Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 1

 215134034 Aprela Kusuma Putik


 215134037 Diva Mutiara
 215134058 Faradisa Azhar Handini
 215134040 Galuh Sajiwo
 215134062 Silma Eka Chahyani
 215134064 Tetra Sofian Rizkianto

KELAS : 1 AMP B

JURSAN : Akuntansi

MATA KULIAH : Pendidikan Pancasila

DOSEN PENGAMPU : Dr. Sumiyati, SH. Sp1

TUGAS KELOMPOK

KAJIAN NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP UNDANG-


UNDANG DASAR TAHUN 1945 SEBELUM AMANDEMEN

BAB I BENTUK DAN KEDAULATAN


Pasal 1
(Ayat 1) "Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik"

Termasuk nilai sila ke 3, Diambil dari kata kesatuan. Diketahui negara Indonesia memiliki
17.504 pulau, 714 suku dan 1001 bahasa daerah tentunya banyak perbedaan baik dalam ras,
suku maupun agama. Dengan terbentuk nya republik yang secara KBBI berarti bentuk
pemerintahan yang berkedaulatan rakyat dan dikepalai oleh seorang presiden adanya istilah
one komando. Fungsi one komando untuk mengarahkan masyarakat ke satu tujuan yang
sama, salahsatunya memajukan negara Indonesia. Yang kita ketahui Indonesia masih menjadi
negara berkembang dimana masih banyak pro dan kontra antara masyarakat dan presiden
serta pemerintah, maka dari itu perlu adanya persatuan yang kuat antara masyarakat dan
presiden maupun jajaran pemerintahannya untuk bisa membangun dan membawa perubahan
bagi Negara Indonesia. Semboyan yang menggambarkan UUD 1945 dengan sila ke 3 yaitu
Bhinneka tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan).
(Ayat 2) "Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat"

Termasuk nilai sila ke 4, Diambil dari kata kedaulatan rakyat. Indonesia adalah negara yang
demokratis dimana kekuasaan tertingginya dipegang oleh rakyat. Jadi setiap ketetapan yang
berlaku di Indonesia harus dilakukan secara musyawarah antara masyarakat dan
pemimpin/pemerintah. Lembaga perwakilan rakyat yang berperan untuk menyuarakan semua
masyarakat Indonesia yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Maka dari itu, MPR
yang menjadi perwakilan rakyat harus hikmat dan bijaksana dalam bermusyawarah.

BAB II MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT


Pasal 2
(Ayat 1) “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan,
menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang”.
(Ayat 2) “Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di
ibukota negara”.
(Ayat 3) “Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak”.

Pada pasal 2 UUD 1945 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat dijelaskan bahwa dari ayat
1 – 3 adalah penerapan dari sila ke-4 pancasila. Dari semua ayat, semuanya membahas
tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR merupakan salah satu lembaga
perwakilan tata negara di Indonesia yang menjalankan demokrasi. Hal ini selaras dengan sila
ke-4 yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh khitmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.” Pada ayat 1 dijelaskan, ‘anggota dari MPR merupakan
anggota DPR dan juga perwakilan dari setiap daerah dan golongan’. Tentunya hal ini sudah
sesuai dengan sila ke-4 yaitu ‘perwakilan’. Kemudian, pada ayat 3 djelaskan ‘Putusan MPR
ditetapkan dengan suara terbanyak’ hal ini telah mengimplementasikan nilai dari
‘permusyawaratan’ dalam setiap pengambilan keputusannya.
Pasal 3
"Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar
daripada haluan negara."

Dalam pasal tersebut terdapat kaitannya dengan sila ke empat yang berbunyi "Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan". Ketentuan
itu merumuskan penataan ulang dalam sistem ketatanegaraan yang menganut sistem
perwakilan negara untuk mengimbangi antarlembaga negara dalam kedudukan yang setara,
dalam hal ini antara MPR dan lembaga lainnya seperti Presiden dan DPR. Prinsip yang
berlaku yaitu supremasi MPR dengan sistem yang horizontal-fungsional dan MPR tidak lagi
menetapkan garis-garis besar haluan negara, baik yang berbentuk GBHN maupun berupa
peraturan perundang-undangan, serta tidak lagi memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden.

