, ditulis pada
kurang lebih 48 M, kepada jemaat-jemaat hasil pekabaran injilnya. Jika
kedua yang diterima, maka sepertinya surat itu ditulis setelah 1
Tesalonika dan sebelum 1 Korintus.
Semua itu tergantung apakah kunjungan Paulus ke Yerusalem
yang diceritakan dalam Galatia 2 adalah kunjungan untuk mengikuti "
Konsili" di Yerusalem dalam Kis.15 ( 49M). Jika tidak demikian, maka
dapat dipahami bahwa keputusan Konsili itu tidak pernah di rujuk,
karena Konsili itu belum terjadi. Karena itu dasar yang masuk akal untuk
menerima kedua pandangan mengenai waktu penulisan dan alamat surat
tersebut; mungkin untuk wilayah selatan dan ditulis lebih awal (kira-kira
48 M), atau yang lazim dalam pandangan modern untuk wilayah utara
dan ditulis kemudian.7
Tampaknya paling masuk akal bila kita menduga bahwa tempat
penulisannya adalah Efesus; di sana Paulus tinggal selama tiga tahun.
Kenyataan bahwa tak ada acuan langsung kepada Efesus dalam
suratnya- misalnya, tak ada salam yang disampaikan-dapat dihubungkan
dengan sifat surat itu. Sudah mungkin pula bahwa Paulus menulis surat
ini pada suatu persinggahan sebelum ia mencapai Efesus.8

II.4. Penulis dan penerima


II.4.1. Penulis
Surat Galatia menyatakan bahwa rasul Paulus adalah penulis
surat Galatia (Galatia 1:1).9 Dari pasal 1:1 jelas dikatakan bahwa
penulisnya ialah rasul Paulus tidak menawarkan diri sendiri untuk
melakukan pelayanan misi. Ia diutus oleh para rasul di Yerusalem,
melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah Bapa. 10 Menurut

5
Witness Lee, Ekonomi Perjanjian Baru Allah 1, Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia,2019
6
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta:Andi, 2010), 99
7
W.R.F.Browning, Kamus Alkitab: A Dictionary of the Bible, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),112
8
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 48
9
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta:Andi, 2010), 97
10
Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010), 122
beberapa teolog berpendapat bahwa jemaat Galatia berada di
gereja-gereja yang terdapat di Antiokhia yang dibangun oleh rasul
Paulus dalam perjalanan misinya yang pertama.11

II.4.2. Penerima
Menurut pasal 1-2, surat ini ditunjukkan kepada "jemaat-
jemaat di Galatia". Jadi, surat ini boleh disebut surat edaran,
bukan dalam arti seluas-luasnya. Namun demikian, alamatnya
lebih umum dibanding dengan misalnya surat Roma atau Filipi. 12
Surat ini menyebut penerimanya sebagai jemaat-jemaat Galatia.
Istilah "jemaat-jemaat Galatia" menunjuk pada suatu pengertian
bahwa penerima surat ini adalah orang kristen yang tergabung
dalam jemaat galatia. Akan tetapi, kita memiliki persoalan karena
istilah "Galatia" dapat menunjuk dua tempat, yakni daerah
Galatia yang merupakan wilayah Galatia bagian utara yang
disebut daerah Galatia saja, dan wilayah Galatia bagian selatan,
yaitu daerah Pisidia (Kis. 13:14; 14:24), Frigia (Kis. 2:10; 16:6;
18), dan Likaonia (Kis. 14:6), yang sering disebut Provinsi
Galatia.13
Surat keempat, karangan Paulus, seperti yang tercantum
dalam PB dialamatkan kepada sejumlah jemaat di daerah Galatia
(Galatia 1:1-2), jadi semacam surat edaran. Tidak disebutkan
nama-nama kota atau desa-desa tempat tinggal jemaat-jemaat itu,
Surat Galatia ini langsung dialamatkan kepada beberapa jemaat
sekaligus, yang mungkin saja keberadaan mereka terpencar-
pencar di desa-desa Galatia. Keanehan alamat surat Galatia
tersebut barang kali disebabkan oleh situasi setempat. Mungkin
sekali "jemaat-jemaat" di Galatia itu kelompok-kelompok kecil
orang Kristen yang hidup terpencar-pencar di desa Galatia. Paulus
sendiri (Galatia 3:1) menyapa sidang pembacanya sebagai "orang-
orang Galatia".14

