Anda di halaman 1dari 190

i|Dinamika Dasar Berkhotbah

ii | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
KATA PENGANTAR

Puji dan hormat bagi Tuhan yang senantiasa memperlengkapi dan memberikan
kekuatan kepada saya selaku editor dan yang mendesain cover buku dalam penulisan ini .
Bukan dengan kekutan editor maupun para penulis untuk menyelesaikan tulisan ini tetapi
karena anugerah dari Allah. Tulisan ini merupakan tulisan yang tidak di hanya di tulis oleh
satu orang saja tetapi dalam kesempatan ini kelas III-A Stambuk 2018 STT Abdi Sabda
Medan bekerjasama dengan baik dalam proses pembuatan tulisan ini. Editor sangat
berterimakasi kepada banyak pihak yang selama ini telah membantu penulisan ini, yaitu :

1. Pdt. Pardomuan Munthe, M.Th selaku Dosen Pengampu Homiletika I Kelas III-A
yang sudah membimbing serta mengajarkan pelajaran kepada kelas III-A dalam
memahami Mata Kuliah Homiletika
2. Kelas III-A Stambuk 2018 yang telah membantu penulisan ini.
Berbagai macam judul pembahasan dalam tulisan ini diberikan oleh selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Homiletika I oleh Bapak Pdt. Pardomuan Munthe, M.Th dan pembahasan inilah
yang dikaji oleh kelas III-A dalam penyelesaian tulisan ini untuk bisa dimengerti serta
dipahami oleh banyak orang yang nantinya akan membaca buku ini.
Demikianlah saya sebagai editor mempersembahkan bagi semua pembaca. Penulis
maupun editor menyadari banyak kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karena itu penulis dan
editor sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk semakin memperbaiki
tulisan ini. Akhir kata editor mengucapkan terima kasih.

Medan, 02 Januari 2021

Sherly Tri Olivia

i|Dinamika Dasar Berkhotbah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
BAB I: Homiletika, apakah itu?.........................................................................................................4
a. Makna, Pengertian, Ciri dan Kedudukannya Secara Teologi
b. Fungsi, peranan dan kedudukannya dalam ibadah
c. Homiletika sebagai bentuk dan model pemberitaan firman
Oleh : Mei Sabatini, Sherly Tri Olivia, Wahyu Manumpak Hutabarat
BAB II: Sejarah Perkembangan Homiletika.....................................................................................18
a. Zaman Bapa-Bapa Leluhur s/d Zaman Hakim-Hakim
b. Zaman Sebelum Pembuangan s/d Zaman Pembuangan
c. Zaman Sesudah Pembuangan s/d Zaman Rasul-Rasul
Oleh: Leli Wanda Simamora, Samuel Silaban dan Yemima Damanik
Bab III: Sejarah Perkembangan Homiletika.....................................................................................37
D. Zaman Gereja Mula-Mula S/D Diakui Homiletika Sebagai Cabang Ilmu Theologia
E. Homiletika Sebagai Alat Propaganda Doktrin Gereja (Reformasi Dan Kontra Reformasi)
F. Homiletika Sebagai Usaha/Menggali Kekayaan Harta Rohani (Zaman Pietisme Dan Penginjilan)
Oleh: Candra Lubis,Narta Marbun & Nenci Riama Adella Sinaga
BAB IV: Khotbah: Ujud dan Tujuan Khotbah...................................................................................52
a. Pengertian dan dasar pelaksanaanya secara teologia
b. Ujud dan Tujuan Khotbah
1. Menurut Khotbah-Khotbah Yesus
Oleh : Aldi Anjani Ginting, Elisabet Lusitania Saragih dan Jesika Yusniarti Nainggolan
BAB V: KHOTBAH:...........................................................................................................................59
1. Ujud dan Tujuan Khotbah
2. Menurut Khotbah-Khotbah Rasul Petrus
3. Menurut Khotbah-Khotbah Paulus
4. Menurut Khotbah-Khotbah Para Homiletiker Zaman Bapa-Bapa Gereja dan Reformasi
Oleh : Efri Nova Y. Simorangkir, Terkelin Barus, Theophani C.M Simamora
BAB VI: Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah............................................................78
a. Dasar dan Acuan Khotbah/Berkhotbah
b. Memahami/Pengenalan Konteks dan Kasualistik

ii | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Oleh: Aldo Ginting, dan Iin Elisabet Manalu
BAB VII: Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah...........................................................89
c. Pemilihan Nats Khotbah
d. Pengenalan/Pengolahan Teks Serta Fungsi dan Pelaksanaan Hermeneutika
Oleh : Alek Hutasoit, Daniel P. Sipayung, Febri Gultom
BAB VIII: Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah........................................................104
e. Mengenal Bentuk/Pola/Model dan Susunan Khotbah
1. Tekstual, definisi, kerangka dan contohnya
2. Topikal, definisi, kerangka dan contohnya
3. Ekspositori, definisi, kerangka dan contohnya
f. Menulis Khotbah, Menghafal, dan Mempersiapkan Catatan Khotbah
Oleh: Jeremia Hutabarat, Maia Nurhayati Br Ginting
BAB IX: Pelaksanaan Khotbah.......................................................................................................113
a. Sikap Pengkhotbah
b. Tehnik Menyampaikan Khotbah
1. Doa
2. Pembacaan Teks
c. Penjelasan Teks
Oleh: Alfina Sipayung, Barita Immanuel V Silaban
BAB X: SERMON............................................................................................................................125
a. Pengertian dan Dasar Pelaksanaannya
b. Fungsi dan Tujuan
c. Mempersiapkan Bahan
d. Tata Pelaksanaan
Oleh : Adelia Br Milala, Dani Klinton, Holisane Angela Br Keliat
BAB XI: Penelaahan Alkitab..........................................................................................................135
a. Pengertian dan Dasar Pelaksanaan
b. Fungsi dan Tujuan
c. Mempersiapkan Bahan
e. Tata Pelaksanaan
Oleh : Elsa Sinaga, Jonathan Dohardo Damanik, Natalia Damanik
BAB XII: Kelender Gerejawi...........................................................................................................149
a. Makna dan Susunan Tahun Gerejawi
b. Makna dan Susunan Warna Altar
Oleh: Radinal Hutagalung, Ray Aldi Ebenezer S
BAB XIII: Kalender Gerejawi..........................................................................................................166
c. Penyusunan Nats-nats Khotbah Menurut Tahun Gerejawi

iii | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Oleh: IkaYunasti Raja Gukguk, GebiMarseliSitepu, Bella Sembiring)
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................179

iv | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
PENDAHULUAN

Pardomuan Munthe, M.Th

Buku ini memuat kumpulan topik-topik pelajaran Homiletika I di kelas III-A Stambuk
2018 STT Abdi Sabda Medan. Ada 8 topik yang disajikan dalam 13 sajian/pertemuan.
Kedelapan topik ini ide awalnya adalah makalah kuliah yang ditugaskan dosen. Setelah
disajikan, didiskusikan dan dikoreksi, maka tugas selanjutnya adalah mengolahnya dalam
bentuk artikel kuliah, seperti yang disajikan dalam buku ini.
Menulis buku itu sama seperti menenun ulos/uis/hiou (kain adat Batak).
Membayangkan sebuah motif, kemudian menata susunan benang-benang warna, lalu merekat
benang dengan benang, dan timbullah suatu motif. Dan motif itulah yang menunjukkan jenis,
golongan dan nama ulos/uis/hiou tersebut. Secara umum cara kerjanya sama. Yang
membedakannya adalah motifnya, atau tatanan benang warna. Menulis juga demikian, proses
kerjanya sama, tapi yang membedakannya adalah ide atau alur pikiran penulisnya. Alur
pikiran itulah yang memberikan nilai atau warna dalam tulisan tersebut. Ada banyak buku
yang terbit, tetapi isinya melulu mencomot ide-ide pikiran dari buku-buku lain. Tentu yang
demikian tidak memiliki motif/warna. Yang memberikan warna, atau nilai adalah yang
menyumbangkan satu pikiran baru untuk menambah atau memperkaya ide-ide pikiran yang
sebelumnya sudah ada. Bertolak dari sini, tentu anda berpikir, ide baru apa yang akan
disumbangkan dalam buku ini?
Sebelum menjelajahi halaman-halaman berikut, saya perlu sampaikan bahwa ide-ide
dasar dalam buku ini adalah dari seorang guru yang mengajar bidang homiletika 1. Ide-ide
itulah yang dicoba ditangkap, diramu, diolah dan dipadu oleh mahasiswa dengan ide-ide
penulis buku lainnya yang buah pikirannya turut disadur. Jadi boleh dikatakan, ide-ide dasar
dari tiap-tiap topik yang ada dalam buku ini berasal dari satu sumber, yaitu saya selaku dosen
homiletika.
Topik pertama yang disajikan dalam buku ini adalah profil mengenai homiletika,
mulai dari asal-usul istilah homiletika, makna dan pengertiannya di dunia kristen, ciri dan
Kedudukannya dalam Studi Teologi. Di seputar ini kita akan mendapatkan banyak informasi
mengenai substansi homiletika itu, terutama dari aspek studi teologi, bahwa homiletika ibarat
kuali teologi, yang didalamnya semua ilmu teologia diramu untuk menghasilkan satu sajian
kesaksian, yaitu Firman. Demikian pula dari aspek studi ibadah. kita akan mendapatkan
banyak informasi mengenai fungsi, peranan dan kedudukan homiletika dalam Ibadah. Dan
yang terakhir adalah memandang homiletika sebagai bentuk dan model pemberitaan Firman.

1|Dinamika Dasar Berkhotbah


Jadi di samping profil awal, ada 3 aspek yang ditinjau dan didalami mengenai homiletika,
yaitu aspek studi teologi, aspek studi ibadah, dan aspek model pemberitaan Firman.
Topik kedua yang disajikan adalah mengenai sejarah perkembangan homiletika.
Topik ini disajikan dalam dua pertemuan. Yang pertama menelusuri sejarah yang bersifat
biblis atau Alkitab, yang kedua menelusuri sejarah yang bersifat historika gereja. Dari
sejarah biblis akan ditelusuri riwayat dari 3 ciri utama homiletika dan subjeknya, yaitu: (1)
ibadah/kebaktiannya; (2) Kitab/sumbernya; (3) Kristus/isi berita kesaksiannya; (4)
Pemberitanya/pengkotbahnya. Keempat hal itu akan ditelusuri mulai dari Bapa-bapa leluhur
manusia dan Israel, Hakim-Hakim, sebelum Pembuangan, sesudah Pembuangan, hingga
zaman Rasul-rasul. Dari sejarah historika gereja juga akan ditelusuri keempat hal tadi mulai
dari Zaman Gereja Mula-Mula, abad pertengahan, Reformasi, zaman Pietisme dan
Penginjilan. Di bagian ini juga menarik sekali untuk digumuli ketika homiletika dijadikan
sebagai alat propaganda doktrin/dogma Gereja ketika zaman kontraversi Reformasi dan
Kontra Reformasi; kemudian disusul zaman dimana homiletika dijadikan sebagai
usaha/tempat menggali kekayaan harta rohani pada zaman Pietisme dan Penginjilan.
Topik ketiga sampai ke lima yang disajikan adalah mengenai KOTBAH. Bagian ini
akan dijabarkan dalam 3 topik besar, yaitu (1) Ujud dan Tujuan Kotbah; (2) Langkah-
Langkah dalam Mempersiapkan Kotbah dan (3) Pelaksanaan Kotbah. Dalam topik Ujud dan
Tujuan Kotbah, pembaca akan dituntun untuk mengetahui secara simpel apa sesuatu yang
paling dikehendaki Allah untuk disampaikan (ujud) dan apa tujuan menyampaikan sesuatu
(ujud) itu. Supaya kita mendapat gambaran yang jelas mengenai hal itu, maka perlu ditelusuri
secara biblis ujud dan tujuan kotbah Yesus, Petrus, Paulus, Yohanes. Dan sebagai
perbandingan, juga perlu ditelusuri ujud dan tujuan kotbah dari beberapa homilitiker dalam
sejarah gereja. Tujuan utama mempelajari ujud dan tujuan kotbah ini adalah membantu kita
untuk menemukan ujud dan tujuan kotbah dari nas-nas Alkitab. Selanjutnya dalam Langkah-
Langkah Mempersiapkan Kotbah, setidaknya ada 6 hal yang perlu diperhatikan, antara
lain: Dasar dan acuan kotbah/berkotbah; memahami/mengenal konteks dan kasualistik;
pemilihan nas/ teks; pengolahan teks (fungsi dan pelaksanaan hermeneutika); pengenalan
bentuk/pola/model dan susunan kotbah (tekstual, topikal, ekspositori); menulis, menghafal
dan mempersiapkan catatan kotbah. Dan selanjutnya dalam topik Pelaksanaan kotbah, akan
disajikan dua hal yang berhubungan dengan penampilan dan kegiatan di lapangan, yaitu
Sikap Pengkotbah dan Teknik Menyampaikan Kotbah. Ada satu hal mendasar yang harus
kita ketahui mengenai Persiapan dan Pelaksanaan kotbah. Persiapan adalah pergumulan
pengkhotbah di meja dan di ruang kerjanya, sedangkan Pelaksanaan adalah pergumulan
2|Dinamika Dasar Berkhotbah
pengkotbah menampilkan jati diri dan style/gaya khotbahnya. Keduanya (persiapan dan
pelaksanaan) adalah upayanya untuk mengkomunikasikan ujud dan tujuan khotbahnya. Ada
satu beban moral dan tanggungan iman dari seorang pengkhotbah, yakni mengkomunikasikan
Injil sehingga semua orang yang percaya oleh pemberitaannya beroleh keselamatan oleh Injil
Kristus. Maka untuk tujuan itu, kedua hal tadi harus menjadi pergumulan seorang
pengkhotbah.
Topik keenam yang disajikan dalam buku ini adalah SERMON. Secara tradisional
orang memahami sermon sebagai persiapan atau pembinaan kotbah. Dalam buku ini akan
kita temukan arti sebenarnya dari sermon, dan bagaimana mengkemasnya hingga sermon itu
benar-benar menjadi bentuk lain dari homiletika.
Topik ketujuh yang disajikan dalam buku ini adalah PENELAAHAN ALKITAB.
Secara tradisional orang juga memahami PA sebagai diskusi bersama teman-teman untuk
menelaah ayat-ayat Alkitab. Dalam buku ini akan kita temukan arti sebenarnya dari PA, dan
bagaimana mengkemasnya hingga PA itu benar-benar menjadi homiletika dan menghasilkan
karya bersama.
Topik kedelapan dan yang terakhir disajikan dalam buku ini adalah Kelender
Gerejawi. Ada dua pertemuan untuk topik ini. Pertama membahas profil kelender Gerejawi
dan warna Altar, sekaligus memberikan tuntunan cara menyusun kelender Gerejawi. Kedua
membahas tuntunan penyusunan nas-nas kotbah menurut Tahun Gerejawi. Ada harapan
bahwa setelah mahasiswa belajar homiletika 1, diharapkan mahasiswa sudah dapat menyusun
kelender gerejawi dan memilih nas-nas kotbah menurut kelender Gerejawi. Dengan demikian
terus ada kaderisasi pelayan-pelayan gereja yang paham akan landasan liturgi gerejanya
masing-masing.
Telah saya sampaikan di atas bahwa topik-topik yang tersaji dalam buku ini adalah
merupakan tugas sajian mahasiswa dalam mata kuliah homiletika 1. Saya sudah 13 tahun
mengajarkan mata kuliah ini sejak tahun 2007. Itu berarti sudah ada 13 angkatan mahasiswa
yang secara turun temurun membahas topik-topik ini. Namun barulah angkatan ini yang
bersepakat untuk membukukan sajian-sajian mereka. Sebagai topik bahasan yang turun
temurun dari angkatan-angkatan sebelumnya, tentu saja mereka ada belajar, bertanya atau
dipengaruhi oleh sajian-sajian seniornya. Maka pada kesempatan ini saya sarankan, jika
senior menemukan hal demikian, kami terbuka menerima kritikan dengan maksud untuk
memperbaiki sehingga kualitas buku ini semakin baik, dan bisa menjadi alat bantu atau
sumber bacaan bagi angkatan-angkatan selanjutnya, juga demikian bagi koleksi bacaan
senior. Terimakasih dan selamat membaca.
3|Dinamika Dasar Berkhotbah
BAB I

Homiletika, apakah itu?

a. Makna, Pengertian, Ciri dan Kedudukannya Secara Teologi

b. Fungsi, peranan dan kedudukannya dalam ibadah

c. Homiletika sebagai bentuk dan model pemberitaan firman

Oleh : Mei Sabatini, Sherly Tri Olivia, Wahyu Manumpak Hutabarat

I. Pendahuluan
Dalam penyampaian firman TUHAN, seorang pengkhotbah harus
mengerti dan memahami isi firman yang akan disampaikan terlebih dahulu
dan juga seorang pengkhotbah harus tahu bagaimana cara menyampaikan
firman TUHAN tersebut. Karena hal itu, maka seseorang harus mengetahui,
memahami dan mengenal serta mempelajari apa yang disebut dengan
istilah Homiletika. Dalam makalah kali ini, saya akan membahas apa itu
homiletika, bagaimana cirinya dan apa sebenarnya kedudukan homiletika
dalam peribadahan. 
II. Pembahasan
II.1. Makna, Pengertian, Ciri dan Kedudukannya Secara Teologi
II.1.1. Makna dan Pengertian Homiletika
Homiletika atau ilmu berkhotbah. muncul pada abad XVII,
yang dalam bahasa Inggrisnya disebut homiletics. Pada abad ke 17
itulah, kata ini dipakai untuk menunjukkan ilmu berkhotbah.1
Istilah Homiletika berasal dari kata sifat
Yunani “homiletika” yang dihubungkan dengan kata “techne
homiletika”, artinya “ilmu pengetahuan” atau “ilmu bercakap”.
Dalam kata sifat homiletika terkandung kata benda Homilia, yaitu
pergaulan (percakapan) dengan ramah tamah.2

1
Hasan Sutanto, Homiletik, Prinsip dan Metode Berkhotbah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004). 3.
2
 H. Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah, (Jakarta : BPK-GM, 1988), 6.

4|Dinamika Dasar Berkhotbah


Dalam bahasa asing pelajaran ini dinamakan Homiletik artinya
ilmu yang menerangkan ayat mas atau kepandaian menguraikan
suatu hal. Dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan dengan ilmu
berkhotbah atau pelajaran berbicara dihadapan orang banyak
(sidang). Homiletika adalah suatu pembicaraan yang menerangkan
jalan keselamatan manusia melalui Yesus Kristus yang dilakukan
oleh mulut manusia, supaya menjadi kesaksian bagi manusia
lainnya.3
Homiletik berhubungan dengan teologi (atau ilmu) dan seni.
Dikatakan berhubungan dengan ilmu, karena dalam sebuah
khotbah terdapat unsur teologi, atau yang lebih tepat, penafsiran
Alkitab. Dikatakan berhubungan dengan seni, karena unsur penting
dalam khotbah, yaitu penafsiran Alkitab juga berkaitan dengan
seni. Dengan mempelajari homiletik, diharapkan seorang
pengkhotbah dapat menulis naskah khotbah yang rapi berdasarkan
Alkitab, lalu menyampaikan dengan meyakinkan, berwibawa, jelas
dan menarik.4
Dari uraian di atas baiklah kita ambil kesimpulan bahwa
Homiletika itu berasal dari bahasa Yunani yaitu Homilia. Itu
artinya bahwa sebelum istilah ini menjadi istilah Kristen, kata
homilia sudah dipergunakan dalam lapangan kehidupan
Yunani. Kata homilia dulu dipergunakan dalam lapangan
pergaulan. Kata pergaulan mengingatkan kita kepada
pertemuan dan persahabatan. Istilah teman dengan sahabat
jauh berbeda. Sahabat itu berkaitan dengan hati dan perasaan.
Kita tidak ingin sahabat kita disakiti tetapi kita ingin sahabat
kita bersukacita. Makna itulah itulah yang termasuk dalam
homilein.
Lukas melihat arti kata yang sangat mulia dalam kata
homilein dan kemudian Lukas mengambil kata ini dan
memasukkannya dalam Injil dan Kisah Para Rasul (Lukas
24:14-15, 17-26; Kisah 10:27; 24:26). Yang paling penting di
3
I. H. Pouw, Uraian Tentang Homiletik Ilmu Berkhotbah, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2006),
8-9
4
Hasan Susanto, Homiletik Prinsip dan Metode Berkhotbah (Jakarta: BPK-GM, 2004), 3-4.

5|Dinamika Dasar Berkhotbah


dalam ayat ini adalah pada Lukas 24:14-15 yang isi
percakapannya adalah tentang kebangkitan Yesus Kristus.

Ceritanya adalah: Ada perempuan pergi ke makam Yesus


untuk merempahi mayat Yesus, tetapi setelah sampai di
makam, mereka menjumpai pintu kubur terbuka dan kubur
Yesus kosong. Oleh karena peristiwa itu, sebagian perempuan
panik dan berlari untuk memberitahu murid-murid.
Mendengar itu, murid-murid pun pergi untuk memastikannya.
Tapi beberapa perempuan lain bertemu dengan Yesus. Dalam
pertemuan itu Yesus berkata kepada perempuan itu: pergilah
dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka
pergi ke Galilea dan sanalah mereka akan melihat Aku.
Setelah itu perempuan itu menceritakan hal itu kepada murid-
murid. Tetapi murid-murid tidak percaya. Namun kabar itu
cepat menyebar ke seluruh Yerusalem sehingga terkabar
sampai kepada dua orang murid yang bercakap-cakap tentang
Yesus.
Istilah homilia adalah istilah Kristen, yaitu yang
mempercakapkan Yesus Kristus. Hanya Alkitab yang
menggunakan kata ini karena itu orang Kristen sudah terikat
dengan ini. Istilah asli homilia : Ilmu pergaulan, timbul
pertanyaan : apa yang membuat sahabat damai?. Lukas
menjawab : Mempercakapkan Yesus Kristus yaitu sumber
keselamatan itu. Itulah arti etimologi kata itu dari istilah
Yunani menjadi istilah Kristen dalam ilmu teologi.5

II.1.2. Ciri-ciri Homiletika


Homiletika mempunyai beberapa ciri-ciri, yaitu :
1. Homiletika tidak terlepas dari Kitab Suci. Kitab Suci
memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, maka nats-nats
Alkitab harus menjadi dasar khotbah. Karena tidak baik jika kita
membaca nats khotbah saja, karena penghayatan dan Firman Allah
5
Pardomuan Munthe, ,Catatan Senior (Rekaman Akademik di kelas III-A), STT ABDI SABDA
MEDAN: Kamis, 6 September 2018

6|Dinamika Dasar Berkhotbah


disaksikan dalam nats Alkitab harus dihubungkan dengan masa,
tempat, dan peristiwa-peristiwa tertentu. Jadi, nats khotbah selalu
dihubungkan dan harus berdasar pada Alkitab. Sebuah khotbah
tanpa nats Alkitab, kemungkinan jadi itu adalah pidato yang
mengemukakan pikiran si pengkhotbah bukan Firman Allah.
2. Homiletika adalah khotbah manusia yang berbicara tentang
Allah kepada kita. Hal itu karena Allah lebih dulu berfirman
kepada manusia yaitu menyatakan diri kepada kita dan yang paling
sempurna yaitu di dalam Yesus Kristus (Ibr 1:1-3; Mat 13:16-17).
Di dalam pemberitaan kita harus berpusat pada kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus, karena oleh-Nya kita mendapat hidup
yang baru. Itulah intisari “Uanggelion” yaitu kabar kesukaan.
3. Dalam hal menjalankan tugas pemberitaan injil, si pengkhotbah
tidak tergantung atau tidak bertanggung jawab kepada Tuhan saja,
melainkan juga kepada gereja yang memanggil dan mentahbiskan
dia sebagai pendeta atau pemberita.6

1). Berlangsung Dalam peribadahan.

2). Mempercakapkan Yesus Kristus (Firman Allah yang


hidup) kepada jemaat, agar imannya bertumbuh dan
hatinya dibukakan bagi pekerjaan Roh Kudus: Firman
Allah di dalam Kristus adalah Injil atau kabar baik yang
membebaskan.

3). Mengacu kepada nats Alkitab (Karena Alkitab satu-


satunya yang menjadi tolak ukur untuk mempercakapkan
isi berita Gereja).Alkitab memperkenalkan Yesus yang
mengasihi manusia, sampai Dia sendiri mati di kayu salib
untuk menebus dosa kita, mengandung aspek pembinaan,
penghiburan dan nasihat (2 Tim. 4:2).7

II.1.3. Kedudukan Homiletika dalam Studi Teologi

6
H. Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah, 12-20.
7
Pardomuan Munthe, ,Catatan Senior (Rekaman Akademik di kelas III-A), STT ABDI SABDA
MEDAN: Kamis, 6 September 2018

7|Dinamika Dasar Berkhotbah


Homiletika mempunyai hubungan yang erat dengan teologi
seluruhnya dan segala jurusannya. Suatu khotbah harus
berdasarkan teologi yang baik, yaitu tidak boleh berbeda atau
berselisih dengan hasil yang sudah dicapai di dalam exegese
(tafsir). Ada khotbah-khotbah yang menjadi khotbah yang kurang
baik karena memakai bahasa teologis yang tidak pantas untuk
berkhotbah, akan tetapi ada lebih banyak yang tidak memuaskan
karena tidak ada teologi yang baik di dalamnya.8
Bidang kajian teologi yang sangat luas umumnya terbagi
menjadi empat bagian: teologi eksegetis, teologi historis, teologi
sistematika dan teologi praktis.
a. Teologi eksegetis, langsung berurusan dengan penelaahan
Alkitabiah. Meliputi penelaahan bahasa-bahasa, arkeologi,
pengantar hermeneutika dan teologi praktis.
b. Teologi historis menurut sejarah umat Allah dalam
Alkitabiah dan gereja sejak zaman Kristus. Membahas awal
mula, perkembangan dan penyebaran agama yang sejati dan
juga semua doktrin, organisasi dan kebiasaannya. Di
dalamnya termasuk juga sejarah Alkitab, sejarah Gereja,
sejarah perkabaran Injil, sejarah ajaran dan sejarah
pengakuan iman.
c. Teologi sistematika menggunakan bahan-bahan yang
disajikan oleh teologi eksegetis dan teologi historis lalu
menatanya menurut suatu tatanan yang logis sesuai dengan
tokoh-tokoh besar dalam penelitian teologis. Teologi
sistematika membahas apologetika polemik dan etika
alkitabiah.
d. Teologi praktis membahas penerapan teologi terhadap
pembaharuan, pengudusan, pembinaan, pendidikan dan
pelayanan manusia. Teologi praktis berusaha menerapkan
pokok-pokok yang disumbangkan oleh ketiga bagian
teologi lainnya kepada kehidupan praktis. Teologi praktis
meliputi pokok-pokok seperti homelitika. Organisasi dan
8
H. Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah, 8.

8|Dinamika Dasar Berkhotbah


administrasi gereja dan ibadat, pendidikan agama Kristen
dan penginjilan.
Dalam keempat bidang kajian teologi ini, homiletika
tergolong kepada bidang teologi praktika.9
Khotbah bersumber pada Tuhan. Allah memutuskan untuk
mengungkapkan diri-Nya kepada umat manusia, dan Ia
memilih manusia sebagai media penyingkapan-Nya. Kata
Ibrani nabi merupakan salah satu istilah yang paling banyak
digunakan sebagai sebutan bagi seorang nabi. Artinya
seseorang yang mewartakan atau mengumumkan. Kata
tersebut bernubuat karena dorongan Ilahi (bnd. Ul 13:1;
18:20; Yer 23:21; Bil 11:25-29). Istilah Perjanjian Baru
juga menyiratkan asal khotbah yang dari Allah itu. Kata
logos mengacu pada suatu kata atau pepatah, penyampaian
pesan Tuhan kepada manusia disebutkan penyampaian
firman atau logos.10

Kedudukan Homiletika dalam Studi Teologi :


1.        Historika
2.      Sistematika
3.      Praktika
-          Historika terdiri dari:
1.      Sejarah penyataan Allah kepada Israel yaitu Perjanjian
Lama (PL).
2.      Sejarah pernyataan Allah kepada Manusia melalui
Yesus Kristus yaitu Perjanjian Baru (PB).
3.      Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Gereja.
Kemudian PL dan PB di otonomikan dalam ilmu
teologia menjadi Biblika. Kemudian sejarah pertumbuhan
dan perkembangan Gereja menjadi sejarah Gereja.
-          Sistematika terdiri dari:
1.      Apologetika yaitu pembelaan iman Kristen

9
Henry C. Tiessen, Teologi Sistematika (Jakarta: BPK-GM, 1993), 31-32.
10
Jerry Vines, dan Jim Shaddix, Homiletika Kuasa dalam Berkhotbah, (Malang: Gandum Mas, 2002),
22-23.

9|Dinamika Dasar Berkhotbah


2.      Etika yaitu praktik hidup Kristen.
Kemudian Apologetika diganti dengan Dogmatika.
Kemudian Dogmatika ini perlu di kontekstualisasikan
sehingga perlu melihat agama-agama lain. Maka dengan
demikian, dimasukkan dalam “Ilmu agama-agama” yang
kemudian di otonomikan menjadi satu bidang yaitu
“agama-agama”.
-          Praktika terdiri dari:
1.      Diakonologi (Pelayanan sosial)
2.      Poimenika (Penggembalaan menjadi Pastoral).
Homiletika menjadi bidang ilmu pada abad ke-17
yaitu sesudah Reformasi, homiletika menjadi satu bidang
ilmu. Dari ketiga bidang ini muncul beberapa bidang lagi:
-          Liturgika : Musik yang lama-kelamaan menjadi satu
bidang yaitu Musik Gerejawi.
-          Pembinaan Warga Gereja
-          Pendidikan Agama Kristen
Homiletika menjadi satu bidang dalam ilmu
praktika. Disini sekarang kita mempelajari lima bidang
teologia:
1.      Historika
2.      Biblika
3.      Sistematika
4.      Praktika
5.      Ilmu Agama
Homiletika ini ibaratnya seperti kuali yang
kedalamnya bermuara semua bidang-bidang teologi ini.
jadi semua bidang teologi ibarat bahan-bahan masakan
yang kemudian diolah dalam kuali untuk menghasilkan
menu khotbah yang baik, yang menjawab kebutuhan,
pergumulan warga jemaat. Oleh karena itu maka
homiletika mengandung dua unsur:
1.      Unsur pengolahan (mempersiapkan)
2.      Unsur penyajian (Penyampaian)
10 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Apa yang diolah?. Yang diolah adalah semua
bidang teologi sehingga bisa menghasilkan suatu kothbah
yang akan disampaikan. Jadi untuk berkhotbah yang baik
harus ada unsur-unsur lain : harus ada unsur biblika
(Exegese), sejarah Gereja, Dogmatika, Etika, Sistematika,
maka kothbah itu disukai dan dimengerti serta diterima
jemaat yang mendengarkan.11

II.2. Fungsi, peranan dan kedudukan Homiletika dalam ibadah


II.2.1. Fungsi Homiletika dalam Ibadah
Pada umumnya semua khotbah yang alkitabiah bertujuan agar
pendegarnya menjadi taat kepada Allah, menyampaikan iman dan
keyakinan serta berusaha menyalurkan kasih karunia Allah kepada
orang yang percaya maupun tidak percaya.
Homiletika berfungsi sebagai sumber pengetahuan jemaat,
disebut demikian karena gereja merupakan agen pembaharuan.
Oleh sebab itu, khotbah juga harus menyangkut ilmu pengetahuan
terutama tentang lingkungan hidup yang perlu dipelihara dengan
baik. Homiletika berfungsi sebagai media pengajaran, dari khotbah
yang disampaikan pendengar khotbah menemukan pengajaran
tentang pendekatan dengan Tuhan, arti iman, nilai-nilai kristiani,
pengharapan dan peran orang Kristen di masyarakat.12
Maka fungsi homiletika dalam ibadah yaitu menyampaikan
firman Allah dalam bentuk dan model yang sesuai dengan konteks
tertentu. Dengan kata lain, mendidik jemaat, memberitakan bahwa
keselamatan dari Allah dalam Yesus Kristus, serta meneguhkan
iman kepercayaan Jemaat.13
II.2.2. Peranan Homiletika dalam Ibadah
Adapun peranan Homiletika dalam ibadah, yaitu:

11
Pardomuan Munthe, ,Catatan Senior (Rekaman Akademik di kelas III-A), STT ABDI SABDA
MEDAN: Kamis, 6 September 2018.
12
Charles W. Koller, Khotbah Ekspositori Tanpa Catatan, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2011),
14-15.
13
Jahenos Saragih, Ini Aku Utuslah Aku, (Jakarta : Suara Gereja Kristiani Yang Esa Peduli Bangsa,
2005), 104.

11 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
a. Berkhotbah adalah salah satu mata acara penting dalam
kebaktian
b. Berkhotbah adalah media efektif untuk mendidik umat Kristen
c. Berkhotbah adalah kesempatan baik untuk memberikan
apologetika
d. Berkhotbah dapat menjangkau mereka yang belum percaya
e. Khotbah adalah cermin dari masyarakat yang makin jauh dari
Tuhan.14
Tadi ciri-ciri homiletika yang pertama adalah
berlangsung dalam ibadah, maka jikalau homiletika
berlangsung dalam ibadah maka homiletika masuk dalam
unsur liturgika. Dalam ibadah ada beberapa unsur liturgi.
Jadi homiletika adalah salah satu unsur. Sebagai salah satu
unsur, homiletika ditempatkan di tengah sehingga ada
unsur yang mendalam yang mendahului dan yang
mengikuti. Unsur yang mendahului merupakan persiapan
untuk menerima kothbah, sedangkan unsur yang
mengikuti adalah respon dan peneguhan terhadap khotbah.
1). Itu sebabnya maka khotbah itu sering disebut sebagai
pusat Liturgi. 2). Fungsi homiletika juga dilihat dari letak
atau posisinya.15
II.2.3. Kedudukan Homiletika dalam Ibadah
Di dalam Gereja Evangelis (Injil) khotbah itu mempunyai
tempat yang sentral, karena tugas gereja yang utama ialah
mengabarkan Firman Tuhan di dalam dunia.16 Khotbah dalam
gereja reformasi mendapat tempat yang lebih tinggi dibandingkan
sakramen. Karena gereja menganggap sakramen akan mempunyai
makna yang lebih dalam apabila di dahului dengan pemberitaan
Firman.17

14
E. P. Gintings, Homiletika Dari Teks Sampai Khotbah (Bandung: Bina Media Informasi, 2012), 148.
15
Pardomuan Munthe, ,Catatan Senior (Rekaman Akademik di kelas III-A), STT ABDI SABDA
MEDAN: Kamis, 6 September 2018.
16
H. Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah, 5
17
Dietter Bekker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta : BPK-GM, 2009), 158

12 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Martin Luther mengatakan isi khotbah adalah Firman.
Maksudnya adalah khotbah menjadi sentral dalam gereja reformasi.
Karena khotbah merupakan pusat ibadah. Khotbah harus
mengandung ajakan kepada warga jemaat tentang tanggung jawab
dalam pekabaran Injil, atau lebih konkret lagi pada tri tugas
panggilan gereja. Perlu disadari bahwa pengkhotbah adalah wakil
Allah dalam menyampaikan pesan.18
Di Gereja Lutheran : Kedudukan khotbah itu tempatnya
adalah setelah Pengakuan Iman Rasuli (PIR) baru khotbah.
Artinya, orang mengaku percaya dulu baru di khotbahi. Jadi
khotbah adalah bagi orang percaya. Fungsinya : Mengajar,
menghibur dan menguatkan. Di Gereja Calvinis : Kedudukan
Khotbah itu tempatnya adalah khotbah dulu baru Pengakuan
Iman Rasuli (PIR). Artinya di Khotbahi dulu baru pengakuan
Iman Rasuli. Fungsinya : menumbuhkan kepercayaan,
menambah dan meneguhkan Iman.
Lalu di Gereja Calvinis, kedudukan khotbah lebih tinggi
dari sakramen, karena sakramen adalah tanda Firman, sama
seperti pelangi yang adalah tanda perjanjian Allah dengan
Nuh. Jadi begitulah sakramen, keselamatan tidak terjadi dari
sakramen, tetapi Firman.
Di Gereja Lutheran, kedudukan khotbah dengan sakramen
sejajar atau setara karena keduanya adalah pemberitaan
Firman; Khotbah adalah pemberitaan Firman yang
kedengaran sedangkan sakramen adalah pemberitaan firman
yang kelihatan. Sakramen adalah pemberitaan Firman dengan
menggunakkan bahan material sedangkan khotbah adalah
pemberitaan Firman secara verbal (kata-kata).19
Sedangkan pada Gereja Khatolik kedudukan sakramen lebih
tinggi daripada Khotbah, pemberitaan bagi gereja Khatolik
dianggap sebagai persiapan untuk Sakramen. Dalam hal ini

18
Lukman Tambunan, Khotbah & Retorika, (Jakarta : BPK-GM, 2011), 18-19
19
Pardomuan Munthe, ,Catatan Senior (Rekaman Akademik di kelas III-A), STT ABDI SABDA
MEDAN: Kamis, 6 September 2018.

13 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
pemberitaan Firman hanya menyapa pendengaran manusia dan
bukan seperti Sakramen yang dapat menyapa penglihatan dan
indera-indera lainnya. Sehingga dalam gereja Khatolik pemberitaan
itu tidak terwujud nyatakan dalam bentuk khotbah tetapi lebih
menekankan dalam bentuk layanan Sakramen.20
II.3. Homiletika sebagai bentuk dan model pemberitaan firman
Pemberitaan Firman artinya menyebarkan, memberitakan, atau
mengabarkan Firman Tuhan kepada orang lain dan hal ini merupakan tugas
yang harus disampaikan dan harus dilakukan setiap orang percaya kepada
Yesus.21
Adapun bentuk dan model pemberitaan firman antara lain:
a. Khotbah
Khotbah sebagai perkataan manusia menjadi sapaan kepada
manusia.22
Khotbah yang bersifat homili, yakni mengikuti ayat-ayat nats
serapat mungkin. Biasanya langsung mulai dengan
mengkhotbahkan arti ayat pertama. Dan menurut homili yang
klasik, sesudah penafsiran langsung diberikan pengenaannya.
Martin Luther, J. Calvin dan seluruh tradisi gereja lama berbuat
demikian. Metode ini sering dipergunakan oleh pengkhotbah yang
suka mengkhotbahkan satu buku (mis: Marius dll).23
b. Penelaahan Alkitab (PA)
Menurut KBBI, penelahaan berasal dari kata “telaah” yang
berarti penyelidikan, kajian, pemeriksaan dan penelitian.
Sementara penelahaan adalah berkenan dengan proses atau cara
telaah.24 Penelahaan Alkitab (PA) adalah upaya mempelajari
(membaca dan merenungkan) Firman Allah, memahaminya, dan
berkomitmen untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-
hari.25 

20
E. P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbahnya, (Jakarta : BPK-GM, 2002), 2
21
E. P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbahnya, 3
22
E. P. Gintings, Homiletika Dari Teks Sampai Khotbah (Bandung: Bina Media Informasi, 2012), 148.
23
E. P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta : BPK-GM, 2017), 55.
24
......, KBBI, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), 1160
25
Peniel C.D. Maiaweng, Kelompok Penelahaan Alkitab, (Makassar : STT Jaffray, 2013), 10

14 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Tujuan dari menelaah Alkitab ialah untuk mempelajari serta
mengenal maksud, tujuan, perbuatan dan rencana Allah di dunia,
dimulai dengan penciptaan dan panggilan terhadap bangsa Israel,
dahulu sampai sekarang, juga terhadap seluruh bangsa-bangsa di
dunia, termasuk di negara kita ini hingga masa yang akan datang.
Tujuannya bukan hanya untuk memperdalam pengetahuan kita
tentang firman Allah pada waktu menelaah Alkitab, tetapi juga
untuk meningkatkan tanggung jawab kita, supaya perbuatan dan
tingkah laku kita selalu benar serta dewasa dihadapan-Nya, supaya
kita patuh melaksanakan pesan dan supaya buah-buah iman nyata
dalam kehidupan kita. Tujuan penelahaan Alkitab adalah
membangun jemaat, melengkapi anggota-anggotanya, di atas dasar
Yesus Kristus sebagai pusat Firman Allah. Pembangunan jemaat
bukanlah bertujuan untuk dirinya sendiri, tetapi suatu jalan untuk
memberitakan Injil dan menjadi suatu sarana kehadiran Allah
dalam dunia ini. Dalam menghayati Firman Allah, kita harus
memohon bantuanNya, supaya kita disertai oleh Roh Kudus.26
Penelahaan Alkitab berfungsi sebagai wadah dimana orang-
orang percaya belajar bersama kebenaran Firman Allah, saling
melengkapi dalam memahami kebenaran yang tertera di dalamnya,
dan saling memotivasi untuk melakukannya di dalam kehidupan
sehari-hari.27
c. Sermon
Dalam sejarah gereja sampai abad ke-5 kata homilein
diterjemahkan ke dalam Alkitab bahasa Latin (Vulgata) dengan
istilah “Sermo” yang menjadi Sermon adalah suatu pekerjaan
menafsirkan teks Alkitab untuk dikhotbahkan.28
Khotbah dalam bentuk sermon ialah dengan mengkhotbahkan
dan menempatkan nats dalam satu tema tertentu. Khotbah sermon
muncul pada masa ortodoksi abad ke-17, misalnya oleh Melancton.
Sermon mempunyai tema tertentu dan semua bagian dihubungkan

26
A. A. Sitompul, Bersahabat Dengan Firman, (Jakarta : BPK-GM, 1987), 24-25
27
Peniel C.D. Maiaweng, Kelompok Penelahaan Alkitab, 11
28
E. P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbahnya, 2.

15 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
dengan tema yang satu itu. Melalui tafsiran ditentukan suatu pokok
tertentu dan ini nanti dihubungkan dengan situasi pendengar
tertentu pula. Misalnya mengenai panggilan Yesus “jangan kuatir”
(Mat. 6).29
Homiletika itu bisa berlangsung dalam berbagai bentuk.
Dalam ibadah Dewasa, bentuknya adalah khotbah. Dalam
ibadah sekolah minggu bentuknya adalah cerita Alkitab.
Dalam ibadah singkat bentuknya adalah renungan. Dalam
kelompok-kelompok bentuknya adalah Penelaahan Alkitab.
Dalam pertemuan para penatua untuk pembinaan adalah
dalam bentuk sermon (bahwa sermon itu harus berlangsung
dalam ibadah baru di sebut homiletika).30
III. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwasannya Homiletika adalah ilmu dan seni bercakap-cakap


yang membahas ayat Alkitab atau kepandaian dalam menguraikan ayat Alkitab
sebagai hal yang berfungsi untuk mengajak orang percaya maupun yang tidak percaya
agar semakin dekat dengan Tuhan. Homiletika dalam peribadahan berperan sebagai
sarana yang efektif untuk mengajar dan mendidik umat Kristen. Dan juga berperan
dalam penyampaian pengajaran pertobatan jemaat serta meneguhkan iman
kepercayaan jemaat dalam hal pemberitaan karya penyelamatan Allah.

IV. Daftar Pustaka

......, KBBI, Jakarta : Balai Pustaka, 2007.


Bekker Dietter, Pedoman Dogmatika, Jakarta : BPK-GM, 2009.
Gintings E. P., Homiletika Dari Teks Sampai Khotbah, Bandung: Bina Media
Informasi, 2012.
Gintings E. P., Khotbah dan Pengkhotbah, Jakarta : BPK-GM, 2017.
Gintings E. P., Khotbah dan Pengkhotbahnya, Jakarta : BPK-GM, 2002.

29
E. P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta : BPK-GM, 2017), 57.
30
Pardomuan Munthe, ,Catatan Senior (Rekaman Akademik di kelas III-A), STT ABDI SABDA
MEDAN: Kamis, 6 September 2018.

16 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Maiaweng Peniel C.D., Kelompok Penelahaan Alkitab, Makassar : STT Jaffray,
2013.
Pouw I. H., Uraian Tentang Homiletik Ilmu Berkhotbah, Bandung : Yayasan
Kalam Hidup, 2006.
Rothlisberger H., Homiletika Ilmu Berkhotbah, Jakarta : BPK-GM, 1988.
Saragih Jahenos, Ini Aku Utuslah Aku, Jakarta : Suara Gereja Kristiani Yang Esa
Peduli Bangsa, 2005.
Sitompul A. A., Bersahabat Dengan Firman, Jakarta : BPK-GM, 1987.
Susanto Hasan, Homiletik Prinsip dan Metode Berkhotbah, Jakarta: BPK-GM,
2004.
Tambunan Lukman, Khotbah & Retorika, Jakarta : BPK-GM, 2011.
Tiessen Henry C., Teologi Sistematika, Jakarta: BPK-GM, 1993.
Vines Jerry, dan Jim Shaddix, Homiletika Kuasa dalam Berkhotbah, Malang:
Gandum Mas, 2002.
Koller Charles W., Khotbah Ekspositori Tanpa Catatan, Bandung : Yayasan
Kalam Hidup, 2011.
Rekaman Akademik:
Munthe, Pardomuan,Catatan Senior (Rekaman Akademik di kelas III-A),  STT
ABDI SABDA MEDAN: Kamis, 6 September 2018.

17 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
BAB II

Sejarah Perkembangan Homiletika

a. Zaman Bapa-Bapa Leluhur s/d Zaman Hakim-Hakim

b. Zaman Sebelum Pembuangan s/d Zaman Pembuangan

c. Zaman Sesudah Pembuangan s/d Zaman Rasul-Rasul

Oleh: Leli Wanda Simamora, Samuel Silaban dan Yemima Damanik

Abstrak

Tujuan dari penulis ini adalah untuk memberikan suatu pengajaran bahwa
sejak zaman Bapa-bapa leluhur sampai pada zaman rasul-rasul Allah sudah
menyatakan dirinya kepada orang-orang pilihanNya. Pada Adam, Allah langsung
berbicara, setelah itu Adam yang menyampaikan Firman Allah kepada makhluk yang
lain (kej 2). Pada zaman Abraham Allah berbicara dalam bentuk api. Dengan
berbagai cara di mulai pada zaman Nuh dan Abraham: peristiwa air bah (pada Nuh)
mengikat perjanjian dengan Abraham dilakukan dengan fenomena alam. Allah
berbicara kepada Musa. Lalu Musa menyampaikan kepada Harun dan Harun kepada
Firaun dan bangsa Israel artinya Allah tidak berbicara langsung kepada Israel, tapi
Musa lah yang menjadi bukti kehadiran Allah. Ezra membaca kitab dan seluruh umat
melihat membuka kitab karena ia diatas mimbar. Semua orang berdiri. Mengapa?
Karena kitab ini dianggap bukti kehadiran Allah. Pada kitab Ezra, Ezra berlutut dan
menyembah Tuhan. Tuhan yang dimaksud disitu adalah Alkitab, pembacaan taurat itu
disertai keterangan supaya dimengerti, karena dianggap Firman Tuhan maka prnting
untuk dimengerti. Dan pada Zaman rasul metodenya seperti metode Yesus dengan
ilustrasi atau perumpamaan.

Kata kunci : Bapa-bapa leluhur, Homiletika, Rasul-rasul

I. Pendahuluan

18 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Homiletika adalah mempercakapkan tentang Firman Allah yang hidup yaitu
Yesus Kristus. Homiletika sudah ada sejak zaman Bapa-bapa leluhur. Dalam
perkembangannya Allah menyampaikan maksud-maksudnya dengan berbagai cara.
Bagaimanakah perkembangan homiletika dari zaman Bapa-bapa leluhur sampai
kepada zaman rasul-radul. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, saya akan
memaparkannya pada sajian berikut ini. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan
kita semua. Tuhan Yesus Memberkati.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Homiletika
Kata Homiletika berasal dari kata Yunani, asal katanya adalah “Homilia”,
“Homilein”, “Homiletika” yang artinya adalah “bercakap-cakap dengan ramah
dalam pergaulan” (Luk. 24:14-15; Kis 24:26). Istilah ini memberi pengertian
bahwa homiletika tidak hanya sekedar bercakap-cakap, akan tetapi komiunikasi
yang menimbulkan interaksi dan yang mengungkapkan kebenaran (Kis 20:11).31
2.2. Sejarah Perkembangan Homiletika Zaman Bapa-bapa Leluhur s/d Zaman
Hakim-hakim
2.2.1. Zaman Bapa Leluhur
Pada zaman Bapa Leluhur hal yang ditekankan dalam hal ibadat bukanlah
upacara-upacara dan ritus, melainkan hubungan pribadi yang dibarengi
unsur pertemuan Bapa Leluhur dengan Allah.32
1. Adam
Manusia pertama ialah Adam. Setelah Allah menjadikan
manusia, Allah memberkatinya. Ia memberi perintah kepadanya,
supaya memenuhi dan menaklukkan bumi. Allah memberi kepadanya
kuasa untuk memerintah segala ciptaan. 33 Pada Adam Allah langsung
berbicara. Setelah itu adam yang menyampaikan Firman Allah kepada
makhluk yang lain (Kej. 2). Dalam Kejadian manusia jatuh kedalam
dosa. Diceritakan oleh Alkitab, Allah mau bertemu dengan manusia
secara langsung tapi manusia bersembunyi, lari dan tidak mau bertemu
lagi dengan Allah secara langsung.34
31
Arip Surpi Sitompul, Homiletika, (Landasan Teologis, Langkah Praktis Dan Pelaksanaan Teknis
Berkhotbah, Disertai Dengan Contoh-contoh), (Medan: CV. Mitra Medan, 2013), 1.
32
H. H. Rowlwy, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 25.
33
I. Snoek, Sejarah Suci, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 24.
34
Pardomuan Munthe, Catatan Rekaman Akademik Homiletika I Kelas III-C Stambuk 2015, a.n. Boris
A.P. Manurung.

19 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
2. Abraham
Abram adalah nenek moyang Israel yaitu menjadi bapak segala
orang yang percaya. Allah mengasingkannya agar pengetahuan yang
benar akan Allah tetap terpelihara dalam keturunannya.35 Allah
memberikan suatu janji kepada Abram, bahwa Ia akan membuat
Abram menjadi suatu bangsa yang besar. Ketika Abram berangkat dari
Haran ke selatan, akhirnya ia tiba di tanah Kanaan, lalu tinggal di dekat
Sikhem, kemudian ketika di Sikhem Allah memperlihatkan diri kepada
Abram dan Ia menjanjikan akan memberikan negeri itu kepada anak
cucunya (Kej 12: 6-7). Cara bagaimana Allah memperlihatkan diri
kepada Abram tidaklah disebutkan. Allah memberitahukan kepada
Abram, bahwa keturunan Abram akan memperoleh negeri itu.36 Di Kej.
12:1-3 kita mendengar Allah berfirman kepada Abraham supaya ia
pergi dari negerinya dan dari sanak saudaranya serta dari rumah
bapanya ke negeri yang akan ditujukan Allah kepadanya dengan janji,
bahwa Allah akan menjadikan Abraham menjadi bangsa yang besar,
dan menjadikan dia berkat bagi para bangsa.37 Tuhan menampakkan
diri kepada Abram, firmanya: “janganlah takut, Abram, Akulah
perisaimu; upahmu akan sangat besar”.38
Tuhan menampakkan diri kepada Abram, firmanya: “janganlah
takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar”. 39 Ketika
Abram di tanah Kanaan, Allah sekarang menjanjikan kepada Abram,
bahwa Dia yang membawa Abram keluar dari negeri Ur-Kasdim, akan
memberikan tanah Kanaan kepadanya jadi miliknya turun temurun.
Menjelang matahari terbenam tertidurlah Abram dengan nyenyak. Di
dalam mimpinya ia mengalami gelap gulita yang mengerikan. Sekali
lagi Alah menegaskan janjiNya kepada Abram, bahwa keturunannya
akan mendiami Kanaan, tetapi mereka harus mengalami zaman yang
susah lebih dahulu. Sesudah matahari terbenam dan hari menjadi gelap
maka Allah hendak menyatakan kemuliaanNya. Abram melihat sebuah

35
I. Snoek, Sejarah Suci, 36-37.
36
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 97-101.
37
Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), 31.
38
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2016), 118.
39
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2016), 118.