BAB III KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA


Pasal 4
(Ayat 1) “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar”.
(Ayat 2) “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”

Pasal 4 termasuk ke dalam sila ke-4 yaitu nilai musyawarah dan mufakat. Karena di dalam
pasal tersebut terdapat kalimat "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-undang Dasar" serta "dalam kewajibannya presiden dibantu
oleh satu orang Wakil Presiden" kalimat tersebut berhubungan dengan makna bahwa setiap
kedudukan memiliki tugas dan fungsinya yang harus dipertanggungjawabkan berdasarkan
ketentuan Undang-undang Dasar.
Disatu sisi, masyarakat mesti memberi kepercayaan kepada wakil-wakil, yaitu presiden dan
wakil presiden yang dipercaya untuk melaksanakan permusyawaratan.
Dalam hal ini, rakyat dan pemerintahan mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.

Pasal 5
(Ayat 1) “Presiden memegang kekuasaan membentuk undang- undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat”.
(Ayat 2) “Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya”

Pada pasal 5 UUD 1945 tentang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dijelaskan bahwa dari ayat
1 dan 2 adalah penerapan dar sila ke-4 Pancasila. Dari pasal 5, membahas tentang DPR,
Bahwa presiden bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat menjalankan kekuasaan
legislatif dalam negara dengan cara presiden berhak mengajukan rancangan Undang Undang
(UU) kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pasal 6
(Ayat 1) “Presiden ialah orang Indonesia asli”
(Ayat 2) “Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan
suara yang terbanyak”

(1)Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri,
tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.
Pasal 6A :
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum.
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima
puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh
persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di
Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua
pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat
terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang.
Bila dikaitan dengan Pancasila, Pasal 6 UUD 1945 ini merupakan penerapan sila ke-4 yaitu
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawarahan
Perwakilan. Dalam hal itu menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat, yang dimana sebelum mengambil keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakanlah musyawarah. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Salah satu wujud dari
kedaulatan rakyat adalah penyelenggaraan Pemilihan Umum untuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden yang dilaksanakan secara demokratis dan beradab melalui partisipasi rakyat
seluas-luasnya berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Kita ketahui
bahwa rakyat dipimpin oleh pemimpin yang bijaksana, dengan adanya pemimpin diharapkan
bisa tercapainya suatu keadilan, ketertiban, keteraturan sebagai prasyarat untuk dapat
memberikan perlindungan bagi rakyat dalam memperoleh keadilan dan ketenangan.

Pasal 7
"Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali"

Termasuk kedalam sila ke 3 "persatuan indonesia" karena memiliki nilai persatuan yang
terdapat pada kata "dan sesudahnya dapat dipiih kembali" karena pada dasarnya pemilu itu
memerlukan masyarakat yang banyak untuk bersama-sama memilih preseden dan wakil
presiden, dan masyaarkat indonesia harus bersatu untuk menggunakan kartu suaranya pada
saat memilih presiden dan wakil presiden supaya yang terpilih nanti sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh rakyat

Pasal 8
"Jika presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya"

Pasal ini masuk ke dalam penerapan nilai Pancasila sila ke - 4 Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, yang mana Presiden
dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (“MPR”) atas usul Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”), baik
apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila
terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Triumvirat Menteri Pengganti Presiden :
Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.
Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari,
MPR menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan
oleh Presiden.

Pasal 9
Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama,
atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia
(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
memegang teguh Undang- Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan
peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
"Janji Presiden (WakilPresiden):
"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan
peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."

Kalimat "Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
…” sesuai dengan nilai pancasila yaitu sila pertama. Karena mengandung sumpah kepada
Tuhan YME untuk menjalankan kewajibannya sebagai presiden.
Pasal 10
“Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.”

