1B - Perselisihan Orang Kristen Yahudi Dan Non Yahudi Di Surat Galatia
1B - Perselisihan Orang Kristen Yahudi Dan Non Yahudi Di Surat Galatia
Tingkat/Jurusan : I-B/Theologi
NIM : 19.01.1730
Mata Kuliah : Pengantar dan Pembimbing PB II
Dosen Pengampu : Dr. Ramli SN Harahap M.Th.
Perselisihan Orang Kristen Yahudi dan Non-Yahudi di Surat Galatia
( UJIAN AKHIR SEMESTER II)
I. Pendahuluan
Surat Galatia muncul akibat perdebatan umum tentang pemeliharaan hukum
Taurat yaitu antara Orang Kristen Yahudi dan Non-Yahudi. Surat ini ditulis oleh
Paulus kepada jemaat Galatia. Paulus menulis surat yang sangat penting ini,
karena orang-orang Kristen di Galatia telah menyimpang dari pengertian yang
benar tentang iman Kristen. Mereka dibingungkan oleh orang Kristen Yahudi
yang ingin membebani mereka dengan kebiasaan sunat dan dengan menaati
hukum-hukum Yahudi lainnya yang mengatakan bahwa hanya dengan harus
disunat untuk dapat selamat, mereka dapat menikmati hubungan istimewa dengan
Allah. Paulus sangat yakin jika mereka bersandar pada hukum Taurat Yahudi
dalam hubungan mereka dengan Allah, berarti mereka menyangkal inti Injil, yaitu
bahwa hubungan Allah dengan manusia bergantung pada iman, bukan pada
perbuatan. Dalam surat ini Paulus menjelaskan hubungannya dengan gereja di
Yerusalem. Ia juga menerangkan tentang sifat kebebasan Kristen yang timbul
apabila orang Kristen beriman terhadap Kristus dan bukan mencoba untuk
menyenangkan Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
II. Pembahasan
II.1. Arti Nama Galatia
Nama Galatia sendiri berasal dari bahasa Kelt dari Eropa yang
sejak 279 SM memasuki Asia Kecil. Dimana kata " Galatia" itu
menunjuk pada nama resmi dari daerah orang Pisidia, Likaonia dan
Frigia yakni Provinsi Galatia.1 Galatia adalah nama yang dulunya
diberikan pada wilayah utara tengah Asia Kecil di mana para penjelajah
dari Gaul menetap dalam abad yang ketiga sebelum Kristus dan
mendirikan suatu kerajaan yang merdeka selama bertahun-tahun.
Lambat-laun penduduknya membaur dengan bangsa-bangsa lain yang
juga tinggal di sana, dan setelah beberapa kali perubahan politik wilayah
ini menjadi kekuasaan Romawi dalam tahun 25 SM.
Pemerintahan Romawi telah mempersatukan aisyah ini menjadi
suatu kelompok wilayah yang lebih besar dan menjadikannya sebagai
suatu provinsi dengan nama Galatia. Dengan demikian, di bawah
pemerintahan Romawi, Galatia dapat berarti Galatia asli, yang telah
didirikan oleh bangsa Gaul, atau Provinsi Galatia, yang meliputi kota-
kota di wilayah yaitu Antiokhia, Ikonium, Derbe, dan Listra.2
Adapun juga Nama Galatia adalah bentuk kemudian dari Keltai,
dan menandakan penghuni dari Gaul, bermigrasi sejak abad IV sebelum
Masehi dan menetap disana tak lama setelah tahun 280 sebelum Masehi.