II.5. Maksud dan Tujuan


Paulus menulis suratnya itu adalah untuk menyakinkan jemaat
Galatia yang mengetahui bahwa ia sungguh seorang rasul Yesus Kristus,
Paulus juga menegaskan bahwa amanat tentang Yesus yang telah ia
beritakan kepada mereka adalah satu-satunya yang benar.15 Paulus
berhadap agar orang-orang yang di Galatia kembali lagi kepada
kebenaran Kristus dan menyadari bahwa keselamatan berasal dari
anugerah Allah bukan karena hukum taurat (Gal 3:1-5). 16 Surat Galatia
dituliskan untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh
ajaran-ajaran palsu. Penyesat-penyesat itu bukan beragama Yahudi; dan
karena latar belakang itu, dan karena mereka dididik sejak kecil dengan
keyakinan bahwa Taurat ialah Firman Allah yang abadi, maka tidak

11
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 331
12
M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),112
13
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta:Andi, 2010), 97-98
14
C. Gronen OFM, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 244-245
15
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Study, (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 195.
16
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 333.
masuk di akal mereka bahwa dengan kedatangan Mesias tuntutan Taurat
itu tidak menjadi dasar keselamatan lagi. Menurut mereka, Paulus
merombak, membatalkan Firman Allah. Kita mengetahui bahwa kita
masih melaksanakan Taurat, tetapi atas dasar lain, yang lebih mendalam
(lihatlah. Mat. 5:17, dst). Paulus pun setuju bahwa ia tidak merombak
Taurat, malah meneguhkannya ( Roma 3:31; 7:7, 12). 17 Dengan kata
lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Surat Galatia
ini ditunjukkan kepada jemaat-jemaat di Galatia asli yang letak
daerahnya di Asia Kecil dan keduanya untuk provinsi Romawi yang
disamping dari Galatia. Khususnya juga meliputi antara lain Pisidia,
Likaonia, di dalamnya terletak jemaat-jemaat Derbe, Listra dan
Ikonium.18
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan
orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa
mereka disunatkan dan menerima hukum Taurat Musa sebagai syarat-
syarat yang perlu untuk diselamat dan diterima dalam gereja. Setelah
mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini untuk menegasakan bahwa
syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat dalam Perjanjian Lama,
tidak ada hubungan dengan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk
keselamatan di bawah Perjanjian yang baru. Menegaskan lagi dengan
jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman
kepada Yesus Kristus dan bukan oleh ikatan kepada hukum taurat PL. 19
Sebab itu, maksud penulisan surat ini ialah Paulus ingin mempertegas
berita Injil yang telah disampaikannya dengan jalan menyanggah segala
pengajaran guru palsu itu sehingga jemaat dapat kembali pada iman yang
benar.20

II.6. Ciri-ciri Surat Galatia


1. Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam
PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan
mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang
salah (mis 1:8-9; 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia
karena mudahnya mereka tertipu (1:6; 3:1; 4:19-20).
2. Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 korintus dalam jumlah
petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
3. Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas
kepada jemaat.
4. Surat ini berisi daftar Buah Roh (5:22-23) dan daftar yang paling
lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (5:19-
21).21

II.7. Garis Besar Surat Galatia


1. Paulus Memberi Salam Kepada Para Pembacanya (Galatia 1:1-5)
Galatia 1:1-2 : Rasul dan para pembacanya
Galatia 1:3-5 : Salam Paulus

