Anda di halaman 1dari 13

PDRD DALAM UU NO.

11 Tahun 2020
& PP No. 10 Tahun 2021
DAN
MUATAN RAPERDA RETRIBUSI
PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG

DIREKTORAT KAPASITAS DAN PELAKSANAAN TRANSFER


DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

Jakarta, 7 Juli 2021

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1
Ketentuan PDRD dalam
UU NO. 11 Tahun 2020
dan
PP No.10 Tahun 2021

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2


I. Pengaturan PDRD dalam UU Cipta Kerja dan aturan pelaksanaannya
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1 PENGHAPUSAN RETRIBUSI IZIN 2 PENYESUAIAN TARIF 3 PERUBAHAN RETRIBUSI


GANGGUAN

✓ Penyederhanaan perizinan berusaha salah Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)


satunya berupa penghapusan izin ✓ Pemerintah dapat melakukan ✓ Meniadakan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan
gangguan (HO). penyesuaian tarif Pajak dan Memunculkan Retribusi PBG
Retribusi yang berlaku secara Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Penggunaan TKA)
✓ Retribusi izin gangguan dalam UU No. 28
nasional. ✓ Memberlakukan retribusi Penggunaan TKA sebagai pengganti
Th 2009 tidak diberlakukan lagi.
retribusi perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing.

4 MEKANISME EVALUASI RAPERDA &


PENGAWASAN PERDA
5 INSENTIF 6 PENGENAAN SANKSI

✓ Menkeu dan Mendagri melakukan ✓ Pengenaan sanksi untuk


INSENTIF FISKAL OLEH DAERAH
evaluasi Raperda & pengawasan Perda. ✓ Kepala daerah dapat memberikan insentif fiskal kepada pelaku peningkatan kepatuhan
✓ Evaluasi dan pengawasan dilakukan usaha melalui penetapan Perkada. berupa penundaan atau
melalui pengujian Raperda dan Perda DUKUNGAN INSENTIF ANGGARAN pemotongan DAU dan/atau
dengan kepentingan umum, peraturan ✓ Dalam hal pelaksanaan penyederhanaan perizinan berusaha DBH.
per-UU-an yang lebih tinggi, serta menyebabkan berkurangnya pendapatan asli daerah yang
bersumber dari Pajak dan Retribusi, Pemerintah dapat
kebijakan fiskal nasional.
memberikan dukungan insentif anggaran bagi Pemerintah
✓ Raperda dan Perda yang tidak sesuai Daerah.
harus diperbaiki oleh Kepala Daerah.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3


II. EVALUASI RANCANGAN PERDA PDRD KABUPATEN/KOTA
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Bupati/Walikota Bupati/Walikota memproses Bupati/Walikota bersama DPRD memperbaiki


menyampaikan raperda yg Raperda PDRD menjadi Raperda PDRD sesuai dengan rekomendasi, lalu
telah disetujui bersama dg Perda PDRD sesuai ketentuan menyampaikan hasil perbaikan kepada
DPRD kepada Gubernur, Per-UU-an Mendagri dan Menkeu paling lama 7 hari.
Mendagri, dan Menkeu.
paling lambat 3 hari
sejak persetujuan PERSETUJUAN PENOLAKAN

Gubernur dan Mendagri


melakukan evaluasi Gubernur melakukan sinkronisasi dan
berdasarkan UU Cika, menyampaikan hasil evaluasi raperda kepada
kepentingan umum, dan Bupati/Walikota, paling lama 5 hari sejak
peraturan per-UU-an yang evaluasi Mendagri dan Menkeu diterima
lebih tinggi. secara lengkap

Menkeu melakukan Menkeu menyampaikan hasil evaluasi


evaluasi berdasarkan Raperda PDRD kepada Mendagri paling
kebijakan fiskal nasional. lama 10 hari sejak raperda diterima

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4


III. EVALUASI PERDA PDRD
Kepala Daerah wajib Kepala Daerah wajib Perubahan Perda wajib disampaikan kepada
menyampaikan Perda mengubah Perda PDRD Mendagri dan Menkeu paling lama 7 hari
PDRD kepada Mendagri sesuai rekomendasi kerja sejak tanggal ditetapkan.
dan Menkeu Mendagri dan/atau Menkeu.
paling lambat 15 hari
paling lambat 7 hari sejak surat diterima
sejak penetapan
PENOLAKAN

Jika ditemukan
Mendagri menguji Mendagri menyampaikan surat
ketidaksesuaian
kesesuaian Perda dengan pemberitahuan kepada Pemda untuk
kepentingan umum dan mengubah Perda paling lama 5 hari sejak
ketentuan Per-UU-an yang rekomendasi Menkeu diterima.
lebih tinggi.