20 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
perapian yang berasap dan sebuah suluh yang menyala. Abram melihat
semacam api yang menyala. Inilah tanda, bahwa Allah mengadakan
perjanjian dengan Abram.40
3. Ishak
Abraham memperoleh segala cara untuk memperoleh anak. Ia
mengambil budak yang lahir dirumahnya sebagai anak (Kejadian 15:2-
3). Sarah melindungi kdudukannya sebagai istri Abraham dengan
memberi budaknya, Hagar sebagai istri kedua dan melalui perkawinan
ini lahirlah Ismael. Tetapi tak satupun dari kedua usaha itu memenuhi
janji Allah seorang putera melalui Sara. Ahirnya ketika usia lanjut
membuat janji itu mustahil menurut manusia, Tuhan memperhatikan
Sara seperti yang difirmankan-Nya, dan Tuhan melakukan kepada Sara
seperti yang dijanjikan-NyaPada masa yang telah ditentukan oleh
Allah, lahirlah anak yang dijanjikan itu, yakni Ishak, yang artinya “ia
tertawa”.41 Seperti pernah terjadi dalam zaman Abraham, terjadilah
juga masa kelaparan di tanah Kanaan, sehingga Ishak terpaksa
meninggalkan tanah itu. Sebenarnya Ishak bermaksud hendak ke
Mesir, tetapi Allah menampakkan diri kepadanya di Gerar, lalu
melarang dia pergi ke Mesir, tetapi menyuruhnya tinggal sebagai
penumpang di negeri yang akan disebutkan Allah kepadanya, yaitu
tanah Gerar (Kej. 26:2). Allah akan menyertainya dan
memberkatinya.42 Kepada Ishak Tuhan meneguhkan perjanjian yang
telah dibuatnya dengan Abraham. Perjanjian itu kemudian di tepati
kepada Yakub, anak yang kedua.43 Ketika timbul kelaparan, Ishak ingin
pergi ke mesir, seperti Abraham dahulu. Tetapi Allah menampakkkan
diri di gerar kepadanya dan melarang untuk pergi ke Mesir. Tetapi
menyuruh dia tinggal sebagai penumpang di negri yang akan
disebutkan Allah kepadanya, yaitu tanah Gerar.44
4. Yakub

40
Ibid, 120-121.
41
I. Snoek, Sejarah Suci, 44.
42
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, 172.
43
I Snoek, Sejarah Suci (Jakarat:BPK-GM, 2016), 47.
44
F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta:BPK-GM, 2016), 172.

21 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Lahirlah Yakub yang berarti orang memegang tumit atau orang
yang cerdik atau penipu.Yakub lebih senang tinggal di rumah
memelihara ternak dan Yakub lebih disayang oleh Ribka.45 Dari
Bersyeba berjalanlah Yakub melalui Betel ke Haran, tempat kediaman
Laban, saudara Ribka. Di Betel, Yakub menerima peneguhan
Janji/Perjanjian Allah dalam suatu mimpi. Batu yang dipakai sebagai
bantal, dan Yakub bermimpi ada didirikan sebuah tangga yang
ujungnya sampai di langit, dan tampaklah beberapa malaikat Allah
turun naik tangga itu. Berdirilah Tuhan disampingnya dan berfirman:
“Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu dan Allah Ishak; tanah
tempat engkau berbaring ini akan kuberikan kepadamu dan kepada
keturunanmu, keturunanmu akan seperti debu banyaknya dan olehmu
serta keuturunanmu segala kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi
engkau, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini (Kej.
28: 10-22).46 Yakub melanjutkan perjalanannya, di Mahanaim dekat
sungai Yabok, Tuhan mempertemukan Yakub dengan malaikat-
malaikatNya (Kej 32:1-2).47
5. Yusuf
Yusuf adalah anak sulung dari Yakub dengan Rahel. 48 Tidak ada
terdapat pertemuan antara Allah dengan Yusuf. Namun Yahweh
menyertai Yusuf sehingga mendapat kasih dan kpercayaan kepada
potifar majikannya (Kej 39:2). Walaupun terdapat sedikit cara Yusuf
beribadat, tetapi iman Yusuf digambarakan sebagai suatu persekutuan
pribadi dengan Tuhan.49
6. Musa
Ketika menggembalakan domba-domba Yitro di Midian, dalam
penggembarannya Musa sampai ke Horeb, “Gunung Allah”. Di sana ia
mendapat penglihatan luar biasa, yaitu semak duri yang menyala

45
Ibid, 169.
46
I. Snoek, Sejarah Suci, 50.
47
Ibid, 52.
48
Ibid, 55.
49
H.H. Rowley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 25.

22 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
namun tidak dimakan api (Kel 3:2). 50
Ketika ia mendekat untuk
melihat keadaan sebenarnya, ia mendengar suara Malaikat Tuhan itu
“Janganlah datang dekat-dekat, tanggalkanlah kasutmu dari kakimu,
sebab tempat dimana engkau berdiri itu adalah tanah yang kudus” (Kel
3:5).
Musa di panggil oleh Allah yang memperkenalkan diri sebagai
Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub (Kel 3: 6a). Waktu ia
mendengarkan perkataan ini, ia menutup mukanya. Allah
memberitahukan kepada Musa, bahwa ia akan di utus pergi menghadap
Firaun untuk menyampaikan hukuman Allah atas Firaun serta
membawa orang Israel keluar dari Mesir. Musa menayakan nama yang
harus diberitahukannya kepada bangsa Israel, jika mereka ini kelak
bertanya kepadanya, siapa yang mengutus dia. Kemudian Allah
menyatakan diriNya kepada Musa dengan nama Yahweh: “AKU
ADALAH AKU”. Lagi Firman Allah: Beginilah kau katakana kepada
orang Israel “AKULAH AKU telah mnegutus aku kepadamu”.51
Demikian hubungan Musa yang sangat dekat dengan Allah. Bahkan
Musa sering diperintahkan untuk menuliskan seluruh peristiwa
tersebut. (Kel 17:14; 24:4; dan 34: 27).52
7. Yosua
Yosua adalah seorang yang berani dan saleh, serta melayani
sebagai alat Allah untuk membawa umat Israel masuk negeri
perjanjian.53 Setelah kematian Musa maka Tuhan berfirman kepada
Yosua, supaya ia bersama dengan Israel menyebrangi sungai Yordan,
sebab Allah akan memberikan seluruh tanah Kanaan kepada orang
Israel, supaya negeri itu menjadi milik mereka. Tugas yang diberikan
kepada Yosua memang berat tetapi Allah selalu menghiburnya, dan
Firman Tuhan mengatakan: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu”. Tuhan
sendiri berperang untuk umatNya, asal Yosua percaya kepada Tuhan.

50
W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, (Jakarta:Gunung Mulia, 1999),
193.
51
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, 262-263.
52
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 51.
53
Andrew E Hill John H Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: YP-GM, 2008), 267.

23 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Allah masih memperingatkan Yosua dan bangsa Israel, bahwa mereka
harus taat kepada firman Tuhan.54
2.2.2. Zaman Para Hakim-hakim
Kitab Hakim-hakim menerangkan tentang pendudukan Palestina
yang belum selesai, dan berisi cerita-cerita para pahlawan yang dipanggil
oleh Allah untuk meneruskan perjuangan itu. Mereka biasanya disebut
hakim tetapi barangkali lebih tepat istilah “pemimpin”. 55 Sewaktu tanah
Kanaan direbut, Tuhan member perintah, supaya semua bangsa Kanaan
dihalaukan sama sekali. Di tanah perjanjian itu Allah ingin, supaya bangsa
Israel beribadah hanyalah kepadaNya saja.56 Pada masa para hakim yang
pertama, bangsa Israel menyeleweng, meskipun berulang kali mereka
disiksa dan dilepaskan, sesudah mereka bertobat. Dimasa Yefta dan
Simson, bangsa Israel mencapai titik kejatuhan yang terdalam. Hidup
mereka selaku satu bangsa terancam bahaya kemusnahan.57 Tetapi
disamping itu nyata pula dalam Kitab Hakim-hakim, betapa besar karunia
Tuhan. Biarpun bangsa Israel senantiasa perjanjian dengan Dia, namun ia
tidak melepaskan bangsa itu. Mereka dihukumNya, supaya bertobat lagi,
dan kalau mereka sudah bertobat, maka dikirimNyalah Hakim-hakim
untuk memimpin mereka. tugas hakim-hakim itu adalah menegaskan
hukum dan keadilan Allah, suapay diinsyafi oleh bangsa Israel lagi. Tetapi
disamping itu juga melepaskan bangsa Israel , kalau ditindas oleh bangsa-
bangsa lain. Jadi pada zaman hakim-hakim itu bangsa Israel diuji oleh
Allah, apakah ia sanggup menjadi bangsa-Nya dan diperintah langsung
oleh-Nya.58
Dengan membaca kisah mengenai pemberian Taurat di Sinai dan
menyimpulkan bahwa hakim-hakim tersebut adalah para petugas yang
ditunjuk Allah untuk mengdadili bangsa Israel apabila mereka melanggar
hukum itu. pada umumnya hakim tidak melaksanakan peradilan, tugas
utama mereka bukan untuk mendengan pengaduan atau pembuat
keputusan hukum. Dalam lingkungan sosial, para penatua atau

54
F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, 391.
55
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta:BPK-GM, 1986), 58.
56
I Snoek, Sejarah Suci (Jakarat:BPK-GM, 2016), 95.
57
I Snoek, Sejarah Suci, 97.
58
F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta:BPK-GM, 2016), 416-417.

24 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
keluargalah yang biasanya melakukan hal itu , sedangkan dalam
lingkungan agama para imam adalah penafsir hukum agama yang
tertinggi. Ternyata “hakim-hakim” disini adalah seorang pemimpin
berkharisma yang dibangkitkan oleh Tuhan dan diberi kuasa oleh rohNya
untuk menangani masalah tertentu. Ia bukan raja dan tidak membentuk
dinasti atau keluarga yang berkuasa. Seorang hakim adalah pria atau
wanita (misalnya hakim wanita , Debora) yang dipilih Allah untuk
mengusir penindas dan mengamankan negeri mereka.59
Pada mulanya masing-masing hakim itu adalah seorang tokoh yang
terkenal hanya dalam satu suku/kelompok dan dalam satu wilayah saja.
Mereka masing-masing muncul untuk menyelamatkan suku/kelompoknya
dari serangan musuh. Mereka adalah pahlawan-pahlawan suku/kelompok
mereka masing-masing dan mungkin hidup sezaman dan mungkin juga
tidak. Mereka juga terkenal karena mereka dipanggil yahweh. Ketika ‘Roh
yahweh’ menguasai mereka (band. Hakim 6:34) mereka dimampukan
untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Mereka merupakan orang-orang
pertama yang menerima kharisma untuk memimpin orang banyak. Mereka
adalah orang-orang yang menerima pemberian Roh Yahweh. Kedudukan
mereka hilang ketika Israel mulai dipimpin oleh raja. Kehidupan
agamaniah dari masing-masing suku sebenarnya berpusat pada satu atau
beberapa tempat suci. Ada tempat suci milik satu suku saja, tetapi ada
juga yang menajdi milik bersama beberapa suku. Semua peraturan
agamaniah dari suku-suku tersebut pada mulanya berpusat pada tempat-
tempat suci lokal seperti itu. masing-masing tempat suci mempunyai
Imam. Kebanyakan dari tempat-tempat suci lokal itu sudah ada jauh
sebelum suku Israel yang bersangkutan datang kesitu. Upacara dan
perayaan agamaniah Kanaan yang bersifat pertanian itu diambil alih oleh
Israel dan diisi dengan makna yang baru. Kalau semula upacara dan
perayaan itu berpusat pada dewa-dewi Kanaan, maka sekarang berpusat
kepada yahweh, Allah Israel.60
2.3. Sejarah Perkembangan Homiletika Zaman Sebelum Pembuangan s/d
Zaman Pembuangan

59
Ibid, 301.
60
S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK GM, 2002), 122-124.

25 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
2.3.2. Zaman Sebelum Pembuangan
1. Yesaya
Nabi Yesasa dapat dikatakan nabi yang paling pengting pada
masa raja-raja Yehuda. Dia menitik beratkan kepercayaan kepada
Allah, kendati dalam keadaan yang paling sukar. Dia tidak hanya
berkhotbah bagi raja-raja saja, tetapi dia juga aktif di bidang politik.
Dengan demikian dia menjadi penolong dan penasihat bagi raja
Hizkia. Pengetahuan akan kekudusan Allah membuka matanya
terhadap realitas dosa bangsa itu dan terhadap hukuman yang akan
datang dari allah. Hanya sedikit sisa bangsa ini akan diselamatkan
dan akan menjadi permulaan dari bangsa yang baru. Yesaya tahu
bahwa Allah memakai kekuasaan dan kekuatan orang asyur untuk
dibatasi pula oleh Allah yang sama. Yesaya menantikan (seorang)
Almasih (Mesias) dari keturunan Daud (fasal 7,9,11)61
2. Yeremia
Yeremia dipanggil untuk mengabarkan hukuman yang akan
datang oleh Allah atas bangsanya dan yang dilaksanakan dengan
jatuhnya Yehuda dan Yerusalem dengan pembuangan ke Babylon.
Nabi ini yang sama seperti Hosea selalu merasai kasih Allah
terhadap Israel dengan begitu kuat, dipakai sebagai utusan Allah
justru pada masa yang gelap itu. Yeremia adalah anak Hilkia yang
tinggal di anator. Nabi Yeremia sendiri mengumpulkan nubuat-
nubuatnya yang diucapkan sampai tahun 60S seb kr.62 Ketika
Yeremia menerima panggilan untuk menjadi nabi (Yer 1:4-10).
Yehuda diperintah oleh raja Yosia.63 Yeremia dipanggil untuk
mengabarkan hukuman yang akan datang oleh Allah atas bangsaNya
dan yang dilaksanakan dengan jatuhnya Yehuda dan Yerusalem
dengan pembuangan ke Babylon.64 Ucapan-ucapan kenabian yang
disdampaikan Yeremia pada mula masa kerjanya berupa peringatan-
peringatan akan segera datangnya malapetaka militer dan politik

61
J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK GM, 1979), 109-111.
62
Ibid, 116-117.
63
S Wismoady Wahono, Disisni Kutemukan, 172
64
J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama (Jakarta:BPK-GM, 2007), 116.

26 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
atas Yehuda.65 Yeremia mempunyai alasan sehingga ia berani
menyampaikan ancaman itu. Ternyata alasan yang dipakai Yeremia
dalam hal nini sama dengan alasan yang pernah dipakai oleh nabi
Hosea. Kedua orang nabi itu sama-sama menuduh umat Allah
sebagai mempelai wanita yang tidak setia kepada Allah. Umat Allah
trelah menyeleweng dan beribadah kepada baal serta melakukan
upacara-upacara amoral yang penuh kejijikan (Bdn Yer 2:1-8, 20-
25, 33-37; 3:1-5, 19)66

2.3.3. Zaman Pembuangan


Masa pembuangan adalah masa diangkutnya bangsa Israel oleh
bangsa Asyur ke babylon. Dimana pembuangan itu merupakan hukuman
Allah atas umat Allah yang berbakti kepada berhala. Masa pembuangan
ini terjadi sekitar abad 7-6 SM, dimana pada waktu pembuangan itu ada
dua orang nabi yang terkenal yakni Yehezkiel dan Daniel. Yehezkiel
diutus terutama kepada orang-orang buangan yang di babel, sedang
daniel bergerak di istana Nebukadnezar.67 Nabi Yehezkiel diangkut ke
pembuangan di Babylon pada tahun 597 seb.ker, dia adalah seorang
imam. Pada tahun 593 seb.kr, dia terpanggil sebagai seorang nabi.
Sampai tahun 587 seb.kr, dia menubuatkan jatuhnya kota Yerusalem dan
sesudah tahun ini, dia menubuatkan kelepasan Israel. Nama lengkap nabi
ini ialah Yehezkiel bin Busi. Dia sering kali dipanggil oleh Allah dengan
sebutan “anak manusia”, suatu gelar yang menitik beratkan kerendahan
Yehezkiel sebagai seorang manusia saja.68
Di pembuangan, Yehezkiel merasakan keputusasaan yang
melanda umat Allah. Yehezkiel seperti menyaksikan penglihatan yang
dramatis tentang medan perang yang penuh dengan kerangka kering,
tetapi lebih dihidupkan kembali oleh roh Allah. Ia memakai gambaran
yang dipakai ulang-tulang kuburan dan kerangka orang mati. Ia memakai
metafora untuk menghidupkan pengharapan mereka berdasarkan kuasa
Allah. Ia percaya kepada kebaikan dan kuasa Tuhan seperti yang tertulis
65
S Wismoady Wahono, Disisni Kutemukan, 172
66
S Wismoady Wahono, Disisni Kutemukan, 173.
67
F. L. Baker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta: BPK GM, 2007), 96.
68
J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 122.

27 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
dalam Hab 3:17-18. Ayat ini menjelaskan bahwa usaha menyampaikan
Firman Tuhan dilakukan para nabi dengan menggunakan metafora dan
bahasa yang indah.69 Konfessiones nabi Yehezkiel terdapat di dalam
pasal; 1-3:15, pasal 3:16a, 22:27 (penglihatan-penglihatan pemanggilan);
pasal 4-5:12 9 perintah untuk melaksanakan tiga perbuatan simbolis),
dll. Di dalam rangka konfessiones ini terdapat beberapa khotbah
kenabian; pasal 6 dst; pasal 12;21-13:23, pasal 14;12-pasal 19; dst.70
1. Yehezkiel
Yehezkiel dipanggil menjadi nabi oleh Tuhan di tanah Babil
pada tahun 597 S.M. di dalam menunaikan panggilan kenabianya
Yehezkiel banyak sekali memakai symbol dan gambaran, disamping
melibatkan kehidupan pribadinya sendiri. semuanya itu dipakai
untuk memberitakan firman Tuhan atau untuk menyampaikan
nubuatnya.71 Ketika Yehezkiel ditugaskan berkhotbah, ia disuru
membuka mulutnya untuk memakan apa yang Allah berikan
kepadanya (2:8). Lalu ia melihat amanat itu dituliskan di depanya
pada suau gulungan kitab, dan itu sama sekali tidak enak. Tulisan
kitab itu ditulisi dengan kata-kata berupa nyanyian ratapan, keluh
kesah dan rintihan, dan tidak ada orang yang ingin untuk
mengumumkan amanat semacam itu. Tapi ia diperingatkan untuk
mengumumukan gulungan kitab itu, untuk mengisi perutnya dengan
itu dan untuk pergi menemui bangsa Israel dan menyampaikan
perkataanKu kepada mereka.72 Yehezkiel diberitahu, bahwa
seandainya ia pergi kepada suatu bangsa yang berbahasa asing,
mereka akan mendengarkan dia, tapi bangsanya sendiri keras kepala
dan tegar hati. Allah berjanji akan mengeraskan kepala-batu
Yehezkiel lebih daripada kepala-batu mereka, sekalipun Ia tidak
pernah berbicara tentang penegaran hatinya (Yeh 2:5-10).73
2. Daniel

69
Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika, (Jakarta: BPK GM,2011), 53-54.
70
J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 123.
71
S Wismoady Wahono, Disisni Kutemukan, 250.
72
Denis J.V Lane, Beritakanlah Firman (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1988), 15.
73
Ibid, 17.

28 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Dalam banyak pengelihatan, yang diterangkan malaikat
kepadanya, Allah memperlihatkan sejarah kerajaan Allah kepadnya.
Kerajaan-kerajaan yang besar akan timbul kelak dan raja-raja agung
dilihatnya dalam pengelihatan itu terlukis seperti binatang-
binatang.74 Dalam kiitab Daniel kita menemukan nubuat tentang
kebangkitan orang mati, yang jelas dalam Perjanjian Lama:
“Banyak diantara mereka yang sudah mati akan hidup lagi;
sebagian akan menikmati hidup yang kekal, dan sebagian lagi akan
mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal juga.” (Dan 12:2).75
2.4. Sejarah Perkembangan Homiletika Zaman Sesudah Pembuangan s/d
Zaman Rasul-Rasul
2.4.1. Zaman Setelah Pembuangan
Kejatuhan Yerusalem dan peristiwa pembuangan memadamkan harapan
yang ditaruh pada Negara dan masa depan mereka yakni harapan yang
dibentuk oleh keyakinan bahwa Allah telah memilih Sion selama-
lamanya sebagai takhtaNya dan telah menjanjikan kepada Daud suatu
dinasti yang kekal. Melalui pekerjaan Ezra dan Nehemia jati diri umat
Allah dibentuk oleh wujud dan isi kepercayaan mereka yang sebelum
pembuangan justru tidak pernah berhasil menjadi pusat kehidupan
mereka. Pelopor utama yang melahirkan jati diri yang baru itu adalah
omam Ezra ahli kitab yang mahir dalam taurat Musa.
1. Ezra dan Nehemia
Ezra dan Nehemia sering dianggap sebagai pendiri
Yudaisme yang sesungguhnya. Ezra tampil sebagai sosok penjaga
moral-religius Yudaisme, sedangkan Nehemia tampil sebagai
pemimpin sipil.76 Melalui pekerjaan Ezra dan Nehemia, jati diri
Israel yang baru Israel dipusatkan disekitar Taurat dan Rumah
Allah. Pada saat yang menentukan ini, melalui pemeliharaan Allah,
jati diri umat Allah dibentuk oleh wujud dan isi kepercayaan
mereka, yang sebelum pembuangan justru tidak pernah berhasil
menjadi pusat kehidupan mereka. semuanya ini terjadi berkat

74
F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta BPK-GM, 2016), 711.
75
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 110.
76
S. Tano Simamora, Bibel Warisan Iman Sejarah dan Budaya, (Jakarta: OBOR, 2013), 190.

29 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
pembaruan Ezra dan Nehemia.77 Jadi kitab Ezra tiba di Yerusalem
dengan kuasa dan semangat untuk mengatur kembali masyarakat
agar mereka hidup sesuai dengan hukum taurat. Bila dikatakan Ezra
berhasil melaksanakan Pembangunan kerohanian umat yang baru iu,
maka maka Nehemia berhasil juga memantapkan kondisi fisiknya,
ketika memangku jabata tinggi di Yehuda berada dalam kesulitan
yang besar dan dalam keadaan tercela. Ia berhasil mengusahakan
dirinya agar terangkat sebagai Bupati sehingga dengan wewenang
dan sumber daya yang ada, ia dapat kembali membangun tembok
itu. Dari doa-doa dan kesalehannya nyata bahwa ia mempunyai
keyakinan yang kuat akan agamanya. Karya merka berdua berhasil
mempersatukan jati diri Israel dengan kehidupan keagamaan
sedemikian rupa, sehingga umat Allah, firman Allah dan janji-janji
keselamatan-Nya terpelihara sampai pada saat Allah menggenapi
semua kerinduan dan harapan perjanjian yang lama dalam diri dan
karya Kristus.78
2. Hagai dan Zakaria
Kitab Hagai dan Zakharia ditulis sesudah orang Yahudi
kembali dari pembuangan, kedua nabi itu membimbing dan
mendorong umat Allah dalam pekerjaan membangun kembali
Rumah Tuhan.79 Kedua kitab ini sangat menekankan pentingnya
ibadah kepada Allah ditempat yang baik. Hal itu cocok dengan
keadaan orang Israel sesudah masa pembuangan Babil. Mereka
harus membangun Bait Allah agar ibadah dapat berlangsung
sebagaimana mestinya.80 Kitab Hagai dan Zakharia ditulis sesudah
orang Yahudi kembali dari pembuangan, kedua nabi itu
membimbing dan mendorong umat Allah dalam pekerjaan
membangun kembali Rumah Tuhan.81 Kedua kitab ini sangat
menekankan pentingnya ibadah kepada Allah ditempat yang baik.
Hal itu cocok dengan keadaan orang Israel sesudah masa

77
W. S. Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK GM, 2016), 443.
78
Lasor. W S, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 442-448.
79
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 116.
80
S Wismoady Wahono, Disisni Kutemukan, 265.
81
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 116.

30 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
pembuangan Babil. Mereka harus membangun Bait Allah agar
ibadah dapat berlangsung sebagaimana mestinya.82
3. Maleakhi
Pada zaman ini yang di tekankan adalah pertobatan, karena
bangsa Israel tidak setia kepada Allah. Sehingga firman Tuhan yang
disampaikan oleh Nabi Maleakhi yang ditujukan kepada para imam-
imam, yang dimana ada rujukan kepada persembahan kurban dan
Tuhan akan datang untuk menghukum yang berzinah dan yang
bersumpah dusta serta orang-orang yang menindas orang-orang
upahan hingga pada masa ini, mengingatkan kembali agar bangsa
Israel bertobat.83 Pada zaman Maleakhi bertujuan untuk
mengembalikan orang Yahudi kepada hubungan baik dengan Allah.
Metode yang di pakainya adalah menunjukkan secara teliti sebab-
sebabnya penderitaan Jasmani dan kemerosotan rohani serta
menerangkan langkah-langkahnya yang di perlukan agar kehidupan
masyarakat dapat di perbaharui, dan untuk membangun prioritas-
prioritas rohani dalam umat Allah yang telah di pulihkan. 84 Pada
masa Maleakhi bernubuat, banyak orang tidak setia pada Tuhan dan
tidak mengutamakan kehendak Tuhan. Umpamanya mereka tidak
membayar persembahan persepuluhan dengan lengkap. Maleakhi
mengajak mereka supaya memulihkan hubungan yang baik dengan
Tuhan dan melaksanakan kewajiban-kewajiaban mereka termasuk
persembahan persepuluhan itu. Kalau mereka berbuat begitu, Tuhan
akan mencurahkan berkat kepada mereka sampai berkelimpahan
(Mal 3:6-12).85 Selain itu nabi juga menubuatkan kedatangan
seorang utusan (3:1) untuk memberitakan kedatangan Tuhan
sendiri.86

2.4.2. Zaman Rasul-rasul


1. Yesus

82
S Wismoady Wahono, Disisni Kutemukan, 265.
83
J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 1979), 30.
84
Dennis Green, Pengenalan Perjanjian Lama, 214.
85
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 116.
86
J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, 144.

31 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Yesus dalam ajarannnya menegaskan bahwa Dialah pokok
utama dari nubuat para nabi dalam PL.87 Mengajar merupakan
suatu hal yang sangat disukai oleh Yesus. Metode mengajar Yesus
yang paling terkenal adalah perumpamaan yaitu penggambaran
suatu keadaan rohani melalui suatu uraian tentang peristiwa atau
keadaan yang lazim terjadi. Terkadang Yesus juga menggunakan
argumentasi dalam ajaranNya dengan mengambil dasar dari kitab
suci bukan berdasarkan kesimpulan atau dugaan abstrak. Selain
itu, Yesus juga menyukai metode pertanyaan dan jawaban. Dan
dalam beberapa kesempatan ia mengajar pula dengan contoh yaitu
Ia memangil seorang anak kecil untuk menggambarkan
kerendahan hati (Mat. 18: 1-6).88 Dalam Perjanjian Baru Nampak
bahwa Yesus Kristus sendiri menganggap hal mengajar orang
sebagai tugas-Nya yang paling penting (mark 1:38-39). Disamping
itu ia menyembuhkan orang sakit dan membuang setan-setan, akan
tetapi hal itu dianggap sebagai tanda-tanda saja yang mengiringi
pekabaran Injil sambil meneguhkanya (Mark 16:20). Itulah
sebabnya Yesus menyuruh murid-murid-Nya menjadi saksi-saksi-
Nya sampai ke ujung bumi 9 Mark 16:15; Kis 1:8).89
2. Rasul –rasul
Sejumlah catatan pelayanan para rasul yang memberitakan
firman Tuhan memberikan gambaran gaya atau model Khotbah
pada masa perjanjian Baru. Kisah Para Rasul 2 menuliskan
pengalaman Rasul Petrus Berkhotbah pada hari pentakosta. Petrus
menggunakan dasar perjanjian lama dan menghubungkan dasar itu
kepada Tuhan Yesus. Petrus berpijak pada perjanjian Daud dan
menunjukkan Tuhan Yesus yang disalibkan, mati dan bangkit
merupakan penggenapan perjanjian Daud bapa leluhur mereka.
Sementara itu Kisah Para Rasul 10 mencatat kisah Rasul Petrus
yang berbicara dan memberitakan Firman Tuhan diantara orang
non-Yahudi. Petrus menyatakan pergumulannya untuk dapat

87
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, 6-7.
88
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2017), 269-272.
89
H. Rothlisberger, Homiletika (Jakarta:BPK-GM, 2005), 5.

32 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
berkumpul dengan mereka, tetapi Allah menunjukkan sesuatu yang
lain, sesuatu perjalanan lain akan kehendak Allah. Petrus
menggunakan model naratif (bercerita) dan menjelaskan
perubahan hatiya. Sesungguhnya tidak ada hal baru pada khotbah
Petrus. Ia hanya mengkotbahkan kisah lama yang diceritakan
kembali dengan penuh keyakinan.90
Cara khotbah Petrus dan Paulus dalam Kisah Para Rasul
mencerminkan cara berkhotbah yang lazim pada akhir abad
pertama (zaman Lukas sendiri). Khotbah-khotbah Paulus dan
Petrus bukanlah khotbah yang langsung tetapi merupakan corak
literer, dimana ada pokok-pokok tertentu seperti tema. Misalnya
khotbah Petrus sesudah penyembuhan seorang lumpuh di Gerbang
Indah (Kis 3:11-26). Orang-orang yang sedang berkumpul dan
keadaan tersebut merupakan kesempatan bagi Petrus dan Yohanes
untuk memberitakan khotbah misionernya kepada orang-orang
tersebut. Petrus dan Paulus memulainya dari janji-janji Perjanjian
Lama hingga penggenapannya sampai kepada kebangkitan Yesus.
Kemudian ada panggilan hangat “kamu perlu bertobat
meninggalkan kejahatan”.91 Khotbah Paulus, Barnabas dan para
rasul lainya disebut “suatu pemberitaan tentang kasih karunia”.
Dalam Kisah Para Rasul 2, khotbah Petrus dalam hari Pentakosta,
3000 orang dibabtiskan sebagai jawaban kepada firman Allah yang
dikabarkan. Dalam Kisah Para Rasul 10 tentang khotbah Petrus di
Kaesarea ketika ia memakai gaya berkhotbah naratif (bercerita)
dan menjelaskan perubahan hatinya sendiri.92 Mengenai dirinya
sendiri rasul Paulus mengaku: “sebab Kristus mengutus aku bukan
untuk membabtis, tetapi untyk memberitakan Inji” (1 Kor 1:17). 93
Perkembangan Homiletika pada masa rasul-rasul merupakan hal
yang menyampaikan berita-berita keselamatan yang dilakukan

90
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, (Yogyakarta: Andi, 2013), 111.
91
E.P.Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah: Sebuah Pengantar Homilitika Masa Kini, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2017), 8-9.
92
E.P. Gintings, Homiletika dari Teks sampai khotbah (Bandung:Bina Media Informasi, 2012). 106-
107.
93
H. Rothlisberger, Homiletika, 5-6.

33 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
oleh Allah dalam diri Yesus atau dapat dikatakan bahwa para
Rasul adalah berpusat pada Yesus Kristus.94
III. Tambahan Dari Catatan Senior
Bapa leluhur siapa? Harus dipandang dari 2 sisi, yaitu Bapa leluhur umum dan
Bapa leluhur Israel. Dalam setiap suku, masing-masing memulai Bapa leluhurnya dari
Adam. Dalam Israel, Bapa leluhurnya dimulai dari Abraham. Pada Adam, Allah
langsung berbicara, setelah itu Adam yang menyampaikan Firman Allah kepada
makhluk yang lain (kej 2). Kejadian 3: Manusia jatuh ke dalam dosa. Diceritakan oleh
Alkitab, Allah mau bertemu dengan manusia secara langsung tapi manusia
tersembunyi, lari dan tidak mau bertemu lagi dengan Allah secara langsung. Ibrani
1:1-2 dikatakan “pada zaman dahulu kalah Allah berbicara kepada manusia dengan
berbagai cara dan dengan perantaraan nanti, pada akhirnya Dia berbicara dalam Yesus
Kristus.” Dengan berbagai cara di mulai pada zaman Nuh dan Abraham: peristiwa air
bah (pada Nuh) mengikat perjanjian dengan Abraham dilakukan dengan fenomena
alam. Pada zaman Abraham Allah berbicara dalam bentuk api. Maksudnya jika
melawan Allah, maka akan terpotong-potong dengan api seperti pada korban
kebakaran. Selanjutnya Allah berbicara dengan suara dari langit. Tetapi yang menarik
adalah kepada orang di rumah Abraham. Misalnya kepada Sarah, Hagar, Lot: Allah
berbicara dengan perantaraan malaikat (disitulah mula-mula Allah mengutus
malaikat). Ada beberapa kali malaikat berkunjung ke rumah Abraham. Ketika
malaikat berkunjung, Abraham langsung menyambutnya dengan istimewa. Di zaman
Yakub, Allah berbicara kepada Yakub melalui mimpi, lalu ada beberapa kali bertemu
dengan malaikat. Yusuf sama sekali tidak ada menerima langsung Firman dari Tuhan
ataupun dari malaikat. Kemudian selama 400 tahun, Israel di Mesir, Allah tidak
berbicara dengan apapun, sampai bangsa Israel tidak tau nama Allah. Lalu setelah
jeritan Israel sampai kepada Tuhan, maka Tuhan Allah mengingat bahwa ada
perjanjian dengan dengan Israel dengan Abraham, lalu dipilihnya lah Musa (Kel. 7:1-
2). Musa dipilih Allah jadi Allah dan Allah jadi Nabinya. Itu berarti Allah tidak
berbicara langsung kepada Harun, Firaun dan Umat Israel.
Allah berbicara kepada Musa. Lalu Musa menyampaikan kepada Harun dan
Harun kepada Firaun dan bangsa Israel artinya Allah tidak berbicara langsung kepada
Israel, tapi Musa lah yang menajdi bukti kehadiran Allah, itu sebabnya ketika Musa
pergi ke Gunung Sinai dan tidak pulang, maaka bangsa Israel menuntut kepada
94
Hasan Susanto, Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah, (Malang: Gandum Mas, 2007), 21.

34 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Harun: “berikan kami bukti adanya Allah”. Kemudian pada zaman Musa ini, pernah
dipanggil 40 hari 40 malam naik ke gunung dan selam itu dia diperintah Allah
menuliskan kitab taurat (Kel 34, 37, 38). Dalam Bilangan 33:2 Musa rajin menulis.
Musa menuliskan perjalanan, tempat-tempat persinggahan sesuai dengan titah Tuhan.
ketika terjadi succesi kepemimpinan Musa kepada Yosua, Yosua merasa tidak berani
kepada Musa Allah selalu menyertai, sedangkan aku (Yosua) tidak mungkin disertai
Allah. Tatpi akhirnya Allah berbicara langsung kepada Yosua dalam Yosua 1:8. Kitab
suci menjadi acuan untuk mempercakapkan tentang Allah. Caranya dengan
merenungkan siang dan malam kitab taurat. Setelah zaman Yosua, akhirnya bangsa
itu masuk Kanaan menempati tanahnya masing-masing. Jadi mereka tidak lagi
mengerti kitab suci, maka terulang-ulang mengalami penindasan bangsa lain. Di
dalam Yosia, menyadari hal itu, ketika ditemukan kitab taurat di bait Allah, maka
diadakan reformasi oleh Yosia untuk mengembangkan hidup menurut Hukum taurat
Tuhan, tapi setelah itu tidak hidup menurut hukum taurat. Dalam Nehemia 8 :
pembacaan kitab hukum hari raya pondok daun (Neh. 8:1-5). Pada ayat 5 sudah ada
mimbar kayu disebelah kanan berdiri metica, sema, Anaya, uria, hizkia dan maaseya
dan disebelah kiri berdiri pedaya, Misael, Hasim, Hasbadana, Zakaria, dan Mesulam.
Pada ayat 6 Ezra membaca kitab dan seluruh umat melihat membuka kitab karena ia
diatas mimbar. Semua orang berdiri. Mengapa? Karena kitab ini dianggap bukti
kehadiran Allah. Pada ayat 7 Ezra berlutut dan menyembah Tuhan. Tuhan yang
dimaksud disitu adalah Alkitab. Pada ayat 8-9 pembacaan taurat itu disertai
keterangan supaya dimengerti, karena dianggap Firman Tuhan maka prnting untuk
dimengerti. Zaman rasul metodenya seperti metode Yesus dengan ilustrasi.
IV. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Homiletika merupakan suatu
kegiatan bercakap-cakap untuk menyampaikan keinginan Allah. Melalui dari zaman
bapa leluhur sampai zaman rasul Allah menyampaikan firmanya melalui orang-orang
pilihanya, memakai Nabi-nabi dan Yesus Kristus sebagai perantara penyampaian
firmanya. Allah menyatakan dirinya mulai dari menyatakan diri kepada bapa leluhur,
dengan berulang-ulang Allah memperlihatkan atau memperdengarkan diri-Nya, atau
dengan cara lain menyatakan kehadiranNya. Demikian pula Allah menyatakan
diriNya di tempat-tempat tertentu dan Allah juga menyatakan diri dengan berbagai
jalan. Dalam perkembangannya Allah menyampaikan keinginannya dengan

35 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
perantaraan para nabi hingga pada zaman para rasul cara berhomiletika sudah berbeda
yaitu dengan mengkhotbahkan atau mempercakapkan Yesus Kristus.
V. Daftar Pustaka
Andrew E Hill John H Walton, Survei Perjanjian Lama. Malang: YP-GM, 2008.
Baker, David L. Mari Mengenal Perjanjian Lama. Jakarta: BPK-GM, 1986.
Bakker, F. L. Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama. Jakarta: Gunung Mulia,
2016.
Blommendaal, J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK GM, 1979.
Denis J.V Lane, Beritakanlah Firman. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1988.
Ginting, E.P. Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya. Yogyakarta: Andi, 2013.
Gintings, E.P. Homiletika dari Teks sampai khotbah. Bandung: Bina Media Informasi,
2012.
Gintings, E.P. Khotbah dan Pengkhotbah. Jakarta: BPK GM, 1998.
Harun Hadiwijono, Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.
John H Walton, Andrew E Hill. Survei Perjanjian Lama. Malang: YP-GM, 2008.
Lasor, W. S. Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah. Jakarta: Gunung
Mulia, 1999.
Munthe, Pardomuan. Catatan Rekaman Akademik Homiletika I Kelas III-C Stambuk
2015, a.n. Boris A.P. Manurung.
Rothlisberger, H. Homiletika. Jakarta: BPK-GM, 2005.
Rowlwy, H. H. Ibadat Israel Kuno. Jakarta: Gunung Mulia, 2004.
Saragih, Agus Jetron. Kitab Ilahi. Medan: Bina Media Perintis, 2016.
Simamora, S. Tano. Bibel Warisan Iman Sejarah dan Budaya. Jakarta: OBOR, 2013.
Sitompul, Arip Surpi. Homiletika (Landasan Teologis, Langkah Praktis Dan
Pelaksanaan Teknis Berkhotbah, Disertai Dengan Contoh-contoh). Medan: CV.
Mitra Medan, 2013.
Snoek, I. Sejarah Suci. Jakarta: Gunung Mulia, 2015.
Susanto, Hasan. Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah. Malang: Gandum Mas,
2007.
Tambunan, Lukman. Khotbah dan Retorika. Jakarta: BPK GM, 2011.
Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2017.
Wahono, S. Wismoady. Disini Kutemukan. Jakarta: BPK GM, 2002.

36 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Bab III

Sejarah Perkembangan Homiletika

D. Zaman Gereja Mula-Mula S/D Diakui Homiletika Sebagai Cabang Ilmu Theologia

E. Homiletika Sebagai Alat Propaganda Doktrin Gereja (Reformasi Dan Kontra Reformasi)

F. Homiletika Sebagai Usaha/Menggali Kekayaan Harta Rohani (Zaman Pietisme Dan


Penginjilan)

Oleh: Candra Lubis,Narta Marbun & Nenci Riama Adella Sinaga

Abstrak
Tujuan dari penulis ini adalah untuk memberikan suatu pengajaran bahwa
sejak gereja zaman mula-mula sudah memakai Alkitab (kis 2), dan dimana pada
zaman gereja mula-mula sudah ada peribadahan dirumah-rumah. Pada abad ke-2,
sudah ada system pemerintah gereja, Aleksander sudah ada keuskupan, jikalau
sudah ada pemerintah gereja, berarti sudah ada penataan gereja. Sejak abad ke-3,
sudah ada perayaan natal. Pengaruh reformasi orang mengaku dirinya dekat

37 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
dengan Tuhan, mengajarkan supaya bagaimana dekat dengan Tuhan. Namun yang
terjadi adalah permusuhan dekat dengan Tuhan tapi jauh dari kawan. Dari
reformasi terbentuk kelompok-kelompok, misalnya: Luther, Calvin, Zwingly, dll.
Dan di abad reformasi ada propaganda: mengkampanyekan ajaran-ajaran mereka
kepada setiap orang supaya jadi pengikutnya. Disamping tulisan sebagai
kampanye, digunakan juga dengan khotbah. Tokoh-tokoh yang melihat itu ingin
supaya rakyat ini menghargai hidupnya dan mengetahui bahwa hidup ini berharga
di mata Tuhan. Diantara tokoh salah satunya Jacob Spener, dan France. Lalu
mereka mulai dengan mengumpulkan orang dalam kelompok-kelompok kecil.
Kata kunci: Ilmu Theologia, reformasi/ kontra reformasi, harta rohani,
penginjilan.
I. Pendahuluan
Homiletika yaitu ilmu bercakap-cakap yang di dalamnya mempercakapkan
tentang Yesus Kristus dalam peribadahan yang memiliki sejarah perkembangan
sesuai zamannya. Dimana Homiletika memiliki kedudukan atau peran penting
dalam sebuah tata ibadah dalam gereja, karena memberitakan Firman Tuhan
merupakan tugas inti dan utama oleh setiap gereja. Sehingga dapat di lihat bahwa
homiletika berkembang secara cepat namun perkembangan homiletika mengalami
kontroversi dari setiap tokoh atau bapa-bapa gereja yang mengemukakan pendapat
nya mengenai homiletika atau ilmu khotbah ini.
II. Pembahasan
1. Pengertian Homiletika
Istilah homiletika berasal dari kata sifat Yunani humiletika yang
dihubungkan dengan kata techne, jadi techne homiletika, artinya “ilmu
pergaulan” atau “ilmu bercakap-cakap”. Dalam kata sifat homiletika
terkandung kata benda homilia yaitu pergaulan (percakapan) dengan
ramah-tamah. 95
Istilah Homiletika ini juga merupakan suatu ilmu
pengetahuan atau keterampilan dalam homilia, atau keduanya sekaligus,
yaitu menguraikan hal susunan khotbah-khotbah dan ceramah Kristen. Jadi
homiletika adalah keterampilan dan ilmu pengetahuan perihal
berkhotbah.96

95
H. Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 6.
96
William Evan, Cara Mempersiapkan Khotbah, (Jakarta: BPK GM, 2002), 1.

38 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
2. Zaman Gereja Mula-mula s/d Diakuinya Homiletika Sebagai Cabang
Ilmu Teologi
1. Zaman Gereja Mula-mula
Pada masa sesudah rasul-rasul (kira-kira 70-140) terjadilah perubahan-
perubahan besar dalam Gereja Kristen yang masih dianggap muda,
baik secara lahiriah maupun secara batiniah. 97 Pada masa gereja mula-
mula, naskah khotbah belum menjadi naskah yang tetulis. Hal yang
dilihat dan dialami oleh para murid adalah dasar pemberitaan. Dalam
sejarah selanjutnya hal yang dilihat, dialami, dan dikabarkan itu ditulis
atau dibuat secara tertulis. Sebelumnya teks khotbah, selain naskah-
naskah Perjanjian Lama adalah tradisi-tradisi lisan.98 Jemaat mula-
mula menggunakan bahan-bahan lama dengan mengolahnya menjadi
sesuatu yang baru (bahan lama menjadi baru) sesuai konteksnya. Oleh
karena itu ada banyak jenis khobah dalam jemaat mula-mula. Marcion
menyebutkan bahwa seluruh Perjanjian Baru merupakkan jilid dari
khotbah-khotbah aslinya, yaitu Yesus Kristus yang lambat laun
menjadi tertulis, kemudian menjadi kanon Alkitab. 99
2. Khotbah Menurut Para Bapa Gereja
a. Origenes (185-254)
Origenes ialah ahli theologia, yang banyak meninggalkan khotbah
bagi kita, yang ditulisnya pada tahun-tahun akhir hidupnya. 100
Menurut Origenes, homiletika adalah ilmu (pengetahuan) yang
menerangkan atau menjelaskan arti, isi, maksud, dan tujuan firman
Tuhan. pada zaman Origenes ini, cara atau metode untuk
menerangkan atau menjelaskan isi, maksud, dan tujuan Firman
Tuhan sangat dicari. Ia mempelopori munculnya metode
menerangkan dan mengkhotbahkan firman Tuhan secara somatis,
psikis, dan pneumatik. Somatis berarti menerangkan firman Tuhan
sesuai tujuan, maksud, dan arti yang tertulis. Psikis artinya mencari
pengertian lain yang lebih luas dari yang tertulis dalam teks. Jadi,
kita mencari dan mengusahakan keterangan khotbah yang lebih
97
H. Berkhof. I .H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 10.
98
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, (Yogyakarta: ANDI, 2013), 108.
99
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, 108.
100
J.L. Ch. Abineno, Ibadah Jemaat dalam abad-abad Pertama, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 13.

39 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
luas dan mendalam. Penumatis (roh) artinya jauh lebih dalam lagi
dari pada arti psikis. Dalam kaitan inilah timbul pengajaran dan
pengertian Origenes akan pentingnya metode alegoris, yaitu
mengatakan yang lain daripada yang diucapkan. Alegoris berasal
dari kata allos yang artinya lain dan lego artinya mengatakan.101
b. Agustinus (354-430)
Agustinus adalah teolog Kristen yang terbesar setelah Rasul
Paulus. Ia adalah sang Bapa Gereja Barat. 102 Ia tidak memakai ilmu
retorika dalam khotbah. Ia mengembangkan lambang (simbol) dan
menganggap hermeneutik merupakan satu bagian dari ilmu
semantik (arti kata). Ia menekankan pentingnya persiapan rohani
seorang penafsir, pimpinan Roh Kudus, pengartian harfiah, dan
aspek sejarah teks dalam penafsiran. Agustinus menyatakan bahwa
khotbah mencakup unsur mengajar (docere) dan menyenangkan
hati (delectere). Khotbah merupakan percakapan yang penuh arti
atau flektere, yaitu percakapan yang menimbulkan rasa cinta,
keinginan, dan kerinduan akan isi percakapan dalam khotbah.103
Dan dalam khotbah harus ada aspek moveat agar khotbah tidak
hanya menjadi obat telinga (membuat orang tertawa, dan obat itu
hilang ketika khotbah selesai).104 Sehingga Agustinus merumuskan
3 tujuan khotbah yaitu:
- Peteat : supaya kebenaran semakin luas diketahui
- Placeat : supaya kebenaran diterima dengan gembira
- Moveat : supaya kebenaran semakin menggerakkan orang.105
c. Yohanes Krisostomus (354-407)
Yohanes Krisostomus adalah tokoh Penafsiran aliran Antiokhia
yang menolak aliran penafsiran alegoris. Ia terkenal sebagai
pengkhotbah ulung yang tidak pernah lelah dalam pekerjaanya.
Menurutnya, arti harafiahlah yang utama, sedangkan arti alegoris
dan tipologi adalah arti kedua. Ia menekankan tata bahasa dan
101
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, 120.
102
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 38.
103
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, 122.
104
E.P. Ginting, Homiletika dari Teks sampai Khotbah, (Bandung: Bina Media Informasi, 2012), 114-
115.
105
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, 122.

40 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
aspek sejarah dalam hermeneutis penafsiarannya. Menurutnya,
orang yang mempelajari theologi memiliki tujuan mengkhotbahkan
firman Tuhan. artinya, bagi orang itu, menafsirkan Firman Tuhan
sama dengan berkhotbah. Selain mengandung aspek pendidikan,
khotbah juga membangkitkan roh pembangun di jemaat (1
Kor.3:10, 1 Kor.14:26). Jadi, setiap pengkhotbah mengarahkan
setiap pendengar khotbah untuk turut aktif berpartisipasi dalam
pembangunan jemaat.106
3. Perkembangan Diakuinya Homiletika Sebagai Cabang Ilmu
Teologi
Perkembangan Homiletika mempunyai hubungan erat dengan
perkembangan gereja. Pertumbuhan Gereja secara kualitas dan
kuantitas sangat ditentukan oleh pelayanan diatas mimbar. Dengan
mengganti homiletika orang mengenal seberapa serius gereja
melakukan pelayanan misi. Sejarah menunjukkan bahwa homiletika
merefleksikan interaksi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.107
Dalam sejarah Gereja, sampai abad ke-5 kata “homilein”
diterjemahkan ke dalam Alkitab bahasa Latin (Vulgata) dengan istilah
“sermo” (sermon) adalah suatu pekerjaan menafsirkan teks Alkitab
untuk dikhotbahkan. Lalu pada akhir abad ke-17 istilah homoletika
telah dipakai sebagai ilmu berkhotbah. Pada masa gereja dalam abad
pertengahan sampai dengan diakuinya homiletika sebagai cabang ilmu
teologia.108
3. Homiletika Sebaga Alat Propaganda Doktrin Gereja (Reformasi dan
Kontra Reformasi)
Dalam KBBI, Propaganda adalah penerangan (paham dan pendapat) yang
benar atau yang salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan agar
orang menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. 109
Sedangkan kata “doctrin” digunakan (mis. Ul. 32:2) untuk pengajaran atau
perintah dalam Perjanjian Lama, yang merujuk pada Taurat yang telah

106
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, 124.
107
Hasan Susanto, Homiletika Prinsip dan Metode Berkhotbah, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 13.
108
E.P. Ginting, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta: BPK-GM,2012), 2.
109
…Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 84.

41 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
diberikan dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Yesus mengecam orang
Farisi karena mengajarkan doktrin-doktrin perintah manusia (Mar. 7:7)110
1. Homiletika Sebagai Alat Propaganda Doktrin Gereja Pada
Reformasi
Reformasi adalah gerakan untuk mengadakan suatu pembaharuan
Kristen Barat yang dimulai sejak abad ke -14 hingga abad ke-17.
Reformasi ini menekankan untuk kembali kepada Gereja mula-
mula.111 Gereja Reformed berakar pada serangkaian usaha
membaharui moral dan peribadahan gereja agar lebih sesuai
dengan pola yang terdapat dalam Alkitab. 112 Sehingga Para
Reformator terkenal dengan sikap mereka yang sangat
menghormati Alkitab (Sola Scriptura).113
A. Martin Luther
Luther mulai berkhotbah dan mengajar tentang pemahaman
barunya. Luther menulis 95 dalil melawan surat-surat
penghapusan siksa.114 Bagi Luther yang terpenting dalam
ibadah adalah bagaimana agar jemaat mengalami dengan nyata
tindakan penyelamatan Allah di dalam Kristus.115 Alkitab
mempunyi otoritas tertinggi, lebih tinggi dari gereja. Alitab
dapat dimengerti dan bersikap konsekuen. Kualitas manusia
dalam mengerti Alkitab adalah ketidaktahuannya tentang arti
dan tata bahasa dari Alkitab. alkitab harus ditafsir dalam
pengertian sederhana dan mempertahankan tata bahasanya.
Luther mengartikan Firman Tuhan adalah Kristus. Tuhan Allah
menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus. Firman itu telah
menjadi daging dan kenyataan itulah yang menjadi kitab suci
(Alkitab). dalam visi ini khotbah gereja menjadi firman Tuhan.
di Bait Allah tidak boleh ada sesuatu pun yang menggambarkan
atau mengimajinasikan gambar Baal dan dewa-dewa. Secara

110
W.R.F. Browing, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 84
111
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 391-392.
112
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 9.
113
Hasan Susanto, HermeneutikPrinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, (Malang: Seminar Asia
Tenggara, 1995), 151.
114
Tony Lane, Runtut Pijar, 132-133.
115
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 49.