17
M. E. Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 113
18
M. E. Duvyerman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012), 112.
19
..., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang : Gandum Mas,2015) 1945.
20
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta:Andi, 2010), 99
21
Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2015), 1943
2. Paulus Menyatakan Tujuannya (Galatia 1:6-10)
Galatia 1:6 : Keprihatinannya
Galatia 1:7-9 : Keyakinannya
Galatia 1:10 : Motivasinya
3. Paulus Menerangkan Kesaksiannya dengan Singkat (Galatia 1:11-
2:21)
Galatia 1:11-12 : Sumber ajarannya
Galatia 1:13-17 : Kisah panggilannya
Gal. 1:18-2:10 : Hubungannya dengan Yerusalem
Galatia 2:11-14 : Perdebatannya dengan Petrus
Galatia 2:15-21 : Pengertiannya tentang Injil
4. Paulus Mengembangkan Argumentasinya (Galatia 3:1-4:31)
Galatia 3:1-5 : Pengalaman orang Galatia
Galatia 3:6-9 : Contoh dari Abraham
Galatia 3:10-14 : Kutuk Hukum Taurat
Galatia 3:15-18 : Keuntungan dari janji hukum Taurat
Galatia 3:19-29 : Maksud Hukum Taurat
Galatia 4:1-11 : Sifat keanakan
Galatia 4:12-20 : Imbauan pribadi
Galatia 4:21-31 : Dua macam anak
5. Paulus Menjelaskan tentang Kemerdekaan Kristen (Galatia 5:1-6:10)
Galatia 5:1 : Jangan mau lagi diperhamba
Galatia 5:2-6 : Bebas dari sunat
Galatia 5:7-12 :Imbauan pribadi lainnya bagaimana
menggunakan kemerdekaan: Kasih
Galatia 5:16-21 : Apa yang bukan kemerdekaan
Galatia 5:22-24 : Apa kemerdekaan itu
Gal. 5:25-6:10 : Kemerdekaan dan hubungan-hubungan kita
Paulus Menandatangani Suratnya
Galatia 6:11-15 : Paulus mengarisbawahi pokok ajarannya
Galatia 6:16-18 : Salam penutup.22

II.8. Orang Yahudi dan bukan-Yahudi


Beberapa pembawa berita di Yerusalem segera tiba di Antiokhia
dengan sikap yang berlainan. Mereka mulai mengacaukan jemaat-jemaat
itu denagan mengatakan Paulus hanya memberitakan setengah berita
Kristen kepada mereka. Menurut Paulus, jika orang-orang bukan-Yahudi
bersedia menerima tuntutan-tuntutan Kristus atas hidup mereka, mereka
akan diberikan kuasa oleh Roh Kudusyang berkerja di dalam mereka,
sehingga mereka dapat menjalankan ide tersebut tanpa hujatan. Mereka
percaya Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Perjanjian Lama,
dimana diajarkan dengan jelas jika seseorang ingin menjadi anggota
persekutuan ilahi, ia harus disunat dan mengikuti banyak peraturan
lainnya. Orang-orang Kristen baru itu menjadi bingung dengan ajaran
seperti itu. Yang mereka pahami ialah mereka telah menerima berita
yang disampaikan Paulus. Banyak diantara mereka tidak pernah menjadi
penganut agama Yahudi, dan tidak tahu isi Perjanjian Lama. Dan Paulus

22
https://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=48&intro=pintisari&lang=indonesia&theme=clearsky
diakses pada tanggal 15 mei 2020 pukul 16.25 WIB
tidak memberikan petunjuk kepada mereka untuk mempelajarinya agar
dapat diterima Allah.
Tetapi ketika orang-orang Kristen baru ini mulai membaca
Perjanjian Lama di bawah bimbingan orang-orang Kristen Yahudi,
mereka menemukan begitu banyak peraturan yang tidak mungkin dapat
dipenuhi, walaupun itu dianggap perlu untuk memperoleh keselamatan.
Beberapa dari mereka mencoba melakukannya, mulai dengan
memelihara hari Sabat Yahudi dan mungkin juga beberapa hari raya
Yahudi lainnya (Galatia 4:8-11). Sejumlah besar diantara mereka mulai
mempertimbangkan sunat, agar memenuhi ketentuan Perjanjian Lama
(Galatia 5:2-12). Tetapi bagian terbesar dari mereka tidak tahu apa yang
harus dilakukan.
Pada saat itulah berita tersebut didengar oleh Paulus. Ia sangat
marah. Tidak mungkin dia langsung mengunjungi jemaat-jemaat
tersebut, jadi ia memutuskan untuk menulis surat kepada mereka. Surat
itulah yang kita kenal sebagai Surat Galatia.23