Hal itu berkaitan denga sila ke 4 pancasila, karena mengandung nilai pemberian kepercayaan
kepada wakil-wakil yang diamanati oleh rakyat untuk melaksanakan pemusyawaratan dalam
mengatur segala aspek negara yang telah dimusyawarahkan sebelumnya hingga tercapainya
suatu mufakan yang dipercayakan kepada salah seorang pimpinan negara.

Pasal 11
“Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain”

Pada pasal 11 ini terkandung nilai Pancasila ke 4 yang berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Hal ini diperkuat dengan
adanya kata ‘dengan persetujuan DPR’ yang arti nya tiap keputusan presiden harus di
musyawarahkan terlebih dahulu dengan DPR karena tiap keputusan itu perlu adanya
pertanggungjawaban secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat Indonesia
dengan mementingkan kepentingan bersama agar hidup tetap aman, tertib, adil, Makmur dan
sejahtera tanpa perpecahan. Selain itu juga, Presiden bertindak sebagai pemimpin negara
yang harus bijaksana dalam membuat keputusan dan DPR bertindak juga sebagai perwakilan
masyarakat Indonesia.

Pasal 12
“Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya
ditetapkan dengan undang-undang”

sesuai pasal 12 presiden wajib memberikan pengumuman kepada seluruh masyarakat apabila
keadaan negara kita sedang dalam bahaya, maka pasal tersebut berkaitan dengan sila ke 5
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, karena rakyat indonesia memiliki derajat
dan keadaan sosial yang sama, sehingga apabila ada suatu keadaan bahaya yang menyangkut
warga negara, para masyarakat pun berhak tau.
Pasal 13
(Ayat 1) Presiden Mengangkat Duta dan Konsul.

Dalam pasal 13 ayat (1) ini menunjukkan adanya kewenangan presiden dalam hal
“mengangkat duta dan konsul” yang dimana hal ini merupakan pencerminan dari nilai-nilai
Pancasila ke-4 yang dimana kita ketahui bahwa pengangkatan duta dan konsul merupakan
salah satu bentuk dari tanggung jawab presiden dalam hal menerima hasil keputusan
musyawarah yang telah disepakati sebelumnya mengenai pemilihan dan pengangkatan duta
dan konsul ini.

(Ayat 2) Presiden Menerima Duta Negara Lain.

Dalam pasal 13 ayat (2) ini menunjukkan adanya kewajiban presiden dalam hal “Menerima
Duta dari Negara Lain” yang dimana hal ini merupakan pencerminan dari nilai-nilai
Pancasila ke-2 yang dimana hal ini merupakan suatu bentuk bahwa bangsa Indonesia merasa
dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia dan mengembangkan sikap saling
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain dalam hal perwakilan diplomatic.

Pasal 14
“Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi”

Menurut saya pasal 14 ini masuk ke dalam sila ke 2 karena grasi, amnesti, abolisi dan
rehabilitasi merupakan penerapan dari HAM (Hak Asasi Manusia) . Dimana dalam sila kedua
setiap warga negara berada dalam kedudukan yang sama di depan hukum. Selain itu, warga
negara akan mendapatkan kewajiban dan hak berupa jaminan dan perlindungan dalam hukum

Pasal 15
“Presiden memberi gelaran, tanda jasa ,dan lain-lain tanda kehormatan”.

Dalam pasal 15 ini terkandung nilai pancasila ke 4 yaitu "Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan perwakilan" Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut sistem
presidensial. Dimana presiden memiliki wewenang,hak dan kewajiban sebagai kepala negara
dan juga kepala pemerintahan. Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan ialah
kewenangan presiden sebagai kepala negara.
BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
Pasal 16
(Ayat 1) “Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan undang-undang”.
(Ayat 2) “Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak
memajukan usul kepada pemerintah”.