42 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
bertahap dan dengan penuh tolerasi ia hanya mengijinkan tiga
meja di dalam pembaacan Alkitab, meja untuk pembacaan injil
dan pemberitaan firman Tuhan dan meja untuk perjamuan
kudus.116
B. Ulrich Zwingly
Zwingly berpendapat bahwa suatu doktrin tidak boleh
berlawanan dengan akal.117 Ia melalui pembaharuan gereja
melaui seminar Perjanjian Lama di Zurich pada 1525. Zwingly
bersama dengan teman-ttemannya berusaha menafsirkan kitab-
kitab Perjanjian Lama. Setelah selesai, mereka mengadakan
satu seminar dan khotbah untuk rakyat. Menurut zwingly,
khotbah adalah eksplicatio (menggali firman Tuhan) dan
aplicatio (menghubungkannya dengan kehidupan konkriet).
Dari seminar dan khotbah tersebut muncullah “kebaktian
khotbah”. Kebaktian khotbah merupakan unsur pembaharan
gereja dan inilah sumbangan zwingly untuk homiletika.
Menurut zwingly, khotbah harus didasarkan pada Alkitab yang
sudah dituliskan dalam kanon Alkitab, bukan atas yang lain.
firman Tuhan Allah dalam Alkitab ada karena kuasa Roh
Kudus. Ia juga berpendapat bahwa khotbah merupakan
pengantara keselamatan dan alat utama untuk pendidikan orang
Kristen.118
C. Yohanes Calvin
Calvin menekankan 3 hal mengenai Khotbah, yaitu: hubungan
Alkitab dengan Roh Kudus, Alkitab dengan Kepercayaan, dan
Alkitab dengan Khotbah.119 Bagi Calvin tata ibada bukan hanya
merupakan soal praktis dan incidental yang bisa disusun dan
diselenggarakan menurut selera dan suasana sesaat. Baginya
Ibadah dan tata ibadah berkait erat, bahkan merupakan satu
kesatuan, dengan pokok-pokok ajaran mendasar, sebab gereja
mengungkapkan imannya melalui ibadah. Dengan kata lain,
116
E.P. Ginting, Homiletika Dari Teks sampai Khotbah, 118-119.
117
Tony Lane, Runtut Pijar, 144.
118
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, 134-135.
119
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, 135

43 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
apa yang diyakini gereja terungkap secara nyata dalam
ibadahnya. Justru karena hubungan erat antara keyakinan atau
ajaran dengan ibadah, Calvin bersama para reformator 5.
lainnya tidak hanya melakukan pembaharuan dalam hal ajaran,
melainkan juga dalam hal ibadah-ibadah Calvinis. Lutheran
bepusat pada pemberitaan Firman atau Khotbah. Calvin
memberi perhatian yang lebih jauh besar datas penataan ibadah,
sejalan dengan perhatian besarnya atas tata gereja.120
2. Homiletika Sebagai Alat Propaganda Doktrin Gereja pada
Kontra Reformasi
Kontra Reformasi adalah suatu gerakan yang melawan
pembaharuan Gereja seperti yang dipelopori oleh Luther. Tetapi
serentak juga hal itu merupakan suatu pembaharuan Gereja
Katolik-Roma sendiri tentu saja atas dasar theologia abad
pertengetahan. Kontra reformasi dimulai sekitar tahun 1540.121 Hal
ini hadir untuk mengadakan pembaharuan dalam gereja serta
memusnahkan atau membatasi perluasan gerakan reformasi pada
abad ke-16. Dalam rangka itu pua, serikat Yesuit didirikan oleh
Ignatius dari Loyola pada tahun 1543 untuk mempertahankan GKR
penggerogotan gerakan reformasi. Maka konsili Trente diadakan
juga dalam rangka semangat Kontra Reformasi. Semangat Kontra
Reformasi mengakibatkan gerakan reformasi dibatasi dan adanya
pembahruan dalam tubuh GKR.122
A. Serikat Yesuit
Ignatius Loyola adalah pendiri Serikat Yesuit, ordo Yesuit
bermaksud untuk mempertahankan keyakinan Bulla yang
berjudul “Regini Militantis Ecdesiae” 123 tujuan Serikat Yesuit
ialah mengumpulkan seluruh dunia di dalam Gereja Kristus,
yaitu Gereja Katolik. Hal itu berarti bahwa ordo itu adalah
sebuah badan missioner. Anggotanya mengabarkan Injil kepada

120
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, 75.
121
Th. Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 197.
122
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 249.
123
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,
2011), 109.

44 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
orang yang bukan Kristen dan berusaha untuk menanggulangi
bidat (reformasi). Disamping itu rakyat Katolik harus di beri
bimbingan juga.124 Sebagai akibat perkembangan ini kehidupan
dan ajaran menjadi kaku dan formal. Kehidupan gerejani,
khususnya dalam kebaktian-kebaktian, adalah begitu teratur
sehingga tidak ada lagi kebebasan untuk mengungkapkan
pengungkapan iman secara spontan, khotbah-khotbah tidak
berbicara pergumulan, tetapi hanya merupakan ceramah
intelektual tentang pokok-pokok ajaran.125
B. Konsili Trente
Konsili Trente menolak ajaran Reformasi dengan tidak
menunjukkan pengertian sedikit pun. Luther menyerang ajaran
Gereja dengan mengandal kepada Alkitab. GKR mengamankan
diri terhadap Alkitab dengan menetapkan kuasa ilahi sama
seperti Alkitab. jadi Alkitab mesti ditafsirkan sesuai dengan
ajaran Gereja. Dan dalam GKR yang menentukan sah-tidaknya
suatu tafsiran ialah Sri Paus. Sehingga orang-orang Katolik
dilarang membaca buku-buku Theologia yang tidak disahkan
olehnya. Tidak hanya itu, kritik terhadap banyak kesalahan dari
praktek kehidupan gerajani diakui tidak sah.126
Beberapa ketetaan dari konsili Trente:127
- Mengenai Alkitab dan Tradisi
Sinode melihat bahwa kebenaran yang menyelamatkan dan
ajaran tentang kesusilaan ada di dalam kitab-kitab yang
tertuulis dan dalam tradisi-tradisi yang tidak tertulis.
Tradisi-tradisi ittu diterima oleh rasul dari mulut Kristus
sendiri, atau didiktekan oleh Roh Kudus kepadanya, lalu
seolah-olah diserahkan oleh mereka dari tangan ke tangan
hingga sampai kepada kita. Sinode menerima dan
menjungjung tinggi, dengan rasa kasih dan hormat yang

124
Th. Van den End, Harta Dalam Bejana, 198.
125
C.De. Jong, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 79.
126
Th. Van den End, Harta Dalam Bejana, 199-200.
127
Th. Van den End, Harta Dalam Bejana, 203.

45 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
sama, semua kitab PL dan PB, dan juga tradisi yang
dipelihara dalam GKR dengan tak putus-putusnya.
- Mengenai Pembenaran oleh Iman
Kalau seorang mengatakan bahwa orang berdosa
dibenarkan hanya oleh iman dan mengartikannya demikian,
sehingga tidak ada dituntut dari orang berdosa itu sesuatu
yang lain yang dengannya ia turut mengusahakan karunia
pembenaran, dan sehingga tidak peril sama sekalli bahwa ia
dipersiapkan dan disediakan oleh kegiatan kehendaknya
sendiri, maka terkutuklah dia.
4. Homiletika Sebagai Usaha/ Tempat Menggali Kekayaan Harta
Rohani (Zaman Pietis dan Penginjilan)
1.Homiletika Pada Zaman Pietisme
Kata Pietis berasal dari bahasa Latin yaitu pietas yang berarti kesalehan.
Pietisme merupakan gerakan kesalehan dalam gereja Protestan di Jerman
abad ke-17.128 Pietisme menekankn iman bukan tindakan otak saja,
melainkan adalah menyerahkan seluruh pribadi kepada Allah dengan hati
dan jiwa. oleh sebab itu orang-orang pietisme suka berkumpul dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari orang-orang sehati dan sejiwa,
untuk bersama-sama menghayati dan memperdalam iman pribadi suasana
bebas dan spontan, yang tidak terdapat dalam kebaktian-kebaktian
resmi.129 Ditengah-tengah kemeresotan moral dan kemelaratan akibat
perang tiga puluh tahun, gereja-gereja Lutheran tidak mempunyai sarana
untuk mengisi atau mengatasi keadaan itu. Karena waktu mereka hanya
habis untu debat-debat dan polemik menyangkut agama dan tokoh-tokoh
Lutheran lebih menekankan hal yang formal dari ajaran Luther, dan debat-
debat dogmatis yang tidak menyentuh kebutahan praktis. Khotbah-khotbah
pada waktu itu sama sekali tidak cocok dengan kebutuhan orang. Isi
khotbah hanya merupakan serangan-serangan terhadap sekte-sekte.
Kadang-kadang khotbah tidak lebih dari pidato yang berapi-api,

128
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 365.
129
C.De. Jong, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, 78-80.

46 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
pengulangan kata atau permainan kata, pertanyaan-pertanyaan retoris yang
dangkal dan yang dikumpulkam dari Alkitab.130
Tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan homiletika pada masa
pietisme yaitu:
a. Philip Jacob Spener
Yang menekankan agar diadakan penilitian Alkitab. dalam
khotbah-khotbahnya ia mengajak umat untuk berbuat baik. Ia
menghimbau agar pendeta hidup lebih saleh. Pada tahun 1675
Spener mencetuskan pietisme dengan menerbitkan buku yang
berjudul Pia Desideria (cita-cita kesalehan). Ia sendiri
mengajakukan 6 usul untuk memperbaiki gereja yaitu:
- Harus diselidiki waktu yang lebih banyak untuk mendengar
Firman Allah. Tidak hanya cukup mendengar Firman Allah
di gereja. Di rumah Alkitab harus masing-masing dibacakan
untuk masing-masing keluarga setiap hari.
- Harus mengajak anggota jemaat untuk memperaktikkan
imamat am-nya.
- Iman Kristen harus dipraktikkan. Tidak cukup hanya
memiliki pengetahuan tentang iman.
- Para teologi tidak boleh memakai kata-kata pahit terhadap
lawannya.
- Lembaga pendidikan teologi harus menjadi bengkel-
bengkel Roh Kudus.
- Khotbah-khotbah harus disusun dengan tujuan
membangkitkan iman pendengarnya supaya imannya
menunjukkan buah-buah Roh, khotbah bukanlah alat untuk
memamerkan kepandaian pengkhotbah.131
b. Francke Augus Herman
Francke berusaha menghubungkan Ortodoksi dengan moralitas
dengan berusaha keras untuk memisahkan diri dari dunia ini
dengan segala kesia-siaan yang ada didalamnya. Sehingga
Francke belajar teologi yang menurutnya bahwa teolosgi harus
130
Leonard Hale, Jujur Terhadap Pietisme, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 6-11.
131
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat: Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja,172-173.

47 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
melayani perubhan hidup, pembaharuan gereja, pembaharuan
bangsa dan penginjilan dunia. francke juga tidak menekankan
doktrin yang benar, tetapi perwujudan ajaran itu dalam
kehidupan sehari-hari. Ia setuju bahwa hidup baru adalah
anugerah Allah, bahwa orang yang telah lahir baru, benar-benar
berbeda dengan keadaan yang sebelumnya.132
3. Homiletika Zaman Penginjilan
Pekabaran Injil merupakan kelanjutan dari usaha orang-orang
Pietis pada abad ke 18 dan seringkali bersifat pietis juga.
Perkembangan pietis pada abad 19 adalah begitu besar sehingga
abad ini disebut abad pekabaran Injil. Para pekabar Injil tidak
hanya memperkenalkan Alkitab kepada masyarakat tetapi
mentransformasikan kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik
lagi. Yang digunakan sebagai bentuk pendekatan penginjil kepada
umat agar mau dan tertarik mempelajari Alkitab seperti juga tujuan
dari penafsir abad ke 18 dan abad ke 20. Dimana terjadi pendirian
gedung gereja, tempat ibadah, dan didirikan sekolah, pemberiaan
pendidikan bagi setiap anak serta pembentukan sosio ekonomi
harus diberikan perhatian oleh penginjil.133 tokoh yang berpengaruh
dalam perkembangan homiletika zaman penginjilan yaitu:
a. Rudolf Bultman
Menurut Bultman tugas teologi adalah menjelaskan apa sebenarnya
yang menjadi titik pokok berita Alkitab. Bultman bergumul dengan
perkara bagaimana Injil dapat diberitakan kepada manusia modern
pada abad ini yang telah dipengaruhi oleh sekularisasi dan telah
menyadari hakikat kemanusiaannya. Ia terpanggil untuk menemukan
cara baru agar injil Yesus Kristus menyapa manusia modern ini dan
supaya manusia modern dapat mengambil suatu keputusan yang
eksistensial.134

132
Leonard Hale, Jujur Terhadap Pietisme, 27-29.
133
Jan Jahaman Damanik, Dari Ilah Menuju Allah, (Yogyakarta: ANDI, 2012), 132.
134
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, 47.

48 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Gereja mula-mula dimulai dari pentakosta sampai kepada zaman bapak-bapak
gereja. Jadi gereja mula-mula batasnya mulai dari pentakosta sampai zaman bapa-
bapa gereja. Siapakah bapak-bapak gereja? Bapak-bapak gereja itu Rasul punya
murid atau mentahbiskan penentuan penentuah contohnya Timotius. Setelah Rasul
meninggal maka penentuan penentuan itu yang disebut prisbetaria itu menjadi
uskup. Disebut uskup yaitu dia mengepalai memimpin gereja menurut wilayah-
wilayah yang ditentukan mereka. Jadi uskup-uskup inilah yang disebut dengan
bapak bapak gereja. Jadi urutannya adalah Kristus-rasul-rasul-bapak-bapak gereja.
Setelah bapak-bapak gereja meninggal, tidak semua bapak-bapak gereja ini adalah
lapis pertama, artinya yang langsung berguru kepada rasul, ada lagi lapis kedua
dan ketiga. Timoteus, clementz, lapis pertama, tetapi seperti origenes,ignatius,
ambrosius, dll sudah masuk ke lapis kedua. Tapi masih ada lagi lapis ketiga yaitu
seperti Agustinus, hanya sampai batas itu yaitu lapis 1 lapis lapis 2 dan lapis tiga.
Setelah mereka meninggal atau pada masa lapis ketiga ini mulailah terjadi transisi
ke abad pertengahan, abad pertengahan di mana khususnya sudah ada keinginan
membentuk sebuah kepausan. Dari antara uskup itu dipilih 1 orang menjadi paus,
dan itu sudah bentuk pemerintahan, dan sudah terjadi perpecahan antara timur dan
barat lalu kemudian karena perpecahan timur dan barat ini dipengaruhi oleh salah
satu adanya keinginan untuk memiliki kepala gereja secara umum internasional.
Itulah masa transisi yang kemudian disebut dengan abad pertengahan. Abad
pertengahan ini tahun 500 dan berakhir tahun 1500, jadi itu sangat panjang yaitu
berjarak 1000 tahun. Tahun 1500 terjadi reformasi, kemudian tahun 1700
terjadilah pietisme. Satu sisi buruk dari reformasi itu yaitu bahwa homelitika itu
dijadikan sebagai alat propaganda doktrin. Artinya propaganda, adalah istilah
yang tepat digunakan di dunia bisnis dan di dunia politik karena propaganda itu
artinya adalah mempengaruhi orang supaya menjadi pengikut atau
menggambarkan suatu pandangan atau menggambarkan suatu gambarkan suatu
pandangan yang bertujuan untuk mempengaruhi dan merangkul sebanyak
banyaknya orang menjadi pengikut sekaligus untuk mematikan atau melemahkan
kelompok-kelompok yang lain. Jadi kalau dijadikan mimbar atau khotbah dalam
propaganda maka berarti dalam khotbah itu menjadi dua sisi, satu sisi dia harus
menyerang ajaran-ajaran yang lain, menyerang untuk menjatuhkan kelompok lain
dan satu sisi lagi adalah meninggikan dan mengagumkan ajaran kelompok sendiri.
. Itulah sisi buruk reformasi. Yang biasanya tujuan khotbah adalah
49 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
mempertemukan pribadi Allah dengan mempertemukan pribadi umat secara
personal supaya umat mengalami Tuhan atau Karya di dalam kehidupan dia dulu
zaman reformasi tidak seperti itu tujuan khotbah, sama sekali mereka tidak
berbicara tentang hubungan jamaat, tetapi mereka menyampaikan tesis tesis
ajaran, yaitu mengandung 2 aspek, aspek pertama menyerang ajaran lawan, aspek
kedua meninggikan atau mendewakan ajaran sendiri, maka terjadilah seperti apa
yang dikatakan pietisme terjadi kekeringan rohani, jadi tujuan pietisme lahir
adalah untuk atau sekaligus menolong korban reformasi. Pirmetisme bertujuan
untuk menyiram semua tanah kering, hati manusia diibaratkan tanah dan firman
itu diibaratkan benih. Jadi tidak tumbuh lagi benih karena karena sudah kering,
akhirnya betis menghadap untuk menyiram tanah yang kering kerontang supaya
benih yang ditaburkan bisa itulah tujuan kehadiran pietisme. Pietisme sangat
berjasa dalam kelahiran gereja. Bagaimana cara pietisme untuk menyiram
sekaligus untuk menaburkan firman Tuhan itu yaitu memanfaatkan theologia
reformasi, teologi reformasi yang paling ampuh adalah sola scriptura (Alkitab)
inilah ajaran reformasi yang tidak diajarkan reformasi, tidak dipraktekkan
reformasi. Cara pietisme mengajarkan sola scriptura yaitu tidak memulai Dengan
mimbar tetapi mereka memulai dari kelompok-kelompok PA, jadi Pietisme lah
yang menghidupkan PA, dimulai dari 1 orang pemimpin memanggil beberapa
kaum awam kemudian melakukan PA, menggali Alkitab lalu kemudian
merenungkannya, dan menekankan nya supaya mereka hidup berdasarkan
Alkitab. Secara perlahan pohon rohani mereka hidup kembali dan subur, mereka
jadi kuat dan orang yang sudah matang dalam PA, matang dalam firman itu diutus
untuk menyampaikan firman Tuhan, berkotbah mengajarkan firman Tuhan, sejak
itu mulailah mimbar mimbar diisi dengan kekayaan kekayaan rohani. Model
reformasi ditinggalkan. Kemudian gerakkan Pietisme dihidupkan, sekali orang
pietisme berbicara maka mereka harus menuntun orang kepada Kristus, dan salah
satu cara yang dikenalkan oleh pietisme adalah melalui perkumpulan PA, lalu
muncullah teolog-teolog awam yang semangat untuk memberitakan kitab suci. Itu
semua jasa-jasa pietisme, dan jangan lupa bahwa gereja-gereja di Indonesia,
zending-zending Belanda Jerman yang datang ke tanah Batak itu semua zending
zending pietisme. 135

135
Pardomuan Munthe, Catatan Dosen, Dalam Mata Kuliah “Dogmatika II” di Kelas III-A, Pada
Selasa 15 September 2020.

50 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
III. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan Homiletika pada
zaman mula-mula naskah khotbah belum tertulis melainkan berdasarkan apa yang
dilihat dan dialami para murid itulah yang menjadi dasar pemberitaan. Yang
kemudian pada masa perkembangan selanjutnya khotbah sudah menjadi tertulis
menjadi Kitab Suci (Alkitab). Pada masa reformasi oleh para reformator
menjadikan Alkitab sebagai dasar ilahi dari Gereja dan sebagai alat propaganda
untuk meyakinkan orang-orang menganut paham yang benar. Namun disamping
itu paham kontra reformasi menolak kritik Luther terhadap gereja atas dasar
Firman Allah, yang dimana mereka lebih menjunjung tinggi keilahian gereja itu
dari pada Alkitab. sehingga terjadi perdebatan-perdebatan ajaran satu dengan yang
lain. Tetapi pada masa kekosongan itu kaum pietisme yang di pelopori oleh Jacob
Spener yang dalam khotbah-khotbahnya menekankan iman bukan tindakan otak
saja. Sehingga dapat menuntun jiwa rakyat dan memiliki semangat hidup kembali.
Begitu juga dilanjutkan oleh pekabar Injil yang menjadikan homiletika sebagai
tempat menggali harta rohani untuk rakyat bisa hidup lebih baik lagi.
IV. Kepustakaan
…Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Abineno, J.L. Ch., Ibadah Jemaat dalam abad-abad Pertama, Jakarta: BPK-GM,
2004.
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, Jakarta: BPK-
GM, 2015.
Berkhof., H. & Enklaar, I. H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Browing, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2015.
Damanik, Jan Jahaman, Dari Ilah Menuju Allah, Yogyakarta: ANDI, 2012.
End, Th. Van den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 1995.
Evan, William, Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta: BPK GM, 2002.
Ginting, E.P., Homiletika dari Teks sampai Khotbah, Bandung: Bina Media
Informasi, 2012.
Ginting, E.P., Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, Yogyakarta: ANDI, 2013.
Ginting, E.P., Khotbah dan Pengkhotbah, Jakarta: BPK-GM,2012.
Hale, Leonard, Jujur Terhadap Pietisme, Jakarta: BPK-GM, 1996.
Jong, C.De., Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2015.
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-GM, 2016.
51 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK-GM, 2016.
Rothlisberger, H., Homiletika Ilmu Berkhotbah, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Susanto, Hasan, Homiletika Prinsip dan Metode Berkhotbah, Jakarta: BPK-GM,
2004.
Susanto, Hasan, HermeneutikPrinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, Malang:
Seminar Asia Tenggara, 1995.
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011.
Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK-GM, 2011.
V. Sumber Lain
Pardomuan Munthe, Catatan Dosen, Dalam Mata Kuliah “Dogmatika II” di Kelas
III-A, Pada Selasa 15 September 2020.

BAB IV

Khotbah: Ujud dan Tujuan Khotbah

a. Pengertian dan dasar pelaksanaanya secara teologia

b. Ujud dan Tujuan Khotbah

1. Menurut Khotbah-Khotbah Yesus

Oleh : Aldi Anjani Ginting, Elisabet Lusitania Saragih dan Jesika Yusniarti Nainggolan

Abstrak
Khotbah merupakan suatu yang sangat penting dalam peribadahan. Khotbah
merupakan pemberitaan Firman yang didasarkan pada Alkitab. Untuk itulah, langkah
awal yang harus diketahui adalah apa itu khotbah, apa dasar pelaksanaanya sehingga hal
itu penting untuk dilakukan, bagaimana ujud dari khotbah itu, dan kemana arah yang
harus dituju sehingga khotbah tersebut akan mendapat makna yang dalam. khotbah
merupakan salah satu bentuk dari homiletika yang berlangsung dalam ibadah. Yang arti
bersama, bergaul, atau persekutuan kontak dengan orang lain, pergaulan, bercakap-cakap,

52 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
pembicaraan dan percakapan yang dimaksud adalah pemberitaan firman Tuhan. Ujud
khotbah Yesus Kristus ialah sebagaimana disaksikan di dalam Kitab Suci. Di dalam
khotbah manusia berkata tentang Allah. Sedangkan khotbah Yesus Kristus bertujuan
untuk mengajar, dan yang menjadi inti dari pengajaran Yesus Kristus ialah pemberitaan
akan Kerajaan Allah. Dasar khotbah ialah pernyataan Allah di dalam Yesus Kristus
sebagaimana disaksikan di dalam Kitab Suci. Di dalam khotbah manusia berkata tentang
Allah. Hal itu hanya mungkin karena Allah lebih dulu berfirman kepada manusia, yaitu
menyatakan diri kepada kita, pernyataan yang paling sempurna ialah di dalam Anak-Nya,
Yesus Kristus (Ibr, 1:1-3; Mat. 13:16-17; Yoh. 12:44-45; Kol. 1:15,19; 2:9).

I. Pembahasan
I.1. Pengertian Khotbah
Khotbah adalah suatu pembicaraan yang menerangkan jalan
keselamatan melalui Yesus Kristus yang dilakukan melalui mulut manusia
menjadi kesaksian bagi manusia lain.136Berkhotbah ialah menyampaikan
kebenaran oleh manusia kepada manusia. di dalamnya terdapat dua unsur
penting: Kebenaran dan kepribadian. Berkhotbah adalah suatu cara
menyampaikan kabar baik kepada orang.137Berkhotbah atau memberitakan
adalah cara utama mengkomunikasikan berita kesukaan Yesus disampaikan
secara ringkas (Luk. 4:18-19). Sebagai kabar baik untuk orang miskin, sebagai
pelepasan kepada para tahanan, penglihatan kepada orang buta, kebebasan
kepada yang ditindas, dan itu adalah pemberitaan ‘tahun rahmat
Tuhan.’138Menurut Martin Luther, khotbah merupakan seruan atau teriakan
yang baik. Sabagaimana dalam Yesaya 55:10-11.139
I.2. Dasar Pelaksanan Khotbah Secara Teologi
Untuk menemukan dasar dari pada bentuk utama berkhotbah, maka
harus kembali pada bentuk utama homiletika adalah “mempercakapkan.”
Yang memiliki arti kata lain, diantaranya: mewartakan dan mempersaksikan
Yesus Kristus (Yohanes 15:26-27).140
136
P.H. Pouw, Uraian Singkat Tentang Homuletika,, (Bandung: IKAPI , 1997), 10.
137
W. Ernest Pettry, Berkhotbah dan Mengajar(Malang: Gandum Mas, 1983), 86.
138
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 201.
139
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah &Khotbahnya(Yogyakarta: Andi, 2013), 156.
140
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik Kelas III-B, Atas Nama Jason Sembiring (Medan:
STT Abdi Sabda, 2018).

53 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Khotbah berkaitan dengan berbagai penyataan Allah. Pusat penyataan
Allah adalah Yesus Kristus yang disaksikan Alkitab. Alkitab dengan
kesaksiannya, yaitu khotbah. Janji yang ada pada khotbah dipilih menjadi satu
bentuk firman Allah. Firman Allah ada tiga bentuknya, yaitu Firman Allah
yang mewujud, Firman Allah yang disaksikan oleh sejarah dan Firman Allah
yang dikabarkan. Hal ini berarti sebagai berikut:
 Firman Allah yang mewujud, berarti penyataan Firman yang mewujud
dalam Kristus pada masa tertentu, yaitu Firman yang menjadi daging
(Sark Egeneto) dalam Yesus Kristus.
 Firman Allah yang disaksikan oleh sejarahialah Firman Allah yang
dituliskan oleh para saksi, yaitu penulis kitab-kitab yang sudah menjadi
kanon – Alkitab.
 Firman Allah yang dikabarkan ialah Firman yang dikhotbahkan pada
masa kini.141
I.3. Ujud dan Tujuan Khotbah
Ada dua kata yang mirip, yaitu wujud dan ujud yang dimana, wujud
adalah sosok dan ujud merupakan satu objek yang bisa diamati. Jadi, ujud
adalah sesuatu yang paling diinginkan atau sering juga disebutkan dengan
maksud dan tujuan utama sesuatu yang dikehendaki/diinginkan. Sedangkan
tujuan adalah sesuatu yang ingin di capai.142
Ujud di dalam khotbah adalah dimana, di dalam khotbah manusia
berkata tentang Allah. hal itu hanya mungkin karena Allah lebih dulu
berfirman kepada manusia, yaitu menyatakan diri kepada kita. Pernyataannya
yang paling sempurna adalah di dalam anak-Nya, Yesus Kristus (Ibr 1:1-3;
Mat 13:16-17; Yoh 12:44-45; Kol 1:15, 19; 2:9). Oleh sebab itu penyataan
yang sempurna itu harus menjadi sumber utama untuk segala pemberitaan.
Tetapi dapat ditegaskan lebih jauh lagi: di dalam pemberitaan harus di titik
beratkan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, karena olehnya Allah
memperdamaikan dunia dengan diriNya sendiri. Allah mengasihi dunia, di
dalam Anak-Nya Ia mengunjungi kita, bersekutu dengan kita, mengampuni
dosa kita dan memanggil kita kepada hidup yang baru, itulah yang menjadi
inti sari ‘euanggelion’, yaitu kabar kesukaan. Semua itu hanya dapat di

141
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah &Khotbahnya, 155-156.
142
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik Kelas III-B Atas Nama Jason Sembiring.

54 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
wujudkan karena “Ia, yang tiada mengenal dosa, telah dijadikannya dosa ganti
kita, supaya kita ini akan menjadi kebenaran Allah di dalam Dia” (2 Kor
5:21).143 Salah satu definisi utama kata berkhotbah dalam Perjanjian Baru ialah
“memberitakan sebagai pewarta.” Berita dalam khotbah PB ialah Injil.
Himbauannya ialah pertobatan dan iman, dan tujuannya ialah menginjili
orang-orang yang tersesat. Kabar baik perlu diberitakan secara umum, karena
inilah pertama kali orang mendengar dan mengerti makna kematian,
penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus.144
Khotbah ditujukan kepada jemaat yang berkumpul. Keberadaan
mereka adalah sebagaimana adanya mereka. Khotbah adalah memberitakan
mengenai hidup, tingkah laku, keselamatan dan harapan. Berita keselamatan
harus menjadi berita yang disampaikan. Jadi, tujuan khotbah adalah
menyampaikan Injil (kabar baik) agar jemaat yang menerima pekabaran
firman Allah berhasil mengembangkan sikap dan sifat Yesus Kristus dalam
diri mereka.145 Tujuan khotbah adalah supaya orang percaya taat dan
diselamatkan. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya (Roma 1:6). Yesus Kristus datang kedalam dunia unuk
menyelamatkan dunia. Tuhan Allah mau supaya manusia memperoleh
keselamatan, maka Ia mengutuas Yesus Kristus, dan Anak Allah
mengkehendaki agar manusia mengambil keputuasan untuk bertobat dan
menerima anugerah-Nya.146 Tujuan khotbah ialah supaya setiap orang percaya
diselamatkan. Berdasarkan tujuan khotbah kita harus melihat bahwa injil juga
harus diberitakan kepada semua orang terkhusus mereka yang belum
mengenal injil.147
I.4. Ujud dan Tujuan Khotbah menurut Khotbah-Khotbah Yesus
Sejak Iman Kristen diberitakan, maka pemberitaan tersebut pada satu
pihak telah menjadi berita dari Yesus Kristus, yaitu kelanjutan dari
pemberitaan-Nya, dan pada pihak lain merupakan berita tentang Yesus
Kristus, yaitu tentang siapa Dia dan apa yang telah diperbuat. Yesus jelas
memberitakan atau berkhotbah. Ia memberitahukan tentang kerajaan Allah

143
H. Rothlisberger, Homiletika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 12.
144
W. Ernest Pettry, Berkhotbah dan Mengajar, 87.
145
E.P. Ginting, Homiletika Pengkhotbah &Khotbahnya, 103-105.
146
J.L. Abineno, Sekitar Theologia Praktika 1, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia,1984),191-192
147
H. Rothlisberger, Homiletika, Ilmu Berkhotbah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 28.

55 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
yang semakin mendekat. Dan dengan bertolak dari harapan akan datangnya
suatu tata baru itulah, Ia menuntut pertobatan dan iman. Para pengikut-Nya
memberitakan Dia. Mereka menyatakan bahwa Ia adalah Mesias yang
dijanjikan dan yang memerintah dalam suatu zaman baru, yaitu kerajaan
Allah.148
Yesus adalah seorang manusia. Ia dilahirkan, hidup dan mati.
Singkatnya, Ia dapat di data. Walaupun ada cerita kelahiran Yesus dalam Injil
Matius dan Lukas, namun tidak banyak diketahui tentang kelahiran dan masa
pertumbuhan-Nya. Tiba-tiba saja diceritakan bahwa Ia muncul dan berkhotbah
dalam gaya bahasa orang Galilea. Ia mengatakan, “Waktunya telah genap;
kerajaan Allah sudah dekat; bertobatlah dan percayalah kepada Injil: (Mar.
1:15). Berita-Nya tampak bagai suatu “lampu merah” apokaliptis, karena Ia
mengisyaratkan datangnya suatu tata baru dan menghendaki dengan segera
suatu respon etis. Pemberitaan-Nya penuh kuasa, keras, membangkitkan
semangat dan menghendaki tindakan segera.149

Menurut khotbah-khotbah Yesus dibagi atas dua, yaitu secara umum dan
secara khusus.

a. Secara umum

Khotbah Yesus secara umum adalah melakukan kehendak Bapa-Nya yang


di sorga (Mat. 11:27), jadi Yesus berkhotbah dan mengajar, tujuannya bukan
menyebutkan bahwa Dia Tuhan, tapi tujuan yang harus di capai adalah supaya
setiap orang dapat melakukan kehendak Bapa-Nya. Jadi, wujud khotbah Yesus
adalah memuliakan Bapa-Nya.

b. Secara khusus

Ujud dan tujuan khotbah Yesus secara khusus, ada 6 langkah yang kita
lakukan:

1. Ambil satu nats khotbah Yesus


2. Selidiki, kapan dan dimana Ia berkhotbah
3. Siapa pendengarnya
148
David G. Buttrick, Memberitakan Yesus Kristus Dalam Khotbah (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996), 1.
149
Ibid, 1-2.

56 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
4. Apa/bagaimana konteks pergumulan mereka
5. Apa solusi, nasihat/perkataan Yesus kepada mereka
6. Rumuskanlah ujud dan tujuan khotbah Yesus.150
II. Tambahan Dosen
a. Dasar Berkotbah. kotbah diartikan dengan mempersaksikan Kristus, jadi
mempercakapkan itu mempunyai makna yang dalam, mempercakapkan boleh
dalam arti mewartakan ataupun mempersaksikan. Namun dalam terjemahan
Alkitab adalah mempercakapkan, namun dalam Lukas 24 menggunakan kata
bercakap-cakap tentang segala yang terjadi. Dalam arti perintah kerap
digunakan kata mempersaksikan, jadi kata itu dalam Yoh 16:26-27 itu
digunakan menjadi dasar, acuan atau landasan untuk berkotbah. Selanjutnya,
yang dipercayakan Allah untuk mempersaksikan Yesus adalah Roh Kudus
bukan manusia. Lalu bagaimana Roh Kudus mempersaksikan, karena tidak
memiliki mulut untuk berbicara maupun fisik tubuh (wujud)? Oleh karena itu
Roh kudus membutuhkan media untuk mempersaksikan Yesus yaitu yang
“sejak semua bersama-sama dengan Aku” yang membawa arti bahwa jangan
berkotbah orang yang baru bertobat, orang yang berkotbah adalah orang yang
sudah menerima pengajaran secara terstruktur (pengajaran tentang Yesus
Kristus) secara akademi, sama seperti yang dilakukan oleh para murid Yesus
setelah murid-murid menerima kuasa barulah mereka menjadi saksi Yesus
mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria artinya bahwa harus ada lantikan yang
membawa arti bahwa setelah selesai menyelesaikan pendidikan itu baru bisa
menjalankan Tugasnya. Selanjutnya bahwa pendidikan terstruktur itu bukan
asal bangku kuliah saja, artinya harus betul-betul membimbing dan mendalam
pengenalan akan Yesus Kristus, oleh karena itu perlunya pengenalan pribadi
akan Yesus Kristus melalui membaca Alkitab dan pemahaman Alkitab.
b. Ujud dan Tujuan Kotbah ada dua level yaitu secara Umum. Ujud dan tujuan
kotbah secara umum bahwa tidak berubah-ubah mulai dari pentakosta sampai
sekarang dan sampai kedatangan Yesus tidak berubah. Selanjutnya level kedua
adalah secara khusus yang dimulai dari Yesus. Apa tujuannya? Agar kamu
sebagai pengkotbah mengambil makna dan menetapkan apa ujud dan tujuan
kotbahmu agar terstruktur dengan baik. Yang pertama Ujud Kotbah secara
umum, Ujud adalah hal yang paling dikehendaki atau yang paling diinginkan
150
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik Kelas III-B, Atas Nama Jason Sembiring.

57 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
(hakikat). Secara umum yang dikehendaki dari kotbah dan tujuannya? Dapat
dilihat saat Yesus di Baptist ada suara yang mengatakan dari langit “Inilah
Anak-Ku yang Kukehendaki” artinya yang paling dikehendaki Bapa adalah
Anak-Nya, yang dinyatakannya kepada dunia dan dikatakan “dengarkanlah
Dia”. Sehingga dapat disimpulkan secara umum ujud kotbah itu adalah Yesus
Kristus. Tujuannya, dalam Yohanes 3:16 yang menjadi tujuan gereja lahir di
dunia, supaya orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup
yang kekal. Artinya tujuan kotbah itu adalah supaya orang percaya.
Secara khusus, Ujud Kotbah Yesus adalah untuk mengungkapkan hal yang
paling diinginkan Bapa-Nya supaya semua bangsa memanggil Bapa, supaya
semua orang
III. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa khotbah merupakan salah
satu bentuk dari homiletika yang berlangsung dalam ibadah. Yang arti bersama,
bergaul, atau persekutuan kontak dengan orang lain, bercakap-cakap,
pembicarakan dan percakapan yang dimaksud adalah pemberitaan firman Tuhan.
ujud Khotbah Yesus Kristus ialah sebagaimana disaksikan di dalam Kitab Suci. Di
dalam khotbah manusia berkata tentang Allah. Yang dimana Yesus berkhotbah
dan mengajar, tujuannya bukan menyebutkan bahwa Dia Tuhan, tapi tujuan yang
harus di capai adalah supaya setiap orang dapat melakukan kehendak Bapa-Nya.
Jadi, wujud khotbah Yesus adalah memuliakan Bapa-Nya.
IV. Daftar Pustaka

Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.


Buttrick, David G., Memberitakan Yesus Kristus Dalam Khotbah, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996.
Ginting, E.P., Homiletika Pengkhotbah & Khotbahnya, Yogyakarta: Andi, 2013.
Munthe, Pardomuan, Rekaman Akademik Kelas III-B, Atas Nama Jason
Sembiring, Medan: STT Abdi Sabda, 2018.
Pettry, W. Ernest, Berkhotbah dan Mengajar, Malang: Gandum Mas, 1983.
Pouw, P.H., Uraian Singkat Tentang Homuletika, Bandung: IKAPI , 1997.
Rothlisberger, H, Homiletika, Ilmu Berkhotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2010. Rothlisberger, H., Homiletika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.

58 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
BAB V

KHOTBAH:

1. Ujud dan Tujuan Khotbah

2. Menurut Khotbah-Khotbah Rasul Petrus

3. Menurut Khotbah-Khotbah Paulus

4. Menurut Khotbah-Khotbah Para Homiletiker Zaman Bapa-Bapa Gereja dan


Reformasi

Oleh : Efri Nova Y. Simorangkir, Terkelin Barus, Theophani C.M Simamora

Abstrak

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan pengajaran mengenai khotbat
mulai dari wujud dan tujuan dari khotbah lalu memahami khotbah melalui khotbah-
khotbah Rasul Petrus dan juga menurut Rasul Paulus dan juga melalui khotbah-khotbah
para Homiletiker zaman Bapa-bapa gereja dan Reformasi. Allah telah menyatakan firman-
Nya agar Ia dikenal dan kehendakNya diketahui dan dimengerti serta diterima dan melalui

59 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
khotbah inilah firman Tuhan yang dimana khotbah dengan kata lain adalah pemberitaan
firman Tuhan dan seluruh pemberitaan ini harus didasarkan pada Alkitab dan memang
harus berlandaskan Alkitab dan ujud dari khotbah ini harus berkata kata tentang Allah.

I. Pendahuluan
Dalam penyampain Firman Tuhan sering disebut dengan Berkhotbah,
yang dimana arti khotbah adalah pemberitaan firman Tuhan yang
berlandaskan Alkitab dan harus mempercakapkan tentang Yesus Kristus. Pada
sajian kali ini akan dibahas ujud dan tujuan khotbah menurut Rasul Petrus,
Rasul Paulus, para Bapa-Bapa Gereja dan Reformasi. Semoga sajian ini dapat
menambah pengetahuan kita tentang berkhotbah.
II. Pembahasan
II.1 Pengertian Khotbah
Khotbah berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Homilein
yang berarti berada bersama-sama, bergaul atau persekutuan,
pembicaraan, yang dalam ilmu teologinya, percakapan yang dimaksud
adalah pemberitaan firman Tuhan, yang dimana khotbah juga
merupakan firman Tuhan yang didasarkan pada Alkitab. Allah
menyatakan firman-Nya agar Ia dikenal dan kehendak-Nya diketahui
dan dimengerti serta diterima dan diamalkan.151
II.2 Ujud Khotbah
Ujud di dalam khotbah adalah, dimana di dalam khotbah
manusia berkata tentang Allah. Hal itu hanya mungkin karena Allah
lebih dulu berfirman kepada manusia, yaitu menyatakan diri kepada
kita. Pernyataannya yang paling sempurna adalah di dalam Anak-Nya,
Yesus Kristus (Ibr 1:1-3;Mat 13:16-17;Yoh 12:44-45;Kol 1-5, 19;2:9).
Oleh sebab itu pernyataan yang paling sempurna itu harus menjadi
sumber utama untuk segala pemberitaan.152
Ujud dapat diartikan sebagai sifat, corak atau khasiat khotbah
dan itulah yang membedakannya dengan pidato, ceramah, dan
sebagainya.Dalam khotbah yang menjadi sumber dalam pemberitaan,
kita Harus dititik beratkan tentang kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus, karena olehNya Allah memperdamaikan dunia dengan diriNya
151
E.P.Ginting. Khotbah dan Pengkhotbah (Jakarta:BPK-GM,1998), 1-3.
152
H.Rothlisberger, Homiletika, (Jakarta:BPK-GM,1988), 12.

60 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
sendiri. Allah mengasihi dunia, didalam anakNya Ia mengunjungi kita,
bersekutu dengan kita, mengampuni dosa kita dan memanggil kita
kepada hidup yang baru.153
 Dasar Khotbah: pernyataan Allah didalam Yesus Kristus sebagaimana
disaksikan didalam kitab suci. Didalam kitab manusia berbicara tentang
Allah. Hal itu hanya mungkin karena Allah lebih dahulu berfirman kepada
manusia. Yaitu menyatakan diri kepada kita.
 Panggilan khotbah untuk memahami ujud dan arti khotbah itu lebihb
sempurna lagi
 Khotbah didalam Gereja : khotbah ini terjadi dilingkungan gereja, hal ini
berarti bahwa pemberitaan itu harus juga membayangkan panggilan gereja
sebagai hamba Tuhan.
 Khotbah untuk jemaat : dalam bagian ini telah dilandaskan bahwa, khotbah
bukan menolong namun melaikan dialog, artinya pengkhotbah ini
menyampaikan firman Tuhan kepada jemaat.154

II.3 Tujuan Khotbah

Tujuan khotbah ialah supaya orang percaya (taat) dan diselamatkan.


Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya
(Roma 1:16), Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan isi
dunia, injil memberitakan “kabar kesukaan”, manusia harus mengalami
keselamatan Allah dalam kehidupannya. Karena syarat menerima keselamatan
itu ialah iman dan taat, maka khotbah bertujuan membawa pendengarnya
kepada kepercayaan dan taat.155 Khotbah yang bersikap alkitabiah ini bentuk
menenangkan orang-orang untuk bertobah dan merawat iman. 156 Melalui
khotbah, pendengar diajak mengenal dan bertemu dengan Tuhan.itu sebabnya
khotbah bukanlah sekedar suatu perbincangan tentang Allah, melainkan Allah
sendiri yang berbicara melalui Alkitab. Alkitab ini diberikan diberikan Allah
dan sudah dipelajari oleh hamba-Nya.157

153
H. Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah,(Jakarta: BPK-GM, 2015), 12.
154
Ibid, 12-23.
155
H.Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 27.
156
E.P. Ginting, Homilitika Dari Teks sampai Khotbah, (Bandung: Anggota IKAPI, 2012), 106.
157
Hasan Susanto, Homeletik Prinsip dan Metode Berkhotbah,(Jakarta: BPK-GM, 2004), 27.

61 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
II.4 Ujud Dan Tujuan Khotbah-Khotbah Rasul Petrus
2.4.1. Ujud Khotbah-Khotbah Rasul Petrus
Ujud khotbah menurut Petrus adalah Yesus Kristus.
Terlihat juga di dalam Kis 3:16 yang mengatakan Petrus
sebagai saksi akan kematian dan kebangkitan Yesus sendiri,
dan karena percaya dalam Yesus maka nama Yesus itu telah
menguatkan orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk
memperoleh keselamatan.158 Dalam Kisah Para Rasul 2,
khotbah Petrus dalam hari pentakosta, 3000 orang dibabtis
sebagai jawaban firman Allah yang dikabarkan. Dalam Kisah
Para Rasul 10 tentang khotbah Petrus di Kaesarea ketika ia
memakai gaya khotbah naratif (bercerita) dan menjelaskan
perubahan hatinya sendiri. Khotbah Petrus mencerminkan cara
berkhotbah yang lazim pada abad pertama.159 Setiap
pengkhotbah hendaklah berbicara tentang firman Allah bukan
tentang dirinya sendiri, meskipun pengkhotbah memiliki
pengalaman hidup yang luar biasa. Pengalaman pribadi bisa
ditambahkan dalam kedalam khotbah dengan tujuan
meninggikan Kristus dan bukan meninggikkan diri
sendiri.Khotbah harus menyentuh hati pendengar,
menggerakkan untuk bertindak sesuai kebenaran yang telah
diterimanya.Khotbah ditunjukkan untuk memimpin orang-
orang pada komitmen berjalan dalam firman Tuhan. Setelah
mendengarkan khotbah Petrus orang-orang Yahudi
memperoleh pemahaman baru dan diyakinkkan terhadap
kebenaran bahwa Yesus adalah Tuhan, lalu mereka bertanya
tentang apa yang harus mereka perbuat untuk memperoleh
keselamatan.160 Berdasarkan khotbahnya terlihat mengandung
paradigma yang menetapkan misi Kristen sekaligus alur kitab
Kisah Para Rasul.Khotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul ini

158
E.P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, (Yogyakarta:ANDI, 2013) 110.
159
E.P. Ginting, Homilitika Dari Teks sampai Khotbah, (Bandung: Anggota IKAPI, 2012), 107.
160
Budi Kasmanto, Panggilan Berkhotbah, (Yogyakarta: ANDI, 2013), 17-20.

62 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
kerap disebut karya retoris yang bagus.Petrus dalam
khotbahnya memberi ringkas dan komperhensif dari semua
ringkasan khotbah Kisah Para Rasul. Petrus menyatakan
kepada para pendengarnya kematian Yesus seperti
pelayananNya adalah penggenapan Kitab Suci dan sekali gus
bagian dari rencana Allah.161

2.4.2. Tujuan Khotbah-Khotbah Rasul Petrus


1. Tujuan umum
Petrus menerangkan bagaimana program Allah bagi
keselamatan manusia diselesaikan dan disempurnakan di
dalam Kristus. Dan melalui khotbahnya ia menunjukkan
bagaimana kelahiran, kehidupan, kematian, kebangkitan
dan kenaikan Yesus adalah penggenapan nubuat PL dan
akhirnya ia menghimbau pendengarnya untuk bertobat dari
dosa-dosa mereka dan percaya kepada Yesus, sehingga
mereka dapat menikmati segala persediaan Allah yaitu
pengampunan dosa, perdamaian, masa pemulihan, dan
kesentosaan apabila penghakiman datang.
Khotbah Petrus mempunyai satu ciri yang umum atau
yang utama yaitu pemberitaan injil. Pengalamannya
menunjukkan bahwa kuasa tidak terletak pada orang atau
metode, melainkan dalam injil (Roma 1:16).162
2. Tujuan Khusus
Tujuan khotbah Petrus secara khusus yaitu pertobatan
dan menerima Karunia Roh Kudus (Kis 2:38). Khotbah
Petrus ketika hari Pentakosta setelah 50 hari dari
kebangkitan Kristus dan pendengar dari khotbahnya adalah
orang banyak yaitu orang Patria, Media, Elam,
Mesopotamia, Yudea, Kapadokai, Pontus dan Asia, Frigia,
dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang
berdekatan dengan Kirene dan pendatang-pendatang dari

161
Ben Witherington, Apa Yang Telah Mereka Lakukan Pada Yesus?,107-115.
162
W. Ernest Pettry, Berkhotbah dan Mengajar, (Malang: Gandum Mas,1983), 148-149.

63 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Roma, orang Kreta dan orang Arab. Masalahnya adalah
menyindir para murid dan mengatakan mereka sedang
mabuk oleh anggur manis. Maka Petrus berkata dalam
khotbahnya pada ayat 32-33. Bahwa Petrus mengatakan
Dia telah bangkit dari kematian. Solusi yang diberikan
Petrus kepada orang banyak itu adalah bahwa Yesuslah
yang dibangkitkan Allah dan para murid adalah saksi, dan
sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan
menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu maka dicurahkan-
Nya apa yang mereka lihat dan dengar. Petrus meyakinkan
orang banyak itu bahwa Yesus dibangkitkan oleh Allah dan
Roh Kudus itu akan dicurahkan.163
II.5 Ujud dan Tujuan Khotbah-Khotbah Rasul Paulus
2.5.1. Ujud Khotbah-Khotbah Paulus
Di dalam khotbah Rasul Paulus yang menjadi ujud
khotbahnya adalah Yesus Kristus. Dalam khotbahnya dalam
Kisah Para Rasul 8:4-25 (Tentang Filipus di Samaria) dan
selanjutnya Filipus pergi keluar dari Asdod dan ia
“memberitakan injil di semua kota sampai ia tiba di Kaesarea”
(Kis 8:40). Dalam Kisah Para Rasul 9:29 Paulus berkhotbah
sesudah pertobatannya bahwa Yesus adalah “Anak Allah” dan
sesuai dengan laporan Alkitab khotbah-khotbahnya diberbagai
Sinagoge seperti di Damaskus menjadi semakin tambah
berkuasa. Khotbah Paulus, dan Para Rasul disebut “suatu
pemberitaan tentang kasih karunia”.164
2.5.2. Tujuan Khotbah-Khotbah Paulus
1. Tujuan Umum
Secara umum menurut khotbah-khotbah Rasul Paulus,
supaya orang-orang belum percaya akan Yesus Kristus
dapat bertobat. Tujuan Paulus berkhotbah ialah untuk
meninggalkan perbuatan yang sia-sia dan berbalik kepada
Allah yang hidup (Kis 3:19) juga supaya orang-orang yang

163
W. Ernest Pettry, Berkhotbah dan Mengajar, (Malang: Gandum Mas,1983), 148.
164
E.P Ginting, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, (Bandung:Bina Media Informasi, 2012), 106.

64 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
mendengar Paulus menceritakannya melalui pertobatannya
dan bertujuan untuk membuka mata mereka. Supaya
melalui iman mereka diselamatkan dan memperoleh
pengampunan dosa (Kis 26:18). Dan yang menjadi tujuan
Paulus adalah untuk memenangkan orang merawat iman.165
2. Tujuan Khusus
Rasul Paulus menyampaikan semacam khotbah dialog
dalam Kisah Para Rasul 17 di Atena. Paulus dan Silas
mengajar tentang Tuhan Yesus dan kebangkitan-Nya.
Paulus dan Silas menggunakan setting kontemporer dan
lokal serta ilustrasi dalam menyampaikan khotbahnya.
Misalnya Paulus melakukan pendekatan khotbahnya
tentang Allah yang tidak dikenal ketika ia melihat mezbah
yanng bertuliskan “kepada Allah yang tidak dikenal” di
bukit Mars, Atena. Ia memperkenalkan Allah yang tidak
mereka kenal tersebut. “apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu” (Kis
17:23).166 Paulus menjelaskan tujuan khotbahnya sebagai
berikut: kami memberitakan injil kepada kamu, supaya
kamu meninggalkan perbuatan-perbuatan sia-sia ini dan
berbalik kepada Allah yang hidup. (Kis 14:15).167
II.6 Ujud Dan Tujuan Khotbah-Khotbah Zaman Bapa-Bapa Gereja
2.6.1. Origenes (185-254)
Origenes adalah seorang dari beberapa tokoh aliran
Alexandria (Mesir) dalam Hermeneutika penafsiran alegoris.
Menurutnya, homiletika adalah ilmu (pengetahuan) yang
menerangkan atau menjelaskan arti, isi, maksud dan tujuan
firman Tuhan.168 Origenes yang mempelopori metode
menerangkan dan metode mengkhotbah Firman Tuhan secara
somatis, psikis, dan pneumatis. Somatic berarti menerangkan
Firman Tuhan sesuai dengan, maksud dan arti yang tertulis.
165
E.P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, (Yogyakarta:ANDI, 2013), 115.
166
E.P Ginting. Homiletika Pengkhotbah & khotbahnya, (Yogyakarta:Andi, 2013), 112.
167
H.Rothlisberger, Homiletika, (Jakarta:BPK-GM,1988), 97.
168
E.P Ginting. Homiletika Pengkhotbah & khotbahnya, (Yogyakarta:Andi, 2013), 119.