II.9. Sidang Yerusalem


Para pemimpin Yahudi menyarankan supaya orang-orang Kristen
bukan-Yahudi menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan yang rasa
menjijikkan bagi orang-orang Kristen Yahudi: hal –hal seperti makan
makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, darah, daging
binatang yang mati dicekik, dan kebiasaan-kebiasaan perkawinan kafir
yang tidak sesuai dengan hukum Taurat dan kebiasaan –kebiasaan
Yahudi (Kisah Para Rasul 15:19-21,28-29).24 Orang Kristen asal Yahudi
yang masih taat pada hukum taurat menuntut agar orang bukan Yahudi
agar masuk Kristen dengan melakukan sunat sehingga mereka
memperoleh keselamatan adalah Perjanjian Lama merupakan firman
Allah maka perintahnya harus di turuti. Namun Paulus menentang itu
dengan menyatakan bahwa orang bukan Yahudi tidak perlu disunat,
alasannya menurut Paulus Perjanjian Lama menyatakan bahwa Abraham
dibenarkan oleh imanya jauh sebelum hukum Musa.Oleh karena situasi
itu mengganggu kedamaian dalam gereja, maka jemaat di Antiokhia
menunjuk Paulus, Barnabas dan beberapa orang Kristen lainnya untuk
pergi ke Yerusalem agar bertemu dengan para Rasul dalam rangka
memecahkan masalah itu (Kis 15:1-29; Gal 2:1-10).25
Sidang itu kemudian menyusun sebuah surat yang isinya
mengakui bahwa orang Kristen non-Yahudi adalah ‘saudara’ dan
menolak tuntutan orang kristen Yahudi di Yerusalem. sidang itu
menegaskan bahwa masuknya orang bukan Yahudi menjadi kristen
adalah karena pekerjaan Roh kudus, sehingga tidak perlu diletakkan
beban diatas pundak mereka dengan melakukan ritus sunat. Akan tetapi
ada beberapa larangan yang harus mereka patuhi untuk memelihara
hubungan yang harmonis antar dua Gereja. Larangan itu berkaitan
dengan praktikan kekafiran yang menjijikkan orang Yahudi. Larangan
itu adalah orang non-Yahudi:
23
John Drane, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015),318-
319
24
John Drane, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015),328
25
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 90.
a. Makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala
b. Makan darah dan daging binatang, yang darahnya tidak
dikeluarkan waktu disembelih
c. Melakukan percabulan (Kis 15:29).26
Aturan ini diterima Paulus, namun hal itu merupakan kompromi,
dan suatu penyelesaian berdasarkan kompromi terkadang saja berhasil.
Kasus ini pun bukan pengecualian, sebab ketika Paulus sekali lagi
menghadapi masalah yang sama di korintus, ia sama sekali tidak
merujuk pada surat keputusan para rasul, tetapi sekalilagi
mengemukakan prinsip-prinsip utama yang menyangkut persoalan
tersebut (1kor 8:1-13; 10:9-11:10). Namun ada masalah lain dengan
surat keputusan para rasul yang sulit di terangkan. Kita harus
menghadapi kenyataan jika Paulus menulis surat Galatia tepat sebelum
ia pergi menghadiri sidang itu, maka cerita dalam kis 15
menggambarkannya sebagai menerima sesuatu yang ia tolak dengan
tegas dalam surat Galatia –yakni penerapa semacam ‘hukum’ terhadap
orang-orang Kristen bukan Yahudi.27
Dalam proses sidang Yerusalem itu, keputusan dirangkumkan oleh
Yakobus yang mendengarkan dalam hati arah umum itu adalah mereka
tidak akan mengharuskan aturan sunat kepada orang Kristen non-
Yahudi. Dalam sidang Yerusalem itu para peserta sidang, baik yang
tadinya pro maupun kontra menjadi lega dan damai sedangkan lebih luas
lagi, pelaksanaan keputusan itu ternyata sangat mengembirakan umat
Antiokhia. Dalam keputusan itu jelaslah bahwa tidak ada pihak yang
dikalahkan yang dirugikan tetapi kehendak Tuhan yang mereka
temukan. Dan itu membahagiakan mereka semua.28