Pasal 16 UUD 1945 sebelum amandemen tentang Dewan Pertimbangan Agung yang
berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak mengajukan usul kepada
Pemerintah. Adapun kaitan pasal ini dengan nilai nilai Pancasila yaitu ada pada sila ke 4
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
dimana Presiden ketika akan mengambil sebuah keputusan ataupun tindakan maka terlebih
dahulu ia bertanya kepada Dewan Pertimbangan Agung dengan maksud bermusyawarah,
apakah keputusan yang akan ia ambil atau ia laksanakan sudah benar dan akan berguna
sebesar besarnya untuk kesejahteraan rakyat, atau malah akan merugikan bangsa dan negara.
Begitupun sebaliknya, Dewan Pertimbangan Agung berhak memberikan usul kepada
Pemerintah atas sebuah kebijakan yang akan dilaksanakan atau ditetapkan demi kemajuan
bangsa dan kesejahteraan seluruh rakyat indonesia.

BAB V KEMENTERIAN NEGARA


Pasal 17
(Ayat 1) “Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara”.
(Ayat 2) “Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden”.
(Ayat 3) “Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan”.

Alasannya :
Pasal 17 termasuk ke dalam sila ke-4 yaitu nilai musyawarah dan mufakat. Karena dalam
pasal 17 tersebut terdapat nilai kepemimpinan dari Presiden dan para Menteri dan makna
yang mengartikan bahwa para pemimpin tersebut dipilih oleh rakyat untuk menjalankan
tugasnya.
Dalam hal ini, rakyat dan pemerintahan mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
BAB VI PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 18
“Pembagian daerah indonesia atas daerah besar dan keci, dengan bentuk susunan
pemerintahan ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-
daerah yang bersifat istimewa”.
Penjelasan :
Sila ke-3 dan sila ke-4. Dalam pembagian daerah tersebut, terap memandang dan mengingat
dasar permusyawarahan. Setelah pembagian cerah tersebut tentunya setiap cerah harus
memiliki peraturan daerahnya. Dimana dalam pembentukan peraturan daerah tentunya
diharuskan adanya permusyawaratan untuk mencapai tujuan untuk memajukan daerahnya
tentunya peraturan daerah juga tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan daerah. Oleh karena itu dalam pembagian daerah atas daerah besar dan kecil
memerlukan permusyawaratan yang bijaksana seperti yang di jelaskan dalam sila ke 4
pancasila. Selain itu dalam pembagian daerah juga kita menerapkan sila ke 3 yaitu persatuan
indonesia, walaupun indonesia dibagi dalam beberapa daerah tapi indonesia tetaplah negara
kesatuan. Karena negara indonesia mengakui kesatuan dan menghormati kesatuan kesatuan
hukum adar dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.

BAB VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


Pasal 19
(Ayat 1) “Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang”.

[1] termasuk sila ke 5. susunan anggota DPR diatur dan ditetapkan dalam UU, karena negara
Indonesia adalah negara hukum dimana setiap perilaku dan perbuatan diatur dan tertera
dalam hukum yg ada, Indonesia juga merupakan negara yg adil terhadap sesama sehingga
segala aturan aturan yg ada ada hukumnya tersendiri.

(Ayat 2) “Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun”.


[2] sila 4. DPR sbg wakil rakyat berperan sbg legislatif negara dimana DPR memiliki hak
dan wewenang dalam membuat undang". dalam memutuskan dan membuat kebijakan" baru
DPR melalukan sidang/musyawarah agar semua anggota dapat memberikan pendapatnya
masing" dan sepakat terhadap keputusan yg telah diambil,

Pasal 20
(Ayat 1) “Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”.
(Ayat 2) “Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Pada Pasal 20 ini terkandung nilai kerakyatan pada sila ke 4, yang mana DPR ini merupakan
wakil rakyat yang mempunyai kehendak untuk memberikan persetujuan atas Undang-
Undang dengan mengambil keputusan melalui musyawarah dengan baik untuk mendapatkan
persetujuan bersama dan menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan umum.