65 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Psikis berarti mencari pengertian lain dan lebih luas dari apa
yang tertulis dalam nats (Mat 5:42). Pneumatic artinya jauh
lebih luas dari pada arti psikis. Dari sini timbullah pengajaran
dan pengertian dan pengertian Origenes dengan metode
alegoris, yaitu mengatakan yang lain daripada mengucapkan.169
2.6.2. Augustinus (354-430)
Augutinus merupakan seorang Bapa Gereja, yang
pandangan-pandangan teologinya sangat berpengaruh dalam
Gereja Barat. Ia mulai pendidikannya di kota kelahirannya,
Tegaste, dan kemudian belajar retorika dan filsafat di
Katargo.170 Namun, ia tidak memakai ilmu retorika dalam
khotbah dan lebih memperkembangkan teori lambang dan
beliau menganggap hermeneutik merupakan satu bagian dari
ilmu semantik (arti kata). Ia menekankan pentingnya persiapan
rohani seorang penafsir, pimpinan Roh Kudus, pengertian
harafiah dan aspek sejarah teks dalam penafsiran. Agustinus
mengatakan bahwa khotbah mencakup unsur mengajar
(decore), menyenangkan hati (delecter) adalah percakapan
yang penuh arti: flektere ialah yang menimbulkan rasa cinta,
keinginan, kerinduan akan isi percakapan dalam khotbah.
Dengan menjelaskan unsur-unsur yang tercakup dalam hal di
atas. Agustinus merumuskan tujuan khotbah dengan tiga hal
yaitu:
1. Pateat : Supaya kebenaran semakin luas
diketahui
2. Placeat : supaya kebenaran diterima
dengan gembira
3. Moveat : supaya kebenaran semakin
menggerakkan orang.171
2.6.3. Yohanes Crysostomus (354-407)

169
E.P Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta:BPK-GM, 2017), 10.
170
F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK GM, 2003), 23.
171
E.P Ginting, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, (Bandung:Bina Media Informasi, 2012), 114.

66 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Menurutnya, arti harafiahlah yang utama, sedangkan
arti alegoris dan tipologi adalah arti kedua. Ia menekankan tata
bahasa dan aspek sejarah dalam hermeneutik penafsirannya.
Menurutnya, orang yang mempelajari teologi memiliki tujuan
mengkhotbahkan firman Tuhan. Artinya, bagi orang itu,
menafsirkan firman Tuhan dengan berkhotbah. Menurut
Chysostomus, selain mengandung aspek pendidikan, khotbah
juga membangkitkan roh pembangunan di jemaat (bnd 1Kor,
3:10;14:26). Jadi, setiap pengkhotbah mengarahkan setiap
pendengar khotbah untuk aktif berpartisipasi dalam
pembangunan jemaat. Ia mempersiapkan khotbah dengan teliti
dan cermat. Khotbahnya memerhatikan seluruh Alkitab,
menguraikan satu persatu, dan bahasanya sangat indah.172
2.7. Ujud dan Tujuan Khotbah Menurut Homilitiker Zaman
Reformasi
2.7.1. Andreas Gerhard Hyperius (1511-1564)
Hyperius hidup pada masa menjelang Reformasi (perintis
reformasi). Ia mengambil 2 Timotius 3:16 sebagai dasar
homiletika: “segala yang tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik
orang dalam kebenaran” dari ayat ini dia mengatakan ada
lima fungsi khotbah yaitu:
1. Didaskein (mengajar)
2. Redargutivum (menantang/argumendum)
3. Institutivum (mendidik)
4. Corriviendum (mengingatkan, menasehatkan)
5. Consolatorium (penghiburan).173
2.7.2. Philip Melancton (1497-1560)
Philip Melanton memberikan sumbangan dalam bidang
homiletika tentang pentingnya kebebasan dalam
pemikirannya yang humanistis. Manusia dikaruniai Tuhan

172
E.P Ginting. Homiletika Pengkhotbah & khotbahnya, (Yogyakarta:Andi, 2013), 123-124.
173
E.P Ginting, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, (Bandung:Bina Media Informasi, 2012),117.

67 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
kesanggupan dan kebebasan. Pendidikan Melancton berlatar
belakang humanisme turut mempengaruhi kebebasan dalam
homiletika. Dia menentang keras terhadap kekuasaan Gereja
Roma Katolik sebagai badan yang berwenang atau memiliki
otoritas terhadap firman Tuhan (Alkitab). Ia berpendapat
alkitabiah (Firman Tuhan) yang memiliki otoritas tertinggi,
bukan Gereja. Terkait unsur kebebasan manusia mendorong
unsur perjuangan hak-hak azasi manusia.
Semangat humanisme begitu juga rasionalisme dan
pneumatis dibidang teologi dan homiletika menyemangati
diri Melancton.174
2.7.3. Martin Luther (1483-1546)
Martin Luther lahir di Eisleben, Jerman. Dia lebih dikenal
sebagai seorang tokoh reformasi Gereja di Jerman pada abad
ke-16.175 Khotbah Luther pada umumnya hanya ditegaskan
Doktina et Exortatio (pengajaran dan penghiburan) yang
artinya adalah khotbah harus mendidik jemaat dalam
kebenaran. Firman harus sesuai dengan kitab suci. Khotbah
juga harus memberi keteguhaan hati, supaya jemaat berpegang
teguh pada percayanya serta menggerakkannya/mendorongnya
untuk setia di dalam imannya.176
Martin Luther dikenal sebagai Tokoh reformator gereja
di Jerman Ia lahir dari keluarga petani.177 Martin luther adalah
penafsir abad ke-16 yang paling berpengaruh. Beberapa
prinsipnya adalah:
 Mementingkan iman dan pekerjaan Roh Kudus. Seorang
penapsir tidak dibedarkan mengkritik Alkitab dan rasionya
yang hina tetapi harus mencari arti Alkitab dengzn berdoa dan
dan meditasi.
 Alkitab mempunyai otoritas tertinggi bahkan lebih tinggi dari
gereja.
174
E.P Ginting, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, (Bandung:Bina Media Informasi, 2012), 117-118.
175
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta:BPK-GM, 2016), 132.
176
Pardomuan Munthe, M.TH, Rekaman Akademik Homiletika Veronika Purba STT ABDI SABDA, 2017.
177
F.D. Wellem. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja,(Jakarta: BPK-GM 2015), 124.

68 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
 Alkitab harus ditafsirkan dalam pengertian sederhana dan
harafiah dengan memerhatikan gaya bahasa.178
Martin luther mengartikan firman Tuhan adalah Kristus,
Alkitab dan khotbah gereja. Inilah tiga bentuk Alkitab. Menurutnya
Alkitab adalah tempat Yesus Kristus dipalung. Martin luther
menekankan pentingnya peranan Roh Kudus. Khotbah yang sejati
akan menimbulkan pertentangan antara dosa dan kebnaran antara
kebiasaan dan keselamatan didalam diri pendengar itu. Tanpa
Alkitab dan khotbah kehilangan arti. Firman yang tertulis dalam
alkitab tetapi tidak diberitakan sama sekali tidak mempunyai arti.
Pemberitaan terjadi bila firman itu dikhotbah. Menurut martin
luther pembacaan dan hermeneutic penafsiran firman Tuhan
termasuk dalam tugas berkhotbah.
Menurutnya khotbah bertujuan memberitakan
memberitakan firman Allah yang tertulis pada masa lampau
menjadi hidup dan actual pada para pendengarnnya masa
kini.Luther juga dalam khotbahnya banyak memakai ilustrasi
dalam khotbahnya agar pendengar mengerti dan memahami.179

2.7.4. Ulrich Zwingly (1484-1531)


Zwingly memulai seminar PL di Zurich pada tahun 1525
dan ini tentu ada hubungannya dengan homiletika. Menurut
Zwingly khotbah adalah Eksplicatio (Aplikasi:
menghubungkannya dengan kehidupan konkrit.) ada 4 ciri khas
khotbah menurut Zwingly, yaitu:
1. Ciri eksegetis ialah langsung menafsirkan Alkitab.
2. Ciri Humanisme merupakan pengaruh keagamaan yang
dialaskan atas ajaran Alkitab yang menekankan
kemanusian .
3. Ciri Spiritualistis di dasarkannya pada prinsip-prinsip
gerakan Humanis atau dasar Alkitab.

178
Hasan Susanto, Hermeneutik, Prinsip dan Metode penafsiran Alkitab, 69-70.
179
E.P. Ginting, Homilitika Dari Teks sampai Khotbah, 119-123.

69 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
4. Ciri sosial politis ialah konsekuensi gerakan
Humanisme keagamaan menyangkut semua bidang
kemasyarakatan.180

Menurut Zwingly , khotbah harus didasarkan pada Alkitab


yang dituliskan dalam kanon Alkitab, bukan yang lain. Zwingly
lebih mengutamakan “Sensus anagogius” yaitu menggali
pengertian yang tersirat dalam Alkitab sebagai isi khotbah. Ia
juga berpendapat bahwa khotbah merupakan pengantara
keselamatan dan alat utama untuk pendidikan orang Kristen.181

2.7.5. Yohanes Calvin (10 Juli 1509-25 Mei 1564)


Yohanes Calvin adalah tokoh reformasi yang tak kalah
besar dan pentingnya dari Martin Luther. Lahir di Noyon,
Francis Utara. Ia mempersiapkan diri di Paris untuk study
teologi. Latar belakangnya sebagai sarjana hukum cukup
berperan memberi warna yang kuat dalam pikiran dan karya-
karya Calvin, baik dalam hal penyusunan tata gereja maupun
dalam perumusan wawasan teologis. Ketika ia mempelajari
bahasa dan kesastraan klasik, ia sekaligus mempelajari dan
menyerap Humanisme Kristen.182
Ada tiga hal yang ditekankan Yohanes Calvin mengenai
khotbah yaitu:
1. Hubungan Alkitab-Roh Kudus
Yohanes Calvin mengatakan Alkitab merupakan
otoritas tunggal untuk khotbah. Alkitab alat atau
instrumen yang digunakan Tuhan untuk menyatakan
kehendak-Nya dan itu hanya berlaku bagi orang yang
mempercayai Roh Kudus dan firman Tuhan dalam
Alkitab. Roh Kudus adalah benar-benar Roh Tuhan
yang mempunyai otoritas untuk berfirman dalam
Alkitab. Hubungan korelatif antara Alkitab dan Roh
memberikan kesaksian yang kuat untuk menyatakan dan
180
E.P Ginting, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, (Bandung:Bina Media Informasi, 2012), 125.
181
E.P Ginting. Homiletika Pengkhotbah & khotbahnya, (Yogyakarta:Andi, 2013), 135.
182
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 54.

70 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
mengajarkan bahwa hanya Alkiab yang memiliki
otoritas tunggal bagi Gereja dan menjadi satu-satunya
norma bagi orang Kristiani (Sola Scriptura)
2. Alkitab dan Kepercayaan
Kemahakuasaan Roh membuat kata-kata dalam
Alkitab menjadi Firman Tuhan. Pendapat Calvin ialah
hanya iman yang dapat mengenal dan menerima bahwa
Alkitab adalah media (instrumen) pernyataan firman
Tuhan.
3. Hubungan Alkitab dengan Khotbah
Menurut Calvin, Alkitab perlu ditafsirkan
melalui khotbah. Melalui khotbah yang menafsirkan
Alkitab maka rencana Allah menyelamatkan menjadi
pemberitaan injil untuk umat manusia. Demi anugrah
Allah maka suara, perkataan dan bahasa yang terbatas
menjadi alat Tuhan dan itulah batas khotbah oleh
pekerjaan Roh Kudus agar perkataan manusia dan
bahasanya dimuliakan dan diberkati.183
III. Tambahan Dosen dari Senior
1. Secara umum: ujud dan tujuan khotbah Petrus yaitu:
a. Ujud khotbah Petrus secara umum adalah Yesus Kristus
b. Tujuan khotbah Petrus secara umum adalah supaya pendengarnya (orang
Israel) percaya bahwa Yesus benar-benar sudah bangkit. Kebangkitan
Yesus bukanlah berita dusta, tetapi fakta historis yang benar-benar terjadi.
Tujuan khotbah seperti ini erat hubungannya dengan berita dusta yang
dibesarkan majelis agama Yahudi sebagaimana tertulis dalam Matuis 28.
Diceritakan bahwa perempuan datang ke kubur untuk meminyaki Yesus,
tetapi sesampai dikubur mereka memperoleh berita bahwa Yesus telah
bengkit dan dengan segera berita itupun tersebar diseluruh Yerusalem,
maka majelis agama Israel memanggil penjaga kubur dan menyogok
mereka supaya mereka memberitakan bahwa murid-murid Yesus mencari
mayatNya, tetapi menberitakan bahwa Yesus telah bangkit!

183
E.P Ginting, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, (Bandung:Bina Media Informasi, 2012), 126-128.

71 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Maka dengan waktu sengkat, denga segera dusta majelis agama itu juga
cepat beredar dan dusta itu hingga kini dan banyak orang yang percaya
dengan dusta itu/
Jadi khotbah Petrus temanya adalah: supaya orang Yahudi percaya
bahwa Yesus sudah bangkit. Petrus dalam khotbanya menekankan bahwa
Yesus adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah melalui nubuatan nabi-
nabi bahwa dalam perjanjian Lama, dan sesuai dengan kitab nabi bahwa
dia harus dibunuh dengan disalibkan, mati dan dikuburkan tetapi kemudian
bangkit pada hari yang ke-3 dan menampakkan diri kepada murid-
muridNya/rasul-rasulNya. Oleh karena itu Petrus katakan: kamu adalah
saksinya, ia bersama-sama dengan kami sampai ia ditinggikan (naik)
menjadi Tuhan di sorga dan dibumi sehingga dialah raja diatas segala raja.
2. Ujud dan tujuan khotbah Paulus secara umum
a. Ujud khotbah Paulus secara umum adalah Yesus Kristus
b. Tujuan Khotbah Paulus secara umum adalah supaya pendengarnya
(dari segala bangsa) beroleh keselamatan oleh iman kepada Yesus
Kristus. Yang selalu ditekankan Paulus adalah nama Yesus Kristus.
Dialah yang menggenapi janji Allah yang dinubuatkan dalam kitab
nabi-nabi dan kitab taurat sebagai juruselamat yang menghapus dosa
dunia dengan darahNya, karena semua manusia sudah dalam kuasa
dosa yang olehnya manusia harus binasa.
Keselamatan hanya dimungkinkan jika Allah menganugerahkanNya
dan anugerah itulah yang dinyatakanNya di dalam Yesus Kristus.
Bahwa orang yang percaya kepadaNya (Yesus Kristus) akan
diselamatkan.
3. Tokoh homilietiker pada zaman Bapa-bapa dan zaman reformasi
a. Zaman bapa-bapa Gereja
 Origenes (184-254)
Pada abad ke-2 ia sudah menuliskan buku tentang homiletika.
Tujuan khotbah menurut origenes adalah pembangunan jemaat.
Yang dimaksud dengan pembangunan jemaat disini adalah
mencakup tentang pemahaman, penghayatan dan keteguhan

72 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
hati terhadap injil Tuhan, maka dengan demikian harus
diusahakan keterangan khotbah itu, secara luas dan mendalam.
 Agustinus (354-430)
Unsur-unsur khotbah
1. Docere (mengajar)
2. Delectere (menyenangkan hati)
3. Flektere (menimbulkan rasa cinta, keinginan, kerinduan,
akan isi percakapan)

Tujuan khotbah menurut Agustinus adalah kebenaran yang


diungkapkan dengan 3 kata:

1. Supaya kebenaran diketahui (pateat)


2. Supaya kebenaran diterima (placeat)
3. Supaya kebenaran semakin menggerakkan orang (moveat)

Apa yang dimaksud dengan kebenaran?

Yang dimaksud dengan kebenaran adalah injil atau Yesus


Kristus. Jadi Yesus Kristus itu harus diketahui, diterima dan
Yesus Kristus harus menggerakkan orang.

 Johanes Chrysostomus (354-407)


Menurut johanes, khotbah harus mengandung dua unsur:
1. Aspek pendidikan
2. Aspek membagikan roh
Lalu harus ada unsur memotivasi, membangkitkan roh
jemaat itu supaya bangkit imanNya. Tujuan khotbah
menurut Johanes: supaya jemaat turut aktif dalam
mengambil bagian dalam pembangunan jemaat.
Pembangunan jemaat mencakup 2 hal: Spiritualitas
(perilaku personal jemaat) dan komunal (persekutuan
jemaat).
b. Zaman Reformasi
a. Marthin Luther (1483-1546)

73 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Tujuan khotbah menurut Luther adalah umumnya dirumuskan 2
kata yaitu: Doctrina et exortatio (pengajaran dan penghiburan).
Yang dimaksud dengan pengajaran adalah khotbah harus mendidik
jemaat dalam kebenaran firman sesuai dengan kitab suci. Yang
dimaksud dengan penghiburan adalah bahwa khotbah harus
memberi kekuatan dan keteguhan hati, supaya jemaat berpegang
teguh pada percayanya serta menggerakkannya, mendorongnya
untuk setia didalam imannya.
b. Zwingly (1484-1431)
Tujuan khotbah menurut zwingly adalah explikasi dan aplikasi.
Explikasi adalah menggali isi firman Tuhan dalam kitab ini,
aplikasi adalah mengaplikasikan dan menghubungkan dengan
kedudukan jemaat yang konkret , oleh karena itu harus
mengandung unsur:
1. Eksegetis (menafsirkan Alkitab)
2. Humanisme (pengaruh keagamaan yang didasarkan pada ajaran
alkitab yang menekankan kemanusiaan)
3. Spritualistis (berdasarkan pada berbagai prinsip gerakan
pemikiran humanis atas dasar alkitab)
4. Sosial politis (adalah konsekuensi gerakan humanisme
keagamaan sebab humanisme itu menyangkut semua bidang
kemasyarakatan (budaya, ekonomi, sosial dan politik.)184

Kalau kita menyelidiki wujud dan tujuan khotbah Rasul Petrus


dan Paulus maka ada dua aspek yang harus diperhatikan, pertama
adalah secara umum dan yang kedua adalah secara khusus. Kalau kita
menyelidiki wujud dan tujuan khotbah itu secara umum, maka caranya
adalah seperti yang dipertanyaan tadi harus kita ambil tiga sampai 5
khotbah, lalu dari situlah kita selidiki satu persatu lalu kemudian kita
rumuskanlah wujud dan tujuan khotbah secara umum. Yang kedua
yang harus diselidiki adalah aspek khusus, bagaimana caranya
menyelidiki dan merumuskan wujud dan tujuan khotbah secara

184
Pardomuan Munthe, M.TH, Rekaman Akademik Homiletika Veronika Purba STT ABDI SABDA, 2017.

74 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
khusus? Berikut ini saya sampaikan langkah-langkahnya, ada 4
langkahnya, yaitu:
a. Kapan dan di mana berkhotbah?
b. Siapa pendengarnya?
c. Apa masalah atau pergumulan para pendengar?
d. Apa solusi yang diberikan pengkhotbah?
Dari solusi yang diberikan pengkhotbah inilah, akhirnya kita
tetapkan bahwa tujuan khotbah dari pengkhotbah kepada pendengar
yang ada dalam persoalan adalah demikian. Kita ambil satu contoh, saya
ambil contoh dari khotbah Tuhan Yesus (Matius 5:3 “Khotbah di Bukit”)
Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang Miskin di hadapan
Allah”. Nah, kadang orang berpikir bahwa yang disebut disitu miskin
adalah miskin secara rohani, sebetulnya tidak, bukan miskin secara
rohani. Jadi, kita selidiki miskin apa maksudnya, caranya itu tadi langkah
pertama, kita harus cek di mana Dia berkhotbah yaitu di Bukit.
Pertanyaan selanjutnya kapan? Kalau cerita kapan itu sebuah cerita
tentang waktunya dan keadaannya, kalau dalam ilmu tafsir itu di katakan
konteks. Jadi konteksnya tentu kita tahu pada saat itu adalah konteks
penjajahan Roma, kita tahu bagaimana kesulitan dan kesengsaraan yang
dialami oleh masyarakat terutama dibidang ekonomi. Ketika menanam
dan memanen datang penjajah merampas, kalau kita berontak akan
dibakar, harta benda dirampas itu konteksnya. Kemudian yang kedua
adalah siapa pendengarnya? Kalau kita cek di Matius 5 itu, kita berpikir
selama ini yang mendengarnya adalah keduabelas muridnya, ternyata
bukan, tetapi orang banyak. Siapa orang banyak? Mereka adalah orang
yang kena jajah itu. Dan selanjutnya adalah apa masalah pergumulan
para pendengarnya? Masalah pergumulan mereka adalah kemiskinan itu,
kemudian dari hal Yesus memberikan solusi yaitu “Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah”. Apa maksud Tuhan Yesus
mengatakan seperti itu, apa arti miskin disitu? Miskin yang
sesungguhnya jangan diartikan beda-beda, kita ambil contoh, orang yang
ada menggantungkan hidupnya di lampu merah para pengemis itu,
mereka itu mengemis dapat nasi bungkus pagi sekali sore sekali sudah
cukup. Jadi tidak dipikirkan lagi hal yang lain-lain. Banyak orang yang
75 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
sudah susah karena harta dunia ini akhirnya dia pilih menjual semua
hartanya, kemudian dia pilih hidup miskin. Jadi arti kebahagiaan disitu
adalah orang miskin tidak pernah disusahkan oleh harta benda, rupanya
harta benda dapat menyusahkan orang, bahkan orang yang sudah cinta
harta, cinta uang dapat membutakan pikiran, merampas, membunuh dan
menyengsarakan orang lain. Jadi Tuhan Yesus mengatakan
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, jadi tujuan khotbah
Yesus itu adalah mengubah cara pandang orang terhadap kemiskinan,
kalau tadinya mereka memandang kemiskinan ini sebagai sumber
kesengsaraan, Yesus bilang bukan itu sumber kebahagiaan kalau ingin
hidup bahagia dan mengetahui makna hidup yang sesungguhnya
kemiskinan. Jadi begitulah nanti cara kalian untuk menyelidiki khotbah
Petrus dan Paulus. Ini sambil mengajari kalian mempersiapkan khotbah
secara kilat atau cepat.
 Tugas
1. Rumuskanlah wujud dan tujuan khotbah Petrus secara umum dengan
menyelidiki tiga sampai lima buah khotbah Petrus!
2. Rumuskanlah wujud dan tujuan khotbah Petrus secara umum dengan
menyelidiki tiga sampai lima buah khotbah Paulus.
3. Rumuskanlah wujud dan tujuan khotbah Rasul Petrus secara khusus, dengan
menyelidiki satu khotbah Petrus!
4. Rumuskanlah wujud dan tujuan khotbah Rasul Petrus secara khusus, dengan
menyelidiki satu khotbah Rasul Paulus.
 Pertanyaan-pertayaan
1. Seorang yang bisa berkhotbah ialah seseorang yang di dalam hidupnya
Roh Kudus bekerja dan ia memiliki iman yang teguh. Dan salah tujuan
khotbah ialah jalan agar pembaca ataupun pendengar menjadi taat dan
selamat. Lalu apakah seorang yang bukan pendeta/orang awam dapat
berkhotbah? Di mana ini memiliki tujuan sama dalam hal menyampaikan
khotbahnya, yaitu agar setiap orang taat dan selamat, tolong jelaskan!.

IV. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa homiletika adalah
suatu metode yang dipakai dalam pemberitaan Firman Tuhan, beberapa
76 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
pendapat para rasul dan juga tokoh reformasi dan bapa-bapa gereja tentang
apa sebenarnya ujud dan tujuan khotbah itu, yang menjadi ujud nya adalah
Yesus Kristus itu sendiri dan tidak lain dari situ dan yang menjadi tujuan
khotbah itu adalah supaya dapat memberitakan kabar kesukaan yang dari pada
Allah, agar manusia dapat mengimani Firman Tuhan di dalam kehidupan
orang-orang percaya, sehingga umat percaya mendapat keselamatan dan
mengetahui betapa besarnya kuasa Tuhan dalam kehidupan manusia. Jadi
khotbah ialah penyampaian kebenaran oleh manusia kepada manusia yang
didalamnya ada dua unsur yaitu kebenaran dan kepribadaian, khotbah juga
meruopakan suatu cara menyampaikan kabar baik kepada setiap orang, dalam
dalam penyampaian khotbah ini hanya akan menyampaikan kabar keselamatan
bagi setiap manusia, khotbah juga berarti menyampaikan firman Tuhan firman
Tuhan yang tertulis adalah Alkitab dan setiap khotbah juga mempunyai
ujudnya (sifat,corak, atau khasiat) inilah yang membedakannya dengan pidato,
juga ceramah. Jadi ujud dari setiap yang berkhotbah tentu memiliki ujud yang
berbeda seperti Rasul Petrus mengandung paradigma yang menetapkan misi
Kristen dan Rasul Paulus ia lebih pada kearah berdialog dalam khotbahnya.
Dan dari zaman kezaman tentu ujud dari khotbah itu pasti berbeda-beda
khotbah dari Para Homiletiker dan khotbah dari para bapa-bapa gereja pasti
berbeda dan setiap tokohnya juga pasti berbeda namun tujuan dan maksudnya
adalah sama yaitu untuk menyampaikan kabar keselamatan kepada manusia,
memberitakan kebaikan yang telah Yesus berikan kepada kita manusia dan
khotbah-khotbah dari mereka titik acuannya adalah firman Allah yang tertulis
yaitu Alkitab.

V. Daftar Pustaka

Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran Di Dalam dan Sekitar Gereja,


Jakarta: BPK-GM, 1995.
Curtis, A. Kenneth .J. Stephen Lang, & Randy Petersen, 100
Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta:BPK-GM,2016.
Ginting, E.P Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, Bandung:Bina
Media Informasi, 2012.

77 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Gintings, E.P., Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya,
Yogyakarta:ANDI, 2013.
Kasmanto, Budi., Panggilan Berkhotbah, Yogyakarta: ANDI, 2013.
Lane, Tony. Runtut Pijar, Jakarta:BPK-GM, 2016.
Pettry, W. Ernest., Berkhotbah dan Mengajar, Malang: Gandum Mas,1983.
Rothlisberger, H. Homiletika Ilmu Berkhotbah, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2015.
Rothlisberger, H. Homiletika, Jakarta:BPK-GM,1988.
Susanto, Hasan., Homeletika Prinsip dan Metode Berkhotbah, Jakarta:
BPK-GM, 2004.
Wellem, F.D Riwayat Hidup Singkat, Jakarta: BPK GM, 2003.

Sumber Lain
Pardomuan Munthe, M.TH, Rekaman Akademik Homiletika Veronika
Purba STT ABDI SABDA, 2017.

BAB VI

Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah

a. Dasar dan Acuan Khotbah/Berkhotbah

b. Memahami/Pengenalan Konteks dan Kasualistik

Oleh: Aldo Ginting, dan Iin Elisabet Manalu

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang


bagaimana sebenarnya langkah-langkah dalam mempersiapkan khotbah, melalui
tulisan ini, bahwa dalam dalam mempersiapkan khotbah tersebut. Dimana bahwa
mempersiapkan khotbah adalah hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan

78 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
seorang pengkhotbah dalam mempersiapkan khotbahnya. Si pengkhotbah harus
menyampaikan maksud Allah, bukan menyampaikan maksud-maksud kita manusia.
Ibrani 1:1-2, pada zaman dulu Allah berbicara. Dasar Khotbah adalah pernyataan
Allah di dalam Yesus Kristus sebagaimana disaksikan didalam Kitab Suci. Hal itu
karena Allah lebih dulu berfirman kepada manusia, yaitu menyatakan diri kepada kita.
Pernyataannya yang paling sempurna ialah di dalam anak-Nya, Yesus Kristus (Ibr.
1:1-3; Mat.13:16-17; Yoh. 12:44-45; Kol 1:15,19; 2:9). Sebab kamu juga akan
bersaksi tentang Aku sebab engkau juga telah bersama-sama dengan-Ku (Yohanes 15:
25-27). Dengan demikian bahwa si pengkhotbah haruslah mengerti betul langkah-
langkah dalam mempersiapkan khotbah karena itu si pengkhotbah harus
mempersiapkan khotbahnya. Si Pengkhotbah harus membahami bagaimana
sebenarnya konteks dan kasualistik yang akan dikhotbahkan tersebut, agar apa yang
firman Tuhan yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti, dipahami, dan
menjawab segala pergumulan jemaat.

ABSTRACT

The purpose of this research is to provide an understanding of how the actual


steps in preparing the sermon, through this paper, that in preparing the sermon. Where
that preparing the sermon is no less important thing for a preacher to pay attention to
in preparing his sermon. The preacher must convey God's purpose, not convey the
purposes of us humans. Hebrews 1: 1-2, in ancient times God spoke. The basis of the
sermon is the statement of God in Jesus Christ as witnessed in the Scriptures. This is
because God first spoke to humans, that is, revealed himself to us. Its most perfect
expression is in His Son, Jesus Christ (Hebrews 1: 1-3; Matthew 13: 16-17; John 12:
44-45; Col. 1: 15,19; 2: 9). For you will also testify about me, because you also were
with me (John 15: 25-27). Thus that the preacher must understand very well the steps
in preparing the sermon, therefore the preacher must prepare his sermon. The preacher
must understand how contextual and casualistic the preaching is to be, so that what
God's word is conveyed can be easily understood, understood, and answered all the
congregation's struggles.

I. Pendahuluan
Khotbah ialah suatu bagian yang sangat penting dalam ajaran
kekristenan. Khotbah adalah mempercakapkan Firman Tuhan. Melalui

79 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Khotbah para pelayan Tuhan menyatakan kebenaran dan meneguhkan Iman
jemaat. Khotbah merupakan suatu inti dari peribadahan. Yang dimana setiap
orang melakukan peribadahan pasti selalu ada khotbah. Karena dengan
khotbahlah kita mengetahui ajaran-ajaran kebenaran tentang Yesus Kristus.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas bagaimana langkah-langkah
dalam mempersiapkan khotbah, baik itu dasar dan acuan khotbah dan juga
memeahami/pengenalan konteks dan kasualistik. Semoga pembahasan kita
hari ini dapat menambah wawasan kita masing-masing.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Khotbah
Secara Etimologi “khotbah” berasal dari bahasa Latin yaitu sermo,
yang artinya “pidato” atau “percakapan”, yang diambil dari asal kata Latin
serere, artinya “menghubungkan bersama”.185 Dalam ilmu teologi,
percakapan yang dimaksud adalah pemberitaan firman Tuhan (bdn. Luk.
24:14-15; Kis. 24-26:11).186
Dalam perjanjian lama defenisi Khotbah adalah qohelet
(pengkhotbah), basar (memberitakan kabar baik), qara (memanggil,
menyatakan), dan qiri’a (berkhotbah). Dalam perjanjian baru adalah
euangelizo (memberitakan kabar baik), kcryks (pewarta), kcrusso
(memberitakan sebagai pewarta), diangello (menyebarluaskan), dan
katangello (memberitakan dengan hikmat). Khotbah berarti
menyampaikan firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab.187

Didalam Gereja Evangelis (injili), khotbah itu mempunyai tempat


yang sentral, karena tugas gereja yang utama ialah mengabarkan Firman
Tuhan didalam dunia. Biarpun kesaksian gereja tidak terdiri atas perkataan
saja, melainkan bentuk persekutuan (koinonia) dan pelayanan (diakonia)
juga, namun pekabaran injil adalah tugas yang utama daripada saksi-saksi
Kristus. 188
Tak jauh berbeda dengan pernyataan diatas, Marthin Luther
yang mengatakan, “isi khotbah adalah Firman”. Maksudnya ialah, khotbah
menjadi sentral dalam gereja Reformasi, hal ini ia katakan atas dasar
perbedaan yang terjadi pada zamannya, yakni dimana gereja Katolik Roma
185
John S. McClure, Firman Pemberitaan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 104.
186
E.P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 1.
187
Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 1-2
188
H. Rothlisberber, Homiletika, (Jakarta: Gunung Mulia, 1988), 5.

80 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
lebih mementingkan missa dan sakramen-sakramen lainnya. Dalam hal
ini, arti berkhotbah seturut analisis tersebut adalah menyampaikan firman
Allah yang berisi ajaran.189

II.2. Dasar dan Acuan Khotbah/Berkhotbah


Pengkhotbah harus tau apa dasar dan acuan Khotbah. Perlu kita
ketahui bahwa jika Yesus masih ada, maka kita tidak akan berkhotbah.
Jadi siapakah yang akan berkhotbah? Karena Yesus yang dapat
menceritakan/ungkapan isi hari Allah. Yesus sudah naik ke sorga maka
Yesus akan memberikan Roh kepada murid-murid-Nya supaya
meneruskan khotbah-Nya melalui murid-murid yang dipercayakan kepada
atau melalui Roh Kudus. Sebab kamu juga akan bersaksi tentang Aku
sebab engkau juga telah bersama-sama dengan-Ku (Yohanes 15: 25-27).
II.2.1. Dasar Khotbah/Berkhotbah
Dasar khotbah atau berkhotbah adalah kesadaran kita, kepercayaan
yang Yesus berikan. Ketika engkau disuruh berkhotbah engkau
dipercayakan Yesus untuk menyampaikannya. Yang disampaikan adalah
apa yang dikatakan Kitab Suci, acuannya harus berdasarkan Alkitab.
Semua orang harus mengerti dan menyampaikan Kitab Suci.
Dasar: seandainya Tuhan Yesus masih ada di dunia ini, Tuhan
Yesus lah yang pantas berkhotbah bukan kita manusia. Berkhotbah adalah
menyampaikan isi hati Tuhan, dengan demikian tugas Tuhan Yesus lah
yang harus mewartakan firman Allah. Mimbar adalah wilayah Tuhan,
yang harus menyampaikan maksud Allah, bukan menyampaikan maksud-
maksud kita manusia. Ibrani 1:1-2, pada zaman dulu Allah berbicara.
Dasar Khotbah adalah pernyataan Allah di dalam Yesus Kristus
sebagaimana disaksikan didalam Kitab Suci. Hal itu karena Allah lebih
dulu berfirman kepada manusia, yaitu menyatakan diri kepada kita.
Pernyataannya yang paling sempurna ialah di dalam anak-Nya, Yesus
Kristus (Ibr. 1:1-3; Mat.13:16-17; Yoh. 12:44-45; Kol 1:15,19; 2:9).
Didalam pemberitaan kita harus menitik beratkan kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus, karena olehnya Allah memperdamaikan dunia
dengan diriNya sendiri. Pemberitaan tentang Kristus adalah kabar

189
E.P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, 2.

81 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
kesukaan, oleh sebab itu tiap-tiap khotbah harus menimbulkan kesukaan
didalam hati pendengarnya. Kitab suci memberikan kesaksian tentang
Yesus Kristus, maka nats-nats Alkitab harus menjadi dasar Khotbah.
Karena pernyataan dan firman Allah sebagai disaksikan di dalam Alkitab
harus dihubungkan dengan masa, tempat, dan peristiwa-peristiwa
tertentu.190
Khotbah bukanlah pidato umum ataupun cerita biasa yang
didasarkan oleh ungkapan pikiran manusia dan nasihat-nasihat yang
diangkat dari pengalaman hidup manusia. Melainkain khotbah adalah
Firman Tuhan yang didasarkan pada Alkitab. 191 Karena Kitab Suci
memberi kesaksian tentang Yesus Kristus, maka nats-nats Alkitab harus
menjadi dasar khotbah kita. Tidak baik jika kita berkhotbah tanpa nats,
tetapi pada pihak lain tidak cukup jikalau kita membaca nats Alkitab saja
tanpa berkhotbah. Karena pernyataan dan Firman Allah sebagaimana
disaksikan dalam nats Alkitab harus dihubungkan dengan masa, tempat
dan peristiwa-peristiwa yang tertentu.192
II.2.2. Acuan Khotbah/Berkhotbah
Berkhotbah adalah menyampaikan isi hati Tuhan, dengan
demikian tugas Tuhan Yesus lah yang harus mewartakan firman Allah.
Mimbar adalah wilayah Tuhan, yang harus menyampaikan maksud Allah,
bukan menyampaikan maksud-maksud kita manusia. Ibrani 1:1-2, pada
zaman dulu Allah berbicara.
Khotbah haruslah mengacu pada hal-hal yang secara alkitabiah
dan teologis yang meyakinkan. 193
Khotbah adalah Firman Allah yang
didasarkan pada Alkitab. Allah menyatakan Firman-Nya agar Dia dikenal
dan kehendak-Nya diketahui, dimengerti, dipahami, diterima, dan
dilakukan.194 Oleh sebab itu khotbah itu perlu, bahkan dengan perantaraan
khotbah yang baik si pendengar dapat mendengar Firman Tuhan masa
kini; ditempat ini dan berkenaan dengan soal-soal yang hangat dalam
kehidupan si pendengar. Jadi, nats dan khotbah selalu harus dihubungkan.

190
H. Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 12-14
191
E.P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, 3.
192
H. Rothlisberber, Homiletika, 14.
193
Marvin A. Mcmickle, Membentuk Rancangan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 14.
194
E. P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, (Yogyakarta: ANDI, 2013), 98

82 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Sebuah khotbah tanpa nats Alkitab, kemungkinan besar menjadi pidato
saja yang mengemukakan pikiran si pengkhotbah, bukan firman Allah.
Pembacaan nats tanpa khotbah tidak cukup dimengerti karena tidak
disesuaikan dengan keadaan pendengar masa kini.195
Khotbah sebagai firman Allah harus dihubungkan dengan pokok
teologi. Yang dimana Alkitab telah memperkenalkan Yesus Kristus yang
mengasihi manusia, sampai Dia sendiri mati di kayu salib untuk menebus
dosa manusia. Dia menerima kita sebagai anak-anakNya dan Ia mengutus
Roh Kudus untuk memenuhi hati kita, “karena kasih Allah telah
dicurahkan didalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan
kepada kita” (Rm 5:5). Dengan jelas bahwa tujuan khotbah adalah
mewartakan Yesus Kristus kepada jemaat, agar imannya bertumbuh dan
hatinya dibukakan bagi pekerjaan Roh Kudus. 196
Dengan demikian
tidaklah dikatakan sebuah khotbah jika hal itu tidak merujuk terhadap
berita Injil, yakni kebenaran Allah yang dinyatakan didalam Alkitab, dan
secara istimewa dinyatakan dalam Kristus Yesus. 197
II.3. Memahami/Pengenalan Konteks dan Kasualistik
II.3.1. Pengertian Konteks dan Kasualistik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konteks
merupakan bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung
atau menambah kejelasan makna, situasi yang ada hubungannya
dengan suatu kejadian.198 Konteks juga meliputi semua yang ada di
sekelilingnya. Khotbah akan terjadi kesalahan apabila sebuah ayat
Alkitab diceraikan dari konteksnya dan diberi arti yang
salah.199Kasualistik dalam khotbah merupakan semua bentuk
khotbah yang muncul sebagai jawaban terhadap peristiwa-
peristiwa.200
II.3.2. Memahami/Pengenalan Konteks dalam Khotbah

195
H. Rothlisberger, Homiletika Ilmu Berkhotbah, 14
196
E.P. Gintings, Homilitika, (Bandung: BMI, 2012),101.
197
William Evans, Cara Mempersiapkan Khotbah, 9.
198
.... Kamus Besar Bahasa Indonesia, 591
199
W. Ernes Pettry, Bekhotbah dan mengajar, (Malang: Gandum Mas, 1983), 66
200
John S, Firman Pemberitaan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 119

83 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Mengetahui konteks siapa yang akan kita jumpai, lokasi,
tempat serta siapa? Siapa mencakup beberapa unsur yaitu
pendidikan, pekerjaan/profesi, dan pergumulan.
Khotbah merupakan media pengajaran. Oleh sebab itu,
khotbah haruslah kontekstual. Artinya, berbicara kepada orang dan
masyarakat di dalam waktu tertentu.201 Khotbah kontekstual
merupakan khotbah yang menanggapi secara sengaja dan dinamis
persoalan sosial dan budaya tempat dimana pengkhotbah
mempersiapkan dan menyampaikan khotbahnya. Pengkhotbah
kontekstual tidak pernah beranggapan bahwa terdapat bentuk
pengalaman manusia yang sama dalam memberitakan injil.
Sebaliknya, terdapat bentuk-bentuk pengalaman yang dipengaruhi
secara sosial yang patut dipertimbangkan, dan semua pengalaman
ini bertalian dengan proses persiapan dan penyampaian khotbah.
Kepekaan pada konteks mendorong pengkhotbah untuk mengamati
dengan seksama konteks sosial terdekat untuk berkhotbah, terlibat
dalam bentuk hermeneutika Alkitab yang kontekstual, membeli
buku-buku tafsiran yang ditulis oleh orang-orang yang merenungkan
konteks tersebut, dan mempersiapkan khotbah yang membicarakan
secara langsung masalah-masalah dalam kehidupan di situasi sosial
dan budaya tertentu. Meskipun peka terhadap konteks terdekat,
pengkhotbah kontekstual juga menyadari keterbatasan yang
diberikan oleh konteks ini dan kadang mengupayakan cara untuk
memperluas bingkai penafsiran dan pemahaman injil.202 Maka
pengkhotbah mengkorelasi firman Tuhan yang kontekstual dalam
kehidupan alamat pendengar khotbah.203
II.3.3. Memahami/Pengenalan Kasualistik
Kasualistik adalah kasus-kasus khusus yang dihadapi
persoalan khusus; pernikahan, meninggal. Pelayanan gereja yang
mengharuskan diadakan kebaktian:
1. Ibadah minggu dan persekutuan doa

201
Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 22
202
John S, Firman Pemberitaan, 121-122
203
E. P. Gintings, Homiletika Dari Teks Sampai Khotbah, (Bandung: Bina Media Informasi, 2012), 132

84 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
2. Ibadah kasualistik yang dipersiapkan secara khusus untuk
peristiwa-peristiwa kasual yang dialami atau diselenggarakan oleh
jemaat.
Dalam menyampaikan ibadah ini kita harus mengenal juga konteks.
Masalah khusus yang dihadapi oleh tuan rumah atau yang menerima
pelayanan khusus. Tantangan ke depan adalah apa yang akan
dihadapi.
Khotbah Kasualistik atau khotbah khusus adalah semua
bentuk khotbah yang muncul sebagai jawaban terhadap peristiwa-
peristiwa diluar ibadah minggu biasa. Pengkhotbah dipanggil untuk
berkhotbah pada berbagai peristiwa: ibadah pengucapan hari
ekumene, pernikahan, pemakaman, penahbisan, syukur kelulusan,
perayaan-perayaan gerejawi.204 Oleh sebab itu, khotbah harus
disampaikan kepada jemaat yang secara khusus berkumpul untuk
mendengarkan firman Allah dan juga khotbah dihubungkan dan
mengena kepada para pendengar.205
Pengenalan kasualistik itu penting, yaitu perlu untuk
memperhatikan situasi kehidupan pendengar yang penting untuk
diselidiki oleh pengkhotbah. Pengkhotbah harus mengetahui kepada
siapa dia berkhotbah, entah itu kepada anak-anak, orang tua,
masyarakat petani, masyarakat PNS dll. Karena daya tangkap
khotbah yang disampaikan kepada orang tua pasti lah berbeda
dengan anak-anak begitu juga dengan daya tangkap khotbah
masyarakat petani dengan masyarakat PNS. Dan juga meninjau apa
yang sedang terjadi di sekitarnya, dan apa kecenderungan-
kecenderungan yang ada, baik yang positif maupun negatif. Hal itu
penting untuk mengetahui dan memahami gejolak dalam hati jemaat
yang mendengar, pergumulan hidup yang mereka hadapi, muatan-
muatan yang ada dalam ungkapan-ungkapan hidupnya setiap hari
atau tantangan-tantangan yang mereka hadapi.206 Karena khotbah
yang baik dan benar bukan hanya menjelaskan isi Alkitab,

204
John S, Firman Pemberitaan, 119
205
E. P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, 98
206
E.P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, 23.

85 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
melainkan terjadinya pertemuan antara jemaat dalam konteks
kehidupannya dengan firman Tuhan yang ia harapkan dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang “apa yang harus
kami(aku) perbuat”. Sebagaimana teks Alkitab, pendengar dengan
konteksnya merupakan hal yang juga penting untuk diperhatikan.207
Beberapa pengenalan Kasualistik dalam Khotbah yang
sering terjadi dalam jemaat, yaitu:
1. Kebaktian pernikahan

Penting bagi pasangan yang menikah untuk memulai


kehidupan bersama yang baru dengan mencari tuntunan dari Firman
Allah. Khotbah pernikahan dilayankan bukan hanya kepada
pasangan yang menikah, melaikan juga kepada seluruh warga
jemaat yang hadir. Dalam upacara pernikahan peran khotbah adalah
untuk menambahkan realitas kedalam peristiwa pernikahan agar
dapat memberikan cara berfikir teologis yang lewatnya pasangan
pengantin dan jemaat dapat mulai mengambil tanggung jawab yang
lebih dalam lagi bagi diri dan hubungan mereka sendiri.208

2. Kebaktian kedukaan
Kebaktiaankedukaan adalah sejenis kebaktian yang umum.
Seorang pengkhotbah dalam rumah kedukaan sering dipengaruhi
oleh perasaan sedih dan duka yang memenuhi suasana di tempat itu
sehingga ia hanyut dalam khotbahnya. Akhirnya ia lupa
mengemukakan hal-hal yang penting dalam khotbahnya yang telah
dipersiapkannya dan telah disusunnya dengan baik. Itulah sebabnya
pengkhotbah harus menjaga supaya ia jangan terbawa hanyut oleh
perasaan iba dan sedih yang memenuhi hatinya.209
III. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas saya sebagai penyaji menyimpulkan khotbah


merupakan suatu inti dari peribadahan. Yang dimana kita ketahui Dasar
Khotbah adalah pernyataan Allah di dalam Yesus Kristus sebagaimana

207
E.P. Gintin gs, Khotbah dan Pegkhotbah, 22.
208
John S, Firman Pemberitaan, 147
209
P. H. Pouw, Uraian Singkat Tentang Homiletik Ilmu Berkhotbah,125 & 133

86 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
disaksikan didalam Kitab Suci. Hal itu karena Allah lebih dulu berfirman
kepada manusia, yaitu menyatakan diri kepada kita. Begitu juga dengan
konteks dan kasualistiknya, artinya kita ataupun pengkhotbah harus terlebih
dahulu memahami sekaligus juga mengenal bagaimana sebenarnya konteks
dan kasualistik yang akan dikhotbahkan tersebut, agar apa yang firman Tuhan
yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti, dipahami, dan menjawab
segala pergumulan jemaat, baik itu suka maupun duka. Dan juga meminta
pertolongan pencerahan dari Roh Kudus dalam mempersiapkan khotbah agar
firman Tuhan yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti, dipahami,
dan menjawab segala pergumulan-pergumulan yang ada di tengah-tengah
jemaat.

IV. Tambahan Dosen

Kerangka-kerangka dasar berpikir dalam menyusun konsep khotbah.


Bayangkan ada gereja yang menghubungi dan meminta untuk berkhotbah
pada hari dengan tanggal dan waktu yang sudah ditentukan. Timbul
pertanyaan Apa langkah yang dilakukan untuk mempersiapkan khotbah?
Orang secara umum akan berpikir dengan cara akan membaca teks terlebih
dahulu, lalu mengolahnya dan menyusun agar menjadi khotbah. Hari ini
ditunjukkan kepada kita bagiamana langkah-langkah dasar dalam
penyusunannya, Yang pertama adalah moral. Kesadaran diri seorang
pengkhotbah sendiri, siapakah pengkhotbah ini sebenarnya. Mimbar itu
adalah milik Yesus bukan milik kita, dari mimbar itu harus keluar kata-kata
yang mempersaksikan tentang Yesus Kristus, jangan dari mimbar kita jadi
mempersaksikan diri kita sendiri, menceritakan pengalaman kita yang hebat,
mempersaksikan keluarga kita. Sama sekali jangan. Karena mimbar itu tempat
mempersaksikan Kristus dan menceritakan keinginan hati-Nya, menuturkan
kebenaran-kebenaran Tuhan. Kita harus mengerti dan memiliki kesadaran
moral itu. Sebelum naik ke mimbar, pengkhotbah harus memiliki kesadaran
diri tentang siapa dirinya, supaya pengkhotbah tidak meninggikan diri dan
meminjakkan Kristus atau merendahkan Kristus dari mimbar. Banyak
pengkhotbah menggunakan mimbar untuk mempersaksikan dirinya dan
menceritakan kehebatan dirinya bahkan mengumbar keinginan, kepentingan
dan hawa nafsunya yang di bungkus dalam firman Tuhan. Perilaku-perilaku

87 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
inilah yang perlu dihindari mulai dari sekarang ini. Yesus pernah berkata
dalam Yohanes 9 yang mengatakan mengakui diri itu tidak benar.
Mempersaksikan diri sendiri adalah tindakan yang tidak benar. Itulah yang
dikatakan Yesus. Oleh karena itu, mimbar itu bukan tempat kita
mempersaksikan diri kita, tetapi mimbar adalah milik Yesus, Yesus yang
harus di ajarkan dari situ, Yesus yang harus di besarkan, seperti kata Yohanes
pembabtis dalam Yohanes 3. Kesadaran itulah terlebih dahulu dalam
mempersiapkan khotbah. Mimbar adalah lokasi yang stategis untuk mencaci
Tuhan, ketika kita tidak mengerti apa batas-batas ide dan pikiran kita, kita bisa
jatuh ke dalam dosa mencela, merendahkan dan tidak menghargai Tuhan
dalam hidup kita. Jangan berkhotbah sebelum memiliki kesadaran moral.

Dan yang kedua yaitu memahami dan mengenal konteks yang


kasualistik, termasuk tempat, waktu/tanggal, kapan dan dimana berkhotbah.
Akan tetapi kasualistik adalah yang berkenaan dengan acara atau jenis
kebaktian (hari minggu gereja dan orang meninggal). Baik hari minggu atau
kasualistik, semua tetap memiliki konteks masing-masing dan konsep atau
nats khotbah harus dipersiapkan dengan baik. Dalam menyusun nats, terdapat
hal yang perlu diperhatikan yaitu:Siapa yang akan mendengar, kita haruslah
mengetahui profesi dari beberapa jemaat, agar dapat mengenal dan
mengetahui konsep yang digunakan dalam mempersiapkan khotbah atau dapat
dikatakan adanya penyesuaian diri dengan jemaat. Sehebat-hebatnya khotbah
yang kita persiapkan kalau tidak dimengerti oleh jemaat, itu adalah tindakan
yang sia-sia. Akan tetapi sederhanapun khotbahnya kalau bisa dimengerti
jemaat, manfaatnya sangat luar biasa. Kuasa firman Tuhan itu hebat, karena
bisa mempengaruhi. Bukan hanya natsnya saja yang perlu di olah tetapi jemaat
juga perlu dipertanyakan.
V. Daftar Pustaka

.... Kamus Besar Bahasa Indonesia


Gintings, E. P., Homiletika Dari Teks Sampai Khotbah, Bandung: Bina Media
Informasi, 2012.
Gintings, E. P., Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, Yogyakarta: ANDI, 2013.
Gintings, E.P., Homilitika, Bandung: BMI, 2012.
Pettry,W. Ernes, Bekhotbah dan mengajar, Malang: Gandum Mas, 1983.

88 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Rothlisberber, H., Homiletika, Jakarta: Gunung Mulia, 1988.
Rothlisberger, H., Homiletika Ilmu Berkhotbah, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016.
S, John, Firman Pemberitaan, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Tambunan, Lukman, Khotbah dan Retorika, Jakarta: Gunung Mulia, 2011.
Mcmickle Marvin A. Membentuk Rancangan, .Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2017.
Gintings, E. P., Khotbah dan Pengkhotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.

BAB VII

Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah

c. Pemilihan Nats Khotbah

d. Pengenalan/Pengolahan Teks Serta Fungsi dan Pelaksanaan Hermeneutika

Oleh : Alek Hutasoit, Daniel P. Sipayung, Febri Gultom

Abstrak

Tujuan dari penulis ini adalah untuk memberikan suatu pengajaran bahwa
didalam membuat sebuah khotbah yang maksimal atau sempurna haruslah dilakukan
dengan beberapa langkah, yaitu: dengan memilih nats khotbah dan melakukan
pengolahan terhadap teks yang dipilih dan bagaimana pelaksanaan hermeneutik yang
dilakukan untuk mengenali lebih dalam teks khotbah yang nantinya disampaikan
kepada jemaat. Karena Membaca teks dengan seksama adalah syarat utama pada

89 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
bagian awal proses belajar Alkitab. Teks itu sendiri adalah pesan dari Allah, dan
pembaca teks itu merupakan kunci untuk membuka artinya. Bukan saja teksnya yang
perlu dipehatikan tapi juga konteksnya dari teks tersebut harus dipelajari. Penafsir
Alkitab seharusnya membaca bagian-bagian di sekitar teks tersebut secara total untuk
memahami konteksnya yang lebih luas lagi. Dengan begitu penafsir bisa
mempertimbangkan arti teks di dalam konteksnya. Jika teks dipelajari tanpa
mempelajari konteks sebelumnya dan sesudahnya kemungkinan besar sipenafsir salah
dalam membuat kesimpulan beserta pemakaian teks tersebut.