II.10. Tiga Pokok Utama


Surat Galatia dapat dibagi bagian utama, yang membahas secara
berturut-turut tiga ide palsu yang telah dikemukakan oleh orang-orang
Kristen Yahudi yang mengunjungi jemaat-jemaat di Galatia untuk
menyebarkan kekristenan yang bercorak Yahudi.
II.10.1. Kewenangan Paulus
Hal pertama yang telah dikatakan oleh para penginjil agama
Yahudi adalah Paulus bukanlah seorang rasul sejati. Oleh karena
ia tidak diutus oleh para rasul yang pertama di Yerusalem, ia tidak
mempunyai hak memberi petunjuk-petunjuk kepada orang-orang
Kristen baru, dan mereka pun tidak perlu memperhatikan apa
yang dikatannya. Semuanya ini dalam Galatia 1:10-2:21. Ia
menerangkan bahwa tidak perlu baginya memproleh kewenangan
dari Yerusalem atau dari siapa pun juga, sebab ia sendiri telah
berjumpa dengan Kristus yang bangkit. Ia memang telah
mengunjungi Yerusalem beberapa kali, tetapi ia pernah merasa
perlu meminta izin dari para murid pertama untuk menjalankan

26
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 91.
27
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 328-329.
28
Paul Suparno,S.J, Communal Discernment Bersama Mencari Kehendak Tuhan dalam Komunitas, (Yogyakarta:
Penerbit Kasinius, 2006), 13-14
pekerjaannya, dan mereka pun tidak pernah menyarankan agar ia
mendapat izin seperti (Galatia 1:18-2:10).29

II.10.2. Orang Kristen dan Perjanjian Lama


Paulus secara singkat meninjau kembali pengalaman orang-
orang Galatia. Kemudian dia melanjutkan dengan membahas
ajaran palsu kedua yang dikemukakan oleh pengacau-pengacau
Yahudi. Apa yang mereka tahu tentang Kristus mestinya telah
menunjukkan bahwa mereka telah menerima Roh Kudus (tanda
orang Kristen sejati, Roma 8:9) bukan karena mereka menaati
hukum Taurat, melainkan karena percaya kepada Yesus Kristus
(Galatia 3:1-5). Dalam Perjanjian Lama, janji kerajaan mesianik
telah diberikan kepada Abraham dan keturunannya (Kejadian
17:7-8). Oleh sebab itu para penginjil Yahudi berpendapat bahwa
setiap orang yang ingin menjadi warga kerajaan mesianik harus
menjadi anggota keluarga Abraham melalui penyunatan dan
ketaatan hukum Taurat (ayat 9:14). Paulus menjawabnya dengan
tiga cara berdasarkan Perjanjian Lama sendiri.
Dalam Galatia 3:6-14, ia menegaskan berkat-berkat yang
dijanjikan kepada Abraham menjadi milik “semua orang percaya”
(ayat 9). Pengalaman sehari-hari dan Perjanjian Lama,
membuktikan bahwa dalam kenyataannya tidak mungkin
seseorang dibenarkan dalam pandangan Allah melalui
pemeliharaan hukum.
Sebab hukum Taurat belaku lama setelah zaman Abraham, dan
tidak mungkin dapat mengubah suatu janji yang langsung
diberikan Allah. “Warisan” yang dijanjikan kepada Abraham
tidak dapat diperoleh melaluui hukum dan janji (ayat 18). Hukum
mempunyai tujuan yang berlainan dalam rencana Allah.
o Pertama-tama hukum Taurat menunjukkan bahwa dosa
merupakan pelanggaran terhadap Allah (Galatia 3:19,
lihat juga Roma 4:15; 5:13). Setelah hukum diberikan
melalui Musa, orang-orang dapat melihat sifat
sebenarnya dari perbuatan-perbuatan salah yakni
pemberontakan menentang kehendak Allah.
o Kedua, hukum diberikan sebagai penuntun “sampai
Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman”
(Galatia 3:24). Sewaktu orang-orang berusaha
memperoleh keselmatan melalui usaha sendiri dengan
memelihara hukum, mereka menyadari bahwa hal itu
merupakan suatu tugas yang tidak mungkin
dilaksanakan. Jadi jalan disiapkan bagi tindakan
anugerah Allah yang baru di dalam Yesus Kristus.
o Paulus kemudian menarik kesimpulan yang logis
(Galatia 3:25-4:7). Hukum Taurat hanya berlaku
“Keturunan” telah datang dalam diri Yesus Kristus. Jadi
masa berlakunya hukum telah berakhir, dan kepada
mereka yang percaya kepadanya, Kristus memberikan
kebebasan dari hukum. Sebelumnya mereka telah
29
John Drane, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015),323
diperhamba oleh “roh-roh dunia” (yang termasuk
hukum, Galatia 4:3). Sekarang mereka adalah anak dan
ahli-waris dari janji yang diberikan kepada Abraham
(Galatia 4:4-7).