Pasal 21
(Ayat 1) Anggota – anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan rancangan undang
– undang.
(Ayat 2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak
disyahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Pasal tersebut termasuk sila ke 2 dan 5 Pancasila, karena sesuai dengan bunyi sila ke 2
“Kemanusiaan yang adil dan beradab” serta sila ke 5 “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”. Kata adil dan keadilan cukup mewakilkan bahwa pasal tersebut masuk ke sila
ke-2 dan ke-5. Dimana “anggota – anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan
rancangan undang – undang”. Tidak hanya yang memiliki jabatan tinggi di Dewan
Perwakilan Rakyat saja. Tapi semua sama memiliki hak memajukan undang – undang. Hal
ini menunjukkan adanya keadilan bagi setiap jabatan di Dewan Perwakilan Rakyat.
Namun Indonesia tetaplah negara hukum yang memiliki aturan yang wajib di tepati dimana
memandang bahwa undang – undang merupakan dasar negara perlu adanya pengesahan oleh
Presiden seperti pada pasal 21 ayat (2) supaya rancangan undang – undang tersebut dapat
digunakan.
Pasal 22
(Ayat 1) “Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah pengganti undang-undang”.
(Ayat 2) “Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
dalam persidangan yang berikut”.
(Ayat 3) “Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut”.

Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan


peraturanpemerintah pengganti undang-undang. Peraturan pemerintah itu harus mendapat

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut. Jika tidak mendapat
persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
Jadi menurut pendapat saya, dalam pasal 22 Bab 7 tentang “Dewan Perwakilan Rakyat”,
maka nilai pancasila yang terkandung dalam pasal tersebut mencerminkan nilai sila ke 4
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
dan sila ke 5 “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam ayat 1, 2 dan 3
menjelaskan bahwa keadaan genting/mendesak seorang Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah pengganti undang-undang dan walaupun sudah ditetapkan harus
mendapat persetujuan dari DPR. Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan
pemerintah tersebut harus dicabut.
Ini berarti bahwa dalam ayat tersebut mencerminkan asas demokrasi permusyawaratan/
kedaulatan rakyat dan juga keadilan, karena dalam merumuskan atau menetapkan suatu
peraturan pemerintah pengganti UU sekalipun keadaannya darurat atau memaksa, harus
adanya persetujuan dan pengawasan dari DPR, dan biasanya dimusyawarahkan dengan
anggota DPR tersebut agar tidak terjadi penyimpangan dari nilai-nilai pancasila. Oleh karena
itu, peraturan pemerintah dalam pasal ini yang kekuatannya sama dengan undang-undang
harus disahkan juga oleh DPR.

BAB VIII HAL KEUANGAN


Pasal 23
(Ayat 1) “Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-
undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu”.
(Ayat 2) “Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undan”.
(Ayat 3) “Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang”.
(Ayat 4) “Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang”.
(Ayat 5) “Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat”.

[1] sila ke-4. Karena dengan menitik pusatkan pada keputusan DPR yang mana dihasilkan
dari musyawarah untuk kepentingan rakyat dan bersama.
[2] sila ke-4. Dengan mengikuti peraturan undang-undang maka menunjukkan sikap
kebijaksanaan yang mana sudah tertata dengan merata.
[3] sila ke-4. Dengan mengikuti aturan yang tertuang dalam undang-undang sudah pasti
mengandung kemusyawaratan karena undang-undang terbentuk dari segala diskusi DPR yang
dibentuk secara bersama.
[4] sama halnya dengan ayat 1,2 dan 3, ayat 4 ini bernilai sila ke-4. Dengan menitik pusatkan
peraturan pada undang-undang yang merupakan hasil diskusi DPR lalu dibahas dengan
presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.
[5] nilai sila ke-5. Karena dengan diadakan badan pemeriksaan keuangan untuk memeriksa
kewajiban tentang keuangan itu sama dengan melakukan kewajiban dengan transparan dan
adil, tanpa adanya kecurangan.

BAB IX KEKUASAAN KEHAKIMAN


Pasal 24
(Ayat 1) “Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain
badan kehakiman menurut undang-undang”.
(Ayat 2) “Susunan dan kekuasaan badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang”.