Karena lebih dari 300 tahun mereka menetap di daerah itu suadah wajar
kalau mereka terslibat dalam proses Helenisasi, namun demikian mereka
mempertahankan sejumlah adat dan kekhasan mereka yang asli,
termasuk ketidaksukaan untuk hidup di kota-kota. Raja terakhir dari
orang-orang Galatia memperluas wilayahnya selatan, termasuk distrik
sekitar Pisidia dan Likaonia. Ketika ia meninggal di tahun 25 SM distrik
itu menjadi sebuah provinsi Roma, dan seluruh wilayah itu yang meluas
ke Selatan lalu di beri nama ‘Galatia’.3
5
Witness Lee, Ekonomi Perjanjian Baru Allah 1, Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia,2019
6
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta:Andi, 2010), 99
7
W.R.F.Browning, Kamus Alkitab: A Dictionary of the Bible, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),112
8
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 48
9
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta:Andi, 2010), 97
10
Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010), 122
beberapa teolog berpendapat bahwa jemaat Galatia berada di
gereja-gereja yang terdapat di Antiokhia yang dibangun oleh rasul
Paulus dalam perjalanan misinya yang pertama.11
II.4.2. Penerima
Menurut pasal 1-2, surat ini ditunjukkan kepada "jemaat-
jemaat di Galatia". Jadi, surat ini boleh disebut surat edaran,
bukan dalam arti seluas-luasnya. Namun demikian, alamatnya
lebih umum dibanding dengan misalnya surat Roma atau Filipi. 12
Surat ini menyebut penerimanya sebagai jemaat-jemaat Galatia.
Istilah "jemaat-jemaat Galatia" menunjuk pada suatu pengertian
bahwa penerima surat ini adalah orang kristen yang tergabung
dalam jemaat galatia. Akan tetapi, kita memiliki persoalan karena
istilah "Galatia" dapat menunjuk dua tempat, yakni daerah
Galatia yang merupakan wilayah Galatia bagian utara yang
disebut daerah Galatia saja, dan wilayah Galatia bagian selatan,
yaitu daerah Pisidia (Kis. 13:14; 14:24), Frigia (Kis. 2:10; 16:6;
18), dan Likaonia (Kis. 14:6), yang sering disebut Provinsi
Galatia.13
Surat keempat, karangan Paulus, seperti yang tercantum
dalam PB dialamatkan kepada sejumlah jemaat di daerah Galatia
(Galatia 1:1-2), jadi semacam surat edaran. Tidak disebutkan
nama-nama kota atau desa-desa tempat tinggal jemaat-jemaat itu,
Surat Galatia ini langsung dialamatkan kepada beberapa jemaat
sekaligus, yang mungkin saja keberadaan mereka terpencar-
pencar di desa-desa Galatia. Keanehan alamat surat Galatia
tersebut barang kali disebabkan oleh situasi setempat. Mungkin
sekali "jemaat-jemaat" di Galatia itu kelompok-kelompok kecil
orang Kristen yang hidup terpencar-pencar di desa Galatia. Paulus
sendiri (Galatia 3:1) menyapa sidang pembacanya sebagai "orang-
orang Galatia".14
11
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 331
12
M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),112
13
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta:Andi, 2010), 97-98
14
C. Gronen OFM, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 244-245
15
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Study, (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 195.
16
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 333.
masuk di akal mereka bahwa dengan kedatangan Mesias tuntutan Taurat
itu tidak menjadi dasar keselamatan lagi. Menurut mereka, Paulus
merombak, membatalkan Firman Allah. Kita mengetahui bahwa kita
masih melaksanakan Taurat, tetapi atas dasar lain, yang lebih mendalam
(lihatlah. Mat. 5:17, dst). Paulus pun setuju bahwa ia tidak merombak
Taurat, malah meneguhkannya ( Roma 3:31; 7:7, 12). 17 Dengan kata
lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Surat Galatia
ini ditunjukkan kepada jemaat-jemaat di Galatia asli yang letak
daerahnya di Asia Kecil dan keduanya untuk provinsi Romawi yang
disamping dari Galatia. Khususnya juga meliputi antara lain Pisidia,
Likaonia, di dalamnya terletak jemaat-jemaat Derbe, Listra dan
Ikonium.18
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan
orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa
mereka disunatkan dan menerima hukum Taurat Musa sebagai syarat-
syarat yang perlu untuk diselamat dan diterima dalam gereja. Setelah
mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini untuk menegasakan bahwa
syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat dalam Perjanjian Lama,
tidak ada hubungan dengan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk
keselamatan di bawah Perjanjian yang baru. Menegaskan lagi dengan
jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman
kepada Yesus Kristus dan bukan oleh ikatan kepada hukum taurat PL. 19
Sebab itu, maksud penulisan surat ini ialah Paulus ingin mempertegas
berita Injil yang telah disampaikannya dengan jalan menyanggah segala
pengajaran guru palsu itu sehingga jemaat dapat kembali pada iman yang
benar.20
17
M. E. Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 113
18
M. E. Duvyerman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012), 112.
19
..., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang : Gandum Mas,2015) 1945.
20
Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta:Andi, 2010), 99
21
Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2015), 1943
2. Paulus Menyatakan Tujuannya (Galatia 1:6-10)
Galatia 1:6 : Keprihatinannya
Galatia 1:7-9 : Keyakinannya
Galatia 1:10 : Motivasinya
3. Paulus Menerangkan Kesaksiannya dengan Singkat (Galatia 1:11-
2:21)
Galatia 1:11-12 : Sumber ajarannya
Galatia 1:13-17 : Kisah panggilannya
Gal. 1:18-2:10 : Hubungannya dengan Yerusalem
Galatia 2:11-14 : Perdebatannya dengan Petrus
Galatia 2:15-21 : Pengertiannya tentang Injil
4. Paulus Mengembangkan Argumentasinya (Galatia 3:1-4:31)
Galatia 3:1-5 : Pengalaman orang Galatia
Galatia 3:6-9 : Contoh dari Abraham
Galatia 3:10-14 : Kutuk Hukum Taurat
Galatia 3:15-18 : Keuntungan dari janji hukum Taurat
Galatia 3:19-29 : Maksud Hukum Taurat
Galatia 4:1-11 : Sifat keanakan
Galatia 4:12-20 : Imbauan pribadi
Galatia 4:21-31 : Dua macam anak
5. Paulus Menjelaskan tentang Kemerdekaan Kristen (Galatia 5:1-6:10)
Galatia 5:1 : Jangan mau lagi diperhamba
Galatia 5:2-6 : Bebas dari sunat
Galatia 5:7-12 :Imbauan pribadi lainnya bagaimana
menggunakan kemerdekaan: Kasih
Galatia 5:16-21 : Apa yang bukan kemerdekaan
Galatia 5:22-24 : Apa kemerdekaan itu
Gal. 5:25-6:10 : Kemerdekaan dan hubungan-hubungan kita
Paulus Menandatangani Suratnya
Galatia 6:11-15 : Paulus mengarisbawahi pokok ajarannya
Galatia 6:16-18 : Salam penutup.22
22
https://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=48&intro=pintisari&lang=indonesia&theme=clearsky
diakses pada tanggal 15 mei 2020 pukul 16.25 WIB
tidak memberikan petunjuk kepada mereka untuk mempelajarinya agar
dapat diterima Allah.
Tetapi ketika orang-orang Kristen baru ini mulai membaca
Perjanjian Lama di bawah bimbingan orang-orang Kristen Yahudi,
mereka menemukan begitu banyak peraturan yang tidak mungkin dapat
dipenuhi, walaupun itu dianggap perlu untuk memperoleh keselamatan.
Beberapa dari mereka mencoba melakukannya, mulai dengan
memelihara hari Sabat Yahudi dan mungkin juga beberapa hari raya
Yahudi lainnya (Galatia 4:8-11). Sejumlah besar diantara mereka mulai
mempertimbangkan sunat, agar memenuhi ketentuan Perjanjian Lama
(Galatia 5:2-12). Tetapi bagian terbesar dari mereka tidak tahu apa yang
harus dilakukan.