II.10.3. Kebebasan dan Legalisme


Dengan berusaha menempatkan diri di bawah hukum dan
memelihara hari-hari raya Yahudi, orang-orang Galatia
sebenarnya sedang mencoba meniadakan apa yang telah
dikerjakan Allah bagi mereka didalam Kristus. Paulus khawatir
jika mereka melakukan hal itu, jerih payahnya telah sia-sia
(Galatia 4:8-11). Sebab itu ia melanjutkan dengan membahas
alasan lain yang dikemukakan oleh para guru agama Yahudi.
Mereka telah memberikan alasan-alasan berdasarkan Kitab Suci,
orang Kristen harus memelihara hukum Taurat dan harus di sunat
pula. Paulus menjawab dengan tiga cara.
 Paulus meninjau sekali lagi status hukum (Galatia 4:21-
5:11). Sekali lagi ia memakai kisah Abraham sebagai
dasar seruannya, kali ini ia memakai peristiwa tentang
Sarah (seorang wanita merdeka) yang mengusir Hagar
hambanya.
 Paulus juga menjawab pertanyaan tentang sunat (Galatia
5:2-12). Ia menjelaskan sunat tidak memiliki nilai apa-apa
bagi oran Kristen. Tidak ada perbedaan, apakah seorang
Kristen disunat atau tidak. Hubungan mereka dengan
Allah tidak bergantung pada lahiriah seprti itu tetapi
berdasarkan ‘ iman yang berkerja oleh kasih’. Penyunatan
sebenarnya merupakan penolakan atas apa yang telah
dikerjakan Kristus bagi mereka (Galatia 5:2).
Bagaimanapun juga, sunat mewajibkan orang untuk
memelihara seluruh hukum Taurat (Galatia 5:3). Justru hal
itu telah ditolak Paulus, dan menurut pengalaman memang
tidak mungkin dilakukan. Kemerdekaan yang dibawa oleh
Kristus jelas tidak cook dengan ‘kuk perhambaan, (Galatia
5:1) yang di bawa oleh penyunatan dan hukum.
 Paulus kemudian membicarakan soal perilaku Kristen
(Galatia 5:13-6:10). Satu hal yang membedakan orang
Yahudi dari bangsa-bangsa lain di dunia purba adalah
standar moral mereka yang sangat tinggi, akibat dari
pemeliharaan hukum Taurat. Guru-guru palsu yang
mengunjungi Galatia telah mengemukakan jika orang-
orang Kristen tidak menuruti hukum Taurat maka mereka
tidak akanmempunyai pedoman bagi perilaku mereka, dan
kehidupan mereka tidak dibedakan dari orang-orang kafir
disekitar mereka.30