Jika ditemukan
Menkeu melakukan ketidaksesuaian Menkeu merekomendasikan perubahan
Perda kepada Mendagri paling lama 20 hari
evaluasi berdasarkan
kerja sejak Perda diterima.
kebijakan fiskal nasional.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5


IV. PENGAWASAN PERDA PDRD
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

Mendagri dan Menkeu melakukan pemantauan dan evaluasi


MEKANISME PENGAWASAN PERDA:
terhadap Perda PDRD dan/atau peraturan pelaksanaannya
✓ Dasar pengawasan: laporan hasil pemantauan, laporan
yang berpotensi:
masyarakat, pemberitaan media, kunjungan lapangan, analisis
✓ Bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan Per-
perkembangan PDRD dan sumber informasi lainnya.
UU-an yang lebih tinggi;
✓ Dalam melakukan pengawasan, Mendagri dan Menkeu
✓ Tidak sesuai dengan Kebijakan Fiskal Nasional; dan
berkoordinasi dengan K/L dan/atau Pemda terkait
✓ Menghambat ekosistem investasi dan kemudahan dalam
✓ Jika ditemukan ketidaksesuaian, Menkeu merekomendasikan
berusaha.
perubahan Perda kepada Mendagri
✓ Mendagri meminta Pemda untuk segera melakukan perubahan
Perda, paling lama 5 hari sejak rekomendasi diterima.
✓ Kepala Daerah wajib melakukan perubahan Perda Pajak dan
Retribusi paling lama 15 hari kerja sejak surat pemberitahuan
diterima.

Pemda harus:
• Menghentikan pemungutan Pajak dan/atau Retribusi
• Menyampaiakan perubahan Perda wajib kepada Mendagri dan
Menkeu paling lama 7 hari kerja sejak tanggal ditetapkan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

2
Muatan Raperda
Retribusi Persetujuan
Bangunan Gedung

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 7


I. Amanat Penyesuaian / Perubahan Perda Retribusi IMB
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

• Pasal 346 ayat (3) Bangunan


UU 28 Th Gedung yang telah berdiri
2002 ttg dan belum memiliki PBG,
Bangunan untuk memperoleh PBG
Mitigasi
PP 16/ Perlu
Gedung 2021 harus mengurus SLF
Penyesuaian/ • Permintaan ke
berdasarkan PP
• Pasal 347 ayat (2) Pemda perubahan Pemda untuk
UU No. 11 Th
harus menyediakan PBG peraturan daerah percepatan
2020 ttg
CiptaKerja dalam jangka waktu 6 bulan dan/atau kepala perubahan perda
sejak PP ditetapkan daerah. Retribusi PBG
• Menyusun template
UU 28 Th Raperda PBG untuk
PP 10/ Pasal 156 UU 28/2009: membantu Pemda
2009 ttg
2021 pengenaan retribusi harus mempercepat
PDRD
ditetapkan dalam Perda proses penyusunan
Perda.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8


II. SISTEMATIKA RAPERDA PBG
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM BAB VII KEDALUARSA PENAGIHAN


BAB II NAMA, OBJEK, SUBJEK BAB VIII PEMERIKSAAN
BAB III GOLONGAN RETRIBUSI BAB IX INSENTIF PEMUNGUTAN
BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT BAB X PENYIDIKAN
PENGGUNAAN JASA BAB XI KETENTUAN PIDANA
BAB V PRINSIP DAN SASARAN BAB XII KETENTUAN PERALIHAN
PENETAPAN BESARAN TARIF BAB XIII KETENTUAN PENUTUP
BAB VI PEMUNGUTAN RETRIBUSI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9


III. MUATAN RAPERDA (NAMA, OBJEK, TARIF) PBG (1)
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
No Materi Raperda Rekomendasi Rumusan Raperda
1 Nama Dengan nama Retribusi PBG dipungut retribusi atas penerbitan PBG dan penerbitan SLF Bangunan Gedung
atau Prasarana Bangunan Gedung.
2 Objek (1) Objek retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah penerbitan PBG dan SLF.
(2) Penerbitan PBG dan SLF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan layanan konsultasi
pemenuhan standar teknis, penerbitan PBG, inspeksi bangunan gedung, penerbitan SLF dan SBKBG, serta
pencetakan plakat SLF.
(3) Penerbitan PBG dan SLF tersebut diberikan untuk permohonan persetujuan:
a. pembangunan baru;
b. Bangunan Gedung yang sudah terbangun dan belum memiliki PBG dan/atau SLF;
c. PBG perubahan untuk:
i. perubahan fungsi Bangunan Gedung;
ii. perubahan lapis Bangunan Gedung;
iii. perubahan luas Bangunan Gedung;
iv. perubahan tampak Bangunan Gedung;
v. perubahan spesifikasi dan dimensi komponen pada Bangunan Gedung yang mempengaruhi aspek
keselamatan dan/atau kesehatan;
vi. perkuatan Bangunan Gedung terhadap tingkat kerusakan sedang atau berat;
vii. perlindungan dan/atau pengembangan Bangunan Gedung cagar budaya; atau
viii. perbaikan Bangunan Gedung yang terletak di kawasan cagar budaya.
(4) PBG perubahan tidak diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan dan pekerjaan perawatan.
(5) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penerbitan PBG dan SLF untuk
bangunan milik pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, atau bangunan yang memiliki fungsi keagamaan.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 10
III. MUATAN RAPERDA (NAMA, OBJEK, TARIF) PBG (2)
KEMENTERIAN KEUANGAN
No Materi Raperda Rekomendasi Rumusan Raperda REPUBLIK INDONESIA