Pada saat itulah berita tersebut didengar oleh Paulus. Ia sangat
marah. Tidak mungkin dia langsung mengunjungi jemaat-jemaat
tersebut, jadi ia memutuskan untuk menulis surat kepada mereka. Surat
itulah yang kita kenal sebagai Surat Galatia.23
26
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 91.
27
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 328-329.
28
Paul Suparno,S.J, Communal Discernment Bersama Mencari Kehendak Tuhan dalam Komunitas, (Yogyakarta:
Penerbit Kasinius, 2006), 13-14
pekerjaannya, dan mereka pun tidak pernah menyarankan agar ia
mendapat izin seperti (Galatia 1:18-2:10).29
30
John Drane, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2015), 324-
325
1. Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi
yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya
bahwa manusia dibenarkan hanya karena imannya di dalam Kristus,
bukan karena melakukan Taurat.
2. Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para
penentang Paulus menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang
menerima Yesus sebagai Mesias harus terlebih dahulu menjadi orang
Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab
Suci. Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab
Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari
keturunan Abraham terutama adalah iman (ayat 3:8). Bagi orang-
orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan
mereka dalam Kristus (ayat 3:26). Dalam pandangan Paulus,
manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya, tetapi dari
Kristus.31
3. Paulus beberapa kali memasukkan fakktor-faktor pribadi ke dalam
argumennya (ayat 4:8-5:12). Dimana ia bertanya pada orang-orang
Galatia apakah mereka, yang sebelumnya melayani dewa-dewa yang
sama sekali bukanlah Allah. Ia menyapa orang-orang Galatia sebagai
“anak-anakku” (ayat 4:19), dan mengungkapkan keinginannya untuk
bersama-sama mereka. Ia kembali kepada tema utamanya, dan
memperlihatkan (melalui tafsiran alegoris dari kisah dua istri
Abraham dan anak mereka, 4:22 dyb.), bahwa Perjanjian Lama
sendiri adalah saksi bagi kebebasan yang digunakan Kristus untuk
melepaskan manusia, dan disitulah orang-orang Galatia seharusnya
kini berdiri. Mereka tak boleh jatuh kembali kepada kuk
perhambaan. Siapapun yang membiarkan dirinya disunat, wajib
menaati seluruh Taurat (ayat 5:3). Paulus berharap bahwa orang-
orang Galatia, yang tadinya berjalan dengan baik, akan kembali
kepada jalan yang benar.32
III. Kesimpulan
Dalam Surat Galatia ini kita dapat menyimpulkan Galatia adalah nama yang
dulunya diberikan pada wilayah utara tengah Asia Kecil di mana para penjelajah
dari Gaul menetap dalam abad yang ketiga sebelum Kristus dan mendirikan suatu
kerajaan yang merdeka selama bertahun-tahun. Paulus menulis suratnya itu adalah
untuk menyakinkan jemaat Galatia yang mengetahui bahwa ia sungguh seorang
rasul Yesus Kristus, Paulus juga menegaskan bahwa amanat tentang Yesus yang
telah ia beritakan kepada mereka adalah satu-satunya yang benar. Melalui Surat
Galatia ini, jelaslah kita lihat bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum
Taurat lagi. Orang Kristen sudah merdeka dari perhambaan Hukum Taurat, sebab
Injil Yesus Kristus lebih berkuasa daripada Hukum Taurat. Tetapi walaupun
demikian orang Kristen tidaklah boleh mempergunakan kemerdekaannya itu
dengan sembarangan. Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran
yang benar. Surat Galatia ini ditunjukkan kepada jemaat-jemaat di Galatia asli
yang letak daerahnya di Asia Kecil dan keduanya untuk provinsi Romawi yang
31
W.R.F.Browning, Kamus Alkitab: A Dictionary of the Bible, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),112-113
32
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 46-47
disamping dari Galatia. Khususnya juga meliputi antara lain Pisidia, Likaonia, di
dalamnya terletak jemaat-jemaat Derbe, Listra dan Ikonium.
Sumber Lain
https://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?
b=48&intro=pintisari&lang=indonesia&theme=clearsky