5. Pendahuluan
Ketika kita berkhotbah atau membuat khotbah harus bersumber dan harus
didasarkan Alkitab. Berkhotbah yakni memberi kabar kesukaan dan nama Kristus
yang dibesarkan dalam menyampaikan Firman Tuhan. Maka dalam hal itu sangaat
penting untuk memahami dan mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam
mempersiapkan Khotbah. Dalam pembahasan kita ini akan kita bahas bagaimana
mempersiapkan Khotbah dan memperhatikan pengolahan teks serta fungsi dan
pelaksanaan Hermeneutika dalam berkhotbah. Semoga pembahasan kita ini
menambah wawasan dan pengetahuan kita. Tuhan Yesus Memberkati.
6. Pembahasan
a. Ciri Ciri Khotbah
1. Khotbah yang bersumber dari nats Alkitab, khotbah adalah kabar baik
yang disampaikan dan mengundang pendengar untuk menerimanya.
Khotbah mengundang aspek pembinaan, penghiburan dan nasehat (2 Tim.
2:22).
2. Khotbah diampaikan oleh seorang pengkhotbah yang khusus bertugas
untuk itu.
3. Khotbah disampaikan kepada jemaat yang berkumpul secara khusus
orang-orang bersekutu dan dipersatukan oleh Tuhan.
4. Mendengarkan Firman Tuhan, khotbah tidak teradi karena manusia,
melainkan karena permohonan kepada Tuhan. Khotbah memberi
kegembiraan dan bahwa ada harapan bagi setiap orang yang berusaha
mengetahui serta melaksanakan kehendak Allah, yang memberi petunjuk
kepada kebahagiaan dalam keselamatan yang sejati.

90 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
5. Khotbah haruslah mengenai dengan tanda-tanda zaman masa kini, dan
juga mesti mendorong pendengar ke masa depan kerajaan Allah (Fil.
3:20210)
b. Tujuan Khotbah
Jadi Tujuan khotbah adalah memberitakan berita kesukaan dari Allah
yang dilakukan oleh seorang manusia kepada sesamanya. Supaya mereka yang
mendengar dan tersentuh hatinya mau bertobat, percaya dan dimasukkan
kedalam persekutuan dengan Tuhan Yesus, Hidup dalam KasihNya dan
menyerahkan diri dalam ketaatan kepadaNya.211
i. Pengertian Nats
Kata nats, bahasa latinnya ialah textus dan textum, yang mengandung
arti sesuatu yang terjalin atau dipintal. Suatu khotbah terjalin dari sebuah nats,
oleh sebab itu nats itu disebut dasar khotbah atau ceramah.212
c. Hubungan Nats dengan Khotbah
Karena Kitab Suci memberi kesaksian tentang Yesus Kristus, maka
Nats-nats Alitab harus menjadi dasar Khotbah.213 Jangan nats itu hanya
merupakan semboyan bagi suatu khotbah. Memilih nats yang tepat bagi dasar
khotbah adalah suatu perkara yang penting sekali.214 Berkhotbah dengan tidak
menggunakan nats akan merugikan belaka, khotbahnya tidak akan berhasil.215
d. Pemilihan Nats Khotbah
i. Perikop
Dalam comes (kitab Nats pembacaan) ditentukn untuk tiap-tiap
kebaktian mula-mula satu nats dari injil, kemudian nats dari surat
Rasuli. Nats-nats yang demikian disebut perikop, yaitu berkhotbah
tentang nats yang ditentukan oleh gerja lama, supaya jangan
mereka berkhotbahtentang titik biru sebagai ganti injil dan
tafsirannya.216
ii. Khotbah Deretan

210
E.P. Ginting, Homiletika Dari TeksSampaiKhotbah, (Bandung: Bina Media Informasi, 2012), 100.
211
BambangRusenoUtomo, KhotbahKreatif, (Malang: BPTH Balewiyata, 19994), 5.
212
William Evans, Cara MempersiapkanKhotbah, (Jakarta: BPK-GM, 1999), 18.
213
H. Rothisberger, Homiletika, (Jakarta: BPK-GM, 1989), 14.
214
William Evans, Cara MempersiapkanKhotbah, 18-19.
215
Ibid, 20.
216
H. Rothisberger, Homiletika, 38.

91 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Gereja Evangelis diluar Lutheranisme (gereja Calvinis) tidak
mempergunakan daftar-daftar perikop, melainkan diluar hari-hari
raya gereja, mereka suka berkhotbah terus-menerus tentang salah
satu kitab, Zwingly, ketika mulai berkhotbah di Continua
(pembacaan terus menerus) biarpun tidak terikat secara mutlak
kepada cara itu. Luther menuruti kebiasaan ini dalam Khotbah-
khotbahnya yang diadakan diluar kebaktian hari minggu.217
iii. Pemilihan Nats Bebas
Cara ini ada juga baiknya, yaitu kita dipaksa untuk memikirkan
Alkitab berhubungan dengan keadaaan masa, peristiwa-peristiwa
dalam masyarakat dan pengalaman-pengalaman jemaat. Pendeta itu
bebas untuk memilih satu nats mengenai soal-soal yang
memerlukan penjelasn dan pemecahan dari firman Tuhan. Namun,
disamping keuntungan ada juga bahayanya, jika Pendeta merasa
tertarik oleh salah satu soal etika tertentu, Misalnya hal bertobat,
maka ia dengan barangkali tidak sadar selalu memilih nats yang
bersangkut paut dengan soal tersebut. Atau ia cenderung kepada
salah satu pokok dogmatika (mis. Pembenaran). Oleh sebab itu ia
biasanya memilih nats yang berkisar di sekitar pokok tersebut
sambil melalaikan bagian-bagian lain.218
iv. Memperhatikan Kebutuhan Jemaat
Jika seseorang gembala jemaat atau pekerja gereja, Roh Kudus
akan membimbing kita menemukan mata yang akan kita
khotbahkan, sementara kita akan memperhatikan kebutuhan orang-
orang yang kita layani. Namun, kita harus memahami bahwa
kebutuhan mereka tidak selalu bersifat jasmani atau materi.
Kebutuhan manusia terpenting adalah kerohiannya.219
e. Memilih Nats Khotbah
Memilih Nats merupakan pekerjaan awal dari penyiapkan khotbah,
memilih nats Khotbah bisa dilakukan dengan memilih kitab dan dapat
mengkhotbahkanyasecaraberseri.220 Kata natsberasaldaribahasa Latin
217
Ibid, 39.
218
Ibid, 40
219
Budi Kasmanto, PanggilanBerkhotbah, (Yogjakarta: Andi, 2013), 48.
220
Budi Kasmanto, PangilanBerkhotbah (Yogyakarta: ANDI, 2013), 47.

92 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
textusatautextum, yang berartisesuatu yang terjalinatauterpintal.
Suatukhotbahterjalindaripadasebuahnats:
olehsebabitunatsdisebutdasarkhotbah221. Dalamkebaktiansinagoge orang
Yahudidahulu, telahdipergunakandaftarpembacaan yang menentukannats-
natsmanakah yang harusdibacakanpadaharisabat. DalamGereja lama
timbullahjugakebiasaanpembacaanAlkitabmenurutrencanatertentu, barang kali
dipengruhiolehperaturanSinagoge.
Pembacaanitudikemudianharidimasukkankedalambagianpertamamisa.
Dalamcomes (kitabnatspembacaan) ditentukanuntuktiap-tiapkebaktianmula-
mulasatunatsdariinjil, kemudiasatunasdarirasuli. Nats-nats yang
demikaindisebut “prikop” (yang dipotong di sekeliling). PembaharuGereja
Marti Luther menyuruhpendeta-
pendetasupayaberpegangpadaperaturanperikop, yaitukhotbahtentangnats yang
ditentukanolehgereja lama. PeraturanperikopmasihdituntutdalamGereja Luther
padamasasekarang. 222
Kita
perlumemperhatikatigahaluntukmendapatkannatsuntukkhotbah, Pertama,
hubungkandenganKitabsuci,
keduaPerhatikanhubungannyadengantahunGerejanidanterakhirmemperhatikan
keadaansetempat.
a. Pertama perlu untuk memperhatikan hubungannya dengan Kitab Suci.
Sebab Kitab Suci adalah dasar Khotbah. Alkitab pertama-tama
mengajukan pertanyaan kepada setiap pembaca. Apa yang hendak
dikatakan Tuhan kepada saya dengan Firman-Nya itu? Atau dengan kata-
kata Samuel: “Berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu mendengar”. Alkitab
itu bukan kotak-undian, yang setiap orang dengan semaunya dapat meraih
untuk mendapat ayat yang ia sukai. Seorang yang rajin membaca Alkitab
ia lambat laun akan memperoleh pikiran-pikiran untuk Jemaatnya 223. Nats
harus merupakan suatu gagasan utuh, bukan sepotong. Hati-hati jika kita
memilih nats yang berkhir dengan koma. Nats harus merupakan informasi
penting.224

221
Wiiliams Evans, Cara MempersiapkanKhotbah, (Jakarta:BPK-GM, 1988), 18
222
H. Rothlisberger, HomliletikaIlmuBerkhotbah (Jakarta: BPK-GM, 2016), 38.
223
S. de Jong, KhotbahPersiapan, Isinya, Bentuknya (Jakarta: BPK-GM, 1985), 21.
224
Budi Kamanto, PangilanBerkhotbah, 49.

93 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
b. Kedua, Tahun Gerejani dapat menolong untuk menemukan nats untuk
khotbah. Apakah Tahun Gerejani itu? Yang dimaksudkan dengan Tahun
Gerejani adalah suatu jangka waktu, yang dalamnya, tindakan
keselamatan diperingati dan dirayakan. Tahun Gerejani ini mempunyai
tiga puncak peringatan yaitu Natal, Paskah dan Pentakosta.
c. Pengalaman dan keperluan-keperluan jemaat
Pengkhotbah dapat juga memulai dari jemaatnya dan bertanya pada diri
sendiri kepada siapa sebenarnya khotbah itu ditujukan. Siapakah orang
yang mendengar? Di mana tempatnya? Di dalam kota atau desa. Pendeta
yang mengenal jemaatnya pastilah melihat benyak keperluan rohani yang
dapat dipenuhi memalui khotbah. Jemaat memerlukan peringatan melalui
Firman Tuhan yang hidup. Pengkhotabah haruslah memakai kesempatan
itu untuk mengarahkan kepada keperluan jemaat.225
f. Pemilihan Teks Alkitab
Bagaimana caranya seseorang menyampaikan sebuah khotbah alkitabiah?
Hal itu mungkin dilakukan, jika seseorang secara wajar cukup dipenuhi
dengan pelbagai konsep Alkitab, tanpa benar-benar berbicara dari satu teks
tertentu, jika seseorang tidak dipenuhi dengan konsep-konsep alkitabiah,
memakai sebuah teks, maka ia menyampaikan khotbah yang tidak alkitabiah.
Mengutip Alkitab saja bukan jaminan menyampaikan khotbah yang alkitabiah.
Beberapa dari khotbah yang paling tidak bermutu dan menyesatkan, yang
orang dengar dihujani dengan kutiban ayat Alkitab. Namun, normalnya,
seorang pengkhotbah yang ingin berbicara secara Alkitabiah akan
meluncurkan khotbahnya bedasarkan bagian tertentu Alkitab. Hal ini akan
membawa keuntungan jika sungguh-sungguh digumuli, bagian itu akan
memberi suatu fokus tertentu kedalam bagian khotbah itu. Ada dua cara
mendasar dalam menyiapkan khotbah yang didasarkan atas teks pokok. Yang
pertama adalah memulai dengan sebuah ide atau suatu topik bagi khotbah itu
dan kemudian beralih kepada Alkitab untuk mencari bahan bacaan yang
benar-benar mendukung topik itu. Yang kedua adalah memulai dengan bahan
bacaan itu sendiri, yang dipilih entah entah dari bacaan perseorangan dalam

225
S. de Jong, KhotbahPersiapan, Isinya, Bentuknya ,22-33.

94 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Kitab Suci atau dari sebuah daftar bacaan (leksonari) yang meliputi bacaan
yang telah ditentukan untuk setiap hari Minggu.226
i. Mengolah Teks Alkitab
3. Membaca Teks
Membaca teks dengan seksama adalah syarat utama pada bagian awal proses
belajar Alkitab. Teks itu sendiri adalah pesan dari Allah, dan pembaca teks itu
merupakan kunci untuk membuka artinya. Bukan saja teksnya yang perlu dipehatikan
tapi juga konteksnya dari teks tersebut harus dipelajari. Penafsir Alkitab seharusnya
membaca bagian-bagian di sekitar teks tersebut secara total untuk memahami
konteksnya yang lebih luas lagi. Dengan begitu penafsir bisa mempertimbangkan arti
teks di dalam konteksnya. Jika teks dipelajari tanpa mempelajari konteks sebelumnya
dan sesudahnya kemungkinan besar sipenafsir salah dalam membuat kesimpulan
beserta pemakaian teks tersebut. Setiap teks yang ditafsirkan dengan baik akan
mempertimbangkan konteksnya. Ada tiga kebenaran mengenai konteks setiap teks.
Konteks Pertama setiap teks Alkitab adalah Alkitab secara keseluruhan, Konteks
Kedua kitab dimana teks itu terdapat Konteks Ketiga konteks ayat sebelum dan
sesudahnya. Ada baiknya penafsir membaca teks tersebut dari berbagai terjemahan,
dengan demikian bacaan itu dapat menyatakan segi-segi lain dari teks itu. Sangat
menolong juga jika teks dibaca beberapa kali. Karena dia mungkin dapat melihat
dengan lebih rinci pada saat pembacaan yang kedua atau ketiga kalinya. Pembacaan
teks harunya dilakukan secara logis, sabar, teliti, direnungkan, dan dengan terus
berdoa pada saat mengali teks. Biarlah Roh Kudus berbicara melalui Firman-Nya
sejak awal kepada sipengkhotbah secara pribadi, kemudian bentuklah kebenaran-
kebenaran itu hingga menjadi khotbah. Pengkhotbah yang baik belajar Alkitab untuk
pemakaian secara pribadi, kemudian menyampaika Firman yang segar itu kepada
jemaat.
ii. Observasi
Pekerjaan obeservasi merupakan keahlian untuk meneliti sesuatu secara
seksama. Keahlian untuk mengobservasi adalah kemapuan untuk meneliti rincian dari
teks dan mencatat hasi dari pencarian itu. Detail-detail di dalam teks yang ditemukan
selama observasi dilakukan untuk menunjukkan apa yang dimaksudkan pengarang
kitab itu. Selama observasi dilakukan, sang penafsir mencoba untuk menjawab
pertanyaan ini, “Apa yang dikatakan di dalam teks ini?”. Pencarian tersebut bertujuan
226
JhonKillinger, Dasar-DasarKhotbah( Jakarta: BPK-GM, 1999), 13-14

95 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
mencari secara rinci apa arti yang dinyatakan oleh teks. Pada saat observasi, seorang
penafsir memperhatikan apa yang dinyatakan dalam teks. Kemudia mengutamakan
artinya. Artinya sesudah semua petunjuk dikumpulka, seorang penafsir memerikasa
petunjuk itu untuk menyimpulkan artinya.
a. Observasi Setiap Detail Teks
Bagaimana mengobservasi sebuah teks Alkitab? Selama proses observasi,
amatilah istilah yang mungkin menjadi kunci untuk pengertian teks tersebut. Juga,
urutan istilah seharusnya diobservasi. Cara pemakaian istilah-istilah oleh
pengarangnya seharusnya juga dipertimbangkan. Misalnya, apakah ada kata yang
diulang? Diucapkan sebagai perintah? Sebagai pertanyaan? Sebagai perjanjian?
Sebagai symbol? Pemakaian istilah-istilah mungkin menjadi kunci untuk
menafsirkan teks tersebut. Selain istilah-istilah yang penting selanjutnya obsevasilah
orang-orang yang disebutkan dalam teks, saat di mana kegiatan teks terjadi,
selanjutnya mengobservsi bagian-bagian besar teks menunjuk pada hubungan antara
bagian-bagian besar teks menunjuk pada hubungan antara bagian-bagiannya. Yang
terpenting adalah bahwa sipenafsir sanggup membagi teks-teks Alkitab secara benar
agar menunjukkan bagaimana bagian tersebut berhubungan dengan bagian lainnya
dengan subyek dari teks itu. Selanjutnya dalam proses meyampaikan khotbah,
pembagian teks berfungsi untuk membedakan bagian-bagian besar khotbah dari
pendukungnya. Dengan mengamati hubungan antara bagian-bagian teks, penafsir
bertujuan untuk mengerti bagaimana bagian-bagian dari teks bekerja sama untuk
mencapai maksud teks tersebut.227
g. Arti Hermeneutik
Istilah hermeneutik berasal dari kata hermeneu yang berarti menyebut,
menerangkan menterjemahkan. Khotbah bukan suatu uraian atau ajaran yang tidak
bersangkut-paut dengan manusia pada masa kini, melainkan Khotbah itu Firman
Tuhan disampaikan secara langsung kepada para pendengar sehingga mengalami
pertemuan dengan Tuhan. Maka disini harus dipikirkan dengan cara bagaimana suatu
nats Alkitab yang mengenai masa lampau dapat dihidupkan sehingga jemaat insaf:
bahwa Allah tidak hanya berbica kepada bangsa Israel melainkan berbicara kepada
kita hingga sampai saat ini., Hermenutik akan membantu kita dalam usaha ini yaitu
mengajar kita bagaimana sebuah nats yang dikarang dahulu harus disampaikan pada

227
Michael K, KhotbahAlkitabiah (Bandung: LembagaLiteraturBaptis, 2004), 65-76.

96 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
masa sekarang, bagaiman kejadian masa lampau diterjemahkan pada masa
sekarang.228
h. Prinsip-prinsip Hermeneutik
Hermeneutik dapat dikatan “Teknik atau ilmu yang menafsirkan Alkitab
dengan benar. Akhirnya, semua tafsiran dari teks Alkitab harus ditafsikan sesuai
dengan prinsip Hermeneutik yang baik. Seandainya seorang penafsir tidak
menggunakan perinsip hermeneutik yang kurang baik makan tidak akan bisa
menghasilkan kesimpulan yang benar. Sebaliknya, pemakaian prisnip heremeneutik
yang baik menjamin bahwa kesimpulan itu murni berdasarkan Alkitab. Dengan
demikian, kesimpulan penafsir mengenai nats Alkitab, akhirnya menjadi sama seperti
yang dimaksudkan pengarang asli dalam menulis Alkitab.229 Semakin jauh jarak
antara waktu Alkitab ditulis dengan waktu si pembaca Alkitab, semakin sulit pula
pekerjaan menafsirkan Alkitab, dan juga semakin besar kesalahan menafsirkannya.
Tanggung jawab penafsiran Alkitab adalah tanggung jawab yang paling penting bagi
semua orang Kristen. Kata “mengupas” ini berasal dari 2 Timotius 2: 15. “Yang
berterus terang memberikan perkataan kebenaran itu” dari sinilah kita bisa tahu,
bahwa pengkhotbah yang salah menafsirkan Firman Tuhan, dapat membunuh rohani
jemaatnya dengan tafsiran Alkitab, dan bukannya menghudipkan. Maka para
pengkhotbah mempunyai tanggung jawab besar sebagai merenungkan Firman Allah,
menafsirkannya dengan sangan hati-hati dan dengan penuh kesadaran.230
i. Prisnsip Umum Hermeneutik
Pada waktu para sarjana hermeneutik mendekati tafsiran Alkitab, mereka
menjelaskan hermeneutik dibagi dua bagian, yaitu: Prinsip umum dan prisip khusus.
Prinsip umum adalah prinsip-prinsip secara umum yang perlu diperhatikan untuk
menafsirkan Alkitab. Prisnsip khusus adalah prinsip tafsir yang khusus yaitu Alkitab
dianggap sebagai suatu bagian dari karya sastra maka prinsip khusus berpusat pada
metode pembentukan secara sastra. Prinsip umum mempunyai teori di bawah ini.
a. Alkitab menafsirkan Alkitab

228
H. Rothlisberger, HomliletikaIlmuBerkhotbah (Jakarta: BPK-GM, 2016), 41.

229
Michael K, KhotbahAlkitabiah (Bandung: LembagaLiteraturBaptis, 2004), 83.
230
D.W. Lee, KhotbahEkspsiori yang MembangunkanPendengar, (Bandung: Lembaga Literature
Baptis, 2002), 67.

97 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
b. Teks dan ayat yang dipakai sebagai perbandingan juga harus
dianggap sebagai konteksnya sendiri sebelum dipakai sebagai
dukungan untuk teks lain.
c. Konteks dari sebuah teks merupakan kunci untuk tafsirannya.
7. Konteks setiap teks adalah Alkitab seluruhnya
8. Konteks adalah kitab yang mengandungnya
9. Konteks adalah teks langsung sebelum dan sesudah
d. Arti teks seharusnya dianggap harfiah, kecuali dijelaskan dalam
symbol
e. Penafsir harus menafsirkan kebenaran sesuai dengan zamannya
f. Ajaran dari seluruh Alkitab ditafsirkan melalui ajaran perjanjian
baru untuk menemukan pemakainnya di zaman ini.
g. Teks-teks Alkitab bernilai sebagai renungan devontional, namun
harus dipertimbangkan berdasarkan konteksnya dulu kemudian
dipakai secara renungan. Jadi penerapan berdasarkan tafsiran yang
lengkap.231

Penafsiran adalah unsur yang penting dalam khotbah. Karena dengan


mempunyai penafsiran yang tepat, pengkhotbah baru dapa tmenyampaikan isi khotbah
yang tepat.Penafsiran yang mendalam lebih menghasilkan khotbah yang
mengungkapkan kekayaan Firman Allah.232

i. Penerapan Prinsip Hermenutik


Tanpa penafsiran yang tepat, pengkhotbah sulit menemukan pesan yang
diajarkan si penulis kitab. Tanpa menemukan pesan si penulis kitab, maka khotbah
pun tidak mempunyai pesan yang jelas, atau bahkan sama sekali tidak ada pesan. 233
Untuk penerapan prinsip hermeneutika kita dapat melakukan dua langkah pertama
ialah menyelidiki nats kita secara ilmiah, mempertimbangkannya berdasarkan
kesaksian seluruh Alkitab dan membaca serta menguji buku-buku mengenai pokok
kita. Dalam pada itu hendaknya kita minta doa supaya Roh Kudus memimpin kita dan
menerangi hati kita untuk pengertian yang baik. Pada langkah kedua kita
memperhadapkan nats kita dengan masa sekarang, yaitu menyelidiki dengan cara
231
Michael K, KhotbahAlkitabiah (Bandung: LembagaLiteraturBaptis, 2004), 85.

232
HasanSutanto,Homiletik, (Malang:Literatur SAAT, 2007), 131
233
Ibid, 132

98 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
bagaimana Allah, melalui nats kita, mau berkata dengan pengkhotbah dan pendengar
masa kini dengan menghadapkan kepada persoalan hangat dalam dunia dan gereja
(sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya).
Proses penafsiran(Hermeneutika) didukung beberapa analisis, Analisis-analisis
ini paling tidak terdiri atas analisis salinan kuno, analisis introduksi, analisis sejarah
dan latar belakang, analisis sastra, analisis arti kata dan analisis tata bahasa, dan ada
juga analisis sosial-budaya, setelah ditafsir dengan berbagai analisis, pengkhotbah
dapat mengumpulkan data yang cukup banyak. Lalu pada data ini dia menemukan
benang merah yang menghubungkan bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Berdasarkan benag merah ini, dia menyeleksi informasi yang dianggap saling
berkaitan. Informasi ini merupakan penjelasan yang dapat menerangkan bagian
Alkitab yang diselidiki itu. Penjelasan ini disusun secara logis dan teratur, lalu
dituliskan menjadi sebuah tafsiran. Setelah diperbaiki, jadilah sebuah tafsiran yang
utuh dan jelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penafsiran bertujuan
untuk pesan dari Alkitab yang kan disampaikan melalui khotbah, baik di bagian
pendahuluan , batang tubuh khotbah maupun penutup khotbah 234Jadi bagaimana
caranya menyampaikan firmn Allah dengan sebaiknya berdasarkan perikop yang
tertenu, yaitu:
3. Perikop kita renungkan ayat demi ayat, cara ini memang perlu pada tahap
eksegese, akan tetapi dalam khotbah agaknya membosankan para
pendengar. Cara ini mungkin berarti bahwa si pengkhotbah dalam
persediaan tidak melampaui taraf eksegese, tidak melakukan meditasi
mengenai tujuan dan pengenaan nats itu.
4. Pendeta memeriksa perikop yang menjadi dasar khotbah, mencari pokok
atau judulnya, lantas berkhotbah tentang pokok itu. Cara inipun tidak
memuaskan karena isi perikop tidak cukup diperhatikan melainkan hanya
apa yang dianggap pokoknya saja.
5. Setelah melakukan tafsiran ayat demi ayat pada taraf eksegese, kita
mencari skopus perikop kita, yaitu maksud, tujuan dan sasarannya.235

Hermeneutika lebih luas dari eksegese (Tafsiran), tegasnya apa yang


dibuat tafsiran merupakan bagian pertama saja dalam usaha hermeneutika.

234
Ibid., 135-136
235
H. Rothisberger, Homiletika, 41-46.

99 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Kita harus melakukan dua langkah ketika menyediakan khotbah. Adapun
langkah-langkahnya ialah:

4. Langkah pertama
Langkah pertama ialah menyelidiki nats kita secara ilmiah,
mempertimbangkannya berdasarkan kesaksian seluruh Alkitab dan
membaca serta menguji buku-buku mengenai pokok kita. Dalam
hal itu hendaklah kita meminta doa supaya Roh Kudus memimpin
kita dan menerangi hati kita untuk pengertian yang baik.
5. Langkah kedua
Langkah kedua kita ialah menghadapkan nats kita dengan masa
sekarang, yaitu menyelidiki dengan cara bagaimana Allah, melaui
nats itu mau berkata kepada pengkhotbah dan pendengarnya pada
masa kini. Pada taraf ini mengadakan renungan menuju khotbah
berdasarkan nats kita, tetapi dengan nats terbuka terhadap keadaan
jemaat, soal-soal yang hangat dalam gereja dan dunia (Sosial,
ekonomi, politik, kebudayaan).236

Kemudian hendaklah disadari, bahwa ada peraturan yang menentukan


arti nats yang kita jadikan dasar khotbah itu, peraturan itu adalah sebagai
berikut:

a. Tentukanlah apakah bahasa nats itu mengandung arti yang


sebenarnya atau mengandung arti kiasan.
b. Tentukanlah arti kata-kata menurut maksud penulisnya masing-
masing.
c. Harus mengingat kepada keadaan penulis dan orang yang
diceritakannya.
d. Sesuai dengan iman (Roma 12:6).
e. Pengetahuan tentang adat kebiasaan orang-orang yang pada
mulanya diberi kita itu merupakan bantuan yang besar dalam hal
menafsirkan Alkitab.237
f. Relefan

236
H. Rothisberger, Homiletika, 47-48.
237
H. Rothisberger, Homiletika, 51-52.

100 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Pada waktu pengertian telah menjadi lengkap oleh sebab penafsiran
yang baik, pengkhotbah seharusnya mulai mengaitkan kebenaran
Alkitabiah dengan keperluan manusia. Sejauh masih dalam proses
penafsiran, seorang pengkhotbah hanya mempertimbangkan isi
teks serta artinya. Baru pada bagian ini, dia akan menjadikan itu
sebagai kebenaran praktis. Kebenaran yang berbeda dalam Firman
Allah memang praktis, oleh sebab itu pengkhotnah harus
menyampaikan kebenaran firman Tuhan secara praktis kepada
jemaat. Jadi pengkhotbah menafsirkan Firman Allah, tetapi dia
juga menafsirkan keperluan orang yang menerima pesannya.
Pengkhotbah dapat membayangkan orang-orang moderen dalam
jemaatnya yang akan ditolong melalui penyampaian pesan pada
masa kini. Pengkhotbah mengidentifikasikan bahwa pada masa kini
pun, orang-orang masih terus berjuang dengan hal-hal yang sama
seperti itu. Keperluan jemaatnya akan ditemukan melalui
keterangan dari teks tersebut. Setiap teks Alkitab ditulis untuk
menginsafkan orang-orang akan keperluan mereka, dan seterusnya
untuk menyembuhkan mereka dari penyakit rohani yang mereka
darita.
1.9. Tambahan Dosen
Kerangka dasar berpikir kita, kita bayangkan ada gereja yang
menghubungi dan meminta untuk menghubungi untuk berkhotbah pada hal
yang ditentukan dan kita mau. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan
ialah, bahwa ada sebagian orang yang berpikir, aku akan membaca dan
membuat khotbah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam berkhotbah
ialah.
a. Kesadaran diri/Moral atas berkhotbah.
b. Pengenalan Konteks Kasualistik
Kalau sudh kenal konteks, maka selanjutnya ialah memilih nats.
Memilih nats ada dua jenis pelayanan
c. Tahun Gerejawi.
d. Ibadah Kasualistik
Kita patut bersyukur, bahwa nats gereja sudah dibantu
oleh pusat yang bekerja sama dengan sekber UEM,
101 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
mengeluarkan nats khotbah minggu, maupun epistelnya untuk
partangiangan. Dalam Almanak sudah ditetapkan atau
disediakan nats harian, seksi wanita, pria, sekolah minggu dan
juga remaja. Jadi Almanak sudah menolong, jadi yang ita
pikirkan ialah nats-nats kasualistik: contohnya untuk orang-
orang yang sudah menikah, meninggal, naik sidi, harus
disediakan satu ayat satu orang. Pekerjaan ini banyak sekali
menyita waktu. Contoh khotbah nikah (Kejadian 2:22).
Ketika khotbah nikah, jangan ayat yang telah diberikan
sebelumnya ke pengantin yang pertama, itu lagi yang akan
diberikan ke pengantin yang akan berikutnya. Kalau ada
samapai 2-3 pemberkatan dalam satu gereja. Harus memiliki
visi dan tekad harus menjadi Pendeta. Caranya ialah membuat
toples untuk ayat-ayata Alkitab tentang nikah, sidi, dna untuk
yang meninggal. Lalu ketika bimbingan nikah, mereka akan
mengambil satu ayat dari antara ayat firman Tuhan yang sudah
dibuat di toples itu.
Pengenalan nats, dalam pengolahan nats ini, tentu ada
dua tahapan:
3. Eksegese, yaitu mengenal lebih dekat siapa penulis
nats, dan dialamatkan kepada siapa, apa masalah
pada alamat itu. Darisini barulah kita merumuskan
apa yang menjadi pesan penulis kepada konteks atau
alamat penulis.
4. Hermeneutika, menerjemahkan kepada pengkhotbah
atau hermeneutisasi. Etimologi Hermeneutisasi ialah
sebutan kepada sebuah dewa yang bernama Hermes,
yaitu yang menjemput perkataan Jeus da
menerjemahkan kepada manusia dan rakyat.

Tingkat bahasa jenis berbeda dengan rakyat. Tugas


Hermes ialah menyederhanakan kata-kata itu kepada
bahasa rakyat. Tugas seorang pngkhotbah sama dengan
Hermes yang menerjemahkan pesan tertulis Alkitab,

102 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
kepada pesan konteks pengkhotbah supaya bisa diterima
konteksnya, tentu harus mengenal konteks
pendengarnya. Harus menggunakan bahasa-bahasa yang
lazim digunakan oleh pendengarnya. Untuk komunitas
bidang komputer jangan digunakan istilah pertanian,
dan untuk bidang pertanian jangan digunakan istilah
komputer, karena istilah yang sama dapat mengganggu
konsentrasi dan juga daya berpikir para pendengar.

10. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam mempersiapkan bahan khotbah maka
Pemilihan Nats KhotbahPengenalan dan Pengelolaan teks serta fungsi dan
pelaksanaan Hermeneutika memiliki hubungan dalam krangka bembangun sebuah
khotbah yang berdasarkan Alkitab, metode pelaksanaannya mulai dari pemilihan nats,
pengolahan teks dan penerapn prisip heremenuitik harus dilaksankan dengan teliti dan
dengan kesadaran akan pentingnya penyampain firman Tuhan berdasarkan pesan
yang ada di dalam Alkitab, juga menghidari penyampaian Khotbah yang tidak
berkualitas (khotbah berdasarkan pikiran pengkhotbah). Maka sipengkhotbah harus
memberkali dirinya dengan konsep alkitab, hal itu akan diperoleh sejalan dengan
kemuan pengkhotbah untuk membaca alkitab. Dan tidak hanya sampai disitu saja
penkhotbah juga harus menggunakan prisip hermeneutik agar dapat menghubungkan
pesan Alkitab dengan pendengar masa kita, bahwa Allah tidak hanya berbicara pada
waktu itu saja tapi juga berbicara pada kita pendengar masa kini.
V. DaftarPustaka
de Jong, S., Khotbah Persiapan, Isinya, Bentuknya, Jakarta: BPK-GM, 1985.
Evans, Wiiliams, Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta:BPK-GM, 1988.
Ginting,E.P., Homiletika Dari TeksSampaiKhotbah, Bandung: Bina Media
Informasi, 2012.
Kasmanto, Budi, Pangilan Berkhotbah, Yogyakarta: ANDI, 2013.
Killinger, Jhon, Dasar-Dasar Khotbah, Jakarta: BPK-GM, 1999.
K, Michael, Khotbah Alkitabiah, Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2004.
Lee, D.W., Khotbah Ekspsiori yang Membangunkan Pendengar, Bandung:
Lembaga Literature Baptis, 2002.
Rothisberger, H., Homiletika, Jakarta: BPK-GM, 1989.

103 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Rothlisberger, H., Homliletika Ilmu Berkhotbah, Jakarta: BPK-GM, 2016.
Sutanto, Hasan, Homiletik, Malang:Literatur SAAT, 2007.
Utomo, Bambang Ruseno, KhotbahKreatif, Malang: BPTH Balewiyata, 1994.
William Evans, Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta: BPK-GM, 1999

104 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
BAB VIII

E. Mengenal Bentuk/Pola/Model dan Susunan Khotbah


1. Tekstual, definisi, kerangka dan contohnya
2. Topikal, definisi, kerangka dan contohnya
3. Ekspositori, definisi, kerangka dan contohnya
F. Menulis Khotbah, Menghafal, dan Mempersiapkan Catatan Khotbah

Oleh: Jeremia Hutabarat, Maia Nurhayati Br Ginting

Abstrak
Khotbah adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan
pesan. Dalam tradisi Kristen, pesan ini didasarkan pada apa yang tertulis di dalam
Alkitab atau yang biasa disebut kabar baik. Pesan dari teks Alkitab itu yang menjadi
inti khotbah. Dalam mempersiapkan khotbah kita perlu mengenal bentuk/model/pola
dan susunan khotbah terlebih dahulu. Agar firman Allah dapat kita sampaikan kepada
jemaat secara sistematis dan supaya jemaat dapat memahami dengan baik apa yang
kita sampaikan.
I. Pendahuluan
Khotbah merupakan salah satu cara yang di pakai untuk menyampaikan
firman Tuhan. Di dalam khotbah, kita harus memahami apa yang ingin kita
sampaikan kepada pendengar khotbah.. Dengan mengetahui bentuk khotbah, model,
susunan bagaimana cara menulis, menghafal, dan mempersiapkan catatan khotbah, ini
menjadi sarana yang mudah untuk pengkhotbah membuat khotbahnya dan agar dapat
mudah dimengerti oleh si pendengar khotbah.
II. Pembahasan
2.1. Tekstual, definisi, kerangka dan contohnya
2.1.1 Pengertian Khotbah Tekstual
Khotbah tekstual adalah khotbah yang sumber nats khotbahnya berdasarkan
teks dari satu bagian Alkitab. Sumber nats khotbah tekstual biasanya diambil dari
bagian nats yang pendek dari satu bagian perikop Alkitab.238 Khotbah tekstual (textual
sermon), yaitu khotbah yang berdasarkan ayat-ayat Alkitab. Kita bisa menemukan
satu atau dua ayat emas, atau ayat kunci dalam Alkitab. Analisa khotbah dan
238
Arip Surpi Sitompul, Homiletika (Landasan Teologis, Langkah Praktis dan Pelaksanaan Teknis
Berkhotbah, disertai dengan Contoh-contohnya), (Medan: IKAPI, 2013), 55.

105 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
penjelasannya diambil dari satu perikop Alkitab. Kita boleh mengambil tema khotbah
dari satu atau beberapa kalimat dalam perikop tersebut.239
2.1.2 Kerangka Khotbah240
Ada tiga batasan untuk membuat kerangka khotbah yaitu:
1. Kerangka khotbah tekstual harus berpusat pada satu pikiran utama atau pada tema
dalam teks.
2. Pokok utamanya harus diambil dalam teks yang akan dikhotbahkan, tidak boleh
dari ayat lain.
3. Tugas utama si pengkhotbah, dengan saksama menelaah teks, menemukan ide
utama(temanya), lalu menemukan pokok-pokok utama atau garis besarnya.
2.1.3. Contoh Khotbah Tekstual
Nats : Ezra 7:10
Tema : “Tekad seorang Hamba Tuhan”
Intro : Seorang hamba Tuhan harus memiliki tekad yang baik.
Garis Besar
I. Bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan
II. Bertekad untuk melakukannya
III. Bertekad untuk mengajarkannya
Penutup
2.2. Topikal, definisi, kerangka dan contohnya
2.2.1. Pengertian Khotbah Topikal
Khotbah Topikal adalah khotbah yang dibangun berdasarkan topik.
Penyusunan khotbah topikal diawali dengan menentukan judulnya sebagai topic yang
akan diuraikan.kemudian berdasarkan topik tersebut dibangun garis besar khotbah.241
2.2.2. Kerangka Khotbah
Yang harus diingat dalam membuat kerangka khotbah topikal adalah harus ada
tema, garis besar, ayat-ayat yang mendukung,dan kontekstual. Selain hal tersebut ada
juga beberapa hal yang tidak boleh dilupakan yaitu: nas, tema, intro, kalimat kunci,
kalimat peralihan, dan penutup/ kesimpulan.
2.2.3. Contoh Khotbah

239
Lukman Tambunan, Khotbah & Retorika, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 99.
240
Sudarmadji Said, Manusia Di Mimbar Ilahi, (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2017), 91-93.
241
Arip Surpi Sitompul, Homiletika (Landasan Teologis, Langkah Praktis dan Pelaksanaan Teknis
Berkhotbah, disertai dengan Contoh-contohnya), 51.

106 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Nas : Galatia 6:17, “ selanjutnya jangan ada orang yang menyusahkan aku,
karena padaku ada tanda-tanda milik Yesus”.
Tema : Menjadi milik Yesus
Intro : Orang yang menjadi milik Yesus ada tanda-tanda yang nyata. Ada
cap: bekas lupa penganiayaan karena Kristus. Pada zaman Paulus, diberi cap degan
besi panas adalah budak, prajurit, atau penyembah-penyembah kuil.
Kalimat Kunci : Setidak-tidaknya ada 3 tanda orang yang sudah menjadi milik Yesus.
Garis besar :
I. Seperti seorang hamba (Rm. 1:1)= Hamba Kristus Yesus. Memakai tanda-
tanda: “ Kamu bukan milikmu sendiri” (1Kor 6:19-20) seorang hamba harus
taat mutlak kepada tuannya. Maka orang Kristen yan sudah menjadi milik
Yesus adalah orang Kristen yang benar-benar taat kepada Tuhan.
II. Seperti seorang prajurit (2 Tim 2:3-4). Pengabdian kepada komandan, tidak
lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Kristus (2 Kor 5:15), ikut
menderita, tidak memusingkan dirinya sendiri. Patuh kepada segala perintah
komandan. Begitu jugalah orang Kristen yang sungguh-sungguh sudah
menjadi milik Tuhan Yesus.
III. Seperti seorang penyembah (Yoh 4:23). Tuhan menghendaki penyembah yang
benar. (bnd. Filipi 1:20, “ Yesus dimuliakan di dalam tubuhku.” Dan 2 Kor
4:5, “…bukan diri kami yang kami beritakan, tapi Yesus Kristus sebagai
Tuhan.”242
2.3. Ekspositori, definisi, kerangka dan contohnya
2.3.1. Pengertian Ekspositori
Kata yang bersamaan dengan ekspositori adalah eksposition (Inggris) dan
ekspose. Kesemuanya kata itu memberi pengertian, usaha interpretasi yang dilakukan
secara ilmiah dengan menggunakan seni, memperhatikan hukum-hukum dan aturan-
aturan penafsiran dengan tujuan untuk membuka, menyigkapkan, membongkar,
membeberkan dan pada akhirnya mempublikasikan hasil dari penggalian tersebut.
Khotbah eksposition adalah suatu khotbah dimana suatu bagaian nats Alkitab
diartikan dalam hubungan satu thema/ poko. Bagian materi khotbah diambil dari nats
alkitab tersebut. Dan kerangkanya terdiri dari serangkaian ode yang diuraikan secara
bertahap dan berpangkal pada satu ide utama. 243
Khotbah ekspositori (expository
242
Sudarmadji Said, Manusia Di Mimbar Ilahi, (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2017), 83-85.
243
Arip Surpi Sitompul, Homiletika (Landasan Teologis, Langkah Praktis dan Pelaksanaan Teknis
Berkhotbah, disertai dengan Contoh-contohnya), 59-60.

107 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
sermon), yaitu khotbah yang menitik beratkan penjelasan isi Alkitab. Memilih satu
pasal atau satu perikop ayat Alkitab, kemudian memberikan penjelasan ayat per ayat
atau dari satu perikop Alkitab kita menganalisis pokok pikirannya.244 Khotbah
ekspositori merupakan suatu khotbah di mana suatu bagian Alkitab yang pendek atau
panjang diartikan dalam hubungan dengan satu tema atau pokok. Bagian terbesar
materi khotbah diambil langsung dari nats Alkitab tersebut dan kerangkanya terdiri
dari serangkaian ide yang diuraikan secara bertahap dan berpangkal pada satu ide
utama.245
2.3.2. Bentuk dan Kerangka Khotbah Ekspositori
Bentuk Khotbah Topikal ialah:
a. Menemukan Topik
b. Menemukan Teks
c. Memformulasikan Ide Khotbah
d. Membuat Struktur
e. Menulis Khotbah dalam garis besar246

2.3.3 Contoh Khotbah Ekspositori


Nas : Efesus 6:10-18
Tema : Peperangan Rohani
Intro : Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus secara otomatis ia masuk
dalam peperangan rohani.
Kalkun : Paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam peperangan
rohani.
Kalper : Mari kita perhatikan tiga hal dalam peperangan rohani
Garis Besar
I. Semangat juang orang Kristen dalam peperangan rohani (ayat 10-14a)
II. Perlengkapan orang Kristen dalam peperangan rohani (ayat 14-17)
III. Peranan doa dalam peperangan rohani (ayat 18)247
2.4 Menulis Khotbah, Menghafal, dan Mempersiapkan Catatan Khotbah
2.4.1. Menulis Khotbah

244
Lukman Tambunan, Khotbah & Retorika, 99.
245
James Braga, Cara Mempersiapkan Khotbah, (Malang: Gandum Mas, 2003), 45.
246
Noor Anggraito, Menyiapkan Khotbah Ekspositori Secara Praktis, (Yogyakarta: Andi, 2014) , 79-
83.
247
Sudarmadji Said, Manusia Di Mimbar Ilahi, (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2017), 100.

108 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Agar dapat berkhotbah dengan baik, pertama-tama, tulislah khotbah.
Menulis khotbah menolong kita memberi sentuhan terakhir pada isi khotbah.
Tuliskanlah tiap-tiap kata yang akan dikhotbahkan. Roh kudus bisa mengubah apa
yang kita katakan. Dia berhak melakukannya. Dia aktif dalam seluruh proses
pembuatan khotbah dari awal ketika kita berkomitmen memberi waktu untuk belajar,
sampai akhir kita mengundang jemaat untuk menaati firman Tuhan.248
Ada beberapa hal yang berguna untuk diperhatikan mengenai menulis
khotbah. Banyak catatan seharusnya didapatkan sejak melakukan hermeneutik
penafsiran teks sa,pai tahap renungan, dari skopus tafsiran sampai skopus homiletik.
Catatan-catatan tersebut bisa menjadi bahan untuk menulis khotbah. Berikut adalah
hal-hal yang harus diketahui tentang tulisan khotbah:
 Tulisan Khotbah merupakan suatu kofrontasi terhadap buah pikiran dan karya
cipta sendiri, bahasanya juga bisa dikoreksi dan tulisan khotbah merupakan
kesempatan mengevaluasi bahasa dan kalimat yang kita susun.
 Penulisan khotbah menolong proses penjernihan untuk mencapai khotbah
yang terarah, berpikiran terang, dan jelas.
 Tulisan khotbah dapat disimpan dalam berkas untuk menjadi bahan referensi.
 Tulisan khotbah dapat dipergunakan sebagai bahan melanjutkan percakapan
menjadi terapi naratif bagi warga jemaat dengan memperbanyak bahan itu atau
membuat semacam ringkasan yang dibagikan sesudah dikhotbahkan.
 Tulisan khotbah bisa menjadi bahan bacaan orang yang tidak hadir di gereja
karena sakit, lupa atau penyebab lainnya.
 Tulisan khotbah bisa digunakan untuk menghindari kesalahpahaman bila
keadaan tidak kondusif.249
 Tulisan khotbah janganlah memaku pengkhotbah untuk membaca saja, tanpa
melakukan kontak mata dengan jemaat. Pendengar khotbah harus kita lihat,
karena homilein artinya bergaul, bertukarpikiran, berdialog, dan bercakap-
cakap.250
2.4.2 Menghafal Khotbah
Tipe membaca naskah sulit membuat pendengar simpati karena tidak ada
pertemuan mata antara pengkhotbah dan pendengar. Untuk mengatasi kelemahan ini
248
Budi Kasmanto, Panggilan Berkhotbah, (Yogyakarta:ANDI, 2013), 86.
249
E.P.Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, (Yogyakarta:Andi, 2013), 229-231.
250
E.P.Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah Sebuah Penghantar Homiletika Masa Kini, (Jakarta:BPK-
GM, 2017), 66.

109 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
pengkhotbah membuat naskah, lalu kemudian menghafalkannya lalu berkhotbah,
inilah tipe hafal naskah. Keunggulannya adalah menambah daya hafal. 251 Jika khotbah
seluruhnya ditulis, tetapi tidak dibacakan di atas mimbar, maka haruslah pendeta
menghafal khobahnya sebagai langkah yang terakhir dalam persiapannya. Cara
menghafal khotbah tidak boleh secara mekanis, artinya naskah dimasukkan ke dalam
otak tanpa bantuan akal dan perasaan, melainkan menghafal haruslah kita memikirkan
dan merenungkan Firman Tuhan yang telah kita dengar dan yang nanti akan
diperdengarkan kepada jemaat.252
2.4.3 Mempersiapkan Catatan Khotbah
Setelah menghafal khotbah janganlah kita membawa naskah ke atas mimbar,
karena ada bahaya kita terlalu terikat kepada persiapan yang di tulis itu. Hendaklah
kita memberikan judul kepada bagian khotbah masing-masing, atau mencatat inti tiap-
tiap pasal saja, maka berdasarkan catatan ini kita sanggup mengucapkan khotbah itu
dengan bebas tanpa lupa akan hal-hal yang penting.253
III. Tambahan Dosen
Langkah-langkah bentuk Khotbah :
a. Tekstual
b. Topical
c. Ekspositori
Mencatatkan hasil hermen kepada salah satu kerangka khotbah maka akan
diletakkan hasil eksegese kepada kerangka. Siapa yang menentukan kerangka
tersebut? Yang menentukan bentuk yang dipilih bukan si pengkhotbah tetapi hasil
hermen itu sendiri. Ketika sudah melakukan eksegese dan hermen ada hasil inilah
dimasukkan dalam bentuk khotbah tadi. Kira-kira 3 bentuk ini bagaimana
kerangkanya? Bentuk dan kerangka khotbah :
1. Tekstual
Nats khotbah maximal 5 ayat, contoh: 2/3 ayat setelah ditentukan. Di
dalam khotbah itu tadi dijelaskan dari ayat pertama. Dari setiap ayat yang
dimasuki/dipilih/diangkat topik yang bisa diangkat. Misalnya “pada mulanya
Allah.” Disini dikatakan bahwa Allahlah yang pada mulanya. Untuk semua
Allahlah yang menjadi penentu kehidupan kita. Jadi setiap kata yang kita
251
D.W.Lee, Khotbah Ekspositori Yang Membangunkan Pendengar, (Bandung:Lembaga Literatur Baptis,
2002), 263-264.
252
H. Rothlisberger, Homiletika:Ilmu Berkhotbah, (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2015), 70-71
253
H. Rothlisberger, Homiletika:Ilmu Berkhotbah, (Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2015), 71

110 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
ambil, setiap topik harus dikembangkan sampai selesai tidak boleh gantung-
gantung, setelah selesai disusun dan didapat topik-topik selanjytnya kita
tentukan judul untuk semua topik-topik yang kita pilih dari ayat-ayat yag kita
pilih. Duluan sub judulnya baru judul besar. Susunan khotbah kita mulai dari
Latar belakang – tema – nats – menjelaskan subtema
Ketika kita mau keluar kita keluar dari tema. Kesimpulan tema baru bisa kita
keluar. Ini berlaku untuk semua bentuk.
2. Topical (nats ditentukan dahulu)
Dari nats khotbah dipelajari sehingga ditemukan apa topik besar/utama
dari nats khotbah itu. Susunlah kerangka topik (sub-sub topik) untuk
menopang topik besar. Contoh : Pertobatan
a. Apa itu pertobatan dan mengapa perlu
b. Apa yang melatarbelakangi
c. Bagaimana caranya untuk bertobat
d. Apa hasil/ manfaat dari pertobatan
e. Hidup pertobatan
Jadi ke 5 sub topik itulah yang menopang / menjelaskan topik besar / tema
tersebut. Setelah itu kita mengelola penjelasan sub topik diolah dari nats. Lalu
bandingkan nats (dibutuhkan nats-nats lain) bantuan itu hanya dapat dilakukan
pada surat/kitab dari nats khotbah (nats sebelum dan sesudah) misalnya lukas
2:1-3 bantuan nats yang bisa kita terima ialah nats sebelumnya/sesudahnya.

3. Ekspositori
Metode ini mirip dengan topical. Tentukan nats khotbah, tentukan
tema, setelah dapat susun kerangka (sub tema). Contoh : pertobatan. Ada 5 sub
tema maka diolahlah sub-sub tema tadi. Disinilah dibedakan topical dan
eksposisikan kalau topical nats sebelum dan sesudah ayatnya. Kalau
eksposistori nats bandingnya bisa dari seluruh ayat. Ekspositori sama dengan
nats khotbah, tentukan tema sama kayak tropikal. Setelah dapat tema susunlah
kerangkanya. Maka diolah Ada 5 sub temanya. Disitulah yang membedakan .
Khotbah alkitab sama dengan ekspositori.
4. Menulis Khotbah
Maksudnya menulis semua kata-kata yang akan diucapkan dari doa
sampai doa. Bukan hanya yang ingin kau ucapkan tapi termasuk dengan gaya

111 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
yang akan dilakukan misalnya dengan mengepalkan tangan. Setelah itu dihafal
khotbah tertulis itu dari doa sampai doa. Hafal semua bukan inti pokok saja
dihafal. Mulai mengucapkan hafalan tersebut tanpa melihat tulisan tersebut.
Ketika ada yang macat tuliskanlah dalam nats. Mulai lah kau hapal dan
mengucapkan hapuskan mu tanpa melihat lagi tulisan yang kau hapal. Kau
akan kau ucapkan aja secara oral sekaligus gerak geraknya. Bagian yang
macet. Kau tuliskan lah kata katanya. Misalnya telah selesai alinea 1 kau lupa.
Kata katanya itulah kau catat. Catatan khotbah bukan hanya sub sub hidupnya.
Artinya dimana khotbah itu terasa macet atau kata yang macet itu, catatan ini
membantu kita mengucapkan.254

IV. Kesimpulan
Untuk membuat dan menyusun khotbah kita harus mengetahui apa-apa
saja model dan bentuk-bentuk khotbah. Dengan mengetahui bentuk dan modelnya
para pengkhotbah dapat membuat dan menyusun khotbah dengan baik. Demikian
juga dengan menulis, menghafal dan menyiapkan catatan khotbah. Pengkhotbah
harus menyiapkannya secara matang dan tidak asal-asalan. Seorang pengkhotbah
harus memahami benar bagaimana langkah-langkah untuk membuat khotbah.
Sehingga dalam pembuatan sebuah khotbah, sipengkhotbah tidak menafsir dan
menyampaikan secara asal-asal.
V. Daftar Pustaka
Anggraito, Noor. Menyiapkan Khotbah Ekspositori Secara Praktis,
Yogyakarta: Andi, 2014.
Braga, James, Cara Mempersiapkan Khotbah, Malang: Gandum Mas, 2003.