Pasal 24 ini mengandung nilai sila ke 4 & 5, karena pasal ini menggambarkan bagaimana
sebuah kekuasaan kehakiman yang diatur dan dilaksanakan, yang artinya ada
permusyawaratan di balik pembuatannya, dan pada akhirnya dapat tercipta kekuasaan
kehakiman yang tegak untuk seluruh rakyat. Selain itu pasal ini mengatur tentang kekuasaan
hukum yang mana kekuasaan hukum merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Pasal 25
"Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan
undang-undang".

Maka Pendapat saya Pasal ini Berkaitan dengan sila ke 4 dimana adanya suatu kata
ditetapkan dengan undang-undang. Suatu ketetapan adalah hasil dari suatu musyawarah yang
mencapai kata mufakat. Sekian terimakasih

BAB X WARGA NEGARA


Pasal 26
(Ayat 1) “Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”.
(Ayat 2) “Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-
undang”.

Pasal 26 ayat (1) merupakan bentuk dari sila ke-2 yakni Kemanusiaan yang adil dan beradab
dan bentuk dari sila ke 5 yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab orang
Indonesia asli maupun orang dari bangsa lain yang terdapat di Indonesia yang telah disahkan
undang-undang memiliki hak yang sama sebagai warga negara.
Pasal 26 ayat (2) merupakan bentuk dari sila ke-4 yakni Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Hal tersebut disebabkan karena
syarat-syarat mengenai kewarganegaraan yang ditetapkan undang-undang merupakan suatu
bentuk musyararah dari para dewan untuk menetapkan syarat-syarat tersebut yang kemudian
dituangkan kedalam undang-undang.

Pasal 27
(Ayat 1) “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
(Ayat 2) “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.

Ayat (1) dan (2) Berdasar pada Sila Ke-2 Kemanusia yang beradil dan beradab dan Sila Ke-5
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” karena setiap warga
negara memiliki hukum yang sama tanpa perbedaan terlepas dari status sosialnya. Baik orang
kaya ataupun bukan, rakyat biasa atau bahkan pejabat pemerintahan sekalipun, jika mereka
terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka sanksi yang diberikan akan sama dan setimpal.
Dari manapun asal-usul suku, ras, ataupun budaya Anda, sebagai rakyat yang baik kita harus
sama-sama mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia. Sebab, keadilan merupakan sesuatu
yang harus dijunjung tinggi dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.” Karena berhak untuk mendapatkan sekejahteraan di berbagai hal.

Pasal 28
”Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.

Arti Istilah pada pasal 28 "kebebasan berkumpul" biasanya dipakai dalam konteks hak untuk
berdemonstrasi. Sementara itu, "kebebasan berserikat" mengacu kepada hak untuk bergabung
dengan atau keluar dari kelompok tertentu, dan biasanya hak ini dipakai dalam konteks
bergabung dengan serikat buruh. Sementara mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
maksudnya adalah kebebasan berpendapat.
Pasal 28 ini termasuk kedalam penerapan sila ke 4 dan ke 5 dalam pancasila.
1. Termasuk kedalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjasaan/
perwakilan karena kebebasan mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan
merupakan contoh dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat. Sila ke 4
mempunyai arti berdemokrasi, bahwa setiap orang dapat mengeluarkan pendapatnya
untuk kepentingan Indonesia.
2. Termasuk kedalam sila Keadilan Soasial bagi seluruh rakyat Indonesia karena setiap
orang berhak bergabung atau berkumpul pada suatu organisasi tanpa adanya paksaan
atau tekanan dan bebas untuk mengeluarkan pendapatnya secara adiil tanpa dibedakan
atau diskriminasi.