II.11. Tema-tema Teologi

30
John Drane, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2015), 324-
325
1. Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi
yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya
bahwa manusia dibenarkan hanya karena imannya di dalam Kristus,
bukan karena melakukan Taurat.
2. Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para
penentang Paulus menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang
menerima Yesus sebagai Mesias harus terlebih dahulu menjadi orang
Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab
Suci. Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab
Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari
keturunan Abraham terutama adalah iman (ayat 3:8). Bagi orang-
orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan
mereka dalam Kristus (ayat 3:26). Dalam pandangan Paulus,
manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya, tetapi dari
Kristus.31
3. Paulus beberapa kali memasukkan fakktor-faktor pribadi ke dalam
argumennya (ayat 4:8-5:12). Dimana ia bertanya pada orang-orang
Galatia apakah mereka, yang sebelumnya melayani dewa-dewa yang
sama sekali bukanlah Allah. Ia menyapa orang-orang Galatia sebagai
“anak-anakku” (ayat 4:19), dan mengungkapkan keinginannya untuk
bersama-sama mereka. Ia kembali kepada tema utamanya, dan
memperlihatkan (melalui tafsiran alegoris dari kisah dua istri
Abraham dan anak mereka, 4:22 dyb.), bahwa Perjanjian Lama
sendiri adalah saksi bagi kebebasan yang digunakan Kristus untuk
melepaskan manusia, dan disitulah orang-orang Galatia seharusnya
kini berdiri. Mereka tak boleh jatuh kembali kepada kuk
perhambaan. Siapapun yang membiarkan dirinya disunat, wajib
menaati seluruh Taurat (ayat 5:3). Paulus berharap bahwa orang-
orang Galatia, yang tadinya berjalan dengan baik, akan kembali
kepada jalan yang benar.32

III. Kesimpulan
Dalam Surat Galatia ini kita dapat menyimpulkan Galatia adalah nama yang
dulunya diberikan pada wilayah utara tengah Asia Kecil di mana para penjelajah
dari Gaul menetap dalam abad yang ketiga sebelum Kristus dan mendirikan suatu
kerajaan yang merdeka selama bertahun-tahun. Paulus menulis suratnya itu adalah
untuk menyakinkan jemaat Galatia yang mengetahui bahwa ia sungguh seorang
rasul Yesus Kristus, Paulus juga menegaskan bahwa amanat tentang Yesus yang
telah ia beritakan kepada mereka adalah satu-satunya yang benar. Melalui Surat
Galatia ini, jelaslah kita lihat bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum
Taurat lagi. Orang Kristen sudah merdeka dari perhambaan Hukum Taurat, sebab
Injil Yesus Kristus lebih berkuasa daripada Hukum Taurat. Tetapi walaupun
demikian orang Kristen tidaklah boleh mempergunakan kemerdekaannya itu
dengan sembarangan. Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran
yang benar. Surat Galatia ini ditunjukkan kepada jemaat-jemaat di Galatia asli
yang letak daerahnya di Asia Kecil dan keduanya untuk provinsi Romawi yang

31
W.R.F.Browning, Kamus Alkitab: A Dictionary of the Bible, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),112-113

32
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 46-47
disamping dari Galatia. Khususnya juga meliputi antara lain Pisidia, Likaonia, di
dalamnya terletak jemaat-jemaat Derbe, Listra dan Ikonium.

IV. Daftar Pustaka


Browning, W.R.F., Kamus Alkitab: A Dictionary of the Bible, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008.
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2015.
Duyverman, M. E., Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008.
Hakh, Samuel Benyamin, Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.
Hermawan,Yusak B., My New Testament, Yogyakarta: Andi, 2010.
Lee, Witness, Ekonomi Perjanjian Baru Allah 1, Yayasan Perpustakaan Injil
Indonesia,2019.
M. E. Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012.
Marxsen, Willi, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
OFM, C. Gronen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius,
2000.
Schanabel, Eckhard J., Rasul Paulus Sang Misionaris, Yogyakarta: Penerbit Andi,
2010.
SJ, Suparno Paul, Communal Discernment Bersama Mencari Kehendak Tuhan
dalam Komunitas, Yogyakarta: Penerbit Kasinius, 2006.
Stamps, Donald C, Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum
Mas, 2015.

Sumber Lain
https://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?
b=48&intro=pintisari&lang=indonesia&theme=clearsky

Anda mungkin juga menyukai