Gintings, E. P. Khotbah dan Pengkhotbah Sebuah Penghantar Homiletika


Masa Kini, Jakarta:BPK-GM, 2017.
Gintings, E.P. Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya, Yogyakarta:Andi,
2013.
Kasmanto, Budi. Panggilan Berkhotbah, Yogyakarta:ANDI, 2013.
Lee, D. W. Khotbah Ekspositori Yang Membangunkan Pendengar,
Bandung:Lembaga Literatur Baptis, 2002.
Rothlisberger, H. Homiletika:Ilmu Berkhotbah, Jakarta:BPK-Gunung Mulia,
2015.
254
Pardomuan Munthe, Catatan Dosen, Dalam Mata Kuliah “Dogmatika II” di Kelas III-A.

112 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Said, Sudarmadji. Manusia Di Mimbar Ilahi, Jakarta:BPK-Gunung Mulia,
2017.
Sitompul, Arip Supri. Homiletika (Landasan Teologis, Langkah Praktis dan
Pelaksanaan Teknis Berkhotbah, disertai dengan Contoh-contohnya), Medan: IKAPI,
2013.
Tambunan, Lukman, Khotbah & Retorika, Jakarta: Gunung Mulia, 2011.
Sumber Lain
Munthe, Pardomuan, Catatan Dosen, Dalam Mata Kuliah “Dogmatika II” di
Kelas III-A.

113 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
BAB IX

Pelaksanaan Khotbah

a. Sikap Pengkhotbah

b. Tehnik Menyampaikan Khotbah

1. Doa

2. Pembacaan Teks

c. Penjelasan Teks

Oleh: Alfina Sipayung, Barita Immanuel V Silaban

Abstrak

Tujuan dari penulis ini adalah untuk memberikan suatu pengajaran bagaimana
penyampaian Khotbah yang baik intuk seorang pengkhotbah. Khotbah yang ideal
adalah dalah khotbah yang dapat dimengerti oleh para pendengar. Oleh karena itu
penting bagi seorang pengkhotbah mengetahui bagaimana sebenarnya sikap
pengkhotbah yang baik saat berkhotbah karena sikap tubuh pengkhotbah adalah alat
komunikasi yang kuat. Disengaja maupun tidak, sikap tubuh dapat memperlihatkan
apakah pengkhotbah lelah, mempertahankan diri, marah, tenang, merasa ganjil,
frustasi dan seterusnya. Kemudian perlu juga pengkhotbah ketahui tehnik
penyampaian khotbah yaitu dengan di awali dengan doa Khotbah diapit oleh doa.
Yaitu doa awal dan doa akhir. Doa awal oleh pendeta sering disebut sebagai salam.
Dan doa akhir adalah doa merespon khotbah sekaligus memohon kekuatan kiranya
roh kudus menyertai umat untuk mengerti dan melakukan Firman Tuhan. Dalam
pembacaan Teks Alkitab saat kebaktian, orang yang paling ideal melakukan tugas itu
adalah pengkhotbah itu sendiri. Sebab dia lah yang mengetahui isi dan arah khotbah
yang akan disampaikan. Juga perlu memperhatikan tempo dan intonasi suara dalam
pembacaan. Dan yang terakhir adalah penjelasan teks untuk menerangkan isi kitab
suci yang dibacakan.

I. Pendahuluan
Agar penyampaian khotbah baik dan mudah dimegeti oleh pendengar
maka perlu mengetahui sikap dan tehnik penyampaian khotbah yang benar

114 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
dan tepat. Karena khotbah merupakan pemberitaan Firman Tuhan kepada
jemaat. Dalam sajian ini akan kita bahas bagaimana sikap dan tehnik
menyampaikan khotbah. Semoga dapat menambah wawasan kita.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Pengkhotbah
Pengkhotbah berarti orang yang berkhotbah: pembicara
(penyampai) khotbah atau juru Khotbah.255 Pengkhotbah adalah
pelayan yang ditahbisakan yang telah menempuh pendidikan Alkitab
dan Theologi, walaupun dengan latarbelakang pendidikan yang
berbeda-beda misalnya pendeta, penatua dan diakones.256
II.2. Sikap Pengkhotbah
Sikap tubuh (posisi atau sikap tubuh pengkhotbah selama
berkhotbah). Sikap tubuh adalah alat komunikasi yang kuat. Disengaja
maupun tidak, sikap tubuh dapat memperlihatkan apakah pengkhotbah
lelah, mempertahankan diri, marah, tenang, merasa ganjil, frustasi dan
seterusnya.257

II.2.1. Kepribadian Pengkhotbah


Sebelum mengetahui bagaimana sıkap pengkhotbah,
kita harus mengetahui bagaimana kepribadian yang harus
dimiliki oleh seorang pengkhotbah. Seorang pengkotbah
harus memiliki kepribadian dan pertalian secara pribadi
dengan Allah, karena itu adalah bagian terpenting dari
khotbah. Artinya si penkhotbah harus memiliki Persiapan
sebelum berkhotbah.258 Pengkhotbah itu juga harus
mengembangkan diri demi kemajuannnya sendıri.
Pengkhotbah harus memiliki kemampuan dan usaha untuk
mengembangkan sifat dan sikap tertentu.259

255
Daryanto, KBBI, (Surabaya: Apollo, 1998), 821
256
Lukman Tambunan, Khotbah Retorika, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 83
257
Jhon S, McClure, Firman Pemberitaan: 144 istilah penting dalam Homiletika, (Jakarta: BPK-GM,
2005), 15
258
Denis.I.V.Lane, Beritakanlah Firman, (Jakarta: YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH,
1997)12.
259
E.P Ginting, Homiletika Pengkotbah dan Khotbahnya, (Yogyakarta: ANDI. 2013), 235.

115 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Sebagai seorang pengkhotbah itu harus memiliki sifat
seperti berikut :
1. la Harus Lahir Baru dan Dipenuhi Dengan Roh
Kudus
Seorang pengkhotbah terlebih dahulu ia harus
menerima dan mengakui Kristus sebagai juru
selamat dan Tuhannya. Lahir baru itulah tuntutan
Allah yang mutlak dan pertama, buat tiap-tiap orang
yang mau menjadi pengkhotbah. Dengan segala
kepintaran dan pendidikan, tidak mungkin kita
menjadi pengkhotbah yang benar. Sebab tanpa Roh
Kudus kita tidak mengerti dan menerangkan Firinan
Tuhan.
2. Seorang Pengkhotbah Harus Mengasihi Tuhan
Dengan Segenap Hatinya
Seorang pengkhotbah bukan saja berkotbah
karena kewajiban sebagai seorang pendeta tapi lebih
dari itu ia harus didorong oleh Kasih Kristus.
Karena cara kita mengasihi sesama kita itu tidak
hanya diucapkan di bibir saja melainkan dari prilaku
dan perbuatan kita, begitu juga untuk mengasihi
Tuhan Yesus.260
Dan hal yang harus di pegang dar di terapkan
bagi kepribadian seorang pengkhotbah yaitu:
a. Disiplin
Bagi seorang pengkhotbah ia harus
memiliki sikap yang disiplin. Baik itu
disiplin dalam waktu atau disiplin dalam
menyiapkan kotbah. Karena dengan disiplin
seorang pengkhotbah sudah memberikan
contoh yang baik kepada jemaatnya. Dan
pengkotbah juga harus memperhatikan
waktu saat berkotbah karena jemaat akan
260
H.L. Senduk, Pengkhotbah yang Dinamis, (Jakarta: Yayasan Bethel, 2009), 13-14.

116 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
merasa jenuh dan bosan jika khotbah itu
terlalu panjang dan terlalu lama.261
b. Bersikap Ramah
Pengkhotbah harus memiliki sikap yang
ramah terhadap orang lain. Sesudah doa
pembuka dan sebelum penyampaian Firman
ada baiknya si pengkotbah menyapa
pendengarnya, karena dengan bersikap
ramah khotbah akan lebih jauh menarik bagi
pendengarnya.262

Suatu khotbah yang disampaikan dengan cara yang


tidak baik tidak akan hidup. Untuk menjadikan khotbah
signifikan. Ada unsur-unsur pendukung khotbah yang perlu
diperahatikan sebagai seorang pengkotbah, sehingga khotbah
benar-benar dapat hidup dalam jemaat.263 Yaitu

2.2.2. Suara Pengkhotbah


Untuk menguasai suara diperlukan beberapa
keterampilan tertentu agar dapat menggunakannya
secara tepat. Bernafas dengan benar dan artikulasi
yang benar juga sangat penting agar dapat berkhotbah
secara efektif. Memasukkan beraneka faktor produksi
suara yang baik seperti tingkat kecepatan, volume,
phrasing dan jeda itu. Dan menguasai semua
keterampilan ini akan membantu suara pengkohtbah
terdengar bagaikan musik di telinga pendengarnya.264
Suara alami, bukan dibuat-buat. Gunakan nada suara
sedang ketika berkhotbah dan ucapkan khotbah dengan
jelas. Berbicaralah lebih lambat dari biasanya.
Usahakan agar para pendengar yang duduk di kursi
paling belakang dapat mendengar dengan jelas. Bila
261
Jerry Vines & Jim Shaddix, Homiletika dalam Kuasa Berkhotbah, (Jakarta Gandum Mas, 2002),
115-116.
262
Jerry Vines & Jim Shaddix, Homiletika dalam Kuasa Berkhotbah, 314.
263
Haddon W Robinson, Cara Berkhotbah yang Baik, (Yogyakarta: ANDI, 2011), 221.
264
Jerry Vines & Jim Shaddix, Homiletika Kuasa Dalam Berkhotbah, 388.

117 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
gereja menggunakan pengeras suara (sound system),
gereja hendaknya memerhatikan tata suara agar suara
pengkhotabah merata.
2.2.3. Penampilan
Gaya atau Penampilan dapat mengungkapkan
sikap dan perasaan lebih akurat daripada kata-
katanya.265 Karena dari gaya dan penampilan kita
cukup menentukan untuk masuk dalam sebuah
komunikasi yang akan terbangun melalui khotbah.266
Pengkhotbah harus memperhatikan penampilannya
karena mata jemaat akan tertuju kepadanya
Pengkhotbah harus memakai pakaian yang sopan, rapi,
dan bersih Dan memperhatikan rambut dan juga sepatu
yang akan dikenakan ketika berkhotbah.267
2.2.4. Gerak-gerik Pengkhotbah
Gerak gerik harus wajar, spontan tidak dibuat-
buat. Usahakan tidak memakai jenis kata dan gerak-
gerik yang sama. Agar tidak menggangu perhatian
pendengar, atau malah menggelikan dan
membosankan. Jangan meniru atau bersikap berlebih-
lebihan dalam berkhotbah.268
2.2.5. Perhatian Pengkhotbah
Pengkhotbah harus memperhatikan pendengar,
memandang mereka sambil memantau apakah mereka
mendengar, mengerti atau memahami khotbah. Jangan
terikat pada tulisan atau catatan Khotbah.

2.2.6. Pengucapan Khotbah

265
Haddon W Robinson, Cara Berkhotbah yang Baik, 222.
266
Daniel Ronda, Seminar Khotbah Kontenporer, Volume 35, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray,
2015),31-32
267
E. Noor Agraito, Menyiapkan Khotbah Ekspositori Secara Praktis, (Yogyakarta: ANDI, 2001),134-
135.
268
E.P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah: Sebuah penghantar Homiletika Masa Kini, (Jakarta,
BPK-GM,2017),67.

118 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Pengucapan jangan monoton. Pengucapan yang
monoton akan membuat pendengar mudah mengantuk,
walaupun isi khotbahnya baik. Ucapkanlah khotbah
secara berwibawa, tidak terlalu keras dan tidak pelan.
Hindari istilah yang terlalu fulgar dan sensitive.269
2.2.7. Tempo
Tempo adalah unsur penting lainnya dalam
Artikulasi. Ada beberapa masalah umum yang terkait
dengan tempo. Pertama ialah pengkhotbah berbicara
terlalu cepat. Para pendengar perlu waktu yang cukup
untuk mengubah bunyi menjadi kata-kata yang
menjadi kesatuan makna ( ungkapan kalimat ), lalu
kesatuan makna menjadi pemikiran dan perasaan, lalu
pemikiran dan perasaan menjadi kenangan,
pengetahuan dan rencana bertindak.270
2.2.8. Penekanan
Penekanan dianggap sebagai intensitas atau
kekuatan yang kita pakai- penekanan pada kata-kata
yang berarti dalam sesuatu yang kita sampaikan.
2.2.9. Volume
Jumlah suara yang anda gunakan untuk
menyampaikan sesuatu yang anda katakan. Volume itu
penting sekali, karena apabila suara pengkhotbah tidak
terdengar, maka penyampaian khotbah jadi tidak
berarti.271
II.3. Tehnik Menyampaikan Khotbah
II.3.1. Doa
Doa merupakan salah satu unsur penting dalam
khotbah. Ada dua hal yang perlu di perhatikan kaitan
khotbah dengan doa yaitu:

269
E.P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Pengkhotbah, (Yogyakarta: Andi, 2013),232.
270
John S. McClure, Firman Pemberitaan: 144 Istilah Penting dalam Homiletika, (Jakarta:BPK- Gunung Mulia,
2012), 251.
271
Jerry Vines & Jim Shaddix, Homiletika Kuasa Dalam Berkhotbah,406.

119 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Pertama yaitu bagaimana si pengkhotbah berdoa
sebelum membaca nats khotbah, sebelum memasuki
ruangan, memohon agar Roh Kudus menerangi hati dan
pikirannyabegitu juga dengan jemaat.
Kedua yaitu jemaat juga turut serta mendoakan si
pengkhotbah agar Roh Kudus membuka hati dan pikrannya,
dengan demikian, firman yang disampaikan pengkhotbah
dapat menguatkan iman jemaat dan juga si pengkhotbah.272
Tanpa doa khotbah tidak akan lengkap karena doa
adalah disiplin perlengkapan ibadah dan persiapan
khotbah.273 Bahasa yang perlu digunakan dalam berdoa
kata-kata yang bermakna dan menyentuh anggota jemaat
perlu digunakan kata-kata yang cocok dengan mereka yang
di sapa dala, doa itu.274
II.3.2. Pembacaan Teks
Ketika pengkhotbah sudah berdiri di mimbar bukalah
terlebih dahulu bagian Alkitab yang ingin dibaca. Dalam
hal membaca Alkitab saat kebaktian, orang yang paling
ideal melakukan tugas itu adalah pengkhotbah itu sendiri.
Sebab dia lah yang mengetahui isi dan arah khotbah yang
akan disampaikan.275 Dalam pembacaan teks kita harus
memperhatikan nada suara, artikulasi, tembo dan variasi
dalam tinggi rendahnya suara. 276
II.3.3. Penjelasan Teks
Pengkhotbah haruslah senantiasa berhubungan
dengan Alkitab sebagai suatu keutuhan agar teks yang
kurang jelas dapat di jelaskan dari teks yang lain dari sutu
kitab atau antara kitab-kitab yang bisa menerangkan suatu
teks yang akan di khotbahkan.277 Mungkin ada juga
pengkhotbah menjelaskan teks dengan mengunakan
272
E.P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Pengkhotbah, 52.
273
E.P. Gintings, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, (Bandung, Bina Media Sosial, 2012), 157.
274
E.P. Gintings, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, 180.
275
Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011), 122.
276
S.de Jong, Khotbah: Persiapan-Isi-Bentuk, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 74.
277
E.P. Gintings, Homiletika dari Teks Sampai Khotbah,153.

120 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
ilustrasi yang sudah direncanakan. Pengkhotbah harus
menggunakan ilustrasi yang baik supaya memperjelas
kebenaran yang ingi di sampaikan. 278 Ada beberapa yang
membuat khotbah itu menjadi jelas yaitu: Kerangka yang
jelas, kalimat-kalimat pendek, struktur kalimat sederhana
dan kata-kata yang sederhana.279 Pengucapan khotbah
jangan monoton. Pengucapan khotbah yang monoton
membuat pendengar mudah mengantuk, walaupun isi
khotbahnya baik.280

II.4. Tambahan Dosen


Segala sesuatu yang berhubungan dengan penampilan
pengkotbah. Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala
1. Penampilan pengkhotbah di nilai selama ibadah berlangsung.
Memang ada juga berpendapat penilaian itu di mulai sejak
pengkhotbah tiba di lokasi. Hal-hal yang mencakup ke dalam
oenampilan antara lain
a. Tata busana misalnya pakaian., kostum. Dll
b. Tata rias misalnya make up, kerabu, anting dll
c. Tata gerak yaitu hal yang berkenaan dengan gerak gerik
Ada pengkotbah yang merasa kurang percaya diri. Jika
akhirnya dia ketahui bahwa penampilannya kurang menarik.
Tetapi sebaliknya cendrung juga jemaat merasa tergangu apabila
penampilan pengkhotbah kelihatan "norak" atau berlebihan.
Untuk itu pengkhotbah harus mengupayakan penampilan yang
bersisifat nagural sederhana dan sepantasnya.

2. Tehnik
Tehnik adalah segala sesuatu yang berhububgan dengan
metode atau cara penyampaian khotbah. Tehnik di nilai selama
pengkhotbah berada di atas mimbar, tehnik mencakup semua
kegiatan yang berlangsung selama pengkhotbah ada di mimbar.

278
Jerry Vines & Jim Shaddix, Homiletika dalam Kuasa Berkhotbah,270.
279
Haddon W. Robinson, Cara Berkhotbah yang Baik, 207-209.
280
E.P. Gintings, Homiletika Pengkhotbah dan Pengkhotbah, 232.

121 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Ada 3 kegiatan selama di atas mimbar yang membutuhkan
menyampaikan atau mengkomunikasikan antara lain:
a. Doa
Khotbah diapit oleh doa. Yaitu doa awal dan doa akhir.
Doa awal oleh pendeta sering disebut sebagai salam. Dan
doa akhir adalah doa merespon khotbah sekaligus
memohon kekuatan kiranya roh kudus menyertai umat
untuk melakukan
Doa khotbah sering dimaknai jemaat sebagai mediator
atau memperantarai antara jemaat dengan tuhan.
Sehubungan dengan itu jemaat memandang doa khotbah itu
adalah doa puncak. Oleh karena itu maka bagaimana
dipelajari sebelumnya dlm langkah mempersiapkan khotbah
agar doa itu di tuliskan di hafalkan dan dilatih cara
penyampainnya. Jgn lah doa menjadi batu sandungan tetapi
menjadi penghiburan dan kekuatan kepada jemaat.
b. Pembacaan nats
Perlu diketahui pada zaman dahulu misalnya zaman
Yesus. Khotbah hanya diisi dengan acara pembacaan kitab
suci tanpa disertai penjelasan penjelasan. Dahulu kitab suci
hanya terdapat dibait suci. Tidak ada kitab suci berada di
tangan pelayan. Tetapi jemaat bisa mengerti, memahami
dan menghayati isi kitab suci itu ketika pelayan
membacakannya. Itu berarti pelayan telah membacakan
kitab suci itu dengan tepat dan benar. Perlu diketahui
bahwa pusat khotbah adalah pembacaan kitab suci. Bukan
doa dan bukan penjelasannya. Oleh sebab itu
sesungguhnya jika kitab suci dibacakan dengan tepat dan
dengan benar maka tidak dibutuhkan penjenjelasan.
Tetapi berhubungan 2 hal.
1. Pembacaan nats kurang jelas
2. Nats yang dibaca terlalu pendek
Maka dibutuhkan penjelasan. Guna menjelaskan ayat
ayat yang sudah dibacakan. Sebab tujuan khotbah adalah.
122 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Menerangkan khotbah yang telah dibaca. Khotbah adalah
Menjelaskan konteks yang ada.
Bagaimana caranya supaya pengkotbah membacakan
nats dengan benar. Tentu pengkhotbah harus mempelajari
Tehnik pembacaan. Biasanya ada 3 tehnkik membaca:
1. Puitis
2. Dramatikal
3. Teater
Nats yang dibaca secara puitis adalah nats nats yang bersifat 1
arah. Baik itu satu arah dari atas ke bawah. Maupun dari bawah ke
atas.
Maksudnya ialah manusia dan Allah.
Selanjutnya nats nats yang dibaca dengan tehnik dramatikal adalah
bersifat komunikasi atau dialog 2 arah.Nats dibaca model teater
bersofat 2 arah dan mengunakan alat peraga. (mengenai hal ini akan di
perdalam pada homelitika 2 dan praktek)
Kegitan ke 3 Yaitu penjelasan khotbah
Sudah di sampaikan di atas bahwa manfaat penjelasan ialah
menerangkan isi kitab suci yang dibacakan. Penjelasan ini harus
bersifat komunikatif. Untuk itu ada 2 alat komunikasi yang digunakan.
1. Komunikasi ferbal
Tutur kata yg dikeluarkan dari mulut. 3 diperhatikan:
 Tempo atau kecepatan suara
 Dinamika atau tinggi rendah suara
 Nada atau lagu suara
2. Komunikasi tubuh
Maksudnya menggunakan seluruh anggota tubuh untuk
mengkomunikasikan firman Tuhan di dalam khotbah.
Ada 3 hal yang tercakup di dalamnya :
 Mimik wajah mencakup tentang raut wajah, senyuman,
senyum, tatapan mata
 Gerak tubuh mencakup gerakan anggota tubuh terutama
tangan dan leher

123 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
 Mengenai perputaran badan mencakup leher atau kepala
dan pinggang

Pendeknya semua komunikasi ferbal dan tubuh harus


dilaksanakan dengan sadar dan disengaja.281

III. Kesimpulan
Dari pemparan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam pelaksanan
khotbah seorang pengkhotbah harus memperhatikan sikap dan
penampilanya agar tidak menggagu perhatian pendengar. Sebelum
memulai khotbah harus memulainya dengan doa. Karena doa merupakan
salah satu unsur penting dalam khotbah. Meminta penerangan dan
bimbingan Roh Kudus melalui doa untuk berkhotbah. Dalam pembacaan
nats dan penyampaian khotbah, pengkhotbah harus membacakanya dengan
nada suara, artikulasi, tempo dan variasi dalam tinggi rendahnya suara juga
tidak monton agar pendegar merasa tertarik dengan khotbah.

IV. Daftar Pustaka


Agraito, E. Noor. Menyiapkan Khotbah Ekspositori Secara Praktis. Yogyakarta:
ANDI, 2001.
Daryanto. KBBI. Surabaya: Apollo, 1998).
de Jong, S. Khotbah: Persiapan-Isi-Bentuk. Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015.
Ginting, E.P. Homiletika Pengkotbah dan Khotbahnya. Yogyakarta: ANDI. 2013.
Gintings, E.P. Homiletika dari Teks Sampai Khotbah. Bandung, Bina Media
Sosial, 2012.
Gintings,E.P. Khotbah dan Pengkhotbah: Sebuah penghantar Homiletika Masa
Kini. Jakarta, BPK-GM,2017.
Lane, Denis.I.V. Beritakanlah Firman. Jakarta: YAYASAN KOMUNIKASI
BINA KASIH, 1997.
McClure, Jhon S. Firman Pemberitaan: 144 istilah penting dalam Homiletika.
Jakarta: BPK-GM, 2005.
281
Catatan Dosen, Pardomuan Munthe, M.Th

124 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
McClure, John S. Firman Pemberitaan: 144 Istilah Penting dalam Homiletika.
Jakarta:BPK- Gunung Mulia, 2012.
Robinson, Haddon W. Cara Berkhotbah yang Baik. Yogyakarta: ANDI, 2011.
Ronda, Daniel. Seminar Khotbah Kontenporer, Volume 35. Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray, 2015.
Senduk ,H.L. Pengkhotbah yang Dinamis. Jakarta: Yayasan Bethel, 2009.
Tambunan ,Lukman. Khotbah Retorika. Jakarta: BPK-GM, 2011.
Tambunan,Lukman Khotbah dan Retorika. Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011.
Vines Jerry & Jim Shaddix. Homiletika dalam Kuasa Berkhotbah. Jakarta
Gandum Mas, 2002.
Sumber lain
Catatan Dosen, Pardomuan Munthe, M.Th

125 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
BAB X

SERMON

a. Pengertian dan Dasar Pelaksanaannya

b. Fungsi dan Tujuan

c. Mempersiapkan Bahan

d. Tata Pelaksanaan

Oleh : Adelia Br Milala, Dani Klinton, Holisane Angela Br Keliat

Abstrak
Didalam penulisan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi
dan tujuan sermon, dan langkah-langkah dalam mempersiapkan bahan sermon srta
termasuk persiapan khotbah dan serta bagaiamana tata pelaksanaan sermon.
Dimana dalam makalah ini dilakukan seluruh mahasiswa Teologi tingkat 3 STT
Abdi Sabda Medan. Dalam pembahasan ini kita mengetahui bagaimana kita
menyusun tata pelaksanaan sermon agar mendapatkan pelayanan dan persiapan
khitbah yang matang dan maksimal. Dan juga disesuaikan dengan minggu-minggu
tahun gerejawi yang telah ditetapkan. jadi tidak asal-asal dalam menyusun nats-
nats khotbah dalam pelaksanaan sermon ini sehingga dalam penyusunana kita
dapat membuahkan hasil yang baik.
I. Latar Belakang Masalah
Sermon adalah bagian dari homiletika yang merupakan ilmu bercakap-
cakap. Untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam sebuah ibadah
maka diperlukan adanya sermon. Sermon merupakan sebuah persiapan yang
dilakukan untuk melaksanakan tugas pelayanan yang penuh dalam
peribadahan. Oleh karena itu, dalam menyampaikan Firman Allah (Khotbah)
dan pada pelaksanaan peribadahan hari minggu, tentu setiap pelayan
peribadahan itu perlu mempersiapkan diri untuk menyampaikan Firmannya
dan melakukan pelayanannya. Jadi disitulah diperlukan untuk melakukan
sermon sehingga ada wadah untuk para pelayan untuk mempersiapkan
Khotbahnya dan mempersiapkan alat-alat apa-apa saja yang harus diperlukan
sebagai pendukung peribadahan tersebut. Pelayan peribadahan minggu

126 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
haruslah benar-benar menggumuli dan mempersiapkannya dengan baik
sehingga peribadahan tersebut dapat berjalan dengan baik. Pada kali ini kita
akan membahas apa dan bagaimana itu sermon menurut hasil wawancara dari
beberapa detaser dan pendeta. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan
kita semua.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian dan Dasar Pelaksanaan Sermon
Sermon dalam bahasa Latin adalah Sermo yang artinya adalah
percakapan.282 Sermon itu dalam bahasa inggris adalah homa oleh karena itu
orang berfikir adalah pendalaman khotbah bagi para penatua yang diutus yang
ditugaskan bagi para pengkhotbah.283 Sermon adalah satu pekerjaan
menafsirkan teks Alkitab untuk dikhotbahkan.284 Sermon itu merupakan suatu
wadah dalam melakukan persiapan menuju kebaktian minggu. Dan sermon
sangat penting dilakukan bagi pemberita Firman karena melalui sermon itu dia
dapat menggali ataupun mendapatkan masukan-masukan untuk memperdalam
isi makna dari khotbahnya. Sehingga khotbahnya itu tidak sembarangan
sehingga dapat lebih luas lagi dimaknai dengan adanya masukan-masukan dan
kritikan-kritikan dari setiap peserta dalam sermon itu.285
Sekarang ini yang dipercakapkan dalam sermon itu adalah untuk
persekutuan doa, tidak ibadah minggu karena itu di jemaat kota. Tapi di
kabupaten masih dibicarakan, jadi pada umunya orang berfikir itu khusus
pada pengkhotbah saja. Wawasan dan kajian itu harus kita bongkar dan
dikembangkan.286 Maksudnya sermon adalah sarana untuk memeriksa atau
mengoreksi kesiapan-kesiapan bukan hanya kepada pelayan yang naik ke atas
mimbar tetapi juga memeriksa keseluruhan alat-alat perlengkapan (petugas-
petugas) dan alat-alat perlengkapan (sarana prasarana) untuk seluruh
pelaksanaan selama satu minggu kedepan baik itu Kolektan, pemusik, sound
system, dll atau itu sering disebut sama seperti GR. Salah satu bentuk
homiletika adalah sermon, dasar sermon itu berlangsung bertolak dari kitab

282
Henk Ten Napel, Kamus Teologi: Inggris-Indonesia (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1996), 287.
283
Pardomuan Munthe, Catatan Dosen Selasa, 10 November 2020 pukul 10:00 WIB.
284
E.P. Gintings, Homiletika Pengkotbah & Khotbahnya (Yogyakarta : ANDI, 2013), 84.
285
Hasil Wawancara dengan Detaser Ester Taras Bangun, S.Th melalui Chat WA Pada hari Selasa, 03
November 2020, Pukul 17:09 Wib.
286
Pardomuan Munthe, Catatan Dosen Selasa, 10 November 2020 pukul 10:00 WIB.

127 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
suci. Sermon itu dilakukan di hari yang telah ditetapkan oleh gerejanya
misalnya bisa dilakukan pada hari minggu satu minggu sebelum dia melayani
pada hari minggunya depannya.287
Dasar Semon menurutku itu dari Roma 10:17 karena pada ayat itu
dijelaskan bahwa iman itu timbul dari pendengaran. Karena Rasul Paulus
sendiri pun mengatakan bahwa Firman Tuhan itu tidak dapat dipahami secara
sekilas, tidak bisa dipahami secara harafiah saja tetapi harus digali lagi
maknanya. Dengan adanya masukan-masukan dari yang lain itulah makanya
makna dari teks itu dapat dipahami secara menyeluruh.288 Kalau menurut saya
dasar khotbah itu terdapat dalam Lukas 12:47 karena pada ayat itu dijelaskan
bahwa hamba yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa
yang dikehendaki oleh Tuhan akan menerima kesia-siaan. Jika kita tahu
kewajiban kita namun tidak melakukannya, maka dosa kita pun lebih berat.
Sebagai “hamba Tuhan” kita perlu setiap kali memperbaharui panggilan
pelayanan yang telah dipercayakan kepada kita, agar keberadaan sebagai
hamba yang setia dan siap sedia dalam melayani sesama dapat terus dilakukan.
Supaya jangan juga sampai kita menyelewengkan karunia yang saat ini
dipercayakan kepada kita untuk kepentingan sesaat, sebab kelak kita harus
mempertanggungjawabkannya kehadapan Tuhan.289
II.2. Fungsi dan Tujuan Sermon
Ada beberapa Fungsi Sermon yaitu:
1. Fungsi dan Tujuan Sermon adalah membekali penatua-penatua dalam
menyampaikan Firman Tuhan. fungsi dan Tujuan Sermon ialah
mendiskusikan tentang pergumulan yang di alami para penatua dalam
melayani.290
2. Sebagai Alat
3. Sebagai Bahan Persiapan, bukan hanya bagi si pembawa khotbah tetapi
bagi semua yang ikut mengambil bagian dalam kebaktian minggu.

287
Hasil Wawancara dengan Detaser Jeimme Ulin Tarigan, M.Th Pada hari Selasa, 03 November 2020,
Pukul 15:53 Wib.
288
Hasil Wawancara dengan Detaser Ester Taras Bangun, S.Th melalui Chat WA Pada hari Selasa, 03
November 2020, Pukul 17:09 Wib.
289
Hasil Wawancara dengan Detaser Jeimme Ulin Tarigan, M.Th Pada hari Selasa, 03 November 2020,
Pukul 15:55 Wib.
290
Wawancara dengan Pdt. Henri Sihotang S.Th, 26 Oktober 2020.

128 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Sehingga ibadah itu benar-benar dilakukan penuh dengan keseriusan
dan dengan penuh tanggung jawab.291
4. Sermon juga berfungsi sebagai ibadah khusus para pelayan dan juga
sebagai persekutuan doa bagi para petugas atau pelayan.292
5. Untuk menggumuli dan memperkaya pengetahuan tentang nats yang
dibahas.293

Tujuan Sermon yaitu agar terciptanya kerjasama yang baik antara


pendeta, penatua, pengurus kategorial, dan semua yang ikut terlibat dalam
kegiatan sermon itu ataupun kegiatan dalam kebaktian minggu. Dan
dengan adanya sermon ini dapat memberikan pemahaman yang benar
tentang Firman Tuhan dan dapat mempengaruhi juga terhadap tingkah
laku, pola fikir, karena dengan adanya sermon itu kan banyak masukan-
masukan dengan berbagai macam latar belakang, pendidikan, latar
belakang budaya, oleh karena faktor-faktor itulah menjadi pendorong bagi
si pembawa firman ini agar dia lebih kreatif dan lebih memiliki persiapan
yang benar dan bertanggung jawab.294 Selain itu pula tujuan dari Sermon
ini yaitu sebagai wadah untuk saling berbagi ilmu, saling membangun dan
memotivasi agar lebih percaya diri, saling mengoreksi untuk kebaikan
bukan untuk mengucilkan.295

II.3. Mempersiapkan Bahan Sermon


Adapun yang menjadi langkah-langkah untuk mempersiapkan Bahan
Sermon yaitu:
a. Berdoa.
b. Baca ayat alkitab dan bahan pedoman khotbah yang telah disediakan
berulang-ulang sampai benar-benar dipahami.
c. Bahas ayat per ayat.

291
Hasil Wawancara dengan Detaser Ester Taras Bangun, S.Th Via Chat WA Pada hari Selasa, 03
November 2020, Pukul 17:11 Wib.
292
Hasil Wawancara dengan Detaser Jeimme Ulin Tarigan, M.Th Pada hari Selasa, 03 November 2020,
Pukul 15:55 Wib.
293
Hasil wawancara melalui Via WhatsApp dengan Pdt. Arapenta Perangin-Angin (Melayani di GBKP
Padang Bulan ), Pada tanggal 05 November 2020, pukul 16:00 WIB.
294
Hasil Wawancara kepada Detaser Ester Taras Bangun, S.Th Pada hari Selasa, 03 November 2020,
Pukul 17:15 Wib.
295
Hasil Wawancara dengan Pdt. Rulinta Br Ginting, S.Th Pada hari Selasa, 03 November 2020, Pukul
20:30 Wib.

129 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
d. Kemudian di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.296
e. Lihat kemana arah yang mau disampaikan dari nats kitab tersebut.
Misalnya nats tersebut mengarah ke diakonia, maka lihatlah kebutuhan
jemaat dalam berdiakonia dan perdalam Firman Tuhan mengenai hal
itu.297
f. Banyak baca buku sebagai referensi untuk menjadi perbendaharaan
kata
g. Di buat point-point terpenting.298
II.4. Tata Pelaksanaan Sermon
Tata pelaksanaan sermon di GBKP Sukanalu itu dipimpin oleh Pt/Dk. Lalu
kemudian beberapa dari mereka akan memberikan masukan-masukan tentang
bahan yang telah disiapkan dan membahas sesuai dengan apa yang mereka
lihat dan aplikasikan sesuai kehidupan sehari-hari. Dan terakhirnya
disimpulkan oleh pdt yang hadir di sermon itu.299
Di GBKP Kandibata tata pelaksanaan Sermonnya yaitu300
a. Bernyanyi
b. Doa
c. Baca Teks Kitab (dibacakan oleh tuan rumah)
d. Penjelasan oleh narasumber/pendeta mengenai teks
e. Sharing (tanya jawab atau buah-buah pikiran lain)
f. Diskusi (berdasarkan yang ada di Buku Bimbingan)
g. Kesimpulan dari pendeta
h. Persembahan
i. Bernyanyi
j. Doa
k. Maka buka sesi lagi berbicara tentang kondisi jemaat (warta,
jemaat sakit, surat, undangan dan lain sebagainya)

296
Hasil Wawancara dengan Pdt. Donna Br Sitepu, M.Th Pada hari Selasa, 03 November 2020, Pukul
19:30 Wib.
297
Hasil wawancara melalui Via Telepon dengan Pdt. Yoanita Br Tarigan (melayani di GBKP
Serbajadi), pada tanggal 07 November 2020, pukul 19:30 WIB.
298
Hasil Wawancara dengan Pdt. Marheni Sinuraya, M.Div melalui Chat WA Pada hari Kamis, 05
November 2020, Pukul 18:47 Wib.
299
Hasil Wawancara dengan Pdt. Donna Br Sitepu, M.Th Pada hari Selasa, 03 November 2020, Pukul
19:30 Wib.
300
Hasil wawancara melalui Via Telepon dengan Pdt. Franti Nofita Br Sembiring (Melayani di GBKP
Kandibata), pada tanggal 04 November 2020, pukul 20:15 WIB.

130 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
l. GR untuk Kebaktian Minggu (Petugas)
Di GBKP JL. Udara Berastagi tata pelaksanaan sermon dihadiri oleh
Pertua dan Diaken dan juga pendeta setempat, dilakukan setiap hari minggu
pada pukul 3 sore. Alurnya yaitu:
1. Bernyanyi
2. Berdoa
3. Pembacaan Nats (bahan khotbah atau pjj)
4. Penjelasan dari Pendeta
5. Tambahan dari Pertua dan Diaken yang hadir
6. Diskusi
7. Kesimpulan dari Pdt
8. Bernyanyi
9. Berdoa301
III. Tambahan Dosen
Pertama gambaran umum mengenai apa itu sermon. Dimulai dari
etimologinya, sejarahnya, dasar-dasarnya. Gereja suku yang mengenal sermon,
apalagi katolik, khariusmatik tridak mengenal sermon. Ada banyak istilah seperti
jr, pembekalan bahkan ada menggunakan convent. Konven itu di gereja suku
seperti gbkp untuk pertemuan pendeta. Misalnya di gereja katolik itu adalah
persiapan para pelayan.
Apa dasar kita menetapkan wawancara, menetapkan jumlah simple harus
jelas. Kalau kita mengambil sesuatu narasumber kita harus paling tidak memiliki
dasar pemikiran, kita mengadakan pendeta-pendeta satu klasis misalnya bersarkan
itu kita bisa ytetapkan berapa orang dari cara kita, kita harus mengikuti
percakapan, itu harus direkam, setelah itu wawancara itu harus dilampirkan,
karena yang salah satu sumber yang rawan dengan permainan yaitu wawancara
dsan penelotian la[pangan. Dan baru ini ada senior mu yang gagal skripsi karena
itu. Setelah di cek gak benar dia melakukan percakapan. Bahkan narasuymber
mengaytakan bahwa dia melakukan kebohongan dan skripsinya di ggalkan dan
buykan hanya itu saja, perilakunya tidakaa pantas, maka harus dibicarakan juga
dalam erapat dosen seperti itu. Artinya apa dari dulu kita sudah tau, kejahatan
paling bear dio dunia kampus adalah menciplak, mengcopy paste,

301
Hasil Wawancara dengan Pdt. Rulinta Br Ginting, S.Th Pada hari Selasa, 03 November 2020, Pukul
20:30 Wib.

131 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
mencuri ,memani pulasi karya orang lain. Oleh karena itu untuk membuntikan
keaslihan harius dilakukan seperti itu. Harus ditunjukan bukti-bukti tentang itu.
Sermon itu dalam bahasa inggris adalah homa oleh karena itu orang berfikir
Adal;ah pendalaman khotbah bagi para penatua yang diutus yan g ditugaskan bagi
para pengkhoitbah. Sekarang ini yang dipercakapkan dalam sermkon itu adalah
untuk persekutruan doa, tidak ibadah minggu karena itru di jemaat kota. Tapi di
kabupaten masih dibicarakan, jadi pada umunya orang berfikir itu khusus pada
pengkhotbah saja.wawasan dan kajian itu harus kita bongkar dan dikembangkan,
kesuksesan sebuah pelayanan dalam kebaktian tidak bergantung penuh poada
pengkhotbah tetapi pada petugas lainnya baik itu lituirgi, pemusik, operator, alat
yang digunakan. Maka sermon itu harus dibenahi fungsinya sebagai pembekalan
opada semua petugas dan juga persiapamn semua hal yang diperlibatlkan dalam
penyelenggarana peribadahan satu minggu ke depan.
Jadi saya rumuskan sermon itu adalah memeriksa kesiapan-kesiapan alaty-alat
perlengkapan dan alat-alat kelengkapan yang dimaksud perlengkapan adalah
sarana dan prasarana antara lain misalnya semua alat-alat dan bahan-bahan yang
dipergunakan apakah soult system kita sudah benar-benar siap pakai, mic kita siap
pakai dan jangan nanti pada saat iobadsah semua ambil pada memulai, di ketok
mic rupanya gak bunyi, di cek banterainya sudah habis. Kalau gereja itui besar
sudah lumanya ketika tidak ada mic sudah tidak terjadi lagi komunikasi yang baik.
Penentu utama adalah mic. Jago pun misalnya pengkhotbah kalau micnya yang
gak beres gak jago itu, tetapi orang yang sederhana kalau mkicnya bagus tetapi
kata-kata itu tersampauikan, sekarang itu micnya satu factor penentu jalannya
ibadah itu, alat music, kursinya. Ketika saya di tempatkan, saya harus pergi ke
pagaran, saya sampai di situ juga saya sampai teryata di lading juga saya heran
juga, tidak ada rumah disekitarnya. Untung saya cepat datang ke situ, untuk
melijhat langgatan. Saya bertanya pernahnya kalian bersihkan ini, kek manalah
pendeta, gak adanya tinggal disini, saya lihat tempat pijakan pendeta di situ batu
bata disusun dibikin kayu yang rata kemudia disudut sebelah kanan bertumpukan
rumput. Saya bilang dibongkatr ada binatang di situ. Cobalah banyakkan, Jesika
kau ada disitu kau pake rok. Sejak saat itu kalau saya cek langgatannya, gedung
pun harus dipersiapkan, kalau kita satu jemaat kita tengok, debu tebal dikursi itu
padahal kita baru mandi, pakai parfum, baju baru, sepatu baru, gimanalah kita
duduk di kursi itu, report lah kita cari tertib acara, terpaksalah tertibh acara itu
132 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
diduduki, gak jungkin lah kursi itu saya lap. Bukan ada kain lap ada kubawa dari
rumah. Nah itukan sebuah pengalaman bagi kita, bahwa bergereja di gereja itu
sebetulmnya mendatangkan beban kesehatan bagi kita. Jadi harus dipikirkan
bahwa yang perlu dipersiapkan bukan hanya pengkhotbahnya tetapi sarana dan
prasarana juga itulah yang disebut alat-alat dan perlengkapan.
Kemudian alat-alat kelengkapan itu adalah petugas-petugasnya. Petugas itu
bukan hanya pengkhotbah ada lagi petugas penentu dalam ibadah yang sekarang
secara umum sudah membuatnya yaitu song leader. Tiba- tiba jumpa hari minggu
tiba-tiba jumpa lagu yanhg sulit baru micnya pula paling bagus. Sehingga
tergagak mulutnya sehingga berlarian lagu. Udah banyak seoperti itu. Kau bella di
mana kau gereja, dimana kampong mu Bella? Kau efri dimana kampong mu/ efri
menjawab di HKI Tarutung Timur 2 pak. Bapak menanyakan ada song leader
disitu? Efri menjawab gak pak. Jadi yang memandu lagui siapa? Gak ada pak ,
langsung dari organ pak. Nah jadi kalau gak tau lagunya gimana? Tapi pak udah
latihan penatua dulunya pak. Kau Dani di mana kau gereja ? dani menjawab di
GKPI Kutacane pak? Bapak menanyakan, ada songleader disitu? Dani menjawabv
ada pak. Sering rusak kebaktian dibuatnya? Dani menjawab: memang pak pada
setiap hari kamis, song leader latihan itu pak. Ada sermonya ada latihannya.
Hanya song leadernya saja yang latihan pak. Ada pembekalannya. Kau Radinal
dimana kau? GKPI Pagaran Pisang pak? Rusak lagu gara-gara song leader disitu.
Radinal menjawab Tidak pak, karena disini tidak ada songleader pak. Dosen: jadi
pemandu lagu siapa? Radinal: hanya pemain keybord ajah pak. Begitu yaa, ada
banyak yang nhisa menjadi batu sandungan seperti pemusik, pendoa juga mau
seperti itu. Jadi oileh karena itu harus kita ketahui apalagi liturgis, paragenda.
Banyak paragenda ini yang sok jago. Kau paragende di bilang, oh iya. Dah
biasanya aku paragenda disitu di suruh disitu dia bertugas. Nah memang kalau
berhalangan bertugas, kalau dia disuruh siap dia memang. Tapi memang berjalan
ibadah itu tanpa roh, maksudnya tnap roh. Kalau bahasa tobanya dang martondi
ulaon ni karena dia akan membacakan liturgy itu seperti membaca biasa. Dia tidak
sama sekali merasakan itu, karena dia belum memaknai kata demi kata. Jadi
huruf itu dibacakan sepintas lalu, bahkan dia sendiri tidak merasakannya, tidak
menikmatinya , tidak merenungkannya, maka sering disebut ibadah kuita ini
ibadah rutinitas tanpa roh. Kenapa karena itu tidak ada persiapan. Jadi kunci dasar

133 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
supaya ibadah itu bagus adalah harus dipersiapkan latihan yang bagus, semua
harus bersiap. Nah jadi tempatnya semua itu adalah di sermon.
Di sermon itu biasanya lah, diselidiki kesiapan para petugas ini, bahwa sianu
ke sininya, dan ia kesini ya. Atau disitu dibuat jadwal kian, lalu disitu ia ditanya
dari segi waktun ya, apakah tidak ada halangan, kau sudah oke semua, bnarula ia
dibekali. Jadi semunaya harus dibekali. Jadi sermon itu bagaiman kita di gereja-
gereja pentakosta, kharismatik atau gereja-gereha injili lainnya bahwa mereka
memberikan satu atau dua hari waktu untuk melakukan pembekalan dan
pemeriksaan semua sarana dan prasarana guna ibadah yang diselenggarakan. Saya
kira juga itu patut kita tiru, contoh. Supaya ibadah itu pujian bagi Tuhan, supaya
jangan firman tuhan dalam Yesaya 1. Kekacauan Allah terhadap bangsa Israel
dinyatakan pada kita. Disitu dikatakan jauhkan dari padaku yanyian-nyaniyianmu,
doa-doamu, aku muak, aku mendengarkannya tidak suka, jangan semnpat tuhan
bicara seperti itu. Jadi memanbg betul-betul kalau kita mau memuliakan tuhan.
Ibadah itu harus dipersiapkan sebagus-bagusnya.
IV. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Sermon yang
dimaksud adalah sebuah wadah untuk melakukan persiapan dalam
menyampaikan Firman Tuhan kepada jemaat, dan begitupula dapat menjadi
sarana untuk memeriksa atau mengoreksi kesiapan-kesiapan bukan hanya
kepada pelayan yang naik ke atas mimbar tetapi juga memeriksa keseluruhan
alat-alat perlengkapan (petugas-petugas) dan alat-alat perlengkapan (sarana
prasarana) untuk seluruh pelaksanaan selama satu minggu kedepan baik itu
Kolektan, pemusik, sound system, dll atau itu sering disebut sama seperti GR.
Pelayan tidak boleh asal-asalan dalam memberitakan Firman dan begitu pula
dengan para petugas peribadahan minggu tidak boleh melakukan dengan asal-
asal. Supaya seorang pelayan tidak berkhotbah dengan sesukanya tanpa
adanya persiapan dan perenungan maka perlu dilakukan sermon sehingga
sesama hamba Tuhan mereka saling dapat sharing satu dengan yang lain.
Dengan adanya sermon inilah maka sesama pelayan peribadahan dapat
mendiskusikan masalah-masalah ataupun pergumulan yang dihadapinya dalam
gereja itu. Oleh karena itulah sermon ini sangat penting dilakukan guna
kemajuan peribadahan.
V. Daftar Pustaka
134 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Ten Napel, Henk. Kamus Teologi: Inggris-Indonesia. Jakarta: BPK-
Gunung Mulia, 1996.
Gintings, E.P. Homiletika Pengkotbah & Khotbahnya, Yogyakarta :
ANDI, 2013.

Sumber Wawancara :
Detaser Ester Taras Bangun, S.Th (melayani di GBKP Lau Meciho
Dairi) melalui Chat WA Pada hari Selasa, 03 November 2020, Pukul 17:09
Wib.
Detaser Jeimme Ulin Tarigan, M.Th (melayani di GBKP Proyek
Simpang Burah) Pada hari Selasa, 03 November 2020, Pukul 15:53 Wib.
Pdt. Rulinta Br Ginting, S.Th (melayani di GBKP Jl. Udara) Pada hari
Selasa, 03 November 2020, Pukul 20:30 Wib.
Pdt. Donna Br Sitepu, M.Th (melayani di GBKP Sukanalu) Pada hari
Selasa, 03 November 2020, Pukul 19:30 Wib.
Pdt. Marheni Sinuraya, M.Div (melayani di GBKP Pancur Batu Kota)
melalui Chat WA Pada hari Kamis, 05 November 2020, Pukul 18:47 Wib
Pdt. Henri Sihotang S.Th, 26 Oktober 2020 melalui Chat WA Pada
hari kamis, 05 November 2020, Pukul 15:00 WIB.
Pdt. Arapenta Perangin-Angin (Melayani di GBKP Padang Bulan),
Pada tanggal 05 November 2020, pukul 16:00 WIB.
Pdt. Yoanita Br Tarigan (melayani di GBKP Serbajadi), Pada tanggal
07 November 2020, pukul 19:30 WIB.
Pdt. Franti Nofita Br Sembiring (Melayani di GBKP Kandibata), Pada
tanggal 04 November 2020, pukul 20:15 WIB.

135 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
BAB XI

Penelaahan Alkitab

a. Pengertian dan Dasar Pelaksanaan

b. Fungsi dan Tujuan

c. Mempersiapkan Bahan

e. Tata Pelaksanaan

Oleh : Elsa Sinaga, Jonathan Dohardo Damanik, Natalia Damanik

I. Abstrak
Penelaahan Alkitab adalah syarat mutlak untuk bercerita dari Alkitab,
dibutuhkan pula suatu pergaulan yang akrab dan teratur dengan kitab suci
(Alkitab).Sebab tidak sedikit ayat Alkitab sulit untuk dibaca dan dipahami
atau dimengerti.Untuk itu diperlukan guru-guru dan buku-buku referensi
untuk melakukan penelaahan Alkitab tersebut.Untuk memulihkan
keseimbangan, kita perlu kembali pada Alkitab secara keseluruhan, dengan
membiarkan perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berbicara kepada kita
tentang Roh Allah. Penelaahan Alkitab adalah menggali apa yang tertulis di
dalam Alkitab, menggali secara arti dan kata perkata dan mencari makna serta
refleksi kehidupan sehari-hari agar kita semakin mengertiapa isi Firman
Tuhan.
II. Pendahuluan
Karya Ilmiah ini akan membahas mengenai Penelaahan Alkitab,
Pengertian dan Dasar Pelaksanaan Penelaahan Alkitab, Fungsi dan Tujuan
Penelaahan Alkitab, mempersiapkan bahan penelaahan Alkitab, dan tata cara
ataupun tata pelaksanaan penelaahan Alkitab. Artikel ini disusun sebagai
perbaikan dari makalah sebelumnya pada mata kuliah: Homiletika I dengan
dosen pengampu: Pdt. Pardomuan Munthe, M. Th dengan menggabungkan
semua makalah dari penyaji dan menambahkan catatan senior serta catatan

136 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
dosen. Mungkin di dalam pengerjaan ataupun penulisan masih terdapat
kekurangan tapi semoga artikel ini boleh mencapai standart yang
diinginkan.Penelaahan Alkitab adalah sautu kegiatan untuk menafsirkan
Alkitab, menggali Alkitab dengan maksud agar pemahaman yang kita dapat
dari Alkitab bisa jelas. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas
mengenai apa itu Penelaahan Alkitab, Pengertian dan Dasar Pelaksanaan
Penelaahan Alkitab, Fungsi dan Tujuan Penelaahan Alkitab, mempersiapkan
bahan penelaahan Alkitab, dan tata cara ataupun tata pelaksanaan penelaahan
Alkitab tersebut . Semoga Artikel ini boleh bermanfaat bagi kita semua yang
membacanya untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran ataupun
meningkatkan pelayanan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan Allah.
III. Pembahasan
 Pengertian Penelaahan Alkitab
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Penelaahan” memiliki kata
dasar “telaah” artinya penyelidikan, kajian, pemeriksaan, penelitian
sedangkan kata “menelaah” artinya mempelajari, menyelidiki, mengkaji,
memeriksa, menilik dan “Penelaah” ialah seseorang, yang karena
kepekaraannya melakukan tugas menelaah dan menyunting substansi
naskah. sedangkan “Penelaahan” ialah suatu proses, cara, perbuatan
menelaah yang sesuai dengan prosedur dan kaidah keilmuan bidang
naskah.302
Penelaahan Alkitab itu adalah dasar pekerjaan seseorang bersama
dengan saudara-saudara yang lain atau bersama dengan teman-temannya.
Membaca Alkitab dan dan menafsirkan Alkitab.303
Penelaahan Alkitab adalah syarat mutlak untuk bercerita dari
Alkitab, dibutuhkan pula suatu pergaulan yang akrab dan teratur dengan
kitab suci (Alkitab).Sebab tidak sedikit ayat Alkitab sulit untuk dibaca dan
dipahami atau dimengerti.Untuk itu diperlukan guru-guru dan buku-buku
referensi untuk melakukan penelaahan Alkitab tersebut.304 Untuk
memulihkan keseimbangan, kita perlu kembali pada Alkitab secara
302
Yoseph Yapi Taum & Tomas A. Hermawan, Pedoman Penerbitan Buku SDU Press dan
Pencegahan Plagiasiasi di Perguruan Tinggi , (Jakarta: SDU,-), 99
303
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan Munthe, M.Th, Selasa, 17
November 2020, Pukul 10:00-11.45.
304
A.B. Lam, Firman yang Diberitakan: Pedoman Pengajaran Alkitab Untuk Para Didik (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1994), 93-94.