BAB XI AGAMA
Pasal 29
(Ayat 1) “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
(Ayat 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Di dalam pasal 29 bisa disimpulkan bahwa pasal ini berkaitan dengan sila kesatu dari
pancasila yaitu ketuhanan yang maha esa, di negara Indonesia ada yang namanya freedom of
religion dimana adanya jaminan terhadap kebebasan beragama bagi rakyat Indonesia dan
menjalankan ajaran sesuai dengan kepercayaan maisng masing, agama merupakan landasan
spiritual dan aspek yang penting bagi bangsa Indonesia karena agama bisa menjadi pegangan
bagi kehidupan rakyat Indonesia, serta menumbuhkan toleransi umat beragama, banyak dari
rakyat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai pancasila dengan mengimani dan menjalankan
syariat beragama.
Namun tidak dipungkiri realita sosial yang terjadi saat ini banyaknya krisis permasalahan
yang bertentangan dengan agama, dari permasalahan yang ada mengisyaratkan pasal 29 saat
ini mulai tidak relevan dengan pancasila sila ke 1, dimana seseorang meyakini adanya tuhan
namun melakukan syiar kebencian, pedagangan orang, perbudakan, perilaku warga negara
yang sewenang wenang tanpa mengikuti aturan, tidak jarang juga seseorang hanya
memahami nilai ketuhanan tersebut tetapi tidak diimplementasikan dalam kehidupan sehari
hari.

BAB XII PERTAHANAN NEGARA


Pasal 30
(Ayat 1) "Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
".
(Ayat 2) "Syarat syarat tentang pembelaan diatur dengan undang undang".

Pasal tersebut dapat diartikan bahwa setiap rakyat Indonesia memiliki hak dak kewajiban
sama untuk ikut andil dalam upaya bela negara dengan mempertahankan keamanan. Negara
yang tak mampu mempertahankan diri dari segala ancaman tentu tidak akan bisa
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya.
Namun, bentuk pertahanan dan keamanan yang dimaksud bukan mengenai keikutsertaan
dalam bidang militer, melainkan kewajiban menjalankan sikap bela negara di kehidupan
sehari-hari dan menjunjung sikap pratiotisme.
Untuk pertahanan negara yang berhubungan dengan bidang militer sudah dijalankan oleh
TNI dan Polri seperti yang telah diatur dalam UUD Pasal 30 ayat 2 yang berbunyi:
“Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.”
Maka dari itu Pasal 32 ayat (1) UUD 1945 termasuk kedalam nilai sila kedua yang berbunyi
"kemanusiaan yang adil dan beradab ".

BAB XIII PENDIDIKAN


Pasal 31
(Ayat 1) “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
(Ayat 2) “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang”.

Ayat 1 berkaitan dengan nilai sila ke 5 yang dikutip dari kata "berhak mendapat" berarti
pemerintah bersikap adil dengan memberikan hak yang sama kepada rakyatnya untuk
mendapatkan pengajaran.
Ayat 2 berkaitan dengan nilai sila ke 4 yang dikutip dari kata "pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan" berarti pemerintah bermusyawarah untuk mengutamakan kepentingan
rakyatnya daripada kepentingan pribadinya yaitu dengan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional

Pasal 32
“Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”.

UUD 1945 Pasal 32 yang berbunyi


(1) "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya".
(2) "Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional".
Ayat 1 berkaitan dengan nilai sila ke 3, yang dikutip dari kalimat “negara memajukan
kebudayaan nasional” pasti dibutuhkan kerja sama untuk bersatu dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budaya di tengah peradaban dunia
Ayat 2 berkaitan dengan nilai sila ke 5, yang dikutip dari kalimat "menghormati dan
memelihara" pemerintah menghargai atau menghormati hak-hak sekaligus kewajiban
masyarakatnya satu sama lain, dalam konteks ini agar masyarakat memelihara atau menjaga
kekayaan budaya nasional, salah satunya bahasa daerah

BAB XIV KESEJAHTERAAN SOSIAL


Pasal 33
(Ayat 1) “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”.
(Ayat 2) “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh Negara”.
(Ayat 3) “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pada pasal 33 ayat 1, 2, dan 3 ini terkandung nilai Pancasila ke 5 yang berbunyi Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hal ini dapat diperkuat oleh adanya Pasal 1 pada kata
‘azas kekeluargaan’, Pasal 2 pada kata ‘menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
Negara’, dan Pasal 3 pada kata ‘kemakmuran rakyat’ yang artinya tiap kegiatan/aktivitas
perekonomian harus berlandaskan rasa keadilan dan kekeluargaan bagi seluruh rakyat
Indonesia tanpa membedakan status sosial. Hal ini bertujuan agar rakyat Indonesia bisa hidup
dengan layak, makmur dan sejahtera tanpa hambatan.