3 Subjek (1) Subjek retribusi PBG adalah setiap orang pribadi atau badan yang memperoleh PBG dan SLF.
(2) Wajib Retribusi PBG yang selanjutnya disebut Wajib Retribusi, adalah orang pribadi atau badan yang
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi PBG.
4 Golongan Retribusi Retribusi PBG digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.
5 Cara Mengukur (1) Besarnya retribusi PBG yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa atas
Tingkat penyediaan layanan dan harga satuan retribusi PBG.
Penggunaan Jasa (2) Tingkat penggunaan jasa atas penyediaan layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diukur berdasarkan
formula yang mencerminkan biaya penyelenggaraan penyediaan layanan.
(3) Harga satuan retribusi PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. indeks lokalitas dan Standar Harga Satuan Tertinggi untuk Bangunan Gedung; atau
b. Harga satuan retribusi Prasarana Bangunan Gedung untuk Prasarana Bangunan Gedung.
(4) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas formula untuk:
a. Bangunan Gedung; dan
b. Prasarana Bangunan Gedung.
(5) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas:
a. Luas Total Lantai;
b. Indeks Terintegrasi; dan
c. Indeks Bangunan Gedung Terbangun.
(6) Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. Volume;
b. Indeks Prasarana Bangunan Gedung; dan
c. Indeks Bangunan Gedung Terbangun.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11
III. MUATAN RAPERDA (NAMA, OBJEK, TARIF) PBG (3)
KEMENTERIAN KEUANGAN
No Materi Raperda Rekomendasi Rumusan Raperda REPUBLIK INDONESIA

6 Prinsip (1) Prinsip dan sasaran penetapan besaran tarif retribusi PBG didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh *)
Penetapan (agar dipilih salah satu) biaya penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF.
Struktur dan (2) Biaya penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penerbitan dokumen PBG
Besarnya Tarif dan SLF, inspeksi Penilik bangunan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari penerbitan PBG dan
Retribusi SLF tersebut.

7 Struktur dan (1) Struktur dan besaran tarif retribusi PBG ditetapkan berdasarkan kegiatan pemeriksaan pemenuhan standar teknis dan
Besarnya Tarif layanan konsultasi untuk:
Retribusi a. Bangunan Gedung
Tarif retribusi PBG untuk Bangunan Gedung dihitung berdasarkan Luas Total Lantai (LLt) dikalikan Indeks Lokalitas (Ilo)
dikalikan Standar Harga Satuan Tertinggi (SHST) dikalikan Indeks Terintegrasi (It) dikalikan Indeks Bangunan Gedung
Terbangun (Ibg) atau dengan rumus: LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg
b. Prasarana Bangunan Gedung
Tarif retribusi PBG untuk Prasarana Bangunan Gedung dihitung berdasarkan Volume (V) dikalikan Indeks Prasarana
Bangunan Gedung (I) dikalikan Indeks Bangunan Gedung Terbangun (Ibg) dikalikan harga satuan retribusi prasarana
bangunan gedung (HSpbg) atau dengan rumus: : V x I x Ibg x HSpbg
(2) Indeks terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan indeks fungsi (If) dikalikan penjumlahan dari
bobot parameter (bp) dikalikan indeks parameter (Ip) dikalikan faktor kepemilikan (Fm) atau dengan rumus If x ∑ (bp x Ip) x Fm
(3) Struktur dan besaran tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

TERIMA KASIH
Direktorat Jenderal Kementerian Keuangan RI
Perimbangan
Keuangan

DitjenPK @DitjenPK direktorat jenderal 1500420


ditjenpk perimbangan keuangan
Kemenkeu RI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13

Anda mungkin juga menyukai