137 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
keseluruhan, dengan membiarkan perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
berbicara kepada kita tentang Roh Allah.305 Penelaahan Alkitab adalah
menggali apa yang tertulis di dalam Alkitab, menggali secara arti dan kata
perkata dan mencari makna serta refleksi kehidupan sehari-hari agar kita
semakin mengertiapa isi firman Tuhan.306 Menurut Pdt. Jan Riwando Purba
PA adalah rumusan pesan eksegese yang diangkat dan dipadukan dengan
konteks yang sedang berlangsung.307
Menurut Pdt. Pardomuan Munthe PA itu adalah usaha menafsirkan
Alkitab secara bersama-sama. Jadi PA adalah pekerjaan bersama bukan
pekerjaan sendiri. Dengan contoh: tentu kamu pasti memiliki buku tafsiran
Alkitab. Buku tafsiran itu pasti ditulis oleh satu orang penulis. Nah coba
kamu bayangkan. Misalnya kamu 15 (lima belas) orang bersepakat untuk
membuat satu buku tafsiran yang ditafsirkan secara bersama-sama. Satu
kelompok PA membuat buku tafsiran disitu dituliskan pengarangngya ialah
oleh kelompok PA pasti lebih puas ulasannya pasti lebih luas karena
dihasilkan dari perpaduan beberapa orang tidak hanya satu orang, itulah
PA. Jadi, PA itu adlah usaha menafsirkan Alkitab secara bersam-sama.308
 Dasar Pelaksanaan Penelaahan Alkitab
Dasar Pelaksanaan Penelaahan Alkitab adalah pengetahuan
Alkitabiah tentang Allah dan cara-cara-Nya, membawa tanggungjawab kepada
kita untuk membagikan pengetahuan itu kepada orang lain. Dunia ini lapar
akan kebenaran. 309 Dasar pelaksanaan Penelaahan Akitab ialah Yohanes 7:52
“Jawab mereka: “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci
dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea””.
Dasar Pelaksanaan PA adalah adanya suatu masalah yang belum terjawab,
sehingga membutuhkan penelaahan untuk menjawab masalah yang dihadapi
melalui penyelidikan terhadap nas Alkitab.310 Allah bermaksud agar kerajaan-
305
U. Metzner dan Pdt H.P.V. Renner, Penelaahan Alkitab Tentang Hidup Baru (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001), 2.
306
Wawancara Dengan Vikar Pendeta Jefri Hamonangan Damanik, S.Th melalui Via VN Whatsapp, 11
November 2020.
307
Wawancara dilakukam Kepada Pdt. Jan Riwando Purba, Melalui Aplikasi Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/3365853369?pwd=MDITeERLL2JNIRNa1YzYWgrNUtPUT09, dengan Nomor
WhatsApp +62 822-3143-0655, pada 14 November 2020, pukul 21:18 WIB- 21:41 WIB.
308
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan Munthe, M.Th, Selasa, 17
November 2020, Pukul 10:00-11.45.
309
Dorothy L. Johns, Memahami Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1983), 18.
310
Ronny Simatupang, Desai,105

138 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Nya diluaskan melalui prinsip pemberian ini. Yesus membagikan
pengetahuan-Nya dengan mengajar orang-orang, Dalam Lukas 10: 1 dikatakan
bahwa ia mengutus murid-Nya mendahului Dia ke tempat-tempat yang hendak
dikunjungi-Nya. Mereka dapat memberitakan kepada orang lain apa yang
telah mereka pelajari dari Yesus, dan kita pun juga harus memberitakan seperti
mereka.311 Menurut Pdt. Jan Riwando Purba, dasar dari pelaksanaan PA
tentunya hasrus memiliki dasar sesuai dengan kasus. Hal ini tentu memiliki
spesifikasi untuk apa diangkat, harus memiliki dasar yang kokoh dan dapat
dipertanggungjawabkan.312

 Fungsi dan Tujuan Penelaahan Alkitab


Fungsi dari Penelaahan Alkitab adalah untuk memelihara iman kita
supaya tetap tumbuh, tanpa kita sadari ketika membaca firman Tuhan setiap
hari, tanpa kita sadari Roh Kudus bisa bekerja untuk mengingatkan kita
untuk menegur kita dan untuk menguatkan kita melalui Firman yang kita
baca.313
Tujuan Penelaahan Alkitab adalah :
a. Memberikan rangsangan kepada setiap anggotanya supaya mereka
masing-masing memenuhi kewajiban mereka untuk mempelajari Alkitab
secara teratur
b. Memungkinkan peserta untuk melampaui batas-batas pemahaman
terhadap diri sendiri dengan menunjuk kepada ide-ide yang lain dan
dengan merangsang pemikiran lebih lanjut.
c. Memciptakan suasana penuh kasih dan saling menerima, sehingga
mengubah seseorang untuk berbicara dengan jujur mengenai
pengalaman-pengalaman, masalah-masalah dan berbagai kebutuhan
pribadinya.
d. Membangun rasa percaya diri di kalangan para anggota dan membuat
mereka bebas membicarakan tentang Alkitab tanpa disertai oleh rasa
malu dan takut dikritik.
311
Dorothy L. Johns, Memahami Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1983), 18.
312
Wawancara dilakukam Keepada Pdt. Jan Riwando Purba, Melalui Aplikasi Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/3365853369?pwd=MDITeERLL2JNIRNa1YzYWgrNUtPUT09, dengan Nomor
WhatsApp +62 822-3143-0655, pada 14 November 2020, pukul 21:18 WIB- 21:41 WIB.
313
Wawancara Dengan Vikar Pendeta Jefri Hamonangan Damanik, S.Th melalui Via VN Whatsapp, 11
November 2020

139 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
e. Membantu perkembangan yang positive pada persekutuan-persekutuan
orang Kristen, sehingga anggota-anggotanya dapat membina hubungan
pribadi yang akrab dalam suasana santai, peserta juga dapat belajar
bersama bagaimana cara berdoa dan bagaimana saling menanggung
beban bersama.
f. Memperlangkapi orang-orang Kristen yang sedang berkembang dengan
metode untuk menolong orang-orang lain supaya mengalami
pertumbuhan rohani. Kelompok-kelompok kecil penelaahan Alkitab
merupakan alat efektif untuk memenuhi Amanat Agung Kristus guna
menjadikan semua bangsa muridNya.314
Tujuan utama dari penelaahan Alkitab adalah Alkitab yang
mengubah kehidupan.Apa yang dipelajari dari Alkitab harus
mengubahkan sikap dan perbuatan. Roh Kudus itu tidak hanya mau
memberikan pengetahuan secara intelektual saja.Tujuannya adalah
menyiapkan orang beriman secara rohani dan intelektual bagi perbuatan-
perbuatan baik.Dengan demikian, tujuan kita adalah memahami
kebenaran Alkitab dan menerapkannya dalam kehidupan.Tiap-tiap
manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik,
Firman Allah hanya dapat melakukan hal tersebut bagi kita bila kita
mempelajarinya.Penelaahan yang berdisiplin diartikan sebagai
penerapan yang tekun dari pikiran, penyelidikan yang seksama tentang
fakta-fakta dan pemikiran yang dalam tentangNya, karena Firman Allah
membawa terang.Hukum-hukum Allah bagi kehidupan membawa
kepada damai, kesukaan, dan kepuasan.315
 Mempersiapkan Bahan Penelaahan Alkitab
Bagi orang yang belum pernah memimpin PA mungkin ini
adalah suatu tugas yang mustahil.Begitu banyak bahan yang harus
dipelajari dan ada bagian-bagian yang sukar dimengerti. Tetapi sama
dengan tugas berat lainnya, jika kita tau bagaimana melakukannya dan
membagikannya dalam bagian-bagian yang lebih kecil, kita sudah

314
Sri Wandaningsi, Memimpin Kelompok Penelaahan Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 2-
3.
315
Dorothy L. Johns, Memahami Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1983), 17.

140 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
mengerjakan banyak. Hal dasar yang perlu diperhatikan dalam
mempersiapkan PA adalah:
a. Harus memiliki sebuah Alkitab, peralatan yang diperlukan untuk
penelaahan Alkitab yang pertama ialah Alkitab (sangat menolong bila
pemimpin PA memiliki beberapa terjemahan Alkitab supaya dapat
membandingkan susunan kata dari ayat-ayat yang sukar dimengerti).
Mata dan pikiran adalah alat kedua untuk mempersiapkan PA ini, bila
kita mempergunakan mata dengan baik, kita dapat mengalami banyak
hal yang tak dapat dilihat orang buta. Namun demikian bagitu banyak
orang yang dapat melihat itu bersifat lalai dan tidak benar-benar melihat
atau mengalami segala sesuatu yang dapat kita alami dengan
menggunakan indra penglihatan dan kemampuan berfikir.
b. Membaca dan merenungkan Alkitab, penglihatan jasmani berhubungan
erat dengan penglihatan rohani. Dengan demikian kita memperoleh
pengetahuan atau pengertian akan kebenaran Allah yang tersembunyi.
Yesaya 44: 18 mengatakan bahwa orang yang menolak Allah itu
matanya melekat tertutup, sehingga tidak lain, orang yang suci hatinya,
orang yang mengasihi Allah, akan melihat Allah seperti yang dikatakan
Matius 5:8
c. Menulis, alat ketiga adalah sebuah pena untuk membuat catatan
sementara kita ketika membaca Alkitab. Menulis sesuatu menolong kita
untuk mengingatnya, ketika kita menulis kata-kata yang diulang atau
hal-hal khusus untuk disebutkan, kita akan benar-benar melihat lebih
banyak lagi banyak hal yang dituliskan oleh penulis Alkitab tersebut.
Sebenarnya, hanya ketiga alat ini, yaitu Alkitab, mata rohani dan
jasmani, serta sebatang pena untuk mempersiapkan bahan PA, tetapi
disamping itu masih terdapat alat lain yang berguna untuk mempersiapkan
penelaahan Alkitab. Kita mungkin dapat menggunakan sebuah kamus
Alkitab untuk memberikan defenisi kata-kata sukar dan keterangan tentang
masa, tempat, kebudayaan dan orang pada zaman Alkitab itu ditulis serta
dapat menggunakan konkordansi Alkitab yang mencantumkan semua kata
di Alkitab dan petunjuk ayatnya dalam susunan menurut abjad.316

316
Thomas Maphori, Cara Mempelajari Alkitab (Malang: Gandum Mas, 2006), 58-63.

141 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Pernyataan pertama untuk penelaahan Alkitab adalah pengertian
rohani. Kita bisa menemukannya di dalam 1 Korintus 2: 14, Firman Allah
bukannya buku yang mati, melainkan yang hidup. Allah kita hidup
sekarang ini. Roh Kudus yang sama, yang menyampaikan berita itu
ratusan tahun yang lalu, dewasa ini berbicara melalui Firman-Nya. Yesus
Kristus memberikan Roh Kudus kepada setiap orang yang menerima Dia
sebagai juruslamat dan Tuhan, kemudia yang kedua untuk penelaahan
Alkitab adalah sifat Rohani.Orang yang rohani hidup menurut Allah,
dalam persekutuan yang sempurna dengan Tuhannya yang hidup.Hidup
semacam ini ditandai oleh ibadah yang sungguh, kepekaan terhadap Roh
Allah, kelemahlembutan, kerendahan hati, kesabaran, dan iman.
Pengakuan dosa yang dilakukan dengan segera akan membuat saudara
tetap dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Ketidaktaatan kepada
terang rohani akan mengakibatkan lenyapnya terang itu dan
menggantikannya dengan kegelapan. Yesus berkata bahwa sahabat-
sahabat-Nya ialah mereka yang menurut akan firman-Nya (Yohanes 15:
14). Penyelidikan terhadap fakta-fakta menurut pikiran yang waspada,
suatu kesudian untuk memusatkan perhatian.Saudara harus memiliki
semangat, suatu keinginan yang kuat untuk mempelajari Firman
Allah.Penelaahan jadi membosankan.Ia menuntut waktu dan kerja. Jika
kita tidak membulatkan hati untuk berfikir secara mendalam tentang hal
ini, maka Roh Kudus tidak dapat menyatakan kebenaran-Nya kepada
saudara.317 Cara mempersiapkan bahan penelaahan Alkitab kita harus
menentukan topik apa yang akan di bahas, bisa melalui topic yang dibahas
contohnya tentang doa jadi kita menelaah teks-teks Alkitab tentang doa
dan bisa juga membahas ayat per ayat, dan kita juga harus mempersiapkan
hati dan kesiapan untuk membaca Firman Tuhan.318
 Alat-Alat yang Digunakan dalam Penelaahan Alkitab
Alat-alat yang digunakan untuk penelaahan Alkitab sangat
sederhana.Hanya pensil, kertas, Alkitab.Mata, dan waktu adalah alat-alat
yang kita butuhkan.Penting untuk memiliki waktu yang bebas dari

317
Dorothy L. Johns, Memahami Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1983), 36-37.
318
Wawancara Dengan Vikar Pendeta Jefri Hamonangan Damanik, S.Th melalui Via VN Whatsapp, 11
November 2020.

142 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
gangguan agar ketika kita belajar maka kita bisa bersama Roh Kudus dan
Firman Allah.319
Bahan-bahan Penelaahan Alkitab biasanya disajiakn dalam setengah lembar
kertas HVS isinya hanya terdiri dari 3 unsur :320
a. Judul nats rujukan
Judul baiknya menggunakan satu kata yaitu kata dasar, judul diambil
dari konteks, judul boleh tidak ada dalam alkitab, tetapi harus terdapat
dalam makna nats Alkitab tersebut.
b. Pengantar
Adalah penjelasan atau pengenalan tentang konteks, oleh karena itu
isinya tidak boleh mencakup dengan teks.
c. Diskusi
Terdiri dari beberapa petanyaan adalah pendalaman terhadap teks,
diskusi mengandung tiga unsur yaitu:
1) Eksegese maksudnya ialah pendalaman teks untuk meneliti apa isi
dan pesan penulis dalam teks itu.
2) Hermeneutik adalah penggabungan atau perjumpaan antara teks
dengan kontes atau lebih sering disebut apa pesan penulis terhadap
kontks
3) Tanggapan adalah untuk melihat bagaiaman kesan dan pesan peserta
terhadap Penelaahan Alkitab yang berlangsung, biasanya diskusi ini
dikemas dengan pertanyaan-pertanyaan, dengan komposisi
pertanyaan eksegese lebih besar dari hermeneutik, dan hermeneutik
lebih besar dari tanggapan.
 Pemimpin PA (Pembawa Acara PA)
Dalam usaha menafsirkan dibutuhkan seoranng pemimpin. Pemimpin
di sini bukanlah seorang guru yang mengajari murid-murid, bukan seorang
pemandu yang memimpin orang-orang buta (tidak tahu sama sekali tentang
Alkitab). Tetapi pemimpin di sini adalah yang mengelolah pelaksanaan PA
mereka hars dipandang sebagai Penafsir. Karena PA adalah kumpulan dari
beberapa penafsir. Kita bisa membayangkan kwalitas sebuah pikiran. Kita

319
Dorothy L. Johns, Memahami Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1983), 37.
320
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan Munthe, M.Th, Selasa, 17
November 2020, Pukul 10:00-11.45.

143 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
bisa bayangkan beberapa kumpul orang-orang yang berbeda ahli-ahli
dengan menafsirkan Kej 1:1. Tentu akan dihasilkan tafsiran Kej 1:1 dari
berbagai aspek dan bidang demikian seperti itulah target (tujuan
pencapaian) dari PA. Memang target seperti itu sulit dicapai apabila PA itu
selalu dilaksanakan di dalam satu kelompok organisasi. Contoh PA untuk
kumpulan untuk guru-guru SD itu pesertanya dari profesi yang sama, yang
sudah tentu satu pandangan yang sama. Paling pergumulan hidup masing-
masing. Jadi peserta PA yang baik apabila tercapai istilah profesi sebab
biasanya orang memberikan pendapat tidak jauh atau tidak terpisahkan dari
proferi yang digelutinya sehari-hari.321
 Peserta PA322
Jadi peserta yang baik adalah apabila tercapai istilah berbagai profesi
sebab biasanya orang memberikan pendapat tidak terpisahkan dari profesi
ynag digelutinya sehari-hari. Ada 3 unsur yang dibutuhkan didalam
Penelaahan Alkitab: yaitu:
- Pembuat bahan Penelaahan Alkitab
- Pemimpin
- Peserta atau anggota
Dari ketiga unsur ini yang membutuhkan campur tangan seorang
Teolog adalah yang membuat Penelaahan Alkitab, karena tujuan pembuat
Penelaahan Alkitab adalah menyajikan sebuah sajian yang tertulis, yang
memberikan tuntunan kepada pemimpin dan peserta untuk melaksankan
proses penafsiaran bersama. Bahan Penelaahan Alkitab harus bisa
menuntun para peserta untuk mencapai target, sedangkan pemimpin
Penelaahan Alkitab adalah tugasnya mengorganisir para peserta supaya
proses penafsiran itu bisa berjalan mencapai hasil dalam hal ini si
pemimpinlah yang menginplementasikan dalam proses pelaksanaan
Penelaahan Alkitab cita-cita si pembuat Penelaahan Alkitab, pembuat dan
pemimpin Penelaahan Alkitab adalah orang yang berbeda tetapi bisa juga
dirangkap satu orang, asal si pembuat Penelaahan Alkitab memilki
kemampuan untuk memimpin.
321
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan Munthe, M.Th, Selasa, 17
November 2020, Pukul 10:00-11.45.
322
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan Munthe, M.Th, Selasa, 17
November 2020, Pukul 10:00-11.45.

144 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
 Tata Pelaksanaan Penelaahan Alkitab

Tata Pelaksanaan Penelaahan Alkitab sebenarnya tidak ada dituliskan


di Alkitab mengenai tata cara tetapi seiring berkembangnya zaman,
perkembangan Alkitab banyak cara dalam melakukan tata pelaksanaan
tersebut, tergantung kita nyaman dan mana yang kita suka tetapi tidak
mengaburkan arti, apapun yang kita pakai metodenya setidaknya tidak
mengaburkan apa arti dan makna yang disampaikan Firman Tuhan tersebut.
dan Penelaahan sebenarnya tidak memakai Liturgi atau tatanan aturan,
Penelaahan Alkitab dilakukan seperti biasa, kita melakukan ibadah terlebih
dahulu sebelum melakukan Penelaahan Alkitab dan kemudian diakhiri dengan
doa penutup.323

Setelah mempersiapkan bahan PA, perlu langkah tata pelaksanaan PA


yang terdiri dari lima, yaitu:324
1. Membaca Nas (Luk. 4: 16)
2. Membuka Pikiran (Luk. 24: 45)
3. Menceritakan (Mrk. 12:26)
4. Menjelaskan (Luk. 24: 32)
5. Menelaah nas (Luk. 24: 32) sedangkan langkah pelaksanaan terakhir aalah
hasil yang dieroleh dari penelaahan nas alkitab yaitu melakukan hasil PA
(Mat. 7:12)

Menurut Pdt. Jan Riwando Purba selama ini unusur-unsur melalui karya
eksegese dibuat pertanyaan sehingga menghasilkan kesimpulan. Tata cara PA,
yaitu: Jemaat pada umumnya tidak puas dengan satu jawaban maka ada
metode yang harus sesuai dengan teks, konteks dan Sumber Daya Manusia.
Conoth Kanonikal memakai tipe pararel karena itu harus memilki dasar
dengan perikop Alkitabiah maka dari itu tidak bisa hanya satu sumber saja
butuh refrensi yang lain juga.325

323
Wawancara Dengan Vikar Pendeta Jefri Hamonangan Damanik, S.Th melalui Via VN Whatsapp, 11
November 2020.
324
Hasudungan Simatupang dan Ronny Simatupang, Desaim dan Metoode Penelaahan Alkitab,
(Yogyakarta: ANDI, 2020), 105
325
Wawancara dilakukam Keepada Pdt. Jan Riwando Purba, Melalui Aplikasi Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/3365853369?pwd=MDITeERLL2JNIRNa1YzYWgrNUtPUT09, dengan Nomor
WhatsApp +62 822-3143-0655, pada 14 November 2020, pukul 21:18 WIB- 21:41 WIB.

145 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Menurut Pdt. Natallidna Br Tarigan kalau GBKP sedikit berbeda karena
PA dalam GBKP bukan Ibadah Formal dan tidak memaki berkat diakhir PA.
Beberapa tata caranya, yakni:326

1. Doa
2. Nyanyi
3. Baca Firman
4. Telaah
5. Kesaksian
6. Diskusi (boleh membentuk kelompok)
7. Kesimpulan
8. Doa (Tanpa doa berkat)
IV. Kesimpulan
Pada pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa penelahaan Alkitab yaitu
suatu kegiatan untuk menelaah, meneliti atau menganalisa isi dari Alkitab. Agar
melalui Penelahaan Alkitab, persekutuan jemaat dapat semain kuat, baik itu
jemaat atau para peserta Penelahaan Alkitab bukan saja dapat menambah
pengenalan akan Allah namun juga dapat membina atau mendewasakan imannya.
Sehingga dalam kehidupannya ia bisa menjadi garam dan terang bagi dunia.
Dalam mempersiapkan bahan Penelahaan Alkitab, pemimpin PA haruslah sesuai
dengan konteks peserta PA.Maka dalam pelaksanaan PA terdapat interaksi yang
intensif terhadap pemimpin dengan anggotanya begitupun sesama anggota
PA.Pemimpin PA haruslah mampu mengorganisir dan membimbing anggotanya.
Dan untuk tata pelaksanaan PA itu haruslah diawali dengan doa dan nyanyian
sehingga melalui persekutuan dengan Tuhan maka Roh Kudus dapat membantu
pemimpin dan peserta PA dalam menggali kebenaran Firman Tuhan.

V. Tambahan Dosen
Ada banyak pemahaman Penelaahan Alkitab menurut Aktivitis Alkitab.
Penelaahan Alkitab (PA) adalah suatu upaya atau usaha melaksanaka
penafsiran Alkitab secara bersama-sama atau menghermeutikan Alkitab secara
bersama-sama. PA dapat menimbilkan upaya oenafsiran secara bersama. Yang
terikat didalam PA ini, bukanlah orang yang bodoh yang harus diajari, namun
326
Wawancara dilakukan Kepada Pdt. Natallidna Br Tarigan, Melalui Telepon Seluler, dengan Nomor
+62 852-9707-555, Pada 15 November 2020, Pukul 17:36 WIB-17:44 WIB

146 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
orang itu adalah para penafsir yang datang dari berbagai latarbelakang. Jadi
PA adalah kumpulan orang penafsir. Dikumpulkan untuk menafsir, misalnya
untuk menafsirkan Kej1-1, berdasarkan masing-masing.
Terkadang PA itu berlangsung pada profesi kelompok kategorial yang
sama ( Guru, Dosen). Tentu Latarbelakang profesinya tidak mendukung unuk
membaca dan memakai kekayaan sebuat ayat. Jadi apa yang diharapkan dari
anggota? Yakni dia datag dari latarbelakang keluarga pendidikan dan
pergumulan yang berbeda. Kita harp masing-masing orang memandang
perbedaan-perbedaan itu lalu dikumpulkan, untuk menghasilkan maknsa satu
ayat dengan makna yang kaya. Makna yang luas untuk dipahami. Oleh karena
itu dibutuhkan 1 orang pemimpin PA, bukan harus orang teolog pintar, karena
fungsinya bukan untuk mengajari angggota namun memimpin atau memadu
supaya proyek penasfsiran bersama dan bisa berjalan dengan baik. Jadi dalam
PA pembuatan bahan PA sebaiknya diarahkan kepada seorang hamba. Teolog
atau pendeta. Tugasnya adalah memberikan langkah-langkah sehingga ayat
yang digumului itu bisa tercapai penafsirnya.
Ada 3 unsur atau oknum yang terikat dengan PA yaitu:
1. pembuat
2. Pemimpin
3. Peserta
Bahan PA yaitu:
1. Judul untuk menggunakan satu kata dasar dan diambil dari konteks bisa saja
kata jduul, tidak terdapat di dalam teks, namun makna judul berkanding
didalam teks.
2. Ayat rujukan
3. Pengantar atau isi pengantar adalah penjelasan tentang konteks atau tempat.
4. Diskusi mengadung 3 unsur
 Eksegese yaitu menggali isis dan pesan penulis terhadap
konteks penulis atau menggali isi teks dari dalam teks da
konteks.
 Hermeneutik yaitu menghubungkan eksegese dengan konteks
 Tanggapan yaitu pesan peserta PA terlepas dari teksa dan
konteks

147 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
VI. Daftar Pustaka

Johns Dorothy L.. Memahami Alkitab .Malang: Gandum Mas, 1983


Lam A.B. Firman yang Diberitakan: Pedoman Pengajaran Alkitab Untuk
Para Didik Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
Maphori. Thomas Cara Mempelajari Alkitab (Malang: Gandum Mas, 2006.
Metzner U. dan Pdt H.P.V. Renner. Penelaahan Alkitab Tentang Hidup
Baru .Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Simatupang Hasudungan dan Ronny Simatupang. Desaim dan Metoode
Penelaahan Alkitab, (Yogyakarta: ANDI, 2020.
Sri Wandanings i. Memimpin Kelompok Penelaahan Alkitab .Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996.
Yapi Taum Yoseph & Tomas A. Hermawan. Pedoman Penerbitan Buku SDU
Press dan Pencegahan Plagiasiasi di Perguruan Tinggi , Jakarta: SDU.99
Sumber Lain:
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan
Munthe, M.Th, Selasa, 17 November 2020, Pukul 10:00-11.45.
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan
Munthe, M.Th, Selasa, 17 November 2020, Pukul 10:00-11.45.
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan
Munthe, M.Th, Selasa, 17 November 2020, Pukul 10:00-11.45.
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan
Munthe, M.Th, Selasa, 17 November 2020, Pukul 10:00-11.45.
Catatan Perkuliahan Liturgika I (Kelas IIIA/Thelogia), Dosen Pardomuan
Munthe, M.Th, Selasa, 17 November 2020, Pukul 10:00-11.45.
Wawancara Dengan Vikar Pendeta Jefri Hamonangan Damanik, S.Th melalui
Via VN Whatsapp, 11 November 2020.
Wawancara Dengan Vikar Pendeta Jefri Hamonangan Damanik, S.Th melalui
Via VN Whatsapp, 11 November 2020
Wawancara Dengan Vikar Pendeta Jefri Hamonangan Damanik, S.Th melalui
Via VN Whatsapp, 11 November 2020.
Wawancara Dengan Vikar Pendeta Jefri Hamonangan Damanik, S.Th melalui
Via VN Whatsapp, 11 November 2020.

148 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Wawancara dilakukam Keepada Pdt. Jan Riwando Purba, Melalui Aplikasi
Zoom Meeting https://us04web.zoom.us/j/3365853369?
pwd=MDITeERLL2JNIRNa1YzYWgrNUtPUT09, dengan Nomor WhatsApp +62
822-3143-0655, pada 14 November 2020, pukul 21:18 WIB- 21:41 WIB.
Wawancara dilakukam Keepada Pdt. Jan Riwando Purba, Melalui Aplikasi
Zoom Meeting https://us04web.zoom.us/j/3365853369?
pwd=MDITeERLL2JNIRNa1YzYWgrNUtPUT09, dengan Nomor WhatsApp +62
822-3143-0655, pada 14 November 2020, pukul 21:18 WIB- 21:41 WIB.
Wawancara dilakukam Kepada Pdt. Jan Riwando Purba, Melalui Aplikasi
Zoom Meeting https://us04web.zoom.us/j/3365853369?
pwd=MDITeERLL2JNIRNa1YzYWgrNUtPUT09, dengan Nomor WhatsApp +62
822-3143-0655, pada 14 November 2020, pukul 21:18 WIB- 21:41 WIB
Wawancara dilakukan Kepada Pdt. Natallidna Br Tarigan, Melalui Telepon
Seluler, dengan Nomor +62 852-9707-555, Pada 15 November 2020, Pukul 17:36
WIB-17:44 WIB

149 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
BAB XII

Kelender Gerejawi

a. Makna dan Susunan Tahun Gerejawi

b. Makna dan Susunan Warna Altar

Oleh: Radinal Hutagalung, Ray Aldi Ebenezer S

Abstrak

Tujuan dari penulis ini adalah supaya kita dapat mengetahui bagaimana cara kita
dalam mengetahui dan memahami karya Allah dalam menyelamatkan kita. Sehingga
disusunlah Tahun Gerejawi dimana ini adalah salah satu upaya manusia supaya selalu
bersyukur kepada Allah atas apa yg telah dilakukan oleh Allah. Dimana tiap Hari Raya itu
memiliki makna tersendiri dan juga di dalam gereja di tiap Minggu itu memiliki warna altar
yang berbeda beda. Ini adalah salah satu upaya manusia dalam menjalani kehidupannya,
apalagi dengan tiap Minggu yang berbeda warna altarnya. Bgt juga dengan warna altar.
Tujuan penulis menjelaskan warna altar adalah agar jemaat lebih mudah memahami
maknanya dengan melihat warna dengan mata

I. Pendahuluan
Dengan adanya kalender gereja dapat membantu gereja untuk menentukan
hari-hari raya gerejawi atau tahun gerejawi. Dalam tahun gerejawi terdapat nama-
nama minggu serta ini juga berpengaruh dalam menentukan warna altar yang akan
di perlukan setiap perayaan nama-nama minggu tersebut. Dalam paper kita kali
ini, kita akan membahas mengenai tahun gerejawi dan altar. Semoga paper ini
menambah wawasan kita bersama. Tuhan memberkati.
II. Pembahasan
V.1. Pengertian Kalender Gerejawi
Istilah kalender berasal dari bahasa latin calendae, yang merupakan bentukkan
dari kata kerja calare yang berarti “mengundang berkumpul”. Maka kata kalender
sebenarnya mau menunjuk hari pertama dari bulan. Kalender atau penanggalan
umum merupakan pembagian masa waktu tahunan atas dasar tata astronomi atau

150 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
tata bintang.327 Kalender Gerejawi adalah susunan penanggalan yang akan
dilakukan gereja, kalender atau penanggalan gereja berpusat pada apa yang telah
Allah lakukan dan terus dilakukan melalui Roh Kudus. Semuanya dilakukan bagi
manusia dan manusia hanya menerima yang telah dikerjakan oleh Allah. Sehingga
fungsinya sampai menjadi saksi Kristus sampai Ia datang kembali, dan menjadi
saksi Roh Kudus yang berdiam dalam gereja. Kalender gerejawi atau tahun
gerejawi merupakan alat yang dengannya kita menghayati kembali peristiwa-
peristiwa dalam masa lampau, yaitu peristiwa penyelamatan hidup dalam
kekuatan kehadiranNya untuk menyelamatkan.328
V.2. Makna Tahun Gerejawi
Hari-hari Raya Gerejawi dilaksanakan di dalam rangkaian Tahun gerejawi,
sehingga yang dimaksud dengan Tahun Gerejawi adalah pengaturan waktu,
secara khusus hari-hari minggu, selama dua belas bulan. Perlu diketahui bahwa
waktu selama dua belas bulan itu diatur sedemikian rupa, sehingga karya
keselamatan Allah dihayati secara nyata..jadi lamanya tahun gerejawi adalah dua
belas Bulan.329 Makna tahun gerejawi adalah usaha gereja untuk mengenakan
karya keselamatan Allah yang telah terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Usaha
gereja ini bertujuan agar umat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan liturgy
sungguh-sungguh dapat mengalami karya allah lewat Yesus Kristus, yakni
dengan senantiasa mendengarkan sabdaNya (Kitab Suci). Kitab suci dibaca dan
direnungkan bersama-sama dengan perayaan-perayaan liturgy. Itulah yang kita
lakukan, pengenangan karya penyelamatan Allah ini mempunyai unsur-unsur:
mengingat, mengakui, menghadirkan, dan melaksanakan. Oleh karena itu, kita
tidak sekedar mengingat-ingat sejarah masa lampau saja, melainkan juga
mengakui dan membuat yang lampau tersebut bermakna untuk sekarang ini.330
V.3. Sejarah Tahun Gerejawi 331
Pada massa perjanjian baru, orang-orang percaya hanya merayakan hari
minggu, hari raya paskah, dan hari raya pentakosta. Kemudian Gereja mula-mula
hanya mer ayakan hari minggu sebagai hari kebangkitan Yesus dari kematian

327
E. Martasudjita, Pengantar Liturgi Makna, Sejarah, Dan Teologi Liturgi, (Yogyakarta: KANISIUS,
1999), 231
328
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 58-60
329
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya dan Simbol Gerejawi, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen,
2008), 1-2
330
I. Marsan Windhu, Mengenal Tahun Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 35-36
331
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya dan Simbol Gerejawi, 3-4

151 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
sama halnya dengan merayakan hari jumat (peringatan hari kematian Kristus) dan
hari kamis (persiapan perjamuan kudus). Sehingga hari minggu disebut ‘hari
Tuhan’.Tahun gerejawi semula digunakan oleh gereja-gereja di Eropa.pada saat
itu tahun gerejawi yang digunakan oleh gereja-gereja itu tidak dengan sengaja
sejak semula diatur seperti sekarang ini, Tahun gereja mulai bertumbuh seiring
dengan kehidupan bergereja dan diperbaiki terus-menerus. Gereja roma yang
mulai merayakan hari Paskah yang tepat dengan Paskah umat Yahudi yang jatuh
pada hari keempat belas bulan Nisan (bulan purnama pertama pada permulaan
tahun) di anggap sebagai hari kebangkitan Kristus, dan jumat adalah hari
penyaliban Kristus. Setelah lima puluh hari dari hari paskah tersebut gereja roma
kesengsaraannya di bawah pemerintahan roma, sekaligus hari raya pentakosta,
sedangkan sepuluh hari sebelumnya dirayakan sebagai hari kenaikan Tuhan
Yesus ke sorga. Seperti halnya sebelum paskah, selama tujuh minggu atau empat
puluh hari (tanpa menghitung enam hari minggu0 dianggap sebagai masa
perjuangan dan masa kesulitan sebelum kemenangan kebangkita.Diperingatin
dengan puasa jemaat, sebagimana Kristusselama empat puluh heri berpuasa dan
berjuangan melawan iblis di gurun. Gereja-gereja di mesir merayan suatu hari
yang di sebut Epiphanien (bahasa Yunani, Epifaneo = manifestasi, penyataan diri
sebagai hari pengungkapan diri Kristus, yaitu hari hari peringatan kelahiran dan
penyunatan Yesusu yang tepatnya jatuh pada tanggal 6 Januari (yang sebenarnya
adalah peringatan Dewa Aion dari Mesir). Sejak abad ke 4, tanggal 25 Desember
(yang sebenarnya adalah hari peringatan sinar matahari pada musim dingin) oleh
karena itu, tanggal 6 Januari di ubah menjadi hari peringatan Tiga Raja (orang
majus).Pada abad ke 8, persiapan natal ditambahkan sebagai hari Adven yang
berarti kedatangan (kedatangan TuhanYesus).Dalam tahun gerejawi, warna
memegang peranan penting.Setiap masa memiliki warna tersendiri, sehingga
pelaksanaan tahun gerejawi disertai dengan penggunaan warna.
V.4. Susunan Tahun Gerejawi
V.4.1. Natal
Natal adalah masa yang dimulai pada hari Natal dan berakhir
selama dua belas hari sampai tanggal 5 Januari malam.Sejak akhir
abad IV Natal dirayakan setiap tanggal 25 Desember sebagai
peringatan kelahiran Kristus. Semula tanggal 25 Desember bagi orang
kafir adalah pesta matahari yang tak terkalahkan, dengan merayakan
152 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
tanggal 25 Desember sebagai kelahiran Kristus, gereja ingin
menyatakan bahwa terang yang baru, matahari kebenaran, yang
dinubuatkan Nabi Maleakhi (Mal 4:2) adalah Kristus, Juruselamat dnia
yang datang dari Allah.332
V.4.2. Jumat Agung
Jumat Agung dirayakan untuk memperingati kesengsaraan dan
kematian Yesus dikayu Salib di Golgota untuk menyelamatkan
Manusia. Ini merupakan peringatan kesengsaraan Yesus, dimana ia
disalibkan dan mati di kayu Salib.333
V.4.3. Hari Raya Paskah
Dirayakan sebagai hari kebangkitan Kristus. Paskah berasal
dari kata“Pesakh” (bahasa Ibrani) yang berarti
“melewati”atau“berlalu”.Paskah adalah hari raya yang pada mulanya
dirayakan sebagai suatu perayaan yang berkesinambungan sampai
dengan pentakosta, tetapi pada abad ke 4 dibagi menjadi ibadah
kebangkitan, kenaikan, dan pentakosta.334
V.4.4. Kenaikan Tuhan Yesus
Dengan kenaikan-Nya ke sorga, Kristus diakui sebagai Raja di
atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Yesus yang mati dan
bangkit telah ditinggikan oleh Allah, sehingga mengambil bagian
dalam kemuliaan, kekuasaan, dan pemerintahan Allah secara penuh.335
V.4.5. Pentakosta
Pentakosta artinya hari ke-50 (sesudah paskah). Pada hari
Pentakosta, Roh Kudus dating di atas para murid ketika mereka
berkumpul di Yerusalem dan mereka dimampukan untuk berkhotbah
kepada orang banyak yang terdiri dari berbagai bangsa yang datng ke
Yerusalem. Dari kesaksian para Rasul itu tercatat, bahwa sekitar 3.000
orang ditambahkan ke dalam jumlah mereka pada hari itu. Sejak itu
orang-orang Kristen mengingat peristiwa ini sebagai berdirinya gereja.

332
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya dan Simbol Gerejawi, 12
333
Ibid 19-20
334
Ibid, 20-21
335
Ibid, 21

153 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Perayaan Pentakosta adalah Minggu-minggu pesta yang dirayakan oleh
orang Yahudi pada akhir penuaian gandum.336
V.5. Nama-nama Minggu dalam Gerejawi
2.5.1. Minggu Advent
Kata “Adven” berasal dari bahasa latin “Adventus” yang berarti
kedatangan, kedatangan yang dimaksud adalah kedatangan Tuhan Yesus. Bagi
orang Kristen Adventus memiliki 3 arti: kedatangan Tuhan dalam rupa
manusia, kedatangan Tuhan dalam firman dan Roh, kedatangan Tuhan dalam
kemuliaan pada akhir zaman.337
2.5.3. Minggu setelah Tahun Baru (Epiphanias)
Masa Epiphania dimulai tanggal 6 Januari, namanya bervariasi
tergantung pada penetapan tanggal Paskah. Selambat-lambatnya masa
Epifania berlangsung sampai minggu septuagesima, 64 hari sebelum paskah.
Epiphanias berarti membuat nyata atau jelas, sehingga Ibadah-ibadah yang
ditekankan pada penyataan Yesus sebagai terang bagi bangsa-bangsa kafir dan
kemuliaan pernyataan Yesus kepada seluruh dunia.338
2.5.4. Minggu persiapan sebelum ma sa puasa dan penderitaan (Passion)
Ada 9 Minggu yang dipakai sebelum pesta kebangkitan:
e. Septuagesima (70 hari sebelum hari kebangkitan)
f. Sexagesima (60 hari sebelum paskah)
g. Quingagesima/ Estomihi (50 hari sebelum paskah)
h. Invokavit artinya : Aku dipanggil (Mzm 91:15)
i. Reminiscere artinya : Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih
setiaMu ya Tuhan (Mzm 25:6)
j. Okuli artinya :Mataku tetap terarah kepada Tuhan (Mzm
25:15)
k. Letare artinya : Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem dan
bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintai-
Nya (Yes 66:10-11)

336
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya dan Simbol Gerejawi, 22
337
Ibid, 10
338
Ibid, 13

154 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
l. Judika artinya : Berilah keadilan padaku ya, Allah dan
perjuangkanlah perkaraku terhadap orang yang tidak salah
(Mzm 43:1)
m. Palmarum artinya : hari raya daun Palma, yaitu menjelang hari
kematian.339
2.5.5. Minggu hari Kematian
Hari kematian yang terjadi pada hari jumat yang dirayakan sebagai
suatu pesta penting. Jemaat menyanyikan Pasion (tentang penderitaan Yesus)
untuk memperingati kematian-Nya karena dosa-dosa manusia. Teologia yang
ditekankan ialah Yesus Kristus sebagai Imam Besar.340
2.5.6. Minggu Kebangkitan
 Quasimodogeniti artinya “seperti bayi baru lahir (1 Petrus
2:2)”, sehingga minggu ini merupakan minggu pertama setelah
kebangkitan.
Teologi yang di yang ditekankan adalah mengenai kehidupan
yang baru lahir melalui Yesus Kristus.
 Miserikordias artinya: “Nyanyikanlah belas kasih Tuhan”
adapun penekanan utama di sini adalah mengenai belas
kasih Tuhan dan perbuatanNya yang baik bagi kita.
 Jubliate artinya “Bersorak-soraklah bagi Allah, hai seluruh
bumi (Mzm 66:1-3)”. Penekanan yang perlu disini adalah Puji-
pujian jemaat kepada Allah, karena Dia telah menciptakan
hidup yang baru.
Teologi yang di tekankan adalah Allah memberikan kekuatan
dan kuasa dalam persekutuan dan Yesus Kristus yang
menjelma menjadi manusia untuk mengalahkan dunia ini.
 Kentate artinya : Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan
(Mzm 98:1)”.
Teologi yang ditekankan adalah mengenai nyanyian pujian
jemaat tersebut merupakan kepercayaan yang penuh.
 Rogate artinya “berdoa, panggillah Tuhan maka Tuhan akan
menjawabmu”. Minggu ini adalah minggu penyesalan dimana
339
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja, (Pematang Siantar, 1993), 54-58
340
Ibid, 60

155 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
jemaat memanggil Tuhan melalui doanya supaya Tuhan
menjawabnya dengan berkat dan kebebasan.
Teologi yang ditekankan adalah arti doa dan pengaruhnya (1
Tim 2:1-6), mencari Tuhan melalui perasaan dan kebulatan hati.341
2.5.7. Peringatan Kenaikan Tuhan Yesus
Hari kenaikan itu adalah hari kembalinya Yesus ke surga (40 hari
setelah paskah).342
2.5.8. Minggu Exaudia
Yang berarti “dengarkanlah suaraku ya Tuhan, apabila aku
memanggilMu” (Mrk 27:7). Minggu ini adalah minggu keenam setelah
minggu kebangkitan, minggu antara hari kenaikan dengan hari turunnya Roh
Kudus. Tema-tema khotbah yang ditekankan disini adalah mengenai
pentingnya Tuhan mendengarkan umatNya dan juga Roh Kudus sebagai
penolong bagi kita pada saat-saat dimana kita lemah (Rm 8:26-30).343
2.5.9. Minggu Pentakosta
Adapun arti dari Pentakosta adalah hari kelimapuluh, yyaitu hari panen
bagi orang-orang Yahudi setelah paskah (Ul. 16:9). Pada hari itu Roh Kudus
turun dan hinggap pada murid-murid Yesus di kota Yerusalem. Peristiwa itu
terjadi pada waktu 50 hari sesudah pesta kebangkitan (kis 2).344
2.5.10. Minggu Trinitas
Minggu Trinitatis adalah pesta ketritunggalan Allah.345
2.5.11. Minggu setelah Trinitas
Minggu setelah Trinitas selalu menekankan ajaran mengenai iman
jemaat, pekerjaan Tuhan, bentuk pekerjaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus,
demikian juga kedatangan Yesus yang kedua kalinya.346
V.6. Rumus Tahun Gerejawi
Perlu di ketahui bahwa 1 Minggu memiliki 7 hari, dan selama 4 tahun
sekali ada namanya tahun kabisat yang salah satu bulan memiliki 29 hari.
Dalam untuk menentukan tahun gerejawi ada tanggal yang sudah tentukan

341
A.A Sitompul, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja, 63-65
342
Ibid, 65
343
Ibid, 66
344
Ibid, 67
345
Ibid, 69
346
A.A Sitompul, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja, 70

156 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
yakni Tanggal Sunatnya Yesus Kristus/ Tahun baru (1 Januari), Ephipanias
(6 Januari), dan Natal (25 Desember).
Lalu penghitungan untuk tahun gerejawi itu dimulai dari hari Paskah
yang jatuh pada hari minggu, sesudah melewati Kamis Putih dan Jumat
Agung. Kemudian perlu diketahui Juga bahwa Gereja katolik roma
mengakui adanya hari natal (25 Desember), tetapi gereja mesir mengakui
hari kelahiran Yesus kristus jatuh atau di sebut juga ephipania (6 Januari).
Rabu abu terletak sesudah minggu Septagesima, dan sexagesima. Perlu
diketahui juga bahwa sebelum Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember,
kita mengenal namanya malam natal yang sebelum hari natal (24
Desember), dan juga pada tanggal 31 Desember juga di tambahkan sebagai
Ujung tahun yang merupakan sebelum hari penyunatan Yesus Kristus atau
Tahun Baru (1 Januari).347
V.7. Pengertian Altar
Kata Altar berasal dari bahasa Latin Altare. Altar adalah bagian dari gedung
gereja, berbentuk meja (ujung atas). Altar pada mulanya adalah tempat
penyembahan, berbentuk blok untuk upacara pengurbanan. Di Gereja Katolik,
altar berupa bangunan berbentuk meja, terbuat dari batu pualam atau kayu tempat
kurban Kristus dihadirkan, yang biasa disebut dengan Ekaristi. Di Gereja
Protestan, banyak gereja bagian di depan mimbar lebih tinggi daripada bagian
tempat duduk jemaat. Di tempat inilah ( di depan mimbar) oleh beberapa gereja
diletakkan sebuah meja. Di atas meja tersebut diletakkan peralatan perjamuan
kudus dan peralatan baptis kudus.348
V.8. Latar Belakang Altar
Sejak abad IV altar dibuat dari kayu yang kuat dan sulit dipindahkan. Kalau
semula setiap bangunan Gereja hanya mempunyai satu altar, maka sejak akhir
abad VI gereja barat mengenal beberapa Altar untuk satu gedung Gereja. Altar-
altar kecil biasanya digunakan untuk acara-acara kecil yang disebut misa pribadi
atau kelompok. Ketika masuk ke millenium kedua terjadilah usaha untuk
mendekatkan altar ke tembok dan akhirnya menempel pada tembok Gereja,
sehingga akibatnya liturgi semakin jauh dengan umat. Beru dalam pembaharuan

347
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik Homiletika I, a/n Irvan Riandi T.A. 2019/2020 stambuk
2017
348
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya & Simbol Gerejawi,103-104

157 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
liturgi abad XX tempat altar kembali didekatkan dengan umat dan altar menjadi
pusat runagan peribadatan.349
V.9. Fungsi warna Altar
Fungsi warna Altar itu sebagai tanda yang menunjuk pada tema perayaan
liturgi hari itu, maka warna liturgi tidak bersifat mutlak dan universal. Warna ini
berganti-ganti menurut peristiwa diperingati atau dirayakan.350
V.10. Makna Warna Altar
V.10.1.Hijau
Pada umumnya warna hijau dipandang sebagai warna yang
tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi.Warna hijau juga
dikaitkan dengan musim semi, dimana suasana alam di dominasi
warna hijau yang memberi suasana pengharapan.Warna hijau pada
khususnya dipandang sebagai warna kontemplatif dan tenang,
karena warna hijau melambangkan keheningan, kontemplatif,
ketenangan, kesegaran, dan harapan. Orang kristiani menghayati
hidup rutinnya dengan penuh ketenangan, kontemplatif terhadap
karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari, sambil menjalani
hidup ini dengan penuh harapan akan kasih Allah.
V.10.2.Hitam
Warna hitam merupakan lawan dan warna putih dan
melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengurbanan, malam,
kematian, dan kerajaan orang mati.Maka warna hitam dapat
melambangkan kesedihan dan kedukaan hati secara paling
intensif.351 Kadang kala juga menggunakan warna hitam pada
Akhir Tahun Gerejawi, karena disini hari peringatan orang
meninggal.352
V.10.3.Kuning
Kuning adalah warna memiliki makna rangkap.Sebagai warna
yang terang, warna kuning menggambarkan keilahian, kemuliaan,
kemenangan, kegembiraan.Akan tetapi karena kuning yang terang

349
E. Martasudjita, Pengantar Liturgi, 255
350
Racid Rahman, Hari Raya Liturgi, 187
351
E. Martasudjita, Memahami Simbol-Simbol Dalam Liturgi,(Yogyakarta: KANISIUS, 1998), 53-54
352
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik, (Medan: STT Abdi Sabda, 2018), Pada hari Jum’at,29
November pukul 12.40.