Pasal 34
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.

Dalam kaitannya dengan nilai Pancasila, sila ke 5 mneyatakan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun, 1945, Pemerintah dan pemerintah daerah
memberikan rehabilitasi sosial jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial
sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas
kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu. Dalam penyelenggaraannya,
kesejahteraan sosial menyakut peran masyarakat seluas-luasnya, baik itu perseorangan,
keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, LSM, ataupun badan
usaha agar kesejahteraan sosial dapat terarah, terpadu dan berkelanjutan.

BAB XV BENDERA DAN BAHASA


Pasal 35
“Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih”.

Bila dikaitan dengan pancasila, pasal 35 UUD 1945 ini merupakan penerapan sila ke-3 yaitu
Persatuan Indonesia. Bendera negara merupakan salah satu simbol negara, yang dimana
simbol negara ini memilki tujuan yaitu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, dan sebagai sarana pemersatu bangsa dan identitas negara Indonesia. Bendera
Merah Putih merupakan salah satu identitas kebangsaan bagi bangsa Indonesia yang dikenal
dengan sebutan Sang Saka Merah Putih atau Sang Dwi Warna (dua warna) yang menjadi
simbol keberanian dan kesucian bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Pasal 36
Pasal 36 Bendera dan Bahasa
Pasal 36
Berbunyi :
Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia
Pasal 36 A
Berbunyi :
Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Pasal 36 B
Berbunyi :
Lagu kebangsaan ialah Indonesia Raya
Pada pasal 36, pasal 36 A dan pasal 36 B ini terkandung nilai Pancasila ke 3 yang berbunyi
Persatuan Indonesia. Hal ini dapat diperkuat oleh kata ‘Bahasa negara ialah Bahasa
Indonesia’, ‘Lambang negara ialah Garuda Pancasila’, ‘Lagu kebangsaan ialah Indonesia
Raya’ karena bunyi pasal tersebut merupakan identitas diri / ciri khas dan pedoman bangsa
Indonesia dalam mewujudkan rasa cinta tanah air, rela berkorban, serta persatuan dan
kesatuan. Selain itu juga terdapat kata ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang melambangkan persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk.
BAB XVI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Pasal 37
Pasal 37 Perubahan Undang-Undang Dasar
Ayat 1
Berbunyi :
Untuk mengubah Undang-undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
Ayat 2
Berbunyi :
Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota yang
hadir.

Pasal 37 termasuk sila ke-4 yaitu nilai musyawarah dan mufakat karena dalam pasal tersebut
menjelaskan bahwa dalam mengubah Undang-Undang Dasar, harus ada beberapa anggota
MPR yang hadir dan putusannya diambil dengen persetujuan dari beberapa anggota yang
hadir. Hal itu menggambarkan bahwa untuk memecahkan suatu persoalan di negara
Indonesia harus dilakukan dengan musyawarah dan mufakat agar mencapai suatu putusan
yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.

ATURAN PERALIHAN
Pasal I
“Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan menyelenggarakan kepindahan
pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia”.

Pasal II
“Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini”.

Pasal III
“Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitya Persiapan
Kemerdekaan Indonesia”.
Pasal IV
“Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-undang Dasar ini segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional”.

Pada pasal 37 ayat 1 dan 2 serta aturan peralihan pasal I, pasal II, pasal III, dan pasal IV ini
terkandung nilai sila ke 4 yang berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Hal ini diperjelas dengan pengambilan
keputusan amandemen maupun badan pemerintah/wakil rakyat merupakan keputusan yang
harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada
bangsa Indonesia, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta memiliki nilai-nilai
kebenaran dan keadilan yang dimana tiap keputusannya ditentukan secara bersama dan
ditujukan untuk kepentingan bersama yang bersatu dan sejahtera tanpa adanya perpecahan
karena perbedaan pendapat ataupun status ssoial.

Anda mungkin juga menyukai