158 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
bukanlah warnah putih bersih, juga digunakan untuk
melambangkan keburukan dan kemerosotan.353
V.10.4.Merah
Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka warna
merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para martir
sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri
menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia.Dalam tradisi
Romawi Kuno, warna merah merupakan symbol kuasa tertinggi,
sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan tinggi, terutama
kaisar. Dalam liturgi warna merah dipakai untuk hari minggu
Palma, Jumat Agung, Minggu Pentakosta, dalam perayaan-
perayaan sengsara Kristus, pada pesta parayaan-perayaan sengsara
kristus, pada pesta para Rasul dan pengarang Injil, dan dalam
perayaan-perayaan para martir.354
V.10.5.Putih
Putih sudah dikenal sebelum masa Alkitab, dikenal sebagai
symbol kemurnian, tanpa dosa, dan kesucian.Putih sebagai symbol
terang Allah dan Kemuliaan Kristus, kesukacitaan, Kekudusan,
keagungan, kecemerlangan, utamanya bersih tanpa noda.Warna ini
adalah warna liturgis untuk masa Natal dan kebangkitan.355
V.10.6.Ungu
Warna ungu merupakan symbol bagi kebijaksanaan,
keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri.Itulah sebabnya
warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab masa
itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, mawas diri, dan
mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun
Paskah.Warna Ungu juga digunakan untuk keperluan ibadat
tobat.Warna ungu melambangkan penyerahan diri, pertobatan, dan
permohoan belaskasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang yang
meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman.356
III. Kesimpulan
353
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya dan Simbol Gerejawi, 60
354
E. Martasudjita, Memahami Simbol-Simbol Dalam Liturgi, 52-53
355
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya dan Simbol Gerejawi, 61
356
E. Martasudjita, Memahami Simbol-Simbol Dalam Liturgi, 53-54

159 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Dari pemaparan diatas saya mengambil kesimpulan bahwa, Kalender Gerejawi
adalah susunan penanggalan yang akan dilakukan gereja, kalender atau
penanggalan gereja berpusat pada apa yang telah Allah lakukan dan dilakukan
melalui tuntunan Roh Kudus. Kalender gerejawi atau tahun gerejawi merupakan
alat yang dengannya kita menghayati kembali peristiwa-peristiwa dalam masa
lampau, yaitu peristiwa penyelamatan hidup dalam kekuatan kehadiranNya untuk
menyelamatkan. Fungsi warna Altar itu sebagai tanda yang menunjuk pada tema
perayaan liturgi hari itu. Warna ini berganti-ganti menurut peristiwa diperingati
atau dirayakan.
IV. Tambahan Dosen
Kelender Gerejawi adalah susunan Ibadah Minggu yang berlangsung
selama 1 tahun Gerejawi untuk memperingati Raya dan perjalanan Kristus
di dunia.
1 tahun Kalender Gerejawi dimulai dari Advent sebagai awal tahun
gereja, sampai akhir tahun gereja. Kalender Gerejawi adalah ciptaan atau
buatan gereja dalam rangka mendramatisir atau mementaskan atau
merekonstruksi Perjalanan dan Pekerjaan Yeus Kristus mulai dari Advent
(penantian) sampai peringatan terhadap hasil pekerjaan Kristus tersebut.
Pada akhir tahun Gereja yakni orang-orang yang mati di dalam nama
Tuhan akan hidup bersama dengan Kristus di Sorga. Jadi Kalender Gereja
merupakan usaha yang dilakukan Gereja untuk membantu warga jemaat
mengingat, mengenang, merasakan, menghayati perjalanan dan pekerjaan
Kristus di dunia ini. 1 tahun Gereja adalah 1 siklus peringatan kemenangan
terhadap pekerjaan Kristus itu. Jika jemaat setia melakukannya tahun demi
tahun maka jemaat akan mengalaminya. Meski secara fisik tubuhnya
semakin lemah, tetapi secara batiniah dia mengalami pembaharuan dari hari
ke hari (2 Kor. 4:6+16). 357
V. Tambahan Dosen dari Catatan Senior
1) Tanggal tetap
5. Ephipanias : 6 Januari
6. Natal 1: 25 Desember

357
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik Homiletika I, a/n Ray Aldi Ebenezer S T.A. 2020/2021 stambuk
2018

160 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
2) Ada hari raya yang harus dirayakan 2 hari berturut-turut yaitu
keilahian, kebangkitan, roh kudus.
26 Desember = Natal II
Contoh: 16 April: paskah I, 17 April: paskah II
3) 4 Advent
4) Tidak tetap jumlahnya
c. Setelah ephipanias max 6
d. Setelah trinitas max 6
5) Ada 9 minggu pra paskah
h. Septuagesima
i. Sexagesima
j. Estomiti
k. Invocation
l. Reminiscare
m. Okuli
n. Letare
o. Judika
p. Palmarum
6) Minggu Pasion
Perjamuan malam, kamis putih (13), Jumat Agung (14), rabu abu.
Memasuki pra paskah 3 hari setelah estomiti
Yang perlu diingat dalam membuat Kelender Gerejawi!
VI. Adanya tanggal-tanggal tetap
VII. Adanya nama minggu yang jumlahnya dirayakan lebih dari satu,
tetapi jumlahnya tetap sama namanya advent yaitu ada 4
VIII. Ada nama minggu dirayakan lebih dari satu kali, tapi jumlahnya
tidak tetap seperti Ephipanias dan Trinitas (setelah Pentakosta)
IX. Ada 3 nama minggu yang harus 2 kali dirayakan dan menjadi
dasar kalender gerejawi (Natal, Paskah dan Pentakosta)
 Makna dan Susunan Warna Altar
Kalender Gerejawi maknanya adalah usaha Gereja untuk merekonstruksi peringatan
terhadap karya dan perjalanan Yesus Kristus di bumi. Hal warna ini adalah menggambarkan

161 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
perasaan dan suasanan hati dan nuansa hati kita terhadap hari-hari itu. Maka diungkapkan
melalui warna, yakni:
1. Hitam.
2. Merah.
3. Ungu : Bagi gereja protestan di pakai warna ungu, tetapi Gereja lain memakai
biru.
4. Putih : Bagi Protestan di pakai warna putih, tetapi bagi Gereja lain memakai
warna kuning.
5. Hijau

Rumus:

g. Ada satu nama minggu yang menggunakan warna hitam hitam yaitu Jumat Agung.
h. Tentang memperingati orang mati, maka artinya adalah memperingati hari bersama
Yesus Kristus. Jadi hari itu adalah hari kesukaan, dan warna Altar bukan hitam. Jadi
hanya satu kali warna hitam dipakai sebagai tutup Altar pada jumat Agung.
i. Lalu ada satu minggu yang menggunakan warna Altar merah – tanda lidah api – yaitu
Pentakosta – merah disini adalah berani bersaksi.
j. Lalu selebihnya ada tinggal 3 warna yaitu: ungu, putih, dan hijau. Dari yang tiga ini,
nomor urut ketiga yang paling banyak digunakan adalah ungu, warna Ungu di
gunakan pada masa Advent, dan ada juga pada pra-paskah, yaitu: Septuagesima dan
Sexagesima. Alasannya adalah bahwa warna ungu adalah simbol kemuliaan,
keagungan Tuhan, dan keagungan Tuhan itu adalah salib. Itulah mengapa digunakan
pada minggu septuagesima dan sexagesima.
k. Lalu warna terbanyak kedua yang banyak dipergunakan adalah putih. Di mulai dari
Natal sampai minggu setelah ephipanias, lalu dilanjutkan lagi mulai dari paskah
sampai ke minggu exaudi, baru kemudian Pentakosta menggunakan warna merah.
Kemudian ada juga yang memakai Trinitatis warna putih.
l. Lalu setelah Trinitatis digunakan warna hijau, tapi ada juga yang melanjutkan ke
minggu berikutnya warna hijau, dan minggu selebihnya adalah warna Hijau.
m. Awal tahun Gerejawi adalah Advent, dimana disinilah di nubuatkan akan kedatangan
Juru selamat. Tujuan kedatangan Juru Selamat adalah supaya orang-orang percaya
ada bersama-sama dengan Yesus saat kedatangan-Nya yang kedua kali. Inilah yang
dirayakan di akhir tahun Gerejawi. Jadi tujuan akhir dari kedatangan Yesus adalah
supaya kita hidup bersama-sama dengan Kristus di Sorga.

162 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Kalender Gerejawi & Warna Altar

Keterangan:
4. Tanggal yang menjorok kedalam bukan hari minggu.
5. Tanggal yang menjorok keluar adalah hari minggu (tanggal berwarna merah)

Januari (31 hari)


1 Tahun Baru, Penyunatan Yesus Putih
4 Minggu setelah tahun baru Putih
6 Ephipanias Putih
11 Minggu pertama setelah ephipanias Putih
18 Minggu kedua setelah ephipanias Putih
25 Minggu ketiga setelah ephipanias Putih

Februari (28 hari)

1 Minggu keempat setelah ephipanias Putih


8 Septuagesima Ungu/Putih
15 Sexagesima Ungu/Putih
22 Estomihi Putih

Maret (31 hari)

1 Invokavit Putih
8 Reminiscere Putih
15 Okuli Putih
22 Letare Putih
29 Judika Ungu

April (30 hari)

5 Palmarum Ungu

163 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
9 Kamis Putih
10 Jumat Agung Hitam
12 Paskah Putih
13 Paskah II Putih
19 Quasimodogeniti Hijau
26 Misericordias domini Putih

Mei (31 hari)

3 Jubilate Putih
10 Kantate Putih
17 Rogate Putih
24 Kenaikan Tuhan Yesus Putih
31 Exaudi Putih

Juni (30 hari)

7 Pentakosta I Merah
8 Pentakosta II Merah
14 Trinitatis Putih
21 Minggu I Setelah Trinitatis Hijau
28 Minggu II Setelah Trinitatis Hijau

Juli (31 hari)

5 Minggu III Setelah Trinitatis Hijau


12 Minggu IV Setelah Trinitatis Hijau
19 Minggu V Setelah Trinitatis Hijau
26 Minggu VI Setelah Trinitatis Hijau

Agustus (31 hari)

164 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
2 Minggu VII Setelah Trinitatis Hijau
9 Minggu VIII Setelah Trinitatis Hijau
16 Minggu IX Setelah Trinitatis Hijau
23 Minggu X Setelah Trinitatis Hijau
30 Minggu XI Setelah Trinitatis Hijau

September (30 hari)

6 Minggu XII Setelah Trinitatis Hijau


13 Minggu XIII Setelah Trinitatis Hijau
20 Minggu XIV Setelah Trinitatis Hijau
27 Minggu XV Setelah Trinitatis Hijau

Oktober (31 hari)

4 Minggu XVI Setelah Trinitatis Hijau


11 Minggu XVII Setelah Trinitatis Hijau
18 Minggu XVIII Setelah Trinitatis Hijau
25 Minggu XIX Setelah Trinitatis Hijau

November (30 hari)

1 Minggu XX Setelah Trinitatis Hijau


8 Minggu XXI Setelah Trinitatis Hijau
15 Minggu XXII Setelah Trinitatis Hijau
22 Minggu Akhir Tahun Gerejawi Hitam
29 Advent I Ungu
Desember (31 hari)

6 Advent II Ungu
13 Advent III Ungu
20 Advent IV Ungu
24 Malam Natal Putih
25 Natal I Putih

165 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
26 Natal II Putih
27 Minggu Setelah Natal Putih
31 Ujung Tahun/Ibadah Malam Tahun Baru Putih

VI. Daftar Pustaka


Sitompul, A. A., Bimbingan Tata Kebaktian Gereja, Pematang Siantar, 1993
Martasudjita E., Memahami Simbol-Simbol Dalam Liturgi, Yogyakarta:
KANISIUS, 1998
F. White, James, Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2002
Rahman, Racid, Hari Raya Liturgi, Jakarta: BPK-GM, 2001
Martasudjita, E., Pengantar Liturgi Makna, Sejarah, Dan Teologi Liturgi,
Yogyakarta: KANISIUS, 1999
M. Saleh, Widdwissoeli, Hari Raya dan Simbol Gerejawi, Yogyakarta: Taman
Pustaka Kristen, 2008
Windhu, I. Marsan, Mengenal Tahun Liturgi, Yogyakarta: Kanisius, 1997
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik Homiletika I, a/n Irvan Riandi T.A.
2019/2020 stambuk 2017
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik Homiletika I, a/n Ray Aldi Ebenezer S
T.A. 2020/2021 stambuk 2018
Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik, (Medan: STT Abdi Sabda, 2018), Pada
hari Jum’at,29 November pukul 12.40.

166 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
BAB XIII

Kalender Gerejawi

c. Penyusunan Nats-nats Khotbah Menurut Tahun Gerejawi

Oleh: IkaYunasti Raja Gukguk, GebiMarseliSitepu, Bella Sembiring)

I. Abstrak
Didalam penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyusunan
nats-nats khotbah menurut tahun gerejawi. Dimana dalam makalah ini dilakukan
seluruh mahasiswa Teologi tingkat 3 STT Abdi Sabda Medan. Dalam pembahasan
ini kita mengetahui bagaimana kita menyusun khotbah sesuai dengan minggu
tahun gerejawi, jadi tidak asal-asal dalam menyusun nats-nats khotbah ini
sehingga dalam penyusunana kita dapat membuahkan hasil yang baik.
II. Pendahuluan
Pada pembuatan paper kali ini kita akan membahas tentang Kalender
Gerejawi, dalam hal makna dan penyusunan nats-nats Khotbah Tahun Gerejawi.
Semoga paer ini dapat membantu kita bagaimana cara menyusun nats khotbah
sesuai tahun gerejawi, jadi kita tidak bisa lagi asal asalan dalam menyusunnya.
Semoga dalam paper ini menambah wawasan kita bersama. Tuhan Yesus
Memberkati.

III. Pembahasan
1. PengertianKalenderGerejawi
Secara umum pengertian kalender menurut KBBI adalah dafar hari, bulan,
serta penanggalan Almanak, jadwal kegiatan di suatu perguruan atau
lembaga.358 Kata Kalender menunjuk hari pertama dari bulan “Calendea” yang
358
W.J.S. Poerdarminta, KamusBesarBahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1990), 494.

167 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
berasal dari kata Calara= mengundang atau berkumpul sebagai waktu
liturgy.359 Maka kata kalender sebenarnya menunjuk pada hari pertama dari
bulan. Kalender atau penanggal umum merupakan pembagian masa waktu
tahunan.360
2. PengertianTahunGerejawi
Hari-hari Raya Gerejawi adalah hari-hari khusus yang dirayakan oleh Gereja
atau umat Kristen di seluruh dunia dalam rangka memelihara iman Kristen dan
dan menyaksikan karya penyelamatan Allah kepada dunia melalui Anak-Nya
Yesus Kristus, Juruselamat dunia. Dalam tahun Gerejawi, hari-hari raya
Gerejawi dilaksanakan di dalama rangkaian tahun Gerejawi. Tahun gerejawi
merupakan pengaturan waktu secara khusus hari-hari minggu, selama dua
belas bulan. Waktu selama dua belas bulan tersebut diatur dengan sedimkian
rupa, sehingga karya keselamatan Allah dapat dihayati secara nyata. Jadi
lamanya tahun gerejawi ialah dua belas bulan, sama dengan kalender tahun
masehi yang kita pakai saat ini. Akan tetapi, tahun gerejawi dimulai pada akhir
November atau awal bulan Desember yang berlangsung selama empat minggu
yang disebut dengan masa Advent.361
3. MenyusunNats-natsKhotbah
Dalam menyusun nats-nats khotbah perlu memperhatikan 3 hal unsur untuk
mendapatkan nats khotbah, yaitu:
1. Perlu memperhatikan hubungannya dengan kitab suci. Sebab kitab
suci merupakan dasar kepercayaan jemaat dan merupakan dasar
khotbah. Si pengkotbah harus bergumul secara teratur dengan kitab
suci karena dengan bergumul itu akan tumbuh pengalaman dan
pengetahuan secara umum tentang kitab suci.362
2. Perlu memperhatikan tahun gerejani karena dapat menolong untuk
menemukan untuk khotbah. Yang dimaksud tahun gerejani adalah
suatu jangka waktu yang di dalamnya tindakan keselamatan

359
E. Martasudjita,MemahamiSimbol-simboldalamLiturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 60.
360
E. Marrtasudjita, PengantarLiturgi: MaknaSejarahdanTeologiLiturgi, (Yogyakarta: kanasius, 2003),
231.
361
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya danSimbolGerejawi, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen,
2008), 1-2.
362
S. De Jong,KhotbahPersiapan-persiapanisibentuk, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 22.

168 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
diperingati dan dirayakan. tahun gerejani ini mempunyai tiga
puncak peringatan yaitu Natal paskah dan pentakosta.363
3. Pengalaman dan keperluan keperluan jemaat-jemaat pengkotbah
dapat juga memulai dari jemaatnya dan bertanya pada diri sendiri
kepada siapa sebenarnya khotbah itu diajukan siapakah orang yang
mendengar di mana tempatnya Bagaimana keadaan jemaat.
pengkotbah yang mengenal jemaatnya pastilah melihat banyak
keperluan rohani yang dapat dipenuhi melalui khotbah khotbah
nya. Jemaat memerlukan peringatan melalui firman yang hidup.
Jadi pengkotbah haruslah memakai kesempatan itu untuk
mengarahkan kotbahnya kepada keperluan itu. pengkotbah
memilih nats yang berbicara tentang hidup yang sesungguhnya atau
tentang penghiburan Allah.364
4. Penyusunan Nats-nats Khotbah
Tahun gereja dimulai dengan Advent, yakni masa sebelum Natal. Penyusunan
kalender ini adalah didasarkan atas tahun peribadatan Gereja Protestan 365
- Advent
Kata Avdent berasal dari bahasa Latin yaitu adventus, kedatangan. Advent
adalah masa persiapan menantikan kedatangan Tuhan Yesus. Kata
“adventus” bagi orang-orang sekarang ini memiliki tiga arti: kedatangan
Tuhan dalam rupa manusia, kedatangan Tuhan dalam Firman dan Roh dan
kedatangan Tuhan dalam kemuliaan pada akhir zaman. Adven adalah masa
ketika gereja melihat kebelakang mengenai kelahiran Kristus, memandang
pada pernyataan Kristus dalam Firman dan karya-Nya dan melihat
kedepan kepada kedatangan kembali Kristus pada akhir zaman. Oleh
karena itu masa Advent adalah masa penyadaran diri dan pertobatan.
Selama Advent pembacaan Alkitab ditekankan pada pembacaan nubuat-
nubuat Perjanjian Lama tentang kedatangan Mesias.366
a. Advent I
Perjanjian yang adadalamperjanjian Lama
digenapiolehYesuspadawaktuIadatanguntukmembebaskanumatmanusi
363
S. De Jong,KhotbahPersiapan-persiapanisibentuk, 24-25.
364
S. De Jong,KhotbahPersiapan-persiapanisibentuk, 33-34.
365
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianSuatuPerbandingan, (P. Siantar: 1993), 173.
366
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya danSimbolGerejawi, 10.

169 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
a.367Advent
pertamainijugadilihatdarigerejapadasaatiniyaituhalpersiapanmenyambu
tkehadiranTuhandapatdibandingkan di Perjanjian Lama. Ada
persiapanmenyambutpernyataanTuhan, sebagaimana Musa di gunung
Sinai ketikamernuliskanperkataanperjanjianTuhan di LohBatu (Kel
34:28; Ulangan 9:9) beritakedatanganYesus yang Sudahdisebutkan di
dalamkitabPerjanjian Lama
danpenggenapannyaitudalamkitabPerjanjianBaru. Seperti yang
tertulisdalamkitabYesaya 7:10-25 “PemberitaanmengenaiImanuel.368
b. Advent II
Dalam advent ke dua ini ialah kesaksian dan pekerjaan Yohanes
Pembaptis sebagai pendahuluan dari kedatangan Yesus (Yesaya 40:1-
8; Lukas 3:1-14).
c. Advent III
Pengharapan akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya (Mazmur
98:1-9; Ulangan 18:15-19)
d. Advent IV
Dalam Advent yang keempat ialah untuk menyambut kelahiran
Tuhan. Para nabi memberitakannya melalui pembacaan dalam kitab
Yesaya 7:10-16, dikatakan “seorang perempuan muda mengandung
dan akan melahirkan seorang anak lai-laki”. Ialah nubuat kedatangan
Tuhan.369
5. Natal
Natal berbicara tentang peristiwa kelahiran Yesus Kristus, sehingga yang
diceritakan adalah cerita tentang kelahiran Yesus Kristus, seperti yang
diceritakan oleh Evanggelium Lukas 1:1-20, Mikha 5:2-4) dengan apa yang
terjadi apabila seorang anak lahir yaitu Dia dibungkus dengan lampin,
dibaringkan di palungan.370 Dan setelah Natal dapat diceritkan mengenai
kedatangan orang-orang Majus dari Timur dalam Evanggelium Matius 2 :1-
12, Ibrani 1:1-4).371
367
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGereja, 51.
368
RasidRachman, Hari Raya Liturgi,(Jakarta: BPK-GM, 2009), 112.
369
RasidRachman, Hari Raya Liturgi, (Jakarta: BPK GM, 2001), 116-117.
370
PardomuanMunthe, RekamanAkademik: CatatanHomiletikaa/nIkshan Bastian Ginting.
371
Abraham Yehovah, GarsiBesarKhotbah-KhotbahmenurutTahunGerejawi, (Jakarta: BPK-GM, 1997),
31.

170 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
6. Ujung Tahun
Penekanan teologi yang diberitakan pada ujung tahun yaitu tanggal 31
Desember ini adalah tentang kefanaan manusia yaitu tidak kekal (Yes. 40:8-
10, 1 Pet. 3, Ayub. 8, Yak. 4).372
7. Ephipanias
Kata Ephifanias berasal dari bahasa Yunani Epiyaneia yang berarti pernyataan
terang dan wahyu Allah yang telah menyatakan diri dalam Yesus Kristus.
Minggu Ephipanias berlangsung 1-2 minggu sesudah hari natal. Tema sentral
dalam minggu Ephipanias ini adalah kehadiran Allah kepada bangsa-bangsa
sebagaimana nyata dalam pribadi dan karya Yesus (Markus 1:9-11).373
8. Minggu Prapaskah
Minggu-minggu sebelum Paskah menekankan perlunya sikap kerendahan hati
atau memahami diri sendiri.374 Dari minggu Septuagesima sampai kepada
minggu Estomihi biasanya tidak lagi memberitakan pekerjaan Allah tentang
“pernyataan”, namun lebih banyak kepada salib Yesus dan tugas-tugas
penebusan di mana pusatnya adalah penderitaan dan salib Kristus.
Pemberitaan Firman mengacu kepada rahasia penderitaan Yesus, khotbah
tentang pekerjaan Allah dan kuasa dalam tindakan-tindakan-Nya, kekuatan
dan kuasa berita kesukaan untuk pembebasan manusia. 375
a. Septuagesima
Ialah 70 hari sebelum hari paskah menjelang hari kematian Yesus Kristus.
Matius 10:5-6 “Kedua belas murid diutus oleh Yesus dan Ia berpesan
kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau
masuk ke dalam kota orang samaria, melainkan pergilah kepada domba-
domba yang hilang dari umat Israel.376
b. Sexagesima
Ialah untuk sebutan untuk harı ke-60 sebelum Paskah.377
c. Quasi gesima/ Estomihi
berarti lima puluh hari sebelum paskah, Jadilah Bagiku (Mazmur 31:3).378

372
PardomuanMunthe, RekamanAkademik: CatatanHomiletikaa/nIkshan Bastian Ginting.
373
Julius Mojau, PedomanTahunLiturgiGereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2010) 33.
374
John Killinger, Dasar-dasarKhotbah, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 202.
375
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGerejaSuatuPerbandingan, 54-56.
376
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya danSimbolGerejawi, 7.
377
F. D. Wellem, KamusSejarahGereja, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 423.
378
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya danSimbolGerejawi, 6.

171 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
d. Invokavit
artinya "Aku dipanggil (Mzm 91:15) Salah satu nats yang diambil pada
Minggu ini adalah Kejadian 22:1-14. Pemberitaan yang ditekankan adalah
pandangan Yesus di taman Gestmani, bahwa setiap orang yang mengikut
Yesus harus selalu berdoa dan beriman.379
e. Reminiscere
artinya “Ingatlah, segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya Tuhan” (Mzm
25:6) bertema pernyataan Yesus bersama dengan Musa dan Elia (Mat 17:
1-9).380
f. Okuli
Yang artinya “mataku tetap terarah kepada Tuhan (Mazmur 25:15).
g. Letare
artinya "Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem dan bersorak-soraklah
karenanya, hai semua orang yang mencintai-Nya (Yes. 66:10-11).
Pemberitaan Firman menekankan tentang hasil (buah) dari kematian Yesus
(Yoh.12:20-26).381
h. Judika
artinya “Berilah keadilan padaku ya, Allah dan perjuangkanlah perkara
terhadap orang yang tidak salah” (Mazmur 43:1). 382
i. Palmarum
artinya “Hari Raya Daun Palma”. Penduduk kota Yerusalem menyambut
dengan gembira kedatangan Yesus sebagai raja, mereka mempersiapkan
jalan bagi Yesus menyambut Dia dengan meletakkan daun-daun Palma
dan pakaian jubah di setiap jalan yang dilaluinya. 383Pada minggu ini Tuhan
Yesus memasuki kota Yerusalem (Matius 21:1-11), Yesus adalah Tuhan
yang menderita (Mrk 11:1-10).384
9. KamisPutih
KamisputihsebagaiakhirdarimasaPra-
paskahdanawalbagiumatuntukmemasukinTrideum(tigaharisuci)
yakniJumatAgung, SabtuSunyi, danPaskah.Kamisputihseringdisebutdengan
379
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGerejaSuatuPerbandingan, 57.
380
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya danSimbolGerejawi, 6.
381
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGerejaSuatuPerbandingan, 56-57.
382
RasidRachman, Hari Raya Liturgi, 59.
383
Ibid, 59.
384
S. De. Jong, Khotbah: Persiapan, Isi danBentuk, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 104.

172 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
“Maundy Thursday”.kata Maundy berasaldari kata latinmendicareyang
artinyameminta.385Dengan kata
lainKamisputihmerupakanHarikesengsaranYesus, yang
dimanasebelumYesusditangkapditamanGetsemani,
YesusmengadakanPerjamuanmalambersamamurid-muridNya.386
10. JumatAgung
JumatAgungmerupakanperayaangerejawi yang
secarakhususmenghayatijalanpenderitaandankematianKristus di
ataskayusalib.PenderitaandankematiaanKristusbukanlahsuatuperistiwakebetul
andanmenjaditragis, melainkanseusuatu yang
telahdinubuatkanterlebihdahulu.387Maka,
PadamingguinimerupakanperingatankesengsaraanYesus,
dimanaIadisalibkandanmati di kayuSalib.388
11. Paskah
Paskah berasal dari pesah yang berarti melewati atau berlalu. Lewat paskah
orang percaya telah menerima kehidupan baru yang kekal karena penderitaan
dan kematian serta kebangkitan Kristus. Hari Raya Paskah mempunyai
akarnya Perjanjian Lama, yaitu Paskah Yahudi yang tanggalnya ditentukan
menurut peredaran bulan (Kel 12:1-13). Paskah Kristen dirayakan pada hari
Minggu pertama bulan purnama segera sesudah tanggal 21 Maret. Jadi tanggal
Hari Raya Paskah selalu bergeser di antara tanggal 22 Maret dan 25 April.389
Dirayakan sebagai hari kebangkitan Kristus yang merupakan dasar
kekristenan. Hari Paskah dirayakan dengan sukacita. Berita kemenangan atas
kesengsaraan. Kedua-duanya sengsara dan kebangkitan adalah sambung
menyambung; di dalam semua Injil cerita Kesengsaraan selalu diikuti dengan
kebangkitan. Pada hari raya Paskah, Khotbah harus menekankan tentang
kebangkitanYesus (Luk. 24:34). Nats Mat. 28:1-10, Mark. 14:1-8, Yoh. 20:1-
10, Kis 13:26-33, I kor 15:1-11, Luk. 24:13-25, Yoh. 21:1-11.390

385
YohanesBambangMulyono, LeksionariUntukHari Raya GerejawiPelitaUmatUlasanTafsiranAlkitab
Yang Kritis, Mendalam, danMenggugah, 530.
386
RasidRachman, Hari Raya LiturgiSejarahdanPesan Pastoral Gereja, 63-69
387
YohanesBambangMulyono, LeksionariUntukHari Raya GerejawiPelitaUmatUlasanTafsiranAlkitab
Yang Kritis, Mendalam, danMenggugah, 531.
388
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya danSimbolGerejawi, 19-20.
389
Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya danSimbolGereja,20-21.
390
L. Walter, Ayat yang Tepat, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 60

173 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
12. Setelah Paskah
MingguinidinamakanMinggubersukaria atau bergembiradikarenakan
merayakankebangkitanTuhanYesus.Terdapat lima Mingguuntuk perayaan ini,
yaitu:
a. Quasimodogeniti
Artinya “Seperti bayi baru lahir” (1 Petrus 2:2). Ini merupakan minggu
pertama setelah kebangkitan. Pada minggu ini ialah mengenai kehidupan
yang baru lahir melalui Yesus Kristus. Nats yang dapat diambil pada
minggu ini tertulis dalam kitab Yohanes 21:1-3.391
b. Micericordias Domini
Artinya “Nyanyikanlah belas kasihan Tuhan”. Yang dimana dalam minggu
ini ialah mengenai belas kasihan Tuhan dan perbuatan-Nya yang baik
kepada kita. Belas kasihahan itu bukan karena perbuatan manusia,
melainkan kasih Tuhan bagi kita. Nats yang dapat diambil dalam minggu
ini ialah tertulis dalam kitab Yohanes 10:22-30.392
c. Jubilate
Artinya Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi" (Mzm 66:1-3).
Minggu ini adalah Yobel, yang artinya “kebebasan”. Jadi paskah
membebaskan kita dari hukuman akibat dosa. maka kita merayakan
Jubilate yang artinya “bersorak-sorailah” yang bersorak-sorai adalah
“jiiwanya”.393
d. Kantate
Minggu Kantate ini artinya ialah “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi
Tuhan” (Mazmur 98:1). Adapun penekan khotbah dalam minggu ini ialah
mengenai kerajaan Kristus di dunia ini. hendaklah jemaat menyanyikan
lagu pujian karena segala pekerjaan dan mujizat yang dilakukan oleh
Allah. Nats yang dapat diambil dalam kitab Matius 21:14-22.394
e. Rogate
Rogate artinya “berdoa” panggilah Tuhan, maka Tuhan akan
menjawabmu". Minggu ini adalah minggu penyesalan dimana jemaat
memanggil Tuhan melaui doanya supaya Tuhan menjawabnya dengan
391
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGerejaSuatuPerbandingan, 65-66.
392
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGerejaSuatuPerbandingan,63-65.
393
PardomuanMunthe, RekamanAkademik: CatatanHomiletikaa/nBoris Manurung.
394
L. Walter, Ayat yang Tepat, 61.

174 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
berkat dan kebebasan. Salah satu nats yang dapat menjadi bahan dalam
pemberitaan Firman adalah dari Yesaya 55:6-11.395
f. Kenaikan Yesus
Hari kenaikan Tuhan Yesus ialah hari keempat puluh setelah hari
kebangkitan-Nya (Kis 1:3). Pada hari itu gereja merayakan hari
kebangkitan Tuhan. Nats khotbah untuk kenaikan Yesus Kristus dapat
memuat pelbagai hal. Pemberitaan Firman ialah menekankan bahwa Yesus
Kristus Tuhan di segala waktu, dan umat-Nya mendapat tugas untuk
memberitakan Injil keseluruh dunia.396
g. Minggu Exaudi
Artinya “Dengarkanlah suaraku ya Tuhan, apabila aku memanggilmu”
Markus 27:7. Minggu Exaudi ini ialah mingu keenam setelah minggu
kebangkitan. Nats khotbah yang dapat digunakan dalam minggu ini ialah
pentingnya Tuhan mendengarkan umat-Nya dan juga Roh Kudus sebagai
penolong bagi kita pada saat-saat kita lemah Rm 8 :26-30.397
h. Minggu Pentakosta
Hari Pentakosta merupakan hari kelimapuluh, yaitu hari turunya Roh
Kudus dan hinggap pada murid-muridnya di kota Yerusalem. Khotbah
dalam minggu pentakosta ini menunjukkan maksud Allah mengirim Roh-
Nya atas Gereja seperti yang tertulis dalam kitab Kisah Para rasul 14:15-
17.398
13. Minggu Trinitatis
Minggu Trinitatis ialah “Minggu Ketritunggalan Allah”, yaitu Allah Bapa,
Putera, dan Roh Kudus.399 Didalam pemeritaan firman jemaat diajak untuk
dapat memahami pekerjaan Allah Tritunggal. Yang dimana pada minggu ini
ialah mengenai kekudusan dan kemuliaan Allah Tritunggal yang memenuhi
segala bumi, hikmat dan pengetahuan Tuhan yang melebihi segalanya,
kelahiran yang baru dan hidup berlandaskan nama Allah Bapa, Anak, dan Roh

395
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGerejaSuatuPerbandingan, 63.
396
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGerejaSuatuPerbandingan, 66.
397
D. R. A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGereja, 66.
398
Abraham Yehobah, GarisBesarKhotbah-KhotbahMenurutTahunGereja, (Jakarata: BPK-GM, 1997),
107.
399
Henk Ten Napel, KamusTeologi, (Jakarta:BPK-GM, 2006), 316.

175 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Kudus. Nats khotbah yang dapat diambil pada minggu ini ialah Matius 28:18-
20, Yohanes 3:1-15.400
14. Minggu Setelah Trinitatis
Minggu setelah Trinitatis berlangsung secara berturut-turut sampai pada
minggu akhir tahun gerejawi atau peringatan akan orang-orang yang sudah
meniggal dunia, dalam minggu ini nats yang dapat diambil ialah pemberitaan
Firman yang menyatakan bahwa Yesus Kristu adalah sumber kekuatan dan
kehidupan bagi orang-orang yang lemah dan berbeban berat Yesaya 55:1-5.401
15. Akhir Tahun Gerejawi
Minggu iní memperingati orang-orang yang telah meninggal, yang hendak
memperingatkan kepada kita hendaknya bahwa pada Suatu ketika, kita juga
akan dipanggil Tuhan Dalam bahasa Latin disebut MomentoMori, yang artinya
“ingatlah akan hari kematianmu”. Jemaat diajak dalam perenungan Firman
Tuhan untuk mengingat adanya batasan waktu dalam perjalan hidup.402 Akhir
yang diharapkan dari karya dan perjalanan kehidupan Yesus Kristus di dunia
ini adalah orang-orang percaya masuk kedalam kerajaan sorga. Untuk itu nats-
nats yang diberikan harus menyebut bahwa orang-orang ercaya akan bersama-
sama dengan Yesus di kerajaan Allah.403

IV. TambahanDosen
Topik hari ini tidak terpisah dari topik minggu lalu, apa tujuan penyusunan
kalender gereja? ini usaha gereja untuk merekonstruksi atau meriwayatkan atau
mengisahkan perjalanan Yesus Kristus dalam rangka menyelamatkan manusia.
maka perjalanan itu harus mulai dari masa penantian yaitu Adven, itu makanya
tahun baru gerejawi terdapat dalam Adven. janji atau nubuat kedatangan Yesus.
penekanannya terdapat dalam kedatangan, tidak ditetapkan kedatangan yang
pertama atau kedua. yang harus dipahami kenapa dibuat janji atau kedatangan
Mesias sang penyelamat? karena dalam situsai ini terjadi suatu pergumulan yang
berkepajangan, jadi dalam konteks pergumulan yang panjang biasanya orang
menjerit, berseru minta tolong agar dilepaskan. Dalam konteks itulah Tuhan
menjanjikan datangnya Juruslamat. Jadi itulah yang dinanti-nantikan. Jadi Adven
400
A. A. Sitompul, Bimbingan Tata KebaktianGerejaSuatuPerbandingan, 70.
401
Ibid, 70.
402
AndarLumbantobing, FirmanHidup 46, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 62.
403
PardomuanMunthe, RekamanAkademik: CatatanHomiletikaa/nBoris Manurung.

176 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
itu mengajak umat untuk memandang kepada Dia yang dijanjikan sebagai
penyelamat yaitu Yesus, maka nasnya harus yang berisi janji-janji atau nubuatan.
Adven itu ada 4 kali, dari keempatnya harus ada dua kali tentang nubuat
kelahiran, dan biasanya juga mengenai janji kedatangan kedua kali, tetapi
biasanya nubuatnya tentang kedatangan yang disampaikan oleh kitab-kitab
mazmur (nabi-nabi), Musa, dan Yohanes. Zamannya Yohanes masih dalam
Perjanjian Lama meskipun dituliskan dalam Perjanjian Baru. Jadi yang menjadi
focus perhatiannya bukan ke nabi-nabinya tetapi menekankan atau mengundang
jemaat untuk mengarahkan pandangannya kepada Mesias yang menyelamatkan.
Lalu 25 desember tiba natal. Gereja merayakan natal 2 kali yaitu tanggal 25
Desember dan 26 Desember itu puncaknya. Tetapi ada gereja yang mentradisikan
malam natal, biasanya pada tanggal 24 malam. Jadi nas malam itu adalah harus
berisi pemberitahuan, misalnya pemberitahuan malaikat kepada Maria, atau
perjalanan ke Betlehem, tetapi kelahiran harus tanggal 25. Lalu tanggal 26 adalah
peristiwa-peristiwa seputar Yesus lahir, misalnya kedatangan orang Majus dan
lain sebagainya. Banyak peristiwa diseputar itu. Kalau ada misalnya antara
tanggal itu ada dalam hari minggu, maka namanya adalah minggu setelah Natal.
Baru ada satu yang nama minggu disisihkan yang sebetulnya bukan termasuk
dalam perjalanan tetapi karena di tradisikan, yaitu tanggal 31 Desember dirayakan
untuk pisah tahun, ahirnya gereja merasa perlu untuk dibuat berkumpul di dalam
gereja supaya tidak berkerumun diluar. Tanggal tersebut dinamai sebagai ujung
tahun. Baru tanggal 1 Januari masuk dirayakan sebagai sunat Yesus, nah dalam
perjalanan waktu gereja harus menyikapi pernyataan diluar, ahirnya gereja
menggandengkan sunat yesus dengan awal tahun tahbit, maka nasnya diambil
dalam persiapan pribadi untuk menapaki tahun tahbit yang baru. Antara tanggal 1
sampai 5 jikalau ada hari minggu maka namanya disebut minggu setelah tahun
baru maka nasnya misalnya masa kanak-kanak Yesus dll, tetapi jikalau pas jatuh
tanggal 6 januari pada hari minggu maka nama minggu itu adalah Epiphanas,
nasnya adalah pembaptisan Tuhan Yesus yang artinya penyaataan Allah dalam
diri Yesus. tetapi kalau misalnya tanggal 6 itu bukan hari minggu, justru hari
minggu setelah lewat tanggal 6 itu adalah namanya minggu 1 setelah Epiphanias,
ini biasa lebih dari satu, jika demikian perlu di ingat bahwa Epiphanies adalah
penyataan Allah, misalnya Tuhan menyatakan dalam diri Yesus, penyataan
melalui air bah, bahkan bisa melalui iblis, setan, roh jahat. Lalu masuklah minggu
177 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
pra paskah ada 9 minggu dari Septuagesima sampai Palmarum, Septuagesima
adalah pemberitahuan Yesus akan dirinya disinilah Yesus berkarya. Palmarum
sudah masuk Yesus kedalam Yerusalem diamana Yesus sudah naik keatas
keledai. lalu masuklah kedalam hari kematian, lalu paskah, kebangkitan. Paskah
ada 2 kali yaitu hari minggu dan senin, senin itu adalah peristiwa setelah kematian
dimana Yesus menampakkan diri kepada murid-Nya. Lalu masuklah minggu
setelah paskah. Ada 5, dimana menunjukkan apa manfaat paskah, apa buah
paskah, Quasimodogeniti artinya tentang lahir baru. Misericordiasdomini artinya
bersukacita, Jubilate artinya bersorak-sorak bagi Allah yang bersukacita dan
menceritakan kepada orang lain, Kantate artinya nyanyian baru yang dimana ini
maksudnya tingkah dan perbuatan kita dituntut hidup baru, Rogate artinya berdoa.
lalu kita merayakan kenaikan Yesus, lalu merayakan penantian kedatanga Yesus
(Eksaudi) atau nasnya tentang apa itu Roh Kudus, baru dipentakosta pertama
nasnya tentang turunnya Roh Kudus, lalu masuklan minggu Trinitas itu berarti
berisi riwayat sejarah keselamatan. Jadi oleh karena karya keselamatan maka
minggu itu dimana gereja harus pergi mewartakan kabar baik kepada semua
orang. Maka masuk minggu setelah Trinitatis disitulah gereja harus menyapa
umatnya kepada semua aspek kehidupan secara utuh. Ahir tahun gereja adalah
paling ujung dari minggu Trinitatis, maknanya adalah kira-kira apa buah
pekerjaan Yesus di dunia ini, maka disitula diperingati orang meninggal yang
diyakini bahwa dosa orang mati itu telah ditebus Tuhan Yesus, itu makanya di
ahir tahun gerejawi dibahas tentang oang mati.404
V. Kesimpulan
Disini kami para penyaji menyimpulkan bahwasannya ketika kita menyusun
khotbah sesuai dengan maka hasil dari khotbah itu akan terlihat bagus dan
tersusun secara rapi sehingga apa yang kita sampaikan tersampaikan jelas dan
baik kepada jemaat yang mendengarkannya tapi ketika kita tidak menyusun sesuai
dengan tahun itu akan berantakan tidak sesuai dengan tahun gerejawi maka dari
itu bagaimana kita melihat aplikasi untuk menyusun sesuai dengan kalender
gerejawi.
VI. Kepustakaan
Jong, S. De. Khotbah: Persiapan, Isi danBentuk, Jakarta: BPK-GM, 2009.

404
PardomuanMunthe, CatatanDosen, Dalam Mata Kuliah “Dogmatika 2”,Dikelas III-A Teologi, 30
November 2020.

178 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Jong,S. De. KhotbahPersiapan-persiapanisibentuk, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Killinger, John. Dasar-dasarKhotbah, Jakarta: BPK-GM, 2004.
Lumbantobing, Andar. FirmanHidup 46, Jakarta: BPK-GM, 2002.
Marrtasudjita, E. PengantarLiturgi: Makna Sejarah dan Teologi Liturgi,
Yogyakarta: kanasius, 2003.
Martasudjita,E. MemahamiSimbol-simboldalamLiturgi, Yogyakarta: Kanisius,
1998.
Mojau, Julius. Pedoman Tahun Liturgi Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Napel, Henk Ten. KamusTeologi, Jakarta:BPK-GM, 2006.
Poerdarminta, W.J.S. KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka,
1990.
Rachman, Rasid. Hari Raya Liturgi, Jakarta: BPK GM, 2001.
Saleh, Widdwissoeli M. Hari Raya danSimbolGerejawi, Yogyakarta: Taman
Pustaka Kristen, 2008.
Sitompul, A. A. Bimbingan Tata KebaktianSuatuPerbandingan, P. Siantar:
1993.
Walter, L. Ayat yang Tepat, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Wellem, F. D. Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006.
Yehobah, Abraham. Garis BesarKhotbah-Khotbah Menurut Tahun Gereja,
Jakarata: BPK-GM, 1997.
Sumber lain:
PardomuanMunthe, CatatanDosen, Dalam Mata Kuliah “Dogmatika
2”,Dikelas III-A Teologi, 30 November 2020.
PardomuanMunthe, RekamanAkademik: CatatanHomiletikaa/nBoris
Manurung.
PardomuanMunthe, RekamanAkademik: CatatanHomiletikaa/nIkshan Bastian
Ginting.

179 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
DAFTAR PUSTAKA

…Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.


Abineno, J.L. Ch., Ibadah Jemaat dalam abad-abad Pertama, Jakarta: BPK-GM, 2004.
Agraito, E. Noor. Menyiapkan Khotbah Ekspositori Secara Praktis. Yogyakarta:
ANDI, 2001.
Andrew E Hill John H Walton, Survei Perjanjian Lama. Malang: YP-GM, 2008.
Anggraito, Noor. Menyiapkan Khotbah Ekspositori Secara Praktis, Yogyakarta: Andi,
2014.
Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran Di Dalam dan Sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM,
1995.
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM,
2015.
Baker, David L. Mari Mengenal Perjanjian Lama. Jakarta: BPK-GM, 1986.
Bakker, F. L. Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama. Jakarta: Gunung Mulia,
2016.
Bekker Dietter, Pedoman Dogmatika, Jakarta : BPK-GM, 2009.
Berkhof., H. & Enklaar, I. H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Blommendaal, J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK GM, 1979.
Braga, James, Cara Mempersiapkan Khotbah, Malang: Gandum Mas, 2003.
Browing, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2015.
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.
Buttrick, David G., Memberitakan Yesus Kristus Dalam Khotbah, Jakarta: BPK
Curtis, A. Kenneth .J. Stephen Lang, & Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam
Sejarah Kristen, Jakarta:BPK-GM,2016.
Damanik, Jan Jahaman, Dari Ilah Menuju Allah, Yogyakarta: ANDI, 2012.

180 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Daryanto. KBBI. Surabaya: Apollo, 1998).
De Jong, S. Khotbah: Persiapan-Isi-Bentuk. Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015.
De Jong, S., Khotbah Persiapan, Isinya, Bentuknya, Jakarta: BPK-GM, 1985.
Denis J.V Lane, Beritakanlah Firman. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1988.
End, Th. Van den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 1995.
Evan, William, Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta: BPK GM, 2002.
Evans, Wiiliams, Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta:BPK-GM, 1988.
Ginting, E.P Homiletika dari Teks Sampai Khotbah, Bandung:Bina Media Informasi,
2012.
Ginting, E.P. Homiletika Pengkhotbah dan Khotbahnya. Yogyakarta: Andi, 2013.
Ginting, E.P., Homiletika dari Teks sampai Khotbah, Bandung: Bina Media Informasi,
2012.
Ginting, E.P., Khotbah dan Pengkhotbah, Jakarta: BPK-GM,2012.
Gintings E. P., Khotbah dan Pengkhotbah, Jakarta : BPK-GM, 2017.
Gintings E. P., Khotbah dan Pengkhotbahnya, Jakarta : BPK-GM, 2002.
Gintings, E. P. Khotbah dan Pengkhotbah Sebuah Penghantar Homiletika Masa Kini,
Jakarta:BPK-GM, 2017.
Gintings, E.P. Khotbah dan Pengkhotbah. Jakarta: BPK GM, 1998.
Hale, Leonard, Jujur Terhadap Pietisme, Jakarta: BPK-GM, 1996.
Harun Hadiwijono, Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.
John H Walton, Andrew E Hill. Survei Perjanjian Lama. Malang: YP-GM, 2008.
Johns Dorothy L.. Memahami Alkitab .Malang: Gandum Mas, 1983
Jong, C.De., Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2015.
Jong, S. De. Khotbah: Persiapan, Isi danBentuk, Jakarta: BPK-GM, 2009.
Jong,S. De. KhotbahPersiapan-persiapanisibentuk, Jakarta: BPK-GM, 2014.
K, Michael, Khotbah Alkitabiah, Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2004.
Kasmanto, Budi, Pangilan Berkhotbah, Yogyakarta: ANDI, 2013.
Killinger, Jhon, Dasar-Dasar Khotbah, Jakarta: BPK-GM, 1999.
Killinger, John. Dasar-dasarKhotbah, Jakarta: BPK-GM, 2004.
Koller Charles W., Khotbah Ekspositori Tanpa Catatan, Bandung : Yayasan Kalam
Hidup, 2011.
Lam A.B. Firman yang Diberitakan: Pedoman Pengajaran Alkitab Untuk Para Didik
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
181 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Lane, Denis.I.V. Beritakanlah Firman. Jakarta: YAYASAN KOMUNIKASI BINA
KASIH, 1997.
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-GM, 2016.
Lasor, W. S. Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah. Jakarta: Gunung
Mulia, 1999.
Lee, D. W. Khotbah Ekspositori Yang Membangunkan Pendengar, Bandung:Lembaga
Literatur Baptis, 2002.
Lumbantobing, Andar. FirmanHidup 46, Jakarta: BPK-GM, 2002.
Maiaweng Peniel C.D., Kelompok Penelahaan Alkitab,  Makassar : STT Jaffray, 2013.
Maphori. Thomas Cara Mempelajari Alkitab (Malang: Gandum Mas, 2006.
Marrtasudjita, E. PengantarLiturgi: Makna Sejarah dan Teologi Liturgi, Yogyakarta:
kanasius, 2003.
Martasudjita,E. MemahamiSimbol-simboldalamLiturgi, Yogyakarta: Kanisius, 1998.
McClure, Jhon S. Firman Pemberitaan: 144 istilah penting dalam Homiletika. Jakarta:
BPK-GM, 2005.
McClure, John S. Firman Pemberitaan: 144 Istilah Penting dalam Homiletika.
Jakarta:BPK- Gunung Mulia, 2012.
McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK-GM, 2016.
Mcmickle Marvin A. Membentuk Rancangan, .Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.
Metzner U. dan Pdt H.P.V. Renner. Penelaahan Alkitab Tentang Hidup Baru .Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001.
Mojau, Julius. Pedoman Tahun Liturgi Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Napel, Henk Ten. KamusTeologi, Jakarta:BPK-GM, 2006.
Pettry, W. Ernest, Berkhotbah dan Mengajar, Malang: Gandum Mas, 1983.
Poerdarminta, W.J.S. KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 1990.
Pouw I. H., Uraian Tentang Homiletik Ilmu Berkhotbah, Bandung : Yayasan Kalam
Hidup, 2006.
Pouw, P.H., Uraian Singkat Tentang Homuletika, Bandung: IKAPI , 1997.
Rachman, Rasid. Hari Raya Liturgi, Jakarta: BPK GM, 2001.
Robinson, Haddon W. Cara Berkhotbah yang Baik. Yogyakarta: ANDI, 2011.
Ronda, Daniel. Seminar Khotbah Kontenporer, Volume 35. Sekolah Tinggi Theologia
Jaffray, 2015.
Rothisberger, H., Homiletika, Jakarta: BPK-GM, 1989.
Rothlisberger H., Homiletika Ilmu Berkhotbah, Jakarta : BPK-GM, 1988.
182 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Rothlisberger, H, Homiletika, Ilmu Berkhotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Rothlisberger, H. Homiletika:Ilmu Berkhotbah, Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2015.
Rothlisberger, H. Homiletika. Jakarta: BPK-GM, 2005.
Rothlisberger, H., Homiletika Ilmu Berkhotbah, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016.
Rothlisberger, H., Homiletika Ilmu Berkhotbah, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Rowlwy, H. H. Ibadat Israel Kuno. Jakarta: Gunung Mulia, 2004.
S, John, Firman Pemberitaan, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Said, Sudarmadji. Manusia Di Mimbar Ilahi, Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 2017.
Saleh, Widdwissoeli M. Hari Raya danSimbolGerejawi, Yogyakarta: Taman Pustaka
Kristen, 2008.
Saragih Jahenos, Ini Aku Utuslah Aku, Jakarta : Suara Gereja Kristiani Yang Esa Peduli
Bangsa, 2005.
Saragih, Agus Jetron. Kitab Ilahi. Medan: Bina Media Perintis, 2016.
Sembiring, Medan: STT Abdi Sabda, 2018.
Senduk ,H.L. Pengkhotbah yang Dinamis. Jakarta: Yayasan Bethel, 2009.
Simamora, S. Tano. Bibel Warisan Iman Sejarah dan Budaya. Jakarta: OBOR, 2013.
Simatupang Hasudungan dan Ronny Simatupang. Desaim dan Metoode Penelaahan
Alkitab, (Yogyakarta: ANDI, 2020.
Sitompul A. A., Bersahabat Dengan Firman, Jakarta : BPK-GM, 1987.
Sitompul, A. A. Bimbingan Tata KebaktianSuatuPerbandingan, P. Siantar: 1993.
Sitompul, Arip Supri. Homiletika (Landasan Teologis, Langkah Praktis dan
Pelaksanaan Teknis Berkhotbah, disertai dengan Contoh-contohnya), Medan:
IKAPI, 2013.
Sitompul, Arip Surpi. Homiletika (Landasan Teologis, Langkah Praktis Dan
Pelaksanaan Teknis Berkhotbah, Disertai Dengan Contoh-contoh). Medan: CV.
Mitra Medan, 2013.
Snoek, I. Sejarah Suci. Jakarta: Gunung Mulia, 2015.
Sri Wandanings i. Memimpin Kelompok Penelaahan Alkitab .Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996.
Susanto Hasan, Homiletik Prinsip dan Metode Berkhotbah, Jakarta: BPK-GM, 2004.
Susanto, Hasan, HermeneutikPrinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, Malang: Seminar
Asia Tenggara, 1995.
Susanto, Hasan. Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah. Malang: Gandum Mas,
2007.
183 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h
Tambunan,Lukman Khotbah dan Retorika. Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011.
Ten Napel, Henk. Kamus Teologi: Inggris-Indonesia. Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
1996.
Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2017.
Tiessen Henry C., Teologi Sistematika, Jakarta: BPK-GM, 1993.
Utomo, Bambang Ruseno, KhotbahKreatif, Malang: BPTH Balewiyata, 1994.
Vines Jerry & Jim Shaddix. Homiletika dalam Kuasa Berkhotbah. Jakarta Gandum
Mas, 2002..
Wahono, S. Wismoady. Disini Kutemukan. Jakarta: BPK GM, 2002.
Walter, L. Ayat yang Tepat, Jakarta: BPK-GM, 2014.
Wellem, F. D. Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006.
Wellem, F.D Riwayat Hidup Singkat, Jakarta: BPK GM, 2003.
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011.
Wellem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK-GM, 2011.
William Evans, Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta: BPK-GM, 1999
Yapi Taum Yoseph & Tomas A. Hermawan. Pedoman Penerbitan Buku SDU Press
dan Pencegahan Plagiasiasi di Perguruan Tinggi , Jakarta: SDU.99
Yehobah, Abraham. Garis BesarKhotbah-Khotbah Menurut Tahun Gereja, Jakarata:
BPK-GM, 1997.

184 | D i n a m i k a D a s a r B e r k h o t b a h

Anda mungkin juga menyukai